Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang

Daerah aliran sungai mempunyai peran terhadap kelangsungan ekosistem, air sungai mengandung sedimen hasil erosi yang cukup besar dan juga polutan lain yang berasal dari limbah rumah tangga dan pertanian. Minimnya luas hutan yang menyebabkan sedimen pada air sungai sangat berpengaruh. Pengelolan sumber air sungai sangat penting. Agar dapat di manfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang di inginkan. Salah satu langkah pengelolan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air. Sementara itu, Odum (1998) mengemukakan bahwa oleh karena air sangat penting dan merupakan bagian terbesar dari protoplasma, maka dapatlah dikatakan bahwa semua kehidupan adalah akuatik. Sungai, tempat air mengalir dan membawa berbagai kebutuhan hidup manusia dan berbagai makhluk lain yang dilaluinya, merupakan bagian dari ekosistem air tawar. Meskipun luasan sungai dan jumlah air yang mengalir yang didalamnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan luas dan jumlah air yang di laut, namun sungai memiliki peranan penting secara langsung bagi kehidupan manusia dan makhluk disekitarnya. Bila harus mendatangkan air dari laut, tentunya selain mahal dan lama, juga dibutuhkan teknologi tinggi untuk mentawarkan air laut tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah sampel air dari sungai yang diteliti sudah tercemar 2. Apakah sungai tersebut masih layak digunakan oleh masyarakat sekitar

1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui kualitas air sungai di suatu daerah perairan.

1.4 Waktu dan Lokasi Praktikum dilakukan pada hari sabtu 29 Oktober 2011 yang bertempat di Cikuda, Sumedang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (Irfan Alwi,2011). Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis (tergenang) seperti danau. Perairan ini dapat merupakan perairan tawar, payau, maupun asin (laut). Ekologi adalah ilmu mengenai hubungan organisme dengan lingkungannya mempelajari hubungan antara tempat hidup organisme dan interaksi mereka dengan lingkungan secara alami atau linkungan yang sedang berkembang. Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan organime dengan lingkungan perairan (Anonim,2011). Berdasarkan pertimbangan beberapa kondisi dasar ekologi, Desanto (1978), Odum (1988), Ewusie (1990) mengklasifikasikan habitat air tawar menjadi dua tipe, yaitu: 1. Air tergenang, atau habitat lentik (berasal dari kata lenis = tenang) seperti danau, kolam, rawa atau pasir terapung. 2. Air mengalir, atau habitat lotik (berasal dari kata lotus = tercuci) seperti mata air, aliran air atau sungai. Lebih lanjut Odum (1988) mengemukakan bahwa seseorang tidak perlu menjadi ahli, atau mengambil variasi kehidupan yang ada, untuk mengenali perbedaan antara air tenang dan air mengalir. Ewusie (1990) menjelaskan satu perbedaan mendasar antara danau (air diam) dengan sungai (air mengalir) adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat dapat terisi oleh endapan sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sungai terjadi karena airnya sudah ada, sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama masih terdapat air yang mengisinya. Pada umumnya, perbedaan antara aliran air (sungai) dengan air tergenang (kolam) terkait dengan 3 kondisi (Odum, 1988). Yaitu (1) arus adalah faktor yang paling penting

mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air. (2) pertukaran tanah-air relatif lebih ekstensif pada aliran air yang menghasilkan ekosistem yang lebih terbuka dan suatu metabolisme komunitas tipe heterotropik dan (3) tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air, dan stratifikasi termal maupun kimiawi tidak ada atau dapat diabaikan. Ada dua zona utama pada aliran air sungai (Odum,1988), yaitu: 1. Zona air deras: daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus atau organisme ferifitik yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat, dan oleh ikan yang kuat berenang. Zona ini umumnya terdapat pada hulu sungai didaerah pegunungan. 2. Zona air tenang: bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa kasus, plakton. Zona ini banyak dijumpai pada daerah yang landai, misalnya di pantai timur Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, jika pada kolam dan danau zonasi yang menonjol adalah horisontal, tetapi pada sungai (air mengalir) zonasinya secara longitudinal. Jadi didalam danau, zona yang berturut-turut dari tengah ketepian berturut-turut mewakili tingkat geologis yang lebih tua pada proses pengisian danau. Sedangkan pada sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir. Perubahan lebih terlihat pada bagian atas dari aliran air, dan komposisi kimia berubah dengan cepat. Perubahan komposisi komunitas sewajarnya lebih jelas pada kilometer pertama dibandingkan 50 kilometer terakhir (Odum, 1988). Arus merupakan faktor pembatas utama pada aliran deras, tetapi dasar yang keras, terutama bila terdiri dari batu, dapat menyediakan permukaan yang cocok untuk organisme (flora dan fauna) untuk menempel dan melekat. Dasar di air tenang yang lunak dan terusmenerus berubah umumnya membatasi organisme bentik yang lebih kecil sampai bentuk penggali, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat, lebih sesuai untuk plankton dan neuston. Komposisi jenis dari komunitas air deras sewajarnya 100%, berbeda dari zona perairan yang tenang seperti kolam dan danau (Odum, 1988).

Bantaran sungai adalah areal sempadan kiri-kanan sungai yang terkena/terbanjiri luapan air sungai, baik dalam periode waktu yang pendek maupun perioe waktu yang cukup panjang, yang merupakan daerah peralihan (ekoton) antara ekosistem akuatik dengan ekosistem daratan. Sebagai ekoton, darah bantaran sungai memiliki peranan penting antara lain adalah: 1. Menyediakan habitat yang unik untuk biota Keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti: hutan aluvial dan satwa liar. Produktivitas biologi tinggi, seperti: hutan lahan basah, perikanan dan burung. Sumber penyebaran spesies ke tempat lain.

2. Mengatur interparth dynamic Suplai bahan orgamik ke ekosistem akuatik (sungai) Penyimpanan hara untuk aliran permukaan lahan pertanian Mempengaruhi pergerakan serta migrasi burung dan mamalia

3. Indikator dari perubahan hydroklimat Sensitif terhadap external control

4. Mempunyai visual quality yang kuat Menciptakan warna, variasi dan citra yang berbeda (Odum, 1988).

Kualitas air sungai tergantung pada kondisi di daerah hulu dan daerah yang dilewati oleh aliran sungai. Pencemaran yang terjadi di air sungai pasti disebabkan oleh sumber pencemaran di daerah tersebut. Dari daerah tangkapan hujan dan daerah hulu, pencemaran dapat berasal dari humus di hutan (meningkatkan BOD dan COD, lebih spesifik berupa bahan organik alami), erosi di daerah hutan dan hilir sungai (meningkatkan kandungan padatan dalam air), pengalihan lahan hutan ke pertanian (menigkatkan kandungan pestisida dalam air), dan sebagainya. Dari daerah di sepanjang aliran sungai, pencemaran berasal dari pembuangan air limbah domestik, limbah pertanian, dan limbah industri (Faisal, 2011).

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Ekman grab DO meter Jala surber PH meter Plankton net SCT meter Secchi disk

3.2 Prosedur Kerja Prosedur pengambilan DO dan DO5


1. Botol winkler yang berisi sampel air + 1 ml MNSO4 50% + 1 ml reagen O2, setelah

dikocok dan didiamkan 15 menit terdapat gumpalan-gumpalan.


2. Botol winkler berisi sampel air yang sudah terbentuk endapan, diberi penambahan 12

ml H2SO4 pekat, lalu dikocok hingga larut dan terjadi perubahan warna menjadi orange bening.
3. 50 ml sampel dari botol winkler dimasukkan kedalam erlenmeyer untuk dititrasi. 4. Sampel air dititrasi dengan larutan standar Na-thiosulfat 0.01 N sampai berwarna

kuning muda.
5. Setelah ditambah amilum beberapa tetes, sampel dititrasi kembali hingga berubah

warna menjadi ungu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Parameter Fisika-Kimia Ulangan Stasiun 1 25 cm 24 cm 250C 2m/3.3s 7.9 75% 0 8.05 mg/L 1.59 mg/L 17.6 mg/L 85.4 mg/L Pasir,kerikil 6.52 mg/L 2.34 m3/s Stasiun 2 42 cm 28 cm 250C 2m/3.3s 7.88 85% 0 7.90 mg/L 1.59 mg/L 13.2 mg/L 109.8 mg/L Pasir,kerikil 6.6 mg/L 2.34 m3/s Stasiun 3 50 cm 35 cm 250C 2m/3.3s 7.94 79% 0 8.90 mg/L 1.49 mg/L 13.2 mg/L 97.6 mg/L Pasir,kerikil 6.22 mg/L 2.34 m3/s 39 cm 29 cm 250C 2m/3.3s 7.94 79.67% 0 8.28 mg/L 1.54 mg/L 14.67 mg/L 97.6 mg/L Pasir,kerikil 6.45 mg/L 2.34 m3/s Rata-rata

NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9 10. 11. 12. 13. 14.

Parameter Kedalaman (m) Kecerahan (m) Suhu air (0C) Kecepatan arus (m/detik2) pH DHL Salinitas DO BOD CO2 HCO3Tipe substrat DO5 Debit air (m/detik)

Parameter Biologi a. Benthos Jumlah Ulangan 1 2 3

NO.

Species

Gambar

Melanoides granifer

186

92

178

Melanoides maculata

13

11

Lymnea sp.

21

Corbicula fluminea 4 3 2 8

Paratelphusa sp.

Belamya javanica

b. Plankton Jumlah/Ulangan 1 2 3

NO.

SPECIES

GAMBAR

KET

TP 1 Tabellaria sp. 1 P = 40X 11 2 TP 3 3 TP 2

TP 1 Staurastrum sp. 2 P = 40X 2 1 TP 3 TP 2

TP 1 Audouinella sp. 3 P = 40X 1 1 TP 3 TP 1 Agmenellum sp. 4 P = 40X 5 TP 3 10 1 TP 2 TP 2

Zooplankton A 5 P = 100X 2

TP 1 TP 2 TP 3

Ulothrix sp. 6 P = 100X

3 3 5 3 10

3 4 8

TP 1 TP 2 TP 3 TP 1

Diaptomus sp. 7 P = 100X 1 2

TP 2 TP 3

Fitoplankton A 8 P = 100X 1

TP 1 TP 2 TP 3

Spirogyra sp P = 100X 9 2 7 3 6 6 5 2 TP 1 TP 2 TP 3

Indeks Diversitas Simpson

D=

D = 0.22852 I=1D I = 1 0.22852 = 0.77

Indeks Saprobik X= X = 6/6 = 1 (polisaprobik)

Indeks Kesamaan S=

Pengulangan 1 dan Pengulangan 2 S1 = 26.08 % Pengulangan 1 dan Pengulangan 3 S2 = 22.22 % Pengulangan 2 dan Pengulangan 3 S3 = 2.19 %

Indeks Diversitas Shanon-Wiener H = H = = 0 (tercemar berat) Indeks Kesamaan a. Pengulangan 1 dan Pengulangan 2 S1 = 0.74 % b. Pengulangan 1 dan Pengulangan 3 S2 = 0.92 % c. Pengulangan 2 dan Pengulangan 3 S3 = 1.009 %

4.2 Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai di suatu daerah perairan. Praktikum dilakukan di sungai Cikuda-Sumedang, dimulai pada pukul 07.30 hari sabtu tanggal 29 Oktober 2011. Praktikan terbagi menjadi beberapa kelompok, dengan titik pengamatan yang berbeda-beda, hal ini bertujuan agar pengamatan tidak tertuju pada satu titik saja serta lebih memudahkan dalam penelitian. Pada saat penelitian, keadaan fisik sumber air keruh dan berwarna cokelat pekat, temperatur udaranya 260C dan temperatur airnya 250C. Lokasi berada tepat di daerah yang dekat dengan pesawahan, pemukiman penduduk dan MCK. Dengan pinggiran bebatuan, dasar sungai membentuk seperti cekungan serta substratnya berpasir dan berkerikil. Tipe substrat ini berpengaruh pada jenis biota yang hidup, terutama benthos. Parameter yang menjadi acuan dalam penelitian ini meliputi 3 parameter, yaitu parameter biologi, fisika dan kimia perairan. Dalam praktikum ini, dengan menggunakan parameter biologi biota perairan yang diambil/diamati adalah benthos dan plankton. Dilihat dari parameter biologi didapatkan 6 species benthos disekitar sungai dan pada setiap pengulangan, jumlahnya berubah-ubah. Secara kualitatif, kondisi lingkungan secara biologis ditentukan dengan nilai keragaman (Diversitas). Digunakanlah Indeks Diversitas Shannon-Wiener untuk mengetahui

keanekaragaman jenis biota perairan, indeks Shannon-Wiener ini biasanya untuk makroinvertebrata seperti benthos. Nilai Indeks Diversitas Shannon-Wiener dari hasil penelitian adalah sebesar 0, ini menunjukkan bahwa sumber air yang diteliti tercemar berat. Tinggi-rendahnya kelimpahan individu tiap jenis dapat digunakan untuk menilai suatu kualitas perairan. Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi. Dilihat dari parameter biologi pula, didapatkan 9 species plankton. Hasil perhitungan Indeks Diversitas Simpson (indeks diversitas ini biasanya digunakan untuk plankton), nilainya sebesar D = 0.22852 dan I = 0.77 dan nilai ini menunjukkan bahwa perairan tercemar sedang. Menurut (Odum, 1971) Apabila Nilai Indeks Diversitas Simpson berada diantara 0.6 - 0.8 maka dapat dikatakan bahwa tingkat pencemaran perairannya tercemar sedang. Dengan anggapan bahwa nilai Diversitas Simpson yang lebih besar dari 0.6 merupakan ekosistem yang belum mengalami pencemaran oleh bahan organik. Didapatkan pula indeks Saprobiknya, dengan mengetahui Indeks Saprobik ini bertujuan untuk melakukan penaksiran kualitas air secara biologis, dengan asumsi bahwa perubahan yang terjadi

terutama disebabkan oleh zat pencemar organik. Berdasarkan hasil, nilai tingkat Saprobitasnya adalah 1 dan termasuk kedalam kelompok organisme Polisaprobik. Menurut (Dresscher & Mark, 1976) apabila fase saprobiknya berada pada fase Polisaprobik, maka derajat pencemarannya sangat tinggi dan beban pencemarannya terdapat banyak senyawa organik didalamnya. Apabila dilihat dari parameter fisika perairan, dengan menggunakan lempeng secchi ratarata kedalaman sungai mencapai 39 cm, tingkat kecerahannya sebesar 29 cm, suhu air dan udara stabil antara 25 - 260C menggunakan termometer . Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dan proses metabolisme. Sedangkan suhu udara menunjukkan kondisi lingkungan sekitar pada saat pengamatan. Debit air pada saat pengamatan mencapai 2.34 m/s serta konuktivitas (daya hantar listrik) rata-ratanya 79.67% , pengukuran konduktivitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik yang dipengaruhi oleh salinitas. Sedangkan nilai salinitasnya adalah 0, nilai salinitas ini menunjukkan kadar garam pada suatu ekosistem perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda antara ekosistem air tawar dan air asin. Dapat disimpulkan bahwa perairan yang diteliti merupakan perairan air tawar karena memiliki nilai salinitasnya = 0.pengukuran konduktivitas dan salinitas ini dengan menggunakan alat yang bernama SCT meter. Parameter yang terakhir adalah parameter kimia. Parameter ini pun menunjang beberapa parameter sebelumnya serta menjadi ciri pembeda beberapa macam ekosistem perairan. Yang pertama diukur adalah pH, berdasarkan hasil rata-rata pH nya adalah 7.94 (bersifat basa). pengukuran pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan, serta konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan sekitar. Apabila pH asam maka bersifat korosif. Selanjutnya adalah pengukuran DO (Dissolved Oxygen) yang menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam suatu ekosistem perairan, dari hasil didapatkan nilai DO sebesar 8.28 mg/L. Dengan kata lain, oksigen yang terlarut dalam sumber perairan yang diteliti adalah 8.28 mg setiap Liter airnya. Pengukuran menggunakan alat DO meter. Kemudian nilai BOD nya sebesar 1.54 mg/L, yang nenunjukkan bahwa banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi organik adalah sebesar 1.54 mg setiap Liternya. Kadar CO2 rata-ratanya sebanyak 14.67 mg/L dan kadar HCO3- rata-ratanya sebesar 97.6 mg/L. Proporsi kadar karbon tersebut sangat berkaitan dengan nilai Ph lingkungan sekitar pengamatan.

BAB V KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa: Sumber air yang diteliti merupakan perairan air tawar dengan nilai salinitas 0. Sumber air yang diteliti memiliki tingkat pencemaran tinggi apabila dilihat dari Indeks Diversitas Shannon-Wiener dan tercemar sedang jika dilihat dari Indeks Diversitas Simpson. Penyebab pencemarannya dapat disimpulkan dari bahan-bahan kimia seperti insektisida serta limbah rumah tangga seperti detergen, dll. Dikarenakan sumber perairan yang diamati dekat dengan sawah dan rumah penduduk.

Anda mungkin juga menyukai