Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

Pengaruh Aktivitas Antropogenik Terhadap Kualitas Air, Sedimen dan Moluska di Danau
Maninjau, Sumatera Barat.

Muhamad Suhaemi Syawal1*, Yusli Wardiatno2, Sigid Hariyadi2


1
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680. 2Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680.
E-mail: syawalms@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengkaji pengaruh pencemaran dari lingkungan
antropogenik terhadap kondisi kualitas air, sedimen dan moluska di perairan Danau Maninjau. Danau
Maninjau adalah salah satu danau yang terletak di Kabupaten Agam Sumatera Barat. Tipe danau ini
adalah danau tekno vulkanik yang terbentuk oleh aktivitas vulkanik. Isu pencemaran air danau
merupakan isu utama dalam pemanfaatan dan pengembangan kawasan danau, di daerah manapun.
Kegiatan penduduk di sekitar danau yang cenderung bersifat produktif pada umumnya otomatis
menghasilkan limbah buangan hasil proses produksi. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) kali dari
bulan Maret-September 2015 di 7 (tujuh) titik lokasi muara sungai di sekitar D. Maninjau yang
berpotensi masuknya bahan pencemar. Hasil yang diperoleh menunjukkan konsentrasi rata-rata TP
pada air berkisar 0,0245-0,2117 mg L-1; TN 0,5085-1,2292 mg L-1; O-PO4 0,0206-0,2241 mg L-1 dan
NO3 0,0841-1,0618 mg L-1. Kandungan logam rata-rata pada sedimen Fe 1,1733-3,5733 mg kg-1; Pb
0,0037-11,230 mg kg-1; Cd 0,0050-0,0193 mg kg-1; Hg 0,00056-0,05914 mg kg-1; dan Cr tidak
terdeteksi atau dibawah 0,004 mg kg-1. Sementara untuk rata-rata logam berat pada moluska Fe 0,04-
0,948 mg kg-1; Pb 0,002-4,17 mg kg-1; Cd 0,013-1,032 mg kg-1; Cr 0,040-0,098 mg kg-1; dan Hg
0,0004-0,1062 mg kg-1. Dari hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan ada dugaan telah terjadi
pencemaran logam berat pada sedimen dan moluska di muara-muara sungai yang masuk langsung ke
badan perairan Danau Maninjau.

Kata kunci :antropogenik, danau maninjau,kualitas air, moluska, sedimen,

ABSTRACT
Has conducted research with the aim to study the effect of anthropogenic pollution of the environment
on the condition of water quality, sediment and molluscs in the waters of Lake Maninjau. Maninjau is
one lake located in Agam regency of West Sumatra.Type this lake is techno volcaniclake formed by
volcanic activity.The issue of pollution of the lake water is a major issue in the utilization and
development of the area of the lake, in any area. Activity of the population around the lake tends to be
productive in general automatically generates waste from the production process results. This study
was conducted over three (3) times from March-September 2015 in seven (7) locations of river
estuaries around D. Maninjau potential influx of contaminants.The results showed the average
concentration of TP in water ranging from 0.0245 to 0.2117 mg L-1; TN 0.5085 to 1.2292 mg L-1; O-
PO4 from 0.0206 to 0.2241 mg L-1 and NO3 0.0841 to 1.0618 mg L-1. The average metal content in the
sediment Fe 1.1733 to 3.5733 mg kg-1; Pb 0.0037 to 11.230 mg kg-1; Cd 0.0050 to 0.0193 mg kg-1;
0.00056 to 0.05914 mg Hg kg-1; and Cr undetectable or below 0.004 mg kg-1. As for the average
heavy metals in mollusks Fe 0.04 to 0.948 mg kg-1; Pb 0.002 to 4.17 mg kg-1; Cd 0.013 to 1.032 mg
kg-1; Cr 0.040 to 0.098 mg kg-1; and Hg from 0.0004 to 0.1062 mg kg-1. From the analysis of the data
obtained showed no allegation has been going on heavy metal pollution in the sediment and molluscs
in a river estuary that goes directly into the water body of Lake Maninjau. The purpose of this study
was to examine the influence of anthropogenic pollution of the environment on the condition of water
quality, sediment and molluscs in the waters of Lake Maninjau
Keywords: anthropogenic, Lake Maninjau, molluscs, sediment, water quality

1
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

I. PENDAHULUAN kegiatan manusia sehingga terdapat


Danau Maninjau adalah salah satu perubahan karakteristik air. Rump (1999)
menerangkan lebih lanjut bahwa
danau yang terletak di Kabupaten Agam
perubahan karakteristik tersebut berupa
Sumatera Barat. Tipe danau ini adalah
perubahan komposisi air setelah digunakan
danau tekto vulkanik yang terbentuk oleh
aktivitas vulkanik. Danau Maninjau oleh manusia. Perubahan komposisi
tersebut akibat masuknya substansi unsur
merupakan salah satu danau dari 15 danau
yang langsung dapat terdegradasi, unsur
prioritas di Indonesia yang memiliki
yang tidak langsung dapat terdegradasi,
berbagai fungsi yang sangat strategis dan
menguntungkan bagi masyarakat disekitar nutrisi untuk organisme autotrof, logam
berat, garam, air buangan panas dan
danau yaitu sebagai pembangkit listrik
organisme patogen. Unsur-unsur tersebut
tenaga air, pariwisata, sumber air irigasi
bila masuk ke badan air dapat memberikan
serta kegiatan sektor perikanan yang
pengaruh pada kehidupan organisme
sangat meningkat dari tahun ke tahun
(Suwanto et al. 2011). Di kawasan D. akuatik dan manusia, sehingga kehidupan
organisme dan manusia
Maninjau terdapat 88 buah sungai besar
terganggu.Disamping itu berbagai aktivitas
dan kecil dengan lebar maksimum 8 meter
yang mengalir disepanjang daerah aliran penduduk yang ada di sempadan danau,
seperti permukiman, perhotelan, pertanian
sungai(DAS) dan bermuara ke danau.
Kebanyakan dari sungai tersebut (61,4%) dan peternakan merupakan sumber bahan
pencemar yang masuk ke perairan danau.
kering pada waktu musim kemarau,
sedangkan sungai-sungai yang berair Kegiatan di badan perairan danau, berupa
pembudidayaan ikan dengan teknik
sepanjang tahun hanya 34 buah sungai
yang mengalir dengan debit yang relatif keramba jaring apung (KJA) juga
merupakan sumber limbah yang potensial
kecil (Fakhrudin et al. 2002).
Tingginya aktivitas di sekitar mencemari perairan danau. Pengaruh
tersebut diakibatkan oleh limbah pakan
danau serta yang terjadi di perairan danau,
merupakan sumber masukan bahan dan bahan pemberantas hama perikanan.
Bila hal ini dilakukan terus menerus
pencemar utama yang perlu memperoleh
perhatian dari berbagai pihak. Hal ini hingga konsentrasinya melebihi ambang
batas, tidak diragukan lagi akan
disebabkan beragamnya sumber bahan
pencemar tersebut masuk kedalam periran mencemari dan meracuni biota di perairan
danau tersebut.
danau tanpa dapat terakumulasi di dalam
danau. Sumber bahan pencemar tersebut Keberadaan bahan pencemar
tersebut dapat menyebabkan terjadinya
antara lain berasal dari kegiatan
masyarakat di sekitar hulu sungai, dari penurunan kualitas perairan danau,
permukiman dan dari kegiatan yang sehingga tidak sesuai lagi dengan jenis
berlangsung di badan perairan danau itu peruntukannya sebagai sumber air baku
sendiri. Jenis bahan pencemar utama yang air minum, perikanan, pariwisata dan
masuk ke perairan danau terdiri dari sebagainya. Selain itu, tingginya masukan
bahan pencemar dari atropogenik dapat
limbah organik, residu pestisida, anorganik
menyebabkan hilangnya keanekaragaman
dan bahan-bahan lainnya yang secara cepat
atau lambat masuk ke badan perairan hayati, khususnya spesies endemik danau
danau yang akan terendap pada sedimen tersebut (Kumurur, 2002). Nilai penting
yang tentunya akan mencemari perairan lainnya dari keberadaan D. Maninjau
dan hewan bentik danau tersebut adalah adanya jenis ikan endemik, yakni
(Kumurur 2002). ikan bada (Rasbora argyrotaenia) yang
Metcalf dan Eddy (2002) mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
menambahkan air buangan tersebut berasal Keberadaan ikan-ikan tersebut diduga
dari air yang digunakan pada berbagai sudah semakin terancam akibat

2
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

meningkatnya beban pencemaran yang total merkuri (T-Hg) dimasukkan kedalam


masuk ke badan air danau, sehingga botol gelas yang diawetkan dengan
menyebabkan kualitas perairan danau menambahkan asam sulfat (H2SO4)hingga
semakin menurun. Pencemaran perairan pH 2. Sedimen permukaan diambil
danau tidak hanya dapat menimbulkan menggunakan Ekman grab sampler
kerugian secara ekonomis dan ekologis sebanyak ± 1500 gram berat basah dan
berupa penurunan produktivitas hayati dimasukan ke dalam kantong plastik untuk
perairan, tetapi juga dapat membahayakan selanjutnya dikeringkan dalam oven 30oC
kesehatan bahkan lambat laun dapat untuk selanjutnya dianalisis konsentrasi
menyebabkan kematian manusia yang logam beratnya. Contoh moluska diambil
memanfaatkan perairan danau untuk menggunakan Ekman grab dan dipisahkan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan dari sedimen yang selanjutnya
dari penelitian ini adalah untuk mengkaji diidentifikasi jenisnya dan disimpan
pengaruh pencemaran dari lingkungan didalam wadah yang sudah diberi formalin
antropogenik di perairan Danau Maninjau 5% atau alkohol 10 %. Kemudian diambil
seluruh isi bagian dalam dari masing-
masing jenis moluska tersebut dan
II. METODE PENELITIAN dikeringkan menggunakan oven pada suhu
30 oC. Jenis moluska yang dianalisi
Danau Maninjau secara
administrasi termasuk ke dalam wilayah adalah moluska yang mempunyai nilai
ekonomis atau sering dikonsumsi oleh
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten
Agam, Secara geografis wilayah ini masyarakat setempat, seperti (Corbicula
moltkiana, Prime 1878, Melanoides sp.
terletak pada 00o17’ – 07.04’’ LS dan
100o – 09’58.0” BT dengan ketinggian dan Bivalvia violacea) yang dalam bahasa
lokal biasa disebut Pensi, Langkitang dan
461,5 meter di atas permukaan laut.
Proses terbentuknya Danau Maninjau lokan). Seluruh kegiatan analisis contoh
dilakukan di Laboratorium Hidrokimia,
merupakan danau vulkanis, yaitu berasal
dari letusan gunung berapi.Arah bagian Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Cibinong
berdasarkan metode standar dari APHA-
selatan danau, kedalaman semakin tinggi
dengan lereng (slope) yang semakin AWWA (2012).
curam. Pengambilan contoh air, sedimen
dan moluska serta pengukuran kualitas air III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan selama 3 (tiga) kali dari bulan
Maret-September 2015 di 7 (tujuh) titik 3.1. Distribusi nilai Kualitas Air
lokasi muara sungai-sungai di sekitar Hasil pengukuran kualitas air
Danau Maninjau yang berpotensi dilapangan menunjukkan bahwa rata-rata
masuknya bahan pencemar dari pengukuran suhu air berkisar antara 21,03
antropogenik (Gambar 1 dan Tabel 1). – 23,26 °C. Suhu terendah terdapat di St 6
Pengukuran langsung dilapangan
(Pandan) dan tertinggi di St. 1 (Muko-
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO),
muko) dan nilai range tertinggi terdapat
konduktivitas, turbiditas dan total pada St. 3 (Muaro Talao). Kisaran suhu air
dissolved solid (TDS) dengan tersebut bersifat normal untuk kehidupan
menggunakan alat Water Quality Checker- hewan atau moluska air tawar. Suhu
Horiba U 20. Contoh air untuk parameter merupakan faktor penting yang
total fosfat (TP), total nitrogen (TN), mempengaruhi kehidupan hewan-hewan
ortofosfat (O-PO4), dan nitrat (NO3) air termasuk moluska. Tingkat respirasi
diambil sebanyak 250 ml dan disimpan akan semakin menurun seiring dengan
pada suhu 4ºC. Contoh air untuk parameter peningkatan nilai kekeruhan dan
logam berat besi (Fe), timbal (Pb), konduktivitas.
kadmium (Cd), total khromium (T-Cr) dan

3
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

Nilai derajat keasaman (pH) dapat mengakibatkan terganggunnya sistem


mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan osmeregulasi seperti pernafasan dan daya
toksisitas dari unsur-unsur renik yang lihat organisme akuatik serta dapat
terdapat di perairan, sebagai contoh H2S menghambat penetrasi cahaya ke dalam
yang bersifat toksik banyak ditemui di air. Menurut Koesoebiono (1979),
perairan tercemar dan perairan dengan pengaruh kekeruhan yang utama adalah
nilai pH rendah. Selain itu, pH juga penurunan penetrasi cahaya secara
mempengaruhi nilai Oksigen, fosfat, mencolok, sehingga aktivitas fotosintesis
nitrogen dan nutrien lainnya (Dojildo & fitoplankton dan alga menurun, akibatnya
Best, 1992). Pada penelitian ini nilai pH produktivitas perairan menjadi turun.
yang diperoleh berkisar 7,44-8,69. Nilai Hasil keragaman nilai terhadap
pH terendah terdapat di St. 1 (Muko- kualitas air dapat dilihat pada Tabel 4.
muko) dan tertinggi di St. 2 (Talao Tubo). Nilai yang memiliki keragaman terbesar
Nilai range tertinggi untuk pH terdapat adalah suhu air dengan nilai range sebesar
pada St. 5 (Bayur) (Tabel 2). Pada 3,04 yang berarti bahwa suhu air memiliki
umumnya hewan bentik dan moluska nilai yang berubah-ubah cukup tinggi pada
dapat hidup pada pH yang berkisar 5,7 – setiap lokasi. Hal ini diduga disebabkan
8,4. Tidak terdapat perbedaan yang besar oleh faktor waktu pengambilan contoh
pada masing-masing stasiun pengamatan. yang tidak seragam atau bersamaan
Hal ini menunjukkan bahwa pH di muara waktunya. Suhu air, untuk setiap stasiun
sungai D. Maninjau masih memenuhi baku cendrung tidak terjadi variasi yang
mutu untuk kehidupan biota yang berada signifikan (suhu rata 22,02 ± 1.19).
didalam perairan tersebut. Artinya secara spasial variasi suhu tidak
Namun apabila pada perairan tawar terlihat signifikan. Walaupun suhu tidak
nilai pH dibawah 5 maka kondisi hewan bervariasi secara signifikan untuk setiap
bentik termasuk moluska secara bertahap stasiun, akan tetapi suhu total yang
dapat kehilangan bobot hingga sampai ke ditunjukkan cukup dingin. Hal ini dapat
kematian. Sementara menurut Cahyono merujuk adanya potensi D. Maninjau dapat
(2000) ikan nila dapat hidup normal pada mengalami Upwellingyangdidasari pada
nilai pH berkisar 6 – 8,5. Nilai Turbiditas dugaan kondisi permukaan air yang cukup
atau kekeruhan pada saat pengukuran dingin dibandingkan bagian dalam air
langsung dilapangan menunjukkan nilai sehingga arus dalam air menjadi aktif.
berkisar 65.4– 326 NTU. Nilai turbiditas Resiko dari kejadian ini yakni perairan
terendah terdapat di St. 5 (Bayur) dan mengalami pencampuran yang membawa
tertinggi di St 7 (Pandan). Nilai range material beracun yang berasal dari bawah
tertinggi untuk Turbiditas terdapat pada St. badan air. Derajat keasaman (pH) yang
7 (Pandan) dan nilai range terendah pada tinggi ditunjukkan pada St. 2 (Talao Tubo)
St. 2 (Talao Tubo) (Tabel 2). Hal ini yang mengarah pada suasana basa. Kasus
diduga karena pada lokasi di St. 7 pH air menjadi basa di suatu perairan
(Pandan) tingginya aktifitas masyarakat di sangat berkaitan pada Bahan-bahan
hulu sungai, seperti pertanian dan aktifitas deterjen yang mengandung gugus
masyarakat di sempadan sungai yang Hidroksil. Gugus hidroksil (OH) di
sering digunakan sebagai tempat perairan merupakan bahan hasil
pembuangan sampah dan juga per- penyabunan dari limbah domestik
bengkelan. disekitarnya. Situasi ini cukup berkorelatif
Kekeruhan yang terjadi pada terhadap pemukiman di Talao Tubo yang
perairan tergenang seperti danau lebih tinggi.
banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi Daerah Pandan (St. 7) mewakili
berupa koloid dan parikel-partikel halus. kondisi terpaparnya bahan organik yang
Kekeruhan yang tinggi dapat tinggi hal ini terlihat pada nilai ORP

4
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

(202,33 ± 14,22), konduktivitas (0,03 ± tersebut berada di bawah kisaran ambang


0.002), turbiditas (326,4 ± 178,85) dan batas yang dianjurkan untuk pengelolaan
TDS (22 ± 1). Dasar paparan organik di budidaya perairan (Meade, 1989), tetapi
perairan teridentifikasi pada ORP tinggi konsentrasi tersebut dapat menaikkan
kemudian disusul dengan tingkat pertumbuhan sel-sel alga diperairan
konduktivitas perairan yang rendah. Hal misalnya Ankistrodesmus convulutus yang
ini sangat logis karena materi organik berdasarkan hasil penelitian Chrismada
menghambat hantaran transportasi elektron (1998) dapat meningkat pertumbuhannya
pada mineral yang ada di air sehingga dengan kenaikan konsentrasi nitrat sampai
kecendrungannya adalah perairan bersifat 0,036 mg N-NO3 mg L-1. Oleh karena itu
non polar. Cemaran bahan organik tinggi dengan adanya konsentrasi nitrat tersebut
juga didukung oleh total padatan terlarut dapat diidentifikasikan bahwa perairan
(TDS) yang rendah dan mengansumsi tersebut menyediakan unsur hara yang siap
mineral yang terlarut mengalami diasimilasi oleh tumbuhan-tumbuhan
pengendapan atau membentuk koloid. akuatik(Hendersend-Selers & Markland,
Bukti adanya hal tersebut juga didukung 1987).
oleh turbiditas atau kekeruhan tinggi Konsentrasi total nitrogen (TN)
(326,4 ± 178,85). Gejala adanya cemaran menunjukkan bahwa cukup banyak
organik tinggi di daerah ini bisa nutrient-nutrien dari sungai yang terbawa
direferensikan bahwa lokasi ini memiliki masuk ke dalam badan Danau Maninjau
aktivitas umum seperti pasar dan sekaligus tersebut, hal inilah sebagai salah satu
menjadi pusat pemukiman. Kondisi masukan nutrient sehingga Danau
oksigen terlarut sebenarnya Maninjau dikatagorikan dalam danau
menggambarkan di seluruh lokasi masih eutrofik. Jrgensen (1980) telah
cukup baik dengan rata total DO (7.67 ± mengklasifikasi status trofik berdasarkan
0.66) dan variasi tidak terlalu tinggi (Tabel nilai konsentrasi TN. Konsentrasi TN yang
2). berada dalam kisaran 0,5-1,1 mg L-1
adalah merupakan konsentrasi TN di
3.2. Distribusi konsentrasi Nitrat, Total danau yang bersifat eutrofik. Tingginya
Nitrogen, Ortofosfat dan Total Phospat konsentrasi TN di perairan akan
Konsentrasi nitrit di perairan menyebabkan peningkatan aktivitas
biasanya berada dalam konsentrasi relatif mikroorganisme heterotrofik dalam
kecil, bila dibandingkan dengan mendekomposisinya menjadi senyawaan
senyawaan nitrogen lainnya. Keadaan ini yang larut. Oleh karena itu akan terjadi
dikarenakan senyawaan nitrit berada pada produktivitas yang tinggi di permukaan
fase pertengahan proses nitrifikasi, karena terjadi pertumbuhan bakteri dan
denitrifikasi dan asimilasi Dari beberapa fungi yang melimpah (Rheinheimer,
hasil penelitian sebelumnya diketahui 1985).
konsentrasi nitrit pada Danau Maninjau Distribusi total fosfat (TP) di setiap
sangat kecil bahkan cenderung tidak stasiun hampir sama dengan distribusi O-
terdeteksi, sehingga pada penelitian ini PO4 tetapi konsentrasinya lebih besar.
analisis nitrit tidak dilakukan. Tingginya konsentrasi fosfat karena lokasi
Konsentrasi nitrat tersebar merata St. 6 (Muaro Pisang) tersebut berada di
disetiap lokasi namun memiliki nilai yang daerah pemukiman yang berpenduduk
paling variatif (Gambar 2). Kisaran nitrat cukup padat yang secara langsung
di muara-muara sungai Danau Maninjau membuang limbah domestiknya ke sungai.
adalah antara 0,0841 – 1,0618 mg L-1. Disamping aktifitas pertanian dibagian
Konsentrasi tertinggi pada St. 5 (Bayur) hulu sungai yang juga memberi kontribusi
dan terendah terlihat pada St. 1 (Muko- cukup tinggi akan kenaikan konsentrasi
muko). Walaupun rata-rata konsentrasi total fosfat. Jrgensen (1980)

5
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

mengklasifikasi status trofik suatu danau mengendap di dasar perairan dan bersatu
berdasarkan nilai konsentrasi TP nya, bila dengan sedimen sehingga kadar logam
konsentrasi TP suatu danau berada dalam berat dalam sedimen lebih tinggi
kisaran 0,010-0,030 mg TP/L. Berdasarkan dibandingkan dalam air (Walukow 2008).
hasil analisis konsentrasi TP dan TN, maka Sumber utama pemasukan logam menurut
Danau Maninjau sudah termasuk kedalam Wittman (1983) dalamConnel dan Miller
danau eutrofik, dengan demikian (1995) adalah berasal dari kegiatan
ketersediaan unsur hara baik senyawaan pertambangan, cairan limbah rumah
nitrogen dan fosfat sudah lebih dari cukup tangga, limbah dan buangan industri serta
bagi pertumbuhan organisma akuatik aliran dari pertanian. Logam berat
seperti plankton-plankton dan tumbuhan biasanya ditemukan sangat sedikit dalam
air. air secara alamiah, yaitu kurang dari 1
Nitrogen dan fosfat yang terbawa μg/L. Beberapa macam logam biasanya
menuju air permukaan menyebabkan lebih dominan daripada logam lainnya dan
eutrofikasi pada danau, sungai, dan dalam air biasanya tergantung pada asal
perairan dangkal. Penggunaan limbah sumber air (air tanah dan air sungai).
organik sebagai pupuk, seperti rabuk Disamping itu jenis air (air tawar, air
(pupuk kandang) dan lumpur pembuangan payau dan air laut) juga mempengaruhi
(sewage sludge), juga menyebabkan kandungan logam di dalamnya (Darmono
akumulasi logam berat dalam tanah. 2001).
Pestisida, herbisida, dan senyawa Konsentrasi timbal (Pb) umumnya
agrokimia lainnya (khususnya jenis terihat tinggi di empat stasiun yang
organoklorin) terbawa angin atau air, dapat berkisar 0,0037 – 11,230 mg kg-1.
menyebabkan peningkatan konsentrasi zat Konsentrasi tertinggi terlihat pada St. 6
beracun dalam air permukaan dan tanah (Muaro Pisang) dan terendah pada St. 4
Jrgensen (1980). (Muaro Tanjung). Konsentrasi timbal
tertinggi dan yang umumnya terdapat pada
setiap stasiun diduga karena ada aktifitas
3.3. Distribusi konsentrasi logam berat
penduduk disekitar sungai yang
Besi, Timbal, Kadmium,
melakukan kegiatan perbengkelan serta
Khromium dan Merkuri di
pertanian, dimana tekstur dari sedimennya
sedimen
terlihat kehitaman. Menurut Palar (2008),
Hasil analisis logam berat pada
secara alamiah logam timbal dapat masuk
sedimen (Gambar 3) menunjukkan
kedalam perairan melalui pengkristalan
konsentrasi logam berat yang tidak merata
udara dengan bantuan air hujan.
pada setiap stasiunnya. Konsentrasi logam
Berdasarkan tiga guidelines tentang
kadmium (Cd) dan Khrom (Cr) pada
baku mutu logam berat pada sedimen yang
sedimen tidak terdeteksi atau dibawah
dikeluarkan oleh US-EPA Region V,
limit deteksi dari alat yang digunakan
Kementrian Lingkungan Ontario Canada,
AAS). Konsentrasi logam besi (Fe) pada
dan Swedia (SEPA) menunjukkan adanya
sedimen tersebar merata di setiap stasiun
perbedaan kriteria dari ketiga baku mutu
dengan konsentrasi berkisar 1,173 – 3,573
tersebut. Dari baku mutu US-EPA region
mg kg-1. Konsentrasi tertinggi terdapat di
V menunjukkan konsentrasi logam berat
St. 1 (Muko-muko) dan terendah pada St.
Kadmium (Cd) di St. 1 (Muko-muko)
5 (Bayur). Konsentrasi tertinggi pada
masuk dalam katagori terpolusi berat (>
lokasi Muko-muko ini diduga karena
0,006 mg kg-1) yaitu sebesar 0,0193 mg
tingginya aktifitas penduduk disekitar
kg-1. Sedangkan dari kedua guideline
sungai serta diduga ada pengaruh dari
lainnya yaitu: menunjukkan konsentrasi
pertanian atau perkebunan.
logam kadmium masih dalam ketegori
Logam berat mempunyai sifat yang
belum terpolusi. Konsentrasi logam timbal
mudah mengikat bahan organik dan
6
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

(Pb) berdasarkan US-EPA Region V pada diduga karena tingginya aktifitas


lokasi St. 2 (Talao Tubo), St. 6 (Muaro penduduk seperti adanya bengkel-bengkel
Pisang), St. 1 (Muko-muko) dan St. 5 kendaraan bermotor disekitar sungai serta
(Bayur) masuk dalam katagori terpolusi diduga ada pengaruh dari pupuk pertanian
berat, namun untuk guidelines lainnya atau perkebunan, namun dugaan ini masih
termasuk dalam katagori rendah. harus penelitian lanjutan mengenai
Tingginya konsentrasi logam berat pada terpaparnya logam merkuri di sedimen ini.
sedimen di beberapa lokasi secara garis
besar berasal dari dua sumber menurut asal 3.4. Konsentrasi logam berat pada
proses pembentukannya seperti yang moluska di muara sungai Danau
diungkapkan oleh Forstner (1983) yaitu: Maninjau.
proses pelapukan batuan (lithogenic) dan Analisis konsentrasi logam berat di
aktivitas antropogenik. Whittrnan (1983) muara sungai D. Maninjau ini dilakukan
lebih lanjut membagi empat proses yang untuk jenis moluska yang menjadi
mampu meningkatkan konsentrasi logam konsumsi masyarakat sekitar, yaitu jenis
berat ke perairan yaitu: l). Proses Corbicula moltkiana atau yang biasa
pelapukan dari batuan dasar penyusutr disebut Pensi, Melanoides sp disebut
partikel sedimen,2). Aktivitas proses Langkitang dan Bivalvia violacea disebut
industri dan rumah tangga yang Lokan oleh masyarakat sekitar. Serta
melibatkan penggunaan unsur logam berat, logam berat yang dianalisis meliputi Besi
3). Proses leaching dari penumpukan (Fe), timbal (Pb), kadmium (Cd), kromium
sampah atau limbah padat, dan 4). Hasil (Cr) dan merkuri (Hg). Pada Gambar 5
ekskresi dari hewan dan tanaman yang terlihat hasil dari konsentrasi logam berat
mengandung logam berat. besi (Fe), timbal (Pb), kadmium (Cd), dan
Kondisi secara umum pada khromium (Cr) pada moluska di muara-
sedimen di muara sungai ini cenderung muara sungai disekitar D. Maninjau
bersifat basa atau memiliki pH diatas menunjukkan keberadaan logam berat
netral diakibatkan oleh konsentrasi pada setiap moluska yang hampir merata
sedimen besi (Fe) yang tinggi. Terutama terdapat di semua stasiun. Konsentrasi Fe
terjadi pada lokasi Talao Tubo yang rata-rata pada moluska berkisar 0,040 –
memiliki pH mencapai 8,69. Tingginya 0,948 mg kg-1, dengan konsentrasi
sedimen Fe untuk perairan tawar akan tertinggi didapati pada jenis Lokan di St. 1
didukung oleh nutrien tinggi khususnya (Muko-muko) dan terendah pada jenis
nutrien P yang umumnya dihasilkan dari moluska Pensi di St. 1 (Muko-muko).
kegiatan pertanian dan perikanan. Konsentrasi Pb rata-rata pada moluska
Kandungan logam lainnya seperti Cd, Cr berkisar 0,002 – 4,170 mg kg-1, dengan
dan Hg tidak begitu menonjol terlihat di konsentrasi tertinggi didapati pada jenis
antara stasiun yang ada. Ini membuktikan Pensi di St. 1 (Muko-muko) dan terendah
bahwa danau ini memang cukup lestari pada jenis moluska Langkitang di St. 1
dari kegiatan pertambangan dan industri (Muko-muko). Nilai konsentrasi Cd rata-
besar lainnya, namun patut diwaspadai rata pada moluska berkisar 0,013 – 1,032
karena dari hasil analisi juga sudah terlihat mg kg-1, dengan konsentrasi tertinggi
adanya paparan logam berat pada sedimen. didapati pada jenis Lokan di St. 7 (Pandan)
Konsentrasi logam merkuri (Hg) pada dan terendah pada jenis moluska
sedimen tersebar merata di setiap stasiun Langkitang di St. 5 (Bayur). Konsentrasi
dengan konsentrasi berkisar 0,0005 – Cr rata-rata umumnya berada dibawah
0,0591 mg kg-1. Konsentrasi tertinggi limit dari deteksi alat AAS (0,040 mg kg-
1
terdapat di St. 4 (Muaro Tanjung) dan ), namun masih ditemukan juga
terendah pada St. 2 (Talao Tubo) (Gambar dibeberapa lokasi dan jenis moluska yang
4).Konsentrasi tertinggi pada lokasi ini berkisar 0,047 – 0,098 mg kg-1 dengan

7
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

konsentrasi tertinggi didapati pada jenis bagian utara dari Danau.


Lokan di St. 7 (Pandan). Sementara pada Maninjau.Berdasarkan data dan
Gambar 7 untuk konsentrasi Merkuri (Hg) informasi yang diperoleh, aktivitas
rata-rata pada seluruh moluska berkisar penangkapan pensi memiliki pola yang
0,0004 – 0,1062 mg kg-1, dengan sangat beragam, baik alat tangkap, metode
konsentrasi tertinggi didapati pada jenis tangkap, luasan wilayah tangkap maupun
Lokan di St. 7 (Pandan) dan terendah pada hasil tangkap. Hewan air jenis kerang–
jenis moluska Pensi di St. 3 (Muaro kerangan (bivalva) atau jenis hewan lunak
Talao), dan St. 7 (Pandan) serta St. 6 (moluska), baik jenis kerang besar (klam)
(Muaro pisang) dengan jenis moluska atau kerang kecil (oister), pergerakannya
Langkitang. Akumulasi logam timbal dan sangat lambat di dalam air dan biasanya
kadmium untuk seluruh lokasi umumnya hidup menetap di suatu lokasi tertentu di
ditemukan pada jenis moluska Pensi dan dasar air. Kandungan logam berat tertinggi
Lokan, namun untuk jenis Langkitang umumnya ditemukan pada invertebrata
konsentrasi tertinggi terdapat pada logam jenis moluska. Akumulasi terjadi karena
Besi (Gambar 6). logam berat pada organisme cenderung
Plasket dan Potter (1979) membentuk senyawa komplek dengan zat
menyatakan kandungan logam berat – zat organik yang terdapat dalam tubuh
tertinggi umumnya ditemukan pada organisme sehingga terfiksasi dan tidak
invertebrata jenis molluska. Akumulasi diekskresikan oleh organisme yang
terjadi karena logam berat pada organisme bersangkutan. Stadium larva dari jenis
cenderung membentuk senyawa komplek kerang ini disebut fase pelagik biasanya
dengan zat – zat organik yang terdapat peka terhadap terjadinya polusi dalam
dalam tubuh organisme ini sehingga perairan, kecenderungan kepunahan
terfiksasi dan tidak diekskresikan oleh spesies hewan ini sangat mungkin terjadi.
organisme yang bersangkutan. Suatu hasil Karena kerang banyak dikonsumsi
penelitian menunjukkan bahwa akumulasi menyebabkan kerang harus diwaspadai
Hg pada kerang tropis Saccostrea bila dikonsumsi terus-menerus (Darmono,
echinata lebih besar pada suhu air 30 oC 2001).
dari pada 20 oC, dan akumulasi tersebut
tinggi pada jaringan insang. Diantara
logam Hg, Cd, dan Pb, daya penetrasinya Kesimpulan
berturut–turut dari yang besar ke yang
kecil adalah Hg > Cd > Pb (Denton et al, 1. Kondisi kualitas air di muara sungai
1981). Berdasarkan sifat akumulatornya disekitar D. Maninjau masih dalam
yang tinggi terhadap logam berat maka kondisi normal, hanya nilai turbiditas
jenis kerang tersebut banyak digunakan dan TDS yang cukup tinggi.
sebagai sampel untuk memonitoring 2. Kandungan Nitrogen pada sedimen
pencemaran logam berat di lingkungan tertinggi dijumpai di St. 2 (Talao Tubo),
perairan (Darmono, 2001). sedangkan kandungan Fosfat tertinggi
Hampir seluruh tepian Danau dijumpai di St. 4 (Muaro Tanjung)
Maninjau hingga kedalaman tiga meter 3. Secara keseluruhan lokasi penelitian
bahkan hingga lima meter merupakan sudah terpapar oleh logam berat pada
lokasi penangkapan pensi. Terdapat sedimen, namun konsentrasi logam
pusat-pusat penangkapan pensi yang berat timbal (Pb) tertinggi dijumpai di
biasanya berhubungan dengan kondisi St. 6 (Muaro Pisang). Konsentrasi besi
fisik tepian danau yaitu pada tepian landai (Fe) dan Kadmium (Cd) tertinggi
dan kedekatan dengan tempat tinggal terlihat pada St. 1 (Muko-muko).
nelayan. Pola sebaran aktivitas Sementara konsentrasi merkuri (Hg)
penangkapan pensi umumnya terdapat di

8
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

tertinggi terdapat di St. 4 (Muaro Pollution. Ellis Horwood Limited.


Tanjung). New York.
4. Akumulasi logam timbal (Pb) pada Fakhrudin, M., H. Wibowo, L. Subehi, dan
moluska tertinggi ditemukan pada jenis I. Ridwansyah 2002. Karakterisasi
moluska Pensi atau Corbicula moltkiana Hidrologi Danau Maninjau Sumatera
dan Lokan (Bivalvia violacea) di St. 1 Barat. Prosiding Seminar Nasional
(Muko-muko), sedangkan akumulasi Limnologi. Pusat Penelitian
logan cadmium (Cd) paling tinggi Limnologi – LIPI.
ditemukan pada Lokan pada St. 7 Jorgensen, S.E., and R.A. Vollenweiden.
(Pandan) dan St. 5 (Bayur). Sementara 1989. Guedelines of Lakes
akumulasi Total khrom (Cr) ditemukan Management: Principles of Lakes
pada jenis moluska Lokan di St. 7 Management Vol 1. International
(Pandan) Lake Environment Foundation.
5. Beban pencemaran pada perairan sungai Shiga-Japan.
di sekitar D. Maninjau yang sudah Kumurur, V.A. 2002. Aspek strategis
melebihi kemampuan dalam pengelolaan Danau Tondano secara
memulihkan diri atau kapasitas terpadu. Ekoton 2 (1) : 73-80.
asimilasinya adalah TDS, Nitrat dan Metcalf dan Eddy. 2002. Wastewater
TP. Engineering, Treatment and Reuse.
Volume 1. 4th Edition. Revised by
Daftar Pustaka George Tchobanoglous, Franklin L.
Burton and H. David Stensel. Mc
[APHA] American Public Health Graw Hill Higher Education
Association, [AWWA] American Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Water Works Association. 2012. Keputusan Menteri Negara
Standart Methods for the Lingkungan Hidup Republik
Examination of Water and Waste Indonesia Nomor 115/2003 Tentang
Water. 19th Ed. Washington. Pedoman Penentuan Status Mutu
Australian and New Zealand Environment and Air. Jakarta : KLH.
Conservation Council (ANZECC), Rump, H.H. 1999. Laboratory Manual fot
2000, ANZECC interim sediment the Examinaton of Water, Waste
quality guidlines. Report for the Water and Soil. 3rd completely
Environmental Research Institute of the revised edition. English translation
Supervising Scientist, Sydney, Australia
by Elisabeth j. Grayson. Wiley-
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Agam. 2012. VHC. Weinheim. Germany
Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air Suwanto, A., T.N. Harahap, H. Manurung,
Danau Maninjau. Bappeda Kabupaten W.C. Rustadi, S.R. Nasution, I N.N.
Agam. Lubuk Basung. Suryadiputra, dan I. Sualia. 2011.
Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Profil 15 Danau Prioritas Nasional.
Massachusetts: Sinauer. Kementerian Lingkungan Hidup.
Connel, D.W. dan GJ.Miller, 1995. Kimia 148p.
dan Ekotoksikologi Pencemaran, Y. Walukow F A, Setiyanto D D, Kholil,
Koestoer (Penerjemah), Universitas Soedarma D 2008. Analisis beban
Indonesia Press, Jakarta pencemaran dan kapasitas asimilasi
Darmono, 2001. Logam Berat dalam Danau Sentani, Papua, sebagai upaya
Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI- konservasi lingkungan perairan.
Press. Jakarta Berita Biologi 9(3): 229-236.
Dojildo, J.R., and G.A. Best. 1992.
Chemistry of Water and Water

9
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

4
3

5
1

PETA LOKASI PENELITIAN


DANAUMANINJAU
SUMATERA BARAT

Lokasi stasiun
Sumber Peta :
Landsat 8 Tahun 2014
Lab. GIS Puslit Limnologi-LIPI

M. Suhaemi Syawal
7 Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Institut Pertanian Bogor

Gambar 1. Lokasi dan titik pengambilan contoh di Danau Maninjau


Keterangan : St. 1 Muko-Muko (MM); St. 2 Talao Tubo (TT); St. 3 Muaro Talao (MTa); St.
4 Muaro Tanjung (MTj); St. 5 Bayur (Ba); St. 6 Muaro Pisang (MP); St. 7
Pandan (Pa)

Tabel 1 Karakteristik lokasi dan titik sampling di Danau Maninjau

Lokasi Posisi Keterangan


Muko-Muko (St. 1) 00o 17,353’ LS - Terdapat intake PLTA
100o 08,967’ BT - Outlet Danau Maninjau
- Kawasan wisata
- banyak KJA
Talao Tubo (St. 2) 00o 15,853’ LS - Persawahan
100o 10,184 BT - Banyak KJA
- Pemukiman padat penduduk
Muaro Talao (St. 3) 00o 15,574’ LS - Terdapat persawahan
100o 10,951’ BT - KJA sedikit
Muara Tanjung (St. 4) 00o 15,636’ LS - Persawahan/perkebunan
100o 10,810 BT - Rumah pendukuk sedikit
- Banyak KJA
Bayur (St. 5) 00o 16,317’ LS - Pusat keramba jaring apung
100o 12,840 BT - pasar tradisional
- banyak KJA
- Pemukiman padat penduduk
- Hotel dan bengkel kendaraan
Muaro Pisang (St. 6) 00o 16,426’ LS - Terdapat pasar tradisonal
1000 12,928’ BT - Pemukiman padat penduduk
- banyak KJA
Pandan (St. 7) 00o 22,506’ LS - Terdapat pasar tradisonal
100o 13,136 BT - Pemukiman padat penduduk
- banyak KJA

10
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

Tabel 2. Nilai kisaran dan range kondisi fisika air hasil pengukuran dilapangan

Suhu Air pH Kondukti ORP DO Turbiditas TDS


Lokasi o
C mS/cm mV mg L-1 NTU mg L-1
Muko-Muko 23.26 ± 0.77 7.44 ±0.15 0.05 ± 0.03 124.8± 15.0 7.61 ± 0.4 85.8 ± 31.7 69.7 ± 69.3
(St. 1) (1.41) (0.28) (0.06) (30) (0.8) (63.4) (134.8)
8.69 ± 193.0 ±
Talao Tubo 21.87 ± 1.05 0.12 ± 0.02 6.97 ± 0.42 88.3 ± 22.5 58.0 ± 18.6
0.16 19.3
(St. 2) (2.11) (0.04) (0.83) (45) (36.05)
(0.29) (37.2)
7.55 ± 164.2 ±
Muaro Talao 22.23 ± 2.23 0.06 ± 0.02 6.9 ± 0.14 93.47± 26.5 43.2 ± 20
0.13 28.1
(St. 3) (4.11) (0.04) (0.36) (162) (20)
(0.26) (56)
Muaro 7.98 ± 178.3 ±
21.29 ± 0.49 0.14 ± 0.02 8 ± 0.18 183.6± 85.4 63.7 ± 20
Tanjung 0.07 38.3
(0.97) (0.04) (0.36) (162) (40)
(St. 4) (0.13) (73.3)
7.86 ± 152.7 ±
Bayur 22.21 ± 0.85 0.07 ± 0.02 6.9 ± 0.92 93.5 ± 39. 9 43.2 ± 12.8
0.23 51.0
(St. 5) (1.69) (0.03) (1.59) (69.1) (22.5)
(0.45) (92.5)
7.65 ± 111.3 ±
Muaro Pisang 22.28 ± 1.22 0.04 ± 0.01 7.99 ± 0.29 127.4 ± 76. 28.6 ± 4.38
0.12 34.6
(St. 6) (2.16) (0.01) (0.58) (136.2) (8.5)
(0.22) (69)
7.64 ± 202.3 ±
Pandan 21.03 ± 0.3 0.03 ± 0.002 8.46 ± 0.02 326.4 ± 178.8 22 ± 1
0.21 14.2
(St. 7) (0.55) (0.004) (0.04) (330.2) (2)
(0.41) (27.5)
7.83 ± 160.9 ±
22.02 ± 1.19 0.08 ± 0.04 7.67 ± 0.66 138.6 ± 112.1 48.9 ± 29.7
Rata-rata 0.42 41.5
(4.11) (0.14) (2.64) (425.3) (134.8)
(1.54) (136.7)
Keterangan : Data merupakan angka rata-rata pengukuran Maret – September 2015 pada kedalaman 20 cm
dibawah permukaan air; angka didalam kurung (..) merupakan range dari setiap parameter

1.40
TP
[TP; O-PO4; N-NO3; TN] (mg L-1)

1.20 O-PO4

1.00 N-NO3

TN
0.80

0.60

0.40

0.20

0.00

Lokasi

Gambar 2. Konsentrasi Total Phospat (TP), Ortofosfat (O-PO4), Nitrat (N-NO3) dan Total
Nitrogen (TN) di muara sungai sekitar Danau Maninjau.

11
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

12.0
Fe

[Fe, Pb, Cd, Cr] (mg kg-1)


10.0
Pb
8.0
Cd
6.0 Cr
4.0

2.0

0.0

Lokasi

Gambar 3. Konsentrasi logam berat pada sedimen di muara sungai sekitar Danau Maninjau.

0.060

0.050

0.040
[Merkuri] (mg kg-1)

Hg
0.030

0.020

0.010

0.000

Lokasi

Gambar 4. Konsentrasi logam Merkuri (Hg) pada sedimen di muara sungai sekitar Danau
Maninjau.

12
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

4.50
4.00
Fe
[logam berat] (mg kg-1 ) 3.50
3.00 Pb
2.50 Cd
2.00
Cr
1.50
1.00
0.50
0.00
Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan
Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi
Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang
Muko-muko Talao Tubo Muaro Muaro Bayur (St.5) Muaro Pandan
(St.1) (St.2) Talao (St.3) Tanjung Pisang (St.6) (St.7)
(St.4)

(Lokasi dan jenis moluska)

Gambar 5. Konsentrasi logam berat Besi (Fe), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), dan Khromium
(Cr) pada moluska di muara sungai D. Maninjau.
Keterangan : Pensi (Corbicula moltkiana, Prime 1878); Langkitang (Melanoides sp) dan
Lokan (Bivalvia violacea)

1.000
0.900
[logam berat] (mg kg-1)

0.800
0.700 Langkitang
0.600
Lokan
0.500
0.400 Pensi
0.300
0.200
0.100
0.000

Fe Pb Cd Cr Hg
(Logam berat)
Gambar 6. Konsentrasi logam berat besi (Fe), timbal (Pb), kadmium (Cd), dan kromium (Cr)
pada moluska di muara sungai Danau Maninjau.

13
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):1-14 ISSN: 1411-9587

Keterangan : Pensi (Corbicula moltkiana, Prime 1878); Langkitang (Melanoides sp) dan
Lokan (Bivalvia violacea)

0.120

0.100
Hg
[Hg] (mg kg-1)

0.080

0.060

0.040

0.020

0.000
Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi

Pensi
Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan

Lokan
Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang

Langkitang
Muko-muko Talao Tubo Muaro Talao Muaro Bayur (St.5) Muaro Pisang Pandan (St.7)
(St.1) (St.2) (St.3) Tanjung (St.4) (St.6)

(Lokasi dan jenis moluska)

Gambar 7. Konsentrasi Merkuri (Hg) pada moluska di muara sungai D. Maninjau.


Keterangan: Pensi (Corbicula moltkiana, Prime 1878); Langkitang (Melanoides sp) dan
Lokan (Bivalvia violacea)

14

Anda mungkin juga menyukai