PENDAHULUAN
Kecepatan arus merupakan faktor yang sangat penting karena sebagai faktor pembatas
utama pada aliran arus deras. Kecepatan aliran arus tergantung pada kecuraman gradient, halus
kasarnya dasar sungai, lebarnya perairan, kedalaman perairan, kemiringan, kekasaran,
kedalaman, kelebaran sungai dan suply air. Kecepatan arus pada sungai dikelompokkan atas tiga
kategori, yaitu cepat, bila kecepatan arus berkisar antara 0,5-1 m/dt, sedang bila kecepatan arus
berkisar antara 0,25-0,49 m/dt dan lambat bila kecepatan arus berkisar antara 0,1-24 m/dt
(Welch, 1980).
Arfiati (2009), menyatakan air tergantung yang melarut dalam aliran memberikan
tekanan kepada semua benda di dalamnya termasuk ikan. Distribusi cahaya pada air tergenang
juga akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Semakin jernih air, maka semakin
banyak cahaya yang dapat menembus perairan sehingga suhu air hangat, untuk perairan keruh,
bau disebabkan oleh kepadatan fitoplankton maupun karna parlemen tanah, tingkat kecerahan air
sangat rendah, aspek lain adalah kekentalan (viskositas air).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan(Chakroff dalam Syukur, 2002).
Kecerahan air ditunjukkan dengan kedalaman secchi disk.Kedalaman secchi
diskberhubungan erat dengan intensitas sinar matahari yang masuk ke suatu
perairan.Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna
perairan, kandungan bahan–bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan,
kepadatan plankton, jasad renik dan detritus (Sumich dalam Asmara, 2005).
Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat organisme
akuatik, sehingga setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran maksimum dan minimum.
Ikan merupakan hewan poikiloterm, yang suhu tubuhnya naik turun sesuai dengan suhu
lingkungan, sebab semua proses fisiologis ikan di pengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu
perairan berpengaruh terhadap respon tingkah laku ikan proses metabolism, reproduksi, ekskresi
ammonia dan resistensi terhadap penyakit. Suhu yang optimal bagi pertumbuhan ikan tropis
berkisar antara 25-32 0C. Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan
yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen
terlarut dalam perairan semakin menurun ( Sunaryo, 1990 ).
Bentos merupakan organisme perairan yang bersifat menetap (sesile) yang berada di dasar
perairan yang memiliki rentang mortalitas yang terbatas sehingga dapat dijadikan sebagai
indikator kualitas perairan. Jenis bentos diperairan ada bermacam-macam seperti nimfa dan lalat
batu sebagai indikator perairan bersih. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
bentos.
2.4.1. Ciri-ciri Benthos
Menurut Sutrisno dan Suciasttuti (2004), benthos merupakan organisme maupun hewani
(zoobenthos), yang tinggal didalam dan atau diatas sedimen pada dasar suatu perairan.
Berdasarkan ukuranya, organisme hewan benthos digolongkan atas :
1. Macrobenthic (0,425 – 15 mm) banyak dilakukan penelitian
2. Meiobenthic (0,05 – 1 mm)
3. Microbenthic (< 50 mikron, misalnya protozoa, rotifera dan nematoda).
Organisme benthos adalah binatang yang relatif besar dan sebagian siklus hidupnya
berada didalam atau pada substrat di air yang termasuk dalam kelompok ini adalah cacing,
serangga air, annelida, mollusca, dan lain-lain. Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan
pada umumnya termasuk kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Supangat, 2000).
Benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup didasar
endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara makannya menjadi pemakan kenyang
(seperti kerang) dan pemakan deposit (seperti sioler)
2.4.2. Peranan Benthos di Perairan
Syukur (2002), menyatakan bahwa peranan benthos di perairan adalah sebagai berikut :
1. Mendaur ulang bahan organik
2. Membantu proses mineralisasi
3. Penting kedudukanya dalam rantai makanan (dipakai untuk menduga kualitas kesuburan air)
4. Indikator pencemaran
Komunitas benthos sensitif pada perubahan kualitas air berbatasan yang motilitas dan
kemampuan yang relatif karena merupakan fungsi kualitas perairan yang relatif tidak dapat
didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat didefinisikan melalui organisme benthos
yang berfungsi mempelajari sifat organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah
pencemaran air. Dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran
karena adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan parameter kualitas
air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam organisme di perairan tersebut
(Sutrisno dan Eni, 2004).
Pratiwi (2004), menyatakan bahwa hewan yang hidup di dasar perairan adalah
mikrozoobenthos, mikrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem
perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan selain
itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran. Kelompok benthos yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi
berfariasi terhadap kondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai
petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina, kerang cacing pipih,
siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di perairan tersebut
maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang berkulitas sedang.
2.4.3. Jenis Benthos di Perairan
Menurut Asmara dan Anjar (2006), jenis benthos yang tergolong macro invertebrate adalah :
1. Komunitas makroinvertebrata mempunyai jenis yang berbeda terhadap berbagai tipe
pencemaran dan mempunyai reaksi yang cepat.
2. Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai, dipengaruhi oleh
berbagai tipe polutan yang ada.
3. Mempunyai keankaragaman yang tinggi dan mempunyai respon terhadap lingkungan
yang stress.
4. Hidup melekat didasar perairan.
5. Mempunyai siklus hidup yang panjang.
Haryanti (2010), menyatakan makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memilki toleran yang luas akan
memilki penyebaran yang luas juga seperti contohnya jenis ephemeroptera. Sebaliknya
organisme yang kisaran tolerasinya sempit (sensitif) maka penyebaranya juga sempit seperti
jenis lalat batu dan tricoptera.
Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi maka fitoplankton termasuk dalam
golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis ini berasal dari senyawa CO2 terlarut dengan H2O
dan zat nutrien lainnya yang terkena sinar matahari.
Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosyntetis menggunakan bahan
organik dan sinar matahari sedangkan zooplankton adalah konsumen yang memperoleh energi
dan makanan dari phytoplankton siklus hidup phytoplankton yang pendek dapat menyebabkan
cepat sekali memberi reaksi (Sutrisno dan Eni, 2004).
Plankton (phytoplankton) sebagian besar merupakan organiisme autotropik dan menjadi
produsen primer dari bahan organik pada habitat aquatic. Komponen lain dari plankton adalah
hewan heterotropic (natutionally dependent) yang disebut zooplankton. Dengan demikian
phytoplankton bersifat sebagian dasar atau baseline dari jaring-jaring makanan yang ada pada
lingkungan perairan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 7 Desember 2019, pukul 09.00 – 16.00 WIB,
di Brayeun Aceh besar, Banda Aceh.
Lokasi yang akan digunakan untuk praktikum daratan ditentukan terlebih dahulu menjadi dua
kelompok. Sebagian menuju hutan bagian atas dan sebagian praktikan dibawah. Insect net
digunakan untuk menangkap kupu-kupu dan serangga di sekitar lokasi yang telah di tentukan.
Apabila kupu-kupu sudah ditangkap maka harus ditekan di bagian torax kemudian dibungkus
dengan kertas layang dan dimasukkan kedalam wadah yang berisi kapur barus. Serangga yang
diperoleh, dimasukkan kedalam botol sampel yang telah diisi alkohol terlebih dahulu.
3.3.2.Cara kerja perairan
Lokasi perairan yang telah ditentukan kemuadian diambil airnya sebanyak tiga ember
besar yang dituang ke alat plankton net setelah didapat hasil air yg terdapat pada bagian bawah
plankton net dimasukkan kedalam botol sampel, hal ini diulangi tiga kali pengulangan pada titik
lokasi yang berbeda. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang dicelup
kedalam air selama 10 menit pada tiga lokasi yang berbeda. Pengukuran ph dan kadar oksigen
dilakukan debgan menggunakan alat berupa DO meter yang terlebih dahulu dikalibrasikan dan di
celupkan bagian ujungnya kedalam air sungai sampai angka pada monitor berhenti berjalan.
Hasil yang telah diperoleh dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
Lokasi yang digunakan untuk praktikum ini adalah di Sungai Brayeun, Leupung,
Aceh Besar. Kecamatan Leupung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki berbagai sungai (krueng) diantaranya sungai Leupung, sungai Riting, sungai Srang dan
Pulot. Sungai ini memiliki kondisi ekosistem yang berbeda di hulu dan hilir, dengan kondisi
perairan yang dimiliki payau dan tawar. Ekosistem perairan Brayeun ini dihuni oleh berbagai
hewan perairan diantaranya adalah Annelida, Arthropoda, Molluska, Pisces dan Reptilia.
Sebagai salah satu ekosistem perairan tawar, pada mulanya perairan Brayeun memiliki
berbagai komponen biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi hewan yang tidak bertulang
belakang dan bertulang belakang, antara lain adalah Molluska, Arthropoda, Annelida, Pisces dan
Amphibia. Sedangkan komponen abiotik di ekosistem perairan ini antara lain air tawar, kerikil
dengan berbagai tipe ukuran, batuan yang memiliki ukuran yang bervariasi, suhu dan pH yang
selalu dinamis. Kedua komponen ini saling berinteraksi, sehingga keberadaannya menjadi modal
dasar bagi suatu kehidupan (Yersi, 2003).
B. Suhu
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara
suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Suhu udara adalah ukuran energi
kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Faktor yang mempengaruhi suhu yaitu:
1. musim, musim mempengaruhi angin yang berhembus saat itu, sehingga menyebabkan
penutupan daratan oleh awan; garis lintang, pada daerah tropis yang memiliki asupan
cahaya matahari cukup tinggi, memiliki suhu yang relatif stabil dibanding pada daerah sub
tropis (utara/selatan garis ekuator);
2. tinggi rendahnya tempat, semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di
tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan
suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi;
3. lamanya penyinaran, lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak
garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari
semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah;
4. angin dan arus laut, angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.
Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang dilalui
angin tersebut juga akan menjadi dingin;
5. Awan, angin merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah
terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan
sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari.
C. PH
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-
8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir jika pH rendah. Toksisitas meperlihatkan penigkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di dapat menggunakan pH meter yaitu pada titik
1 didapatkan pH air sebesar 6,0. Titik ke 2 didapatkan pH air sebesar 5,7. Titik ke 3 didapatkan
pH air sebesar 6,7.
Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar yang ada di dunia. Empat
dari lima bagian spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta. Jumlah
spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari
spesies hewan yang diketahui sekarang. Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan
praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Karakteristik yang membedakan
Arthropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi
dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetri bilateral,
eksoskeleton berkitin.
Kupu-kupu merupakan organisme Arthropoda dari kelas Insekta. Jenis arthropoda yang
ditemukan pada praktikum lapangan ini adalah beberapa jenis Graphium agamenmon
agamenmon, Tanaecia iapis puseda, Eurema lacteola lacteola, Tirumala septrentionis
septentrionis, Neptis sankara peninsularis, Euploea cromeri bremeri, Ideopsis vulgaris macrina,
Euploea midamus singapura, Danaus chrysippus chrysippus, Chersonesia nicevillei, Sarangesa
dasahara dasahara, Hypolimnas bolina, Delias singhapura singhapura, Junonia hedonia ida,
Charaxes bernardus crepax, Bivalvia sp. , Filopaludina javanica, Septaria porcellana, Chithon
lentiginous, Charidotella sp. , Solenopsis sp. , Melobasis sp. , Booneacris glacialis, Melanoplus
bivitatus, Valanga nigricomis. Beberapa organisme lain dari kelas Insekta yang ditemukan
disekitaran hutan sungai Brayeun yaitu Valanga nigricornis, Dolichoderus thoracicus dan
Basiaeschna janata. Selain dari kelas Insekta, kami menemukan organisme dari kelas Diplopoda
yaitu Julus virgatus.
Moluska adalah filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum. Saat ini
diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis Artropoda dalam bentuk fosil. Moluska
merupakan hewan (triploblastik (selomata yang bertubuh lunak. Moluska hidup di laut, air tawar,
payau, dan darat. Moluska dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu
Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Kelompok pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa
latin, gaster = perut dan podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai
alat gerak atau kakinya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat
terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Beberapa organisme dari
filum Moluska yang ditemukan di Sarah adalah Melanoides tuberculotus, Trilobite Beetles dan
Viviparus sp. dari kelas Gastropoda. Kedua organisme tersebut ditemukan menempel di
bebatuan yang berada di sungai brayeun.
Filum chordata adalah bagian dari kingdom animalia yang dicirikan memiliki notochord
sebagai sumbu tubuh. Notochord adalah sebuah struktur batang yang berfungsi untuk menyangga
tubuh ketika telah terbentuk secara sempurna dan membantu pergerakan. Filum chordata ini
memiliki anggota yang terdiri dari subfilum hemichordate, urochordata , cephalochordata, dan
vertebrata. Beberapa jenis Chordata yang didapatkaan saat praktikum lapangan terdiri dari Kelas
Pisces saja.
BAB V
KESIMPULAN