Anda di halaman 1dari 36

Laporan pratikum Biosistematika Hewan

Tahun ajaran semester genap 2016/2017

KEANEKARAGAMAN FAUNA DI KAWASAN


WISATA SUNGAI BRAYEUN, DESA LEUPUNG
KAB. ACEH BESAR

Oleh :
KELOMPOK II
Nama Nim
Febria Safitri (1508104010006)
Fitra Heriansyah (1508104010024)
Raisa Amalia Harahap (1508104010010)
Sri Dewi Utami (1508104010016)
Yulia Fitri (1508104010020)

Asisten
Noni Abdul Majid
(1408104010046)

LABORATORIUM ZOOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
MEI, 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dalam bidang Pratikum Biosistematika
Hewan yang berjudul “Keanekaragaman Fauna di Kawasan Wisata Sungai
Brayeun, desa Leupung, Kab. Aceh Besar”. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik, gagasan dan saran selalu penyusun harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Khususnya bagi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan kependidikan
demi terciptanya pendidik professional.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah
ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Darussalam, 5 juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 5
1.2. Tujuan percobaan ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................................... 6
2.2. Definisi dan Karakteristik ............................................................................ 6
2.2.1. Filum Arthropoda .................................................................................. 7
2.2.2. Filum Moluska ....................................................................................... 9
2.2.3. Filum Annelida .................................................................................... 11
2.2.4. Filum Chordata .................................................................................... 12
2.2.4.1. Kelas Pisces ................................................................................... 12
2.2.4.2. Kelas Aves .................................................................................... 13
2.2.4.3. Kelas Reptilia ................................................................................ 13
2.2.4.4. Kelas Amphibia ............................................................................. 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 15
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 15
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 15
3.3. Cara Kerja................................................................................................... 15
3.3.1. Pengoleksian Arthropoda ....................................................................... 15
3.3.2. Pengoleksian Moluska ............................................................................ 15
3.3.3. Pengoleksian Annelida ........................................................................... 15
3.3.4. Pengoleksian Pisces ................................................................................ 15
3.3.5. Pengoleksian Mamalia ........................................................................... 16
3.3.6. Pengoleksian Aves ................................................................................. 16
3.3.7. Pengoleksian Reptilia ............................................................................. 16
3.3.8. Pengoleksian Amfibi .............................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 17
4.1. Data Hasil Pengamatan............................................................................... 17
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan athropoda .................................................... 17
Tabel 4.2. Data hasil pengamatan moluska ...................................................... 22

iii
4.2. Pembahasan ................................................................................................ 23
BAB V................................................................................................................... 28
KESIMPULAN .................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
LAMPIRAN ......................................................................................................... 30
A. Klasifikasi Spesimen ...................................................................................... 30
B. Foto Anggota Kelompok 2 ............................................................................. 36

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Jenis-jenis hewan yang ada di sekitar kita sangat beraneka ragam dan
memiliki ciri yang berbeda-beda. Ada klasifikasi hewan berdasarkan habitatnya,
misalnya jenis hewan air, hewan darat, dan hewan amfibi. Ada yang membedakan
hewan berdasarkan pada jenis makanannya, misalnya kelompok binatang
pemakan tumbuhan, pemakan daging, dan pemakan serangga. Hal di atas
merupakan cara klasifikasi sederhana. Hewan yang sama-sama satu golongan
dalam klasifikasi sederhana belum tentu memiliki ciri-ciri yang sama. Misalnya,
tidak semua jenis hewan air memiliki alat pernapasan yang sama, alat gerak yang
sama, dan susunan perncernaan yang sama. Untuk mempermudah penyebutan
kelompok hewan serta untuk membedakan dengan kelompok tumbuhan, maka
taksonomi hewan dibedakan dengan taksonomi tumbuhan. Urutan setelah
Kingdom ialah Phyllum, Classis, Ordo, Familia, Genus dan Species.
Praktikum lapangan ini diharuskan mencari beberapa filum Annelida, filum
Molusca, filum Arthropoda, filum Chordata diantaranya kelas Pisces, Amphibia,
Reptil dan Mamalia. Kegiatan ini diadakan oleh pihak program studi Biologi
dikhususkan untuk mahasiswa semester 4 dan mengambil mata kuliah
biosistematika hewan. Kegiatan ini dilakukan di Sungai Brayeung Leupung,
Aceh Besar. Kegiatan ini dilakukan di Sungai Brayeung Leupung karena kita
ingin melihat keanekaragaman organisme yang hidup di daerah tersebut. setiap
daerah memiliki keanekaragaman yang berbeda - beda. Praktikum lapangan ini
bermanfaat untuk pembelajaran dan menambah wawasan mahasiswa tentang
aneka ragam hewan.

1.2. Tujuan percobaan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengoleksi dan mengindentifikasi
jenis-jenis organisme yang terdapat di daerah Brayeung Leupung, Aceh Besar.

5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Gambaran Umum Lokasi Praktikum


Lokasi yang digunakan untuk praktikum lapangan Biosistematika Hewan
adalah di Sungai Brayeun, Leupung, Aceh Besar. Objek wisata Sarah merupakan
tempat wisata pemandian yang terletak di kilometer 21 dari Banda Aceh.
Kecamatan Leupung adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki berbagai sungai (krueng) diantaranya sungai Leupung, sungai Riting,
sungai Srang dan Pulot. Sungai ini memiliki kondisi ekosistem yang berbeda di
hulu dan hilir, dengan kondisi perairan yang dimiliki payau dan tawar. Kedua
ekosistem perairan Sarah Brayeun ini dihuni oleh berbagai hewan perairan
diantaranya adalah Annelida, Arthropoda, Molluska, Pisces dan Reptilia.
Sebagai salah satu ekosistem perairan tawar, pada mulanya perairan
Brayeun memiliki berbagai komponen biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi
hewan yang tidak bertulang belakang dan bertulang belakang, antara lain adalah
Molluska, Arthropoda, Annelida, Pisces dan Amphibia. Sedangkan komponen
abiotik di ekosistem perairan ini antara lain air tawar, kerikil dengan berbagai tipe
ukuran, batuan yang memiliki ukuran yang bervariasi, suhu dan pH yang selalu
dinamis. Kedua komponen ini saling berinteraksi, sehingga keberadaannya
menjadi modal dasar bagi suatu kehidupan (Yersi, 2003).

2.2. Definisi dan Karakteristik


Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis hewan kedalam golongan-
golongan tertentu. Golongan-golongan ini disusun secara runtut sesuai dengan
tingkatannya (hirarkinya), yaitu dimulai dari tingkatan yang lebih kecil hingga
ketingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara
mengelompokkan makhluk hidup kedalam golongannya disebut taksonomi atau
biosistematik (Sulistyorini, 2009).
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta
memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan
kelompok hewan punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan

6
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Avertebrata
dibagi menjadi 9 filum yaitu protozoa, porifera, cnidaria, platyhelminthes,
nematelminthes, annelida, mollusca, arthropoda, dan echinodermata
(Romimohtarto, 2007).

2.2.1. Filum Arthropoda


Populasi arthropoda dunia, yang meliputi crustacea, laba-laba, dan
serangga, berjumlah sekitar 1018 individu. Hampir 1 juta spesies arthropoda telah
dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Keanekaragaman dan
keberhasilan arthropoda sebagian besar dikaitkan dengan segmentasinya,
eksoskeletonnya yang keras, dan tungkai yang bersendi. (Arthropoda berarti “kaki
bersendi”). Kelompok segmen dan anggota badannya telah terspesialisasi untuk
berbagai ragam fungsi. Sebagai contoh, anggota badan secara beragam
dimodifikasi untuk berjalan, makan, dan sebagai reseptor sensoris, kopulasi, dan
untuk pertahanan. Tubuh arthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu
eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dibangun dari lapisan-lapisan protein dan
kitin. Kutikula itu dapat merupakan pelindung yang tebal dan keras di atas
beberapa bagian tubuh, dan setipis kertas dan fleksibel pada lokasi lain, seperti
persendian. Eksoskeleton akan melindungi hewan dan menyediakan titik
pertautan bagi otot yang menggerakkan anggota badan. Eksoskeleton yang kaku
juga menimbulkan beberapa permasalahan evolusioner. Sebagai contoh, untuk
dapat tumbuh, arthropoda sewaktu-waktu harus melepaskan eksoskeletonnya yang
lama dan mensekresikan eksoskeleton yang lebih besar. Proses ini disebut
molting, membutuhkan energi dyang sangat banyak dan meninggalkan hewan
tersebut rentan terhadap pemangsa dan bahaya lainnya untuk sementara waktu.
Arthropoda menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya dengan
adanya organ sensoris yang berkembang baik, yang meliputi mata, reseptor
olfaktori untuk penciuman, dan antena untuk sentuhan dan penciuman.
Arthropoda memiliki sistem sirkulasi terbuka (open circulatory system) dimana
cairan yang disebut hemolimfa didorong oleh suatu jantung melalui arteri pendek
dan kemudian masuk ke dalam ruang yang disebut sinus yang mengelilingi
jaringan dan organ. Arthropoda teresterial umumnya memiliki permukaan internal

7
yang dkhususkan untuk pertukaran gas. Misalnya, sebagian besar serangga
memiliki sistem trakea, saluran udara bercabang yang menuju ke arah bagian
dalam dari pori-pori yang ada pada kutikula.
Atrhropoda terdiri dari 5 kelas utama yaitu:
 Arachnida
Tubuh memiliki satu atau dua bagian utama, enam pasang angota badan
(chelicerae, pedipalpus, dan empat pasang kaki untuk berjalan), sebagian
besar adalah hewan darat seperti laba-laba, kutu, dan tungau.
 Diplopoda
Tubuh dengan kepala yang jelas memiliki antena besar dan tiga pasang
bagian mulut yang mengunyah, badan bersegmen dengan dua pasang kaki
berjalan per segmen, teresterial, dan herbivora, seperti: kaki seribu.
dimodifikasi sebagai cakar beracun; segmen badan mengandung satu pasang
kaki berjalan setiap segmen; teresterial; karnivora. Contoh:lipan.
 Crustacea
Tubuh dengan dua atau tiga bagian; memiliki antena; bagian mulut untuk
mengunyah, tiga atau lebih pasang kaki, sebagian besar adalah hewan laut
seperti kepiting, udang galah, crayfish atau udang karang, dan udang.
 Insekta (serangga)
Tubuh terbagi menjadi kepala toraks, dan abdomen, memiliki antena, bagian
mulut dimodifikasi untuk mengunyah, menyedot atau menelan, umumnya
memiliki dua pasang sayap dan tiga pasang kaki, sebagaian besar adalah
hewan teresterial.
Insekta terdiri dari beberapa ordo, diantaranya adalah:
a. Orthoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran (beberapa tahapan tidak bersayap),
mulut untuk mengunyah; sangat sosial; metamorfosis tak sempurna. Contoh:
rayap.
b. Mantodea
Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu: kepala (caput), dada (thorax) dan
perut (abdomen), antena berbentuk kawat, betina biasanya memiliki abdomen

8
yang lebih besar dibandingkan dengan yang jantan, metamorfosis tidak
sempurna. Contoh: belalang sembah (Erya, 2011).
c. Hymenoptera
Memiliki dua pasang sayap bermembran, kepala dapat bergerak, bagian
mulut untuk mengunyah atau penghisap, organ untuk menyengat pada bagian
posterior pada betina, metamorfosis sempurna, banyak spesies bersifat sosial.
Contoh: semut, lebah, tawon.
d. Lepidoptera
Memiliki dua pasang sayap yang ditutupi dengan sisik kecil, lidah panjang
melilit untuk penghisap. metamorfosis sempurna. Contoh: kupu-kupu,
ngengat.
e. Odonata
Memiliki dua pasang sayap bermembran, bagian mulut untuk menggigit,
metamorfosis tak sempurna. Contoh: Damselfly, capung.
f. Hemiptera
Memiliki dua pasang sayap (satu pasang sebagian seperti berkulit, satu
pasang bermembran), mulut untuk menusuk dan menyedot, metamorfosis tak
sempurna. Contoh: kutu busuk, assassin bug, bedbug, chinch bug
g. Diptera
Memiliki satu pasang sayap dan halter (organ untuk keseimbangan), mulut
untuk penghisap, menusuk atau menelan, metamorfosis sempurna. Contoh:
lalat, nyamuk (Campbell et al. 2005).

2.2.2. Filum Moluska


Mollusca adalah hewan berbadan lunak (Latin molluscus, “lunak”) tetapi
sebagian besar terlindungi oleh suatu cangkang keras yang mengandung kalsium
karbonat. Slug, cumi-cumi dan gurita memiliki cangkang yang tereduksi, dimana
sebagian besar diantaranya adalah cangkang internal, atau mereka telah
kehilangan keseluruhan cangkang selama proses evolusinya. Tubuh mollusca
memiliki tiga bagian utama: kaki berotot, umumnya digunakan untuk pergerakan,
massa viseral yang mengandung sebagian besar organ-organ internal, dan mantel
yang merupakansuatu lipatan jaringan yang menutupi massa viseral dan

9
mensekresi cangkang (jika ada). Pada banyak mollusca, mantel meluas melebihi
massa viseral dan menghasilkan suatu ruang yang penuh air atau rongga mantel
(mantle cavity) yang menampung insang, anus dan pori ekskretoris. Banyak
mollusca yang mengambil makanan menggunakan organ kasar mirip tali karet
yang disebut radula. Sebagian mollusca memiliki organ jenis kelamin yang
terpisah, dengan gonad (ovarium dan testes) yang terletak di dalam massa viseral.
Namun demikian, banyak keong dan bekicot adalah hemafrodit (Campbell et al.
2005).
 Kelas Gastropoda
Kelas filum Mollusca yang terbesar, Gastropoda, memiliki lebih dari 40.000
spesies yang hidup. Sebagian besar gastropoda adalah hewan laut, tetapi
banyak juga spesies air tawar. Bekicot dan slug telah beradaptasi terhadap
kehidupan di darat (Campbell et al. 2005).
 Kelas Bivalvia
Mollusca dari Kelas Bivalvia meliputi banyak spesies remis, tiram, kerang
hijau, dan scallop. Bivalvia memiliki cangkang yang terbagi menjadi dua
paruhan. Kedua bagian cangkang itu bertaut pada garis pertengahan dorsal,
dan otot adduktor yang sangat kuat menarik kedua paruh cangkang agar
menutup untuk melindungi hewan berbadan lunak itu. Rongga mantel
hewan bivalvia memiliki insang yang digunakan untuk makan dan untuk
pertukaran gas. Sebagian bivalvia adalah pemakan suspensi. Bivalvia tidak
memiliki kepala yang jelas dan radula telah hilang (Campbell et al. 2005).
 Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (cephalopod artinya “kaki kepala”) adalah satu-satunya
mollusca dengan sistem sirkulasi tertutup. Kaki hewan cephalopoda telah
termodifikasi menjadi sifon berotot dan bagian-bagian tentakel dan kepala
dirancang untuk bergerak secara cepat, suatu adaptasi yang cocok dengan
cara makannya sebagai karnivora.tMereka juga memiliki suatu sistem syaraf
yang berkembang dengan baik dengan otak yang kompleks. Kemampuan
untuk belajar dan bertingkah laku dalam cara yang rumit keungkinan lebih
penting bagi pemangsa yang bergerak cepat dibandingkan dengan hewan

10
yang diam seperti remis. Cumi-cumi dan gutita memiliki organ indera yang
berkembang baik (Campbell et al. 2005).

2.2.3. Filum Annelida


Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip
dengan serangkaian cincin yang menyatu merupakan ciri khas filum Annelida.
Terdapat sekitar 15.000 spesies filum Annelida. Anggota filum Annelida hidup di
laut, sebagian besar habitat air tawar, dan tanah lembab (Campbell et al. 2005).
Ciri – ciri Annelida :
 Tubuh panjang bergelang – gelang ( matameri )
 Hidup bebas
 Hermafrodit, tidak dapat membuahi sendiri.
 Bernapas dengan seluruh permukaan tubuh
 Alat pencernaan lengkap
 Alat ekskresi tubuh disebut nefridia
 Sistem saraf : gamglion, otak, ganglim ventral
 Sistem peredaran darah tertutup
 Memiliki rongga badan triploblastik selomata
Filum Annelida terbagi menjadi 3 kelas, yaitu :
a. Polychaeta
Habitatnya di lautan, tubuhnya terdiri dari banyak rambut (poly =
banyak, chaeta = rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Nereis
viren, Eunice viridis (cacing wawo) dan Lysidice oele (cacing palolo). Dua
jenis terakhir sering dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan maluku.
b. Oligochaeta
Habitatnya di tanah, memiliki sedikit rambut (oligo = sedikit, chaeta =
rambut/bulu). Contoh cacing tersebut adalah : Lumbricus terestris dan
Pheretima sp. (keduanya disebut cacing tanah). Mempunyai organ KIitellum
yang berisi semua kelenjar, termasuk kelenjar kelamin. Pernafasan
dilakukan oleh pemukaan tubuhnya. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh

11
dengan sistem peredaran darah. Contoh lain : Moniligaster houtenii
(endemik di Sumatera).
c. Hirudinae
Tidak memiliki rambut (chaeta) tetapi menghasilkan zat antikoagulasi
(anti pembekuan darah) yang dinarnakan Hirudin (Martomijoyo, 1990).

2.2.4. Filum Chordata


Berdasarkan kemiripan tertentu dalam perkembangan embrionik awal,
Chordata dikelompokkan sebagai deuterostomata bersama-sama dengan
Echinodermata. Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata.
Chordata juga meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu urochordata dan
cephalochordata. Ada 4 ciri khas chordata ini adalah notokord; tali saraf
berlubang; celah faring; dan ekor pascaanus berotot.
Ciri spesifik dari subfilum vertebrata adalah tulang belakang skeletal dan
kranium, yang membungkus sumsum tulang belakang dan otot, sefalisasi
(spesialisasi ujung anterior sistem saraf menjadi otak kompleks yang berasosiasi
dengan organ-organ indera terspesialisasi) berderajat tinggi dan segmentasi otot-
otot tubuh menjadi somit pada satu masa perkembangan (Hademenos, 2005).
Beberapa kelompok vertebrata diantaranya adalah super kelas pisces
(chondrichthyes, osteichthyes), kelas amphibia, reptilia, dan aves.

2.2.4.1. Kelas Pisces


 Kelas condrichthyes (ikan bertulang rawan)
a. Kerangka dari tulang rawan
b. Celah insang berjumlah 5-7 pasang
c. Kulit tertutupi oleh dentikel
d. Fertilisasi internal, individu jantan memiliki clasper. Contoh : ikan hiu
dan ikan pari.
 Kelas osteichthyes (ikan bertulang sejati)
a. Kerangka dari tulang sejati
b. Celah insang tunggal disetiap sisi dengan tutup insang
c. Jari-jari lemah pada sirip bersegmen

12
d. Fertilisasi eksternal. Contoh : ikan lele, belut, kakap, dan ikan nila.

2.2.4.2. Kelas Aves


Kelas aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan
memiliki bulu sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut
sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari
empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan
berkembang biak dengan bertelur (Mukayat, 1990).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves di tutupi oleh bulu yang secara filogenetik berasal
dari epidermal tubuh yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga
terbentuk filokokus yang merupakan lubang bulu pada kulit (Jasin, 1992).

2.2.4.3. Kelas Reptilia


Ciri-ciri hewan melata adalah sebagai berikut:
 Kulit kering bersisik dari zat tanduk karena zat keratin
 Bernafas dengan paru-paru
 Berdarah dingin (poikiloterm) yakni yang suhu tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan
 Umumnya bersifat ovivar (bertelur), contoh kadal, dan vivipar
beranak, contohnya ular.
 Jantung terdiri dari empat ruang yaitu dua serambi dan dua bilik yang
masih belum sempurna.
Reptilia dapat dibagi menjadi beberapa ordo antara lain: Ordo Crocodila
(contoh: buaya); Ordo Sphenedontia (contoh : Tuatara); Ordo Squamata
(contoh: kadal); dan Ordo Testudinata (contoh: kura-kura, penyu dan labi-
labi) (Radiopetra, 1996).
2.2.4.4. Kelas Amphibia

13
Ciri-ciri amphibia sebagai berikut:
 Dapat hidup di air dan di darat ataupun tempat-tempat yang lembab
 Disebut juga hewan yang mempunyai tempat hidup (habitat) di dua alam
 Hewan bernafas dengan paru-paru dan kulit.
Telur dan berudu katak hidup di air kemudian setelah dewasa hidup di
darat, berudu berbentuk seperti ikan yang bernafas dengan insang dan
kulit, setelah masanya tumbuh kaki yang susut oleh kehidupan dan
akhirnya ekor menghilang sementara itu insang berangsur-angsur
menghilang dan digantikan oleh paru-paru kemudian katak menjadi
dewasa.
 Jantung beruang tiga yaitu dua serambi dan satu bilik.
 Berkembang biak dengan bertelur dan pembuahan sel telur oleh sperma
terjadi di luar tubuhnya (fertilisasi eksternal).
Amphibi dapat dibagi menjadi beberapa ordo:Ordo Apoda (amphibia tidak
berkaki tetapi memiliki eko, contoh: ular); Ordo Anura (amphibia tidak
berekor tetapi memiliki kaki, contoh; katak dan kodok); dan Ordo wodela /
candata (amphibia yang berekor dan berkaki, contoh: salamander.

14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 20 Mei 2017, pada pukul
08.00-15.00 WIB, di Kawasan Wisata Sungai Brayeung, desa Leupung, Kab.
Aceh Besar.

3.2. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada prkatikum ini adalah botol urin, botol
pembunuh, botol sampel, pinset, insect net, surbet net, ketapel. Sedangkan bahan
yang digunakan adalah kloroform, alkohol 70%, formaldehid.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Pengoleksian Arthropoda
Pengoleksian arthropoda dapat menggunakaninsect net untuk menangkap
hewan dari filum arthropoda seperti kupu-kupu, belalang, semut, capung.
Dilakukan pengawetan kering, kertas layangdipotong dan dilipat. Spesimen yang
telah ditemukan kemudian dimasukkan ke dalam kertas layang. Spesimen kupu-
kupu diletakkan diatas steroform dan ditusuk. Setelah itu spesimen dioven.
3.3.2. Pengoleksian Moluska
Pengoleksian moluska menggunakan metode pengawetan basah. Spesimen
yang telah ditangkap, dimasukkan ke dalam botol urin yang berisi alkohol 70%.
Label ditempel pada botol urin untuk selanjutnya diidentifikasi.
3.3.3. Pengoleksian Annelida
Pengoleksian annelida yaitu disiapkan botol film untuk menyimpan
spesimen. Kloroform disiapkan untuk awetan spesimen. Spesimen dapat
ditemukan di tanah yang lembab. Spesimen yang didapat dimasukkan ke dalam
botol urin yang berisi kloroform.
3.3.4. Pengoleksian Pisces
Pengoleksian pisces dapat menggunakan botol nescafe yang berisi
formalin. Spesimen dan ditangkap menggunakan surber net. Ikan yang didapat

15
lalu dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol untuk pengawetb sementara
sebelum dimasukkan ke dalam botol spsimen yang berisi formalin. Diberi label
dan diidentifikasi spesimen
3.3.5. Pengoleksian Mamalia
Pengoleksian mamalia dapat dilakukan menggunakan kamera, hanya
memotret spesies pada lokasi, dari foto tersebut dapat dilakukan identifikasi.
3.3.6. Pengoleksian Aves
Pengkoleksian aves yaitu menggunakan ketapel untuk mendapatkan
spesimen aves terutama burung, disiapkan ketapel dan kamera. Lokasi disurvei
sekitar pohon-pohon untuk menemukan spesies aves. Setelah itu aves yang
ditemukan difoto untuk pengkoleksian.
3.3.7. Pengoleksian Reptilia
Proses pengkoleksian reptilia yaitu disiapkan kamera untuk memotret
spesimen. Lokasi di survei untuk menemukan spesies reptilia. Spesies reptilia
yang ditemukan kemudia difoto untuk pengkoleksian. Jika jenis reptil tidak
berbahaya dapat dimasukkan kedalam botol pembunuh yang berisi kapas dan
kloroform agar reptil pingsan dan mudah dimasukkan ke dalam botol nescafe.
3.3.8. Pengoleksian Amfibi
Proses pengoleksian amfibi yaitu disiapkan botol pembunuh, kapas, formalin dan
kloroform. Botol pembunuh diisi kloroform dan kapas secukupnya. Spesimen
ditangkap menggunakan jaring insecnet. Setelah itu dimasukkan kedalam botol
pembunuh yang telah diisi klorofom. Spesimen yang sudah pingsan dimasukkan
kedalam botol nescafe lain yang sudah berisi formalin untuk pengawetan.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan


Tabel 4.1. Data hasil pengamatan athropoda
No Gambar Nama Imiah Kelas

1. Aranea sp Arachnida

2. Gemiramphus Pisces
brasiliensis

3. Diaptera sp. Insecta

Locusta
migrotaria
4. Insecta

5. Theraphosidae archinida

17
6. Anthophilia Insecta

7. Mantodea Insecta

8. Diaptera sp. Insecta

9. Oxycopis sp. Insecta

18
10. Selandria Insecta
melanosterna

chinese zebra
11. Insecta
shrimp

12. Cicada Insecta

13. Coptotermes Insecta

19
14.

Crimson darter Insecta

15. Neotrothermis Insecta


terminata

16. Graphium Insecta


sarpedon

Graphium Insecta
euryphylus
17.

18. Tirumala Insecta


septentrionis

20
19.

Eureima daira Insecta

20.

Eurema sp. Insecta

Euploea Insecta
21. mulciber

Dolichoderus Insecta
22. thoracicus

Polistes sp. Insecta


23.

21
Tabel 4.2. Data hasil pengamatan moluska

1. Melanoides Gastropoda
tuberculotus

2. Trilobite Beetles Insecta

3. Viviparus sp. Gastropoda

Tabel 4.3. Data hasil pengamatan pisces

1. Rasbora sp. Pisces

22
4.2. Pembahasan
Artropoda dalam dunia hewan merupakan filum yang terbesar yang ada
di dunia. Empat dari lima bagian spesies hewan adalah arthropoda, dengan jumlah
di atas satu juta spesies modern yang ditemukan dan rekor fosil yang mencapai
awal Cambrian. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam
variasi. Jumlah ini kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang.
Artropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis semua permukaan
bumi dipenuhi oleh spesies ini. Karakteristik yang membedakan Arthropoda
dengan filum yang lain yaitu: tubuh bersegmen, segmen biasanya bersatu menjadi
dua atau tiga daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetri
bilateral, eksoskeleton berkitin.
Jenis arthropoda yang ditemukan pada praktikum lapangan ini adalah
beberapa jenis kupu-kupu yaitu Graphium sarpedon, Graphium euryphylus,
Tirumala septentrionis, Eureima daira, Eurema sp. Euploea mulciber, Euploea
mulciber, Dolichoderus thoracicus. Kupu-kupu merupakan organisme Arthropoda
dari kelas Insekta. Ada beberapa organisme lain dari kelas Insekta yang
ditemukan disekitaran hutan sungai Brayeun yaitu Valanga nigricornis,
Dolichoderus thoracicus dan Basiaeschna janata. Selain dari kelas Insekta, kami
menemukan organisme dari kelas Diplopoda yaitu Julus virgatus.
Moluska adalah filum terbesar kedua dalam kerajaan binatang setelah
filum Arthropoda. Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis
dalam bentuk fosil. Moluska merupakan hewan triploblastik selomata yang
bertubuh lunak. Moluska hidup di laut, air tawar, payau, dan darat. Moluska
dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda,
Pelecypoda, dan Cephalopoda. Kelompok pertama yaitu, Gastropoda (dalam
bahasa latin, gaster = perut dan podos = kaki) adalah kelompok hewan yang
menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Gastropoda bergerak lambat
menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang
dan sepasang tentakel pendek. Beberapa organisme dari filum Moluska yang
ditemukan di Sarah adalah Melanoides tuberculotus, Trilobite Beetles dan
Viviparus sp. dari kelas Gastropoda. Kedua organisme tersebut ditemukan
menempel di bebatuan yang berada di sungai brayeun.

23
Filum chordata adalah bagian dari kingdom animalia yang dicirikan
memiliki notochord sebagai sumbu tubuh. Notochord adalah sebuah struktur
batang yang berfungsi untuk menyangga tubuh ketika telah terbentuk secara
sempurna dan membantu pergerakan. Filum chordata ini memiliki anggota yang
terdiri dari subfilum hemichordate, urochordata , cephalochordata, dan vertebrata.
Beberapa jenis Chordata yang didapatkaan saat praktikum lapangan terdiri dari
Kelas Pisces saja.
Lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang
paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Ikan air tawar untuk bertahan di
air tawar membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan
konsentrasi ion dalam tubuh 41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air
tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar
menjadi mungkin untuk ditinggali. Ikan yang ditemukan di perairan sungai
Brayeun adalah Rasbora sp. ikan ini memiliki bentuk badan bulat panjang
mirip pipa dan memiliki moncong yang runcing serta panjang.Pisces disebut
hewan poikiloterm karena suhu tubuh tidak tetap (berdarah dingin), yaitu
terpengaruh suhu disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang (operculum),
tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi
berenang. ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya
masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang penyusunnya, kelas pisces dibedakan
atas Agnatha, Chonrichtyes, dan Osteichtyes. Ikan air tawar adalah ikan yang
menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar,
seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%.
Amfibi adalah hewan yang secara taksonomi dikelompokkan dalam kelas
Amphibia. Secara singkat Amphibia bisa diberikan pengertian sebagai hewan
bertulang belakang (vertebrata), berdarah dingin (poikiloterm), dan ‘berkaki
empat’ (tetrapoda) yang hidup di dua alam, yaitu di air dan daratan. Sesuai dengan
namanya, separuh hidup amfibi adalah di daratan (semiterrestial). Peralihan
berkala dari air ke daratan dan sebaliknya menimbulkan masalah tambahan dalam
mempertahankan keseimbangan air dan ekskresi limbah nitrogen. Di dalam air,
seperti pada ikan air tawar, pemasukan air secara terus menerus harus dikeluarkan
dari glomerulus. Di daratan, air harus dipertahankan, dan untuk ini amfibia

24
mengurangi masukan darah ke glomerulus, dan dengan demikian mengurangi laju
filtrasi.
Keanekaragaman flora dan fauna di suatu wilayah tidak terlepas dari
dukungan kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di
daerah yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan
ada yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab. Kita tentu tidak
pernah melihat pohon Meranti atau Anggrek tropik pada daerah dingin di daerah
tundra. Dukungan kondisi suatu wilayah terhadap keberadaan flora dan fauna
berupa faktor-faktor fisik (abiotik) dan faktor non fisik (biotik).Yang termasuk
faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu, kelembaban udara, angin), air, tanah, dan
ketinggian, dan yang termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan,
dan tumbuh-tumbuhan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi
keanekaragaman sebagai berikut :
1. Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban udara dan
angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap mahluk di dunia.
Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan
fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk
proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan
fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. Faktor
iklim yang berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan
maupun hewannya juga berbeda.. Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya,
subur dan selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang
tinggi dan cukup sinar matahari.
2. Tanah
Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi
pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di
dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik.
Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu
tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah.
Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%),

25
bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan
betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah
menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup
di suatu wilayah. Contohnya di Nusa Tenggara jenis hutannya adalah Sabana
karena tanahnya yang kurang subur.
3. Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan karena
dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari
dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat
tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Jenis flora di suatu wilayah
sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di
daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang
dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya.
4. Tinggi rendahnya permukaan bumi
Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya
dari permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti tempat
tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu daerah
semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga sebaliknya bila lebih
rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas. Setiap naik 100 meter
suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius. Jadi semakin rendah suatu
daerah semakin panas daerah tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi suatu daerah
semakin dingin daerah tersebut. Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar
pengaruhnya terhadap jenis dan persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu
udaranya lembab, basah di daerah tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah
yang suhunya panas dan kering.
5. Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan
Manusia mampu mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu. Misalnya daerah hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau
perumahan dengan melakukan penebangan, reboisasi,.atau pemupukan. Manusia
dapat menyebarkan tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu
manusia juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan
melakukan perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa

26
faktor manusia berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan
flora. Misalnya serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai
membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan
adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi
perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan
faunanya. Contohnya bakteri saprophit merupakan jenis tumbuhan mikro yang
membantu penghancuran sampah-sampah di tanah sehingga dapat menyuburkkan
tanah.

27
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelas yang banyak ditemukan pada pratikum ini adalah kelas insecta
2. Spesies yang ditemukan pada pratikum ini sebanyak 27 yang terdiri dari
insecta, arachida, pisces dan gastropoda
3. Jenis kupu-kupu yang di temukan pada Pratikum ini sebanyak 8 spesies yaitu
Graphium sarpedon, Graphium euryphylus, Tirumala septentrionis, Eureima
daira, Eurema sp. Euploea mulciber, Euploea mulciber, Dolichoderus thoracicus

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden.200.Biologi Kelompok Pertanian. PT Grafindo Media


Pratama, Bandung.

Campbell,N.A.,J.B.Reece, & L.G. Mitchell.2005.Biologi. Edisi ke-5. Terj.dari


Biology.5th ed. oleh Manalu, W. Erlangga, Jakarta.

Erya.2011.”Makalah Entomologi (Ordo Mantodea) New” .http: //ml. scribd.com/


erya_mathias/d/91188357-Makalah-Entomologi - Ordo-Mantodea-New.
Diakses tanggal 18 Juni 2012.

Hademenos, George dan Gerge H. Friend.200.Biologi Edisi Kedua. Erlangga,


Jakarta

Jasin, M.1992.Zoologi Vertebrata.PT Sinar Jaya, Surabaya.

Martomijoyo, Russamsi.dkk.1990. Biologi SMU. Grafindo media pratama,


Bandung.

Mukayat,D.1990.Zoologi Vertebrata. Erlangga, Jakarta.

Radiopoetra.1996. Zoologi. Erlangga, Jakarta

Romimohtarto, Kasijan. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota


Laut. Djambatan Anggota IKPI, Jakarta.

Sulistyorini, Ari.2009.Biologi. PT. Balai Pustaka, Jakarta.

Yersi, C. 2003. Gastropoda di perairan sarah Leupung kabupaten Aceh Besar.


FKIP unsyiah, Banda Aceh.

29
LAMPIRAN

A. Klasifikasi Spesimen

1. Filum arthopoda
No. Nama ilmiah Klasifikasi
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Arachnida
Ordo : Araneae
1. Aranea sp.
Familia : Araneidae
Genus : Araneus
Species : Aranea sp.

Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Gemiramphus brasiliensis Ordo : Beloniformes
2. Familia : Gemiramphidae
Genus : Gemiramphus sp
KLASIFIKASI Species
:Gemiramphus brasiliensis
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
3. Diaptera sp. Ordo : Diaptera
Familia : Syrphidae
Genus : Syrphus
Species : Diaptera sp.

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Orthoptera
4. Locusta migrotaria
Familia : Acrididae
Genus : Locusta
Species : Locusta migrotaria

30
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Arachinida
Ordo : Araneae
Theraphosidae Familia : Syiridiae
5. Genus : Brachypelma
Species : Theraphosidae

Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
Familia : Calliphoridae
Antrhophilia Genus : Lucilia
Species : Antrhophilia
6.
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Orthoptera
Mantodea
7. Familia : Mantidae
Genus : Mantis
Species : Mantodea

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
8. Diaptera sp.
Familia : Oxyopidae
Genus : Diaptera
Species : Diaptera sp.

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Arachnida
Ordo : Araneae
9. Oxycopis sp.
Familia : Oxyopidae
Genus : Oxyopes
Species : Oxycopis sp.

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Arachnida
Ordo : Araneae
10. Selandria melanosterna
Familia : Linyphiidae
Genus : Selandria
Species : Selandria melanosterna

31
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Malacostraca
Ordo : Stomatopoda
11. chinese zebra shrimp
Familia : Lysiosquillidae
Genus : Lysiosquillina
Species : chinese zebra shrimp

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Homoptera
12. Cicada
Familia : Cicadidae
Genus : Cicadomorpha
Species : Cicada

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Odonata
13. Coptotermes
Familia : Coenagrionidae
Genus : Ischnura
Species : Coptotermes

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Odonata
14. Crimson darter
Familia : Coenagrionidae
Genus : Ischnura
Species : Crimson darter

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Odonata
15. Neotrothermis terminata
Familia : Libellulidae
Genus : Neurothemis
Species : Neotrothermis terminata

32
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Lepidoptera
16. Graphium sarpedon Familia : Papilionidae
Genus : Graphium
Species : Graphium sarpedon

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
17. Graphium euryphylus Ordo : Lepidoptera
Familia : Papilionidae
Genus : Graphium
Species : Graphium euryphylus
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Lepidoptera
18. Tirumala septentrionis Familia : Nymphalidae
Genus : Tirumala
Species : Tirumala septentrionis

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
19. Eureima daira Ordo : Lepidoptera
Familia : Pieridae
Genus : Eurema
Species : Eureima daira
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
20. Eurema sp. Ordo : Lepidoptera
Familia : Pieridae
Genus : Eurema
Species : Eurema sp.

33
Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
21. Euploea mulciber Ordo : Lepidoptera
Familia : Nymphalidae
Genus : Euploea
Species : Euploea mulciber

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Hexapoda
22. Dolichoderus thoracicus Ordo : Hymenotera
Familia : Forcidae
Genus : Dolichoderus
Species : Dolichoderus thoracicus

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
23. Polistes sp. Ordo : Hymenoptera
Familia : Vespidae
Genus : Polistes
Species : Polistes sp

2. Filum moluska
No. Nama ilmiah Klasifikasi
Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis :Gastropoda
1. Melanoides tuberculotus Ordo : Caenogastropoda
Familia : Thiaridae
Genus : Melanoides
Species :. Melanoides tuberculotus
Regnum : Animalia
Phylum : Antropoda
Classis : Gastropoda
2. Trilobite Beetles Ordo : Coleoptera
Familia : Lycidae
Genus : Trilobite
Species : Trilobite Beetles

34
Regnum : Animalia
Phylum : Molllusca
Classis : Gastropoda
3. Viviparus sp. Ordo : Caenogastropoda
Familia : Viviparidae
Genus : Viviparus
Species : Viviparus sp.

3. Filum moluska
No. Nama ilmiah Klasifikasi
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
1. Rasbora sp.
Familia : Cyprinidae
Genus : Rasbora
Species : Rasbora sp.

35
B. Foto Anggota Kelompok 2

36

Anda mungkin juga menyukai