Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Mikroorganisme Pada Makanan


Mikroorganisme dalam suatu lingkungan alami merupakan populasi campuran dari
berbagai mikroorganisme baik dari tanah, air, makanan serta hewan maupun tumbuhan.
Pemisahan mikroorganisme perlu dilakuan untuk mengetahui jenis, karakteristik,
morfologi, fisiologi, kultural mikroorganisme tersebut, yang kemudian dikenal dengan
teknik pemisahan mikroorganisme yang disebut dengan isolasi. Isolasi merupakan
rangkaian untuk memisahkan mikroorganisme sehingga didapatkanlah kultur murni
(isolat). Isolat yang didapatkan kemudian ditumbuhkan pada media yang terpisah
sehingga mampu tumbuh dengan baik (Hariadi,2020).

Mikroorganisme yang umum dijumpai pada makanan atau bahan pangan adalah
kapang, khamir dan bakteri. Mikroorganisme dapat dijumpai dimana-mana, misalnya di
dalam air, tanah, udara, tanaman, hewan, dan manusia. Mikroba dapa tmasuk kedalam
pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui air, melalui tanah melalui debu dan
udara,melalui hewan dan manusia. Dengan mengetahui berbagai sumber pencemaran
mikroba, kita dapat melakukan tindakan untukmencegah masuknya mikroba pada
pangan.

2.2. Cendawan Pada Roti

Fungi merupakan organisme eukariota yang digolongkan ke dalam kelompok


cendawan sejati. Dinding sel fungi terdiri atas kitin, sel fungi tidak mengandung klorofil.
Fungi mendapat makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan
organik. Bahan organik di sekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana
dan diserap langsung oleh hifa, oleh karena itu fungi tidak seperti organisme heterotrof
lainnya yang menelan makanan kemudian mencernanya sebelum diserap. Fungi
merupakan organisme heterofilik yang merupakan senyawa organik untuk nutrisinya.
Bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya dan mengekskresikan
enzim ekstraseluler ke lingkungan, menghasikan spora atau konidia dan melakukan
reproduksi seksual ataupun aseksual (Hariadi, 2020).

Jamur Rhizopus sp adalah fungi yang merupakan filum zygomiycota ordo


mucorales.Ciri khas jamur ini mempunyai hifa yang membentuk rhizoid yang nempel ke
subtrat. Adapun ciri lain dari jamur ini mempunyai hifa yang ceonositik, oleh karena itu
jamur ini tidak bersekat. Stolon atau miselium dari jamur Rhizopuss ini menyebar diatas
subtratnya karena hifa dari jamur ini adalah Vegetative. Jamur Rhizopus sp
bereproduksidengan cara aseksual dan memproduksi sporangiofor bertangkai.
Sporangifornya berpisah dari hifa dengan hifa yang lainya oleh sebuah dinding seperti
septa. salah satu spesies dari fungi ini iyalah jamur Rhizopus spstolonifer yang
ditemukan pada roti yang sudah basi (Mizana, 2016).

Rhizopus stolonifer umumnya dikenal sebagai jamur roti hitam . Ia adalah anggota
Zygomycota dan dianggap sebagai spesies terpenting dalam genus Rhizopus . Ini adalah
salah satu jamur paling umum di dunia dan memiliki distribusi global meskipun paling
sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Ini adalah agen umum dekomposisi
makanan yang disimpan. Seperti anggota lain dari genus Rhizopus , Rhizopus stolonifer
tumbuh dengan cepat, kebanyakan di lingkungan dalam ruangan. Pada umumnya jamur
mempunyai sel banyak ( multiseluler ) misalnya jamur merang dan jamur tempe, tetapi
ada juga yang bersel tunggal ( uniseluler ) seperti ragi atau yeast/saccharomyces. Jamur
multiseluler tersusun atas benang–benang yang disebut hifa. Jalinan atau kumpulan hifa
akan membentuk suatu miselium dan miselium yang tumbuh menyebar di atas substrat
dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungan. Makanan yang diserap jamur
adalah makanan yang masih berbentuk senyawa kompleks akan diuraikan terlebih
dahulu di luar sel jamur, yaitu dengan menghasilkan enzim hidrolitik ekstraseluler.
Makanan jamur bisa berasal dari sumber seperti tanah subur, produk makanan buatan
pabrik, tumbuhan dan hewan. Jamur memiliki haustorium yaitu suatu hifa yang khusus
digunakan untuk menyerap sari–sari makanan tempat jamur tersebut hidup
(Tilagam,2016).

Klasifikasi jamur roti (Rhizopus stolonifer) sebagai berikut:

Kingdom  = Fungi  

Filum =  Zygomycota

Kelas = Zygomycetes

Ordo =  Mucorales

Famili = Mucoraceae  

Genus = Rhizopus

Spesies = Rhizopus stolonifer


4.1. HASIL

Tabel 4.1 Pengamatan isolat cendawan pada kulit


Jumlah Diameter
No. Gambar Morfologi koloni
koloni koloni (cm)
I. 3.5
II. 2.5 Warna: Hitam
4 III. 2.8 Tekstur: Granular

IV. 1.2

1.

Warna: Putih
1 2.3
Tekstur: Cottony

Warna: Hitam
2. 1 1 Tepi: Coklat
Tekstur: Powdery

3. - - -

4.1. PEMBAHASAN
Jamur atau fungi banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita, jamur tumbuh
subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi
jamur juga dapat ditemukan hampir disemua tempat dimana ada materi organic. Jika
lingkungan di sekitarnya mengering, jamur akan mengalami tahapan istirahat atau
menghasilkan spora. Menurut Bharuddin (2015), Cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang jamur disebut mikologi. Kebanyakan jamur termasuk dalam
kelompok kapang. Tubuh vegetative kapang berfilamen panjang bercabang yang seperti
benang, yang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari
permukaan substrat (tempat hidup jamur). Hifa-hifa membentuk jarring-jaring benang
kusut, disebut mesellium.
Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis
jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid)
untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Selain itu,
terdapat pula sporangiofor (hifa yang mencuat ke udara) dan mengandung banyak inti
sel, di bagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat
stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporangiofor).
Pada penentuan populasi jamur tanah, udara, dan roti media agar yang
digunakan adalah PDA. Prinsip dari isolasi jamur adalah memisahkan atau
menumbuhkan suatu jenis jamur dengan jamur lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam jamur. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat, karena dalam media padat jamur akan membentuk suatu koloni yang tetap
pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan
mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya
maka mikroorganisme tidak akan tumbuh.
Mengisolasi jamur pada roti tujuannya agar pada saat dimasukkan ke media
PDA, jamur dapat tumbuh dan bisa berkembang dalam waktu yang cukup lama agar
nantinya kita dapat mengamati perkembangan jamur tersebut. Media PDA yang
berisikan jamur tersebut akan diletakkan dengan suhu yang pas yang telah disesuaikan
untuk perkembangan jamur tersebut agar tidak terganggu perkembang biakannya dan
tidak akan terkontaminasi dengan udara luar dan tetap steril, dengan begitu maka
keberhasilan yang akan didapatkan akan besar.
Jamur yang terdapat pada roti adalah jamur Aspergilus sp. Rhizopus stolonifer
dan torula. Jamur aspergilus sp ini akan menyerang roti pada keadaan yang cocok. Roti
yang disimpan selama kurang lebih 7 hari akan tumbuh jamur. Jamur ini sangat mudah
tumbuh dan berkembang pada roti karena pada roti terdapat makanan yang cukup untuk
perkembangan jamur tersebut. Begitu pula pada media PDA ini. Bentuk mikroskopis
jamur Rhizopus stolonifer yaitu penyebaran koloni miselia pada jamur ini menyebar
kesegala arah, bentuk miselianya seperti kapas, kerapatan miselia pada jamur ini sangat
rapat, warna koloni miselianya berwarna putih lama-lama menjadi sedikit kehijauan.
Bentuk konidia dari jamur ini biasanya berbentuk bulat dan tapi lonjong, warna
konidianya berwarna hitam, hifanya bersepta, dan biasanya warna hifanya hitam sampai
kehijauan. Menurut Babay (2013), Rhizopus stolonifer dapat tumbuh pada suhu 35-37oC
(optimum) dan memerlukan oksigen yang cukup.
Teknik isolasi dari bahan makanan yaitu roti, tampak dari foto hasil
pengamatan, koloni ini termasuk kedalam jenis kapang, warna koloni putih kekuningan,
terdapat miselium, tidak berbau dan merupakan jenis kapang aerob hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Afzal (2018). Kapang ini merupakan rhizopus. Jamur rhizopus selain
tumbuh di media roti juga tumbuh di media tanah dan udara. Rhizopus dapat tumbuh
pada suhu 5-37 oC tapi pertumbuhannya optimum yaitu pada suhu 25 oC. Rhizhopus
tumbuh dalam kondisi anaerobic. Jamur Rhizopus dapat tumbuh di media udara, tanah,
dan roti karena spora jamur Rhizopus berada pada udara dan tanah ataupun diri kita hal
ini didukung kuat oleh pernyataan Kasmawati (2013). Banyak jamur yang sudah dikenal
perannannya yaitu jamur yang tumbuh di roti , buah, keju, ragi. Beberapa jenis
memproduksi antibiotic yag digunakan dalam terapi berbagai infeksi bakteri. Diantanya
semua organisme jamur adalah organisme yang paling banyak menghasilkan enzim yang
bersifat degradatif yang menyerang secara langsung seluruh material organic.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baharuddin, M. F. (2015). Pemanfaatan Serbuk Kayu Jati (Tectona grandis L)Yang
Direndam Dalam Air Dingin Sebagai Media Tumbuh Jamur Tiram (Pleorotus
comunicipae). Jurnal Perrenial. 2, 1-5.
Hariadi, L., Nurul, P., & Dedi, S. (2020). Studi Pertumbuhan dan Hasil Produksi Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)pada Media Tumbuh Jerami Padi dan Serbuk

Gergaji. Jurnal Produksi Tanaman. 1,47-53.


Kasmawati, W., Dhita, E. A., Dian, S., & Nurmiati, F. ( 2013). Pertumbuhan Miselium
Jamur Tiram Putih (Pleuretusostreatus L.) Pada Media Tanam Campuran
Baglog Bekas. Jurnal Mikologi Indonesia. 1, 41-46.
Babay, L. (2013). Pengaruh Suhu Dan Lama PenyimpananTerhadap Jumlah Kapang
Pada Roti Tawar, Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5, 1-8.

Afzal, H., S. Shazad, S. Qamar, U. Nisa. (2018). Morphological Identification of


Aspergillus Species From the Soil of Larkana District. Asian Journal of
Agriculture Biotechnolgy. 3,105–117 .
Mizana, D. K., Suharti, N. & Amir, N. (2016). Identifikasi Pertumbuhan Jamur
Aspergillus Sp. dan Rhizopus stolonifer pada Roti yang Dijual di Kota Padang
Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas,.5, 355–
360.
Thilagam, R., N. Hemalatha, E. & Kalaivani. (2016). Identification of Rhizopus
stolonifer species isolated from breads and peanuts in storage godowns.
International Journal of Pharma and Bio Sciences. 4, 60–66.

Anda mungkin juga menyukai