Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Air adalah zat kimia atau senyawa kimia yang berguna bagi seluruh bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi. Air menutupi hampir 70% permukaan bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar
terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak
gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau,
uap air, dan lautan es. Air dalam obyek obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff,
meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan
manusia. Manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan memerlukan air untuk hidup. Tenaga
air mempunyai arti ekonomi yang besar. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada
satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 °C). (Stiling,
2012).

B. Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang khas. Air merupakan sumberdaya alam yang
berlimpah di muka bumi, menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara
keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98% terdapat di samudera dan laut dan hanya 2%
yang merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Di antara air
tawar yang ada tersebut, 87% di antaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah,
dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan sungai. (Effendi, 2003).
1. Karakteristik fisik air:

a. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan
industri.

b. Temperatur

Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.

Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak

sedap akibat degradasi anaerobic yang mungkin saja terjadi.

c. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan

tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta

tumbuh-tumbuhan.

d. Solid (zat padat)

Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan

turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar

matahari kedalam air.

e. Bau dan rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga

serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan

oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

2. Karakteristik kimia air:

a. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan

efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk

molekuler, yang disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

b. DO (dissolved oxygen)

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan

absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air

semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.

c. BOD (biological oxygen demand)

BOD adalah banyaknya oksigen dan ppm atau miligram/liter (mg/l) yang

dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik

(zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan

COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air

penerima.

d. COD (chemical oxygent demand)

COD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau miligram/liter (mg/l) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Reaksi: + 95% terurai

Zat Organik + O2 → CO2 + H2O

e. Kesadahan

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian sabun,

namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian

untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam

air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya
kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

f. Senyawa-senyawa kimia yang beracun

Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun

terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l).

Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan

bau logam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh

oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.

Pengertian Air Limbah

Air limbah adalah air yang tidak bersih / mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan manusia atau hewan. Lazimnya muncul akibathasil perbuatan
manusia (termasuk industrilisasi). Sisa air yang dibuang berasaldari rumah tangga, industri,
maupun tempat umum lainnya. Dan pada umumnyamengandung bahan-bahan/ zat-zat yang
dapat membahayakan bagi manusia sertamenganggu lingkungan hidup. Merupakan
kombinasi dari aliran sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan,
perkantoran atau industri bersama-sama dengan air tanah. Selain itu air perumahan dan air
hujan yang mungkin ada(haryoto, 2001).

Jadi air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia baik kegiatanrumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.Pembuangan air limbah
baik yang bersumber dari kegiatan rumah tangga maupunindustri ke sungai dapat
menyebabkan terjadinanya penurunan mutu atau kualitas pada air.

2.2. Pengertian Filtrasi

Filtrasi adalah suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairandengan
melewatkan umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring. Prosesfiltarsi banyak
dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-kristal garam
dari cairan induknya, pabrik kertas dan lain-lain.Untuk semua proses filtrasi, umpan mengalir
disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda tekanan, sebagai contoh adalah akibat
gravitasi atau tenaga putar.Secara umum filtrasi dilakukan bila jumlah padatan dalam
suspensi relatif lebihkecil dibandingkan zat cairnya. (Oxtoby, 2001).
C. .3. Prinsip Kerja Filtrasi
D. Filtrasi dengan aliran vertikal dilakukan dengan membagi limbah ke beberapa filter
bed (2 atau 3 unit) secara bergantian. Pembagian limbah secara bergantian tersebut
dilakukan dengan pengaturan klep (dosing)dan untuk itu perludilakukan oleh
operator. Karena perlu dilakukan pembagian secara bergantiantersebut, pengoperasian
sistem ini rumit hingga tidak praktis. Filtrasi denganaliran horizontal dilakukan
dengan mengalirkan limbah melewati media filtersecara horizontal. Cara ini
sederhana dan praktis tidak membutuhkan perawatan,khususnya bila di desain dan
dibangun dengan baik. Filtrasi dengan aliran vertikaldan horizontal mempunyai
prinsip kerja yang berbeda. Filtrasi horizontal secara permanen terendam oleh air
limbah dan proses yang terjadi adalah sebagianaerobik dan sebagian anaerobik.
Sedangkan pada filtrasi vertikal, proses yangterjadi cenderung anaerobik (Oxtoby,
2001).

Fungsi dari proses filtrasi:

1. Menghilangkan partikulat atau koloid yang tidak mengendap setelah

dilakukan penggumpalan baik secara kimia maupun biologi.

2. Menurunkan padatan tersuspensi, kekeruhan, BOD, COD, fosfor dan sebagainya.

3. Menghemat penggunaan karbon aktif.

Menurut (Asmadi, 2011) proses yang terjadi pada filter

adalah :

1) Penyaringan mekanis

Proses ini dapat terjadi pada filter cepat maupun

lambat. Media yang digunakan dalam filtrasi adalah pasir

yang mempunyai pori-pori yang cukup kecil. Dengan

demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butiran

lebih besar dari pori-pori media tertahan.


2) Pengendapan

Proses ini hanya dapat terjadi pada filter lambat. Ruang

anatar butir berfungsi sebagai bak pengendap kecil.

Partikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil sekalipun,

koloidal, dan beberapa macam bakteri akan mengendap

dalam ruang antar butir dan melekat pada butir pasir efek

fisika ( adsorbsi).

3) Biological action

Proses ini hanya dapat terjadi pada filter saringan

lamabat. Suspense-suspensi yang terdapat di dadalam air

mengandung organisme-organisme seperti alga dan

plankton yang merupakan bahan makanan bagi jenis-jenis

mikroorganisme tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses filtrasi

Menurut Kusnaedi (2010), faktor yang mempengaruhi proses

filtrasi antara lain:

a. Debit

Debit aliran adalah laju aliran ( dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang persatuan waktu. Dalam system satuan besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik(m3/dt). Bila kecepatan aliran dan debit air meningkat
maka efektifitas

penyaringan akan semakin turun. Kecepatan aliran air dan debit air

akan mempengaruhi kejenuhan. Debit airakan mempengaruhi


kejenuhan. Debit yang lebih banyak karena waktu kontak air dalam

media lebih lama.

b. Ketebalan media

Ketebalaln media adalah angka untuk ketebalan media filtrasi

yang digunakan untuk pasir. Pada filter dengan media penyarigan

tunggal atau ganda sering kali ada lapisan penyangga pada lantai dasar

struktur filter ( Asmadi, 2011).

c. Waktu kontak

Waktu kontak adalah waktu yang diperlukan untuk kontak dengan

media atau waktu selama proses pengolahan. Waktu yang digunakan

mempengaruhi hasil di filtrasi, semakin baik hasil yang dilakukan

dalam pengolahan tersebut. Menurut (Rahmawati, 2016), lama

kontak yang di perlukan untuk filtrasi adalah 40 menit dengan nilai

efektifitas 90 %.

Sedangkan menurut Widyastuti (2011) faktor yang mempengaruhi

proses filtrasi meliputi :

1) Kualitas air baku, semakin baik kualitas air baku yang diolah maka

akan baik pula hasil penyaringan yang diperoleh.

23

2) Suhu, suhu yang baik yaitu antara 20-30oC, temperatur akan

mempengaruhi kecepatan reaksi-reaksi kimia.

3) Diameter butiran, secara umum kualitas effluent yang dihasilkan

akan lebih baik bila lapisan saringan pasir terdiri dari butiran halus.
Jika diameter butiran yang digunakan kecil maka terbentuk juga

kecil. Hal ini akan meningkatkan efisiensi penyaringan

E. Media Filter

Bagian filter yang berperan penting dalam melakukan penyaringan adalah media filter.
Media Filter dapat tersusun dari pasir silika alami, anthrasit, atau pasir garnet. Media ini
umumnya memiliki variasi dalam ukuran, bentuk dan komposisi kimia. Proses pengolahan
pasir kuarsa tergantung kepada kegunaan serta persyaratan yang dibutuhkan baik sebagai
bahan baku maupun untuk langsung digunakan. Untuk memperoleh spesifikasi yang
dibutuhkan dilakukan upaya pencucian untuk menghilangkan senyawa pengotor. Pasir kuarsa
juga sering digunakan untuk pengolahan air kotor menjadi air bersih. Fungsi ini baik untuk
menghilangkan sifat fisiknya, seperti kekeruhan, atau lumpur dan bau. Pasir kuarsa umumnya
digunakan sebagai saringan pada tahap awal.

F. Granula Media Filter

Berbutiran (granular) adalah keadaan permukaan atau massa benda yang unsur-unsurnya
berupa serbuk-seruk membulat yang halus. Filter Granular disebut filter mendalam karena
partikulat dalam air menembus ke dalam filter serta tertangkap di permukaan. Bagian bawah
saringan terdiri dari dukungan media dan sistem pengumpulan air. Media dukungan ini
dirancang untuk menjaga media penyaringan (pasir, batu bara, dll) dalam filter dan mencegah
dari keluarnya dengan air yang disaring. Lapisan gradasi kerikil (besar di bawah, kecil di
atas) secara tradisional telah digunakan untuk mendukung. Dalam filter konvensional,  air
mengandung padatan tersuspensi diterapkan pada bagian atas filter. Sebagai bahan
terakumulasi dalam celah media granular, yang makin lama makin banyak padatan
tersuspensi sehingga tidak dapat lagi menyaring dengan baik, filtrasi dihentikan dan filter
dibersihkan. Filter dibersihkan oleh backwashing, yaitu air bersih dipompa mundur melalui
saringan.

Daftar pustaka:
Abduh, I. M. N. (2018). Ilmu dan rekayasa lingkungan (Vol. 1). SAH MEDIA.
Asmadi, Khayan, Subaris Heru K. (2011). Teknologi Pengolahan Air
Minum.Yogyakarta: Dosyen Publishing.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius : Jakarta.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta : Penebar Swadaya.

Oxtoby, David. W. 2011. KIMIA MODERN. Jakarta : Erlangga.

Rahmawati, J. O., & Nurhayati, I. (2016). Pengaruh Jenis Media Filtrasi Kualitas Air Sumur
Gali. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 14(2), 32-38.
Widyastuti, S., & Sari, A. S. (2011). Kinerja Pengolahan Air Bersih dengan Proses Filtrasi dalam
Mereduksi Kesadahan. WAKTU: Jurnal Teknik UNIPA, 9(1), 43-54.

Anda mungkin juga menyukai