Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danau merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alami atau

sengaja dibuat manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal hujan,

mata air, dan atau air sungai (Susmianto, 2004). Pengertian itu menurut

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Penataan

Ruang (2003) adalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk

secara alamiah dan atau air permukaan sebagai siklus hidrologi, dan merupakan

salah satu bagian yang juga berperan potensial dalam kawasan lindung.

Danau-danau di Indonesia terbentuk secara alamiah dan buatan akibat dari

aktivitas manusia. Menurut Naryanto dkk. (2009), berdasarkan tipe

pembentukannya, genesa atau asal kejadian danau dan reservoir di Indonesia

dapat dikelompokkan ke dalam 14 tipologi yaitu, tektonik, tektono-vulkanik,

vulkanik, kawah, kaldera, patahan lingkar-kaldera, paparan banjir, oksbow,

longsoran, pelarutan, morain/gletser, embung buatan, dan sisa galian/kolong.

Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan

fungsi sosial-ekonomi-budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai pengatur tata

air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang dilindungi atau

endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan bahan pencemar. Fungsi

sosialekonomi-budaya danau adalah memenuhi keperluan hidup manusia, antara

lain untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sarana transportasi, keperluan

pertanian, tempat sumber protein, industri, pembangkit tenaga listrik, estetika,

1
olahraga, rekreasi, industri pariwisata, heritage, religi, dan tradisi. Selain itu,

danau juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi; yaitu dengan

menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air ke

kantung-kantung air lain seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan.

Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim

hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau (Naryanto

dkk., 2009).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui karakteristik dan komponen dari danau.

2. Sifat fisika dari danau

3. Sifat kimia dari danau

4. Sifat biologi dari danau

1.3 Manfaat

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang

karakteristik dan komponen dari danau serta apa saja fungsi dari danau.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Danau

Karakteristik sumberdaya danau meliputi parameter fisika, parameter

kimia dan parameter biologi. Ekosistem dan lingkungan merupakan dua hal yang

tidak terpisahkan. Lingkungan sekitar danau juga mempengaruhi keberadaan

sumberdaya alam danau. Parameter fisika meliputi temperatur atau suhu perairan,

kecerahan perairan danau, warna perairan, dan kandungan Total Suspended Solid

(TSS). Parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya:

Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen dan

Fosfor total (Effendi 2003).

Karakteristik sumberdaya danau meliputi parameter fisika, parameter

kimia dan parameter biologi. Ekosistem dan lingkungan merupakan dua hal yang

tidak terpisahkan. Lingkungan sekitar danau juga mempengaruhi keberadaan

sumberdaya alam danau. Parameter fisika meliputi temperatur atau suhu perairan,

kecerahan perairan danau, warna perairan, dan kandungan Total Suspended Solid

(TSS). Parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya:

Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen dan

Fosfor total (Effendi 2003).

Proses eutrofikasi merupakan proses alamiah pada beberapa danau. Tetapi

bila terjadi kontaminasi fosfat dan nitrat karena aktivitas manusia yang

berlangsung terus menerus, maka proses eutrofikasi tersebut meningkat secara

3
drastis. Kejadian eutrofikasi ini merupakan masalah yang terbanyak ditemukan di

dalam danau, terutama bila danau tersebut berdekatan dengan daerah urban

(Darmono, 2001).

2.2 Sifat Fisika dari Danau

1. Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude),

ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi

udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air.

Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi

badan air. Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air juga

memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu yang selanjutnya

mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003).

Bedasarkan suhunya, suatu badan air dapat dibagi atas epilimnion

dan hipolimnion. Bagian epilimnion merupakan lapisan air bagian atas

yang mendapat panas dari sinar matahari sehingga air bagian atas lebih

panas dan ringan, sedangkan hipolimnion yaitu lapisan bawah yang tidak

terkena cahaya matahari. Karena berbedanya suhu perairan berdasarkan

kedalamannya maka pengukuran suhu badan air selalu diukur berdasarkan

kedalaman yang berbeda. Pengukuran suhu air dilakukan dengan

menggunakan thermometer. Suhu permukaan air dapat diukur dengan

thermometer biasa. Suhu air padaberbagai lapisan dapat diukur dengan

menggunakan tletermometer atau thermometer biasa yang dibenamkan

dalam air (Suin, 2002).

4
2. TTS (Total Suspended Solid)

Padatan tersuspensi total (Total Suspension Solid/TSS) adalah

bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan

Millipore dengan diameter 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir

halus serta jasadjasad renik yang terutama disebabkan kikisan tanah atau

erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi 2003). Penentuan padatan

tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan

serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan

domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan

tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air.

3. TDS (Total Dissolved Solid)

Nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan , limpasan

dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestic dan

industri). Rasio antara padatan terlarut dan kedalaman rata-rata perairan

merupakan salah satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Bahan-

bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika

berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan. Selanjutnya akan

menghambat penetrasi cahaya yang matahari kekolom air dan akhirnya

berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).

4. Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan

merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual

dengan menggunakan Secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam

5
satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang

yang melakukan pengukuran. Kecerahan juga mempengaruhi pertumbuhan

beberapa organisme atau biota perairan

2.3 Sifat Kimia dari Danau

1. pH Air

Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu

larutan. Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai

pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan

basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada

umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan pH tertentu

mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup

organisme (Barus 2004).

2. Kelarutan Oksigen (Dissolved Oxygen)

Menurut Effendi (2003), menyatakan bahwa oksigen terlarut (DO)

adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal dari

hasil fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air serta hasil difusi dari

udara. Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai

pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang

biak. Menurut Barus (2004), selain pengukuran konsentrasi oksigen juga

perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air.

Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8 mg/L.

6
Kandungan oksigen terlarut rata – rata di Danau Tasikardi adalag

3,93 ppm berkisar antara 3,1 – 4,87 ppm. Berdasarkan penelitian,

rendahnya kandungan oksigen di Danau Tasikardi disebabkan bahan

pencemar yang masuk ke perairan. Kandungan oksigen yang rendah juga

disebabkan oleh kecerahan di Danau Tasikardi tergolong rendah, karena

kecerhan yang rendah proses fotosintesi yang dilakukan fitoplankton tidak

optimal sehingga kandungan oksigen terlarut pun rendah (Adawiyah,

2011).

3. BOD (Biological Oxygen Demand)

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh

organisme hidup di dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi

bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan

jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara

relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan

pencemar tersebut (Nugroho, 2006).

Dalam penelitian Barus (2004) menyatakan hasil pengukuran

terhadap nilai BOD5 di Danau Toba menunjukkan bahwa nilai terendah

sebesar 1,86 mg/L diperoleh pada lokasi Simanindo (kedalaman 5 m),

sedangkan nilai tertinggi sebesar 4,55 mg/L diperoleh pada lokasi Parapat

(kedalaman 5 m). Nilai BOD5 yang diperoleh pada lokasi pengamatan

menunjukkan indikasi tentang kadar bahan organic di dalam air, yang

berasal dari limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia.

Nilai yang tinggi pada lokasi Parapat sangat berhubungan dengan

7
pencemaran air danau oleh limbah yang dihasilkan oleh penduduk (limbah

domestik), dibandingkan dengan nilai yang lebih rendah pada lokasi

Simanindo. Hal inijuga menunjukkan bahwa pada lokasi-lokasi tertentu di

kawasan Danau Toba telah terjadi pencemaran air yang menyebabkan

terjadinya penurunan kualitas air danau. Dari uji statistik terhadap nilai

BOD5 diperoleh bahwa nilai rata-rata BOD5 pada kedalaman yang

berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

4. COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen

yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam

mg/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang

menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi

terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara biologis

maupun terhadap yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus,

2004).

5. Nitrat

Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan

diketahui sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan

amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan

oleh organisme untuk tumbuh dan berkembang (Barus, 2004).

Keberadaan keramba jaring apung di daerah tujuan wisata Tigaras

mempengaruhi kadar nitrogen yang berasal dari sisa pakan ikan. yang juga

dapat berdampak terhadap pencemaran. Kelebihan nitrogen di dalam

8
badan perairan juga meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang dapat

memicu terjadinya blooming (pertumbuhan tidak terkendali).

6. Fosfat

Seperti halnya nitrogen, kandungan fosfor merupakan unsur yang

penting dalam ekosistem air. Zat-zat organik seperti protein mengandung

gugus fosfor, misalkan ATP, yang terdapat dalam sel makhluk hidup dan

berperan penting dalam penyedia energi. Keberadaan senyawa fosfor

dalam ekosistem perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam

proses pembentukan senyawa protein dan metabolisme bagi organisme.

Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1

mg/L. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga

dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan

pemupukan fospat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar

fosfat melebihi kadar normal kebutuhan organisme akuatik akan

menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Isnaini, 2011).

2.4 Sifat Biologi dari Danau

Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen

(berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan

peternakan. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu

badan air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli , yang merupakan satu

diantara beberapa bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam

kotoran manusia dan hewan (Effendi, 2003).

9
1. Total Coliform

Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualits

perairan adalah Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat

digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran

manusia dan hewan di dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya

terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya

di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi kesehatan, estetika,

kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya.

Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui

Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak

boleh melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih

dari 1000 sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000

sel/100ml (Pujiastuti dkk, 2013).

Penelitan Haro (2013), menyatakan bahwa hasil analisis

kandungan bakteri coli fecal di Danau Toba yang terletak di Kecamatan

Haranggaol Horison berkisar antara 8,78–21,5 MPN/100 ml pada daerah

yang terdapat aktivitas keramba jaring apung dengan nilai rata – rata 16

MPN/100 ml dan ml pada daerah yang tidak terdapat aktivitas keramba

jaring apung bekisar 13,8–22,7 MPN/100 ml dengan nilai rata – rata 17,2

MPN/100.

2. Baku Mutu Kualitas Air

Berdasarkam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana baku

10
mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup zat, energi atau

komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang

ditenggang keberadaanya di dalam air.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Danau merupakan cekungan yang terjadi karena peristiwa alami atau

sengaja dibuat manusia untuk menampung dan menyimpan air yang berasal hujan,

mata air, dan atau air sungai (Susmianto, 2004). Karakteristik sumberdaya danau

meliputi parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. Sifat fisika dari

danau meliputi suhu, TTS (Total Suspended Solid), TDS (Total Dissolved Solid)

dan kecerahan. Sifat kimia dari danau meliputi pH air, kelarutan oksigen

(Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical

Oxygen Demand), nitrat, dan fosfat. Sifat biologi dari danau meliputi total

coliform, baku mutu kualitas air.

12

Anda mungkin juga menyukai