Skripsi
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
i
ii
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Dalam Air
Dan Saringan Pasir Cepat ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula
salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, dan para
sahabatnya beliau.
rintangan dan hambatan yang penulis jumpai, sehingga disadari sepenuhnya bahwa
skripsi ini tidak mungkin tersusun tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan dan dukungan. Terimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada kedua
orang tua tercinta, ayahanda La Jia, S.pd.I, MM.Pub dan ibunda Tintin Sulianti
atas limpahan cinta, kasih sayang, doa restu serta dukungan moril dan materi yang tak
berhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan studi dengan baik tidak lupa pula
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. La Aba, S.Si., M.Si selaku
pembimbing I dan Bapak Dr. La Ode Ahmad Nur Ramadhan, M.Si selaku
pembimbing II atas kesabaran dalam bimbingan serta memberikan ilmu yang begitu
iii
iv
berharga kepada penulis selama ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
4. Bapak, Dr. Muh. Zamrun F, S.Si, M.Si, M.Sc, Bapak Dr. Eng. La Agusu, S.Si.,
M.Si & Ibu Wa Ode Sitti Ilmawati, S.Si., M.Sc selaku Penguji, yang telah
5. Bapak Dr. Ida Usman, S.Si, M.Si selaku penasehat akademik, yang telah
di Jurusan Fisika, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu yang
sangat berharga.
8. Bapak Rahmat Hasan, A.md selaku laboran Laboratorium Biologi Unit Forensic
dan Biomolekuler FMIPA UHO yang telah membimbing penulis saat melakukan
penelitian.
9. Kepada Bapak Arsip dan keluarga yang sudah mengizinkan penulis untuk
iv
v
tercinta Ridwan Jayanto, S.SI, Tias Rahayu, SE (Ipar Penulis), Putra Adi Irawan,
S. ST., M.Si., WD. Vivi Nursalam S.Kep, Ns (Ipar Penulis), Rini Mulyasari
A.Md kep, Johan Satari, A.Md (Ipar Penulis), WD. Vivi Nursalam S.Kep, Ns
(Ipar Penulis), adik-adik tersayang Citra Purnama Sari, Ade Rahmad Syah dan
Isah Lendri Pratiwi, ponakan tersayang Aldaiyah Ramadhani Ridwan dan Ravael
Abdilah Johan dan Az Zahra Dwi Salsabilah Johan seluruh keluarga besarku
11. Terkhusus sahabat-sahabat Sitti Nurtina, S.Pd, Vivi Fitriani, A.Md kep, Sri
Rahayu Kusmen, S.KM, Aspopik, S.SI., La Ode Anwar, dan Wa ode Yusmin
12. Sahabat-sahabat seperjuangan : Irma, S.Si, Vita, S.Si, Rina, Syahrul Ramadhan,
Hasaruddin Dg Kulle, ST, Andi Gustidar, Niluh Fristya dan Zulfawati Syamsul,
ST.
13. Rekan-rekan Fisika angkatan 2010 FMIPA UHO : Reflianis Munandar S.Si,
Nurfitri S.Si, Bahrin S.Si, Epitahestirosihan S.Si, Desi Dwiyana Rivai S.Si, Sitti
Nur Ashira S.Si,Vita Nurlaela S.Si, Zulkaidah S.Si, Dewi Purnamasari, Kinanti,
Kusumastia S.Si, Ferdi Pere, Ermawati S.Si, Heryanto S.Si, Risna dan Mucdasir
14. Kepada senior Fisika angkatan 2006-2009, junior Fisika angkatan 2011, Rahmat,
S.Si, Hayrudin Samir, Umy Kaltsum, Ristiar Riwasa, Trisnawati, Ita Kurniasih,
v
vi
Munita, Resky Amalia, Jumiati Arsyad, Aslan, Aqidah, Justina, Fina serta
15. Teman-teman asrama Belqis dan putri anisa (Mbak Erni, Nurhaida. SP, Eka
Darwis dan kak Fatahilah SH), asrama Tersanjung II (La Ode Hermin S.Sos,
Rolan Julius, S.Pd., Syahril A.md, Muh. Haedir S.Kom, Suardi, Takdir S.Sos,
Jamal, Erik, Putri, Rafidawati, Oci, Akram, Ida, Arfan, Ayu, Aan, Lisna SE,
Salihin, Asrul, Adi, Nur, Asruddin S.kep, Firman dan Ramadhan), asrama
Rahma (Nisa Ulhusna, Marlina, Sri Kumala, WD. Sitti Ramadhani, Vidia
Mhuzra, Asmi Narti, Falel Gareza, Salim, Fatma, Iking, Ito, dan Padli).
17. Teman-teman seperjuangan selama KKN di Desa Tetembuta 2014 Kec. Dangia,
Kolaka Timur (Roni Irpangki S.KM, Warti,S.Pd. Wd. Diana, S.Pd., Harmida,
S.Pd, Nagasari, LM. Hasra Hasba, Wahyuni Amir, S.Pd., Wd. Irmasari, SE, Bai
Sarmiati S.Si, LM. Ramadhan, S.Pd, Andi Erfiansyah, S. Farm. Erna, Widia, dan
18. Terkhusus untuk Assir Arafat, S.Pd yang telah memberikan semangat, motivasi,
bantuan moril dan materil, waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam
vi
vii
Penulis memohon maaf serta mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca, guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
hasil tugas akhir ini dapat memberikan faedah bagi semua pihak, khususnya bagi
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR GRAFIK xii
ABSTRAK xiii
ABSTRACT xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 5
C. Rumusan Masalah 5
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaat Penelitian 6
viii
ix
D. Desain Reaktor 27
E. Desain Alat Penelitian 27
1. Prosedur kerja 28
2. Diagram Alir 29
3. Langkah-langkah penilitian 30
3.1. Pengambilan Sampel 30
3.2. Pengukuran Sampel Dengan Menggunakan AAS
Hitachi Z 2000 (Spektrofotometer Serapan Atom) 32
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 54
B. Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
LAMPIRAN 59
ix
x
DAFTAR TABEL
x
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
xii
DAFTAR GRAFIK
xii
xiii
Oleh :
CICI INTAN PERMATASARI
F1B1 10 077
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian ini mengenai pengolahan air sumur gali dengan
metode aerasi-filtrasi menggunakan aerator sembur/spray dan saringan pasir cepat
untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan Mangan (Mn). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penurunan kadar Fe, kadar Mn, bau, rasa dan kekeruhan setelah
dilakukan pengolahan aerasi-filtrasi dengan menggunakan aerator sembur dan
saringan pasir cepat. Pengukuran sampel awal air sumur gali untuk penentuan kadar
Fe dan Mn dengan metode Spektroskopi Serapan Atom menghasilkan kadar logam
Fe sebesar 0,95 mg/L dan untuk kadar Mn sebesar 0,68 mg/L. Penurunan kadar Fe
dan Mn pada metode aerasi-filtrasi dengan variasi jumlah semburan (4, 6 dan 9)
selama masing-masing 2 jam yang menghasilkan kadar Fe yang efisien sebesar 0,43
mg/L dan 0,16 mg/L setelah difiltrasi, untuk kadar Mn menghasilkan sebesar 0,39
mg/L dan 0,026 mg/L setelah filtrasi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa
konsentrasi Fe dan Mn sudah berada di bawah nilai ambang batas baku mutu
Permenkes No. 492/Menkes/IV/2010 yaitu 0,3 mg/L untuk besi (Fe) dan 0,4
untuk mangan (Mn). Efektivitas pengolahan pada metode aerasi-filtrasi kadar Fe
menghasilkan persentase sebesar 83,15% dan kadar Mn sebesar 96,13%. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan air sumur gali dengan metode
aerasi-filtrasi menggunakan aerator sembur dan saringan pasir cepat berhasil
menurunkan kadar Fe dan kadar Mn pada air sumur gali.
Kata kunci: Aerasi-filtrasi, Aerator Sembur, air sumur gali, kadar Fe dan Mn.
xiii
xiv
By :
CICI INTAN PERMATASARI
F1B1 10 077
ABSTRACT
Study on dug wells water treatment with aeration-filtration method using sprayed
aerator and Fast sand filter to reduce iron (Fe) and manganese (Mn) concentration
was carried out. The aim of study is to determine the reduction of iron and manganese
concentration, odor, taste, and turbidity after aeration-filtration processing using
sprayed aerator spray and Fast sand filter. Determination of Fe and Mn concentration
was conducted by means of Atomic Absorption Specrofotometry (AAS) method.
Result of analysis shows that metal concentration ion of initial sample water before
treatment are 0.95 mg /L for Fe and 0.68 mg /L for Mn. The reduction of Fe and Mn
in aeration-filtration method with spray variation amount (4, 6 and 9) for each 2 hours
are efectivelly reduce iron concentration to 0.43 mg/L and 0.16 mg/L after filtrated. It
was also decrease Mn concentration to 0.39 mg/L and 0,026 mg/L after filtration,
respectively. These concentration value are still under threshold value according to
quality standard of Health Minister (Permenkes) No.492/Menkes /IV/2010 where
0.3 mg/L of iron (Fe) and 0.4 for manganese (Mn).The results of research indicate
that the effectivity of water treatment are 83.15% for Fe and 96.13% for Mn,
respectivelly. The treatment of dug wells water with aeration-filtration method using
sprayed aerator and Fast sand filter are effective to reduce Fe and Mn concentration.
xiv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pangan dan aktivitas penduduk selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air.
Tuntutan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan
(Priyanto, 2001)
mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya
serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat
Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga, perkotaan, industri dan perikanan. Dengan
demikian hendaknya dilakukan suatu perencanaan yang tepat agar kebutuhan air
dapat terpenuhi. Khusus kebutuhan air bersih diperlukan pengkajian dan perencanaan
unit kebutuhan airnya secara cermat dan teliti, hal ini penting dilakukan karena
kebutuhan air bersih merupakan komponen yang paling tinggi dibutuhkan oleh
masyarakat. Mengingat bahwa sampai pada saat ini kebutuhan air untuk keperluan
sehari-hari masih tergantung dari air tanah dan air permukaan, maka kemungkinan
1
2
terjadinya penurunan kualitas air ini perlu diperhatikan. Sebab suatu saat mungkin
teknologi aerasi-filtrasi dapat mereduksi kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) dapat
utama bagi manusia dalam berbagai kegiatan hidup dapat tersedia air bukan saja
secara kualitas, tetapi kuantitas dan kontinyuitas. Salah satu dari kebutuhan esensi
mengkomsumsi air berasal dari sumur gali. Semakin banyak air tersedia dan dengan
kualitas air yang lebih baik, akan lebih cepat dan lebih meningkatkan kemajuan
yang ada, dan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi pemecahan permasalahan
kualitas air yang berhubungan dengan kadar bahan terlarut didalamnya. Besarnya
kadar dari bahan tersebut akan menentukan kelayakannya. Untuk mendapatkan air
yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan dari air baku (Mulyaningrum, 1977).
kegunaan air tersebut. Dalam kondisi demikian, maka penggunaan air sebagai sumber
Air sumur merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala
yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan
zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Besi maupun mangan,
2
3
dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam
sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan bergabung
dengan senyawa organik. Cara pengolahannya pun harus disesuaikan dengan bentuk
senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara untuk
menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni dengan
cara oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara
filtrasi kontak, proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya.
Air sering mengandung zat besi (Fe) dan mangan (Mn) cukup besar. Adanya
kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi
mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang tidak enak serta menimbulkan
warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Menurut
Permenkes No.492 tahun 2010 tersebut, kadar Fe dalam air bersih maksimum yang
dibolehkan adalah 0,3 mg/L dan kadar Mn dalam air yang diperbolehkan maksimum
Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan kualitas air bersih yang
secara efektif melalui proses ini demikian pula dengan warna, keruhan, rasa dan bau.
biasanya terdiri dari aerator, bak pengendap serta filter atau penyaring. Aerator adalah
alat untuk mengontakan oksigen dari udara dengan air agar zat besi atau mangan yang
ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri (Fe valensi
3
4
3) serta mangan oksida yang relatif tidak larut di dalam air (Said, 2005). Aerasi
adalah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air.
Penambahan oksigen dilakuan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar
yang tergantung di dalam air, sehingga konsentrasi zat pencemar akan hilang atau
Mangan (Mn) dalam air sumur gali sehingga dapat sesuai dengan standar yang
berlaku. Dilihat dari kondisi yang ada dan penelitian yang telah dilakukan bahwa
penggunaan aerator sembur/spray dan saringan pasir cepat dapat menjadi salah satu
alternatifnya ini di buktikan dari penelitian serupa juga dilakukan oleh Sutrisno
(2010) hasil penelitian didapatkan dengan kadar Fe sebelum dilakukan aerasi secara
removel aerator spray yaitu sebesar 4,056 mg/L selanjutnya setelah dilakukan melalui
proses aerasi removel secara aerator spray yaitu sebesar 1,397. Sedangkan untuk
dengan efisiensi penurunan kadar besi sebesar 1,705-2,83 %, dan untuk aerator
dengan efisiensi penurunan kadar besi sebesar 0,512-0,862% yang kemudian hal ini
didukung dengan adanya penggunaan filter dimana kadar besi dapat diturunkan
sampai 99%. Berdasarkan hasil penelitian (Eko, 2012) menujukan bahwa penggunaan
aerator tangga memberikan hasil yang lebih baik dalam menurunkan kadar Mn air
sumur gali sampai dengan rata-rata 0,02 mg/l, dengan efektivitas sebesar 98,74%.
Aerator gelembung dapat menurunkan kadar Mn air sumur gali dengan rata-rata 0,43
mg/l, dan efektivitas 76,47%. Namun demikian sesuai dengan baku mutu menurut
4
5
Dalam usaha untuk meningkatkan efektifitas pengolahan air sumur gali perlu
metode alternatif melalui penggabungannya metode aerasi filtrasi oleh karena itu
akan dilakukan penelitian tentang pengolahan air sumur gali dengan menggunakan
aerator sembur/spray dan saringan pasir cepat yang merupakan metode aerasi-
filltrasi, untuk menurunkan kadar besi (Fe), mangan (Mn), serta merubah warna,
kekeruhan, bau, dan rasa. Diharapkan dengan penggunaan metode ini dapat
membantu penyediaan air bersih serta dapat memenuhi kebutuhan air bersih.
B. Batasan Masalah
penurunan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) serta merubah warna, kekeruhan, bau,
C. Rumusan masalah
Rumasan masalah penelitian ini yaitu berapa penurunan kadar besi (Fe) dan
mangan (Mn) serta bagaimana perubahan warna, kekeruhan, bau, dan rasa dengan
5
6
D. Tujuan penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis
penurunan kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) serta mengamati perubaha warna,
E. Manfaat Penelitian
dan saringan pasir cepat dan membantu penyedian air bersih yang
6
7
A. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zona
jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih dari tekanan atmosfer air tanah
terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal, terjadi karena
adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini pada
kedalaman 15 meter sebagai sumur air minum, air tanah dangkal ini ditinjau dari segi
kualitas agak baik, segi kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim. Air
tanah dalam, terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal karena harus digunakan bor dan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan
air adalah semua air yang terdapat diatas ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut
yang berada didarat. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal
dari tinja untuk sampai kepada manusia. Upaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air
baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan
7
8
untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air
yang diperlukan.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar.
Menurut Parulian (2009) air tanah merupakan sebagian air hujan yang
mencapai permukaan bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air
tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus
beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air. Kesadahan
pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi
tinggi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat
8
9
B. Sumur Gali
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu
mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia,
hewan maupun untuk limbah rumah tangga. Sumur gali sebagai sumber air bersih
harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah
sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan
Sumur gali juga pengusahaan air tanah untuk kebutuhan air minum maupun
keperluan hidup sehari-hari dengan sistem penggalian tanah sampai pada tingkat
kedalaman tertentu secara terbuka. Sumur pompa adalah pengusahaan air tanah
sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari dengan bantuan pompa. Keberadaan
sumur gali (SGL) baik dari segi konstruksinya maupun jarak peletakan terhadap
9
10
konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang
baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya (Setiyono, 2014).
tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air
tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang
terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu
terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan
rapat air, air yang akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah
ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal (Parulian,
2009).
dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut disebut
lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air
retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke
permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah
pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa
10
11
didapatkan suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat
menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur
artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakan pompa
1. Besi
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada
hampir setiap tempat di bumi. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air
dapat bersifat:
b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar,
c. Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah
liat).
11
12
Besi seperti juga cobalt dan nikel di dalam susunan berkala unsur
termasuk logam golongan VII, dengan berat atom 55,85, berat jenis 7,86, dan
mempunyai titik lebur 24500 C. di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih
besi hematite, mangnetite, limonite, dan pyrite (FeS), senyawa ferro dalam air
yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4, 7H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2
dan lainnya, sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yakni FePO4, Fe2O3,
FeCl3, Fe(OH)3, dan lainnya. Untuk air minum, konsentrasi zat besi dibatasi
maksimum 0,3 mg/L. Hal ini ditetapkan bukan ditetapkan berdasarkan alasan
kesehatan semata tetapi ditetapkan berdasarkan alasan masalah warna, rasa, serta
timbulnya kerak yang menempel pada system perpipaan atau alasan estetika
lainnya. Manusia dan makhluk hidup lainnya dalam kadar tertentu memerlukan
zat besi sebagai nutrient, tetapi untuk kadar yang berlebihan perlu dihindari.
menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum. Dengan dasar ini standar air
minum WHO untuk Eropa menetapkan kadar besi dalam air minum 0,1 mg/L.
Menurut Wright (1984) Kadar besi (Fe) biasanya ditemukan dalam air dalam
beberapa bentuk, dalam sumur atau mata air sering dijumpai dalam bentuk besi
karbonat FeCO3. Bentuk ini dalam air tidak menimbulkan warna, Meskipun tidak
untuk beberapa waktu, lama kelamaan akan menjadi presipitat merah coklat
12
13
Berbeda dengan mangan, zat besi di dalam air minum pada tingkat
konsentrasi mg/L tidak memberikan pengaruh yang buruk pada kesehatan, tetapi
dalam kadar yang besar dapat menyebabkan air berwarna coklat kemerahan yang
tidak diharapkan. Oleh karena itu, di dalam proses pengolahan air minum, garam
besi valensi dua (ferro) yang larut dalam air perlu diubah menjadi garam besi
valensi tiga (ferri) yang tak larut di dalam air sehingga mudah dipisahkan (Said,
2005)
2. Mangan
Mangan adalah logam berwarna abu-abu putih. Mangan adalah unsur
reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion dalam air dan udara. Di bumi,
mangan ditemukan dalam sejumlah mineral kimia yang berbeda dengan sifat
fisiknya, tetapi tidak pernah ditemukan sebagai logam bebas di alam. Mineral yang
paling penting adalah pyrolusite, karena merupakan mineral biji utama untuk
mangan. Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal
dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat
2005).
berat atom 54,93, titik lebur 1247oC, dan titik didihnya 2032oC (BPPT, 2004).
13
14
untuk keperluan domestik sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/L. Dalam
kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2 dan
pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan
oksigen (DO rendah). Oleh karena itu, pemakaian air yang berasal dari suatu
sumber air, sering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi . Pada pH yang
agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO 2 ,
atau MnCO 3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat (Achmad,
2004).
Kekeruhan dan warna adalah bentuk cemaran yang paling mudah dikenali
dalam air. Buangan padat yang masuk ke dalam air akan menimbulkan
yang ukurannya berkisar antara 0.01-10 mm. Partikel yang sangat kecil dengan
ukuran kurang dari 5 mm disebut dengan partikel koloid dan sangat sulit
14
15
maka kepekatan atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini
disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan pekat
dan warna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air
sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala Nephelometric
Turbidity Unit (NTU) atau Jackson Turbidity Unit (JTU) atau Formazin
Turbidity Unit (FTU), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur
atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi
estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri (Arifin, 2007).
tanah liat, lumpur, bahan bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil
yang tersuspensi. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus
15
16
Bau dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas air secara
bersamaan. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan
pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau busuk
memiliki rasa kurang (tidak) enak. Bau dan rasa biasanya disebabkan oleh adanya
menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan
rasa dapat meningkat bila di dalam air dilakukan klorinasi. Karena pengukuran bau
dan rasa itu tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan tidak
mutlak. Untuk standard air bersih dan air minum ditetapkan oleh Permenkes RI
No. 416 Tahun 1990, yaitu tidak berbau dan tidak berasa (Depkes RI, 2002).
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan
bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas
bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Timbulnya rasa yang
menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang terlarut, dan rasa
yang menyimpang tersebut umunya sangat dekat dengan baunya karena pengujian
terhadap rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau yang tidak normal
16
17
1. Aerasi
mengolah air yang mempunyai kandungan kadar besi (Fe) terlalu tinggi
memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan pemasakan beras dan memberikan
noda hitam kecoklatcoklatan pada pakaian yang dicuci. Dalam proses aerasi
adalah oksigen yang ada di udara, akan bereaksi dengan senyawa Ferus dan
manganous terlarut merubah menjadi ferric (Fe) dan manganic oxide hydrates
yang tidak larut. Setelah itu dilanjutkan dengan pengendapan (sedimentasi) atau
penyaringan (filtrasi). Perlu dicatat bahwa oksidasi terhadap senyawa besi didalam
air tidak selalu terjadi dalam waktu yang cepat (Fatima, 2015).
kedalam air. Penambahan oksigen dilakuan sebagai salah satu usaha pengambilan
pencemar akan hilang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Pada prakteknya
terdapat dua cara untuk menambahkan oksigen kedalam air yaitu dengan
memasukkan udara ke dalam air dan atau memaksa air ke atas untuk berkontak
17
18
2. Filtrasi
dengan cairan. Proses penyaringan air melalui pengaliran air pada media butiran.
Secara alami penyarinagn air terjadi pada permukaan yang mengalami peresapan
pada lapisan tanah. Bakteri dapat dihilangkan secara efektif melalui proses
penyaringan demikian pula dengan warna, keruhan, dan besi. Pada proses
penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada media pasir,
sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran lebih kecil tidak tersaring
3. Proses Aerasi-Filtrasi
Proses aerasi-fitrasi biasanya terdiri dari aerator, bak pengendap serta filter
atau penyaring. Aerator adalah alat untuk mengontakan oksigen dari udara dengan
air agar zat besi atau mangan yang ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen
membentuk senyawa ferri (Fe valensi 3) serta mangan oksida yang relatif tidak
larut di dalam air. Kecepatan oksidasi besi atau mangan dipengaruhi oleh air.
Kadang-kadang perlu waktu tinggal sampai beberapa jam setelah proses aerasi
18
19
agar reaksi berjalan tergantung dari karakteristik air bakunya. Jika konsetrasi zat
besi atau mangan di dalam air baku cukup tinggi maka perlu filtrasi (Said, 2005).
Di dalam proses penghilangan besi dan mangan dengan cara aerasi, adanya
kandungan alkalinity (HCO3)- yang cukup besar dalam air, akan menyebabkan
senyawa besi atau mangan berada dalam bentuk senyawa ferro bikarbonat
Fe(HCO3)2 atau mangano bikarbonat, Mn(HCO3)2. Oleh karena bentuk CO2 bebas
lebih stabil dari pada ion bikarbonat (HCO3)- , maka senyawa bikarbonat
Dari reaksi tersebut dapat dilihat, jika CO2 berkurang, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai
berikut:
masih mempunyai kelarutan yang cukup besar, sehingga jika terus dilakukan
oksidasi dengan udara atau aerasi akan menjadi reaksi (ion) sebagai berikut :
mg/L zat besi dibutuhkan 0,14 mg/L oksigen dalam setiap 1 mg/L mangan
19
20
dibutuhkan 0,29 mg/L. Pada pH rendah, (udara) relatif lambat, sehingga pada
dengan biaya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan, yaitu terdiri atas
nozel penyemprotan statis, dihubunngkn dengan kisi lempengan yang mana air
spray aerator dari arah bawa melalui pipa yang panjangnya kurang lebih
beberapa centimeter di setiap ujung pipa, sehingga dapat terbentuk selaput air
tipis melingkar yang selanjutnya menyebar menjadi percikan air yang halus
(Said, 2005).
20
21
saringan air yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih
banyak dari pada saringan pasir lambat. Walaupun demikian saringan ini
kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang disaring.
Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna untuk
Saringan Pasir Lambat. Saringan pasir cepat juga bekerja atas dasar gaya
gravitasi melalui pasir berdiameter 0,2-2,0 mm, dan kerikil berdiameter 25-50
mm, kecepatan filtrasi 100-125 m/hari. Tebal pasir efektif sekitar 80-120 cm.
Saringan pasir cepat ini dapat menyaring telur cacing, kista amoeba, larva
cacing. Pasir cepat ini juga bisa digunakan untuk mengurangi Fe dan Mn
(Sanropie, 1984).
Walaupun demikian saringan ini kurang efektif untuk mengatasi bau dan
rasa yang ada pada air yang disaring. Selain itu karena debit air yang cepat,
terbentuk sebaik apa yang terjadi di saringan pasir lambat. Sehingga akan
membutuhkan proses disinfeksi kuman yang lebih intensif. Secara umum bahan
lapisan saringan yang digunakan pada Saringan Pasir Cepat sama dengan
saringan pasir lambat, yakni pasir, kerikil dan batu. Perbedaan yang terlihat
jelas adalah pada arah aliran air ketika penyaringan. Pada saringan pasir lambat
21
22
arah aliran airnya dari atas ke bawah, sedangkan pada Saringan Pasir Cepat dari
bawah ke atas.
yang dapat menghasilkan debit air hasil penyaringan yang lebih banyak
daripada saringan pasir lambat. Saringan pasir cepat juga bekerja atas dasar
gaya gravitasi karena melalui pasir berdiameter 0,2-2,0 mm, dan kerikil
berdiameter 25-50 mm, kecepatan filtrasi 100-125 m/hari. Tebal pasir efektif
sekitar 80-120 cm. Pasir cepat ini juga bisa digunakan untuk mengurangi kadar
Fe dan Mn pada air sumur gali (Sanropie, 1984). Walaupun demikian saringan
ini kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang
disaring. Selain itu karena debit air yang cepat, lapisan bakteri yang berguna
untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang terjadi di
yang lebih intensif. Secara umum bahan lapisan saringan yang digunakan pada
saringan pasir cepat, yakni pasir, kerikil, ijuk, arang dan batu. Perbedaan yang
22
23
terlihat jelas adalah pada arah aliran air ketika penyaringan. Pada saringan pasir
lambat arah aliran airnya dari atas ke bawah, sedangkan pada saringan pasir
Keterangan :
berprinsip pada serapan cahaya oleh atom. Atomatom menyerap cahaya pada
23
24
tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik.
Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan
oleh lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung energi radiasi
yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hollow Cathode Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan menghilangkan
atom pada ground state untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh atom
atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam keadaan dasarnya
(Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
24
25
seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan. Hukum
sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada
Bagian-Bagian AAS
Lampu katoda
Tabung Gas
Ducting
Kompresor
Burner
Monokromator
Detector
25
26
Penelitian ini akan dilakukan didua tempat yaitu lapangan sebagai tempat
pengambilan sampel air sumur gali dan di laboratorium Biologi unit forensic dan
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material dan energi yang
berjudul Analisis Penurunan Kadar Besi Dan Mangan Dalam Air Sumur Gali
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dapat dilihat
26
27
D. Desain Reaktor
Dan berikut adalah desain sembur aerator yang akan digunakan pada saat
penelitian
27
28
E. Desain Penelitian
1. Prosedur Kerja
1. Sampel air dari sumur gali dianalisis konsentrasi besi (Fe) dan mangan (Mn)
4. Dilakukan analisis kosentrasi Fe, Mn, warna, kekeruhan, bau, dan rasa
5. Berdasarkan hasil yang terbaik dari variasi pada proses aerasi. dilanjutkan
6. Pada saat proses filtrasi dengan menggunakan saringan pasir cepat setelah air
28
29
2. Diagram Alir
aerasi
aerasi aerasi
9 semburan
4 semburan 6 semburan
Air bersih
29
30
3. Langkah-langkah penelitian
dikeringkan.
dimana air yang berada dalam bak dialirkan melewati pipa yang
30
31
pasir cepat yaitu, pasir (19 cm), kerikil (3 cm), arang komersial (7
d. Dari pengolahan air sumur gali tersebut yang menghasilkan air bersih
31
32
untuk kadar besi (Fe) 0,3 mg/L sedangkan yang diperbolehkan untuk
klik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi
paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau di
e. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element dan working mode.
Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung unsur yang
diinginkan
32
33
l. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
lurus.
pengukuran.
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu diprint.
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
33
34
1. Warna
air sumur gali pada saat pengambilan berwarna kuning dan di atas permukaan air
2. Bau
berbau karat hal tersebut bisa disebabkan oleh besi atau logam lainya. Adanya bau
dalam air juga dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga, serta
gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya
senyawa-senyawa organik tertentu. Kualitas air bersih yang baik untuk dikonsumsi
3. Rasa
berasa manis dan asam hal tersebut mungkin disebabkan oleh adanya bahan-bahan
disebabkan rasa dalam air juga dapat disebabkan oleh adanya senyawa besi yang
terkandung dalam air. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi terlarutnya
34
35
> 1,0 mg/L. Rasa dalam air dapat menunjukkan kemungkinan adanya senyawa-
4. Kekeruhan
sampel air sumur gali keruh. Hal ini disebabkan oleh adanya bahan-bahan
anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri (EfFendi, 2007). Kekeruhan pada daerah perairan
banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-
(Arifin, 2011).
gali pada kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air
sumur gali
Baku Mutu
No Nama Unsur Kadar (mg/L)
(mg/L)
1 Besi (Fe) 0,95 0,3
2 Mangan (Mn) 0,68 0,4
menghasilkan sebesar 0,95 mg/L sedangkan untuk nilai kadar mangan (Mn)
menghasilkan sebesar 0,68 mg/L. Kadar ini diatas baku mutu dan belum
35
36
B. Hasil Pengukuran Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Setelah Aerasi
1. Warna
hasil pengolahan aerasi memiliki warna air berwarna kuning kecoklatan yang
merupakan endapan dari air hasil aerasi, dan diatas permukaan air tampak
berasal dari daerah rawa rawa seringkali berwarna sehingga tidak dapat diterima
oleh masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun keperluan industri,
bahan yang menimbulkan warna tersebut dihasilkan dari kontak antara air dengan
Gambar 4.1 Sampel Air sumur gali hasil aerasi : (a) aerasi 4 semburan; (b)
aerasi 6 semburan; (c) aerasi 9 semburan
36
37
2. Bau
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau. Biasanya bau
disebabkan oleh bahan-bahan organik yang dapat membusuk serta senyawa kimia
lainnya Fenol. Air yang berbau akan dapat mengganggu estetika. Bau adalah sifat
yang menempel pada sebuah benda yang diakibatkan adanya zat organik ataupun
anorganik yang tercampur di dalam air, umuMnya dengan konsentrasi yang sangat
pengamatan visual diperoleh air sampel tersebut berbau karat hal tersebut mungkin
disebabkan oleh besi atau bahan logam lainnya. Bau yang ditimbulkan ini tidak
sepekat sebelum dilakukan proses aerasi. Kualitas air bersih yang baik adalah tidak
berbau, karena bau ini dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti
3. Rasa
Berdasarkan hasil pengamatan visual yang diamati untuk rasa, diperoleh air
sampel tersebut kurang enak, hal tersebut mungkin disebabkan oleh adanya bahan-
yang ditimbulkan ini tidak sepekat sebelum dilakukan proses aerasi. Rasa dalam
air juga dapat disebabkan oleh adanya senyawa besi yang terkandung dalam air.
Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi terlarutnya >1,0 mg/L. Biasanya
rasa dan bau terjadi bersama-sama, yaitu akibat adanya dekomposisi bahan organik
37
38
dalam air. Seperti pada bau, air yang memiliki rasa juga dapat mengganggu
estetika.
4. Kekeruhan
Dari hasil pengamatan visual yang diamati, diperoleh kekeruhan dalam
sampel air sumur gali keruh Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung
meliputi tanah liat, lumpur, bahan bahan organik yang tersebar dan partikel-
partikel kecil lain yang tersuspensi. Menurut (Sawyer, 1967) dikatakan bahwa
kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam
dalam segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi
pengolahan aerasi dengan kadar besi (Fe) seperti tertuang dalam tabel berikut :
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran pengolahan aerasi dengan kadar besi (Fe)
Jumlah
Nama Unsur Kadar (mg/L) Baku Mutu (mg/L)
semburan
4 0,65 0,3
Besi (Fe) 6 0,55 0,3
9 0,43 0,3
38
39
Gambar 4.1 Profil hubungan kadar besi (Fe) dan jumlah semburan
semburanan aerasi yang dibutuhkan maka kandungan kadar besi (Fe) dalam air
berkurang.
6. Efektivitas Pengolahan
pada proses aerasi terlihat pada Tabel 4.3 dan untuk profil hubungan antara kadar
Tabel 4.3 Hasil perhitungan efektivitas pengolahan aerasi dengan kadar besi
(Fe)
Efektivitas
Nama Jumlah Kadar Pengolahan Baku Mutu
Unsur semburan (mg/L) (%) (mg/L)
4 0,56 40,29 0,3
Besi
6 0,55 41,58 0,3
(Fe)
9 0,43 54,36 0,3
39
40
(Fe) dengan aerasi 4 semburan diperoleh hasil pengukuran sebesar 0,56 mg/L
%.
Gambar 4.2 Profil hubungan kadar besi (Fe) dan efektivitas pengolahan
pengolahan aerasi dengan kadar mangan (Mn) seperti terlihat dalam Tabel
berikut :
40
41
Tabel 4.4 Data hasil pengukuran pengolahan aerasi dengan kadar mangan (Mn)
Nama Jumlah Baku Mutu
Kadar (mg/L)
Unsur semburan (mg/L)
4 0,62 0,4
Mangan
(Mn) 6 0,56 0,4
9 0,39 0,4
Gambar 4.3 Profil hubungan kadar mangan (Mn) dan jumlah semburan
jumlah semburan aerasi yang dibutuhkan maka kadar mangan (Mn) semakin
menurun.
8. Efektivitas Pengolahan
pengolahan kadar mangan pada proses aerasi terlihat pada Table 4.5 dan untuk
profil hubungan antara kadar mangan dan efektivitas pengolahan terlihat pada
Gambar 4.4.
41
42
Tabel 4.5 Hasil perhitungan efektivitas pengolahan aerasi dengan kadar mangan
(Mn)
Baku
Nama Jumlah Kadar Efektivitas
Mutu
Unsur semburan (mg/L) Pengolahan (%)
(mg/L)
4 0,62 9,02 0,4
Mangan
(Mn) 6 0,56 17,41 0,4
9 0,39 42,84 0,4
nilai berkisar 0,56 mg/L dengan efektivitas pengolahan sebesar 17,64 %, dan
Gambar 4.4 Profil hubungan kadar mangan (Mn) dan efektivitas pengolahan
42
43
adanya kontak langsung antara air tersebut dengan lapisan tanah yang
mengandung besi dan mangan. Adanya besi dan mangan dalam jumlah yang
tidak enaknya rasa air minum, dapat menimbulkan endapan dan menambah
larut dalam air, sedangkan Mn bervalensi dua mempunyai sifat mudah larut
dalam air dan tidak stabil bila bertemu dengan oksigen (mudah teroksidasi).
yang banyak berperan adalah proses aerasi. Pada saringan pasir cepat, aerasi
terjadi karena adanya proses turbulensi aliran saat air melewati pori-pori media
filter. Aerasi digunakan untuk menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan
permukaan menjadi suatu oksida. Tidak seperti saringan pasir cepat pada
umuMnya, dalam penelitian ini saringan pasir cepat dioperasikan dalam kondisi
terdapat komponen supernatan atau genangan air di atas media pasir. Pada
43
44
kondisi tak jenuh, hanya sebagian dari pori yang terisi air, sedangkan
peningkatan daya kontak air baku dengan udara, saat air melewati pori-pori
pasir. Pada proses aerasi inilah proses oksidasi terjadi. Selain itu, peningkatan
proses aerasi pada saringan pasir cepat ini terjadi akibat filtrasi terjadi dalam
dua tingkat, sehingga effluen dari media filter pertama mengalami proses
reaerasi pada media filter kedua. Dalam keadaan teroksidasi, besi dan mangan
terlarut di air. Bentuk senyawa dengan larutan ion, keduanya terlarut pada
bilangan oksidasi, yaitu Fe2+ dan Mn2+. Ketika kontak dengan oksigen atau
oksidator lain, besi dan mangan akan teroksidasi menjadi valensi yang lebih
tinggi, bentuk ion kompleks baru yang tidak larut dalam jumlah yang cukup
besar. Oleh karena itu, mangan dan besi dapat dihilangkan dengan pengendapan
C. Hasil Pengukuran Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) setelah Aerasi-Filtrasi
1. Warna
pengolahan filtrasi memiliki warna air jernih. Berbeda pada saat pengolahan
aerasinya memiliki warna kuning, karena dalam kandungan besi dalam air
oksigen maka menyebabkan air sampel warna kuning. Sehingga pada saat
dilakukan pengolahan filtrasi air bakunya menjadi jernih ini disebabkan dalam
44
45
medium filtrasi terdapat pasir dan arang yang menahan kadar besi dalam air
Gambar 4.2 Sampel air sumur gali hasil aerasi-filtrasi : (a) aerasi fitrasi 4
semburan; (b) aerasi-filtrasi 6 semburan; (c) aerasi-filtrasi 9 semburan
2. Bau
hasil aerasi-filtrasi tidak berbau. Maka untuk bau memenuhi standar kualitas air
berbau.
3. Rasa
tersebut tidak berasa. Maka untuk rasa memenuhi standar kualitas air bersih
berasa.
45
46
4. Kekeruhan
dalam air sampel jernih, sehingga dalam air bakunya tidak mengandung partikel
hasil pengukuran sampel air sumur gali pada pengolahan filtrasi dengan kadar
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran pengolahan filtrasi dengan kadar besi (Fe)
Jumlah Baku Mutu
Nama Unsur Kadar (mg/L)
semburan (mg/L)
4 0,28 0,3
Besi (Fe) 6 0,25 0,3
9 0,16 0,3
Gambar 4.5 Profil hubungan kadar besi (Fe) dan jumlah semburan
46
47
semburan aerasi yang diberikan maka kadar besi (Fe) nya akan menurun.
6. Efektivitas Pengolahan
pada proses filtrasi terlihat pada Tabel 4.7 dan untuk profil hubungan antara
Tabel 4.7 Hasil perhitungan efektivitas pengolahan filtrasi dengan kadar besi
(Fe)
Nama Jumlah Kadar Efektivitas Baku Mutu
Unsur semburan (mg/L) Pengolahan (%) (mg/L)
4 0,28 70,52 0,3
Besi
(Fe) 6 0,25 73,68 0,3
9 0,16 83,15 0,3
83,15 % .
47
48
efektivitas pengolahannya maka nilai kadar besi (Fe) nya semakin kecil.
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran pengolahan filtrasi dengan kadar mangan
(Mn)
Nama Jumlah
Kadar (mg/L) Baku Mutu (mg/L)
Unsur semburan
4 0,039 0,4
Mangan
(Mn) 6 0,036 0,4
9 0,026 0,4
Gambar 4.7 Profil hubungan kadar mangan (Mn) dan jumlah semburan
aerasi
48
49
mangan (Mn) dan jumlah semburan aerasi, menunjukkan bahwa semakin banyak
semburan aerasi yang dibutuhkan maka kadar mangan (Mn) nya semaklin
menurun.
8. Efektivitas Pengolahan
mangan pada proses aerasi-filtrasi terlihat pada Tabel 4.9 dan untuk profil
hubungan antara kadar besi dan efektivitas pengolahan terlihat pada Gambar
4.8.
berkisar 0.036 mg/L dengan efektivitas pengolahan sebesar 94,7 %, dan untuk
49
50
dari hasil proses filtrasinya. Jika dilihat dari hasil air bakunya sesudah proses
kadar Fe dan Mn mengalami hasil yang semakin rendah yang sudah memenuhi
standar baku mutunya (Rita, 2015). Pada Gambar 4.6 dan 4.8 dapat
Proses pengolahan yang terjadi di dalam alat filtrasi sederhana air yaitu
filtrasi pertama. Proses ini terjadi di saringan serat mikro pada saat air
dimasukkan kedalam alat pertama kali. Saringan serat mikro yang berbahan
50
51
pasir mampu menyaring bahan kotoran dan partikel kecil yang ada di dalam air,
saringan ini memiliki kerapatan yang tinggi dan tebal sehingga saringan ini
menggunakan filter arang aktif. Pada filter karbon aktif dan alat penjernih
menggunakan bahan arang komersil. Arang ini yang berperan sebagai adsorben
akan menyerap logam-logam berat dengan penyerapan ion-ion bebas yang ada
pada air, termasuk besi pada air sumur gali yang dimasukkan ijuk kemudian
kerikil.
Pada proses filtrasi sederhanaan air terjadi aerasi. Proses aerasi yang
terjadi di dalam alat filtrasi sederhana air yaitu air yang keluar dengan cara
mengalir melalui rongga alat penjernih secara pelan-pelan untuk mengisi wadah
transparan hingga 50 L. SebeluMnya air yang terisi dari wadah bagian atas
hingga memasuki wadah transparan sudah terjadi proses aerasi dengan cara
semburan ke atas dalam setiap komponen pipa aerasi yang divariasikan. Aerasi
yang terjadi di dalam alat filtrasi sederhana air mengikat kadar besi dan mangan
pada air. Proses aerasi yang terjadi pada alat filtrasi sederhana air ini
agar O2 di udara dapat bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan.
Reaksi kation dan oksigen menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam
air sehingga dapat mengendap. Pada proses aerasi terdapat kontak antara
51
52
gelembung udara dengan besi (Fe) dan mangan (Mn) yang larut dalam air,
tujuan dari proses ini adalah untuk mengendapkan partikel-partikel yang masih
tersisa. Hasil aerasi yang terjadi mengendap pada proses terakhir yang terjadi.
perubahan yang efektif pada air sumur gali yang dimasukkan kedalam alat
filtrasi sederhana air dari tiga perlakuan yang diberikan terhadap penurunan
kadar besi dan mangan. Air mengalami kontak dengan komponen alat filtrasi
air sederhana secara keseluruhan adalah 15 menit, sehingga tiga perlakuan yang
sederhana pada saat proses pengolahan air. Air yang diperoleh dari tiga
perlakuan yang dimasukkan alat filtrasi air menghasilkan kadar besi yang telah
memenuhi nilai baku mutu syarat untuk air minum. Alat filtrasi sederhana air
ini mampu mengubah kualitas air minum menjadi lebih baik dan layak untuk
gali pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel sebagai berikut
52
53
53
54
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
diperoleh kadar Fe yang paling rendah yaitu 9 semburan selama 2 jam sebesar
0,166 mg/L, nilai tersebut sudah di bawah ambang batas baku mutu air
besi (Fe).
sebesar 0,026 mg/L, nilai tersebut sudah di bawah ambang batas baku mutu
54
55
B. Saran
Pengolahan air sumur gali dengan metode aerasi filtrasi menggunakan aerator
sembur dan saringan pasir cepat untuk metode ini sebaiknya perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan pengujian parameter kualitas air yang lain sehingga
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Angela dkk.2015. Analisis Kualitas Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi
Ulang Di kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1.,
diterbitkan April 2004
Arifin, 2007. Tinjauan dan Evaluasi Proses Kimia (Koagulasi, Netralisasi,
Desinfeksi) Di Instalasi Pengolahan Air Minum.PT. Tirta kencana cahaya
mandiri.Tangerang.
BPPT, 2004, Outlok Energy Indonesia 2004, PTPSE, Jakarta, www.bppt.go.id.
Diakses tanggal 28 Maret 2015.
Chatib, B., 1988, Diklat Analisa dan Pengolahan Air Bersih, ITB, Bandung.
D. L., Baker and W. F., Duke.2006. Intermittent Slow Sand Filters for Household
Use A Field Study in Haiti. London, UK: IWA Publishing
Effendi H. 2003.Telah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Hendrawan, Diana. (2005). Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Makara
Teknologi Vol. 9, No. 1. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi
Lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta.
56
57
Nusa Idaman Said, N., 2004. Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan
Kualitas Air. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSPITS. Surabaya
Nusa Idaman Said. 2005. Metode Penghilangan Zat Besi Dan Mangan Di Dalam
Penyediaan Air Minum; Surabaya
Pacini, V.A., Ingallinella, A.M., and Sanguinetti, G. 2005. Removal of Iron and
Manganese Using Biological Roughing Up Flow Filtration Technology.
Water Research, 39:4463 4475.
Parulian, Alwin. 2009. Monitoring dan Analisis Kadar Aluminium (Al) danBesi (Fe)
Pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtana di Sunggal. Medan:
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Rita Tahir dan Riswal K, 2015. Jurnal Penurunan Kadar Kontaminan Mangan (Mn)
dalam Air secara Bubble Aerator dan Cascade Aerator. Jurusan Teknik
Sipil. Universitas Hasanuddin. Makassar.
57
58
Sarjono., Aryo, 2009, Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Hg pada Air
dan Sedimen di Perairan Kamal Muara,Jakarta Utara, Skripsi S-1, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Sasadara Sharah Cintya Sasadara, Eni Mahawati, Eko Hartini. (2012).Efektifitas Alat
Pemurni Air dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) Berdasarkan Variasi
Waktu Tinggal Pada Air Sumur Gali; Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
Sawyer, Clair N and Mc. Carty, Perry L; 1967. Chemistry for Sanitary Engineering.
Tokyo: Mc Graw-Hill Book Company; Kogakusha Company Ltd.
Sudiati, K., 2004. Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan Metode Aerasi, Sedimentasi
dan Filtrasi untuk Skala Rumah Tangga di Pedesaan. Tugas Akhir Jurusan
Teknik Lingkungan FTSPITS. Surabaya
Sutrisno, C.D., dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Bandung:
Pt. Bina Aksara.
Suyono, 1993. Pengolahan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
58
59
59
60
60
61
= 0,95 mg/L
= 0,56 mg/L
p=?
= 0,4029 x 100 %
= 40,29 %
61
62
2). Perhitungan efektivitas pengolahan setelah aerasi untuk kadar mangan (Mn)
= 0,09026 x 100 %
= 9,02 %
62
63
= 0,68 mg/L
Dit : p = ?
= 0,7052 x 100 %
= 70,52 %
63
64
= 0,039 mg/L
Dit : p = ?
= 0,9419 x 100 %
= 94,19 %
64
65
65
66
66
67
67
68
(b). Pengambilan sampel air sumur gali setelah dilakukan proses pengolahan
aerasi
68
69
(c). Pengambilan sampel air sumur gali setelah dilakukan proses pengolahan
filtrasi
69