Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TERAPAN

UJI KUALITAS AIR

SUNGAI KUNING , SLEMAN , YOGYAKARTA

Dosen Pengampu:

Hendra Michael Aquan, S.Si., MAnhMgmt

Disusun oleh:
1. Sermon Ricardo (191434045)
2. Happynda Iaksa (221434003)
3. Angela Merici C (221434009)
4. Hanifah Rachmandiani (221434014)
5. Tiara Floresta T. Djuwa (221434022)
6. Siti Nurjanah (221434027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia


khususnya dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, rumah
tangga, sanitasi, pariwisata, olahraga, industri, transportasi. Selain
bermanfaat bagi manusia keberadaan sungai juga sangat penting
untuk keseimbangan suatu ekosistem, baik ekosistem terrestrial
maupun ekosistem aquatik. Pada ekosistem aquatik khususnya,
sungai memiliki peranan sebagai tempat hidup suatu organisme
tertentu serta sumber energi bagi organisme tersebut.

Di era modern ini banyak sekali aktivitas manusia seperti


pertanian, perkebunan, pengembangan lahan, pengembangan
perkotaan dan kegiatan lainnya yang jika tidak dilakukan dengan
bijak dapat mempengaruhi kehidupan biota yang hidup di sungai.
Tentunya jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan bijak maka
akan membuat kesehatan sungai menjadi menurun. Kesehatan
sungai dapat diamati dengan meneliti karakteristik fisik perairan
serta keberadaan substrat dasar yang berpengaruh pada
pembentukan habitat organisme yang hidup pada perairan tersebut
(Rahardjanto, 2020).

Karena sungai merupakan bagian dari ekosistem aquatik


lotik, pada sungai juga terjadi interaksi antara komponen-
komponen penyusun ekosistem. Interaksi ini membentuk rantai
makanan (food chain) yang kompleks atau disebut juga dengan
jaring-jaring makanan (food web). Sama seperti di ekosistem darat,
ekosistem perairan juga memiliki tingkatan tropik mulai dari
produsen hingga konsumen. Kelompok organisme yang berperan
dalam interaksi tersebut mulai dari organisme mikroskopis hingga
makroskopis.

Berkaitan dengan kesehatan sungai, baik komponen biotik


dan abiotik yang ada dapat dijadikan indikator kualitas air pada
sungai. Semua komponen akan membantu menilai kualitas air, baik
dari habitat fisik, biologi maupun kimia. Pada pratikum biolitik dan
parameter kesehatan yang dilakukan di wilayah Kali Kuning, desa
Penting Sari, akan diketahui seberapa baik atau kurangnya
kesehatan sungai yang ada disana dengan indikator biotik dan
abiotik pada ekosistem sungai itu sendiri

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan


masalah dalam pratikum ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh faktor abiotik terhadap kelimpahan biota


pada sungai Kali Kuning?

2. Apa saja jenis biota yang melimpah di sungai Kali Kuning?

3. Bagaimana status mutu air pada sungai Kali Kuning


berdasarkan komponen abiotik dan biotik yang ditemukan
disana?
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kelimpahan biota pada sungai serta faktor abiotik


yang mempengaruhi kelimpahan biotanya.

2. Mengetahui jenis biota apa saja yang melimpah di sungai Kali


Kuning sebagai indikator sehat tidaknya sungai Kali Kuning.

3. Mengetahui status mutu air pada wilayah Kali Kuning


berdasarkan komponen biotik dan abiotik yang ditemukan
disana.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa, agar dapat semakin mencintai lingkungan


terutama pada ekosistem sungai. Dengan adanya pratikum ini,
diharapkan mahasiswa dapat semakin sadar untuk menjaga
sungai beserta komponen abiotik maupun biotiknya karena itu
dapat mempengaruhi kualitas air disungai tersebut.

2. Bagi Masyarakat, diharapkan masyarakat sekitar sungai kali


kuning tepatnya, dapat menjaga kelestarian sungai disana
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

3. Bagi pemerintah, sehingga pemerintah dapat mengupayakan


program cinta lingkungan terutama pada sungai yang dapat
dijadikan sumber air bersih bagi kebutuhan masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Air


Sungai merupakan sumber air dari permukaan yang
memberikan manfaat kepada kehidupan manusia. Dimana
kualitas sungai akan mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan lingkungan sungai yang disebabkan oleh berbagai
aktivitas kehidupan manusia. Beberapa pencemaran sungai
tentunya diakibatkan oleh kehidupan disekitarnya baik pada
sungai itu sendiri maupun perilaku manusia sebagai pengguna
terhadap sungai.
Air merupakan bahan alam yang sangat berharga karena
tidak hanya digunakan bagi kehidupan manusia, hewan dan
tanaman tetapi juga merupakan media pengangkutan, sumber
energi, dan berbagai keperluan lainnya. Kuantitas atau jumlah air
umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik daerah seperti
curah hujan, topografi, dan jenis batuan. Sedangkan kualitas air
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial seperti
kepadatan penduduk dan kepadatan sosial. Berbagai aktifitas
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari
kegiatan industri, permukiman, dan pertanian akan menghasilkan
limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air
sungai.
Salah satu indikator sifat yang dapat menilai perubahan
terhadap kualitas yaitu dengan makrozoobentos. Dalam
penggunaan makrozoobentos disebabkan oleh organisme yang
mudah terpengaruh terhadap perubahan kualitas karena sifat
hidupnya menetap dan sulit untuk menghindar pada perubahan
kondisi perairan sungai (Amizera et al.2015). Makrozoobentos
sendiri merupakan inverteberata yang dapat dilihat secara kasat
mata,makrozoobentos merupakan salah satu komponen biotik
terhadap ekosistem perairan yang dapat memberikan gambaran
menganai kodisi fisisk ,kimia dan biologi pada suatu perairan.
Makrozoobentos juga memiliki beberapa sifat,yaitu peka
terhadap perubahan kualitas air pada tempat hidupnya dimana
dapat berpengaruh pada komposisi dan kelimpahannya, dapat
ditemukan pada semua perairan,terdapat jenis yang cukup banyak
dan memberikan respon berbeda akibat gangguan yang
berbeda,memiliki pergerakan terbatas sehingga dapat menjadi
petunjuk keadaan terhadap lingkungan setempat,memiliki tubuh
yang dapat mengakumulasi racun sehingga diguanakan sebagai
penunjuk pencemaran,mudah untuk dikumpulkan dan di
indentifikasi,dan pengambilanya mudah dilakukan karena dapat
menggunakan alat yang sederhana seperti jaring.

2.2 Bentos
Dalam lingkungan sungai yang dinamis, analisis biologi
khususnya analisis struktur komunitas hewan bentos, dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang kualitas perairan. Salah
satu aspek biologi yang paling sering dikaji dalam penilaian
kualitas air adalah makrozoobenthhos. Bentos merupakan
organisme yang hidup menetap di dasar perairan, bersentuhan
langsung dengan sedimen, sehingga berpotensi terpapar secara
langsung oleh zat pencemar seperti bahan organik serta logam
berat (Vivin Alfyana Yulia Pratami dkk, 2018).
Bentos memiliki distribusi yang luas, menempati posisi
penting dalam rantai makanan, serta memiliki respon yang cepat
dibandingkan organisme tingkat tinggi lainnya sehingga dapat
digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan.Zonasi
bentos ditentukan oleh sedimentasi serta kandungan bahan
organik.Berdasarkan zonasi tersebut dapat ditentukan persebaran
bentos berdasarkan zonasi sungai, yaitu zonasi tergenang, tepi dan
tengah sungai.Makrozoobenthos juga merupakan hewan yang
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan paling banyak
digunakan sebagai indikator pencemaran logam, karena habitat
hidupnya yang menetap.
2.3 Pengukuran DO
Menurut Agnes Purwani dkk (2013) Penilaian kualitas air
sungai yang baik hendaknya menggunakan kombinasi parameter
fisika-kimia dan biologi. Oleh karena itu keberadaan organisme
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain DO dan TDS
(Total Disolved Solids), merupakan padatan yang terdiri dari
senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan
garam-garamnya. Istilah Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen
terlarut merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat
kualitas air di suatu sungai. Oksigen merupakan senyawa kimia
yang dibutuhkan makhluk hidup untuk melangsungkan
kehidupannya. Keberadaan oksigen dapat ditemui di udara dan di
air. Oksigen terlarut di air didapatkan dengan proses difusi, arti
dai difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat
dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang
berkonsentrasi rendah.
Parameter DO sangat berpengaruh
terhadap kehidupan organisme makhluk hidup di sungai. Oksigen
terlarut diperlukan oleh berbagai bentuk kehidupan di badan air
seperti ikan, invertebrata, bakteri dan tanaman. Organisme ini
menggunakan oksigen dalam respirasi. Ikan memperoleh oksigen
untuk respirasi melalui insang, sementara kehidupan tanaman dan
fitoplankton memerlukan oksigen terlarut untuk respirasi ketika
tidak ada cahaya untuk fotosintesis. Tingkat oksigen terlarut yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat membahayakan kehidupan
air dan mempengaruhi kualitas air.
Menurut Sl Patty (2017) Faktor yang dapat mempengaruhi
nilai DO adalah :
1. Suhu air terlalu hangat.
Meningkatnya aktifitas molekular pada air hangat,
mendorong molekul oksigen keluar dari badan air
(manguap, hal ini berkaitan dengan proses difusi). Jika
hal ini berlangsung cukup lama, maka nilai DO lama-
kelamaan akan berkurang.
2. Jumlah mikroorganisme (bakteri)
Semakin banyak mikroorganisme yang terdapat pada
badan air, maka kebutuhan oksigen terlarut akan
semakin banyak. Mikroorganisme ini muncul
dikarenakan limbah yang dibuang ke badan air belum
diolah, sehingga limbah tercampur dengan badan air dan
terdapat persaingan untuk mendapatkan oksigen terlarut
(mikroorganisme juga memanfaatkan limbah untuk daur
hidupnya).
3. Adanya limpasan pupuk dari ladang pertanian.
Pupuk yang dimanfaatkan untuk membuat
tanaman pertanian tumbuh lebih baik, jika dibuang
langsung ke badan air mengakibatkan tanaman air dapat
tumbuh lebih cepat. Jika cuaca tanpa sinar
matahari selama beberapa hari, tanaman air tidak dapat
berfotosintesis, dan lama-kelamaan akan mati. Ketika
meningkatnya jumlah tanaman
air yang mati, dapat meningkatkan jumlah bakteri untuk
menguraikan tanaman tersebut dan tingkat
konsumsi oksigen terlarut besar pula.
2.4 Plankton
Plankton merupakan sekelompok biota aquatik baik berupa
tumbuhan maupun hewan yang hidup melayang maupun terapung
secara pasif di permukaan perairan, dan pergerakan serta
penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus. Menurut AU Khazmi
(2014) berdasarkan cara makan, plankton dibedakan atas dua
kelompok besar yaitu plankton hewan atau hewani (zooplankton)
dan plankton tumbuhan atau nabati (fitoplankton).
1. Fitoplankton
Fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air
dengan ukuran yang sangat kecil dan hidup melayang di
dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan yang sangat
penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya
dengan peranan tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih
tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton juga
merupakan produsen utama, zat-zat organik dalam
ekosistem perairan, seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang
lain. Keberadaan fitoplankton sangat mempengaruhi
kehidupan di perairan karena memegang peranan penting
sebagai makanan bagi berbagai organisme sungai.
Berubahnya fungsi perairan sering diakibatkan oleh
adanya perubahan struktur dan nilai kuantitatif
fitoplankton (D. Djokosetiyanto 2006). Fitoplankton
membuat ikatan-ikatan organik sederhana melalui
fotosintesa. Fitoplakton dikelompokkan dalam 5 divisi
yaitu: Cyanophyta, Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta
dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar), semua
kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air laut dan air
tawar kecuali Euglenophyta.
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani, meskipun
terbatas namun mempunyai kemampuan bergerak dengan
cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari
zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan.
Migrasi dapat disebabkan karena faktor konsumen, yaitu
dimana zooplankton mendekati fitoplankton sebagai
mangsa, selain itu migrasi juga terjadi karena pengaruh
gerakan angin yang menyebabkan gerak vertical dari dasar
air kearah permukaan air. Plankton merupakan
sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan maupun
hewan yang hidup melayang maupun terapung secara pasif
di permukaan perairan, dan pergerakan serta
penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus.Plankton
dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton
hewani).

a. Pengukuran TDS
2.5 Pengukuran TDS
Total Dissolved solids atau “benda padat yang terlarut” yaitu
semua mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air.
Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O).
Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan
jumlah antara kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam
satuan Parts per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion
terhadap air. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut
dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan
ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-
garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik
berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air
buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan
yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri
pencucian.
Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari banyak
sumber, organik seperti daun, lumpur, plankton, serta limbah
industri dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah rumah
tangga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber
anorganik berasal dari batuan dan udara yang mengandung kasium
bikarbonat, nitrogen, besi fosfor, sulfur, dan mineral lain. Semua
benda ini berentuk garam, yang merupakan kandungannya
perpaduan antara logam dan non logam. Garam-garam ini biasanya
terlarut di dalam air dalam bentuk ion, yang merupakan partikel
yang memiliki kandungan positif dan negatif.Air juga mengangkut
logam seperti timah dan tembaga saat perjalanannya di dalam pipa
distribusi air minum.
BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1 Jenis Praktikum
Jenis penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yang
dikumpulkan dalam bentuk angka dan menggunakan metode deskriptif
yaitu menjelaskan dan memaparkan spesies yang ada di sungai Kali
Kuning sebagai indikator kualitas air sungai.

3.2 Tempat & Waktu Pratikum


Tempat : Praktikum ini dilakukan di sungai Kali Kuning,
Pentingsari,
Umbulharjo, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta
Waktu : Minggu, 13 November 2022 pukul 08.00-10.00
WIB.
Kamis, 17 November 2022. Pukul 13.00 - 15.00

3.3 Alat & Bahan

Alat Bahan

TDS meter Lingkungan Sungai

pH meter 1 set DO-kit

Thermohygrometer 1 set Nitrat-kit

Bola pingpong 1 set Fosfat-kit

Tali Kasur Aquades

Stopwatch Plastik bening/botol reagen

Botol kaca ukuran 600 mL Tissue


Nampan

Jaring Ikan

Gelas Aqua

Kamera Handphone

Alat Tulis

3.4 Langkah Kerja


1. Pengambilan air sungai

Mulut botol diarahkan dengan arus sungai

botol ditenggelamkan di dalam arus sungai perlahan

Botol ditutup dalam arus sungai, lalu angkat dari


arus sungai
2. Parameter fisik
a. Suhu air

Celupkan bagian
bawah alat kedalam air

Tunggu hingga datanya


stabil

Jika sudah stabil catat


hasilnya

Lakukan percobaan ini


sebanyak 3 kali

b. Kepadatan partikel

Tekan on pada alat

celupkan bagian ujung


bawah alat ke air

kemudian tunggu hingga


angkanya stabil

jika sudah stabil, tekan


hold supaya angkanya
tidak beubah

lalu catat hasil tersebut

lakukan percobaan ini


sebanyak 3 kali
c. Kecepatan arus sungai

Benang kasur dibentangkan


mengikuti arus

Satu orang memegang pada bagian


hulu, satu orang lagi memegang pada
bagian hilir.

Bola pingpong dilepas dari ujung tali


bagian hulu dan secara bersamaan
stopwatch dihidupkan

Setelah bola sampai ujung bagian hilir,


bola ping pong ditangkap dan secara
bersamaan stopwatch dimatikan

Waktu yang diperlukan dicatat

3. Parameter Kimia
a. Mengukur pH air sungai

Tekan tombol yang ada


pada alat pH meterter

Masukkan bagian ujung


alat kedalam air sungai

Tunggu hingga
angkanya stabil

Jika sudah stabil catat


hasilnya

Lakukan percobaan ini


sebanyak 3 kali
b. Uji Nitrat
Nitrat-kit disiapkan kemudian Sampel air dimasukkan ke dalam
botol sampel sebanyak 10 ml

1 Sachet senyawa reagen Nitrat HI 3874-0 dimasukkan ke dalam


botol sampel

Botol sampel dikocok secara vertikal selama 1 menit, lalu ditunggu


kurang lebih 4 menit untuk melihat perubahan warnanya

Lalu dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak 5 ml,

Warna air dibandingkan dengan tabel indikator

Data hasil uji nitrat dicatat, lalu hasil tersebut dapat dikali dengan
4,43

Limbah dibersihkan dengan ditampung di wadah khusus

c. Uji Fosfat

fosfat disiapkan

Sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel sebanyak 10 ml

1 Sachet senyawa Reagen Fosfat HI 3833-0 dimasukkan ke dalam botol sampel

lalu Dikocok secara horizontal hingga homogen

Sampel air dimasukkan ke dalam wadah uji sebanyak 5 ml, dan ditunggu selama 1
menit

Warna air dibandingkan dengan tabel indikator

Data hasil uji fosfat dicatat


d. Oksigen terlarut (DO / Dissolved Oxygen)
Air sampel dimasukkan

Ditambahkan 5 tetes mangnous sulfate


solution

Ditambahkan 5 tetes alkali-azide

Air sampel ditambahkan hingga penuh

Botol ditutup dan dikocok, lalu dibiarkan


hingga mengendap

Ditambahkan 10 tetes sulphuric acid solution

Botol ditutup lalu dikocok

Masukkan 5 ml cairan ke dalam gelas ukur

Tambahkan strach indicator hingga


berwarna violet

Dilakukan titrasi hingga cairan berwarna


bening
e. Mengukur BOD

Sampel air yang diambil tempo hari disiapkan, DO juga disiapkan

Sampel air dituangkan ke dalam botol DO lalu ditutup

Botol DO dibuka, lalu ditetesi larutan Manganous dan larutan Alkali-azide


reagant sebanyak 5 tetes, lalu dikocok

Larutan didiamkan hingga mengendap, lalu ditetesi larutan Sulphuric acid


solution sebanyak 10 tetes, dan dikocok

Sampel yang sudah tercampur Sulphuric acid solution dimasukkan ke


dalam gelas DO sebanyak 5 ml

Ditambahkan 1 tetes larutan Starch indicator, lalu dikocok perlahan


hingga berubah berwarna ungu

Larutan Titrant solution diambil menggunakan jarum suntik hingga


menunjukan angka 0 dan tidak ada gelembung dalam jarum suntik

Dilakukan titrasi dengan ditetesi Larutan Titrant solution sembari gelas


DO digoyang-goyangkan

Volume larutan Titrant solution dihitung berapa yang diperlukan hingga


mengubah warna sampel air dari ungu ke bening

Volume larutan Titrant solution dihitung berapa yang diperlukan hingga


mengubah warna sampel air dari ungu ke bening

Hasil volume Titrant solution yang digunakan dikalikan 10 , dan hasil uji
BOD dicatat
4. Parameter Biologi
a. Makrozoobenthos

Alat dan bahan disiapkan

Titik tempat pengambilan benthos ditentukan

Jaring diletakkan di lokasi yang ditentukan hingga


terendam air dan kepala jaring menyentuh dasar sungai

Dasar sungai dikais selama sekitar 1 menit

Benthos akan masuk dalam jaring kemudian jaring


diangkat dari aliran air

Hasil tangkapan dibersihkan dari benda-benda yang


mengganggu

Benthos diletakkan dalam nampan lalu diidentifikasi


sesuai panduan

Benthos dihitung jumlahnya

Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan


untuk diidentifikasi

Benthos dikembalikan ke aliran air


3.5 Cara analisis
a. Pengukuran TDS, pH, suhu, dan kecepatan aliran air dilakukan
sebanyak tiga kali lalu dihitung rerata setiap parameter
b. Pada pengamatan biotilik dihitung hasil perkalian jumlah bentos
yang didapat dengan skor bentos untuk mengetahui karakteristik
bentos
𝑛𝐸𝑃𝑇
c. 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑚𝑝𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑃𝑇 = 𝑁
𝑋
d. 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑏𝑖𝑜𝑡𝑖𝑙𝑖𝑘 = 𝑁
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
1. Parameter Biologi

Jumlah Individu
Plot Skor
Juml
No Family Biotili
ah
k
1 2 3 4 5 6

Parathelph
1 usidae 6 6 12 2
Palaemoni
5
2 dae 14 21 1 1 42 3
3 Atyidae 2 20 9 26 35 92 2
4 Gerridae 8 10 18 2
5 Nepidae 5 5 2
6 Corduliidae 1 1 3
7 Baetidae 30 46 76 3
8 Tipulidae 4 4 3
9 0
10 0

2. Tabel Pemeriksaan Biotilik

Jumlah
Skor Biotilik
NO Nama Famili individu ti x ni Keterangan
(ti)
(ni)
EPT
Cukup
1 Baetidae 3 76 228 sensitif
Subtotal EPT (nEPT) 76 228
NON
EPT
Cukup
1 Palaemonidae 3 42 126 sensitif
2 Atyidae 2 92 184 Toleran
3 Gerridae 2 18 36 Toleran
4 Nepidae 2 5 10 Toleran
5 Parathelphusidae 2 12 24 Toleran
Cukup
6 Corduliidae 3 1 3 sensitif
Cukup
7 Tipulidae 3 4 12 sensitif
Subtotal Non-EPT 174 395
JUMLAH 250 623
Persentase Kelimpahan EPT
(nEPT/N) 0.304
INDEKS BIOTILIK (X/N) 2.492

3. Tabel Parameter Fisika dan Kimia

Indikator Kelompok Rata- Nilai


rata Standar
Kimia 1 2 3 4 5 6
7.366
6666 6-
pH 7.3 8.1 7.2 7.1 7.4 7.1 67 8,5
2.333
3333
Fosfat ppm 1 3 1 1 3 5 33 0.2
1.476
6666
Nitrat ppm 0 0 0 8.86 0 0 67 10
5.033
3333
DO ppm 4.3 10 6 2 7.3 0.6 33 6
BOD ppm 4 4.6 5.6 8.1 6.3 0.8 4.9 2

Rata- Nilai
Fisik 1 2 3 4 5
rata Standar
6

0.367
Kecepatan 0.22 8333
Arus m/s 0.8 0.27 0.29 0.26 7 0.36 333
25.86
6666
Suhu 26.3 24.5 28.4 26.5 24.5 25 67 3
87.43
3333 100
TDS ppm 88 90 95.1 97.6 9.9 144 33 0
4.2 Pembahasan
1. Parameter fisik
Berdasarkan hasil tersebut, parameter fisika dibagi menjadi 3 yaitu:
kecepatan arus, TDS, dan Suhu. Pada jembatan arus waktu yang dibutuhkan
paling rendah pada spot 6 yaitu 0,36 m/s dan paling tinggi pada spot 1 yaitu 0,8
m/s. Hal tersebut disebabkan arus air pada spot 1 sangat deras dan air sungai
pada spot 6 tenang.
Pada TDS (Total dissolved solid) adalah jumlah zat padat terlarut baik
berupa ion-ion organik, senyawa, maupun koloid di dalam air. Berdasarkan
hasil pengukuran pada tabel diatas, rata-rata jumlah TDS pada masing-masing
titik sampel di Sungai Kuning berkisar 88-144 ppm dengan TDS jumlah
terendah pada spot 5 yaitu 9.9 ppm dan TDS tertinggi pada spot 6 yaitu 144
ppm. Hal ini terjadi karena spot penelitian 6 merupakan spot terletak di area
hilir sehingga materi padatan organik maupun anorganik yang terbawa arus air
sungai mulai dari area hulu, berhenti dan mengendap di area tersebut. Hasil ini
masih memenuhi standar baku mutu 1000 ppm. TDS dapat menunjukkan
apakah air termasuk tercemar atau tidak tercemar. Semakin tinggi kadar TDS
dalam air semakin tercemar air tersebut baik oleh senyawa organik maupun
anorganik.
Pada suhu paling rendahnya pada spot 2 dan spot 5 yaitu 24.5 °C dan
paling tingginya pada spot 3 yaitu 28.4 °C. Hal tersebut disebabkan intensitas
cahaya pada spot tiga tinggi sehingga suhu air sungai tinggi.

2. Parameter Kimia
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, parameter kimia dibagi
menjadi 5 yaitu, pH, Fosfat, Nitrat, DO dan BOD. Pada Ph rata-rata jumlah
masing-masing titik sampel di sungai Kuning berkisar 7.1-8.1, dengan pH
rendah pada spot 6 dan pH tertinggi pada spot 2. Hal ini karena pada spot 2
disebabkan terdapat pencemaran air oleh bahan organik maupun bahan
anorganik sehingga tingkat keasaman tinggi. Dari data yang ada, pH air sungai
Kuning masih relatif standar.
Fosfat merupakan senyawa kimia dalam bentuk ion yang dapat
menurunkan kualitas perairan dan dapat membahayakan kehidupan makhluk
hidup. berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, nilai fosfat paling rendah
terdapat pada spot 1, 3, dan 4. Sementara nilai fosfat yang paling tinggi terdapat
pada spot 6, hal ini karena pada spot 6 air sungainya lebih tenang sehingga
menyebabkan tingginya pengendapan sedimen. Nilai standar baku mutu air
sungai menurut Permenkes NO. 32 Tahun 2017 Tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air adalah 0.2 ppm. Jika dilihat
dari senyawa kimia fosfat, air sungai Kuning tergolong tercemar. Kelebihan
fosfat di perairan menyebabkan peristiwa ledakan pertumbuhan alga dengan
efek samping menurunnya konsentrasi oksigen dalam badan air sehingga
mengancam kehidupan biota air.
Dari data praktikum yang telah dilakukan, nitrat yang paling tinggi
terdapat pada spot 4 dengan nilai 8.86 ppm, namun pada spot 1, 2, 3, 4, dan 6
data pengukuran senyawa nitrat tidak masuk dalam data kelas. Nitrat di perairan
merupakan makronutrien yang mengontrol produktivitas primer di daerah
eufotik. kadar nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh asupan nitrat dari badan
sungai. Oleh karena itu, semakin tinggi kadar nitrat pada sungai maka semakin
banyak pula makronutrien yang berfungsi untuk kebutuhan biota air sungai.
Pada DO, oksigen yang terlarut dalam air sungai Kuning dapat dikatakan
kurang baik dimana nilai rata-rata DO pada sungai Kuning adalah 5.033333333
sementara standar nilai baku mutu air sungai adalah 6 ppm. DO (Dissolved
Oxygen) adalah kandungan oksigen yang terlarut didalam air sebagai parameter
untuk mengukur kualitas air sungai. Jika nilai DO semakin tinggi maka kualitas
air sungai semakin baik.
Pada BOD jumlah oksigen terlarut yang paling rendah terdapat pada
spot 6 yaitu 0.8 ppm dan yang paling tinggi terdapat pada spot 4 yaitu 8.1 ppm.
Sementara itu, nilai rata-rata BOD pada sungai Kuning diperoleh 4.9 ppm
dengan nilai standar baku mutu air sungai 2 ppm. Dari data BOD yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa sungai Kuning kurang baik, dimana semakin tinggi nilai
BOD maka semakin rendah kualitas air dan akan berpengaruh pada menurunnya
nilai DO.

3. Parameter Biologi
Pengukuran parameter biologi dilakukan dengan biotilik. Dilakukan
pengambilan bentos di sungai untuk diidentifikasi. Pengambilan biotilik
dilakukan di 6 spot yang terletak di sepanjang sungai Kuning. Spot 1 oleh
kelompok 1, spot 2 oleh kelompok 2, spot 3 oleh kelompok 3, spot 4 oleh
kelompok 4, spot 5 oleh kelompok 5 dan spot 6 oleh kelompok 6. Masing-
masing kelompok di setiap spot melakukan uji kualitas biotilik. Spot 1
mendapat 33 spesies ( 2 spesies dari famili atyidae, 1 spesies dari famili
corduliidae, dan 30 spesies dari famili baetidae yang merupakan subtotal EPT/
nEPT), spot 2 mendapatkan 22 spesies (14 spesies dari famili palaemonidae,
dan 8 spesies gerridae), pada spot 3 memperoleh 40 spesies bentos (5 spesies
dari famili palaemonidae, 20 spesies dari famili atyidae, 10 spesies dari famili
gerridae, 5 spesies dari famili nepidae) dari spot 4 memperoleh bentos sebanyak
80 spesies ( 21 spesies dari famili palaemonidae, 9 spesies dari famili atyidae,
46 spesies dari famili baetidae, dan 4 spesies dari famili tipulidae), pada spot 5
memperoleh bentos sebanyak 33 bentos ( 6 spesies dari famili parathelphusidae,
1 spesies dari famili palaemonidae, dan 26 spesies dari atyidae), pada spot 6
terdapat 42 spesies bentos diantaranya adalah 6 spesies dari famili
parathelphusidae, 1 spesies dari famili palaemonidae, dan 35 spesies dari famili
atyidae. Spesies baetidae termasuk dari kategori EPT (nEPT) dengan subtotal
76 spesies dengan persentase kelimpahan EPT (nEPT/N) sebanyak 0.304 dan
dengan kategori cukup sensitif. Non-EPT sebanyak 250 spesies.
Dari hasil bentos yang didapatkan air sungai cukup bervariasi, ada
bagian yang sedikit tercemar juga ada bagian yang masih bersih dari
pencemaran. Spot 1 dan 4 terdapat bentos yang dikategorikan cukup sensitif
pencemaran, dapat diartikan bahwa sungai tersebut airnya masih cukup bersih.
Dari hasil data yang didapatkan, secara umum bentos yang banyak diperoleh
adalah kategori toleran pencemaran, tetapi terdapat juga kategori cukup sensitif
pencemaran dan sangat toleran pencemaran. Hari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara umum, air di sungai masih layak digunakan, dilihat
dari perbandingan bentos yang cukup sensitif pencemaran dan bentos yang
sangat toleran pencemaran, masih lebih besar perbandingan bentos yang cukup
sensitif pencemaran.
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa
hal, sebagai berikut:
1. Karakteristik kualitas air pada sungai kuning masih tergolong baik
dan masih memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan berdasarkan
baku mutu air yang sudah ditetapkan pada penetapan air sungai di
daerah provinsi DIY nomor 22 tahun 2007.
2. Struktur komunitas biota yang ada di Sungai Kuning terdiri terdiri
atas 3 famili dengan total 100 individu dan didominasi oleh famili
atydae, sisanya yaitu:Corduliidae dan Baetidae. Karena pada saat
mengambil bentos itu kita kesusahan menemukan bentos nya,
karena mungkin aliran sungainya, bahkan kita tidak menemukan
bentos semacam kerang atau keong.
3. Parameter fisika
Pada parameter fisika kualitas air sungai Kuning masih dikatakan
standar, dimana hasil pengukuran suhu, TDS, dan kuat arus yang
dilakukan masih memenuhi standar baku mutu kualitas air sunagai.
4. Parameter kimia
Parameter kimia kualitas air sungai Kuning, pada pH masih standar
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, hal ini masih baik
untuk kualitas air sungai, pada pengukuran DO juga masih
memenuhi standar kualitas air sungai, namun pada pengukuran
fosfat, DO, dan BOD menunjukkan bahwa kualitas air sungai
kurang baik atau tergolong tercemar.
5. Parameter biologi
Dari hasil pratikum yang dilakukan, kualitas air sungai dapat
disimpulkan masih layak digunakan, dilihat dari perbandingan
bentos yang cukup sensitif pencemaran dan bentos yang sangat
toleran pencemaran, masih lebih besar perbandingan bentos yang
cukup sensitif pencemaran.
5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah sebaiknya organisme pankton juga
diidentifikasi agar data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengamatan
kualitas air sungai Kuning lengkap.

Rafleksi
1. Sermon Ricardo (191434045)
Praktikum uji kualitas air yang dilakukan untuk mengetahui
kualitas air di sungai boyong dilakukan menggunakan parameter fisik,
kimia, dan biologi. Melalui praktikum ini kita dapat mengetahui cara-
cara untuk menguji kualitas air mengunakan parameter fisik yaitu
kecepatan aliran air; parameter kimia seperti TDS, pH, DO, dan suhu;
dan parameter biologi menggunakan biotilik. Kita juga dapat
mengetahui cara pengambilan sampel. Setelah praktikum dilakukan,
kita diharapkan dapat menguji kualitas air di suatu tempat dengan tepat
dan menemukan solusi untuk permasalahan kualitas air yang ditemukan
selama pengujian/penelitian.

2. Tiara Floresta (221434022)


Saya merasa sangat senang mengikuti blooming dan bisa belajar
di alam, termasuk dapat melakukan susur sungai guna mengetahui
bagaimana kesehatan sungai kali kuning berdasarkan parameter-
parameternya.
3. Happynda Laksa (221434003)
Praktikum biotilik ini menyenangkan karena bisa terjun
langsung ke sungai untuk menganilisis kualitas sungai dan spesies yang
ada di sungai tersebut
4. Hanifah Rachmandiani Febrizqa (221434014)
Saya merasa senang sekali bisa mengikuti praktikum biotilik ini
dan mengikuti blooming kemarin di Desa Wisata Pentingsari, kita bisa
mempelajari alam, sungai, dan hewan-hewan yang ada disekitar, apalagi
kita melakukan susur sungai di Kali Kuning untuk menangkap bentos
dan menguji kesehatan air yang ada di sungai tersebut.
5. Angela merici cahyaningtyas (221434009)
Melalui praktikum ini saya semakin mengetahui dan mengenal
berbagai macam biota yang ada di sungai kali kuningan desa kaliurang.
Tidak hanya itu saja saya juga dapat mengetahui apakah sungai tersebut
masih terhidar dari pencemaran dan apa saja biota yang masih ada di
sungai tersebut.
6. Siti Nurjanah (221434027)
Ketika saya mengikuti acara blomming yang ada di wisma USD
pentingsari itu saya merasa senang karena saya bisa mengetahui
berbagai macam jenis biota pada sungai kuning. Tidak hanya itu saya
juga bisa membuat herbarium dan insektarium dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Mardhia, D., & Abdullah, V. (2018). Studi analisis kualitas air sungai Brangbiji Sumbawa
Besar. Jurnal Biologi Tropis, 18(2), 182-189.
Sari, R. N., Istirokhatun, T., & Sudarno, S. Analisis Penentuan Kualitas Air Dan Status Mutu
Sungai Progo Hulu Kabupaten Temanggung (Doctoral dissertation, Diponegoro
University). Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.
Syuhada, N. I., Suwondo, S., & Fauziah, Y. (2017). Analisis Kualitas Perairan Sungai
Subayang Berdasarkan Indeks Biotilik Sebagai Pengayaan Modul Mata Kuliah
Ekologi Perairan.
Alfiyana, Vivin Yulia pratami dkk.2018. Keanekaragaman, zonasi serta overlay persebaran
bentos di Sungai Keyang, Ponorogo, Jawa Timur. http://jurnal.unsyah.ac.id. Jawa
Timur.
Patty, Sl.2017.OKSIGEN TERLARUT DAN APPARENT OXYGEN UTILIZATION DI
PERAIRAN SELAT LEMBEH, SULAWESI UTARA1.LIPI.Sulawesi Utara.
Khazmi,AU. 2014. Plankton. http://eprins.walisongo.ac.id
Djokosetiyanto, D.2006.kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton di perairan pantai
dadapteluk Jakarta. https://journal.ipb.ac.id. Jakarta. Effendi,H.2003.Telaah Kualitas
Air.Yogyakarta.
Agnes (2013). Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitas Air. Diunduh dari academia edu
https://www.academia.edu/9031404/Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitas
Air.Diunduh pada 23 November 2022 pukul 19.45

Anda mungkin juga menyukai