BAB 1
PENDAHULUAN
1
Dari masyarakat sekitar juga memberdayakannya untuk kegiatan
perikanan dalam karamba, persawahan di tepi waduk dan wisata
pemancingan. Kegiatan tersebut menyebabkan timbulnya kondisi
eutrofikasi. Kondisi ini ditandai dengan melimpahnya konsentrasi unsur
hara, menurunnya konsentrasi oksigen terlarut, meningkatnya padatan
tersuspensi, meningkatnya konsentrasi fosfat, menurunnya penetrasi
konsentrasi cahaya atau meningkatnya kekeruhan. Kondisi eutrofikasi
sangatlah tidak menguntungkan karena dapat mempengaruhi kualitas
perairan serta komponen biotik didalamnya seperti bentos, plankton,
tumbuhan air, serta ikan – ikan di dalamnya dapat mengalami kematian.
komponen biotik sangat bepengaruh terhadap kualitas perairan. karena
komponen ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia,
dan biologi suatu perairan. Salah satu biota yang digunakan sebagai
parameter biologi dalam menentukan suatu kondisi perairan adalah
plankton.
Plankton merupakan organisme yang hidup melayang atau mengapung di
dalam air. Kemampuan geraknya kalaupun ada sangat terbatas hingga
organisme tersebut selalu terbawa arus. Berdasarkan daur hidupnya,
plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan
organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton,
golongan ke dua yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari daur
hidupnya bersifat sebagai plankton (Agustini,dkk, 2014 : 39). Berdasarkan
ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu
makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06-1mm) dan
nanoplankton (kurang dari 0,06mm) meliputi beberapa jenis fitoplankton.
Diperkirakan 70% dari semua fitoplankton di waduk terdiri dari
nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton
sebagai konsumen primer. Hasil penelitian (Sholikhin, 2013) menyatakan
bahwa di waduk mulur ditemukan 4 keanekaragaman fitoplankton yaitu
Cholorophyta, Chrysophyta, Cyanophyta dan Euglonozoa yang ditemukan
di setiap stasiun, dan spesies yang paling banyak ditemukan adalah
2
Anabaena sp, Diatoma sp dan Cyclotella sp. Penelitian tersebut hanya
meneiti tentang fitoplankton, sedangkan penelitian tentang zooplankton
belum dilakukan di waduk mulur. Fitoplanton dan Zooplankton
merupakan jenis plankton yang sama – sama memiliki peranan yang
penting dalam perairan khususnya sebagai parameter kualitas air
Zooplankton dalam ekosistem perairan memiliki peran yang
penting karena zooplankton merupakan konsumen pertama fitoplankton
yang mempunyai peran untuk memindahkan energi dari produsen primer
yaitu fitoplankton ke tingkat konsumen yang lebih tinggi lagi seperti larva
ikan, dan ikan-ikan kecil. Zooplankton merupakan salah satu organisme
yang rentan terhadap kondisi perubahan lingkungan. Ketika jumlah
zooplankton minim, kelimpahan konsumennya seperti larva ikan, dan
ikan-ikan kecil akan mengalami penurunan. Keanekaragaman jenis
zooplankton akan berubah sebagai respons terhadap perubahan kondisi
lingkungan baik faktor fisika, kimia, maupun biologi.
Faktor penunjang pertumbuhan dan perkembangan bagi
zooplankton dalam perairan sangat kompleks dan saling berinteraksi
antara faktor abiotik perairan yang satu dengan yang lainnya, seperti
intensitas cahaya, suhu, CO2 bebas, oksigen terlarut, pH dan zat terlarut
dengan faktor biotik perairan seperti adanya aktivitas pemangsaan oleh
hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi. Beberapa organisme mampu
hidup di perairan dengan kondisi tercemar. Pada beberapa spesies ikan,
alga maupun fitoplankton dan zooplankton mempunyai nilai toleransi
terhadap pencemaran. Beberapa jenis zooplankton yang tidak toleran
terhadap pencemaran akan terdistribusi di zona yang lebih mendukung.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana ekosistem sungai
2. Defenisi dan Pembagian Plankton
3. Ekologi Plankton
4. Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton
3
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui ekosistem sungai
2. Untuk mengetahui Definisi dan pembagian palnkon
3. Untuk Mengetahui Ekologi Plankon
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Abiotik yang Mempengaruhi
Keanekaragaman Plankton
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai perpindahan massa air
yang berlangsung dengan cepat (Barus, 2004).
Sungai sebagai salah satu contoh dari perairan mengalir (lotik).
Kondisi sungai digambarkan sebagai badan air yang umumnya dangkal,
arus biasanya searah, dasar sungai berupa batu kerikil dan berpasir, ada
endapan atau erosi, temperatur air berfluktuasi, atas bawah hampir
uniform. Habitat sungai dan kolam dibedakan dalam hal ada tidaknya arus
air, jenis endapan, volume air, kekeruhan, dan tipe makanan yang tersedia
sehingga kedua organisme memiliki komunitas yang sangat berbeda.
Perbedaan organisme itu dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
seperti faktor fisik, kimia dan biologi. Sebuah sistem perairan faktor fisik,
kimia maupun faktor biologinya akan selalu mengalami perubahan dimana
perubahan ini dapat mempengaruhi hidrobiota yang hidup didalamnya.
Ada tidaknya hidrobiota ini dapat dijadikan sebagai penujuk kualitas air
yang bersangkutan. Sungai juga ditandai Universitas Sumatera Utara
dengan adanya anak sungai yang menampung dan menyimpan serta
mengalirkan air hujan ke laut melalui sungai utama (Naughton& Larry,
1990). Ekosistem sungai terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur dan tidak ada
satu komponen yang dapat berdiri sendiri melainkan mempunyai
keterikatan dengan komponen lain langsung atau tidak langsung, besar
atau kecil. Aktivitas suatu komponen selalu memberi pengaruh pada
komponen ekosistem yang lain (Asdak, 1995).
6
atau zooplankton (plankton hewani) (Wibisono, 2005). Fitoplankton dapat
memproduksi bahan organik melalui proses fotosintesis, kehidupan di
perairan dimulai dan terus berlanjut ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi
dari tingkatan zooplankton sampai ikan-ikan besar dan tingkatan terakhir
sampailah pada manusia yang memanfaatkan ikan sebagai makanannya
(Wiadyana, 2006).
a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (> 90% terdiri dari algae) yang
mengandung klorofil yang mampu mensintesa nutrienanorganik
7
menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang
berasal dari sinar surya.
4. Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan
berkembang dari perairan itu sendiri da nada yang berasal dari luar,
terdiri atas:
8
a. Autogenik plankton, yakni plankton yang berasal dari perairan itu
sendiri.
9
komunitas fitoplankton dengan produktivitas perairan adalah
positif.fitoplankton di suatu perairan tinggi, maka dapat juga diduga
perairan tersebut memiliki produktivitas tinggi. Distribusi zooplankton
menggambarkan penyebaran zooplankton di dalam suatu perairan, baik
sifat (pola) penyebaran maupun jumlah individu yang ada di perairan
tersebut.Pola distribusi zooplankton dipengaruhi oleh ketersediaan pakan
dan kaulitas lingkungan.
10
abiotik (fisik-kimia) perairan, karena antara faktor abiotik dengan biotik
saling berinteraksi.
2.4.1 Temperatur
11
Kecepatan aliran air yang mengalir akan bervariasi secara vertikal. Arus
air akan semakin lambat bila semakin dekat ke bagian dasar sungai (Barus,
2004).
Oksigen adalah gas tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit larut
alam air.Untuk mempertahankan hidupnya, mahluk yang tinggal dalam
air, baik tumbuhan maupun hewan, bergantung kepada oksigen yang
terlarut ini. Kadar oksigen terlarut dapat Universitas Sumatera Utara 10
dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Kehidupan di air dapat
bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 mg/L.
Selanjutnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat
keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, dan suhu air. Oksigen terlarut
dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air dan atmosfir yang masuk
ke dalam air dengan kecepatan tertentu (Kristanto, 2002).
12
BOD (Biochemical Oxygen Demand ) menunjukkan jumlah
oksigen yang terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan (limbah) di dalam
air. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin
kecilnya sisa oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan
buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi (Kristanto, 2002).
Konsentrasi BOD menunjukkan kualitas suatu perairan yang masih
tergolong baik dimana apabila konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar
5 mg/L O2 maka perairan tersebut tergolong baik, apabila konsumsi O2
berkisar antara 10 mg/L O2 menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi
organik yang tinggi dan untuk air limbah BOD umumnya lebih dari 100
mg/L (Brower et al, 1990).
13
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu
larutan.Setiap spesies memiliki kisaran toleransi yang berbeda terhadap
pH.pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik termasuk plankton
pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang
bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyababkan terjadinya
gangguan metabolisme dan respirasi. Di samping itu pH yang sangat
rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang
bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam
kelangsungan hidup organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi akan
menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan
terganggu, dimana kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amoniak
yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme tersebut (Barus, 2004).
14
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik. Sumber fosfor lebih sedikit
dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan dan keberadaan fosfor
di perairan alami biasanya relatif sedikit dengan konsentrasi yang relatif
lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen. Sumber antropogenik fosfor di
peraian adalah limbah industri dan domestik, yaitu fosfor yan berasal dari
detergen. Limpahan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor (Effendi,
2003). Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen di perairan alami yng
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat juga
merupakan zat hara penting bagi organisme autotrof (Wijaya, 2009) .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Habitat hewan terdiri atas habitat darat, habitat air, dan habitat darat-air.
Lingkungan terbagi menjadi 4 antara lain lingkungan Udara / Atmosfer,
lingkungan Air / Hidrosfer, lingkungan Darat / Litosfer, dan lingkungan Flora dan
Fauna / Biosfer.Macam Ekosistem secara garis besar ada 2 yaitu ekosistem darat
(hutan hujan tropis, taiga, tundra, savanna, padang rumput, dan gurun) dan
ekosistem perairan (air tawar, air laut, dan estuari).
Hubungan hewan dengan habitatnya dapat dilihat melalui cara adaptasi atau
penyesuaian mereka terhadap tempat tinggalnya seperti penyesuaian terhadap
bentuk tubuh, penyesuaian fungsi tubuh, dan penyesuaian tingkah laku. Sehingga
hewan dapat menemukan makananya, menyesuaikan dengan kodisi
lingkungannya agar merasa nyaman, berlindung dari serangan musuh, dan
mempertahankan kelangsungan hidupnya
DAFTAR PUSTAKA
15
Miah, Mazrikhatul. (2009). Mengenal Ekosistem. Yogyakarta: Pustaka Insan
Mandiri.
Jasin, Maskoeri (2010). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
16