Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL LIMNOLOGI

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI SUNGAI HITAM


PROVINSI BENGKULU

Disusun ol

KELOMPOK I

1. Alfina Damayanti Habeahan (F1D020028)

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai adalah salah satu media bagi ekosistem perairan dan sebagai tempat untuk
berkembang biak biota yang ada di perairan tersebut. Sungai berfungsi sebagai wadah pengaliran
air yang berada di posisi paling rendah dalam landskap bumi. Oleh karena itu kondisi sungai tidak
dapat dipisahkan dari kondisi Daerah Aliran Sungai (PP 38 Tahun 2011).
Organisme di dalam air sangat beragam dan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk
kehidupannya atau kebiasaan hidupnya. Salah satu organisme yang hidup di daerah perairan
diantaranya adalah plankton. Plankton mempunyat peranan penting dalam ekosistem perairan
tawar dan perairan laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis organisme
air tawar dan laut (NontJ1, 2002).
Plankton menurut Odum (1993) adalah organisme perairan melayang yang pergerakannya
tergantung pada arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaltu fitoplankton yang disebut
plankton nabati dan zooplankton yang disebut plankton hewant. Plankton merupakan salah satu
Indikator adanya perubahan Nondisi pada suatu lingkungan perairan (Barus, 2004)
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang terpisah dari wilayah lain
di sekitarnya karena adanya pemisah alam berupa topografi yaitu punggung bukit atau gunung,
yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui sungai utama menuju laut atau
danau (Paimin et,.all.2006).Dalam wilayah DAS, sungai merupakan ekosistem yang mempunyai
peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup. Secara umum sungai memiliki fungsi majemuk
dalam kehidupan seperti penyedia air bersih, pembangkit listrik, sarana transportasi, sarana
olahraga dan sebagai sarana rekreasi/wisata. Selain itu sungai juga merupakan tempat hidup biota-
biota perairan seperti ikan, udang, kepiting dan bentos. Kualitas air di sungai sangat menentukan
kelangsungan hidup biota sungai dan manusia yang memanfaatkan secara langsung air sungai
tersebut. Banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat di bantaran sungai seperti kegiatan MCK
(mandi, cuci, kakus), pembuangan limbah pabrik, limbah kotoran ternak, limbah rumah tangga
dan limbah pertanian dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air yang berpengaruh terhadap
kualitas air sungai. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya (Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001).
Muara Sungai Hitam merupakan wilayah peralihan antara perairan darat dan perairan laut.
Kondisi ini diduga dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan yang
terlihat dengan kondisi fisik air yang berwarna coklat-kehitaman. Perubahan kualitas perairan
dapat diketahui dari berubahnya kondisi fisik, kimia dan biologi. Sebagai indikator biologi
komposisi dan kelimpahan fitoplankton dapat memberikan petunjuk untuk memantau terjadinya
pencemaran dengan menggunakan indeks saprobitas, yang digunakan untuk melihat tingkat
saprobitas perairan (Zahidin, 2008).
Plankton merupakan mikroorganisme yang hidup melayang di perairan. Mikroorganisme ini
baik dari segi jumlah dan spesiesnya sangat banyak dan sangat beranekaragam serta sangat padat.
Plankton juga merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan dan
jaring makanan. Plankton menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai
makanan dan jaring makanan tersebut.
Plankton dapat dibagi menjadi 2 golongan utama, yaitu fitoplankton yang disebut plankton
nabati dan zooplankton yang disebut plankton hewani (ukurannya lebih besar dari fitoplankton).
Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton memiliki peranan penting bagi perairan atau
ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan perairan
lainnya.
Dalam suatu perairan, struktur komunitas plankton dapat dijadikan sebagai indikator biologis
untuk menilai tingkat pencemaran. Bervariasinya keberadaan plankton disebabkan oleh berbeda-
bedanya kemampuan adaptasi masing-masing genus terhadap habitatnya (Mirna dan Makri, 2011).
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan plankton dan peranan plankton untuk
meninjau keadaan kualitas air dengan menggunakan penghitungan saprobitas perairan pada
perairan muara Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Plankton
Keberadaan plankton pada suatu perairan, dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik yang berpengaruh di antaranya adalah produsen, yang merupakan sumber makanan bagi
plankton dan adanya interaksi spesies serta pola siklus hidup pada setiap spesies dalam komunitas.
Adapun faktor abiotik ialah fisika kimia air yang di antaranya suhu, kecepatan arus, kecerahan,
pH, Dissolved Oxygen (DO),karbondioksida (CO2), dan Biological Oxygen Demand (BOD).
Keanekaragaman spesies cenderung rendah dalam ekosistem yang mengalami tekanan secara
fisika dan kimia. Keanekaragaman fitoplankton yang lebih tinggi menunjukkan bahwa ekosistem
perairan di lokasi penelitian masih relatif stabil, dimana jumlah jenis fitoplankton selaku produsen
utama lebih tinggi daripada zooplankton selaku konsumen utama fitoplankton secara langsung.
Kepadatan zooplankton di suatu perairan lotik (mengalir) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
fitoplankton. Keanekaragaman plankton dapat digunakan sebagai indikator kualitas suatu perairan.
Hal ini disebabkan plankton memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan perairan. Dua
faktor utama penentu tingkat pertumbuhan fitoplankton adalah mencapai tingkat pertumbuhan
maksimum pada temperatur tertentu dan mampu mencapai cahaya dan nutrien optimumarus sangat
penting bagi sebaran plankton di perairan sungai. Arus permukaan dan arus dasar perairan
menyebabkan plankton dapat tersebar tidak merata dalam volume air sungai (Octavia et al., 2015).
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen yang saling
berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan. Genangan air yang terdapat pada danau dapat
bersumber dari mata air atau aliran sungai. Jumlah air yang masuk lebih besar dari air yang keluar.
Kandungan nutrien di perairan akan mempengaruhi produktivitas danau. produktivitas yang tinggi
terjadi di perairan eutrofik, dimana perairan tersebut banyak menerima nutrien dari kegiatan
manusia. Plankton memegang peranan penting dalam suatu perairan. Plankton memiliki fungsi
ekologi sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaring makanan, sehingga plankton
sering dijadikan skala ukuran ksuburan perairan. Plankton adalah organisme renik yang hidup
melayang-layang mengikuti pergerakan air. Plankton dalam perairan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu phytoplakton dan zooplankton (Soliha et al., 2016).
Keberadaan plankton pada suatu perairan, dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik yang berpengaruh di antaranya adalah produsen, yang merupakan sumber makanan
bagi plankton dan adanya interaksi spesies serta pola siklus hidup pada setiap spesies dalam
komunitas. Adapun faktor abiotik ialah fisika kimia air yang di antaranya suhu, kecepatan arus,
kecerahan, pH, Dissolved Oxygen (DO),karbondioksida (CO2), dan Biological Oxygen Demand
(BOD). Keanekaragaman spesies cenderung rendah dalam ekosistem yang mengalami tekanan
secara fisika dan kimia. Keanekaragaman fitoplankton yang lebih tinggi menunjukkan bahwa
ekosistem perairan di lokasi penelitian masih relatif stabil, dimana jumlah jenis fitoplankton selaku
produsen utama lebih tinggi daripada zooplankton selaku konsumen utama fitoplankton secara
langsung. Kepadatan zooplankton di suatu perairan lotik (mengalir) jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan fitoplankton. Keanekaragaman plankton dapat digunakan sebagai indikator
kualitas suatu perairan. Hal ini disebabkan plankton memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan perairan. Dua faktor utama penentu tingkat pertumbuhan fitoplankton adalah mencapai
tingkat pertumbuhan maksimum pada temperatur tertentu dan mampu mencapai cahaya dan
nutrien optimumarus sangat penting bagi sebaran plankton di perairan sungai. Arus permukaan
dan arus dasar perairan menyebabkan plankton dapat tersebar tidak merata dalam volume air
sungai (Octavia et al., 2015).
Plankton merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat menjadi indikator
peru-bahan kualitas biologi perairan sungai. Plankton memegang peran penting dalam
mempengaruhi produktivitas primer perairan sungai. Beberapa organisme plankton bersifat toleran
dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan .Kelimpahan
fitoplankton dapat mengasimilasi sebagian besar zat hara dari perairan. Kelimpahan plankton di
suatu perairan akan dipengaruhi oleh parameter lingkungan termasuk kualitas perairan dan
fisiologi.
Kelimpahan dan komposisi plankton dapat berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon
terhadap perubahan kondisi lingkungan fisik, biologi dan kimiawi perairan. Ada tiga faktor utama
yang memengaruhi respon pertumbuhan plankton yaitu suhu, cahaya dan nutrien. Bila suhu,
cahaya, dan nutrien dalam kondisi yang optimum maka plankton akan tumbuh dengan pesat. Di
dalam suatu perairan, zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi
primer yang dihasilkan oleh fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama yang
menghubungkan fitoplankton dengan karnivora kecil maupun besar, dapat mempengaruhi
kompleks atau tidaknya rantai makanan di dalam ekosistem perairan. Zooplankton seperti halnya
organisme lain, hanya hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang serasi. Pola
penyebaran dan struktur komunitas zooplankton dalam suatu perairan dapat dipakai sebagai salah
satu indikator biologi dalam menentukan perubahan (Desmawati et al., 2020).
2.2 Plankton
Plankton merupakan organisme kecil yang hidup melayang di kolom perairan dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam ekosistem perairan. Plankton dapat bergerak sedikit dengan
bantuan cilia atau flagel namun tidak mempunyai daya menentang arus, sehingga cenderung
terbawa oleh arus. Proses melayang pada plankton terjadi karena plankton mampu mengatur
densitas tubuhnya agar sama dengan densitas air. Secara umum plankton bisa dibedakan menjadi
fitoplankton dan zooplankton.
Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya hidup, mengambang, atau
melayang di udara yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu
terbawa oleh arus. "plankton" Diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari
bahasa Yunani, "planktos", yang berarti menghanyut atau mengembara. Plankton berbeda dengan
nekton yang merupakan hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung
pada arus, seperti misalnya ikan, cumi - cumi, paus. Lain pula dengan bentos yang merupakan
biota yang melekat padanya, menancap, mengangkat, atau meliang (membuat liang) di dasar laut,
seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut, dan karang (coral). Plankton dapat dibagi menjadi
beberapa golongan sesuai dengan fungsinya, ukuran, daur hidupnya, atau sifat sebarannya (Nontji,
2008).
Fitoplankton adalah plankton nabati yang memiliki kemampuan berfotosintesis dan berperan
sebagai produsen di lingkungan perairan. Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh massa air mulai
dari permukaan air sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan
terjadinya fotosintesis. Fitoplankton juga berperan sebagai pemasok oksigen melalui proses
fotosintesis.
Zooplankton adalah plankton hewani yang berperan sebagai mata rantai antara fitoplankton
sebagai produsen primer dengan karnivora pada rantai makanan di atasnya. Zooplankton hanya
dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai. Perubahan yang
terjadi pada suatu perairan akan mempengaruhi struktur komunitas zooplankton yang ada
(Rahmatullah et al., 2016).
Plankton dapat dikelompokkan benjadi beberapa kelompok berdasarkan cara makan,
keberadaan/dominansi/sebarant, asal usul, ukuran, bentuk dan koloni sel, serta alat penangkap.
Pengelompokkan plankton yang paling umum didasarkan pada cara makannya. Berdasarkan cara
makannya, plankton dapat dikelompokkan ke dalam bakterioplankton (saproplankton),
fitoplankton, dan zooplankton. Bakterioplankton atau saproplankton merupakan kelompok
plankter yang terdiri atas organisme yang tidak berklorofil, meliputi bakteri (Micrococcus,
Sarcina, Vibrio, Bacillus, dll) dan fungi. Fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik berklorofil
yang umumnya terdiri atas Bacillariphyceae, Chlorophyceae, Dinophyceae, dan Haptophyceae.
Selain berkhlorofil, fitoplankton juga memiliki bahan makanan cadangan yang umumnya berupa
pati atau lemak, diding sel yang tersusun dari selulosa, serta bentuk flagel yang beragam,.
Zooplankton merupakan kelompok plankter yang mempunyai cara makan holozoik. Anggota
kelompok ini meliputi hewan-hewan dari kelompok Protozoa, Coelenterata, Ctenophora,
Chaetognatha, Annelina, Arthropoda, Urochordata, Mollusca, dan beberapa larva hewan-hewan
vertebrata. Kelompok zooplankton hampir seluruhnya didominasi oleh Copepoda dengan nilai
sebesar 50--80% (Wardhana, 2003).
2.3 Fitoplankton
Fitoplankton berperan penting dalam suatu perairan yang fungsi ekologinya sebagai produsen
primer dan sering dijadikan indikator kesuburan suatu perairan (Isnaini, 2012). Fitoplankton
memiliki fungsi penting sebagai produser primer di suatu perairan karena bersifat autotrof, maka
dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Fitoplankton memiliki klorofil sehingga
mampu berfotosintesis, yaitu menangkap energi matahari dan mengubah bahan anorganik menjadi
bahan organik (Davis, 2012).
Fitoplankton merupakan salah satu organisme penting bagi ekosistem perairan. Yulia., (2018)
plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton disebut juga plankton nabati
adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung dan melayang di air (Romimohtarto dan Juwana,
2005). Fitoplankton merupakan produsen primer yang mampu membentuk zat organik dari zat
anorganik dalam proses fotosintesis. Fitoplankton berperan dalam aliran energi membentuk jaring-
jaring makanan selain itu juga berperan dalam pendauran hara dan penghasil oksigen. Hasil
produktivitas bersih dari fotosintesis plankton akan dialihkan ke berbagai komponen ekosistem.
Potensi energi yang terwujud dalam biomassa plankton dialihkan ke berbagai hewan melalui rantai
makanan (food chain) (Wahyuni dan Dewi, 2016).
Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan
penyumbang oksigen terbesar di dalam suatu perairan. Pentingnya peranan fitoplankton sebagai
pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton berperan penting bagi kehidupan perairan
(Fachrul, 2005).
2.4 Zooplankton
Zooplankton merupakan organisme akuatik yang memainkan peran yang sangat penting dalam
menopang rantai makanan di laut. Walaupun daya geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan
oleh keberadaan makanannya, zooplankton berperan pada tingkat energi yang kedua yang
menghubungkan produsen utama (fitoplankton) dengan konsumen dalam tingkat makanan yang
lebih tinggi.Apabila kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton tidak sesuai dengan
kebutuhan zooplankton maka zooplankton akan mencari kondisi lingkungan dan makanan yang
lebih sesuai (Kusmeri dan Rosanti, 2015).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi
Bengkulu. Pada hari Sabtu tanggal 24 September 2022.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada proposal ini yaitu HP, wadah 50 L, Planktonnet, Botol
100 Ml, ice box,
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada proposal ini yaitu Formalin 4%, lugol 4%
3.3 Cara Kerja
Lokasi pengambilan sampel air ditetapkan sebanyak tiga stasiun pengamatan yaitu Stasiun I,
Stasiun II dan Stasiun III, dimana setiap stasiun terdiri dari sembilan titik sampling untuk
pengambilan sampel air yang akan ditandai titik koordinatnya dengan menggunakan GPS.
Pengambilan sampel dilakukan di tiap-tiap titik yang telah ditentukan pada pukul 10.00–13.00
WIB untuk mewakili kondisi optimal cahaya matahari. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menyaring air sebanyak 50 L, yang disaring menggunakan planktonnet dengan ukuran mata jaring
35 μm. Sampel air yang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel 100 ml diberi formalin 4%
dan lugol 4%, kemudian dimasukkan ke dalam ice box untuk dibawa ke Laboratorium.
Pengukuran parameter lingkungan bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan Muara Sungai
Hitam yang dapat mempengaruhi kehidupan plankton. Pengukuran parameter lingkungan meliputi
suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus dan derajat keasaman (pH) perairan dilokasi penelitian
dan dihubungkan dengan keanekaragaman dan kelimpahan ,keseragaman dan dominansi
fitoplankton dan zoonkplankton.
3.4 Analisis Data
Data plankton yang dianalisis adalah :
A.Kelimpahan Plankton
Kelimpahan dihitung dengan menggunakan rumus modifikasi menurut Sachlan dan
Effendi (1972), sebagai berikut:
𝑁𝑥𝐶
N = 𝑉𝑜 𝑥 𝑉1

Keterangan :
N=jumlah sel yang dapat /diamati
Vo=Volume air yang disaring
C=Volume air yang tersaring
V1=Volume air yang disaring
B. Keanekaragaman (H’)
H’=∑ 𝑝𝑖 𝑙𝑛 𝑝𝑖
Keterangan :
H’= Indeks keanekaragaman jenis
𝑝𝑖 =ni/N
ni=jumlah individu jenis setiap jenis
N=jumlah total individu seluruh jenis
C. Keseragaman (E)
𝐻′
E= 𝐻 ′ 𝑀𝑎𝑘𝑠

Keterangan =
E=Indeks keseragaman
𝐻 ′ =indeks keanekaragaman
𝐻 ′ 𝑀𝑎𝑘𝑠 =In s
𝐻 ′ 𝑀𝑎𝑘𝑠 =indeks keanekaragaman maksimum
D. Dominasi (C)
C= ∑ 𝑝𝑖2
Keterangan
C=indeks Dominansi
Pi =ni/N

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel 1. Kelimpahan Plankton

NO. Kelas Nama spesies Gambar Kelimpahan Individu


Fitoplankton St 1 St 2 St 3
1. Bacilariophyceae Rhizosolenia longisela   
19 13 9

2. Fragilaria capucina   -
18 10

3. Ditylum brightwellii   
21 18 8

4. Chlorophyceae Oidogonium   -
crasiculum 30 29

5. Microspora sp   
21 17 11
6. Oidogonium sp   
12 5 2

7. Spirogyra setiformis  - -
8

8. Cylindrocystis Sp   -
9 1

9. Chlorophyta sp -  -
2

10. Ulothrix sp   
69 51 30
11. Scenedesmus maximus   -
4 2

12. Spirogyra longata   


39 28 15

13. Sp 1  - -
2

14. Sp 2   -
7 4

15. Euglenophyceae Trachelomonas  - -


volvocina 2

Tabel 2. Kelimpahan Zoonkplankton

No Kelas Nama Spesies Gambar spesies St1 St2 St3


1. Maxillopoda Cyclops scutifer   
9 6 4

2. Crustacea Nauplius Cyclops   


2 3 2

3. Tubulinea Acrocalanus gricilis -  


2 6

4. Sp 3   -
1 2

5. Branchiopoda Edvane anonyx   -


2 1
5. Chlorophyceae Cosmarium ordinatum -  -
4

Total Kelimpahan= 275 198 87

Tabel 3. Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H’), Kemerataan (E) dan Dominasi
(C) Fitoplankton
No. Spesies Jumlah Pi (ni/N) In Pi Pi.In.Pi E Pi^2 C
1. Rhizosolenia longisela 40 0,077519 -2,55723 -0,19823 0,799507 0,006009 0,174967
2. Fragilaria capucina 28 0,054264 -2,9139 -0,15812 0,002945
3. Ditylum brightwellii 47 0,091085 -2,39596 -0,21824 0,008297
4. Oidogonium crasiculum 59 0,114341 -2,16857 -0,24796 0,013074
5. Microspora sp 49 0,094961 -2,35429 -0,22357 0,009018
6. Oidogonium sp 19 0,036822 -3,30167 -0,12157 0,001356
7. Spirogyra setiformis 8 0,015504 -4,16667 -0,0646 0,00024
8. Cylindrocystis Sp 10 0,01938 -3,94352 -0,07642 0,000376
9. Chlorophyta sp 2 0,003876 -5,55296 -0,02152 0,007752
10. Ulothrix sp 150 0,290698 -1,23547 -0,35915 0,084505
11. Scenedesmus maximus 7 0,013566 -4,3002 -0,05834 0,000184
12. Spirogyra longata 82 0,158915 -1,83939 -0,29231 0,025254
13. sp 1 2 0,003876 -5,55296 -0,02152 0,007752
14. sp 2 11 0,021318 -3,84821 -0,08204 0,000454
Trachelomonas
15. volvocina 2 0,003876 -5,55296 -0,02152 0,007752
Total 516 H' 2,165105

Tabel 4. Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman (H’), Kemerataan (E) dan Dominasi
(C) Zooplankton
No. Spesies Jumlah Pi (ni/N) In Pi Pi.In.Pi E Pi^2 C
1. Cyclops scutifer 19 0,422222 -0,86222 -0,36405 0,655319 0,178272 0,254321
2. Nauplius Cyclops 7 0,155556 -1,86075 -0,28945 0,024198
3. Acrocalanus gricilis 8 0,177778 -1,72722 -0,30706 0,031605
4. sp 1 3 0,066667 -2,70805 -0,18054 0,004444
5. Edvane anonyx 4 0,088889 -2,42037 -0,21514 0,007901
Cosmarium
6. ordinatum 4 0,088889 -2,42037 -0,21514 0,007901
Total 45 H' 1,571386

4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul keanekaragaman plankton disungai hitamn provinsi
Bengkulu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelimpahan plankton dan peranan plankton
untuk meninjau keadaan kualitas air dengan menggunakan penghitungan saprobitas perairan pada
perairan muara Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu.
Pada praktikukum didapati kelimpahan plankton yang dilakukan pada tiga stasiun dengan
masing-masing tiga kali pengulangan tiap stasiunnya. Dimana terdapat tiga kelas plankton yaitu
Bacilariophyceae, Chlorophyceae,dan Euglenophyceae serta total spesies yang didapat pada
seluruh kelas yaitu 15 spesies. Dimana dari tiga kelas tersebut kelimpahan spesies plankton
tertinggi terdapat pada Chlorophyceae dan yang terendah terdapat pada kelas Euglenophyceae.
Keragaman spesies plankton di dalam ekosistem perairan sering digunakan sebagai tolak ukur
untuk mengetahui produktivitas primerperairan dankondisi ekosistem perairan tersebut. Kedua hal
tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi Plankton menjadi salah satu bioindikator
untuk mengetahui produktivitas ekosistem perairan karena memiliki peran sebagai produsen.
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari
senyawa-senyawa anorganik. Sedangkan ekosistem dengan keragaman rendah bersifat tidak stabil
dan rentan terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan dengan ekosistem yang memiliki
keragaman tinggi. Kondisi suatu ekosistem yang tidak stabil dapat mempengaruhi produktivitas
primer perairan tersebut sehingga berdampak pada jaring makanan ekosistem.
Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 merupakan yang lebih banyak. Stasiun 1
pengamatan terletak di sekitar perairan yang terhubung ke arah laut terbuka. Wulandari (2011)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa jumlah jenis dari fitoplankton di bagian perairan laut
terbuka (offshore) lebih tinggi dibanding bagian perairan dekat pantai (nearshore), tetapi untuk
kelimpahan, fitoplankton di perairan bagian dekat pantai secara umum lebih tinggi. Selanjutnya
dijelaskan bahwa pada perairan dekat pantai (nearshore) nilai kandungan nutrien lebih tinggi
karena mendapat masukan dari muara sungai dan dari aktivitas di daratan, sedangkan di perairan
laut terbuka (offshore) yang berada di laut terbuka menyebabkan miskinnya kandungan nutrien.
Kelompok fitoplanktonkelas Bacillariophyceae merupakan kelas dengan kelimpahan
spesies kedua yang tertinggi, dibandingkan dengan kelas fitoplankton lainnya. Hal ini diduga
fitoplankton pada kelas Bacillariophyceae memang umum ditemui pada perairan muara, karena
memiliki tingkat toleransi dan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Pada
kelimpahan zonkplankton didapati hasil dari pengambilan sampel sebanyak 5 kelas yaitu
Maxillopoda, Crustacea, Tubulinea, Branchiopoda, Chlorophyceae dan total spesies yang
diperoleh adalah 6 spesies. Pada kelimpahan spesiesnya tertinggi itu terdapat pada Maxillopoda
Adanya perbedaan nilai indeks keragaman dan dominansi disebabkan oleh faktor fisika air
serta ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda dari tiap individu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai indeks keanekaragaman dan dominansi dapat berasal dari faktor
lingkungan yaitu ketersediaan nutrisi seperti phospat dan nitrat, serta kemampuan dari masing-
masing jenis fitoplankton untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada
Menurut Shabrina et al., (2020)jika indeks kemerataan mendekati 1, maka komunitas dalam
kondisi stabil. Nilai indeks kemerataan yang tinggi menunjukkan bahwa setiap biota mendapat
peluang untuk memanfaatkan nutrient yang tersedia di perairan secara bersamaan, walaupun
kandungan nutrient di perairan tersebut terbatas keberadaannya. Namun, semakin kecil
kemerataan dalam suatu komunitas artinya bahwa penyebaran individu setiap spesies atau genera
tidak merata dan ada kecenderungan suatu komunitas akan didominasi oleh spesies atau genera
tertentu.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu maka didapatkan
kesimpulan yaitu :
1.Keanekaragaman jenis plankton yang ada berada pada tingkatan sedang, tidak ada jenis
plankton yang mendominasi dan juga keseragaman organisme dalam keadaan seimbang. Hal ini
menunujukkan bahwa tidak terjadi persaingan terhadap tempat ataupun makanan yang terjadi antar
plankton.
2. Kelompok fitoplankton kelas Bacillariophyceae merupakan kelas dengan kelimpahan spesies
kedua yang tertinggi, dibandingkan dengan kelas fitoplankton lainnya. Hal ini diduga fitoplankton
pada kelas Bacillariophyceae memang umum ditemui pada perairan muara, karena memiliki
tingkat toleransi dan adaptasi yang baik terhadap perubahan lingkungan. Pada kelimpahan
zoonkplankton didapati hasil dari pengambilan sampel sebanyak 5 kelas yaitu Maxillopoda,
Crustacea, Tubulinea, Branchiopoda, Chlorophyceae dan total spesies yang diperoleh adalah 6
spesies. Pada kelimpahan spesiesnya tertinggi itu terdapat pada Maxillopoda

4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kelimpahan dan keanekaragaman plankton
disungai hitam kabupaten Bengkulu tengah, provinsi Bengkulu dengan pengambilan sampel yang
lebih banyak agar dapat ditemukan jenis-jenis fitoplankton lainnya dan mendeskripsi jenis-jenis
yang belum terdeskripsi.

DAFTAR PUSTAKA
Davies, O.A.dan E. Ansa. 2010. Comparative Assessment Of Water Quality Parameters Of
Freshwater Tidal Earthen Ponds And Stagnant Concerete Tanks For Fish Production In
Port Harcourt, Nigeria. International Journal Of Science And Nature. Vol 1 (1). 34- 37.
Desmawati, I., Ameivia, A., dan Ardanyanti, L. B. 2020. Studi Pendahuluan Kelimpahan Plankton
di Perairan Darat Surabaya dan Malang. Rekayasa. 13(1): 61-66.
Fachrul MF, Haeruman H, Sitepu LC. 2005. Komunitas Fitoplankton Sebagai Bio-Indikator
Kualitas Perairan Teluk Jakarta [Skripsi].Jakarta : FMIPA Universitas Indonesia.
Isnaini. 2014. Struktur Komunitas Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Banyuasin Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan. Maspari Journal. Vol 4(1). Fakultas MIPA Universitas
Sriwijaya. Palembang.
Kusmeri, L. dan D.Rosanti. 2015. Struktur Komunitas Zooplankton di Danau OPI Jakabaring
Palembang. Jurnal Sainmatika. Vol 14 No 1. Juni 2015. Fakultas MIPA.Universitas
PGRI.Palembang.
Lonsdale, D.J., Greenfield, D.I., Hillebrand, E.M., Nuzzi R., & Taylor, G.T., 2006. Contrasting
microplanktonic composition and food web structure in two coastal embayments (Long
Island NY. USA). J.of Plankton Res. 28 : 907-918.
Mariana, T. & Rozza, T. K. (2011). Pengelolaan Cagar Alam Pulau Dua di Provinsi Banten sebagai
ekosistem bernilai penting. Jurnal Penelitian dan Konservasi Alam, 8(1), 95-108
Nontji, A. (2008). Plankton laut. Yayasan Obor Indonesia.
Oktavia, N., Purnomo, T., dan Lisdiani, L. 2015. Keanekaragaman Plankton dan Kualitas Air Kali
Surabaya. LenteraBio. 4(1): 103-107.
Rahmatullah, Ali, M. S., dan Karina, S. 2016. Keanekaragaman dan Dominasi Plankton Di Estuari
Kula Rigaih Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan dan Perikanan Usyiah. 1(3): 325-330.
Sari, A. N., Hutabarat, S., & Soedarsono, P. (2014). Struktur komunitas plankton pada padang
lamun di pantai Pulau Jepara. Journal of Management Resources, 3(2), 82-91.
Soliha, E., Rahayu, S. Y. S., dan Triastinurmiatiningsih. 2016. Kualitas Air dan Keanekaragaman
Plankton Di Danau Cikaret, Cibinong, Bogor. Ekologia. 16(2): 1-10.
Yuliana.2012. Implikasi Perubahan Ketersediaan Nutrien Terhadap Perkembangan Pesat
(Blooming) Fitoplankton Di Perairan Teluk Jakarta. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wardana, W. 2003. Penggolongan Plankton. Balai Pengembangan dan Pengujian Mutu Prikanan:
Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai