Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
1. Sermon Ricardo (191434045)
2. Happynda Iaksa (221434003)
3. Angela Merici C (221434009)
4. Hanifah Rachmandiani (221434014)
5. Tiara Floresta T. Djuwa (221434022)
6. Siti Nurjanah (221434027)
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bentos
Dalam lingkungan sungai yang dinamis, analisis biologi
khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan. Salah
satu aspek biologi yang paling sering dikaji dalam penilaian
kualitas air adalah makrozoobenthhos. Bentos merupakan
organisme yang hidup menetap di dasar perairan, bersentuhan
langsung dengan sedimen, sehingga berpotensi terpapar secara
langsung oleh zat pencemar seperti bahan organik serta logam
berat (Vivin Alfyana Yulia Pratami dkk, 2018).
Bentos memiliki distribusi yang luas, menempati posisi
penting dalam rantai makanan, serta memiliki respon yang cepat
dibandingkan organisme tingkat tinggi lainnya sehingga dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan.Zonasi
bentos ditentukan oleh sedimentasi serta kandungan bahan
organik.Berdasarkan zonasi tersebut dapat ditentukan persebaran
bentos berdasarkan zonasi sungai, yaitu zonasi tergenang, tepi dan
tengah sungai.Makrozoobenthos juga merupakan hewan yang
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan paling banyak
digunakan sebagai indikator pencemaran logam, karena habitat
hidupnya yang menetap.
2.3 Pengukuran DO
Menurut Agnes Purwani dkk (2013) Penilaian kualitas air
sungai yang baik hendaknya menggunakan kombinasi parameter
fisika-kimia dan biologi. Oleh karena itu keberadaan organisme
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain DO dan TDS
(Total Disolved Solids), merupakan padatan yang terdiri dari
senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan
garam-garamnya. Istilah Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen
terlarut merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat
kualitas air di suatu sungai. Oksigen merupakan senyawa kimia
yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melangsungkan
kehidupannya. Keberadaan oksigen dapat ditemui di udara dan di
air. Oksigen terlarut di air didapatkan dengan proses difusi, arti
dai difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang
berkonsentrasi rendah.
Parameter DO sangat berpengaruh
terhadap kehidupan organisme makhluk hidup di sungai. Oksigen
terlarut diperlukan oleh berbagai bentuk kehidupan di badan air
seperti ikan, invertebrata, bakteri dan tanaman. Organisme ini
menggunakan oksigen dalam respirasi. Ikan memperoleh oksigen
untuk respirasi melalui insang, sementara kehidupan tanaman dan
fitoplankton memerlukan oksigen terlarut untuk respirasi ketika
tidak ada cahaya untuk fotosintesis. Tingkat oksigen terlarut yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat membahayakan kehidupan
air dan mempengaruhi kualitas air.
Menurut Sl Patty (2017) Faktor yang dapat mempengaruhi
nilai DO adalah :
1. Suhu air terlalu hangat.
Meningkatnya aktifitas molekular pada air hangat,
mendorong molekul oksigen keluar dari badan air
(manguap, hal ini berkaitan dengan proses difusi). Jika
hal ini berlangsung cukup lama, maka nilai DO lama-
kelamaan akan berkurang.
2. Jumlah mikroorganisme (bakteri)
Semakin banyak mikroorganisme yang terdapat pada
badan air, maka kebutuhan oksigen terlarut akan
semakin banyak. Mikroorganisme ini muncul
dikarenakan limbah yang dibuang ke badan air belum
diolah, sehingga limbah tercampur dengan badan air dan
terdapat persaingan untuk mendapatkan oksigen terlarut
(mikroorganisme juga memanfaatkan limbah untuk daur
hidupnya).
3. Adanya limpasan pupuk dari ladang pertanian.
Pupuk yang dimanfaatkan untuk membuat
tanaman pertanian tumbuh lebih baik, jika dibuang
langsung ke badan air mengakibatkan tanaman air dapat
tumbuh lebih cepat. Jika cuaca tanpa sinar
matahari selama beberapa hari, tanaman air tidak dapat
berfotosintesis, dan lama-kelamaan akan mati. Ketika
meningkatnya jumlah tanaman
air yang mati, dapat meningkatkan jumlah bakteri untuk
menguraikan tanaman tersebut dan tingkat
konsumsi oksigen terlarut besar pula.
2.4 Plankton
Plankton merupakan sekelompok biota aquatik baik berupa
tumbuhan maupun hewan yang hidup melayang maupun terapung
secara pasif di permukaan perairan, dan pergerakan serta
penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus. Menurut AU Khazmi
(2014) berdasarkan cara makan, plankton dibedakan atas dua
kelompok besar yaitu plankton hewan atau hewani (zooplankton)
dan plankton tumbuhan atau nabati (fitoplankton).
1. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air
dengan ukuran yang sangat kecil dan hidup melayang di
dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat
penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya
dengan peranan tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih
tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton juga
merupakan produsen utama, zat-zat organik dalam
ekosistem perairan, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang
lain. Keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi
kehidupan di perairan karena memegang peranan penting
sebagai makanan bagi berbagai organisme sungai.
Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh
adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif
fitoplankton (D. Djokosetiyanto 2006). Fitoplankton
membuat ikatan-ikatan organik sederhana melalui
fotosintesa. Fitoplakton dikelompokkan dalam 5 divisi
yaitu: Cyanophyta, Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta
dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar), semua
kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air laut dan air
tawar kecuali Euglenophyta.
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani, meskipun
terbatas namun mempunyai kemampuan bergerak dengan
cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari
zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan.
Migrasi dapat disebabkan karena faktor konsumen, yaitu
dimana zooplankton mendekati fitoplankton sebagai
mangsa, selain itu migrasi juga terjadi karena pengaruh
gerakan angin yang menyebabkan gerak vertical dari dasar
air kearah permukaan air. Plankton merupakan
sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan maupun
hewan yang hidup melayang maupun terapung secara pasif
di permukaan perairan, dan pergerakan serta
penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus.Plankton
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton
hewani).
a. Pengukuran TDS
2.5 Pengukuran TDS
Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu
semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air.
Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O).
Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan
jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam
satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion
terhadap air. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut
dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan
ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-
garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik
berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air
buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan
yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri
pencucian.
Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari banyak
sumber, organik seperti daun, lumpur, plankton, serta limbah
industri dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah rumah
tangga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber
anorganik berasal dari batuan dan udara yang mengandung kasium
bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan mineral lain. Semua
benda ini berentuk garam, yang merupakan kandungannya
perpaduan antara logam dan non logam. Garam-garam ini biasanya
terlarut di dalam air dalam bentuk ion, yang merupakan partikel
yang memiliki kandungan positif dan negatif.Air juga mengangkut
logam seperti timah dan tembaga saat perjalanannya di dalam pipa
distribusi air minum.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Jenis Praktikum
Jenis penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yang
dikumpulkan dalam bentuk angka dan menggunakan metode deskriptif
yaitu menjelaskan dan memaparkan spesies yang ada di sungai Kali
Kuning sebagai indikator kualitas air sungai.
Alat Bahan
Jaring Ikan
Gelas Aqua
Kamera Handphone
Alat Tulis
Celupkan bagian
bawah alat kedalam air
b. Kepadatan partikel
3. Parameter Kimia
a. Mengukur pH air sungai
Tunggu hingga
angkanya stabil
Data hasil uji nitrat dicatat, lalu hasil tersebut dapat dikali dengan
4,43
c. Uji Fosfat
fosfat disiapkan
Sampel air dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak 5 ml, dan ditunggu selama 1
menit
Hasil volume Titrant solution yang digunakan dikalikan 10 , dan hasil uji
BOD dicatat
4. Parameter Biologi
a. Makrozoobenthos
Jumlah Individu
Plot Skor
Juml
No Family Biotili
ah
k
1 2 3 4 5 6
Parathelph
1 usidae 6 6 12 2
Palaemoni
5
2 dae 14 21 1 1 42 3
3 Atyidae 2 20 9 26 35 92 2
4 Gerridae 8 10 18 2
5 Nepidae 5 5 2
6 Corduliidae 1 1 3
7 Baetidae 30 46 76 3
8 Tipulidae 4 4 3
9 0
10 0
Jumlah
Skor Biotilik
NO Nama Famili individu ti x ni Keterangan
(ti)
(ni)
EPT
Cukup
1 Baetidae 3 76 228 sensitif
Subtotal EPT (nEPT) 76 228
NON
EPT
Cukup
1 Palaemonidae 3 42 126 sensitif
2 Atyidae 2 92 184 Toleran
3 Gerridae 2 18 36 Toleran
4 Nepidae 2 5 10 Toleran
5 Parathelphusidae 2 12 24 Toleran
Cukup
6 Corduliidae 3 1 3 sensitif
Cukup
7 Tipulidae 3 4 12 sensitif
Subtotal Non-EPT 174 395
JUMLAH 250 623
Persentase Kelimpahan EPT
(nEPT/N) 0.304
INDEKS BIOTILIK (X/N) 2.492
Rata- Nilai
Fisik 1 2 3 4 5
rata Standar
6
0.367
Kecepatan 0.22 8333
Arus m/s 0.8 0.27 0.29 0.26 7 0.36 333
25.86
6666
Suhu 26.3 24.5 28.4 26.5 24.5 25 67 3
87.43
3333 100
TDS ppm 88 90 95.1 97.6 9.9 144 33 0
4.2 Pembahasan
1. Parameter fisik
Berdasarkan hasil tersebut, parameter fisika dibagi menjadi 3 yaitu:
kecepatan arus, TDS, dan Suhu. Pada jembatan arus waktu yang dibutuhkan
paling rendah pada spot 6 yaitu 0,36 m/s dan paling tinggi pada spot 1 yaitu 0,8
m/s. Hal tersebut disebabkan arus air pada spot 1 sangat deras dan air sungai
pada spot 6 tenang.
Pada TDS (Total dissolved solid) adalah jumlah zat padat terlarut baik
berupa ion-ion organik, senyawa, maupun koloid di dalam air. Berdasarkan
hasil pengukuran pada tabel diatas, rata-rata jumlah TDS pada masing-masing
titik sampel di Sungai Kuning berkisar 88-144 ppm dengan TDS jumlah
terendah pada spot 5 yaitu 9.9 ppm dan TDS tertinggi pada spot 6 yaitu 144
ppm. Hal ini terjadi karena spot penelitian 6 merupakan spot terletak di area
hilir sehingga materi padatan organik maupun anorganik yang terbawa arus air
sungai mulai dari area hulu, berhenti dan mengendap di area tersebut. Hasil ini
masih memenuhi standar baku mutu 1000 ppm. TDS dapat menunjukkan
apakah air termasuk tercemar atau tidak tercemar. Semakin tinggi kadar TDS
dalam air semakin tercemar air tersebut baik oleh senyawa organik maupun
anorganik.
Pada suhu paling rendahnya pada spot 2 dan spot 5 yaitu 24.5 °C dan
paling tingginya pada spot 3 yaitu 28.4 °C. Hal tersebut disebabkan intensitas
cahaya pada spot tiga tinggi sehingga suhu air sungai tinggi.
2. Parameter Kimia
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, parameter kimia dibagi
menjadi 5 yaitu, pH, Fosfat, Nitrat, DO dan BOD. Pada Ph rata-rata jumlah
masing-masing titik sampel di sungai Kuning berkisar 7.1-8.1, dengan pH
rendah pada spot 6 dan pH tertinggi pada spot 2. Hal ini karena pada spot 2
disebabkan terdapat pencemaran air oleh bahan organik maupun bahan
anorganik sehingga tingkat keasaman tinggi. Dari data yang ada, pH air sungai
Kuning masih relatif standar.
Fosfat merupakan senyawa kimia dalam bentuk ion yang dapat
menurunkan kualitas perairan dan dapat membahayakan kehidupan makhluk
hidup. berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, nilai fosfat paling rendah
terdapat pada spot 1, 3, dan 4. Sementara nilai fosfat yang paling tinggi terdapat
pada spot 6, hal ini karena pada spot 6 air sungainya lebih tenang sehingga
menyebabkan tingginya pengendapan sedimen. Nilai standar baku mutu air
sungai menurut Permenkes NO. 32 Tahun 2017 Tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air adalah 0.2 ppm. Jika dilihat
dari senyawa kimia fosfat, air sungai Kuning tergolong tercemar. Kelebihan
fosfat di perairan menyebabkan peristiwa ledakan pertumbuhan alga dengan
efek samping menurunnya konsentrasi oksigen dalam badan air sehingga
mengancam kehidupan biota air.
Dari data praktikum yang telah dilakukan, nitrat yang paling tinggi
terdapat pada spot 4 dengan nilai 8.86 ppm, namun pada spot 1, 2, 3, 4, dan 6
data pengukuran senyawa nitrat tidak masuk dalam data kelas. Nitrat di perairan
merupakan makronutrien yang mengontrol produktivitas primer di daerah
eufotik. kadar nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh asupan nitrat dari badan
sungai. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar nitrat pada sungai maka semakin
banyak pula makronutrien yang berfungsi untuk kebutuhan biota air sungai.
Pada DO, oksigen yang terlarut dalam air sungai Kuning dapat dikatakan
kurang baik dimana nilai rata-rata DO pada sungai Kuning adalah 5.033333333
sementara standar nilai baku mutu air sungai adalah 6 ppm. DO (Dissolved
Oxygen) adalah kandungan oksigen yang terlarut didalam air sebagai parameter
untuk mengukur kualitas air sungai. Jika nilai DO semakin tinggi maka kualitas
air sungai semakin baik.
Pada BOD jumlah oksigen terlarut yang paling rendah terdapat pada
spot 6 yaitu 0.8 ppm dan yang paling tinggi terdapat pada spot 4 yaitu 8.1 ppm.
Sementara itu, nilai rata-rata BOD pada sungai Kuning diperoleh 4.9 ppm
dengan nilai standar baku mutu air sungai 2 ppm. Dari data BOD yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa sungai Kuning kurang baik, dimana semakin tinggi nilai
BOD maka semakin rendah kualitas air dan akan berpengaruh pada menurunnya
nilai DO.
3. Parameter Biologi
Pengukuran parameter biologi dilakukan dengan biotilik. Dilakukan
pengambilan bentos di sungai untuk diidentifikasi. Pengambilan biotilik
dilakukan di 6 spot yang terletak di sepanjang sungai Kuning. Spot 1 oleh
kelompok 1, spot 2 oleh kelompok 2, spot 3 oleh kelompok 3, spot 4 oleh
kelompok 4, spot 5 oleh kelompok 5 dan spot 6 oleh kelompok 6. Masing-
masing kelompok di setiap spot melakukan uji kualitas biotilik. Spot 1
mendapat 33 spesies ( 2 spesies dari famili atyidae, 1 spesies dari famili
corduliidae, dan 30 spesies dari famili baetidae yang merupakan subtotal EPT/
nEPT), spot 2 mendapatkan 22 spesies (14 spesies dari famili palaemonidae,
dan 8 spesies gerridae), pada spot 3 memperoleh 40 spesies bentos (5 spesies
dari famili palaemonidae, 20 spesies dari famili atyidae, 10 spesies dari famili
gerridae, 5 spesies dari famili nepidae) dari spot 4 memperoleh bentos sebanyak
80 spesies ( 21 spesies dari famili palaemonidae, 9 spesies dari famili atyidae,
46 spesies dari famili baetidae, dan 4 spesies dari famili tipulidae), pada spot 5
memperoleh bentos sebanyak 33 bentos ( 6 spesies dari famili parathelphusidae,
1 spesies dari famili palaemonidae, dan 26 spesies dari atyidae), pada spot 6
terdapat 42 spesies bentos diantaranya adalah 6 spesies dari famili
parathelphusidae, 1 spesies dari famili palaemonidae, dan 35 spesies dari famili
atyidae. Spesies baetidae termasuk dari kategori EPT (nEPT) dengan subtotal
76 spesies dengan persentase kelimpahan EPT (nEPT/N) sebanyak 0.304 dan
dengan kategori cukup sensitif. Non-EPT sebanyak 250 spesies.
Dari hasil bentos yang didapatkan air sungai cukup bervariasi, ada
bagian yang sedikit tercemar juga ada bagian yang masih bersih dari
pencemaran. Spot 1 dan 4 terdapat bentos yang dikategorikan cukup sensitif
pencemaran, dapat diartikan bahwa sungai tersebut airnya masih cukup bersih.
Dari hasil data yang didapatkan, secara umum bentos yang banyak diperoleh
adalah kategori toleran pencemaran, tetapi terdapat juga kategori cukup sensitif
pencemaran dan sangat toleran pencemaran. Hari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara umum, air di sungai masih layak digunakan, dilihat
dari perbandingan bentos yang cukup sensitif pencemaran dan bentos yang
sangat toleran pencemaran, masih lebih besar perbandingan bentos yang cukup
sensitif pencemaran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa
hal, sebagai berikut:
1. Karakteristik kualitas air pada sungai kuning masih tergolong baik
dan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan
baku mutu air yang sudah ditetapkan pada penetapan air sungai di
daerah provinsi DIY nomor 22 tahun 2007.
2. Struktur komunitas biota yang ada di Sungai Kuning terdiri terdiri
atas 3 famili dengan total 100 individu dan didominasi oleh famili
atydae, sisanya yaitu:Corduliidae dan Baetidae. Karena pada saat
mengambil bentos itu kita kesusahan menemukan bentos nya,
karena mungkin aliran sungainya, bahkan kita tidak menemukan
bentos semacam kerang atau keong.
3. Parameter fisika
Pada parameter fisika kualitas air sungai Kuning masih dikatakan
standar, dimana hasil pengukuran suhu, TDS, dan kuat arus yang
dilakukan masih memenuhi standar baku mutu kualitas air sunagai.
4. Parameter kimia
Parameter kimia kualitas air sungai Kuning, pada pH masih standar
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, hal ini masih baik
untuk kualitas air sungai, pada pengukuran DO juga masih
memenuhi standar kualitas air sungai, namun pada pengukuran
fosfat, DO, dan BOD menunjukkan bahwa kualitas air sungai
kurang baik atau tergolong tercemar.
5. Parameter biologi
Dari hasil pratikum yang dilakukan, kualitas air sungai dapat
disimpulkan masih layak digunakan, dilihat dari perbandingan
bentos yang cukup sensitif pencemaran dan bentos yang sangat
toleran pencemaran, masih lebih besar perbandingan bentos yang
cukup sensitif pencemaran.
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya organisme pankton juga
diidentifikasi agar data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengamatan
kualitas air sungai Kuning lengkap.
Rafleksi
1. Sermon Ricardo (191434045)
Praktikum uji kualitas air yang dilakukan untuk mengetahui
kualitas air di sungai boyong dilakukan menggunakan parameter fisik,
kimia, dan biologi. Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui cara-
cara untuk menguji kualitas air mengunakan parameter fisik yaitu
kecepatan aliran air; parameter kimia seperti TDS, pH, DO, dan suhu;
dan parameter biologi menggunakan biotilik. Kita juga dapat
mengetahui cara pengambilan sampel. Setelah praktikum dilakukan,
kita diharapkan dapat menguji kualitas air di suatu tempat dengan tepat
dan menemukan solusi untuk permasalahan kualitas air yang ditemukan
selama pengujian/penelitian.
Mardhia, D., & Abdullah, V. (2018). Studi analisis kualitas air sungai Brangbiji Sumbawa
Besar. Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 182-189.
Sari, R. N., Istirokhatun, T., & Sudarno, S. Analisis Penentuan Kualitas Air Dan Status Mutu
Sungai Progo Hulu Kabupaten Temanggung (Doctoral dissertation, Diponegoro
University). Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.
Syuhada, N. I., Suwondo, S., & Fauziah, Y. (2017). Analisis Kualitas Perairan Sungai
Subayang Berdasarkan Indeks Biotilik Sebagai Pengayaan Modul Mata Kuliah
Ekologi Perairan.
Alfiyana, Vivin Yulia pratami dkk.2018. Keanekaragaman, zonasi serta overlay persebaran
bentos di Sungai Keyang, Ponorogo, Jawa Timur. http://jurnal.unsyah.ac.id. Jawa
Timur.
Patty, Sl.2017.OKSIGEN TERLARUT DAN APPARENT OXYGEN UTILIZATION DI
PERAIRAN SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA1.LIPI.Sulawesi Utara.
Khazmi,AU. 2014. Plankton. http://eprins.walisongo.ac.id
Djokosetiyanto, D.2006.kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton di perairan pantai
dadapteluk Jakarta. https://journal.ipb.ac.id. Jakarta. Effendi,H.2003.Telaah Kualitas
Air.Yogyakarta.
Agnes (2013). Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitas Air. Diunduh dari academia edu
https://www.academia.edu/9031404/Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitas
Air.Diunduh pada 23 November 2022 pukul 19.45