Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Limnologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen biotik dan

abiotik yang ada didalamnya baik itu di perairan darat yang tergenang maupun perairan

darat yang mengalir.Ilmu ini mengungkap struktur dan fungsi hubungan antara organisme

perairan darat kaitannya dengan dinamika fisika, kimia dan biologi lingkungannya.

Dalam mempelajari ilmu ini dibahas tentang perkembangnya diantaranya struktur

ekosistem perairan, karakteristik air, cahaya dan pengaruhnya di perairan, keadaan suhu

perairan, gerakan air, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di perairan, peranan

oksigen dan karbondioksida di peraiaran, peranan nitrogen, fosfor, dan nutrient-nutrien

lainnya di perairan (ERIKARIANTO, 2008).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan orang banyak,

bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi

agar tetap termanfaatkan dengan baik oleh manusia. Pemanfaatan air untuk berbagai

kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan

generasi sekarang maupun yang akan datang.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumberdaya hayati air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan

kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri,

domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain

menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan,

kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air

(EFFENDI, 2003).

1
Kualitas suatu perairan ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologis dari perairan

tersebut.Interaksi antara ketiga sifat tersebut menentukan kemampuan periairan untuk

mendukung kehidupan organisme di dalamnya. Kualitas air mempengaruhi jumlah,

komposisi, keanekaragaman jenis, produksi dan keadaan fisiologi organisme perairan.

Habitat air tawar menempati daerah yan relatif kecil pada permukaan bumi, dibandingkan

dengan habitat lautan dan daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti

dibandingkan dengan luas daerahnya, sedangkan sifat fisik, kimia, dan biologi perairan

seperti suhu, kecerahan, kedalaman, konduktivitas, pH, alkalinitas, kadar oksigen terlarut

(DO), sangat mudah berubah. Oleh karena itu diperlukan suatu cara tertentu untuk

menentukan kualitas perairan baik secara kualitatif maupun kuantitatif (ADSENSE,

2010)

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air

untuk penggunaan tertentu.Misalnya air minum, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan

sebagainya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan beberapa pengujian

diantaranya yaitu uji kimia, fisika, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).

Parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi terhadap kehidupan ikan antara

lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (SUSANTO, 1992).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang akan dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air

yang bersumber dari sungai Siak bagian hulu (sungai Duku) dan memperhatikan

kehidupan organisme yang ada didalamnya. Praktikum ini juga bertujuan untuk

menerapkan ilmu Limnologi yaitu dengan melakukan observasi dalam aspek pemanfaatan

sumber daya.

2
1.3.1 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui keadaan perairan

secara khusus di sungai siak dan masalah yang dihadapi masyarakat sekitar terutama bagi

nelayan, serta mengetahui faktor fisika, kimia, dan biologi. Praktikum ini akan dijadikan

sebagai acuan Mata Kuliah Limnologi di Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Fisika Air

2.1.1.Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter terpenting dalam perairan dimana

kelangsungan suatu organisme ditentukan oleh volume atau tingkat tinggi rendahnya

kadar suhu. Apabila tingkat kadar suhu dalam suatu perairan berlebihan, maka itu sangat

membahayakan organisme yang ada didalamnya begitu pun sebaliknya jika suhu terlalu

rendah, maka akan menyebabkan mortalitas atau kematian organisme perairan.

Alkalinitas sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana apabila suhu tinggi konsentrasi

alkalinitas pun ikut tinggi, begitu pun sebaliknya (KORDI,2007).

Pengaruh suhu sangat penting dalam kasus oksigen. Kelarutan oksigen dalam air

pada berbagai suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas dalam air. Dengan kenaikan

suhu air, terjadi penurunan kelarutan oksigen (O2) yang dibarengi dengan naiknya

kecepatan pernapasan organisme perairan, sehingga sering menyebabkan adanya suatu

keadaan naiknya kebutuhan oksigen diikuti oleh turunnya kelarutan gas tersebut dalam air

(ACHMAD, 2004).

Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan.permukaan air

cenderung menjadi lebih cepat panas dibanding air di bawahnya. Diantara kedua lapisan

ini terdapat wilayah peralihan yang tipis yang dinamakan Termoklim.Air di atas termoklin

dinamakan epilimnion, sedangkan yang lebih dingin yaitu yang berada di bawahnya

disebut Hipolimnion. Dalam setiap badan air yang besar dan dalam seperti danau atau

waduk, kedua lapisan suhu ini dapat berfungsi sebagai sistem-sistem yang benar-benar

berbeda, sehingga sangat penting untuk menggambarkan secara hati-hati wilayah suhu ini

di danau, waduk atau kolam yang besar dan dalam. Sesuai dengan anggapan bahwa setiap

4
kajian mengenai sistem air tawar harus melibatkan pengukuran suhu pada berbagai

kedalaman, untuk menentukan keberadaan termoklim (GOLDMAN, 1983).

Aktivitas mikroorganisme memerlukan suhu optimum yang berbeda-beda. Akan

tetapi, proses dekomposisi biasanya terjadi pada kondisi udara yang hangat. Kecepatan

dekomposisi meningkat pada kisaran suhu 5oC 35oC. Pada kisaran suhu ini, setiap

peningkatan suhu sebesar 10oC akan meningkatkan proses dekomposisi dan konsumsi

oksigen menjadi dua kali lipat (Effendi, 2003).

2.1.2. Kecepatan Arus

Kecepatan arus (velocity/flow rate) suatu badan air sangat berpengaruh terhadap

kemampuan badan air tersebut untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar.

Pengetahuan akan kecepatan arus digunakan untuk memperkirakan kapan bahan

pencemar akan mencapai suatu lokasi tertentu,apabila bagian hulu suatu badan air

mengalami pencemaran. Kecepatan arus dinyatakan dalam satuan m/detik.Disamping itu,

arus sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil.

Arus akan di pengaruhi oleh topografi dasar perairan, oleh karena itu distribusi fraksi

sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar perairan terutama keadaan kedalaman

karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus. Air cukup padat, maka arah arus

amat penting sebagai faktor pembatas, terutama pada aliran air.di samping itu, arus air

sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil

(SULFI, 2007).

Kecepatan aliran air yang mengalir berseragam dari permukaan ke dasar, meskipun

berada dalam saluran buatan yang dasarnya halus tanpa rintangan apapun. Arus akan

paling lambat bila dekat ke dasar. Perubahan kecepatan air seperti itu tercermin dalam

modifikasi yang diperlihatkan oleh organisme yang hidup dalam air mengalir, yang

kedalamnnya berbeda (MICHAEL, 1994). Menurut SEYHAN (1995), bahwa kecepatan

5
tidak sama pada setiap titik dari irisan melintang, karena pergeseran antara air dan dasar

sungai serta tepi sungai.

Menurut SASTRAWIJAYA (1991), dalam air deras, biasanya oksigen tidak

menjadi faktor pembatas. Dalam sungai yang jernih dan deras kecepatan oksigen

mencapai kejenuhan. Jika air berjalan lambat atau ada pencemar maka oksigen terlarut

mungkin di bawah kejenuhan.

ODUM (1998) menyatakan bahwa pada daerah dangkal seperti sungai, kecepatan

arusnya cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi

yang lepas, sehingga dasarnya padat.

2.1.3. Kecerahan

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan dinyatakan

dengan persen (%) dari beberapa panjang gelombang di daerah spectrum yang terlihat

cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air

(KERDI DAN TANCUNG, 2007).

Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang

besar.Kecerahan air pada musim kemarau (Juli September 2000) adalah 40-85 cm dan

pada musim hujan (November dan Desember 2000) antara 60-80 cm. kecerahan air di

bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah (AKROMI dan SUBROTO, 2002).

Kecerahan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi,

misal pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi

cahaya kedalaman air, tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha

penyaringan dan mengurangi efektifitas disentasi pada proses penjernihan (EFFENDI,

2008).

6
Aktifitas organisme sangat tergantung dari lamanya penyinaran di daerah-daerah

temperate zone (photopen lodio).lama penyinaran itu dikarenakan oleh perubahan-

perubahan perbedaan bujur dan lintang disetiap bagian bumi ini dan perubahan musim.

Photopenodik diartikan sebagai lama penyinaran manfaat seharian (DJAMRI,1983).

Radiasi matahari juga penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan oleh

tanaman hijau untuk dipakai dalam proses fotosintesis. Tumbuhan-tumbuhan ini tidak

dapat hidup terus-menerus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup.akibatnya

penyebaran mereka di lautan dibatasi pada daerah kedalaman dimana cahaya matahari

dan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman lautan

(HUTABATRAT, 1985).

Kecerahan merupakan parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses

fotosintesis dalam lingkup perairan terutama pada tumbuhan. Kecerahan yang tinggi

menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan.Kecerahan

sangat penting dalam kehidupan ekositem perairan terutama ikan (ERIKARIANTO,

2008).

2.1.4. Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan menggenang sangat penting artinya bagi kehidupan

organisme. Kedalaman akan memberikan implikasi langsung dan tidak langsung terhadap

keberadaan dan sistem organisasi organisme. Berdasarkan kedalamannya sistem perairan

menggenang dibagi menjadi beberapa zona menurut (ODUM, 1998):

1. Zona littoral

Bagian perairan dangkal dengan penetrasi cahaya matahari efektif menembus

sampai ke dasar perairan. Secara alami zona ini biasanya dihuni oleh tumbuh-tumbuhan

berakar seperti Azolla pinnata, Marsilea crenata, Nymphaea, Ceratophylum,

Myriophylum, Najas, Vallisneria dan juga beberapa phytoplankton seperti Spirogyra,

7
Zygnema, Navicula, Pinnularia, Anabaena, Oedogonium, Hydrodictyon, Cladophora,

Gloeotrica, Oscillatoria, Rivularia dll.

Konsumen zona ini hampir mencakup semua filum hewan perairan seperti

kelompok gastropoda, Crutacea, Bivalvia, Odonata, Zygopthera, Rotifera, larva

Chyronomidae, Anellida, Ephemeroptera, larva diptera, Isopoda, Coleoptera penyelam,

Hemiptera, Hydrophylidae, Haliplidae dan Corixidae. Beberapa zooplankton yang sering

ditemukan pada zona ini antara lain adalah beberapa Cladocera, Copepoda, Ostracoda,

Crustacea, Rotifera, Gyrinidae, Gerridaem dan Vellidae.

2. Zona limnetik

Zona perairan terbukan dan cahaya matahari menembus sampai dasar perairan.

Pada zona ini terdapat batas akhir cahaya matahari efektif dimanfaatkan oleh organisme

atau lebih dikenal sebagai ligh compensation level atau batas kompensasi cahaya. Pada

zona ini terdapat keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi artinya jumlah olsigen

yang dihasilkan dari proses fotosintesis juga pas habis dipergunakan untuk respirasi.

Komunitas pada zona ini sebagian sama dengan zona littoral. Phytoplankton terdiri

dari Euglena, Dinoflagellata dan Volvox dan beberapa genera sama dengan pada zona

littoral. Pada bagian perairan yang dalam pada kondisi tertentu sering terjadi adanya

perubahan dan perbedaan suhu yang ekstrim.Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya

turbulensi (pergerakan arus aii ke atas) yang membantu phytoplankton tetap berada

dipermukaan perairan pada siang hari.

3. Zona profundal

Berupa zona yang sangat dalam dan gelap gulita, karena cahaya matahari efektif

tidak sampai pada zona ini.Komunitas biota terdiri dari saprotrof atau pengurai yang

hidup dalam lumpur dan terdiri dari bakteri dan jamur.Sumber makanan dan oksigen zona

ini sangat tergantung dari zona diatasnya.

Kedalaman menentukan zonasi secara vertikal badan air, yang dipengaruhi oleh

intensitas cahaya matahari dan suhu. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang masuk

8
ke perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (1) Lapisan eutrofik, yaitu lapisan

yang masih mendapat cukup cahaya matahari; (2) Lapisan kompensasi yaitu lapisan

dengan intensitas cahaya 1% dari intensitas cahaya permukaan; (3) Lapisan profundal

yaitu lapisan dibawah lapisan kompensasi, dengan intensitas cahaya yang sangat kecil

atau bahkan tidak ada cahaya (afotik). Berdasarkan perbedaan panas pada setiap

kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stratifikasi vertikal kolom air (thermal

stratification) pada perairan dibagi menjadi tiga, yaitu: ((1) epilimnion, yaitu lapisan atas

perairan yang hangat dengan suhu relatif konstan; (2) termoklin atau metalimnion, yaitu

lapisan dengan perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; dan (3)

Hipolimnoin, yaitu lapisan di bawah metalimnion yang lebih dingin, ditandai oleh

perbedaan suhu secara vertikal yang relatif kecil. Sedangkan pada perairan lotik yang

mengalir biasanya terjadi percampuran masa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk

stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik (EFFENDI, 2003).

2.2.Parameter Kimia

2.2.1.pH

Nilai pH menggambarkan intensitas keasaman dan kebasaan suatu perairan yang

ditunjukkan oleh keberadaan ion hidrogen. Sebagian besar biota akuatik sensitive

terhadap adanya perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 - 8,5. Nilai pH juga

sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, seperti nitrifikasi. Pada pH < 4,

sebagian besar tumbuhan air mati, namun algae Chlamydomonas acidophila masih dapat

bertahan hidup pada pH yang sangat rendah, yaitu 1, dan algae Euglena masih dapat

bertahan hidup pada pH 1,6 (HASLAM, 2003).

Menurut ODUM (1971), perairan dengan pH antara 6 9 merupakan perairan

dengan kesuburan yang tinggi dan tergolong produktif karena memiliki kisaran pH yang

dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam perairan menjadi

9
mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh fitoplankton. Namun menurut

ARINARDIet al., (1997), perubahan pH kurang begitu mempengaruhi kondisi

lingkungan perairan estuari.

Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah H. pH (singkatan dari pulscane

negatif te H), yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam

satu cairan. Derajat keasaman atau pH air menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam

larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam nol per lter)

pada suhu tertentu atau dapat ditulis pH = - log (H+) (KORDI, 2007).

Menurut EFENDI (2003), pH 7 dikatakn netral, pH di atas 7 dikatakan basa, dan

pH di bawah 7 dikatakn asam. Kisaran pH yang baik dalam perairan untuk proses

budidaya yaitu berkisar antara 7 8. Dengan kondisi kisaran tersebut akan dapat

membantu pertumbuhan yang baik pada organisme perairan. Tetapi apabila dalam

perairan mengalami kisaran dibawah dan di atas nilai kisaran pH yang baik maka akan

dapat menghambat laju pertumbuhan pada organisme perairan.

2.3. Parameter Biologi

2.3.1. Plankton

Plankton adalah organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-

ambing oleh arus.Mereka terdiri dari makhluk hidup yang hidupnya sebagai hewan

(zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).Zooplankton adalah hewan laut yang

plaktonik sedangkan fitoplankton terdiri atas tumbuhan laut yang bebas melayang dan

hanya dalam laut serta kemampuan berfotosintesis sebagai produsen adalah organisme

yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahri sebagai sumber energy

dalam melakukan aktivitas hidupnya (PURNAI LAWANG, 2009).

10
Plankton adalah tumbuhan (fitoplankton) atau hewan (zooplankton) renik air tawar

atau air laut yang posisi dan pesebarannya bergantung yang ditentukan oleh gerakan air

atau arus air serta masa udara disekitarnya, meskipun mampu untuk bergerak sendiri

secara terbatas (RIFAI, 2002).

Plankton netadalah plankton yang tertangkap di dalam jaringan yang amat halus

yang ditarik dengan perlahan-lahan di dalam air; nanoplankton terlalu kecil untuk dapat

ditangkap dengan jaring dan harus disarikan dengan air yang diambil dengan botol atau

dengan pompa (ODUM, 1996).

Plankton sebagai salah satu penyusun komunitas air, umumnya merupakan

makhluk mikroskopik, tidak bergerak (pasif) dan bergantung pada gerakan air, misalnya

arus. Secara garis besar plankton terdiri dari dua kelompok besar yaitu phytoplankton dan

zooplankton.Komposisi plankton berbeda antara satu habitat perairan dengan habitat

perairan lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal dan juga dari musim ke musim.

Variasi ini juga tergantung pada berbagai faktor antara lain: kedalaman, suhu, pH,

transparasi, turbiditas, dan ketersediaan sumber nutrisi Pengkajian plankton mencangkup

koleksi dan pendataan jenis. Fluktuasi musim dan juga fluktuasi harian atau dapat juga

antara pasang dan surut terutama di daerah estuarin.Kajian komunitas plankton meliputi

kelimpahan (abundance), nilai penting, indeks dominansi dan keanekaragaman

(deversity).Identifikasi plankton sebaiknya sampai ke tingkat species (GOLDMAN,

1983).

2.3.2.Ekologi Perairan

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara suatu jasad dengan

lingkungannya.Dengan jasad dapat diartikan sebagai benda hidup, karena suatu benda

hidup mewakili suatu spesies, maka biasanya sebagai satuan dasarnya ialah spesies atau

11
populasi.Dengan lingkungan diartikan sifat-sifat fisik kimia dan biologi dari suatu habitat,

tempat dimana suatu jasad itu hidup (SUMAJAYA, 1981).

Air sebagai media tempat hidup ikan yang dibudidayakanharus memenuhi berbagai

persyaratan dari segi fisika, kimia maupun biologi.Dari segi fisika, air merupakan tempat

hidup yang menyediakan tempat gerak bagi organisme yang dibudidayakan.Sedangkan

dari segi kimia, air sebagai pembawa unsur-unsur hara, mineral, vitamin, gas-gas terlarut

dan sebagainya.Dari segi biologi, air merupakan media untuk pembiakan biologi dalam

pembentukan dan penguraian bahan-bahan organik (BURWONO, 1993).

2.3.3.Fisika Perairan

Adapun sifat-sifat fisika perairan yaitu sebagai berikut:

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kekeruhan merupakan

ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi

disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter yang sangat dipengaruhi oleh

keadaan cuaca yaitu kemampuan sinar matahari menembus keperairan. Adapun yang

mempengaruhi kecerahan yaitu zat-zat terlarut dalam air, dan lain sebagainya.

Warna air merupakan salah satu faktor fisika dan biologi yang dapat

mempengaruhi kesuburan suatu perairan itu sendiri, seperti jasad-jasad renik yang dapat

mengubah warna air.

Kecepatan arus disebabkan oleh perbedaan ketinggian dasar perairan, kerapatan

molekul air, atau tiupan angin.

Suhu memiliki peran penting terhadap kehidupan organisme dalam air. Kelarutan

berbagai jenis gas dalam air serta semua aktivitas biologis sangat dipengaruhi oleh suhu.

Menurut MAHYUDDIN (2010), suhu merupakan faktor kontrol dari proses kimia dan

12
biologi di dalam perairan, sehingga perubahan suhu bisa membuat semua proses dalam

perairan berubah.

Kedalaman perairan sangat berperan penting terhadap kehidupan biota pada

ekosistem. Semakin dalam suatu perairan maka terdapat zona yang memiliki khas

tersendiri seperti suhu, kelarutan gas, kecepatan arus, penetrasi cahaya matahari, dan

tekanan.

2.3.4. Kimia Perairan

Adapun sifat-sifat kimia perairan yaitu sebagai berikut:

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

atau kebasaan yang dimiliki oleh perairan. Kondisi perairan bersifat asam yang terlalu

tinggi akan mengganggu proses metabolisme dan respirasi bahkan mengakibatkan

kematian pada biota di perairan.

Oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,

proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk untuk

pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan

anorganik dalam proses aerobik (SALMIN 2005dalam TARIGAN, 2012).

Menurut SUIN 2002 dalam TARIGAN (2012) oksigen terlarut merupakan suatu

faktor yang sangat penting dalam ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk

proses respirasi bagi sebagian besar organisme.

Karbondioksida dalam air dapat berasal dari pengikatan langsung udara bebas

melalui proses respirasi organisme. Karbondioksida diperairan sangat dibutuhkan

terutama untuk fotosintesis.

Nitrogen terlarut dalam ekosistem perairan dapat berasal dari pengikatan molekul

nitrogen oleh pengikatan molekul oleh bakteri, penguraian sisa organisme yang mati, dan

proses oksidasi bakteri nitrosomonas.

13
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1.Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum Limnologi dilaksanakan di sungai Siak pada hari Sabtu Tanggal 24

September 2016dimulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00.

3.2.Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya: Air

(sebagai media praktikum), Formalin (sebagai bahan pengawet), Alkohol, Tissu, Kertas

pH

3.2.2 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam peraktikum ini diantaranya: Ember, Botol

Sampel, Piring Sechidisk, Planktonnet, Tabung Sampel, DO meter, Thermometer, Pipet

Tetes.

3.3. Metode Praktikum

3.3.1.Sumber data

Sumber data dari praktikum ini yaitu data primer. Data primer diperolehdari

pengamatan langsung di lapangan dan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar sungai

Siak tepatnya pada lokasi praktikum dilaksanakan. Dari hasil perolehan data primer,

maka didapatlah keterangan data yang nantinya diolah, disusun dan dibahas menjadi

laporan praktikum.

Berdasarkan dari data primer pengukuran kualitas air meliputi: Pengukuran suhu

menggunakan thermometer yaitu dengan cara mamasukan themometer ke dalam sampel

14
airyang telah diambil sebelumnya, selanjutnya melihat kisaran suhu yang tertera pada

thermometer.

Pengukuran pH menggunakan kertas lakmus yaitu dengan cara memasukan kertas

lakmus ke dalam sampel air yang telah diambil sebelumnya, selanjutnya mencocokan

perubahan warna kertas lakmus dengan warna yang telah ditetapkan pada wadah kertas

lakmus.Pengamatan warna air dengan cara melihat secara langsung pada lokasi praktikum

dilaksanakan.

pengukuran kecerahan dilakukan dengan dua tahap yaitu: tahap pertama, mengukur

bagian warna hitam yang ada pada sechidisk dengan cara memasukannya ke dalam

perairan hingga batas maksimum warna hitam tersebut tidak kelihatan. Tahap kedua,

mengukur bagian warna putih yang ada pada sechidisk dengan cara memasukannya ke

dalam periran hingga batas maksimum warna putih tidak kelihatan. Selanjutnya hasil dari

pengukuran tersebut dimasukan kedalam rumus sebagai berikut: K=a1 + a2

Keterangan:

K: Kecerahan

a1: Bagian warna hitam sechidisk

a2: Bagian warna putih sechidisk

Pengukuran amoniak yaitu dengan cara mengambil sampel air kemudian diukur

menggunakan DO meter. Pengukuran oksigen terlarut yaitu dengan cara mengambil

sampel air kemudian diukur menggunakan DO meter. Pengamatan

cuaca dilakukan dengan melihat secara langsung pada lokasi praktikum dilaksanakan.

15
pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan cara menyiapkan sebuah kayu yang

berukuran 1meter dan sebuah bola pingpong.Selanjutnya diletakkan pada permukaan air

secara berjejer, kemudian dilepaskan dan dihitung menggunakan stopwatch

3.3.2.Pengambilan Air Sampel

Pada pengambilan air sampel tahap pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan

semua alat dan bahan yang diperlukan, selanjutnya mengambil air di permukaan, tengah

dan dasar dengan tabung sampel air berkapasitas + 5 liter, kemudian suhu diukur dengan

thermometer dan pH menggunakan kertas lakmus, selanjutnyasampel air dimasukan

kedalam planktonnet, dilakukan dengan tiga perlakuan, air yang telah disaring dengan

planktonnet disimpan kedalam botol sampel agar mempermudah dalam penelitian

plankton, kemudian memberikan formalin yang telah diencerkan sebelum penelitian

sebanyak tiga tetes setiap tabung

3.3.3.Pengamatan Plankton Menggunakan Mikroskop

Pada pengamatan plankton tahap pertama yang dilakukan yaitu: menyiapkan

semua peralatan yang diperlukan,selanjutnya mengambil sampel plankton dari botol

sampel dengan pipet tetes,kemudian menutup objek glass dengan cover glass kemudian

mengamatinya dibawah mikroskop dengan perbesaran 10-100X. Praktikum ini dilakukan

menggunakan dua jenis mikroskop guna untuk dapat membandingkan kebenaran dan

melatih mahasiswa.

3.3.4.Pengidentifikasian Sampel Plankton

Adapun tahap-tahap pengidentifikasian plantkton yaitu sebagai berikut:

menyiapkan buku identifikasi plankton, selanjutnya mencari jenis plankton yang diamati

pada mikroskop pada buku panduan, mencari gambar yang sesuai dengan buku

identifikasi plankton dan mencari taksonomi plankton dari phylum hingga spesiesnya.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Praktikum Di Tiga Titik Berbeda

4.1.1. Tabel Pengamatan di Perumahan (Stasiun Awal)


Pengamatan
Kedalaman
Waktu Kecerahan Warna Kecepatan
(M) pH Suhu Cuaca
Hitam Putih Air Arus
0 4,5 28 Cerah
Cokelat
08:00 5 46 69 4,5 28 06:42 beraw-
keruh
10 4,5 27,5 an
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4 32
Cokelat
11:00 5 48 59 4 30 02:71 Panas
keruh
10 4 29
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4,5 29
Cokelat
14:00 5 36 54 4,5 28 02:06 Cerah
keruh
10 4,5 28
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4,5 28
Cokelat Beraw-
17:00 5 39 50 4 29 01: 27
keruh an
10 4 29

Berdasarkan tabel 4.1.1. pada titik pertama yaitu daerah perumahan

didapatkan data kecerahan tertinggi pada jam 08.00 yang jika dirata-ratakan

berkisar 57,5 (cm) dan yang terendah jam 14.00 & 17.00 jika dirata-ratakan juga,

berkisar 45 (cm) dan 44,5 (cm).

17
4.1.2. Tabel Pengamatan di Pabrik (Stasiun Kedua)

Pengamatan
Kedalaman
Waktu Kecerahan Warna Kecepatan
(M) pH Suhu Cuaca
Hitam Putih Air Arus
0 4,5 27 Cerah
Cokelat
08:00 5 34 40 4,5 27 02:60 beraw
keruh
10 4,5 27 - an
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4 28
Cokelat
11:00 5 45 53 4 29 03:01 Panas
keruh
10 4 29
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4, 3 30
Cokelat
14:00 5 41 49 4 29 02:04 Cerah
keruh
10 4 29
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
17:00 0 4 29
Cokelat Beraw
5 44 49 4 29 11:69
keruh -an
10 4 28,5

Berdasarkan tabel 4.1.2. pada titik kedua yaitu daerah pabrik didapatkan

data kecerahan tertinggi pada jam 11.00 dan 17.00 yang jika dirata-ratakan

berkisar 49 (cm) dan 45 (cm), kemudian terendah jam 08.00 & 14.00 jika dirata-

ratakan juga, berkisar 37 (cm) dan 45 (cm).

18
4.1.3. Tabel Pengamatan di Pelabuhan (Stasiun Ketiga)
Pengamatan
Kedalaman
Waktu Kecerahan Warna Kecepatan
(M) pH Suhu Cuaca
Hitam Putih Air Arus
0 4 28 Cokelat Cerah
08:00 5 42 58 4 27 kemerah- 04:59 beraw-
10 4 28,5 merahan an
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4 30 Cokelat
11:00 5 48 58 4 29 kemerah- 03: 38 Panas
10 4 29 merahan
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4 29 Cokelat
14:00 5 35,5 45 4,5 28 kemerah- 01:05 Panas
10 4 30 merahan
Kedalaman Kecerahan Warna Kecepatan
Waktu pH Suhu Cuaca
(M) Hitam Putih Air Arus
0 4 29 Cokelat
Beraw
17:00 5 44 60 4 29 kemerah- 03:12
-an
10 4 29 merahan

Berdasarkan tabel 4.1.3. pada stasiun terakhir yaitu daerah pelabuhan

didapatkan data kecerahan tertinggi pada jam 11.00 dan 17.00 yang jika dirata-

ratakan berkisar 53 (cm) dan 52 (cm) yang terendah pada 14.00 & 08.00 jika

dirata-ratakan juga, berkisar 53 (cm) dan 40,25 (cm).

19
4.4. Tabel Pengamatan Plankton Pada Tiga Titik Dengan Waktu Berbeda

4.4.1. Tabel Pengamatan Plankton Di Pelabuhan

Perlakuan
No Waktu Jenis Plankton Jumlah Spesies
0 m 5 m 10 m
Diatomae Air
1. Amphora commutata - - 1
Tawar
2. Calontrix 4 Cyanophyta
Diatomae Air
3. Tebellaria fenostrata - 5
Tawar
08:00
Diatomae Air
4. Synedrus acus - - 2
Tawar
Cylindrospermum
5. - - 1 Cyanophyta
trichostospremum
6. Oscillatoria limnosa - - 1 Cyanophyta
7. Tolypothrix - 2 Cyanophyta
Diatomae Air
8. Tebellaria fenostrata - 7
Tawar
Lyngbya
9. - 2 Cyanophyta
spirulinoides Gom
10. Colpidium Sp - - 1 Ciliata
Diatomae Air
11. Synedra acus - - 2
Tawar
Nostoo planctonicum
12. - 3 Cyanophyta
P. & T.
11:00
13. Synchacta kitina - - 1 Rotatoria
14. Floscularia - - 1 Rotatoria
Asplanchaa
15. - - 1 Rotatoria
brightwelli
Pleurotaenium
16. - - 1 Desmidiacae
undulatum
Mero-
17. Nauplius (sacculina) - - 1
plankton
Closterium poroctum
18. - - 1 Desmidiacae
Nordst
Nitzschia Diatomae Air
19. 14:00 10
vermicularis Tawar
Spondylosum
20. - - 1 Desmidiacae
planum
Closterium poroctum
21. - - 1 Desmidiacae
Nordst
Gyrosigma Diatomae Air
22. - - 1
acuminatum Tawar
Hyalotheca undulate
23. 5 Desmidiacae
(Gronbl)

20
24. Synedra ulna - 3 Cyanophyta
Diatomae Air
25. Nitzschia closterium - - 1
Tawar
Xanthidium
26. - - 1 Desmidiacae
armatum. Rab
Closterium
27. - - 1 Desmidicae
kuetzingii
28. Aphippium - - 1 Entomostraca
29. Calontrix - 2 Cyanophyta
30. Synedra ulna 3 Cyanophyta
Diatomae Air
31. Ephitemia argus - - 1
tawar
16:00 Amphiprora Diatomae
32. - - 1
paludosa Air Tawar
Philodina
33. - - 1 Rotatoria
macrostyla
34. Rotifer neptunivs - - 1 Rotatoria
35. Synopia ultramarine - - 1 Entomostraca
Total 72

4.4.2. Tabel Pengamatan Plankton Di Pabrik

Perlakuan
No Waktu Jenis Plankton Jumlah Spesies
0 m 5 m 10 m
Nitzschia Diatomae Air
1. 11
closterium Tawar
Diatomae Air
2. Synedra ulna - 3
Tawar
08:00 Diatomae Air
3. Synedra acus - - 2
Tawar
Tebellaria Diatomae air
4. - - 3
fenostrata Tawar
5. Colpidium sp - - 1 Ciliata
Lyngbya
6. spirulinoides - 12 Cyanophyta
Gom
7. Tolypothrix - - 1 Cyanophyta
Diatomae Ait
8. Synedra acus - - 2
Tawar
11:00 Geotrichum sp
9. - - 1 Cyanophyta
(koloni)
Gonatozygon
10. monotaenium De - 2 Desmidiacae
Bary
11. Synchacta kitina - - 1 Rotatoria

21
12. Anguillula sp. - - 1 Mero-
plankton
Euchaeta
13. - - 1 Entomostraca
concinna (jantan)
Nitzschia Diatomae Air
14. - - 1
closterium Tawar
15. Floscularia - - 1 Rotatoria
Nitzschia Diatomae Air
16. 9
vermicularis Tawar
Nitzschia Diatomae Air
17. - - 1
closterium Tawar
Tebellaria Diatomae Air
18. - - 1
fenostrata Tawar
Sphaorozosma
19. granulatum (Roy - - 1 Desmidiacae
& West)
Stauratrum
20. - - 1 Demidiacae
formos. Bern
14:00
Closterium
21. - - 1 Desmidiacae
poroctum Nordst
Diatomae Air
22. Nitzschia curvula - - 1
Tawar
23. Spirulina sp. - - 1 Cyanophyta
Hyalotheca
24. - - 1 Desmidiacae
undulate (Gronbl)
Oscillatoria
25. - - 1 Cyanophyta
limnosa
Geotrichum sp
26. - - 1 Cyanophyta
(koloni)
Anabaena
27. spiroides - - 1 Cyanophyta
Klebahn
Tebellaria Diatomae
28. - 2
fenostrata larva Air Tawar
16:00
Surirella Diatomae
29. - - 1
biseriata Air Tawar
30. Euglena sprogyra - 2 Euglenophyta
Diaphanosoma
31. - - 1 Entomostraca
brachyura
Total 72

22
4.4.3. Tabel Pengamatan Plankton Di Perumahan

Perlakuan
No Waktu Jenis Plankton Jumlah Spesies
0 m 5 m 10 m
1. Rotifer citrinus - - 1 Rotatoria
Oscillatoria
2. 3 Cyanophyta
limnosa
3. Calontrix - 7 Cyanophyta
Nitzschia Diatomae
4. 08:00 - - 2
closterium Air Tawar
Geotrichum sp
5. - - 2 Cyanophyta
(koloni)
Tebellaria Diatomae
6. - - 4
fenostrata Air Tawar
Oscillatoria
7. - - 1 Cyanophyta
sanota (KG)
Nostoo
8. planctonicum P. - - 1 Cyanophyta
& T.
9. Tolypothrix 4 Cyanophyta
Tebellaria Diatomae
10. 6
fenostrata Air Tawar
Diatomae
11. Synedra ulna - - 2
Air Tawar
Diatomae
12. Synedra acus - 5
Air Tawar
11:00 Asterionella Diatomae
13. - - 1
formosh Air Tawar
Euchaeta
14. - - 1 Entomostraca
concinna (jantan)
Lyngbya
15. spirulinoides - - 1 Cyanophyta
Gom
Nitzschia Diatomae
16. - - 2
vermicularis Air Tawar
Microcystus
17. - - 1 Cyanophyta
airugonisa (kutz)
Geotrichum sp
18. - - 1 Cyanophyta
(koloni)
Nitzschia Diatomae
19. 8
vermicularis Air Tawar
Diatomae
20. Synedra ulna - 2
14:00 Air Tawar
Geotrichum sp
21. - - 1 Cyanophyta
(koloni)

23
Hyalotheca - 4 Desmidiacae
22. undulate
(Gronbl)
Sphaorozosma
23. granulatum (Roy - - 1 Desmidiacae
& West)
Stauratrum
24. - - 1 Desmidiacae
formos. Bern
Spondylosum
25. - - 2 Desmidiacae
planum
Closterium
26. - - 1 Desmidiacae
poroctum Nordst
27. Calonthrix - 2 Cyanophyta
Rotifera
28. 3 Rotatoria
neptunivs
Eudorina
29. - - 1 Cyanophyta
wallichii
Nitzschia Diatomae
30. - - 1
vermicularis Air Tawar
Gyrosigma Diatomae
31. - - 1
kuetzingii Air Tawar
Trachelomonas
32. - 2 Euglenophyta
16:00 sp
Phacus
33. pleurinoctus - - 1 Euglenophyta
(OFM)
34. Floscularia - - 1 Rotatoria
Navicula Diatomae
35. - - 1
brachysira Air Tawar
Diatomae
36. Melosira salina - - 1
Air Tawar
Mero-
37. Pterotrachea sp - - 1
plankton
Total 80

24
4.5.Tabel Perbandingan Plankton

Lokasi
No Kelompok Spesies
Pabrik Pemukiman Pelabuhan
Cyanophyta xx xx xx
Diatomae Air
xx xx xx
Tawar
1. Phytoplankton
Desmidiacae x x xx
Euglenophyta x x o
Ciliata x o x
Mero-Plankton x x x
2. Zooplankton Entomostraca x x x
Rotatoria x x xx

Keterangan :

o : Tidak Ditemukan
x : Sedikit
xx : Sangat Banyak

4.6.Grafik Plankton Pada Pengamatan Tiga Lokasi Berbeda


4.6.1. Grafik Plankton Di Pabrik

PABRIK
14
12
10
8
6
4
2
PABRIK
0

25
4.6.2. Grafik Plankton Dipelabuhan

PELABUHAN
12
10
8
6
4
2
PELABUHAN
0

4.6.3. Grafik Plankton Diperumahan

Perumahan
14
12
10
8
6
4
2 Perumahan
0

14
12
10
8
6
PERUMAHAN
4
PABRIK
2
PELABUHAN
0

26
4.7.Pembahasan
Dalam melakukan praktikum ini kami lakukan di PELABUHAN SUNGAI

DUKU SUNGAI SIAK. Praktikum ini di bimbing oleh Bapak Ir. H. Rosyadi,

M.Si dan di asistensi oleh senior kami yaitu Viktor Manjaya dan Suprayitno

Hamdan, di tempat praktikum kami dibantu oleh dua bapak nelayan yang

mendayung sampan membawa kami menuju tempat yang kami inginkan untuk

mengambil sampel.

Arus PELABUHAN SUNGAI DUKU SUNGAI SIAK cukup deras pada

permukaannya namun sangat deras pada bagian bawahnya sehingga sangat

berbahaya jika kita tercebur ke sungai.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap termanfaatkan dengan baik oleh manusia. Pemanfaatan

air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang.

Meningkatnya kegiatan industri sangat berdampak negatif terhadap

sumber daya air yang mengakibatkan penurunan pada kualitas dan kuantitas air.

Selain itu juga berdampak negatif terhadap organisme yang ada didalamnya. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air agar

kualitas dan kuantitasnya terjaga dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan

semua makhluk hidup.

27
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kehidupan orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus

dilindungi agar tetap termanfaatkan dengan baik oleh manusia. Pemanfaatan air untuk

berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan

kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai kecerahan tertinggi terdapat di pelabuhan pada jam 11.00 yaitu 37 (cm)dan

yang terendah jam 17.00 yaitu 18 (cm).

2. Suhu yang tertinggi terdapat Pada jam 17.00 dengan memiliki jumlah rata-rata

yang teringgi yaitu 31.00 0C, selanjutnya jam 11.00 yaitu 30,33 0C, kemudian

diikuti jam 14.00 yaitu 29,67 0C dan yang terendah yaitu jam 08.00 yaitu 29,33 0C.

3. Tidak terjadi perubahan pH pada awal Prakrikum sampai akhir prkatikum dengan

jumlah rata-rata sama pada setiap kedalaman yaitu dengan pH 6.

4. Terdapat berbagai macam jenis plankton yang berpengaruh terhadap produktifitas

dan produksi di dalam perairan.

Dari hasil pengamatan perairan sungai siak, maka dapat disimpukan bahwa kualitas

air disungai Siak sudah mulai tercemar oleh limbah, baik limbah domestik maupun

limbah pabrik yang dapat berpengaruh besar terhadap ekosistem di perairan tersebut.

5.2. Saran

Demi menjaga kualitas air disungai siak yang telah tercmar, maka penulis

menyarankan diharapkan pada semua masyarakat yang ada disekitar sungai Siak agar

28
tidak lagi membuang sampah runah tangga kesungai serta tidak membuang limbah

pabrik sembarangan. Hal ini dilakukan agar pencemaran pada sungai tersebut tidak

semakin parah. Kualitas sungai Siak saat ini sudah tercemar, namun apabila ada

kesadaran untuk menjaga kualitas air tersebut, maka perlahan-lahan kualitas air tersebut

akan kembali terjaga kebersihannya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Peraiaran. Universitas
Brawijaya. Malang

Andri, dkk. 2009. Makalah Faktor-faktor Penting Dalam proses Pembesaran Ikan Di
Fasilitas Nursery dan Pembesaran. http:google.com Diakses pada tanggal 11
November 2009 pukul 20.00 WIB

Anwar, Nurmila. 2009. Tinjauan Pustaka. http:google.com Diakses pada tanggal 11


November 2009 pukul 20.00 WIB

Asmawi, 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Jakarta : Gramedia

Brotowidjoyo, dkk. 1996. Pengantar Lingkungan dan Perairan dan Budidaya Laut.
Liberty. Yogyakarta

Efriyeldi, 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen dan Kualitas Air Muara Sungai
Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya dengan Budidaya KJA (Keramba Jaring
Apung) : http: /e journal.ac.id Diakses pada tanggal 11 November 2009 pukul
20.00 WIB

Kordi, K, M. Ghufran dan Andi Baso Tanjung, 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta

Pappo, Ari dkk. 2009. Studi Kualitas Perairan Pantai Dikawasan Industri Perikanan Desa
Rembangan Kecamatan Naegara, Kabupaten Jembaran, Ude.Journal/pappo.paf
http:akademikunsri.ac.id Diakses pada tanggal 11 November 2009 pukul 20.00
WIB

Pirzan Andi M dan Petrus Rani D. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton Dengan
Kualitas Air Dipulau Gaululuang Kabupaten Takalar,Sulawesi Selatan
www.uhud.ac.id. Diakses pada tanggal 11 November 2009 pukul 20.00 WIB

Sari, Sam gendro. 2007 Kualitas Air Sungai Manon Dengan Perlakuan Keramba

Ikan Di Kecamatan Rawae Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.

www.uncam.ac.idDiakses 02 November 2012

30
Susanto, 1987. Budidaya Ikan di Pekarangan.Penebar Swadaya; Jakarta.

Susanto, 1990. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sitanggang, M & Sarwono, B., 2001.Budidaya Gurami. Penebar Swadaya; Jakarta.

Tarigan, R. 2012. Parameter Kimia Perairan.http://ranifiskim.blogspot.com/?m=1.

Diakses 02 November 2012

Wetzel, Robert G. 1989. Limnology Second Edition. Sainders Collage Publishing

Philadelphia new york Chicago. San Francisco Montrea Noronto London

Sydney

Yudha, Indra Gumay. 2005. Aplikasi Sistem Resirkulasi Tertutup (Closed

Resirculation System) Dalam Pengelolan Kualitas Air Tambak Udang.

Http//e journal.ac.id Diakses pada tanggal 11 November 2009 pukul 20.00

WIB

31
LAMPIRAN

32
Lampiran 1. Gambar Alat Praktikum

DO METER KERTAS LAKMUS

SECHIDISK THERMOMETER

PLANKTONNET

33
34

Anda mungkin juga menyukai