PENDAHULUAN
1.1
16
17
5)
6)
7)
8)
mg/l).
Dengan
mengetahui nilai K untuk suatu sampel
air tertentu, pengukuran konduktivitas air
dapat dipakai untuk memperkirakan
jumlah TDS secara cepat dan mudah.
Parameter pH. Tingkat asiditas atau
alkalinitas
suatu
sampel
diukur
berdasarkan skala pH yang dapat
menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
dalam larutan tersebut. Skala pH
mempunyai rentang 0 14, dengan nilai
7 sebagai pH netral, di bawah 7 larutan
disebut asam sedangkan di atas 7
larutan disebut basa. Reaksi kimia
banyak dikendalikan oleh nilai pH dan
demikian pula aktivitas biologi yang
biasanya dibatasi oleh rentang pH yang
sangat sempit (pH antara 6 8). Air
yang terlalu asam atau basa tidak
dikehendaki oleh karena akan bersifat
korosif atau kemungkinan akan sulit
diolah.
Parameter
Oxidation
Reduction
Potential(ORP). Dalam setiap sistem
yang sedang melangsungkan proses
oksidasi, akan terjadi perubahan yang
terus menerus rasio antara material
dalam bentuk tereduksi dan material
yang
teroksidasi.
Dalam
situasi
semacam itu, potensial yang diperlukan
untuk mentranfer elektron-elektron dari
oksidator ke reduktor dinyatakan sebagai
18
9)
10)
11)
12)
ORP.
Pengalaman-pengalaman
operasional suatu sistem menunjukkan
bahwa nilai ORP dapat dijadikan
indikator kritis bagi beberapa reaksi
oksidasi. Misalnya reaksi dalam proses
aerobik menunjukkan nilai ORP lebih
besar dari 200 mv, sedangkan reaksi
anaerobik terjadi pada nilai ORP
dibawah 50 mv.
Parameter
Alkalinitas.
Alkalinitas
disebabkan oleh hadirnya bikarbonat
(HCO3), karbonat (CO3-), atau hidroksida
(OH-), maka air dikatakan mempunyai
alkalinitas. Pada umumnya alkalinitas
disebabkan oleh bikarbonat yang berasal
dari larutnya batu kapur dalam air tanah.
Alkalinitas sangat berguna dalam air
maupun air limbah, karena dapat
memberikan buffer untuk menahan
perubahan pH.
Parameter Asiditas. Air alam dan air
limbah
rumah
tangga
umumnya
mempunyai buffer dalam bentuk sistem
CO2-HCO3, asam karbonat, H2CO3 tidak
bisa dinetralkan secara sempurna
sampai pada pH 8,2 dan tidak akan
menahan perubahan pH dibawah 4,5,
sehingga asiditas CO2 akan terjadi
rentang pH antara 8,2 4,5, sedangkan
asiditas dari mineral (hampir semuanya
akibat dari limbah industri) terjadi
dibawah 4,5, seperti alkalinitas, asiditas
juga dinyatakan dalam mg/l CaCO3.
Parameter Kesadahan. Kesadahan
adalah sifat air yang dapat mencegah
pembentukan busa dalam pemakaian
sabun dan dapat menimbulkan kerak
dalam
peralatan-peralatan
yang
berhubungan dengan pemakaian air
panas. Kesadahan terutama disebabkan
oleh ion-ion Ca++dan Mg++, walaupun
sebenarnya Fe++ dan Cr++ juga
menimbulkan
kesadahan.
Hadirnya
kesadahan biasanya dikaitkan dengan
HCO3-, SO42-, Cl-, dan NO3-. Kesadahan
tidak membahayakan kesehatan, namun
sangat
merugikan,
yaitu
dapat
mengakibatkan
pemborosan
dalam
pemakaian sabun dan pemakaian bahan
bakar pemanas air serta kerusakan
peralatan yang menggunakan air panas.
Kesadahan dinyatakan dengan satuan
mg/l CaCO3 dan dibagi dalam dua
macam, yaitu kesadahan karbonat (metal
dengan HCO3-) dan Kesadahan non
karbonat (metal dengan SO 42-, Cl-, dan
NO3-).
Parameter Oksigen Terlarut. Oksigen
adalah elemen yang paling penting
dalam
pengendalian
kualitas
air.
19
PENCEMARAN AIR
2.1
Definisi
20
Disentri
21
Kholera
4.1
Nitrat
Hepatitis A
4.2
Fluorida
22
Kadmium
Selenium
Trihalomethan
23
5.1
Pencegahan
STRATEGI PENANGULANGAN
6.1
24
Baku Mutu
25
6.6
Kelembagaan
6.7
26
Produksi Bersih
27
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Abel. P.D. 1989. Water Pollution Biology, Ellis
Horwood Limited, Chichester, West Sussex,
England.
2. Alaerts, G. Dan Santika, S.S. 1987. Metode
Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
3. Brault, J.L. 1991. Water Treatment Handbook.
6 th edition. Volume I dan II. Degremont.
Lavoiser Publishing. Paris.
4. Djoko Pitono, 2003, Sumbangan Brantas
Untuk Pembangunan Berkelanjutan, disajikan
dalam
Seminar
Sistem
Monitoring
Pencemaran
Lingkungan
Sungai
dan
Teknologi Pengelolaannya, Hotel Panghegar,
Bandung, 8-9 Juli 2003,
Penyelenggara
PPET, LIPI.
5. Gabriel
Bitton.
1994.
Wastewater
Microbiology, A John Wiley & Sons, INC.,
New York.
28
6. Gordon
Culp.
1984.
Trihalomethane
Reduction in Drinking Water. Technologies,
Cost, Effectiveness, Monitoring, Compliance.
Noyes Publications. New Yersey. USA. 251
Hal.
7. Lay. B.W. dan Hastowo .S. 1994. Analisis
Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
8. Manahan,
S.E.
1994.
Environmental
Chemistry. 6 th Edition. Lewis Publishers.
Boca Raton, Florida. 810 hal.
9. MetCalf dan Eddy. 2003. Waste Water
Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse.
4
th
Edition,
Revised
by
George
Tchobanoglous and Franklin. L. Burton. Mc
Graw Hill. New York. 1334 Hal.
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun
2005
tentang
Pengembangan
Sistem
Penyediaan Air Minum.
11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
12. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
13. PP nomor 19 Tahun 1994 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
14. Saeni, N.S.1989. Kimia Lingkungan. Dep.
P&K. Ditjen Dikti. PAU ilmu Hayat IPB,
Bogor.22 p.
15. Sawyer. C.N. dan McCarty. P.L. 1989.
Chemistry For Environmental Engineering,
International edition, McGraw-Hill Book,
Singapore.
16. Surat Keputusan Tiga Menteri; Menteri Dalam
Negeri,
Menteri
Kehutanan,
Menteri
Pekerjaan Umum, No. 19 tahun 1984, No.
059/Pkts-II/1984
tentang
Penanganan
Konservasi
Tanah
dalam
Rangka
Pengamanan Daerah Aliran Sungai Prioritas.
17. Sutopo Purwo Nugroho, 2002, Pengelolaan
DAS
dan
Sumberdaya
Air
yang
Berkelanjutan, Peluang dan Tantangan
Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia,
hal 165.
18. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
19. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air.
20. Viessman. W. Jr. dan Hammer. M.J. 1985.
Water Supply and Pollution Control. 4th
Editon. Harper and Row Publishers. New
York. 796 hal.
21. Wisnuprapto dan Mohajit. 1992. Prinsip Dasar
Pengendalian
Pencemaran
Air.
PAU.
Bioteknologi ITB, Bandung.
22. Yuli. S. Slamet. 1996. Kesehatan Lingkungan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
225 hal.
29