Anda di halaman 1dari 23

LIMNOLOGI DI DANAU WAY RATU

(Laporan Praktikum Lapang Limnologi)

Oleh

Rika Iwan Syahputri

2014111039

Kelompok 7

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2022

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limnologi dari bahasa Yunani limnos yaitu genangan, danau,atau rawa dan
logos yaitu ilmu. Danau itu sendiri adalah sejumlah air yang terakumulasi di
suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya glester,
aliran air sungai, atau karena adanya mata air. Sehingga definisi Limnologi
adalah Ilmu yang mempelajari komponen di perairan darat, terdiri dari
komponen biotik, abiotik, serta proses dan interaksi di antaranya.Para ahli
mencoba menyederhanakan Limnologi ilmu yang mempelajari proses
interaksi faktor fisika, kimia dan biologi dalam sistem perairan darat (inland
waters),dimulai dari garis pantai ke arah darat (Harlina, 2021).

Limnologi mempelajari kehidupan yang terdapat di ekosistem, baik sebagai


individu maupun pada tingkatan organisasi yang lebih tinggi. Interaksi antar
sesamanya dan dengan lingkungannya akan selalu terjadi. Limnologi
menjelaskan tentang kehidupan di dalam ekosistem perairan darat, bagaimana
memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi perairan darat secara
berkelanjutan namun tetap menjaga kelestarian ekosistem tersebut (Harlina,
2021).

Danau Way Ratu terletak di Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Kabupaten


Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Danau Way ratu adalah salah satu
destinasi wisata. Objek wisata ini menyajikan tempat rekreasi danau dengan
fasilitas wisata air. Diresmikan oleh Bupati Lampung Selatan pada 14
Februari 2022.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum limnologi diantaranya sebagai berikut :
1. Memperkenalkan dan melatih para siswa untuk dapat melakukan
pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi baik di perairan mengalir
maupun di perairan menggenang.
2. Mengetahui perbedaan karakteristik ekosistem antara perairan mengalir
dan tergenang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parameter Fisika

2.1.1 Suhu

Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme dilautan.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme mapun perkembangbiakan dari
organisme tersebut. Oleh karena itu mengherankan jika banyak dijumpai
bermacam-macam jenis hewan yang terdapat diberbagai tempat didunia. Sebagai
contoh hewan karang di mana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang
hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik (Hutabarat,2012).

Suhu berpengaruh besar terhadap kelarutan oksigen, semakin tinggi suhu perairan
semakin rendah kadar oksigen. Selain itu semakin tinggi suhu air penguraian
bahan organik dalam perairan semakin cepat. Peningkatan suhumengakibatkan
peningkatan viskoditas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan solusi gas dalam udara, misalnya gas O, CO, N,
CH4, dan sebagainya (Effendi, 2013).

2.1.2 Arus

Arus adalah massa air dipermukaan yang selalu bergerak. Gerakan yang terjadi
ditimbulkan oleh angin yang tertiup di atas permukaan gerakan tersebut
merupakan hasil dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor
yangmempengaruhinya.
Contoh gerakan seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari
tenaga rotasi bumi. Massa air akan berubah-ubah seiring perubahan angin
(Pramudji, 2015).

Kecepatan arus dapat berkurang sesuai dengan bertambahnya kedalaman


perairan hingga angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter. Secara
tidak langsung arah arus mengikuti arah angin yang ada di perairan tersebut.
Kecepatan arus akan menentukan tipe sedimen suatu perairan. Arus yang kuat
akan menghasilkan perairan dengan dasar pasir dan arus yang lemah akan
menghasilkan perairan dengan dasar lumpur. Arus juga berpengaruh terhadap
distribusi biota yang relatif menetap di perairan, yaitu bentos (Harini,2017).

2.1.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditemukan secara


visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan seseorang dinyatakan
dalam satuan meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
pengukuran waktu, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian yang
melakukan pengukuran.Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai
yang diinginkan pengukuran kecerahan alangkah baiknya dilakukan pada saat
cuaca cerah. Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari
dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses
fotosintesis dapat berlangsung dengan sempurna. Kecerahan yang mendukung
adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan
(Chakroff,2012).

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat hubungannya dengan proses yang
terjadi pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan
daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga
sebaliknya. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang terlihat dalam udara yang
dinyatakan dalam % dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang
terlihat melalui lapisan 1 meter jauh lebih lurus pada permukaan udara. Jika
kecerahan tidak baik, berarti perairan itu keruh. Kekeruhan air sangat
berpengaruh terhadap ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan
suspensi lumpur. Kekeruhanperairan dapat menghambat pertumbuhan ikan
budidaya baik langsung maupun tidak langsung (Kustanti, 2013).

2.1.4 Kedalaman

Kedalaman air merupakan parameter yang penting dalam memecahkan berbagai


masalah tertentu pesisir seperti erosi, pertambakan, garis pantai, pelabuhan dan
konsekuensi pelabuhan, evaluasi penyimpanan pasang, pengerukan,
pemeliharaan dan lain-lain. Kedalaman juga sangat berpengaruh terhadap
teknologi budidaya perairan yang dilakukan di laut ataupun di perairan
tergenang ataupun mengalir (Purba,2014).

Pengukuran kedalaman suatu perairan sering berhubungan juga dengan


beberapa faktor penting (aspek fisik laut) seperti gelombang Adapula faktor
cahaya atau kecerahan, tekanan, suara di laut dan lain-lain. Mendapatkan data
kedalaman optimal mencakup seluruh kedalaman dalam survei area Untuk saat
ini mengukur kedalaman perairan menggunakan peralatan elektronik yang
bernama fathometer atau echosounder (Haffan,2010).

2.1.5 Tipe Substrat

2.2 Parameter Kimia

2.2.1 Ph

Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar CO2 yang
terlarut dalam perairan tersebut. Aktivitas fotosintesa merupakan proses yang
sangat menentukan kadar CO2 dalam suatu perairan. Suhu air, buangan industri
dan limbah rumah tangga merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan pH
suatu perairan berfluktuasi (Salim,2017).

pH adalah jumlah konsentrasi ion Hidrogen (H+ ) pada larutan yang


menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang dimiliki. pH merupakan
besaran fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14 . Bila pH < 7 larutan bersifat
asam, pH > 7 larutan bersifat basa dan pH = 7 larutan bersifat netral.
Pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan pH meter. (Hidayat,
2014).

Kondisi perairan yang bersifat asam atau basa akan membahayakan


kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya
gangguan metabolisme dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH
bervariasi dan pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitif
terhadap perubahan pH (Meillisa, 2019).

2.2.2 DO

Oksigen terlarut (DO) dalam suatu perairan merupakan parameter pengubah


kualitas air yang paling kritis dalam budidaya ikan, karena dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan yang dipelihara. Setiap jenis ikan memiliki sensitivitas
yang berbeda terhadap kandungan oksigen terlarut. Disamping itu perbedaan
sensitivitas terhadap oksigen terlarut juga terjadi pada setiap tahapan siklus
kehidupan ikan. Oksigen yang terlarut di dalam perairan sangat dibutuhkan
untuk proses respirasi, baik oleh tanaman air, ikan, maupun organisme lain yang
hidup di dalam air, (Supratno,2015).

DO dalam perairan berubah-ubah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu,


salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Kebutuhan oksigen hewan air
berbeda tergantung pada jenisnya. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
osigen hewan air dipengaruhi oleh suhu, CO2, pH, dan kecepatan metabolik
tubuh. Semakin meningkat suhu perairan maka kebutuhan oksigen semakin
besar. Sedangkan ukuran tubuh berkaitan aktivitasnya yang berpengaruh
terhadap proses respirasi, semakin besar tubuhnya kebutuhan oksigen semakin
rendah (Arif Mustofa, 2019)

2.2.3 BOD

2.2.4 Nitrit

2.2.5 Fosfat

2.3 Parameter Biologi

2.3.1 Plankton

Plankton adalah mikroorganisme yang melayang diperairan, mempunyai gerak


sedikit sehingga mudah terbawa arus, artinya biota ini tidak dapat melawan
arus. Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik
yang terhanyut dilaut. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga
merupakan organisme pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga dapat
melawan gerakan massa air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan benthos
yang terdiri dari organisme yang hidup di dasar perairan Plankton sebagai
bioindikator kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat
ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat
trofik perairan tersebut (Melati, 2012).

Plankton dibagi menjadi dua golongan yaitufitoplankton (plankton nabati) dan


zooplankton (planktonhewani). Zooplankton merupakan tumbuhan yang amat
banyak terdapat di seluruhmassa air, mulai dari permukaan sampai di kealaman
dimana intensitas cahayamasih memungkinkan untuk fotosintesis. Plankton
memiliki massa yang aktif yang mirip dengan organisme tingkat tinggi, dimana
untuk fitoplankton akan terdapat dalam jumlah besar pada siang hari dan
zooplankton pada malam hari (Fajri, 2013).

Plankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam ekosistem bahari,


dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena dengan
sifatnya yang autotrof mampu merubah hara anorganik menjadi bahan organik
dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan makhluk
yang lebih tinggi tingkatannya (MS Usman,2013).Suhu yang sesuai dengan
fitoplankton berkisar antara 250C - 300C, sedangkan untuk pertumbuhan dari
zooplankton berkisar antara 150C - 340C. Faktor penetrasi cahaya lebih banyak
mempengaruhi pada fitoplankton karena penetrasi cahaya menjadi faktor
pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) untuk melakukan kerjanya
dan juga mempengaruhi migrasi vertikal harian. Arus mempengaruhi
penyebaran organisme plankton itu sendiri. Adanya arus pada suatu ekosistem
akuatik membawa plankton (khusus fitoplankton) yang menumpuk pada suatu
tempat tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya blooming pada lokasi
tertentu. Ditinjau dari faktor kimia, organisme akuatik dapat hidup dalam suatu
perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam
lemah sampai basa lemah, yaitu 7 sampai 8,5. Kondisi asam atau basa suatu
perairan akan membahayakan kelangsungan hidup organisme tersebut karena
dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan respirasi. Kandungan unsur
nutrisi, plankton dari jenis fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul
yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi yang paling penting seperti nitrat dan
fosfat. Nitrat dan fosfat diperlukan fitoplankton sebagai unsur hara yang
menunjang pertumbuhannya. DO (Dissolved Oxygen) yang baik untuk
kehidupan biota perairan berkisar antara nilai 4,45 - 7,00 mg/l, sedangkan kadar
BOD (Biology Oxygen Demand) yang baik antara 10 mg/l – 20 mg/l yang
mempengaruhi perkembangan dan produktivitas dari plankton itu sendiri
(Yazwar,2008).

2.3.2 Benthos

Benthos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri
pada substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di
dekat sedimen laut lingkungan dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai
ke benua rak dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan
jumlah dan macam organisme pada sistem muara laut ialah daerah bentik
(Hakim,2009).
Makrozoobentos adalah organisme akuatik yang hidup di dasar perairan dengan
pergerakan relatif lambat yang sangat dipengaruhi oleh substrat dasar serta
kualitas perairan. Makrozoobentos berperan penting dalam siklus nutrient di
dasar perairan karena berfungsi sebagai salah satu mata rantai penghubung
dalam energi dan siklus dari algae planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.
Makrozoobentos merupakan zoobentos berukuran lebih dari 1 mm. Substrat
dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur
komunitas makrozoobentos. (Yunitawati,2012).

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,


Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-
taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas
perairan karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua
ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang
penting di dalam proses mineralisasi dan pendaurulangan bahan-bahan organik,
baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan (Janto., 1981 dalam Sri
jarwanto,2010).

2.3.3 Perifiton

Perifiton merupakan kumpulan dari mikroorganisme yang tumbuh pada


permukaan benda yang berada dalam air. Perifiton dapat tumbuh pada substrat
alami dan buatan. Berdasarkan substrat menempelnya, perifiton dibedakan atas
epilithic (perifiton yang tumbuh pada batu), epipelic (perifiton yang tumbuh
pada permukaan sedimen), epiphytic (perifiton yang tumbuh pada batang dan
daun tumbuhan), dan epizoic (perifiton yang tumbuh pada hewan) (Widdyastuti,
2011).

Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar


substratyang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu,
tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air. Pada umumnya
terdiri atas bakteri berfilamen, protozoa menempel, rotifer dan alga. Keberadaan
perifitondiperairan dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan perairan.
Faktor-faktor yang membatasiproduktivitas primer perifiton diperairan di
antaranya adalah intensitascahaya matahari, suhu, unsur hara dan biomassa
perifiton (Alexander, 2013)

Habitat perifiton salah satunya adalah tanaman eceng gondok (Eichornia


crassipes). Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tanaman yang hidup
mengapung karena memiliki daun yang tebal dan gelembung di atas permukaan
air. Eceng gondok juga dapat hidup di lahan-lahan basah (becek) atau di antara
tanaman pertanian yang dibudidayakan di lahan basah. Eceng gondok
(Eichornia crassipes) sering dianggap sebagai tanaman yang merusak
lingkungan atau biasa disebut gulma. Eceng gondok (Eichornia crassipes)
berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generative
(Siagian, 2012)

2.3.4 Tumbuhan Air

Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan didalam air
yang berfungsi sebagai penghasil energi pada suatu ekosistem. Kehadiran
tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama
populasinya masih terkendali. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu
mengenai pengolahan air limbah, terdapat beberapa tumbuhan air yang dapat
digunakan dalam pengolahan air limbah. Tumbuhan air tersebut antara lain
kayu apu (Pistia stratiotes), kangkung (Ipomoea aquatica), eceng gondok
(Eichhornia crassipes), kiambang (Salvinia molests), gulma itik (Lentiza sp ),
serta berbagai tipe tumbuhan air mencuat dan tenggelam lainnya. Masing-
masing tumbuhan air tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam
mengolah air limbah. (Kurniawan, 2012).

Tumbuhan air adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya
berada di air, mempunyai peranan sebagai produsen primer di perairan yang
merupakan sumber makanan bagi konsumen primer atau biofag (antara lain
ikan). Di samping itu tumbuhan air juga membantu aerasi perairan melalui
fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran yang tercemar melalui
proses sedimentasi, serta penyerapan partikel dan mineral. Tumbuhan air
merupakan tempat pemijahan ikan, serangga, dan hewan lainnya. Beberapa
jenis tumbuhan air juga memberikan sumber makanan langsung untuk manusia
seperti kangkung (Ipomoea aquatica). Tumbuhan air seperti ilung (Eicchornia
crassipes), purun tikus (Eleochiris dulcis), kumpai minyak (Panicum sp.), dan
rumpiang (Pandanus sp.), bento (Leersia hexandra), ganggeng (Hydrilla
verticillata), jungkal (Hanguana malayana), kangkung (Ipomoea aquatica),
kumpaibulu (Paspalum sp.) merupakan tempat pemijahan ikan pada musim
penghujan (Utomo, 2001 dalam Burnawi, 2010).

Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media
tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau
sampai ke lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya. Jika
memperhatikan sifat dan posisi hidupnya di perairan, tanaman air dapat
dibedakan dalam 4 jenis, yaitu; tanaman air yang hidup pada bagian tepian
perairan, disebut marginal aquatic plant; tanaman air yang hidup pada bagian
permukaan perairan, disebut floating aquatic plant; tanaman air yang hidup
melayang di dalam perairan, disebut submerge aquatic plant; dan tanaman air
yang tumbuh pada dasar perairan, disebut the deep aquatic plant (Yusuf, 2008).

2.3.5 Produktivitas Primer


III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Limnologi dilaksanakan pada hari Sabtu, 01 Oktober 2021 yang


berlokasi di Danau Way Ratu. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan,
Provinsi Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya adalah secchi disk, core
sampler, plankton net, thermometer, ember, sikat gigi, penggaris, pipet tetes,
plastic zip, plastic wrap, saringan, coolbox, allbike, pelampung, tali raffia, roll
meter, refractometer, pH paper, spidol permanen, label, trashbag, DO meter,botol
you C 1000, botol 600 ml, papan ulangan, botol sampel.

Bahan yang digunakan adalah formalin, lugol, aquadest

3.3 Metode Praktikum


3.3.1 Parameter Fisika

3.3.1.1 Suhu

Langkah – langkah pengukuran suhu menggunakan thermometer

1. Disiapkan thermometer dan jangan lupa ikat bagian atas alat menggunakan
tali rafia
2. Dimasukkan alat kedalam perairan dan tunggu beberapa menit
3. Diangkat thermometer dan dilihat angka

3.3.1.2 Arus

Langkah – langkah pengukuran arus menggunakan botol 600 ml

1. Disiapkan botol 600 ml yang sudah diisi oleh air sebanyak 300 ml.
2. Diikat atas botol menggunakan tali rafia sepanjang 1 meter
3. Diletakkan botol tersebut diatas permukaan perairan hingga botol
meregang lurus dan dihitung menggunakan stopwatch

3.3.1.3 Kecerahan

Langkah – langkah pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk

3.3.1.4 Kedalaman

Langkah – langkah pengukuran kedalaman menggunakan secchi disk

1. Disiapkan secchi disk yang sudah diberi skala pada tongkat


2. Dimasukkan kedalam perairan hingga dasar permukaan danau
3. Jika tongkat skala tidak cukup sesuai kedalaman perairan, diikat ujung
secchi disk menggunakan tali rafia
4. Diukur menggunakan roll meter
5. Dicatat hasilnya

3.3.1.5 Tipe Substrat

Langkah – langkah pengambilan tipe subrat menggunakan saringan

1. Diambil substrat menggunakan saringan


2. Dimasukkan kedalam plastic zip dan diberi label

3.3.2 Parameter Kimia

3.3.2.1 pH

Langkah – langkah pengukuran Ph menggunakan pH paper

1. Disiapkan pH paper, ambil satu kertas pH paper


2. Dimasukkan kedalam perairan sampai batas warna yang tersedia
3. Disesuaikan

3.3.2.2 DO

Langkah – langkah pengukuran

3.3.2.3 BOD

Langkah – langkah pengukuran BOD

3.3.2.4 Nitrit

3.3.2.5 Fosfat

3.3.3 Parameter Biologi

3.3.3.1 Plankton

Langkah – langkah pengambilan plankton menggunakan plankton net

3.3.3.2 Bentos

Langkah – langkah pengambilan bentos menggunakan core sampler

3.3.3.3 Perifiton

Langkah – langkah pengambilan perifiton


1. Disiapkan sikat gigi dan aquadest serta botol sampel
2. Diambil beberapa benda mati seperti kayu, ranting
3. Disikat menggunakan sikat gigi, disiram menggunakan aquadest
4. Dimasukkan ke dalam botol sampel

3.3.3.4 Tumbuhan Air

Langkah – langkah pengambilan tumbuhan air

1. Diambil beberapa macam tumbuhan air


2. Dimasukkan ke dalam plastic zip dan di label
3. Dilakukan pada setiap stasiun

3.3.3.5 Produktivitas Primer

Produktivitas primer dilakukan kenapa air hujan turun dari langit bukan turun
dari pasr
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

4.2 Pembahasan

4.2.1 Parameter Fisika

4.2.1.1 Suhu

4.2.1.2 Arus

4.2.1.3 Kecerahan

4.2.1.4 Kedalaman

4.2.1.5 Tipe Substrat

4.3 Parameter Kimia

4.3.1 pH

4.3.2 DO
4.3.3 BOD

4.3.4 Nitrit

4.3.5 Fosfat

4.4 Parameter Biologi

4.4.1 Plankton

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.1
2. 2.1
3. 3.1

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.2
2. 2.2
3. 3.2

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.3
2. 2.3
3. 3.3

4.4.2 Bentos
No Titik Gambar Jenis Kelimpahan
1. 1.1

2. 1.3

3. 2.3

4.4.3 Perifiton

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.1
2. 2.1
3. 3.1

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.2
2. 2.2
3. 3.2

No Titik Gambar Jenis Kelimpahan


1. 1.3
2. 2.3
3. 3.3

4.4.4 Tumbuhan Air


No Titik Gambar Jenis
1.

2.

3.

4.

5.

4.4.5 Produktivitas Primer

No Stasiun R Gpp Npp


V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Chakroff. KR. 2012. Karakteristik Perairan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta.

Hutabarat. 2012. Dasar - dasar ekologi perairan jilid II. Kansius. Yogyakarta.

Haffan. 2010. Telaah Kualitas Air. Kanius. Yogyakarta.

Harini. 2013. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Kustanti, A. 2013. Evolusi hak kepemilikan dan penataan peran para pihak pada
pengelolaan ekosistem hutan mangrove dengan kemunculan tanah timbul.
Disertasi. Program Pascasarjana llmu Pengelolaan Hutan. IPB. Bogor.

Purba. 2014. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. BPF E- Yogyakarta.


Yogyakarta.

Pramudji. 2015. Ekologi dan Karakteristik Perairan. UI Press. Depok.

Anda mungkin juga menyukai