Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POTENSI MAKROFITA

SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS AIR PADA


SUNGAI TALLO
Srilestary Burhan
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Indonesia merupakan Negara kepulauan, dimana wilayahnya mencakup perairan laut


maupun perairan estuari atau sungai yang membentang luas diberbagai daerah diseluruh
pelosok Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat berupa tumbuh-tumbuhan (flora) dan
hewan (fauna). Salah satu kekayaan flora yang tersebar di perairan Indonesia adalah
tumbuhan makroskopis atau makrofita. Makrofita terdiri atas beragam jenis seperti
ganggang, teratai, eceng gondok, dan tumbuhan air lainnya. Secara ekologis, makrofita
memiliki banyak peran di lingkungan perairan. Salah satu diantaranya adalah sebagai
bioindikator kondisi lingkungan yang ditempatinya.
Untuk mengetahui kondisi makrofita dalam hubungannya dengan kealamian suatu
lokasi, diadakan penelitian pada Sungai Tallo Makassar yaitu di daerah Hulu, Tengah, dan
Muara yang mewakili titik pengambilan sampel. Masing-masing lokasi daerah sungai di
tempatkan 2 stasiun dan 3 substasiun untuk mewakili daerahnya. Transek kuadrat berukuran
1 m x 1 m digunakan untuk mengestimasi persentase penutupan, kerapatan dan frekuensi
makrofita di lokasi penelitian dan dilakukan pengukuran kualitas air secara fisika dan kimia
yaitu suhu, salinitas, kecerahan, TSS (Total Suspended Solids), Nitrat, Fosfat dan Amoniak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ditemukan 1 jenis makrofita yaitu
ganggang hijau (Chlorophyta) yang berada di daerah tengah sungai Tallo tepatnya pada
stasiun I di substasiun 1c. Sedangkan pada lokasi pengamatan lainnya tidak ditemukan
makrofita, yang ada hanya tumbuhan darat yang berada di sisi sungai serta makrofita jenis
eceng gondok yang sudah mati di temukan pada daerah muara sungai. Hal ini menunjukkan
bahwa makrofita dapat digunakan sebagai bioindikator perairan. Jenis-jenis makrofita yang
ditemukan mengindikasikan bahwa kondisi perairan Sungai telah tercemar sehingga tidak
mampu ditolerir oleh tumbuhan tersebut. Dan hanya tumbuhan jenis tertentu seperti
ganggang hijau yang mampu bertahan hidup dengan kondisi perairan yang telah
mendapatkan pengaruh antropogenik yang semakin besar seiring dengan bertambahnya
penduduk.

Kata kunci : Sungai Tallo, Makrofita, Suhu, Salinitas, Kecerahan, TSS (Total Suspended
Solids), Nitrat, Fosfat dan Amoniak.

PENDAHULUAN beraneka ragam bentuk dan jenisnya. Salah


satu kekayaan flora yang tersebar di perairan
Perairan Indonesia mencakup tumbuh- Indonesia adalah tumbuhan makroskopis
tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) yang atau makrofita.
Makrofita yaitu tumbuhan air menghabiskan seluruh hidupnya
mengapung, tenggelam, melayang dan dilingkungan tersebut, sehingga bila terjadi
tumbuh di permukaan, dasar, dan pinggir pencemaran akan bersifat akumulasi atau
perairan. Makrofita terdiri atas beragam penimbunan. Disamping itu, indikator
jenis seperti lamun, makroalgae dan biologis merupakan petunjuk yang mudah
tumbuhan air lainnya. Banyak diantara jenis untuk memantau terjadinya pencemaran.
tersebut yang memiliki nilai ekonomis dan Keanekaragaman biota perairan sungai tinggi
dapat dimanfaatkan. Secara biologis menandakan kualitas air sungai tersebut
makrofita memilki banyak potensi dan peran baik/belum tercemar. Tetapi jika sebaliknya
di lingkungan perairan khususnya di bila keanekaragamannya kecil, berarti
lingkungan perairan sungai. Salah satu menandakan sungai tersebut tercemar.
diantaranya ialah sebagai bioindikator
kondisi lingkungan yang ditempatinya. TINJAUAN PUSTAKA
Disamping berfungsi sebagai sumber
makanan berbagai organisme air, makrofita A. Tinjauan Umum Air Sungai
juga menjadi substrat penting guna pelekatan Sebagian besar air hujan yang turun
alga epifit serta berbagai jenis hewan. Bagi kepermukaan tanah mengalir ketempat-
beberapa jenis hewan, makrofita air juga tempat yang lebih rendah. Suatu alur yang
menyediakan tempat bergantung, panjang diatas permukaan bumi tempat
bersembunyi dan istirahat. Makrofita air juga mengalirnya air yang berasal dari hujan
berfungsi sebagai penahan arus serta disebut alur sungai (Asdak, 2002).
penangkap sedimen sehingga dapat Saat ini masalah utama yang dihadapi
menstabilkan sedimen dasar dan oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
memperbaiki kejernihan air. Makrofita air yang sudah tidak mampu memenuhi
juga mempunyai kemampuan menyerap kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
nutrient anorganik dan bahan pencemar air untuk keperluan domestik yang semakin
beracun yang terdapat dalam air. Oleh karena menurun. Kegiatan industri, domestik, dan
itu, makrofita merupakan indikator yang baik kegiatan lain berdampak negatif terhadap
karena dapat mengikat nutrient untuk periode sumber daya air, antara lain menyebabkan
yang lama sehingga merupakan integrator penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat
kondisi lingkungan yang ditempatinya. menimbulkan gangguan, kerusakan dan
Pengaruh gangguan antropogenik bahaya bagi semua mahluk hidup yang
terhadap kualitas sungai juga telah bergantung pada sumber daya air. Oleh
mendorong berkembangnya konsep biologi karena itu diperlukan pengelolaan dan
untuk mengetahui status kesehatan dari perlindungan sumber daya air secara
sebuah ekosistem perairan. Namun pada seksama.
umumnya, untuk memantau pencemaran air
(sungai) digunakan kombinasi parameter B. Tinjauan Umum Penccemaran Air
fisika, kimia, dan biologi. Sedangkan Sungai
parameter biologi masih jarang digunakan Pencemaran air yaitu masuknya
sebagai parameter penentu pencemaran. mahluk hidup, zat, energi atau komponen
Padahal pengukuran menggunakan lain ke dalam air, sehingga kualitas air turun
parameter fisika dan kimia hanya sampai ke tingkat tertentu yang
memberikan gambaran kualitas lingkungan menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan peruntukannya. Menurut Kristianto
dengan interpretasi dalam kisaran lebar. (2002) pencemaran air adalah penyimpangan
Dibandingkan dengan menggunakan sifat-sifat air dari keadaan normal.
parameter fisika dan kimia, indikator biologi Air dapat tercemar oleh komponen-
dapat memantau secara kontinyu. Hal ini komponen anorganik, diantaranya berbagai
karena komunitas biota perairan logam berat yang berbahaya. Komponen-
komponen logam berat ini berasal dari METODOLOGI
kegiatan industri. Kegiatan industri yang
melibatkan penggunaan logam berat antara A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/ Luas DAS Sungai Tallo sekitar ±
tinta warna, percetakan, bahan agrokimia dll. 437,75km² yang dimulai dari Gunung
Beberapa logam berat ternyata telah Kallapolompo (elevasi 725 m), panjang
mencemari air, melebihi batas yang sungai L = 72 km, kemiringan rata-rata
berbahaya bagi kehidupan ( Wisnu, 1995). sungai I=0,0001 s/d 0,000385, alur Sungai
Tallo merupakan alur yang berbelok-belok
C. Tinjauan Umum Makrofita Perairan dengan belokan-belokan tajam terdapat pada
Istilah makrofita perairan mengacu ruas hilir. Area dataran rendahnya tersebar
pada tumbuhan yang ukurannya bisa terlihat pada daerah hilir sampai di kawasan Kota
dengan mata telanjang dan mempunyai Makassar. Lebar sungai pada daerah hulu
paling tidak bagian vegetative yang tumbuh adalah 10 - 50 meter dengan kedalaman 0,08
secara permanen atau periodic pada habitat – 1 meter. Lebar sungai pada daerah tengah
perairan. Makrofita akuatik mancakup algae, (middle stream area) adalah 10 – 18 meter
bryofita, beberapa pteridophyta, dan banyak dengan kedalaman 0,5 – 3,3 meter. Lebar
tumbuhan berbunga atau angiospermae. sungai pada daerah muara (down stream
Makrofita dapat dijumpai terapung bebas area) adalah 100 - 500 meter dengan
maupun tertancap pada substrat dengan kedalaman antara 0,5 – 9 meter. Sedangkan
berbagai model, ada yang seluruh bagiannya Aliran utama Sungai Tallo saat ini masih
berada di bawah permukaan air (submerged), berupa aliran alamiah tanpa adanya
maupun yang separuh bagiannya tersembul pekerjaan perlindungan banjir. Kondisi inilah
diatas permukaan air (emergent) (Hakanson yang menyebabkan daerah hilir khususnya di
dan Bryhn, 2008). sekitar Kota Makassar sering tergenangi
banjir karena luapan sungai.
D. Tinjauan Umum Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air B. Lokasi dan Waktu Penelitian
yang diukur dan atau di uji berdasarkan Penelitian ini dilaksanakan di Sungai
parameter-parameter tertentu dan metode Tallo, Sulawesi Selatan di bagian Hulu,
tertentu berdasarkan peraturan perundang- bagian Tengah, dan bagian Muara Sungai
undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan pada tanggal 15 Desember 2014 – 10
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Februari 2015.
115 tahun 2003). Kualitas air dapat Pada tanggal 15 Desember 2014 pukul
dinyatakan dengan parameter kualitas air. 15.30 WITA dilakukan pengambilan sampel
Parameter ini meliputi parameter fisik, makrofita dan sampel air sungai di stasiun I
kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009). dan II (Bagian Tengah).
Menurut Masduqi (209), kualitas air Pada tanggal 09 Februari 2015 pukul
dapat diketahui dengan melakukan pengujian 09.29 WITA dilakukan pengambilan sampel
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang makrofita dan sampel air sungai di stasiun I
dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, dan II (Bagian Muara).
atau uji kenampakan (bau dan warna). Sedangkan pada tanggal 10 Februari
Pengelolaan kualitas air adalah upaya 2015 pukul 14.00 WITA dilakukan
pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas pengambilan sampel makrofita dan sampel
air yang diinginkan sesuai peruntukannya air sungai di stasun I dan II (Bagian Hulu).
untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam
kondisi alamiahnya. C. Penentuan Stasiun Pengambilan
Sampel Makrofita dan Parameter
Fisika dan Kimia Perairan Sungai
Stasiun pengamatan untuk Tabel 3.1 Klasifikasi Penutupan Makrofita
pengambilan sampel makrofita dan
parameter kualitas air terdiri dari 3 bagian Kelas Bagian Persentase Nilai
sungai yaitu bagian Hulu, Tengah dan yang yang tengah
Muara. Masing-masing bagian sungai tertutupi tertutup (%) Mi
ditentukan 2 stasiun dengan masing-masing makrofita (%)
stasiun terdiri dari 3 substasiun. Penentuan (Frekuensi)
stasiun pada masing-masing bagian sungai 5 ½ - semua 50 – 100 75
berdasarkan perbedaan lingkungan dimana 4 ¼-½ 25 – 50 37,5
pada stasiun I diindikasikan kurangnya 3 1/8 – ¼ 12,5 – 25 18,75
gangguan antropogenik sedangkan pada 2 1/16 – 1/8 6,25 – 12,5 9,3
stasiun II diindikasikan adanya gangguan 1 < 1/16 < 6,25 3,13
antropogenik yang dapat berpengaruh 0 Tidak ada 0 0
terhadap pertumbuhan makrofita di sungai. Brower.et al.(1998)
Untuk menghitung persentase
D. Analisis Data penutupan makrofita digunakan metode dari
Brower.et al.(1998) sebagai berikut :
a. Untuk menghitung kerapatan makrofita
digunakan rumus sebagai berikut ∑𝑀𝑖𝐹𝑖
𝑃𝑖 = ∑𝐹𝑖
(Brower et.al.,1998):

𝑁𝑖 Dimana :
Ki= 𝐴 Pi = Penutupan spesies ke-I (%)
Mi = Nilai tengah dari kelas ke-i
Dimana : Fi = Frekuensi spesies ke-i
Ki = Kerapatan spesies ke-i ∑Fi = jumlah total frekuensi spesies ke-i
(jumlah individu/m2)
Ni = Jumlah individu spesies ke-i
A= Luas area (m2) E. Analisis Deskriptif Parameter
Fisika-Kimia Perairan
b. Frekuensi kemunculan dihitung Data parameter fisika-kimia perairan
berdasarkan rumus Brower.et al.(1998) menggunakan data primer melalui analisa
sebagai berikut : yang dilakukan di Laboratorium Kualitas
Air, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
𝑃𝑖
Fi=∑𝑃 𝑥 100 Universitas Hasanuddin . Parameter fisika
kimia perairan yang terukur dianalisa secara
Dimana : deskriptif yaitu dengan membandingkan
Fi = Frekuensi spesies ke-I (%) parameter fisika-kimia yang diukur dengan
Pi = Jumlah petak contoh baku mutu air menurut Peraturan Gubernur
ditemukannya spesies ke-i Sulawesi Selatan No. 69 Tahun 2010
∑P = Jumlah total petak contoh Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan
yang diamati. Lingkungan Hidup ditetapkannya Kriteria
Mutu Air pada Kelas III yang
c. Untuk menentukan kategori persen peruntukkannya untuk perikanan dan
penutupan makrofita dan mendapatkan peternakan. Data yang telah diperoleh
nilai tengah digunakan kategori kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan
klasifikasi penutupan makrofita tabel. Berikut tahapan analisis data yang
sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.3. digunakan :
1. Mencari nilai dari masing-masing HASIL DAN PEMBAHASAN
parameter pada setiap stasiun selama
Pengamatan. A. Hasil Pengujian Sampling
2. Menyajikan data dalam bentuk
bentuk grafik untuk distribusi secara 1. Daerah Hulu
spasial. a. Parameter Fisika
3. Membandingkan data dengan baku
mutu dari literatur yang ada untuk Berdasarkan hasil pengukuran
melihat kualitas perairan. parameter fisika pada sampling daerah hulu
seperti yang terlihat pada gambar grafik
dibawah ini.

Gambar 4.1 Parameter Fisika pada Sampling Daerah Hulu

Nilai suhu, salinitas dan TSS yang menyatakan bahwa perairan dengan nilai
didapatkan masih berada dalam standar baku kecerahan < 45 cm kurang baik bagi
mutu menurut Effendi untuk nilai suhu perikanan karena dapat mengurangi batas
berkisar antara 20-30ºC dan salinitas berada pandangan ikan. Dimana tingkat kecerahan
antara 0-5º/͚ serta untuk TSS menurut PerGub berpengaruh terhadap penetrasi cahaya yang
Sul-Sel tentang peruntukan air kelas III masuk ke perairan akan menurun sehingga
untuk perikanan dan pertanian masih berada mengakibatkan proses fotosintesis oleh
dalam standar yang ditetapkan sehingga produsen tumbuhan air terhambat yang
untuk ketiga parameter tersebut masih baik tentunya akan menurunkan efisiensi makan
untuk pertumbuhan makrofita. Sedangkan dari organisme.
untuk parameter kecerahan kurang baik
untuk pertumbuhan makrofita karena
Asmawi (1983) dalam Retnowati (2003)
b. Parameter Kimia seperti yang terlihat pada gambar grafik
dibawah ini.
Berdasarkan hasil pengukuran
parameter kimia pada sampling daerah hulu

Gambar 4.2 Parameter Kimia pada Sampling Daerah Hulu

Nilai Nitrat menurut Effendi (2003) dan nilai kecerahan yang juga kurang baik.
yang didapatkan dari gambar diatas melebihi Selain itu kondisi lapangan yang ditemukan
0.2 ppm sehingga tidak baik untuk pada sampling daerah hulu tidak mendukung
pertumbuhan makrofita. Sedangkan Fosfat karena terdapat aktivitas pertanian dan
masih berada dalam baku mutu yang peternakan. Selain itu kondisi geografis
ditetapkan yaitu <0.3 ppm sehingga baik sungai yaitu kecepata arus yang cukup kuat
untuk pertumbuhan makrofita karena fosfat mengakibatkan makrofita sulit tumbuh pada
merupakan nutrisi yang dibutuhkan kondisi tersebut.
makrofita untuk tumbuh selain kandunan
nitrat, sedangkan Amoniak juga masih 2. Daerah Tengah
berada dalam standar baku mutu yang a. Parameter Fisika
ditetapkan yaitu <0.2 ppm sehingga baik
untuk pertumbuhan makrofita. Berdasarkan hasil pengukuran
Berdasarkan hasil analisis data untuk parameter fisika pada sampling daerah
parameter fisika maupun kimia pada daerah tengah seperti yang terlihat pada gambar
hulu dan fakta lapangan bahwa tidak grafik dibawah ini.
ditemukan makrofita. Hal tersebut dapat
disebabkan karena kandungan nitrat yang
kurang baik untuk pertumbuhan makrofita
Gambar 4.3 Parameter Kimia pada Sampling Daerah Tengah

Nilai suhu, salinitas dan TSS yang


didapatkan masih berada dalam standar baku b. Parameter Kimia
mutu menurut Effendi untuk nilai suhu
Berdasarkan hasil pengukuran
berkisar antara 20-30ºC dan salinitas berada
parameter kimia pada sampling daerah
antara 0-5º/͚ serta untuk TSS menurut PerGub tengah seperti yang terlihat pada gambar
Sul-Sel tentang peruntukan air kelas III grafik dibawah ini.
untuk perikanan dan pertanian masih berada
dalam standar yang ditetapkan sehingga
untuk ketiga parameter tersebut masih baik
untuk pertumbuhan makrofita. Sedangkan
untuk parameter kecerahan kurang baik
untuk pertumbuhan makrofita karena
Asmawi (1983) dalam Retnowati (2003)
menyatakan bahwa perairan dengan nilai
kecerahan < 45 cm kurang baik bagi
perikanan karena dapat mengurangi batas
pandangan ikan. Dimana tingkat kecerahan
berpengaruh terhadap penetrasi cahaya yang
masuk ke perairan akan menurun sehingga
mengakibatkan proses fotosintesis oleh
produsen tumbuhan air terhambat yang
tentunya akan menurunkan efisiensi makan
dari organisme.
Gambar 4.4 Parameter Kimia pada Sampling Daerah Tengah

Nilai Nitrat menurut Effendi (2003) kandungan nitrat yang kurang baik untuk
yang didapatkan dari gambar diatas melebihi pertumbuhan makrofita dan nilai kecerahan
0.2 ppm sehingga tidak baik untuk yang juga kurang baik. Selain itu kondisi
pertumbuhan makrofita. Dan untuk lapangan yang ditemukan pada sampling
kandungan Fosfat juga masih berada dalam daerah tengah terdapat aktivitas pertanian
baku mutu yang ditetapkan yaitu <0.3 ppm dan peternakan serta terjadi erosi tanah.
namun sangat rendah yaitu <0.001 sehingga Namun jenis gangganga hijau ini mampu
tidak baik untuk pertumbuhan makrofita bertahan hidup dengan kondisi tersebut bila
karena fosfat merupakan nutrisi yang dibandingkan dengan daerah hulu yang
dibutuhkan makrofita untuk tumbuh selain selain karena faktor fisika kimia juga karena
kandunan nitrat, sedangkan Amoniak masih kecepatan arus pada daerahj sampling hulu
berada dalam standar baku mutu yang sangat deras bila dibanding dengan daerah
ditetapkan yaitu <0.2 ppm sehingga baik tengah.
untuk pertumbuhan makrofita.
Berdasarkan hasil analisis data untuk 3. Daerah Muara
parameter fisika maupun kimia pada a. Parameter Fisika
sampling daerah tengah dan fakta lapangan
bahwa ditemukan makrofita pada stasiun I Berdasarkan hasil pengukuran
substasiun 1c yang melekat dibatu yaitu jenis parameter fiska pada sampling daerah muara
ganggang hijau (Chlorophyta). Bila seperti yang terlihat pada gambar grafik
dibandingkan dengan sampling daerah hulu dibawah ini.
yang seharusnya terdapat makrofita karena
masih dalam keadaan alamiah namun ada
beberapa faktor yang tidak mendukung yaitu
Gambar 4.5 Parameter Fisika pada Sampling Daerah Muara

Nilai suhu yang didapatkan masih perikanan karena dapat mengurangi batas
berada dalam standar baku mutu menurut pandangan ikan. Dimana tingkat kecerahan
Effendi untuk nilai suhu berkisar antara 20- berpengaruh terhadap penetrasi cahaya yang
30ºC sehingga masih baik untuk masuk ke perairan akan menurun sehingga
pertumbuhan makrofita. Nilai salinitas pada mengakibatkan proses fotosintesis oleh
sampling daerah muara semakin meningkat produsen tumbuhan air terhambat yang
ke mulut muara. Nilai salinitas dalam suatu tentunya akan menurunkan efisiensi makan
perairan terutama pada perairan tawar yaitu dari organisme. Sedangkan untuk parameter
0-5 ppt (Effendi, 2003). Sementara daerah TSS menurut PerGub Sul-Sel tentang
muara sungai melebihi ambang batas yang peruntukan air kelas III untuk perikanan dan
dipersyaratkan yaitu > 5 º/ₒₒ. Hal ini bisa pertanian masih berada dalam standar yang
disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi ditetapkan sehingga parameter TSS tersebut
cuaca yang telah memasuki musim hujan dan masih baik untuk pertumbuhan makrofita.
daerah muara sungai telah terjadi
pencampuran antara air sungai dan air laut b. Parameter Kimia
sehingga mengakibatkan nilai salinitas yang Berdasarkan hasil pengukuran
tinggi. Untuk parameter kecerahan kurang parameter kimia pada sampling daerah
baik untuk pertumbuhan makrofita karena muara seperti yang terlihat pada gambar
Asmawi (1983) dalam Retnowati (2003) grafik dibawah ini.
menyatakan bahwa perairan dengan nilai
kecerahan < 45 cm kurang baik bagi
Gambar 4.6 Parameter Kimia pada Sampling Daerah Muara

Nilai Nitrat menurut Effendi (2003) yang juga kurang baik. Selain itu kondisi
yang didapatkan dari gambar diatas melebihi lapangan yang ditemukan pada sampling
0.2 ppm sehingga tidak baik untuk daerah tengah terdapat aktivitas pertanian
pertumbuhan makrofita. Dan untuk dan peternakan serta terjadi erosi tanah.
kandungan Fosfat juga masih berada dalam Namun jenis gangganga hijau ini mampu
baku mutu yang ditetapkan yaitu <0.3 ppm bertahan hidup dengan kondisi tersebut bila
namun sangat rendah yaitu <0.001 sehingga dibandingkan dengan daerah hulu yang
tidak baik untuk pertumbuhan makrofita selain karena faktor fisika kimia juga karena
karena fosfat merupakan nutrisi yang kecepatan arus pada daerahj sampling hulu
dibutuhkan makrofita untuk tumbuh selain sangat deras bila dibanding dengan daerah
kandunan nitrat, sedangkan Amoniak masih tengah.
berada dalam standar baku mutu yang Dari hasil analisis parameter fisika-
ditetapkan yaitu <0.2 ppm sehingga baik kimia dengan keberadaan makrofita di
untuk pertumbuhan makrofita. bagian muara maka dapat disimpulkan
Berdasarkan hasil analisis data untuk bahwa pada bagian muara sungai tallo tidak
parameter fisika maupun kimia pada ditemukan makrofita. Hal ini bisa
sampling daerah tengah dan fakta lapangan disebabkan banyak faktor terutama kondisi
bahwa ditemukan makrofita pada stasiun I lingkungannya. Dan untuk parameter
substasiun 1c yang melekat dibatu yaitu jenis fisikanya ialah nilai salinitas dan kecerahan
ganggang hijau (Chlorophyta). Bila yang melebihi ambang batas peruntukkannya
dibandingkan dengan sampling daerah hulu dan tidak memenuhi kadar atau batas yang
yang seharusnya terdapat makrofita karena ditentukan untuk pertumbuhan air.
masih dalam keadaan alamiah namun ada Sedangkan untuk parameter kimianya ialah
beberapa faktor yang tidak mendukung yaitu kadar nitrat dan fosfat yang memenuhi
kandungan nitrat yang kurang baik untuk ambang batas yang ditentukan untuk
pertumbuhan makrofita dan nilai kecerahan pertumbuhan makrofita. Nilai-nilai tersebut
bisa disebabkan karena tekanan antropogenik air yang dapat bertahan hidup dengan
pada bagian muara yang begitu banyak dan kondisi perairan seperti itu yaitu seperti
berpengaruh terhadap keberadaan makrofita ganggang hijau (Chlorophyta).
didaerah tersebut. Adapun pada titik sampling daerah
. Pada lokasi daerah muara sungai Hulu tidak ditemukan makrofita atau
selama pengamatan terdapat pemukiman tumbuhan air melainkan tumbuhan darat
kampung nelayan yang berada disekitar yang hidup dibantaran sungai. Hal ini bisa
muara sungai dimana kondisi lingkungan diakibatkan banyak faktor. Bila ditinjau
tersebut memberikan kontribusi limbah pada daerah Hulu Sungai, terdapat aktivitas
domestik maupun kotoran dan urine peternakan maupun pertanian yang
manusia. Selain itu sungai Tallo juga dilakukan oleh masyarakat sekitar juga
dimanfaat sebagai sumber air untuk irigasi berdasarkan observasi langsung
dan tambak seperti dengan keberadaan dilapangan, daerah Hulu Sungai Tallo ini
keramba apung yang cukup banyak didaerah biasa dijadikan tempat permandian,
muara sungai dan terdapat vegetasi mencuci maupun aktivitas lain yang
mangrove yang berada disisi kanan dan kiri menimbulkan limbah tinja atau kotoran
muara sungai serta sebagai pemenuhan manusia. Dimana aktivitas-aktivitas
kebutuhan air bagi PLTU Tallo, dan juga tersebut mengakibatkan tingginya kadar
berfungsi sebagai sarana transportasi air bagi nitrat dan phosfat berdasarkan pegujian
penduduk yang tinggal di sekitar daerah hilir laboratorium untuk parameter fisika dan
dan di sekitar muara, dan transportasi kimia. Adapun faktor lain seperti
pengangkut kayu bagi beberapa perusahaan kecepatan arus dan kedalaman sungai juga
kayu yang berada di tepian muara. mempengaruhi keberadaan makrofita
diperairan sungai.
B. Identifikasi Makrofita yang Sedangkan pada daerah Muara sungai
ditemukan berdasarkan penentuan titik sampling juga
Selama melakukan pengamatan pada tidak ditemukan makrofita. Yang
titik sampling daerah Hulu, Tengah dan ditemukan hanya tumbuhan eceng gondok
Muara Sungai hanya pada daerah Tengah mati yang terbawa arus hingga ke muara
sungai yaitu tepatnya pada substasiun 1c sungai. Hal tersebut disebabkan oleh
yang ditemukan makrofita dengan jenis kondisi lingkungan yang ekstrim dan
makrofita atau tumbuhan air yaitu ganggang mengalami proses sedimentasi sehingga
hijau (Chlorophyta). Pada stasiun 1 dan kebanyakan lokasi yang diamati
substasiun 1a terdapat tumbuhan namun bersubstrat lumpur halus sehingga kurang
bukan tumbuhan air melainkan tumbuhan baik untuk pertumbuhan dan perletakan
darat. Sedangkan pada stasiun 2, substasiun makrofita. Selain itu, umumnya lokasi
2a dan substasiun 2b hanya terdapat yang diamati dipadati dengan
tumbuhan mati yang ditemukan pada dasar perkampungan nelayan dimana limbah
sungai maupun mengapung pada permukaan domestik banyak terdapat dilokasi dan juga
sungai. Kondisi tersebut bisa diakibatkan merupakan jalur transportasi penduduk
beberapa faktor diantaranya pada stasiun 2 sehingga vegetasi makrofita yang ada bisa
terdapat peternakan ayam yang memberikan terpotong oleh baling-baling perahu
kontribusi terhadap pencemaran sungai, sehingga tidak bisa bertahan dilokasi
kondisi cuaca pada saat sampling hujan penelitian.
sehingga mengakibatkan luapan sungai dan
kecepatan arus yang cukup deras. Beberapa
faktor itulah yang tidak memungkinkan
tumbuhan air (makrofita) untuk tetap
bertahan hidup di daerah tersebut dan hanya
ada beberapa jenis makrofita atau tumbuhan
Adapun identifikasi makrofita yang Jumlah nilai Kerapatan, Frekuensi dan
ditemukan sebagai berikut : Persentase penutupan makrofita ialah full
dalam artian temuan makrofita full didalam
alat menggunakan metode transek kuadrat.

C. Makrofita sebagai Bioindikator


Kualitas Lingkungan pada Perairan
Sungai

Gambar 4.7 Makrofita Jenis Ganggang Pada penelitian ini, dengan melihat
Hijau (Chlorophyta) yang ditemukan pada keberadaan makrofita yang ditemukan di
saat sampling bagian Tengah Sungai Tallo maka kondisi
kualitas perairan di Sungai Tallo diduga
Klasifikasi Chlorophyta (Green Algae) bahwa dengan keberadaan makrofita di
Chlorophyta (Alga Hijau): Sungai Tallo dapat digunakan sebagai
petunjuk bagi kualitas lingkungan perairan di
Kingdom : Plantae Sungai Tallo meskipun hanya ditemukan di
Divisio : Chlorophyta daerah Tengah Sungai Tallo pada stasiun I
Class : Chlorophyceae substasiun 1c yaitu 1 makrofita jenis
tumbuhan air yaitu Chlorophyta (Ganggang
Chlorophyceae (Alga Hijau) hijau) yang mampu bertahan hidup dengan
merupakan kelompok dengan vegetasi kondisi perairan yang telah dijelaskan pada
terbesar dibanding kelompok lainnya. pembahasan sebelumnya dan melengkapi
Chlorophyceae disebut juga alga hijau yang pendugaan kualitas air dengan indikator
tergolong ke dalam divisi Chlorophyta.Sel- parameter fisika dan kimia.
selnya memiliki kloroplas yang berwarna Adapun pengaruh kualitas lingkungan
hijau yang jelas seperti pada tumbuhan perairan dengan hubungan makrofita sebagai
tingkat tinggi karena mengandung pigmen bioindikator perairan sungai ialah dapat
klorofil a dan b, karotenoid. Pada kloroplas dinilai berdasarkan Indeks Diversitas
terdapat pirenoid, hasil asimilasi berupa (Simpson, 1949) dan potensi
tepung dan lemak. Perkembangbiakan terjadi pemanfaatannya berdasarkan temuan
secara aseksual dan seksual. Secara aseksual makrofita yang didapatkan dengan nilai
dengan membentuk zoospora, sedangkan kepadatan makrofita sebanyak 0.062 ialah
secara seksual dengan anisogami. sangat jelek (≤ 0.17) dan potensi
Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil pemanfaatannya kecil sekali. Sedangkan
yang merupakan koloni berbentuk benang menurut (Odum,1993) standar klasifikasi
bercabang-cabang atau tidak, dan tingkat indeks keanekaragaman (H’) pada
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi keberadaan makrofita di bagian Tengah
(Tjitrosoepomo, 1994). Sungai Tallo rendah yaitu < 1 sedangkan
menurut perhitungan Indeks similaritas
Hasil Analisis Data Makrofita Sorenses menggunakan data binet (kehadiran
dan ketidakhadiran) suatu spesies pada suatu
Tabel 4.1 Kerapatan, Frekuensi dan unit sampling maka nilainya ialah 0 yang
Persentase Penutupan Makrofita berarti tidak ada kemiripan (Krebs, 1999).
dan berdasarkan (Lee et al., 1978) standar
Makrofita Ki (jumlah Fi (%) Pi (%)
klasifikasi tingkat pencemaran maka kualitas
individu/m2) lingkungan perairan sungai ialah tergolong
pencemaran berat/tinggi (<1.0).
Ganggang Hijau 1 100 100
PENUTUP B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian studi
A. Kesimpulan komunitas makrofita pada Perairan
Berdasarkan hasil penelitian dan Sungai Tallo Kota Makassar pada
analisis data dapat disimpulkan bahwa: waktu yang berbeda dan secara berkala
1. Kepadatan makrofita (tumbuhan air) serta pengujian parameter lain
diperairan Sungai Tallo selama sehingga melengkapi studi penelitian
pengamatan hanya ditemukan 1 jenis mengenai karakteristik dan potensi
makrofita yaitu ganggang hijau makrofita karena cukup besarnya
(Chlorophyta) yang berada di daerah potensi gangguan antropogenik pada
tengah sungai Tallo tepatnya pada stasiun kawasan ini yang cukup besar
I di substasiun 1c. pengaruhnya terhadap pertumbuhan
2. Jenis ganggang hijau (Chlorophyta) ini tumbuhan maupun biota air yang hidup
mampu bertahan hidup pada kondisi di sungai, sehingga keberadaan dan
lingkungan seperti yang telah dijelaskan fungsi sungai dapat dipertahankan.
pada pembahasan sebelumnya. Jenis 2. Perlu penelitian pada musim kemarau
makrofita ini melekat pada batu. Jenis dan penelitian yang lebih signifikan
ganggang ini diketahui berperan dalam serta untuk lebih relevannya dalam
perairan tawar sebagai produsen utama penelitian ini agar dilakukan penelitian
bagi organism air yang berada diperairan untuk organisme air (benthos) yang
dan penghasil oksigen yang bermanfaat berada di dalam perairan Sungai Tallo.
sebagai pernafasan bagi organisme air.
3. Jenis-jenis makrofita yang ditemukan DAFTAR PUSTAKA
mengindikasikan bahwa kondisi perairan
sungai telah tercemar sehingga tidak
mampu ditolerir oleh tumbuhan tersebut. Asdak, C. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan
Dan hanya tumbuhan jenis tertentu seperti Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
ganggang hijau yang mampu bertahan University Press. Yogyakarta.
hidup dengan kondisi perairan yang telah Brower, J.E., Zar, J.H., and Ende, C.N. 1998.
mendapatkan pengaruh antropogenik yang Field and Laboratory Methods for
semakin besar seiring dengan General Ecology, Ed. Ke-4, Mc. Graw
bertambahnya penduduk. Kondisi Hill. Boston.
perairan Sungai Tallo mengarah pada Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
kematian makrofita. Hal tersebut dapat Pengelolaan Sumberdaya dan
dilihat dari nilai salinitas pada muara Lingkungan Perairan. Kanisius.
melebihi ambang batas >5 º/ₒₒ, nilai Yogyakarta. 258 hal.
kecerahan yang kurang baik (<45 cm), Hakanson, L., and Bryhn, A.C. 2008.
kadar Nitrat (NO3) tidak baik (>0.2 ppm) Eutrophication in the Baltic Sea
dan kadar Fosfat (PO4) juga kurang baik Present Situation, Nutrien Transport
(<0.3 ppm) pada daerah hulu baik namun Processes, Remedial Strategies.
kurang baik pada daerah tengah dan Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p.
muara <0.001 ppm. Sehingga dapat 263.
disimpulkan bahwa kualitas lingkungan Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri.
perairan sungai Tallo ialah tergolong Yogyakarta: Penerbit Andi.
pencemaran berat/tinggi (<1.0) Masduqi. 2009. Keberlanjutan Sistem
berdasarkan standar klasifikasi tingkat Penyediaan Air Bersih Perpipaan di
pencemaran. Perdesaan. Desertasi Doktor, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Surabaya.
Retnowati, D.N. 2003. Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Wisnu, A.W. 1995. Dampak Pencemaran
Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Anda mungkin juga menyukai