Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH FAKTOR KIMIA FISIK TERHADAP KEBERADAAN

PLANKTON DAN MAKROZOOBENTOS DI SUNGAI SEMANGGI


EFFECT OF PHYSICAL CHEMICAL FACTORS ON THE EXISTENCE OF PLANKTON AND
MACROZOOBENTOS IN SEMANGGI RIVER

Muhammad Chairul*, Jessima Pratiwi, Kania Dewi Rengganis, Nawwal Arrofahah, Isty
Anggraeni, Nabila Elvira
Department of Biology, Faculty of Sains and Technology, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, Ir H
Juanda Street, Cempaka Putih, Tangerang Selatan Banten 15412
*Corresponding author : muhammad.chairul17@mhs.uinjkt.ac.id

Abstrak
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme
dan lingkungannya baik pada lingkungan biotik dan juga lingkungan biotik dan di antara
keduanya saling memengaruhi. Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan
diri dengan dengan arus air, organisme yang dapat ditemui yaitu plankton dan organisme bentos.
Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan air limbah merupakan dampak dari aktifitas
masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan faktor lingkungan
sehingga akan berakibat buruk bagi organisme air. Tujuan dari pengamatan adalah memahami
parameter kimia fisik perairan, menghitung dan mengidentifikasi plankton dan bentos yang
ditemukan, serta mengetahui indeks diversitas, spesies dan jumlah plankton dan bentos.
Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data keberadaan makrozoobentos dan plankton
yang terdapat di Sungai Semanggi, pengambilan data makrozoobentos dilakukan dengan
menggunakan kuadan 1 x 1 meter, sampel dibawa ke Pusat Laboratorium Terpadu untuk
diidentifikasi. Informasi mengenai kualitas perairan di Sungai Semanggi diperoleh dengan cara
mengukur faktor kimia fisik perairan. Data yang diperoleh menunjukkan hasil bahwa jenis
fitoplankton yang terdapat di Sungai Semanggi berasal dari divisi Chlorophyta, Cyanophyta.
Makrozoobentos yang ditemukan hanya terdapat 1 spesies yaitu Canaliculata sp. yang berjumlah
3 individu, kelompok bentos ini yang sangat tolerir atau memiliki ketahanan tubuh yang cukup
tinggi untuk dapat bertahan hidup di suatu perairan
Kata kunci : Ekosistem, Fitoplankton, Bentos

Abstract
Ecosystems are the basic functional units in ecology in which organisms and their environment are
covered both in the biotic environment and also in the biotic environment and between them influence
each other. Organisms that live in this ecosystem can adapt to the flow of water, organisms that can be
found, namely plankton and benthic organisms. Utilization of the river as a waste water disposal site is
an impact of community activities on the environment that can cause changes in environmental factors
that will adversely affect aquatic organisms. The purpose of the observation is to understand the physical
chemical parameters of the waters, calculate and identify plankton and benthos found, as well as
determine the diversity index, species and number of plankton and benthos. Direct observations were
made to obtain data on the presence of macrozoobenthos and plankton in the Semanggi River,
macrozoobenthos data collection was carried out using a 1 x 1 meter quota, samples were taken to the
Integrated Laboratory Center to identified. Information on water quality in the Semanggi River is
obtained by measuring the physical chemical factors of the waters. The data obtained shows that the type
of phytoplankton found in the Semanggi River comes from the Chlorophyta division, Cyanophyta.

1
Macrozoobentos found only 1 species, namely Canaliculata sp. which consists of 3 individuals, this
benthic group which is very tolerant or has a high enough endurance to be able to survive in a waters
Keywords : Ecosystem, Phytoplankton, Bentos

PENDAHULUAN keanekaragamannya. Keanekaragaman

Ekosistem adalah unit fungsional dasar plankton menunjukkan tingkat kompleksitas

dalam ekologi yang di dalamnya tercakup dari struktur komunitas. Keanekaragaman

organisme dan lingkungannya (lingkungan plankton akan berkurang jika suatu

biotik dan abiotik) dan di antara keduanya komunitas didominasi oleh satu atau

saling memengaruhi (Odum,1993). sejumlah spesies tertentu. Hal ini terjadi jika

Ekosistem air tawar lotik memiliki ciri air terdapat gangguan terhadap lingkungan, dan

yang berarus. Contoh ekosistem ini adalah pada kondisi tersebut terdapat organisme

sungai. Organisme yang hidup pada plankton yang mampu bertahan dan

ekosistem ini dapat menyesuaikan diri berkembang lebih baik dari pada jenis

dengan dengan arus air, produsen utama plankton lainnya. Salah satu penyebab

pada ekosistem ini adalah ganggang. penurunan indeks keanekaragaman adalah

Pemanfaatan sungai sebagai tempat pencemaran (Astuti, 2009).

pembuangan air limbah merupakan dampak Menurut Odum (1993) Bentos adalah

dari aktifitas masyarakat terhadap organisme yang melekat atau beristirahat

lingkungan yang dapat menyebabkan pada dasar atau hidup di dasar endapan atau

perubahan faktor lingkungan sehingga akan dapat diartikan sebagai organisme yang

berakibat buruk bagi organisme air hidup di perairan, baik sesil maupun motil.

(Widanengroem, 2010) Contoh bentos antara lain adalah gastropoda,

Plankton adalah organisme yang hidup bivalvia, dan beberapa crustace, serta

melayang dan hidup bebas di perairan kelompok cacing. Bentos memegang

dengan kemampuan pergerakan yang bebas. beberapa peran penting dalam perairan

Plankton sangat mudah hanyut oleh gerakan seperti dalam proses dekomposisi dan

massa air, dan organisme ini memiliki mineralisasi material organik yang

peranan penting dalam ekologi perairan memasuki perairan serta menduduki

(Castellani, 2009). Plankton dapat beberapa tingkatan trofik dalam rantai

digunakan sebagai indikator kualitas makanan. Suwondo dkk, (2004) dalam

lingkungan dengan mengetahui indeks Islamy (2012) juga mengemukakan bahwa


Bentos merupakan organisme perairan yang
2
keberadaannya dapat dijadikan indikator kimia fisik perairan, menghitung dan
perubahan kualitas biologi perairan sungai. mengidentifikasi plankton dan bentos yang
Selain itu, organisme bentos juga dapat ditemukan, serta mengetahui indeks
digunakan sebagai indikator biologis dalam diversitas, spesies dan jumlah plankton dan
mempelajari ekosistem sungai. Tujuan dari bentos.
pengamatan adalah memahami parameter
METODOLOGI (Dissolved Oxcygen) dengan menggunakan

Pengamatan dilakukan pada hari WQC (Water Quality Checker). Pengukuran

Senin tanggal 7 Oktober 2019 di Sungai kebutuhan oksigen biologi lima hari (BOD5)

Semanggi, Ciputat, Tangerang Selatan. berdasarkan (Jouanneau et al, 2014).

Terdapat 5 titik pengambilan sampel yaitu Pengambilan sampel air menggunakan

pada stasiun I, II, III, IV, dan stasiun V Water Bottle Sampler.

dengan jarak antar stasiun yaitu ±5 meter di Analisis data

sepanjang aliran sungai. Observasi langsung Indeks Ekologi pada Makrozoobentos

dilakukan untuk memperoleh data dan plankton

keberadaan makrozoobentos dan plankton Indeks ekologi dikelompokkan menurut

yang terdapat di Sungai Semanggi, stasiun dan dianalisis secara deskriptif

pengambilan data makrozoobentos dengan bantuan tabel. Perhitungan indeks

dilakukan dengan menggunakan kuadan 1 x ekolog tersebut meliputi :

1 meter, sampel dibawa ke Pusat a) Indeks Keanekaragaman

Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Indeks Keanekaragaman dihitung

Hidayatullah Jakarta untuk diidentifikasi. dengan menggunakan rumus

Informasi mengenai kualitas perairan di “Shannon Index of Diversity”

Sungai Semanggi diperoleh dengan cara (Brower et al., 1989).

mengukur faktor kimia fisik perairan. Selain


mengukur faktor kimia fisik perairan,
dilakukan pula pengukuran profil melintang Keterangan :
sungai dan pengukuran kecepatan arus H’= Indeks Keanekaragaman
Sungai. Pengukuran kualitas fisik-kimia air ni = Jumlah Individu Setiap Spesies
seperti suhu (0C), TDS (Total Dissolved N= Jumlah Individu Seluruh Spesies
Solids), pH (Power of Hydrogen) dan DO b) Indeks Keseragaman

3
Indeks Keseragaman dihitung terlarut pada sampel yang telah diinkubasi
dengan menggunakan rumus selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu
“Evenness Index” (Brower et al., tetap (20 0C) yang sering disebut dengan
1989). DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5)
E = H’ / InS merupakan nilai BOD yang dinyatakan
dalam miligram oksigen per liter (mg/L).
Keterangan: Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara
E = Indeks keseragaman jenis analitik dengan cara titrasi (metode Winkler,
H’ = Indeks keanekaragaman jenis iodometri) atau dengan menggunakan alat
S = Jumlah jenis organisme. yang disebut DO meter yang dilengkapi
c) Indeks Dominansi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya
Indeks Dominansi dihitung dengan dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi
menggunakan rumus “Index of proses fotosintesis yang menghasilkan
Dominance” dari Simpson (Brower oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama
et al., 1989). lima hari, diharapkan hanya terjadi proses
dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga
yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen,
Keterangan : dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Hal
C = Dominasi Simpson penting diperhatikan dalam hal ini adalah
ni = Jumlah Individu Setiap Spesies mengupayakan agar masih ada oksigen
N= Jumlah Individu Seluruh Spesies tersisa pada pengamatan hari kelima
sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka
PQ : Koefisien Fotosintesis (1,2) nilai BOD tidak dapat ditentukan (Atima,
T : Lama inkubasi (jam). 2015).

Metode pengukuran BOD dan COD Perhitungan WQIobj

Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya Water Quality Index


cukup sederhana, yaitu mengukur
kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari
sampel segera setelah pengambilan contoh,
Keterangan :
kemudian mengukur kandungan oksigen

4
Ci = konsentrasi variabel I Pi = standar baku yang diijinkan untuk
(Normalization Factor) (Weight) variabel i

HASIL

Tabel 1. Parameter Kimia Fisik

Stasiun
Parameter Rata-rata ∑WQI
1 2 3 4
Suhu (˚C) 27,9 28,1 28,3 27,6 27,975
pH 7,3 7,3 7,3 7,3 7,3
DO (Mg/l) 20 22,9 22,4 21,4 21,675 92,5
BOD5 52,2 33,2 24,4 66,3 44,025
TDS 290 290 330 300 302,5

Tabel 2. Keanekaragaman Plankton di Sungai Semanggi

Indeks Ekologi
No Spesies Jumlah
H' E D MI
1 Cyclotella sp. 1
2 Choleosphaerium sp. 3
3 Eudorina sp. 8
4 Gomphosphaeria sp. 7
5 Hyalodiscus sp. 2
6 Hydrocoleum sp. 4 2.124497 0.545888 0.142024 5.454545
7 Microcystis sp. 6
8 Nitzschia sp. 4
9 Oscillatoria sp. 12
10 Snowella sp. 1
11 Volvox sp. 1

Tabel 3. Keanekaragaman Bentos di Sungai Semanggi

No Spesies Jumlah Indeks Ekologi


H' E D MI
1 Canaliculata sp. 3 0 0 1 -5

5
PEMBAHASAN oksigen, dimana semakin tinggi kadar
Pengaruh Faktor Kimia Fisik oksigen maka suhu akan mengalami
Keberadaan makrozoobentos dan penurunan (Awal dkk, 2014).
fitoplankton sangat dipengaruhi oleh Hasil pengamatan yang dilakukan
kualitas suatu perairan. Kualitas suatu menunjukkan bahwa nilai pH di seluruh
perairan dapat dilihat berdasarkan beberapa stasiun yaitu sebesar 7,3 dimana kondisi ini
parameter seperti tingkat keasaman/pH, memiliki nilai yang netral. pH sering
suhu, DO, BOD, dan TDS. Proses digunakan untuk parameter kualitas suatu
pengambilan sampel dilakukan di 4 stasiun. perairan, pH tidak selalu stabil karena
Berdasarkan pengukuran suhu yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara CO2
dilakukan dari keempat stasiun dan HCO3 dalam perairan. Kondisi perairan
menunjukkan nilai suhu berkisar antara yang cukup netral dapat menunjang
27,6ᵒC-28,3ᵒC dengan suhu tertinggi kehidupan fitoplankton dan makrozoobentos
terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 28,3ᵒC dengan baik, dimana setiap organisme
dan suhu terendah terdapat pada stasiun 4 tersebut memiliki kemampuan untuk
dengan nilai 27,6ᵒC. Rata-rata suhu dari beradaptasi pada keadaan pH tertentu (Awal
keempat stasiun yaitu 27,9ᵒC. dkk, 2014)
Suhu memiliki pengaruh terhadap Dari hasil DO yang diperoleh
aktivitas organisme, dimana setiap menunjukkan bahwa rata-rata nilai DO dari
organisme memiliki batas kemampuan keempat stasiun yaitu 21,6. Kandungan DO
mentolerir beberapa keadaan suhu. Suhu tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai
merupakan faktor penting pada suatu 22,9 mg/L dan yang terendah pada stasiun 1
perairan, dan terdapat beberapa faktor yang dengan nilai 20 mg/L. Jika dilihat dari
dapat mempengaruhi suhu di suatu perairan, masing-masing stasiun, kandungan DO
diantaranya yaitu intensitas cahaya menunjukkan adanya perbedaan namun
(Iskandar, 2003) serta suhu udara (Yuliani & tidak terlalu signifikan.
Rahardjo, 2012 dalam Awal dkk, 2014). Dissolved Oxygen (DO) merupakan
Menurut Effendi (2003) suhu optimum parameter yang diperlukan untuk
untuk pertumbuhan mikroalga dan bentos mendukung keberadaan organisme perairan.
berkisar antara 20ᵒC-30ᵒC. Pada suatu Semakin besar nilai DO pada perairan,
perairan, suhu dipengaruhi oleh kadar mengindikasikan air tersebut memiliki

6
kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai berdasarkan status kualitas air tergolong
DO rendah, dapat dikatakan bahwa air sedang.
tersebut telah tercemar (Hutabarat & Evans, Berdasarkan hasil pengukuran BOD
2006). Menurut Lee dkk dalam Awal dkk dari keempat stasiun menunjukkan rata-rata
(2014) mengatakan jika nilai oksigen 44,02 mg/L dengan nilai tertinggi berada
terlarut berada diatas 6,5 mg/L maka pada stasiun 4 dengan nilai 66,3 mg/L dan
perairan tersebut masih dapat menampung nilai terendah pada stasiun 3 dengan nilai
organisme perairan, hal ini yang membuat 24,4 mg/L. BOD dapat dijadikan indikator
pada Kali Semanggi masih dapat ditemukan kandungan bahan organik pada perairan
beberapa jenis fitoplankton dan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui
makrozoobentos. ada tidaknya pencemaran pada perairan
Metode Water Quality Index (WQI) tersebut. Semakin besar nilai BOD maka
adalah sebuah metode yang digunakan untuk semakin besar pencemaran yang terjadi
menilai parameter wajib dalam penentuan (Maula, 2018). Menurut Lee dkk dalam
kualitas air untuk memenuhi kebutuhan air Awal dkk (2014) pengelompokan kualitas
baku minum (Lathamani,2014). Klasifikasi air terdiri dari empat kelompok, yaitu tidak
kategori indeks kualitas air yaitu, jika tercemar (< 3,0 mg/L), tercemar ringan
nilainya 0-25 maka kualitas perairan (antara 3,0-4,9 mg/L), tercemar sedang
dikatakan sangat buruk, jika nilainya 26-50 (antara 4,9-15,0 mg/L) dan tercemar berat
maka kualitas perairan dikatakan buruk, jika (>15,0 mg/L). Jika ditinjau dari nilai yang
nilainya 51-70 maka kualitas perairan didapat menunjukkan bahwa kualitas
dikatakan sedang, jika nilainya 71-90 maka perairan Sungai Semanggi masuk kedalam
kualitas perairan dikatakan baik, dan jika kategori tercemar berat.
nilainya 90-100 maka kualitas perairan Berdasarkan hasil yang diperoleh
dikatakan sangat baik (Sudjati, et.al, 2014). menunjukkan rata-rata nilai TDS yaitu
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas kimia sebesar 302,5 dengan rincian yang tertinggi
fisik perairan sungai seanggi berdasarkan berada pada stasiun 3 dengan nilai 330 dan
status kualitas air (WQI) yang diperoleh di yang terendah pada stasiun 1 dan 2 dengan
perairan situ gintung sebesar 67,27. Nilai ini niai 209. TDS merupakan jumlah zat padat
menunjukkan bahwa kualitas kimia fisik terlarut, TDS merupakan indikator dari
jumlah partikel atau zat tersebut baik

7
senyawa organik maupun anorganik. Jika Penyebab tingginya Cyanophyta dapat
bahan buangan padat larut dalam air maka disebabkan karena kadar fosfat yang cukup
kepekatan air atau berat jenis cairan akan tinggi pada perairan tersebut, dimana
naik. Kategori TDS terbagi menjadi tiga, menurut Widigdo dan Wardianto (2013)
yaitu bagus sekali (<300 mg/L), baik (300- alga ini akan mendominasi perairan dengan
900 mg/L), buruk (900-1200 mg/L). kandungan fosfat lebih dari 0,10
Kelimpahan fitoplankton mg/L.Spesies-spesies Cyanophyta yang
Data yang diperoleh menunjukkan bersifat planktonik umumnya merupakan
hasil bahwa jenis fitoplankton yang terdapat spesies-spesies yang mengakibatkan
di Sungai Semanggi berasal dari divisi terjadinya ledakan populasi (blooming)
Chlorophyta, Cyanophyta, Chrysophyta (Vashishta, 1999) akibat eutrofikasi
Terdapat 11 spesies yang diperoleh yaitu (pengayaan nutrisi). Eutrofikasi biasanya
Cyclotella sp., Coelosphaerium sp., disebabkan oleh proses alamiah atau akibat
Eudorina sp., Gomphosphaeria sp., pencemaran. Keadaan perairan yang kaya
Hyalodiscus sp., Hydrocoleum sp., nutrisi tersebut menyebabkan pertumbuhan
Microcystis sp., Nitzschia sp., Oscillatoria Cyanophyta yang sangat cepat (Oliver,
sp., Snowella sp. dan Volvox sp. Sebagian 2000).
besarnya merupakan mikroalga yang Tingginya jumlah divisi Cyanophyta
berasal dari divisi Cyanophyta (alga hijau- pada suatu perairan dapat disebabkan karena
biru), yaitu Coelosphaerium sp., pengambilan sampel dilakukan saat
Gomphosphaeria sp., Hydrocoleum sp., intensitas cahaya matahari belum terlalu
Microcystis sp., Oscillatoria sp., dan tinggi (Richmond, 2005). Menurut Goldman
Snowella sp. dengan jumlah total 33 dan Horne (1994) pada saat pagi hari,
individu. mikroalga yang termasuk kedalam divisi
Divisi Cyanophyta mendominasi Cyanophyta akan mengapung ke permukaan
perairan Sungai Semanggi. Hal ini air, demikian pula pada malam hari. Hal
disebabkan Cyanophyta memiliki tersebut disebabkan oleh gerakan vertikal
kemampuan untuk hidup pada kondisi dari Cyanophyta tersebut karena memiliki
lingkungan dengan kandungan nitrogen gas vakuola (Suryanto & Umi, 2009). Selain
yang rendah dan mampu untuk mengikat itu, divisi Cyanophyta merupakan indikator
nitrogen dari udara bebas (Setiadi, 2004).

8
untuk perairan yang kotor dan telah spesies yang mampu beradaptasi dengan
tercemar (Abadi et.al, 2014). lingkungan tempat hidup organisme
Keberadaan fitoplankton dapat tersebut. Menurut Nybakken (1992), bahwa
dijadikan sebagai bioindikator adanya indeks keanekaragaman suatu komunitas
perubahan lingkungan perairan yang mempunyai nilai tinggi menunjukkan bahwa
disebabkan oleh ketidakseimbangan suatu ekosistem di daerah tersebut memiliki
ekosistem akibat pencemaran (Oxborough lingkungan yang seimbang, apabila nilai
dan Baker, 1997) menyebutkan bahwa keanekaragaman rendah menunjukkan
mikro algae plankton merupakan parameter ekosistem perairan tersebut dalam keadaan
biologi yang erat hubungannya dengan zat tidak stabil dan kurang mendukung
hara. Menurut Lancar & Krake (2002 dalam kehidupan biota. Legendre (1983) dalam
Utomo 2011) kelimpahan fitoplankton dapat Barus (2002), menyatakan jika H’< 1
mengasimilasi sebagian besar zat hara dari keanekaragaman rendah, 1<H’≤3
perairanKomposisi dan kelimpahan tertentu keanekaragaman sedang, dan H’> 3
dari fitoplankton pada suatu perairan sangat keanekaragaman tinggi. Nilai
berperan sebagai makanan alami pada tropik keanekaragaman fitoplankton di Sungai
level diatasnya, juga berperan sebagai Semanggi menunjukkan nilaii sebesar
penyedia oksigen dalam perairan (Abida, 2.124497 termasuk kategori sedang. Ciri-
2010). Berdasarkan data yang diperoleh, ciri kondisi perairan yang tergolong sedang,
Oscillatoria sp., banyak ditemukan di yaitu didominasi oleh kelompok
perairan Semanggi. Oscillatoria menjadi Cyanobacteria. Perairan yang termasuk
bioindikator perairan tercemar karena golongan sedang umumnya mendapat
memiliki reproduksi aseksual berupa spora masukkan bahan organik yang berasal dari
sehingga sifatnya yang memiliki toleransi pencemaran oleh limbah penduduk atau
tinggi terhadap kondisi perairan yang sebab alami, seperti pengayaan nutrien
tercemar (Pambudi et.al, 2016). akibat pencucian mineral tanah oleh air
Indeks Keanekaragaman, Indeks hujan. Kualitas perairan Sungai Semanggi
Keseragaman, dan Indeks Dominansi pun dikategorikan tercemar sedang,
pada Fitoplankton kriteria tersebut didasarkan pada Wilhm
Menurut Odum (1993) Indeks (1975) dalam Rudiyanti (2009) yang
Keanekaragaman menunjukkan jumlah menyatakan nilai keanekaragaman biota

9
perairan dengan kisaran 1-2 mendekati satu,maka organisme dalam
mengindikasikan perairan dalam kualitas komunitas akan menyebar secara merata
tercemar sedang dan nilai keanekaragaman (Krebs,1989). Berdasarkan data indeks
dengan kisaran 1-3 mengindikasikan keseragaman yang didapatkan kondisi
perairan dalam kualitas tercemar ringan habitat perairan Semanggi relatif serasi
Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
untuk menyatakan struktur komunitas. masing-masing fitoplankton.
Keanekaragaman spesies juga dapat Adanya perbedaan nilai indeks
digunakan untuk mengukur stabilitas keragaman dan keseragaman yang bervariasi
komunitas, yaitu kemampuan suatu pada perairan menurut Pratiwi dan
komunitas untuk menjaga dirinya tetap Widyastuti (2013) disebabkan oleh faktor
stabil meskipun ada gangguan terhadap fisika air serta ketersediaan nutrisi dan
komponen- komponennya (Soegianto, 1994 pemanfaatan nutrisi yang berbeda dari tiap
dalam Indriyanto, 2006). individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Nilai indeks keseragaman (E) nilai indeks keanekaragaman dan
fitoplankton pada perairan Sungai keseragaman dapat berasal dari faktor
Semanggi adalah 0.545888. Menurut Poole lingkungan yaitu ketersediaan nutrisi seperti
(1974) dalam Supono (2008) nilai indeks fospat dan nitrat, serta kemampuan dari
keseragaman (E) berkisar antara 0 – 1 masing-masing jenis fitoplankton untuk
dengan ketentuan jika (E) > 0,6 maka beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
keseragaman jenis tinggi, jika 0,6 ≥ (E) Nilai indeks dominansi (D)
≥ 0,4 maka keseragaman jenis sedang fitoplankton yang diperoleh adalah
dan jika (E) < 0,4 maka keseragaman jenis 0.142024. Penentuan nilai indeks dominansi
rendah. Nilai indeks keseragaman (D) adalah dengan cara metode
fitoplankton di Sungai Semanggi perhitungan dengan rumus indeks
menunjukkan kategori sedang. Semakin dominansi Simpson dengan ketentuan jika
kecil nilai (E) atau mendekati nol, maka nilai indeks dominansi 0 < C ≤ 0,5 maka
semakin tidak merata penyebaran tidak ada genus yang mendominasi dan
organisme dalam komunitas tersebut jika nilai indeks dominansi 0,5 < C < 1
yang didominasi oleh jenis tertentu dan maka terdapat genus yang mendominasi.
sebaliknya semakin besar nilai E atau Hal ini diperkuat oleh Basmi (2000)

10
dalam Pirzan dan Rani (2008) Mi> 1 pola distribusi adalah mengelompok,
apabila nilai dominansi mendekati nilai 1 dan Mi <1 pola distribusi adalah seragam.
berarti di dalam komunitas terdapat genus Cara hidup berkelompok ini juga
yang mendominansi genus lainnya, menunjukkan kecenderungan yang kuat
sebaliknya apabila mendekati nilai 0 untuk berkompetisi dengan biota lain
berarti di dalam struktur komunitas terutama dalam hal makan (Mardatila et.al,
tidak terdapat genus yang secara ekstrim 2016). Pola distribusi biota dipengaruhi oleh
mendominasi genus lainnya. Berdasarkan tipe habitat yang meliputi faktor fisik-kimia
klasifikasi Basmi (2000) dalam Amin perairan serta makanan dan kemampuan
(2008) indeks dominansi perairan Semanggi adaptasi dari suatu biota dalam sebuah
mendekati nilai nol menunjukkan ekosistem (Bahri, 2006).
secara umum struktur komunitas dalam Kelimpahan Makrozoobentos
keadaan stabil dan tidak terjadi tekanan Makrozoobentos yang ditemukann hanya
ekologis terhadap biota di habitat tersebut. terdapat 1 spesies yaitu Canaliculata sp.
Adapun jenis fitoplankton yang dapat yang berjumlah 3 individu. Spesies ini
mendominasi suatu perairan dapat dipe- tergolong kedalam filum Molusca dan
ngaruhi oleh kondisi lingkungan seperti berasal dari kelas Gastropoda. Kelas
faktor fisik dan kimia perairan seperti Gastropoda merupakan kelompok bentos
kecerahan, kedalaman, salinitas, pH, TSS, yang sangat tolerir atau memiliki ketahanan
dan amoniak (NH3-N) yang mampu tubuh yang cukup tinggi untuk dapat
memberikan perbedaan jenis fitoplankton bertahan hidup di suatu perairan. Hal
yang mendominasi pada setiap perairan tersebut disebabkan karena kelas Gastropoda
(Reynold, 1993). memiliki cangkang kedap air yang berfungsi
Nilai indeks morisita (Mi) sebagai pembatas, sehingga saat air surut
fitoplankton di perairan Semanggi yang gastropoda menutup rapat cangkangnya
diperoleh adalah 5.454545. Hal tersebut dengan operkulum (Simatupang et.al, 2017).
menunjukkan bahwa pola persebaran dari Adanya makrozoobentos dengan spesies
fitoplankton bersifat mengelompok. Canaliculata sp. yang ditemukan pada
Menurut Poole (1983) dalam Elfazuri stasiun 3 menandakan suatu perairan sudah
(1993), ketentuan indeks morisita yaitu mulai tercemar oleh limbah pertanian
apabila Mi = 1 pola distribusi adalah acak, (Sakban, et.al, 2017).

11
Nilai indeks keanekaragaman (H’) karena adaptasi Gastropoda terhadap
makrozoobentos di sungai semanggi adalah substrat dan pH akan menentukan
0. Menurut Krebs (1989) dalam Ridwan, morfologi, cara makan, daya tahan dan
et.al (2016) menyatakan jika nilai indeks adaptasi fisiologis organisme terhadap faktor
keanekaragaman (H’) yaitu < 1 maka fisika dan kimia.
keanekaragaman rendah, produktivitas Nilai indeks keseragaman (E)
rendah sebagai indikasi adanya tekanan makrozoobentos di sungai semanggi yaitu 0.
yang berat dalam ekosistem, Jika nilai Menurut Odum (1993) indeks keseragaman
indeks keanekaragaman (H’) yaitu 1 – 3 (E) berkisar 0-1. Bila nilai mendekati 0
maka keanekaragaman sedang, tekanan berarti keseragaman rendah karena adanya
ekologis sedang, kondisi cukup seimbang, jenis yang mendominasi, dan bila mendekati
Jika nilai indeks keanekaragaman (H’) yaitu 1 keseragaman tinggi yang menunjukkan
> 3 maka keanekaragaman tinggi dan tidak ada jenis yang mendominasi. Maka
ekosistem stabil. Maka dari itu dari itu indeks keseragaman
keanekaragaman makrozoobentos di sungai makrozoobentos di sungai pesanggrahan
pesanggrahan tergolong rendah, hal ini tergolong rendah, hal ini disebabkan adanya
mengindikasikan bahwa adanya tekanan jenis makrozoobentos yang mendominasi
ekologis yang berat sehingga produktivitas yaitu kelas Gastropoda. Menurut
rendah. Menurut Edward (2014) bahwa nilai Hutagalung (1991) dalam Sidik, et.al (2016)
keanekaragaman yang rendah disebabkan bahwa, Gastropoda memiliki kemampuan
karena distribusi atau penyebaran yang tinggi untuk mengakumulasi bahan-
makrozoobenthos yang tidak merata dalam bahan tercemar tanpa mati terbunuh,
komunitas. rendahnya jumlah spesies terdapat dalam jumlah banyak, terikat dalam
berdasarkan pendapat Zulkifli dan Setiawan suatu tempat yang keras dan hidup dalam
(2011) berhubungan dengan kadar organik jangka waktu yang lama.
substrat yang rendah dan pH yang bersifat Nilai indeks dominansi (D) makrozoobentos
asam, karena kadar organik substrat yang diperoleh di sungai semanggi yaitu 1.
menyediakan makanan bagi Gastropoda, Menurut Odum (1971) dalam Ridwan, et.al
apabila kadar organik substrat rendah maka (2016) menyatakan bahwa nilai indeks
makanan dari Gastropoda juga sedikit, dominansi (C) berkisar antara 0 sampai 1,
sedangkan pH mempengaruhi Gastropoda, jika nilai C mendekati 0 berarti bahwa tidak

12
ada individu yang mendominasi dan yang sama di suatu tempat (Ridwan, et.al,
sebaliknya jika C mendekati 1 maka ada 2016).
salah satu individu yang mendominasi). Nilai indeks morisita (Mi) makrozoobentos
Maka dari itu sungai seemanggi memiliki di sungai semanggi yang diperoleh adalah -
individu yang dominan dari 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola
makrozoobentos. Tingginya indeks persebaran dari makrozoobentos bersifat
dominansi di suatu perairan menunjukkan seragam. Menurut Poole (1983) dalam
bahwa kekayaan jenis di tempat tersebut Elfazuri (1993), ketentuan indeks morisita
tergolong rendah dengan sebaran yang tidak yaitu apabilaMi = 1 pola distribusi adalah
merata. Adanya dominansi menandakan acak, Mi> 1 pola distribusi adalah
bahwa tidak semua makrozoobentos mengelompok, dan Mi <1 pola distribusi
memiliki daya adaptasi dan kemampuan adalah seragam. Pola distribusi biota
bertahan hidupyang sama di suatu tempat. dipengaruhi oleh tipe habitat yang meliputi
Adanya dominansi menandakan bahwa tidak faktor fisik-kimia perairan serta makanan
semua makrozoobenthos memiliki daya dan kemampuan adaptasi dari suatu biota
adaptasi dan kemampuan bertahan hidup dalam sebuah ekosistem (Bahri, 2006).

KESIMPULAN mendominasi perairan Sungai Semanggi.


Hasil pengukuran kondisi
Hal ini disebabkan Cyanophyta memiliki
lingkungan perairan Sungai semanggi
kemampuan untuk hidup pada kondisi
berdasarkan parameter fisika dan kimia
lingkungan dengan kandungan nitrogen
berada pada golongan yang tidak baik
yang rendah dan mampu untuk mengikat
dengan lingkungan yang tercemar dan
nitrogen dari udara bebas. Keberadaan
ditinjau dari hasil BOD dengan hasil (66,3
fitoplankton dapat dijadikan sebagai
mg/L) menunjukkan bahwa kualitas perairan
bioindikator adanya perubahan lingkungan
masuk kedalam kategori tercemar berat.
perairan yang disebabkan oleh
Sebagian besar struktur komunitas
ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat
fitoplankton berasal dari divisi Cyanophyta,
pencemaran, hal ini karena ditemukan
yaitu Coelosphaerium sp., Gomphosphaeria
fitoplankton dari genus Oscillatoria dan
sp., Hydrocoleum sp., Microcystis sp.,
Hydrocoleum sebagai indicator adanya
Oscillatoria sp., dan Snowella sp. dengan
pencemaran. Makrozoobentos yang
jumlah total 33 individu. Divisi Cyanophyta

13
ditemukann hanya terdapat 1 spesies yaitu Kelas Gastropoda merupakan kelompok
Canaliculata sp. yang berjumlah 3 individu. bentos yang sangat tolerir atau memiliki
Spesies ini tergolong kedalam filum ketahanan tubuh yang cukup tinggi untuk
Molusca dan berasal dari kelas Gastropoda. dapat bertahan hidup di suatu perairan.
Bahri,Saiful.et all. (2015). Kualitas
REFERENSI Perairan Situ Gintung, Tangerang
a. Jurnal Selatan. Jurnal Ilmiah Biologi
Abadi, Yoga Prayan, Bambang Suharto :BIOGENESIS. Vol 3, No. 1, Juni
dan J.Bambang Rahadi W.. 2014. 2015, hal 16-22. ISSN 2302-1616.
Analisis Kulalitas Perairan Sungai Castellani C. (2009). Book review
Klinter Nganjuk Berdasarkan plankton: a guide to their ecology
Parameter Biologi (Plankton). and monitoring for water quality.
Jurnal Sumberdaya Alam dan Journal of Plankton Research.
Lingkungan. Vol 1 (1). Hal 36-42. 32(2009)261-262.
Astuti Lp., Hendra S. (2009). Edward, A. (2014). Kelimpahan
Kelimpahan dan komposisi makrozoobenthos di perairan Situ
fitoplankton di Danau Sentani, Pamulang. Al-Kauniyah Jurnal
Papua. LIMNOTEK. 16(2009)88- Biologi. 7(2), 69-73.
98. Hutagalung, H. P. (1991). Pencemaran
Atima,Wa. (2015). Bod Dan Cod laut oleh logam berat. Oseana 5.
Sebagai Parameter Pencemaran Air P3O-LIPI. Jakarta.
Dan Baku Mutu Air Limbah. Lathamani R, M.R Janardhana,
BIOLOGI SEL ,Vol 4, No 1 edisi S.Suresha. 2014. Aplication of
jan-jun 2015 issn 2252-858x. Water Quality Index Method to
Awal, J. Tantu, H. Tenriawaru, E. P. Asses Groundwater Quality in
2014. Identifikasi Alga (Algae) Mysore City. Karnataka. India.
Sebagai Bioindikator Tingkat International Jurnal of Innovation
Pencemaran Di Sungai Lamasi Research in Science. Engineering
Kabupaten Luwu. Jurnal Dinamika. and Technology. (501-508).
Vol. 5 No. 2 Hal. 21-34. Pambudi, Arief, Taufik W. Priambodo,
Nina Noriko dan Basma. 2016.

14
Keanekaragaman Fitoplankton Sidik, R.Y., Dewiyanti, I., & Octavina,
Sungai Ciliwung Pasca C. (2016). Struktur Komunitas
Kegiatan Bersih Ciliwung. Makrozoobentos di Beberapa
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Muara Sungai Kecamatan Susoh
Sains dan Teknologi. Vol 3 (4). Hal Kabupaten Aceh Barat Daya. Jurnal
201-212. Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Ridwan, M., Fathoni, R., Fatihah, I., Perikanan Unsyiah. Vol. 1, No. 2,
Pangestu, D.A. (2016). Struktur Hal :287-296.
Komunitas Makrozoobentos di Sujati, A.B., Priyono, A., & Badriyah, S.
Empat Muara Sungai Cagar Alam 2014. Karakteristik Kualitas Air
Pulau Dua Serang Banten. Al- Sungai Ciliwung di Segmen Kebun
Kauniyah Jurnal Biologi, Vol. 9, Raya Bogor. Jurnal Media
No.1, Hal: 57-65. Konservasi, Vol. 22, No. 2, hal :
Rudiyanti,S. 2009. Kualitas Perairan 111-117.
Sungai Banger Pekalongan Suryanto, Asus Maizar & Umi
Berdasarkan Indikator Biologis. Herwati. 2009. Pendugaan Status
Jurnal Saintek Perikanan. Vol.4 (2) Trofik dengan Pendekatan
: 46-52. Kelinpahan Fitoplankton dan
Sakban, M.A., Nugroho, A.S., Zooplankton di Waduk Sengguruh,
Kaswinari, F. (2017). Karangkates, Lahor, Wlingi Raya
Keanekaragaman Makrozoobentos dan Wonorejo Jawa Timur. Jurnal
Sebagai Biondikator Kualitas Air Ilmu Perikanan dan Kelautan. Vol
Telaga di Kabupaten Kendal. 1 (1). Hal1-7.
Prosiding Semnas Sains dan Suwondo, E. Febrita, Dessy dan M.
Enteurpreneurship IV. Poole Krebs Alpusari. (2004). Kualitas Biologi
Simatupang. PerairanSungai Senapelan, Sago
Setiadi, A. 2004. Dominansi dan Sail Di Kota Pekanbaru
Cyanobacteria Pada Musim Berdasarkan Bioindikator Plankton
Peralihan di Perairan Laut Banda dan Bentos. Biogenesis. 1 (1): 15-
dan Sekitarnya. Makara, Sains. Vol 20.
8 No 1. Widigdo, B & Wardianto, Y. 2013.

15
Dinamika Komunitas Fitoplankton Elfazuri, (1993). Ekologi Moluska Zona
dan Kualitas Perairan di Intertidal di Pantai Tanjung Rusa
Lingkungan Perairan Tambak Membalong Belitung dan
Udang Intensif : Sebuah Analisis Sumbangannya pada Pengajaran
Korelasi. Jurnal Biologi Tropis. Biologi di Sekolah menengah atas.
Vol. 13 No. 2. Sarjana Biologi FKIP UNSRI. Hal
Zulkifli, H. dan Setiawan, D. 2008. 33-37.
Struktur Komunitas Goldman, C. R., dan Horne A.J..
Makrozoobentos di Perairan Sungai 1994. Limnology. USA: Mc Graw
Musi Kawasan Pulokerto sebagai Hill Book Co.
Instrument Biomonitoring. Jurnal Hutabarat, S dan Evans, S.M.. 2006.
Natur Indonesia 14(1): 95-99. Pengantar Oseanografi. Jakarta:
b. Buku Universitas Indonesia.
Basmi, 2000. Planktonologi: Plankton Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta
sebagai Bioindikator Kualitas : Bumi Aksara.
Perairan. Fakultas Perikanan dan Iskandar. 2003. Struktur Komunitas
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Plankton di Perairan Bekas Bahan
Bogor. Pasir (Studi Kasusdi Rawa Bebek,
B.R.Vashishta.(1999). Botany for degree Karawang). Fakultas Pertanian.
students: algae, 8 th ed., S. Chad & UNPAD. Bandung.
Company Ltd., New Delhi. Krebs, C.J. 1989. Ecological
Barus, T.A. 2008. Pengantar Methodology.New York : Harper &
Limnologi Studi Tentang Row Inc. Publisher.
Ekosistem Sungai dan Maula, L. H. 2018. Keanekaragaman
Danau. Medan : FMIPA Makrozoobentos Sebagai
USU Bioindikator Kualitas Air Sungai
Effendi, H., 2003. Telaah kualitas Air Cokro Malang. Skripsi. UIN
Bagi Pengelolaan Sumber Daya Maulana Malik Ibrahim. Malang.
dan Lingkungan Perairan. Nybakken, J. W. (1992). Biologi Laut.
Yogyakarta: Kanisius. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

16
Odum PE. (1993). Fundamentals of Cyanobacteria. Kluwer Academic
Ecology. 3rd Edition. Philadelphia: Publisher, Hingham, 2000.
Sounders Company. Widanengroem, Retno. (2010).
Pratiwi, R. & Widyastuti, E., 2013. Pola Pengertian, Konsep, dan Jenis
Sebaran Dan Zonasi Krustasea Di Sumberdaya Perikanan.
Hutan Bakau Perairan Teluk Yogyakarta: UGM press.
Lampung. Zoo Indonesia, 22(1):11- c. Karya Ilmiah
21. Supono. 2008. Analisis
Reynold, C. S. (1993). Scales of Diatom Epipelic Sebagai Indikator
Disturbance and Tehir Role in Kualitas Lingkungan Tambak Untuk
Plankton Ecology. Hydrobiology Budidaya Udang [Tesis].
(249), 157-171. Program Studi Magister
R.L. Oliver, C.G. Ganf. Freshwater Manajemen Sumberdaya Pantai,
bloom. in: Whitton, A. & M. Potts Program Pascasarjana Universitas
(Eds.), The ecology of Diponegoro. Semarang.

17

Anda mungkin juga menyukai