Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik
dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan. Komponen biotik terdiri atas komponen
flora dan fauna. Komponen abiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik
dan kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi, sedangkan ilmu
yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir disebut limnologi (Sudaryanti, 2006).
Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam
daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah
disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki
oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang
saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya
membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosisten tersebut
(Suwondo,2004).
Dalam suatu ekosistem terdapat suatu rantai makanan. Suatu ekosistem tidak hanya
mencakup sebagian spesies hewan dan tumbuhan saja, tetapi segala bentuk materi yang
menurunkan siklus dalam sistem tersebut dengan sinar matahari sebagai sumber kekuatannya.
Sinar Matahari merupakan sumber energi dalam suatu ekosistem. Energi ini, oleh tumbuhan
dapat di ubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis. Pembentukan jaringan hidup selanjutnya
tergantung pada kemampuan dari tumbuhan menyerap bahan-bahan mineral dari dalam tanah,
yang selanjutnya di olah melalui proses metabolism (Sutrisno,2004).
Menurut Arfiati (2009), ekosistem air tawar di ikuti oleh organisme dari tingkat
sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai organisme tingkat tinggi. Ekologi Perairan
adalah ilmu tentang lingkungan yang mempelajari hubungan timbal balik/interaksi antara
organisme dan lingkungan. Lingkungan tersebut akan mempengaruhi kenyamanan hidup
organisme dengan faktor-faktor yang terdapat didalamnya meliputi faktor fisika (Suhu,
Kecerahan, Arus), faktor kimia (DO, pH), faktor biologi (plankton, substrat). Sehingga, dengan
mempelajari Ekologi perairan diharapkan mahasiswa mampu mengetahui perihal hubungan
timbal balik antar organisme perairan. Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan guna untuk
mengamati ekosistem perairan menggunakan parameter biologi, kimia dan fisika, sehingga dapat
diketahui ekosistem perairan tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum ini adalah untuk mengetahui ekosistem perairan serta produktivitas
suatu perairan dengan menggunakan parameter biologi, kimia, dan fisika.

1.3. Manfaat Praktikum


Manfaat praktikum ini adalah untuk mempelajari ekosistem perairan terutama sungai dan
untuk meningkatkan keterampilan menggunakan alat praktikum.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Parameter Biologi


Komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup dan komponen tidak hidup
(dua komponen tersebut hidup dalam satu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kisaran
yang teratur, misalnya pada suatu ekosistem kecil, katakanlah aquarium). Ekosistem dalam air
terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang melayang dan tergantung dalam air sebagai
komponen hidup (Kristanto,2004).
Organisme benthos adalah organisme yang relatif besar dan sebagian siklus hidupnya
berada didalam atau pada substrat di air, termasuk dalam kelompok ini adalah cacing, serangga
air, annelida, mollusca, dan lain-lain. Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan pada
umumnya termasuk kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2004).
Komunitas benthos sensitif pada perubahan kualitas air berbatasan motilitas dan
kemampuan yang relatif karena merupakan fungsi kualitas perairan yang relatif tidak dapat
didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat didefinisikan melalui organisme benthos.
Dalam mempelajari sifat organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran
air. Dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karena
adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan parameter kualitas air.
Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam organisme di perairan tersebut (Sutrisno,
2004).
Syafei (1992), menyatakan plankton adalah tanaman (phytoplankton) dan binatang
(zooplankton) yang biasanya berenang atau terapung di perairan, dan gerakannya cenderung
mengikuti arus plankton terkadang ditemukan terapung di permukaan air, di dasar, ataupun
melayang-layang memenuhi kolom air. Plankton ini ada yang bergerak aktif seperti hewan pada
umumnya, tetapi ada pula yang bisa melakukan assimilasi (photosynthesis) seperti halnya
tumbuhan di daratan.
2.2. Parameter Kimia
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses
fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan,
udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) dibutuhkan oleh semua jasad hidup inilah beberapa manfaatnya, untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik dalam proses aerobik, sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu
proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis organisme yang hidup (Effendi, 2003).
Lapisan permukaan, konsentrasi permukaan, konsentrasi O2 tinggi karena dari suplai dari
proses fotosintesi dan difusi O2 dari atmosfer. Konsentrasi CO2 kecil dari lapisan karena banyak
digunakan oleh tanaman (phytoplankton) untuk fotosintesis (Supangat, 2000). Kandungan
oksigen terlarut (DO) minimum adalah dua ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh
senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung
kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu delapan jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH
menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah lima ppm untuk kepentingan wisata bahari
dan biota laut. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit lima mg/ liter
atau lima ppm (part per million) (Illahude, 1999).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain
itu, oksigen juga menentukan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik.
Peranan kondisi oksigen aerobik adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik
dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan.
Peranan kondisi oksigen anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas, karena proses oksidasi dan reduksi
inilah yang menyebabkan peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi
beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan
untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Nontji, 2002).
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH dengan
kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan
organisme air. Umumnya terdapat antara tujuh sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat
asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2002).

2.3. Parameter Fisika


Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau
perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air,
gaya coriolis dan rus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan,
upwelling, downwelling. Arus atau aliran air adalah parameter fisika yanng dapat dijadikan
pembeda beberapa ekosistem perairan tawar. Perbedaan utama ekosistem lotik dan lentik adalah
arus. Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal, atau gerakan air yang
sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia (Hutabarat, 1986).

Kecepatan arus merupakan faktor yang sangat penting karena sebagai faktor pembatas
utama pada aliran arus deras. Kecepatan aliran arus tergantung pada kecuraman gradient, halus
kasarnya dasar sungai, lebarnya perairan, kedalaman perairan, kemiringan, kekasaran,
kedalaman, kelebaran sungai dan suply air. Kecepatan arus pada sungai dikelompokkan atas tiga
kategori, yaitu cepat, bila kecepatan arus berkisar antara 0,5-1 m/dt, sedang bila kecepatan arus
berkisar antara 0,25-0,49 m/dt dan lambat bila kecepatan arus berkisar antara 0,1-24 m/dt
(Welch, 1980).
Arfiati (2009), menyatakan air tergantung yang melarut dalam aliran memberikan
tekanan kepada semua benda di dalamnya termasuk ikan. Distribusi cahaya pada air tergenang
juga akan makin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Semakin jernih air, maka semakin
banyak cahaya yang dapat menembus perairan sehingga suhu air hangat, untuk perairan keruh,
bau disebabkan oleh kepadatan fitoplankton maupun karna parlemen tanah, tingkat kecerahan air
sangat rendah, aspek lain adalah kekentalan (viskositas air).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus
suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna.
Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari
permukaan(Chakroff dalam Syukur, 2002).
Kecerahan air ditunjukkan dengan kedalaman secchi disk.Kedalaman secchi
diskberhubungan erat dengan intensitas sinar matahari yang masuk ke suatu
perairan.Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan sangat ditentukan oleh warna
perairan, kandungan bahan–bahan organik maupun anorganik yang tersuspensi dalam perairan,
kepadatan plankton, jasad renik dan detritus (Sumich dalam Asmara, 2005).
Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat organisme
akuatik, sehingga setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran maksimum dan minimum.
Ikan merupakan hewan poikiloterm, yang suhu tubuhnya naik turun sesuai dengan suhu
lingkungan, sebab semua proses fisiologis ikan di pengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu
perairan berpengaruh terhadap respon tingkah laku ikan proses metabolism, reproduksi, ekskresi
ammonia dan resistensi terhadap penyakit. Suhu yang optimal bagi pertumbuhan ikan tropis
berkisar antara 25-32 0C. Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan
yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen
terlarut dalam perairan semakin menurun ( Sunaryo, 1990 ).

2.4. Definisi Benthos

Bentos merupakan organisme perairan yang bersifat menetap (sesile) yang berada di dasar
perairan yang memiliki rentang mortalitas yang terbatas sehingga dapat dijadikan sebagai
indikator kualitas perairan. Jenis bentos diperairan ada bermacam-macam seperti nimfa dan lalat
batu sebagai indikator perairan bersih. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai
bentos.
2.4.1. Ciri-ciri Benthos
Menurut Sutrisno dan Suciasttuti (2004), benthos merupakan organisme maupun hewani
(zoobenthos), yang tinggal didalam dan atau diatas sedimen pada dasar suatu perairan.
Berdasarkan ukuranya, organisme hewan benthos digolongkan atas :
1. Macrobenthic (0,425 – 15 mm) banyak dilakukan penelitian
2. Meiobenthic (0,05 – 1 mm)
3. Microbenthic (< 50 mikron, misalnya protozoa, rotifera dan nematoda).
Organisme benthos adalah binatang yang relatif besar dan sebagian siklus hidupnya
berada didalam atau pada substrat di air yang termasuk dalam kelompok ini adalah cacing,
serangga air, annelida, mollusca, dan lain-lain. Beberapa spesies nyamuk, ialah midgnes alan
pada umumnya termasuk kelompok yang dapat mengganggu kesehatan (Supangat, 2000).
Benthos adalah organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup didasar
endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara makannya menjadi pemakan kenyang
(seperti kerang) dan pemakan deposit (seperti sioler)
2.4.2. Peranan Benthos di Perairan
Syukur (2002), menyatakan bahwa peranan benthos di perairan adalah sebagai berikut :
1. Mendaur ulang bahan organik
2. Membantu proses mineralisasi
3. Penting kedudukanya dalam rantai makanan (dipakai untuk menduga kualitas kesuburan air)
4. Indikator pencemaran
Komunitas benthos sensitif pada perubahan kualitas air berbatasan yang motilitas dan
kemampuan yang relatif karena merupakan fungsi kualitas perairan yang relatif tidak dapat
didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat didefinisikan melalui organisme benthos
yang berfungsi mempelajari sifat organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah
pencemaran air. Dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran
karena adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan parameter kualitas
air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam organisme di perairan tersebut
(Sutrisno dan Eni, 2004).
Pratiwi (2004), menyatakan bahwa hewan yang hidup di dasar perairan adalah
mikrozoobenthos, mikrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem
perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan selain
itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran. Kelompok benthos yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi
berfariasi terhadap kondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai
petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina, kerang cacing pipih,
siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di perairan tersebut
maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang berkulitas sedang.
2.4.3. Jenis Benthos di Perairan
Menurut Asmara dan Anjar (2006), jenis benthos yang tergolong macro invertebrate adalah :
1. Komunitas makroinvertebrata mempunyai jenis yang berbeda terhadap berbagai tipe
pencemaran dan mempunyai reaksi yang cepat.
2. Ditemukan melimpah di perairan, terutama di ekosistem sungai, dipengaruhi oleh
berbagai tipe polutan yang ada.
3. Mempunyai keankaragaman yang tinggi dan mempunyai respon terhadap lingkungan
yang stress.
4. Hidup melekat didasar perairan.
5. Mempunyai siklus hidup yang panjang.
Haryanti (2010), menyatakan makrozoobenthos dapat bersifat toleran maupun bersifat
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memilki toleran yang luas akan
memilki penyebaran yang luas juga seperti contohnya jenis ephemeroptera. Sebaliknya
organisme yang kisaran tolerasinya sempit (sensitif) maka penyebaranya juga sempit seperti
jenis lalat batu dan tricoptera.

2.5 Definisi Plankton


Plankton merupakan organisme perairan yang bersifat melayang-layang di perairan dimana
pergerakannya dipengaruhi oleh arus, angin. Jenis plankton diperairan ada 2 yakni fitoplankton
(plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut :
2.5.1. Ciri-ciri Plankton
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultra plankton
berukuran < 0,005 mm atau milimikron. Termasuk di sini bakteri dan diatom kecil sampai
monoplankton berukuran 60-70 mikron, sebagian bersel dan mikroskopis. Termasuk fillum
Chrysophyta. Plankton adalah tanaman (phytoplankton) dan binatang (zooplankton) yang
biasanya berenang atau terapung di perairan, dan gerakannya cenderung mengikuti arus (Sutrisno
dan Eni, 2004). Ukuran plankton sangat beranekaragam dari yang terkecil yang disebut ultra
plankton berukuran < 0,005 mm atau milimikron. Termasuk di sini bakteri dan diatom kecil
sampai monoplankton berukuran 60-70 mikron, sebagian bersel dan mikroskopis. Termasuk
fillum Chrysophyta
Menurut Welch (1980), plankton terkadang ditemukan terapung di permukaan air, di dasar,
ataupun melayang-layang memenuhi kolom air. Plankton ini ada yang bergerak aktif seperti
hewan pada umumnya, tetapi ada pula yang bisa melakukan assimilasi (photosynthesis) seperti
halnya tumbuhan di daratan.

2.5.2. Peranan Plankton di Perairan

Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi maka fitoplankton termasuk dalam
golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis ini berasal dari senyawa CO2 terlarut dengan H2O
dan zat nutrien lainnya yang terkena sinar matahari.
Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosyntetis menggunakan bahan
organik dan sinar matahari sedangkan zooplankton adalah konsumen yang memperoleh energi
dan makanan dari phytoplankton siklus hidup phytoplankton yang pendek dapat menyebabkan
cepat sekali memberi reaksi (Sutrisno dan Eni, 2004).
Plankton (phytoplankton) sebagian besar merupakan organiisme autotropik dan menjadi
produsen primer dari bahan organik pada habitat aquatic. Komponen lain dari plankton adalah
hewan heterotropic (natutionally dependent) yang disebut zooplankton. Dengan demikian
phytoplankton bersifat sebagian dasar atau baseline dari jaring-jaring makanan yang ada pada
lingkungan perairan

2.5.3. Jenis Plankton di Perairan

Welch (1980), menyatakan plankton dibagi menjadi :


1. Holoplankton, merupakan plankton yang banyak dijumpai termasuk ganggang seperti :
Asterionella, Fragilaria, dan Tubellaria.
2. Meroplankton, merupakan plankton yang cukup banyak yang termasuk golongan ini
seperti diatom melosira.
Syafie (1992), Menyatakan bahwa yang termasuk zooplankton adalah microzooplankton,
seperti protozoa, porifera, dan moseplankton yaitu crustacean. Fitoplankton jenisnya ada yang
berupa diatome dan dinoflagellata adalah dominan sekali diseluruh laut sebagai produsen.
Diatom di dapat di daerah-daerah beriklim kutub dan sedang, untuk perairan beriklim sub tropic
dan tropic dinoflagellata sangat dominan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 7 Desember 2019, pukul 09.00 – 16.00 WIB,
di Brayeun Aceh besar, Banda Aceh.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Bahan Percobaan Biologi


Peralatan yang digunakan pada percoaan biologi adalah Ekman Grab, saringan
bertingkat, botol sampel, plankton net, ember. Bahan yang digunakan adalah formalin 5%.

3.2.2. Alat dan Bahan Percobaan Kimia


Perlatan dan bahan yang digunakan untuk percobaan fisika adalah meteran, secchi disk,
thermometer, alat tulis, botol bekas, tali, stopwatch.

3.3. Cara Kerja

3.3.1.Cara Kerja Darat

Lokasi yang akan digunakan untuk praktikum daratan ditentukan terlebih dahulu menjadi dua
kelompok. Sebagian menuju hutan bagian atas dan sebagian praktikan dibawah. Insect net
digunakan untuk menangkap kupu-kupu dan serangga di sekitar lokasi yang telah di tentukan.
Apabila kupu-kupu sudah ditangkap maka harus ditekan di bagian torax kemudian dibungkus
dengan kertas layang dan dimasukkan kedalam wadah yang berisi kapur barus. Serangga yang
diperoleh, dimasukkan kedalam botol sampel yang telah diisi alkohol terlebih dahulu.
3.3.2.Cara kerja perairan
Lokasi perairan yang telah ditentukan kemuadian diambil airnya sebanyak tiga ember
besar yang dituang ke alat plankton net setelah didapat hasil air yg terdapat pada bagian bawah
plankton net dimasukkan kedalam botol sampel, hal ini diulangi tiga kali pengulangan pada titik
lokasi yang berbeda. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang dicelup
kedalam air selama 10 menit pada tiga lokasi yang berbeda. Pengukuran ph dan kadar oksigen
dilakukan debgan menggunakan alat berupa DO meter yang terlebih dahulu dikalibrasikan dan di
celupkan bagian ujungnya kedalam air sungai sampai angka pada monitor berhenti berjalan.
Hasil yang telah diperoleh dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh data hasil pengamatan pada
tabel berikut :
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan koleksi bebas
Jumlah
No Family Nama Spesies
Individu
1 Papilionidae Graphium agamenmon agamenmon 5
2 Nymphalidae Tanaecia iapis puseda 6
3 Pieridae Eurema lacteola lacteola 5
4 Nymphalidae Tirumala septentrionis septentrionis 4
5 Nymphalidae Neptis sankara peninsularis 5
6 Nymphalidae Euploea cromeri bremeri 4
7 Nymphalidae Ideopsis vulgaris macrina 5
8 Nymphalidae Euploea midamus singapura 3
9 Nymphalidae Danaus chrysippus chrysippus 6
10 Nymphalidae Chersonesia nicevillei 4
11 Papilionidae Sarangesa dasahara dasahara 6
12 Nymphalidae Hypolimnas bolina 7
13 Pieridae Delias singhapura singhapura 8
14 Nymphalidae Junonia hedonia ida 8

15 Nymphalidae Charaxes bernardus crepax 6


16 Arcidae Bivalvia sp. 5
17 Mollusca Filopaludina javanica 5
18 Neritidae Septaria porcellana 6
19 Mollusca Chithon lentiginous 5
20 Chrysomelidae Charidotella sp. 6
21 Formicidae Solenopsis sp. 5
22 Buprostidae Melobasis sp. 4
23 Arachnidae Booneacris glacialis 4
24 Catantopidae Melanoplus bivitatus 3
25 Catantopidae Valanga nigricornis 6

Tabel 4.1. Data hasil pengamatan plankton


No Family Nama Spesies Keterangan
1 Bacillariaceae Nitzschia sp. Phytoplankton
2 Rhabdolaimidae Rhabdolaimus sp. Phytoplankton
3 Chironomidae Tendipes sp. Phytoplankton
4 Chaetophoraceae Stigeoclonium sp. Phytoplankton
5 Bacillariaceae Nitzschia sigma Phytoplankton
6 Tribonemataceae Tribonema sp. Phytoplankton
7 Compositae Nauplius sp. Phytoplankton
8 Bacillariaceae Bacillaria sp. Zooplankton
9 Tabellariaceae Tabellaria sp. Phytoplankton
10 Fragilariaceae Synedra sp. Phytoplankton
11 Cyprididae Cypris sp. Phytoplankton
12 Aphlenchoididae Aphlenchoides sp. Phytoplankton
13 Branchionidae Brachionus sp. Zooplankton

Tabel 4.1. Data hasil pengamatan plot


No Plot Nama Spesies
1 Plot I Solenopsis sp. , Melobasis sp.
2 Plot II Zygentoma sp.
3 Plot III Planorbis sp.

No Faktor Lingkungan Titik Satu Titik Dua Titik Tiga


1. Suhu 25,5 ºC 25,2 ºC 25,5 ºC
2. pH 6,0 5,7 6,7
3. DO 7,6 mg/L 7,7 mg/L 8,2 mg/L

4.2. Pembahasan
Lokasi yang digunakan untuk praktikum ini adalah di Sungai Brayeun, Leupung,
Aceh Besar. Kecamatan Leupung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki berbagai sungai (krueng) diantaranya sungai Leupung, sungai Riting, sungai Srang dan
Pulot. Sungai ini memiliki kondisi ekosistem yang berbeda di hulu dan hilir, dengan kondisi
perairan yang dimiliki payau dan tawar. Ekosistem perairan Brayeun ini dihuni oleh berbagai
hewan perairan diantaranya adalah Annelida, Arthropoda, Molluska, Pisces dan Reptilia.
Sebagai salah satu ekosistem perairan tawar, pada mulanya perairan Brayeun memiliki
berbagai komponen biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi hewan yang tidak bertulang
belakang dan bertulang belakang, antara lain adalah Molluska, Arthropoda, Annelida, Pisces dan
Amphibia. Sedangkan komponen abiotik di ekosistem perairan ini antara lain air tawar, kerikil
dengan berbagai tipe ukuran, batuan yang memiliki ukuran yang bervariasi, suhu dan pH yang
selalu dinamis. Kedua komponen ini saling berinteraksi, sehingga keberadaannya menjadi modal
dasar bagi suatu kehidupan (Yersi, 2003).

4.2.1. Ekologi Perairan


Pratikum perairan dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bentos dan plankton yang
terdapat di perairan Brayeun. Pengambilan sampel yang digunakan untuk pengamatan dilakukan
pada tiga titik yang berbeda, yaitu titik 1,2 dan 3. Pengambilan sampel yang dilakukan pada
beberapa titik yang berbeda dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai jenis bentos dan
plankton yang terdapat pada perairan tersebut. Baik bentos maupun planktone pada satu titik
dilakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali pengulangan.
Berdasarkan data spesies plankton yang ditemukan di perairan sungai Brayeun, Leupung,
Aceh Besar, pada pengamatan di titik 1, 2, dan 3, maka diketahui bahwa plankton dan jumlah
individu yang ditemukan pada ke- titik tersebut, terdapat perbedaan. Berdasarkan data yang telah
diperoleh dari hasil pengamatan, pada titik 1 terdapat beberapa spesies fitoplanktone yaitu.
Nitzschia sp., Rhabdolaimus sp., Tendipes sp. Pada titik 2 terdapat spesies fitoplankton yaitu
Stigeoclonium sp., Nitzschia sigma, Tribonema sp., Nauplius sp. Sementara itu, pada titik 3
terdapat spesies fitoplankton yaitu Tabellaria sp., Synedra sp., Cypris sp., dan Aphlenchoides
sp., serta spesies zooplankton yaitu Bacillaria sp., dan Brachionus sp.
Plankton merupakan salah satu komponen dalam rantai makanan yang ada di laut.
Kehidupan zooplankton akan sangat tergantung pada fitoplankton. Kemudian zooplankton akan
dimakan oleh hewan laut karnivora. Sedangkan keberadaan fitoplankton akan dipengruhi oleh
nutrient yang berada di perairan. Zooplankton berperan sangat penting dalam jaringan makanan
sebagai vaktor energi. Fungsi ini banyak tergantung pada kemampuan zooplankton berperan
sebagai konsumen dari fitoplankton, yang merupakan komponen dasar dalam struktur kehidupan
di laut. Perubahan kuantitas zooplankton banyak dipengaruhi oleh kuantitas fitoplankton (Lasri,
2013).
Bentos merupakan organisme perairan yang bersifat menetap (sesile) yang berada di
dasar perairan yang memiliki rentang mortalitas yang terbatas sehingga dapat dijadikan sebagai
indikator kualitas perairan.Jenis bentos diperairan ada bermacam-macam seperti nimfa dan lalat
batu sebagai indikator perairan bersih. Musa (2006), benthos merupakan organisme maupun
hewani (zoobenthos), yang tinggal didalam dan atau diatas sedimen pada dasar suatu perairan.
Berdasarkan ukuranya, organisme hewan benthos digolongkan menjadi macrobenthic (0,425 –
15 mm), meiobenthic (0,05 – 1 mm), microbenthic (< 50 mikron, misalnya protozoa, rotifera dan
nematoda).
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap
maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang
yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan
morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan
karakteristik serta jenis makanan bentos (Melati, 2007).
Berdasarkan data spesies bentos yang ditemukan di perairan sungai Brayeun, Leupung,
Aceh Besar. Pada plot I didapatkan dua spesies bentos yaitu Solenopsis sp., dan Melobasis sp.
Pada plot II didapatkan spesies bentos yaitu Zygentoma sp., dan pada Plot III didapatkan spesies
bentos yaitu Planorbis sp.

4.2.1.1. Pembahasan Parameter Kimia


A. Dissolved Oxygen (DO)
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam estuaria bersama dengan
pendangkalan, pengadukan, dan pencampuran air dingin biasanya akan mencukupi persediaan
oksigen di dalam estuaria, karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu
dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter
tersebut di atas. Kandungan oksigen terlarut daerah estuaria sangat tergantung beberapa faktor
antara lain suhu, salinitas, pengadukan, dan aktivitas organisme (Supangat, 2000).
Melihat kondisi fisik daerah estuari, maka secara umum wilayah ini memiliki kandungan
oksigen terlarut relatif tinggi dibanding perairan lain. Musim kemarau yang panjang dimana
penggelontoran air tawar menurun dan suhu serta salinitas relatif tinggi di permukaan perairan,
menyebabkan proses pengadukan dan distribusi oksigen dari permukaan ke dasar perairan sedikit
terhambat sehingga kandungan oksigen di dasar perairan menurun. Selain itu menurunnya
kandungan oksigen di dasar perairan juga dapat disebabkan karena tingginya bahan organik yang
terdeposit dan tingginya populsi dan individu bakteri di dalam sedimen menyebabkan
meningkatnya pemakaian oksigen.Ukuran partikel dalam sedimen yang halus juga membatasi
pertukaran air interstitial dan air yang diatasnya (kaya oksigen) sehingga oksigen sangat cepat
berkurang, bahkan pada beberapa centimeter dalam sedimen dapat bersifat anoksik (Nontji,
2002).
Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran air, termasuk
hujan, dan proses fotosintesa tanaman berdaun hijau. Kandungan oksigen dapat menurun akibat
pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan. Oksigen terlarut di dalam air Dissolved
Oxygen. Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses
fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan,
udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut
Dissolved Oxygen dibutuhkan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber utama oksigen
dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis
organisme yang hidup (Effendi, 2003).
Oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen
terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem air, terutama sekali
dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Umumnya kelarutan
oksigen dalam air sangat terbatas, dibandingkan dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai
konsetrasi sebanyak 21% volum, air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1% volum saja.
Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada suhu 0°C, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2.
Kosentrasi menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air.Peningkatan suhu menyebabkan
konsetrasi oksigen menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan konsetrasi
oksigen terlarut (Illahude, 1999).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan
tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik).Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah
cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh
kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %
(Illahude, 1999). Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun
musiman.Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan temperatur juga dipengaruhi oleh
aktivitas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen. Nilai oksigen terlarut dalam
perairan sebaiknya berkisar antara 6-8 mg/l. Sanusi (2004), menyatakan bahwa DO yang berkisar
antara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Semakin rendah nilai DO
suatu perairan, maka semakin tinggi pencemaran suatu ekosistem (Illahude, 1999).
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, kadar DO di perairan Brayeun tempat
dilaksanakannya praktikum Dasar-dasar ekologi perairan terbukti memiliki kadar oksigen yang
bagus. Kadar oksigen terlarut yang didapat dari titik 1 ialah sebesar 7,6 mg/L, kadar oksigen
terlarut yang terdapat pada titik 2 ialah 7,7 mg/L, dan kadar oksigen yang terlarut yang terdapat
pada titik 3 ialah 8,2 mg/L. Kadar oksigen tersebut menandakan kondisi perairan estuari tersebut
masih sangat bagus bagi kehidupan mikroorganisme diair.. Nilai oksigen terlarut tersebut
membutikan semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar
(Effendi, 2003).

B. Suhu
Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara
suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Suhu udara adalah ukuran energi
kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Faktor yang mempengaruhi suhu yaitu:
1. musim, musim mempengaruhi angin yang berhembus saat itu, sehingga menyebabkan
penutupan daratan oleh awan; garis lintang, pada daerah tropis yang memiliki asupan
cahaya matahari cukup tinggi, memiliki suhu yang relatif stabil dibanding pada daerah sub
tropis (utara/selatan garis ekuator);
2. tinggi rendahnya tempat, semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di
tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan
suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi;
3. lamanya penyinaran, lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak
garis lintangnya. Semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.
Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari
semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah;
4. angin dan arus laut, angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara.
Misalnya, angin dan arus dari daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang dilalui
angin tersebut juga akan menjadi dingin;
5. Awan, angin merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah
terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan
sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan untuk mengetahui suhu di air menggunakan


thermometer. Hasil yang didapatkan pada titik 1 sebesar 25,5 ºC , pada titik 2 sebesar 25,2 ºC ,
dan pada titik ke 3 diperoleh sebesar 25,5 ºC.

C. PH
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-
8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan
berakhir jika pH rendah. Toksisitas meperlihatkan penigkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di dapat menggunakan pH meter yaitu pada titik
1 didapatkan pH air sebesar 6,0. Titik ke 2 didapatkan pH air sebesar 5,7. Titik ke 3 didapatkan
pH air sebesar 6,7.

4.2.2. Ekologi Darat


Perbukitan di daerah tempat wisata Brayeun cocok untuk kita melakukan praktikum
lapangan untuk menangkap berbagai jenis kupu-kupu, serangga, dan hewan yg lainya untuk di
identifikasi spesiesnya. Karena di tempat tersebut perbukitannya aman dan mudah untuk
praktikan untuk menangkap berbagai jenis kupu-kupu dan serangga. Di kawasan tersebut juga
banyak di datangin oleh parawisatan lainnya sehingga kita tidak perlu takut untuk masuk
kedalam perbukitan di daerah brayeun,t empatnya juga sejuk, aman dan nyaman. Perbukitannya
juga memiliki jalan setapak untuk praktikan lalui sehingga kita mudah untuk menangkap
berbagai serangga dan kupu-kupu.
Spesies yang paling banyak ditemukan di daerah perbukitan brayeun tersebut ialah kupu-
kupu, kupu-kupu di daerah brayeun banyak ditemukan beragam jenis spesiesnya, mulai dari
macam warna, dan ukuran kecil besarnya dan yang lainnya juga. Disana juga banyak bermacam
model serangga seperti belalang, dan nyamuk. Disana juga terdapat hewan seperti jenis kaki
seribu. Di daerah perbukitan brayeun banyak ditemukan kupu-kupu dan serangga, karena di
tempat tersebut hutannya masi asri dan terjaga, pepohonannya masih lebat dan mendapat cahaya
matahari yang cukup banyak, sehingga kupu-kupu dan berbagai jenis serangga mudah kita
dapatkan di daerah tersebut.

Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar yang ada di dunia. Empat
dari lima bagian spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah di atas satu juta. Jumlah
spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari
spesies hewan yang diketahui sekarang. Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan
praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Karakteristik yang membedakan
Arthropoda dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi
dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetri bilateral,
eksoskeleton berkitin.
Kupu-kupu merupakan organisme Arthropoda dari kelas Insekta. Jenis arthropoda yang
ditemukan pada praktikum lapangan ini adalah beberapa jenis Graphium agamenmon
agamenmon, Tanaecia iapis puseda, Eurema lacteola lacteola, Tirumala septrentionis
septentrionis, Neptis sankara peninsularis, Euploea cromeri bremeri, Ideopsis vulgaris macrina,
Euploea midamus singapura, Danaus chrysippus chrysippus, Chersonesia nicevillei, Sarangesa
dasahara dasahara, Hypolimnas bolina, Delias singhapura singhapura, Junonia hedonia ida,
Charaxes bernardus crepax, Bivalvia sp. , Filopaludina javanica, Septaria porcellana, Chithon
lentiginous, Charidotella sp. , Solenopsis sp. , Melobasis sp. , Booneacris glacialis, Melanoplus
bivitatus, Valanga nigricomis. Beberapa organisme lain dari kelas Insekta yang ditemukan
disekitaran hutan sungai Brayeun yaitu Valanga nigricornis, Dolichoderus thoracicus dan
Basiaeschna janata. Selain dari kelas Insekta, kami menemukan organisme dari kelas Diplopoda
yaitu Julus virgatus.
Moluska adalah filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah filum. Saat ini
diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis Artropoda dalam bentuk fosil. Moluska
merupakan hewan (triploblastik (selomata yang bertubuh lunak. Moluska hidup di laut, air tawar,
payau, dan darat. Moluska dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu
Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Kelompok pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa
latin, gaster = perut dan podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai
alat gerak atau kakinya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat
terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Beberapa organisme dari
filum Moluska yang ditemukan di Sarah adalah Melanoides tuberculotus, Trilobite Beetles dan
Viviparus sp. dari kelas Gastropoda. Kedua organisme tersebut ditemukan menempel di
bebatuan yang berada di sungai brayeun.
Filum chordata adalah bagian dari kingdom animalia yang dicirikan memiliki notochord
sebagai sumbu tubuh. Notochord adalah sebuah struktur batang yang berfungsi untuk menyangga
tubuh ketika telah terbentuk secara sempurna dan membantu pergerakan. Filum chordata ini
memiliki anggota yang terdiri dari subfilum hemichordate, urochordata , cephalochordata, dan
vertebrata. Beberapa jenis Chordata yang didapatkaan saat praktikum lapangan terdiri dari Kelas
Pisces saja.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :


1. Arus pada sungai lebih cepat dibandingan dengan arus estuari
2. Kadar oksigen terlarut yang didapat ialah 7,6 – 8,2 mg/L. Kadar DO tersebut menandakan
perairan estuari tersebut masih dalam keadaan baik bagi pertumbuhan mikroorganisme
perairan
3. Semakin besar nilai DO pada air, air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar
4. Kelas yang banyak ditemukan pada pratikum ini adalah kelas insect
5. Jenis kupu-kupu yang di temukan pada Pratikum ini sebanyak 8 spesies yaitu Graphium
sarpedon, Graphium euryphylus, Tirumala septentrionis, Eureima daira, Eurema sp.
Euploea mulciber, Euploea mulciber, Dolichoderus thoracicus

Anda mungkin juga menyukai