NPM : 1753024001
Kelas : A
1. Mengapa laut dikatakan sebagai sebuah ekosistem? Jelaskan secara rinci dan
sertakan gambar yang mendukung jawaban anda.
Jawaban: Ekosistem merupakan sebuah sistem yang terbentuk akibat adanya hubungan
timbal balik dari makhluk hidup dengan lingkunganya. Pada ekosistem ini terdapat 2
komponen yang penting yang terlibat, yaitu komponen biotik (hidup) dan komponen abiotik
(tidak hidup). Dari kedua komponen tersebut saling mempengaruhi terhadap perkembangan
suatu ekosistem yang ada. Contohnya disini adalah hubungan hewan dengan air. Laut
dikatakan sebagai ekosistem dimana terdapat komponen biotik dan abiotik, terdapat interaksi
dan hubungan timbal balik didalamnya, yaitu antara makhluk hidup di laut (biota, plankton,
terumbu karang, dll) dan komponen abiotik (air laut, suhu, dll). Dan juga hubungan timbal
balik antar makhluk hidup di laut. Ekosistem air laut ini didominasi oleh perairan asin yang
sangat luas dan merupakan ekosistem yang menjadi tempat tinggal berbagai biota laut, mulai
dari hewan ber sel satu, mamalia, invertebrata, hingga tanaman- tanaman laut seperti alga dan
terumbu karang.
Interaksi antara kedua komponen ini pada akhirnya akan membentuk suatu kesatuan dan
keteraturan. Pada dasarnya komponen memiliki tugas masing- masing dan selama tugas
tersebut dapat dijalankan dan tidak ada gangguan, maka keseimbangan dari ekosistem akan
tetap terjaga. Komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem ini terbentuk sangat berbeda-
beda, perbedaanya diantara keduanya tersebutlah yang menyebabkan terbentuknya
keanekaragaman ekosistem
Ekosistem laut terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal atau
litoral dan ekosistem pasang surut. Ekosistem laut mempunyaai peranan yang sangat penting
dalam menyerap polutan karena biota-biota yang ada di laut mampu menyerap karbon dengan
jumlah yang sangat besar sehingga bisa mengurangi polusi.
Secara umum, pada ekosistem perairan komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan
hijau (produser), bermacam-macam kelompok hewan (konsume)r dan bakteri (dekomposer).
Pada ekosistem terumbu karang, komponen produser utama adalah algae dari kelas
dinophyceae yang disebut zooxanthelae yang hidup bersimbiosis dengan binatang karang,
disamping beberapa jenis algae yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Sangat
banyak komponen biotik yang menempati ekosistem terumbu karang terutama adalah hewan
karang itu sendiri yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Selain itu, banyak jenis hewan
yang berasosiasi dengan ekosistem ini antara lain ikan-ikan karang, Moluska, sponge,
berbagai jenis echinodermata, dan berbagai jenis algae.
2. Bagaimana sifat fisika, kimia dan biologi laut berpengaruh terhadap eksosistem
di laut? Sertakan contoh fakta, fenomena atau dll
Jawab:
secara umum tingkat kecerahan perairan laut tergolong baik, dengan tingkat
kecerahan air laut berkisar antara 2 – 13 meter. Tingkat kecerahan air laut sangat
menentukan tingkat fotosintesis biota yang ada di perairan laut. Warna air laut
dipengaruhi oleh proses fotosintesis tumbuhannya yang tinggi.
b. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah
untuk diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta penyebaran organisme air
banyak dipengaruhi oleh suhu air. Suhu juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan
dan pertumbuhan biota air, suhu pada badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air.
Suhu perairan berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu
menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kenaikan suhu
dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasi air ini dapat
berpengaruh terhadap pengadukan air dan diperlukan dalam rangka penyebaran
oksigen sehingga dengan adanya pelapisan air tersebut di lapisan dasar tidak menjadi
anaerob. Perubahan suhu permukaan dapat berpengaruh terhadap proses fisik, kimia
dan biologi di perairan tersebut.
c. Salinitas
Nilai salinitas secara umum permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32
– 34‰. Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air
laut, dimana salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi
salinitas maka akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Perbedaan salinitas
perairan dapat terjadi karena adanya perbedaan penguapan dan presipitasi.
Keragaman salinitas dalam air laut akan mempengaruhi jasad jasad hidup akuatik
berdasarkan kemampuan pengendalian berat jenis dan keragaman tekanan osmotik.
Salinitas mempengaruhi pertumbuhan biota laut secara optimal, seperti karang dan
lamun serta kegiatan budidaya biota laut, dan pertumbuhan mangrove.
d. pH (Derajat Keasaman)
Menurut Dojlido dan Best (1993) bahwa pH air laut relatif lebih stabil dan biasanya
berada dalam kisaran 7,5 dan 8,4, kecuali dekat pantai. Nilai pH yang ideal bagi
perairan adalah 7 – 8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun sangat asam akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan mengganggu proses
metabolisme dan respirasi.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah total jumlah oksigen yang ada
(terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Umumnya oksigen
dijumpai pada lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara
langsung larut berdifusi ke dalam air laut. Kebutuhan organisme terhadap oksigen
terlarut relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya.
Menurut Subarijanti (2005) dalam Kadim et al. (2017), kandungan oksigen dalam air
yang ideal adalah antara 3 – 7 mg/l. Konsentrasi DO yang lebih tinggi pada stasiun 1
dan 2 (5,6 mg/l) kemungkinan disebabkan karena pada kedua stasiun pengukuran
tersebut terdapat biota vegetasi laut (lamun) yang cukup banyak.
konsentrasi BOD yang tingkat pencemarannya masih rendah dan dapat dikategorikan
sebagai perairan yang baik. Tingkat pencemaran rendah jika nilai BOD5 0 – 10 mg/l,
sedangkan tingkat pencemaran sedang jika nilai BOD5 10 – 20 mg/l.
Kadar ammonia dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah secara cepat.
Ammonia dapat bersifat toksik bagi biota jika kadarnya melebihi ambang batas
maksimum. ammonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di
perairan, jika konsentrasi ammonia di perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu
tinggi dapat diduga adanya pencemaran.
h. Fosfat (PO4-P)
Fosfat (PO4-P) merupakan salah satu unsur esensial bagi metabolisme dan
pembentukan protein. Fosfat yang merupakan salah satu senyawa nutrien yang sangat
penting di laut. Di perairan laut, fosfat berada dalam bentuk anorganik dan organik
terlarut seta partikulat fosfat. Menurut Anhwange (2012) bahwa tingkat maksimum
fosfat yang disarankan untuk sungai dan perairan yang telah dilaporkan adalah 0,1
mg/l. Perairan yang nilai fosfatnya lebih dari 0.1 mg/l sebagai perairan eutrof, dimana
perairan ini sering terjadi blooming fitoplankton.
i. Nitrat (NO3-N)
Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan
salah satu nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.
Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrient.
Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah
proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob.
Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri nitrosomonas, sedangkan
oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh nitrobacter. konsentrasi nitrat-nitrogen
yang lebih dari 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan)
perairan dan selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara
pesat (blooming).
j. Sulfida (H2S)
Sulfida (H2S) merupakan gas yang dihasil dari dekomposisi bahan organik yang
dilakukan oleh bakteri anaerob dan merupakan gas yang sangat berbahaya bagi biota
perairan serta menghasilkan bau yang tidak enak. Penyumbang terbentuknya hidrogen
sulfida berbesar yaitu kawasan pemukiman, pelabuhan dan industri. Sulfida yang
tidak terionisasi bersifat toksik terhadap kehidupan biota perairan.
k. Viskositas (kekentalan)
l. Tegangan permukaan
m. Densitas
n. Kapasitas panas
o. Kemampuan melarutkan
Contoh fenomena: yaitu pada perairan laut pulau Belakang Padang, Batam yang
tercemar limbah minyak hitam yang mengakibatkan ekosistem air laut tidak baik.
Dimana hewan dan tumbuhan yang ada disana terdampak buruk (mati). Sebagian
besar warga mengalami gagal panen rumput laut dan nelayan tidak mendapat ikan.
8 00 0
6 00 0
Plan kton
4 00 0
2 00 0
0
Po rife ra
Ju ml ah
Se b aran
C n id aria
(je n is)
Sebaran biota laut tidak merata, keanekaragaman jenis biota laut lebih banyak di daerah
An n e lid a
tropis dan semakin berkurang kearah daerah subtropik dan daerah kutub (Briggs 1974).
C ru stase a
Sebaran hewan-hewan laut lebih banyak dibatasi oleh faktor suhu dan intensitas radiasi
matahari. Di daerah tropis sendiri konsentrasi sebaran biota laut dapat dibagi menjadi
lima bagian yang besar yaitu : Indo-West Pacifi c (IWP), East Pacifi c (EP). West
Atlantic (WA), East Atlantic (EA) dan Indian Ocean (IO), (Paulay 1997).
Para ahli sepakat bahwa salah satu pusat keanekaragaman jenis biota laut dan tempat
asal usul biota laut yang ada didunia berada di sekitar laut Indonesia dan Philiphina.
Beberapa ahli taksonomi menemukan bahwa laut Indonesia mempunyai
keanekaragaman tertinggi di dunia, terutama untuk : ikan Hiu, Moluska, karang,
sponge, foraminifera, sidat, Stomatopoda, ular laut, Mangrove. Penyebaran biota laut
yang disebabkan oleh arus lintas Indonesia, distribusi biota juga terjadi oleh karena
adanya pola arus musiman yang terjadi akibat adanya angin muson.
Laut Indonesia menjadi pusat keaneka ragaman jenis biota laut di dunia, Pertama
karena adanya arus laut yang mengalir sepanjang masa yaitu arus lintas Indonesia dan
arus muson. Kedua karena proses pembentukan kepulauan Indonesia masa lalu yang
menghasilkan variasi habitat yang sangat komplit dan komplek. Perpaduan keduanya
menciptakan faktor lingkungan yang sangat optimal untuk proses adaptasi dan evolusi.
4. Buatlah tabel dan grafik sertakan deskripsi data sebaran biota yang ada di laut
lampung melalui studi literatur (literatur dg data terbaru)
10
Jawab:
Hasil pengamatan selama di lapangan diperoleh 400 individu yang terdiri dari 9 suku
dan 31 jenis. Semua jenis krustasea tersebut merupakan jenis-jenis yang umum
ditemukan di daerah mangrove. Jenis Parasesarma plicatum (Sesarmidae),
Metopograpsus messor (Grapsidae), Alpheus euphrosyne (Alpheidae), Uca spp.
(Ocypodidae) dan Clibanarius sp (Anomura) adalah jenis krustasea yang banyak
diperoleh. Krustasea jenis ini merupakan jenis yang sebarannya sangat luas artinya
dapat menyebar secara vertikal dan horizontal.
Suku Grapsidae, Sesarmidae dan Ocypodidae merupakan jenis kepiting yang biasanya
banyak ditemukan (dominan) di daerah mangrove. Uca spp. sebagai anggota dari suku
Ocypodidae merupakan jenis kepiting yang hidup dalam lubang atau berendam dalam
substrat dan penghuni tetap hutan mangrove. Kepiting Parasesarma spp. dan
Metopograpsus spp. dari suku Sesarmidae dan Grapsidae merupakan kepiting
pemanjat, khususnya Metopograpsus spp banyak ditemukan memanjat batang atau
akar bakau.
5. Buatlah tabel atau grafik sebararan biota endemik yang ada di laut indonesia
(literatur dg data terbaru)
Tabel.2 Ringkasan data kekayaan jenis dan keendemikan pada tiap ekoregion laut
untuk kelompok taksonomi tertentu (UNK = kekayaan jenis tidak diketahui)
Ekoregion laut Ikan Kekayaan Kekayaan Kekayaan
Karang jenis jenis jenis
endemik Fungiidae stomatopoda penyu
endemic
regional
(ecoregional)
Papua 25 40 12 (4) 4
Nusa Tenggara 19 39 5 (2) 5
Laut Banda 3 36 5 (1) 5
Laut Sulawesi / Selat 0 46 3 (1) 2
Makassar
Halmahera 2 Amat kaya 8 (2) 4
Palawan 15 40 0 (0) 3
Sumatera bagian barat 4 18 3 (1) 6
Teluk Tomini 6 28 3 (1) 2
Laut Arafura 0 UNK 0 (0) 5
Laut Jawa 0 26 0 (0) 6
Jawa bagian Selatan 0 29 3 (0) 4
Selat Malaka 2 15 0 (0) 3
Kekayaan jenis ikan karang di Indonesia yang melebihi 1.700 jenis terdapat di lima
ekoregion (Laut Sulawesi/Selat Makassar, Laut Banda, Nusa Tenggara, Papua, dan
Halmahera) dari 12 ekoregion di Indonesia, dengan puncaknya sebanyak 1.785 jenis
yang diperkirakan terdapat di ekoregion Laut Sulawesi dan Selat Makassar. Kelima
ekoregion ini diyakini memiliki keragaman jenis ikan karang yang sangat tinggi.
Papua berada di urutan teratas dengan total 1.511 jenis ikan karang yang tercatat,
sementara Nusa Tenggara di peringkat ke dua dengan 1.121 jenis dan di tempat ke
tiga Halmahera dengan 991 jenis yang tercatat sampai saat ini. Papua juga menduduki
tempat teratas untuk kekayaan jenis di beberapa lokasi. Bahkan dan terdapat sejumlah
331 jenis ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang ditemukan hanya dari
Kaimana saja.
Papua terlihat menonjol dimana terdapat 25 jenis ikan karang endemik yang tercatat
dan tambahan dua jenis lagi yang hanya dijumpai di Papua dan Halmahera (Gambar
3.3; Tabel 3.1; Tabel 3.2) Nusa Tenggara menduduki tempat ke dua dengan total 19
jenis ikan endemik. Sementara Palawan/Borneo Utara memiliki 15 jenis ikan karang
endemik, meskipun sebagian besar diketahui hanya terdapat di luar wilayah Indonesia.
Laut Sulawesi dan Selat Makassar merupakan zona percampuran antara jenis fauna
tersebut, dan meski tidak terdapat jenis endemik, kekayaan jenisnya justru sangat
tinggi. Jenis-jenis biota endemik juga ditemukan berturut-turut di Teluk Tomini,
Sumatera bagian Barat, Laut Banda, Halmahera, dan Selat Malaka. Kekayaan jenis
krustasea stomatopoda yang berasosiasi dengan terumbu karang tertinggi terdapat di
bagian Timur Indonesia.
6. Buatlah tabel atau grafik sebararan biota endemik yang ada di laut Lampung
(literatur dg data terbaru)