Latar Belakang
Ekosistem
terbentuk
dikarenakan
adanya
interaksi
antara
lain.
Sesungguhnya interaksi bagi makhluk hidup umumnya merupakan
upaya mendapatkan energi bagi kelangsungan hidupnya yang
baik
yang
atau
mengalir)
statis (tergenang)
biomassa.
Ekosistem Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau
perairan estuari di mana, Estuari berasal dari kata aetus yang
artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di
wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan
laut bebas.
Menurut Soeyasa (2001), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
daerah ini mempunyai nilai produktivitas yang tinggi adalah :
Terdapat
penambahan
bahan-bahan
organik
secara
terus-
di sekitar tumbuh-tumbuhan.
Daerah muara merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi
ikan jika dibandingkan jenis hewan lain. Daerah ini merupakan
tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi
hijau
dan
organisme
fotosintetik.
Energi
cahaya
ekologis
di
perairan,
misalnya
respirasi
dan
dekomposisi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer fitoplankton,
diantaranya adalah ketersediaan nutrien, cahaya matahari, suhu
dan
salinitas
(Nybakken,
1992).
Meningkatnya
penggunaan
Keberadaan
dan
aktivitas
fitoplankton
berhubungan
dengan
pengaruhnya
fitoplankton
diantaranya
terhadap
sangat
memengaruhi
kehidupan
adalah
primer
ikan
yang
dalam
Identifikasi Masalah
CA Bojonglarang Jayanti.
Bagaimana tingkat kesuburan perairan pada dua muara sungai di
Tinjauan Pustaka
antara
salinitas
air
sungai
dengan
salinitas
laut
(Hutabarat, 1985).
Ekosistem Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau
perairan estuari dimana, muara merupakan percampuran air tawar
dengan air laut. Proses-proses alam yang terjadi di perairan muara,
mengakibatkan
muara
sebagai
habitat
disejajarkan
dengan
organisme
autotrof,
yaitu
organisme
yang
mampu
(Kennish, 1990).
Produktivitas dibedakan atas dua, yaitu produktivitas primer kotor
(Gross Primary Production) dan produktivitas primer bersih (Net
Primary Production). Produktivitas primer kotor adalah laju produksi
primer zat organik secara keseluruhan, termasuk yang digunakan
untuk respirasi, sedangkan produktivitas primer bersih adalah laju
produktivitas primer zat organik setelah dikurangi dengan yang
pertama
kali
menggunakan
metode
O2
yang
14
C oleh
mempengaruhi
produktivitas
primer
perairan
sangat
nyata,
di
mana
peningkatan
produktivitas
primer.
Semakin
Ketersediaan
Unsur
Hara.
Dalam
pertumbuhannya,
Turbulensi
dan
Kedalaman
Kritis.
Turbulensi
dapat
Dengan
adanya
turbulensi
akan
membantu
terangkatnya unsur hara dari dasar perairan. Namun kadangkadang justru turbulensi ini membawa fitoplankton ke dasar
perairan ke kondisi afotik. Selain itu turbulensi juga membawa
sedimen terangkat ke permukaan, sehingga penetrasi cahaya
Nybakken,
1992).
Kedalaman
kritis
merupakan
proses
pencampuran
vertikal
di
mana
populasi
dalam jumlah yang besar dapat tampak sebagai warna hijau di air
karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya, walaupun
warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap jenis fitoplankton
karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki
(UNEP, 1998).
Kuantitas dari fitoplankton dapat dinyatakan dengan biomassa,
yaitu banyaknya zat hidup per satuan luas atau per satuan volume
pada satu daerah dan pada waktu tertentu (Cushing et al. 1958,
diacu dalam Nontji 1984). Ada beberapa metode pendekatan untuk
penentuan biomassa fitoplankton antara lain dengan pencacahan
sel, pengukuran volume, berat kering, berat basah, kandungan
karbon dan klorofil-a. Penentuan biomassa fitoplankton dengan
maka
diperoleh
gambaran
tentang
kualitas
suatu
lainnya.
Faktor
tersebut
sangat
menentukan
tertentu.
Faktor abiotik
(fisika
kimia)
perairan
yang
mempengaruhi
akan
meningkatkan
aktivitas
fisiologis
merupakan
cahaya
matahari
dapat
menembus
lapisan
suatu
diidentikkan
memungkinkan
dengan
masih
kedalaman
air
berlangsungnya
yang
proses
pembatas
bagi
organisme
fotosintetik
stenohalin.
Karakteristik Kimia Perairan
o pH. pH yang ideal bagi kehidupan organisma akuatik
pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat
basa membahayakan kelangsungan hidup organisma
karena menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme
dan respirasi. Di samping itu pH yang sangat rendah
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya
mengancam
kelangsungan
organisme
akuatik.
(DO).
Disolved
Oxygen
(DO)
perairan.
Oksigen
terlarut
merupakan
faktor
yang
suhu
meningkatkan
yang
semakin
konsentrasi
oksigen
rendah
terlarut
akan
(Barus,
2004).
o BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan
oksigen
yang
dibutuhkan
oleh
organisme
dalam
oksidasi
oleh
mikroorganisme
di
dalam
(Wardhana,
untuk
2004).
menelusuri
Penentuan
aliran
BOD
sangat
pencemaran
dari
pemeriksaan.
Hal
ini
penting
diperhatikan
diperairan terdapat dalam bentuk gas CO2 bebas, HCO3(ion bikarbonat), CO32-
Pengukuran
produktivitas
terang-gelap.
primer
menggunakan
metode
botol
cahaya
matahari
berubah
menurut
kedalaman,
melalui
proses
titrasi.
kualitas perairan.
Pengukuran produktivitas
Winkler.
primer
menggunakan
metode
botol
dan
hindari
terjadinya
gelembung
pada
saat
proses
kedalaman.
Perendaman
botol
winkler
dilakukan
primernya.
Selanjutnya nilai produktivitas primer dihitung berdasarkan rumus
berikut (APHA, 2005):
NPP=
(BT BI )
t
GPP=
R=
(BT BG)
t
( BI BG)
t
Keterangan :
NPP = produktivitas primer bersih (mgO2/l/jam)
GPP = produktivitas primer kotor (mgO2/l/jam)
R
= respirasi (mgO2/l/jam)
BI
= kandungan oksigen terlarut dalam botol inisial (mg/l)
BT
= kandungan oksigen terlarut dalam botol terang (mg/l)
BG
= kandungan oksigen terlarut dalam botol gelap (mg/l)
t
= lama inkubasi (jam)
Untuk mengkonversi satuan produktivitas primer dari mgO/l/jam
menjadi mgC/m3/jam digunakan rumus berikut (APHA, 2005):
12 1000
mgC /m 3/ jam=mgO 2/ l/ jam x X
32 PQ
Keterangan :
12
32 = Konversi oksigen ke karbon (1 mol O2 (32g) = 1 mol C (12g)
1000 = Konversi l ke m3
PQ
= Photosynthetic quotient (1,2)
Pengukuran parameter fisika perairan dilakukan secara langsung di
lapangan (in situ) yaitu : kedalaman, kecerahan, suhu, arus,
konduktivitas, salinitas, total dissolved solid dan intensitas cahaya.
Dari pengukuran air di lapangan, sebagai pedoman analisis dan
menit.
Konduktivitas perairan diukur dengan menggunakan SCT meter
(Salinity, Conductivity, Thermometer) yang dicelupkan ke dalam air
sampel dengan mencelupkan elemen SCT meter setelah memutar
tombolnya ke arah parameter konduktivitas dari off ke on dan
mencelupkan
elemen
SCT
meter
setelah
memutar
Pengukuran
total
dissolved
solid
atau
kepadatan
terlarut
pengukuran
BOD,
CO2
dan
HCO3-
dilakukan
di
angka pada layar lalu catat angka yang tertera pada layar.
Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen).
Botol winkler diisi sampai penuh dengan sampel air dari stasiun
pengamatan, lalu tutup dengan hati-hati sehingga tidak terdapat
gelembung udara didalamnya. Ke dalam sampel ditambahkan
larutan MnSO4 50% sebanyak 1 ml dan larutan reagen O 2 sebanyak
1 ml. Botol lalu ditutup dan dikocok sampai larutan benar-benar
tercampur, kemudian didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk
endapan. Kemudian ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 2 ml
sampai larutan menjadi kuning tua dan fungsi H 2SO4 pekat untuk
melarutkan endapan. Setelah larutan kembali jernih, lalu dilakukan
titrasi.
Larutan sampel diambil sebanyak 50 ml dengan pipet, lalu
dimasukkan
ke
dalam
erlenmeyer.
Titrasi
dilakukan
dengan
Kadar Oksigen
X N NaThiosulfat
( mgl )= 8000 X V NaThiosulfat
V
50 X (V )
2
Keterangan
V = Volume botol Winkler
N Na Thiosulfat = 0,01 N
menghitung
kadar
BOD
(Biological
Oxygen
Demand)
digunakan rumus :
DO 0DO 5
mg
Kadar BOD
=Faktor pengenceran X
l
( )
Di mana :
DO0 = DO Hari ke-0
DO5 = DO Hari ke-5
dicatat.
Kemudian
kadar
HCO3-
dihitung
dengan
fenolftalein,
dan
selanjutnya
dititrasi
dengan
NaOH
X V NaOH X 0,1 N X 44
( mgl )= 1000
50
No
Parameter Air
Kisaran
.
1.
2.
3.
4.
Salinitas (ppt)
pH
BOD (ppm)
TSS (ppm)
5 35
7,0 9,0
< 25
25 500
Oligotropik
15-31
Mesotropik
50-150
Eutrofik
150-500
Daftar Pustaka
APHA (American Public Health Association), AWWA (American Water Works
Association) dan WPFC (Water Pollution Control Federation). 2005.
Standard methods for the examination of water and waste water. 21th
edition. Baltimore, MD.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Air
Daratan. Medan: Penerbit USU Press.
Gocke, K., and J. Lenz. 2004. A new turbulence incubitor for measuring
primary production in non-stratified waters. J. Plankton Res., 26(3):
357-369.
Hutabarat,
Sahala.1985. Identifikasi
fitoplankton
dan
Zooplankton.
Raymont, J.E.G. 1963. Plankton and Produktivity in the Ocean. Mc. Millan
Co. New York
Sawyer, C.N and P.L., Mc Carty, 1978. Chemistry for Environmental
Engineering.3th ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.rd
Soeyasa, 2001. Ekologi Perairan. Gramedia, Jakarta.
Sunardi, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Jurusan Biologi
FMIPA UNPAD. Jatinangor
Thurman, H.V. 1997. Introductory Oceanography. Prentice Hall College.
New Jersey, USA
UNEP. 1998. Phytoplankton. www.gcrio.org/UNEP1998/UNEP98p38.html
Wardhana, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi.
Yogyakarta