Skripsi
Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
KENDARI
APRIL 2016
i
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Ungkapan rasa cinta dan terima kasih yang dalam penulis tunjukan kepada
ayahanda Saman, S.Pd, M.Si dan ibunda tercinta Maemunah, S.Pd yang telah
penulis. Kepada kakakku Abdul Fadli Kalaloi serta kepada adik-adikku tersayang
Irdianti Mega Marwah dan Farhan Ramadhan, terimakasih banyak telah menjadi
motivator yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
selaku Pembimbing I dan bapak Dr. Jamili, M.Si. selaku Pembimbing II yang
v
vi
penghargaan kepada :
Oleo.
Halu Oleo.
Halu Oleo.
6. Ibu Dr. Hj. Sitti Wirdhana Ahmad, S.Si., M.Si.selaku penasehat akademik
kuliah.
Universitas Halu Oleo, Bapak Muhsin, S.Pd., M.Si., dan Sekretaris Jurusan
Alam Universitas Halu Oleo, Ibu Dra. Sri Ambardini, M.Si., dan Laboran
Universitas Halu Oleo, Ibu Dra. Hj. Indrawati, M.Si beserta seluruh stafnya.
vi
vii
10. Seluruh Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
11. Tim penguji Bapak Dr. Amirullah, M.Si., Bapak La Ode Siwi, S.P., M.Si.,
dan Bapak Drs. Nasaruddin M.Si., yang telah memberikan saran dan kritikan.
12. Sahabat penulis Andi Hildayani dan Nur Isnaini Ulfa yang memberikan
Desty Tryaswati, S.Si, Rosminah, S.Si, Winda Astuti, Euis, Retno Wulan,
Erlander Nasus, Andi Nurhana, dan teman-teman seangkatan yang tidak bisa
15. Teman sejawat : Nurisma Purnama, Ismawati, Nur Serlya Dewi, Hera
Ovnavia, Pantry Elastic, Efrianti, Agnia Widya, Rizky Audina, Richa Widy,
Friskyla, Desi Andriani, Dewi Ratih Puri, Isnaeni Aziz, S.Ked., Milki Fadilah,
Amd. Kep., Ratnasari, Amd. Keb., Supriadi, Jusriani Wisra, Retno Dwika,
16. Senior-Seniorku : Saban Rahim, S.Si, M.P.W., Adi Karya, S.Si, M.Si, L.D.
Abdul Fajar Hasidu, S.Si, Waode Nanang Trisna Dewi, S.Si, M.Si, Fitri, S.Si,
Rahmatan Juhaepa, S.Si dan senior lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
vii
viii
Prabowo, Munir, Ade, Isma, Harma, Putri dan adik-adik lainnya yang tidak
skripsi ini, sangat banyak kendala dan kekurangan, namun dengan bantuan
penulis berharap semoga segala jenis bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah
dan mendapat pahala dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL I
HALAMAN PENGESAHAN Ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Iv
KATA PENGANTAR V
DAFTAR ISI Ix
DAFTAR TABEL Xi
DAFTAR GAMBAR Xii
DAFTAR LAMPIRAN Xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG Xiv
ABSTRAK Xv
ABSTRACT Xvi
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Tinjauan Umum Sungai Pohara 4
B. Pencemaran Air Sungai 5
C. Pencemaran Logam Berat 5
D. Jenis Logam Berat 7
1. Kadmium (Cd) 7
2. Timbal (Pb) 8
3. Merkuri (Hg) 9
E. Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) 10
1. Klasifikasi 10
2. Morfologi dan Anatomi 10
3. Habitat dan Penyebaran 12
4. Kebiasaan Makan 12
F. Bioakumulasi 14
III. METODE PENELITIAN 16
A. Waktu dan Tempat 16
B. Alat dan Bahan.. 17
C. Variabel penelitian 18
D. Jenis Penelitian 18
ix
x
1. Sampel Air 22
2. Sampel Sedimen 22
3. Sampel Daging Kerang 23
b. Penentuan Kadar Logam Berat Hg, Pb, dan Cd 25
c. Perhitungan Faktor Bioakumulasi (BCF) Logam 25
Berat Hg, Pb, dan Cd
d. Analisis Data 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27
A. Pengukuran Parameter Fisik-Kimia Air Sungai Pohara 27
B. Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan 28
Kadmium(Cd) Air di Sungai Pohara
C. Perbandingan Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg),
Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) pada Air dan Sedimen di 30
Perairan Sungai Pohara
D. Kadar Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan
Kadmium (Cd) Pada Sedimen dan Daging Kerang Pokea 32
E. Kadar Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan
Kadmium 35
(Cd) Berdasarkan Ukuran Tubuh Kerang Pokea (Batissa
violacea celebensis)
x
xi
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
6 Dokumentasi Penelitian 56
xiii
xiv
xiv
xv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cd
pada daging kerang pokea (B. violacea celebensis), dan mengetahui faktor
bioakumulasi logam-logam berat pada daging kerang pokea (B. violacea
celebensis). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016.
Lokasi penelitian adalah Sungai Pohara menggunakan metode purposive sampling
dimana sampel kerang dikoleksi dibagi atas dua kelompok ukuran panjang yaitu,
ukuran kecil (<5 cm) dan ukuran besar (>7 cm) kemudian dilakukan analisis
logam berat Hg, Pb, dan Cd menggunakan Atomic Absorbance Spectrofotometer
(AAS) di Laboratorium Forensik & Molekuler. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kerang ukuran besar paling tinggi mengakumulasi logam Pb (4,440,003
g/g) dibandingkan logam Cd (2,740,012 g/g) dan logam Hg (0,1520,00
g/g). Sedangkan kerang ukuran kecil paling tinggi mengakumulasi logam Pb
(2,930,003 g/g) dibandingkan logam Cd (2,040,017) dan logam Hg
(0,0950,00 g/g). Perhitungan Faktor bioakumulasi (BCF) logam berat
menunjukkan bahwa pada kerang ukuran besar memiliki kemampuan akumulasi
(BCF = 0,8 untuk Pb dan Hg, dan BCF = 0,6 untuk Cd), kemudian kerang ukuran
kecil memiliki kemampuan lebih tinggi dalam mengakumulasi logam (BCF = 0,5
untuk Pb dan Hg, dan BCF = 0,4 untuk Cd ). Kandungan logam berat pada B.
violacea celebensis nampak dipengaruhi oleh ukuran tubuh kerang.
xv
xvi
ABSTRACT
This study aimed to determine the content of heavy metals of Hg, Pb, and Cd in
the meat of B. violacea celebensis, and to know the heavy metals bioaccumulation
factors by B. violacea celebensis. This research was conducted from January to
March 2016. The B. violacea celebensis samples were collected from Pohara river
by using purposive sampling method. The B. violacea celebensis samples were
separated into large size (>7 cm) and small size (<5 cm). Mussel meat removed
from their shells and then blended. Analysis of heavy metals of Hg, Pb, and Cd
heavy metals were done by using Atomic Absorbance spectrophotometer (AAS)
in the laboratory of Forensic and Bio-molecular. The contents of Hg, Cd and Pb
were calculated. The results showed that large clams tended to accumulate much
higher of Pb (4,44 0,003 g/g) than Cd (2,74 0,012 g/g) and Hg (0,152
0,00 g/g). However, the small B. violacea celebensis tended to accumulate the
lower Pb (2,93 0,003 g/g), Cd (2,04 0,017) and Hg (0,095 0,00 g/g). The
bioaccumulation factor (BCF) to heavy metals by B. violacea celebensis for larges
size were higher (BCF = 0,8 for Pb and Hg, and BCF= 0,6 for Cd), while the BCF
for smalls size were lower (BCF = 0,5 for Pb and Hg, and BCF= 0,4 for Cd).
Therefore, bioaccumulation capacity to heavy metals in B. violacea celebensis
seemed to be affected by their body size.
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bersifat toksik jika dalam jumlah besar dapat mempengaruhi berbagai aspek
timbal (Pb) dan merkuri (Hg) sebagai the big three heavy metal, yang
memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia, selain itu ketiga
logam tersebut yang paling sering ditemukan sebagai bahan pencemar logam
akibat adanya logam berat adalah kerang-kerangan. Hal ini disebabkan kerang
hidup di lapisan sedimen dasar perairan, bergerak sangat lambat dan makanannya
adalah detritus di dasar perairan, sehingga peluang masuknya logam berat sangat
besar dan berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yaitu sulit didegradasi,
satunya sungai Pohara yang menyediakan sumber daya hayati tinggi seperti
kerang Pokea (Batissa violacea celebensis Martens, 1897). Hewan endemik ini
oleh masyarakat setempat. Kerang pokea memiliki habitat yang menetap dan
1
2
pergerakan yang lambat, sehingga kerang pokea ini diduga dapat mengakumulasi
Pohara seperti transportasi darat dan sungai yang menggunakan bahan bakar fosil,
kegiatan rumah tangga seperti limbah cair dan limbah padat yang langsung
dibuang ke badan air, serta kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan
pestisida. Selain itu, kegiatan pembangunan di darat dan pembukaan areal hutan
dapat mengganggu kehidupan kerang pokea sebagai biota endemik yang memiliki
(filter feeder) sehingga memiliki peranan penting sebagai penyerap logam berat
logam-logam berat oleh kerang pokea yang hidup dan mencari makan diperairan
Sungai Pohara yang memiliki toleran atau daya akumulasi terhadap logam
2
3
dan kesehatan bagi masyarakat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cd pada kerang Batissa
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kandungan logam berat Hg, Pb, dan Cd pada kerang
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi acuan dan informasi bagi peneliti lain, terutama yang mengkaji
3
4
satu penghasil pokea sebagai bivalvia air tawar yang dikonsumsi masyarakat
masyarakat di sepanjang aliran sungai. Selain itu, aktivitas lain yang dilakukan
utama pasokan air Perusahaan Air Minum yang dikonsumsi ratusan ribu jiwa
40-80 meter dan kedalaman 2-7 meter. Secara administrasi meliputi empat
daerah otonom yakni Kabupaten Kolaka, Konawe, Konawe Selatan, dan Kota
Kendari. Salah satu peranannya yang sangat vital adalah sebagai sumber air
sungai permanen yang memiliki tepian landai sampai curam. Perairan Sungai
Substrat Sungai Pohara terdiri dari tanah liat berpasir, kerikil, lempung berliat,
4
5
industri. Substansi pencemaran perairan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu;
(1) polutan fisik, yaitu polutan yang keberadaannya atau karakter fisiknya
sedimentasi yang terjadi di muara sungai; (2) polutan kimia, yaitu polutan yang
memiliki struktur kimia tidak stabil dan cenderung bereaksi dengan zat lain.
polutan ini dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu organik (yang penyusun
makanan dan minuman) dan jenis anorganik (misalnya asam, alkali, dan logam-
logam berat dari industri konstruksi baja dan tambang mineral); (3) polutan
struktur komunitas perairan, jaring makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik
dan resistensi. Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada
konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan
perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap
tertentu dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat
5
6
lanjutan, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem
109 unsur kimia. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam ini dapat dibagi
dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam esensial, dimana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam ini
diantaranya Zn, Cu, dan Fe. Jenis kedua adalah logam tidak essensial atau
atau bahkan dapat bersifat racun seperti Hg, Cd, dan Pb (Palar, 1994).
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm3
dalam air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
kondisi alami, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Limbah industri
merupakan salah satu sumber pencemaran logam yang potensial bagi perairan.
dan biota perairan. Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat
dipakai sebagai indikator pencemaran logam yaitu air, sedimen dan organisme
6
7
1. Kadmium (Cd)
Kadmiun (Cd) adalah logam berat yang secara normal terdapat pada
tanah dan air dalam kadar rendah. Sumber pencemaran kadmium berasal dari
(Palar, 1994).
pada janin terjadi jika Cd diberikan pada individu yang sedang hamil yaitu
salah bentuk rahang atas dan muka, rusuk dan kaki. Kadmium juga
2006). Baku mutu logam berat kadmium (Cd) berdasarkan PP No. 82 Tahun
7
8
2. Timbal (Pb)
cat dan pestisida. Pencemaran Pb dapat terjadi di udara, air maupun tanah.
efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak-
anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang
rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Gejala lain yang
karena Pb klorida, dan sakit perut hebat. Tinja warna hitam karena Pb sulfida,
dapat disertai diare atau konstipasi (Sudarmadji, 2006). Baku mutu logam
berat Timbal (Pb) berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 yaitu 0,03 mg/L untuk
3. Merkuri (Hg)
keperakan dengan titik beku 38,87oC dan titik didih 356,90oC atom 80 dan
8
9
berat atomis 200,59 yang mudah menguap pada suhu ruang. Merkuri yang
terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum diubah oleh aktivitas
sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang tinggi
Merkuri berasal dari buangan limbah industri, limpasan air hujan dan dari
Baku mutu logam berat merkuri (Hg) berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001
berkisar 0,001 mg/L untuk air kelas 1 yang digunakan sebagai sumber air
minum 0,002 mg/L untuk air kelas II dan III yang digunakan sebagai sumber
air perikanan dan peternakan dan 0,005 mg/L untuk air kelas IV yang
9
10
1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Eulamellibranchia
Famili : Corbiculidae
Genus : Batissa
Spesies : Batissa violacea celebensis (Martens, 1897)
Nama daerah : Kerang Pokea
Secara umum bivalvia atau lebih umum dikenal dengan nama kerang-
kerang
10
11
yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai dua buah cangkang yang
dapat membuka dan menutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel
otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian
ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah
lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan
prismatic tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan
nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit
(karbonat) yang tipis dan paralel. Puncak cangkang disebut umbo dan
berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di
yang dapat dijulurkan keluar. Kaki kerang berfungsi untuk merayap dan
menggali lumpur atau pasir. Insang pada kerang terdiri atas banyak filamen
sedemikian rupa sehingga satu cabang dari bagian yang berbentuk huruf-W
bagian kaki atau visceral mass. Karena itu insang secara efektif membagi
rongga mantel ke dalam beberapa rongga. Rongga yang besar di bawah insang
11
12
2006).
Australia Barat daya) dan berbagai daerah lainnya di pasifik (Morton 1989).
Selanjutnya oleh Whitten dkk (1987) menyatakan bahwa genus Batissa banyak
kebiasaannya.
4. Kebiasaan Makan
12
13
makan kerang yang suspension feeder maupun filter feeder. Dahuri (2002)
pada substrat yang kaya bahan organik, dimana bahan organik akan
tersebut memilih hidup pada habitat yang sesuai di dasar perairan, baik sesuai
berupa insang yang demikian halus dan tak bergigi. Sistem pencernaan kerang
dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan akhirnya bermuara pada
anus. Anus ini terletak disaluran yang sama dengan saluran untuk keluarnya
air. Makanan kerang adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan
serupa protozoa, diatom dan lain-lain. Pada makanan tersebut selain terdapat
kalsium karbonat juga terdapat pigmen yang merupakan zat pembuat warna
(Dharma, 1988).
13
14
Baik oksigen maupun makanan akan terbawa oleh aliran air tadi. Partikel-
menuju pulp, tempat dilakukannya pemisahan material yang berguna dan tidak
berguna. Makanan yang sesuai akan dibawa memasuki mulut dan dicerna
(Dharma, 1988).
F. Bioakumulasi
jenis senyawa dalam suatu organisme yang disebabkan oleh laju pengambilan
organik maupun anorganik ke bagian dalam sel hidup (Barron, 1995). Menurut
jaringan mahkluk hidup adalah salah satu konsekuensi dari pelepasan dan
14
15
berlipat ganda seiring dengan peningkatan setiap arus rantai makan (trophic
kepada manusia. Hampir semua rantai makan dalam ekosistem, manusia adalah
hidrokarbon, logam berat dan lain-lain kedalam jaringan tubuh. Logam berat
besar dan absorbsi melalui saluran pencernaan hanya beberapa persen saja, tetapi
jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar,
15
16
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2016.
Sulawesi Tenggara, sedangkan analisis logam berat Pb, Cd, dan Hg dilakukan di
aktivitas manusia dan habitat bagi kerang pokea. Secara umum, Sungai Pohara
16
17
1. Alat
6. Thermometer 0
C Untuk mengukur suhu air
Alat Laboratorium
Hotplate Untuk memanaskan
9. -
sampel/destruksi
10. Blender - Untuk menghaluskan sampel
17
18
2. Bahan
C. Variabel Penelitian
D. Jenis Penelitian
1. Definisi Operasional
18
19
b. Logam berat merkuri (Hg) adalah logam berat yang apabila masuk
c. Logam berat timbal (Pb) adalah logam berat yang apabila masuk diperairan
d. Logam berat kadmiun (Cd) adalah logam berat yang apabila masuk
Martens, 1897.
2. Indikator Penelitian
Indikator dalam penelitian ini adalah kandungan logam berat Hg, Pb, dan
F. Prosedur Penelitian
1. Penetapan Lokasi
merupakan salah satu sub DAS sungai Konaweha yang digunakan sebagai
19
20
a. Pengumpulan Data
b. Pengambilan sampel
dari keranjang besi yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat disebut
tangge. Sampel kerang dicuci dengan air bersih sehingga lumpur yang
AAS.
20
21
panjang yaitu ukuran kecil (<5 cm) dan ukuran besar (>7 cm). Secara jelas
sebagai berikut :
21
22
1. Sampel Air
2. Sampel Sedimen
22
23
3. Sampel daging
individu
Spectrofotometer).
23
24
Secara singkat, diagram alir prosedur kerja dalam penelitian ini dapat
Penimbangan
c. sampel sebanyak 0,3 gram sampel sedimen dan sampel
daging kerang dalam erlenmeyerpada timbangan analitik
+ HNO3 pekat, 10 ml
+ Aquades 20 ml
Penyaringan menggunakan
kertas saring
Filtrat
24
25
. =
Dimana:
d. Analisis Data
25
26
antara konsentrasi logam pada sedimen dan daging kerang pokea dengan
26
27
logam berat didapatkan suhu air sungai Pohara (Tabel 3) berkisar 27-280C.
Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan berdasarkan PP No.
82 Tahun 2001 berkisar antara 25-350C. Berdasarkan hal tersebut, maka suhu
dalamnya. Suhu merupakan satu diantara beberapa faktor fisika yang sangat
proses fisika, kimia perairan, demikian pula bagi biota perairan. Kenaikan suhu
tidak hanya akan meningkatkan metabolisme biota air, namun juga meningkatkan
27
28
dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Berdasarkan hasil
pengukuran nilai pH (Tabel 3), diperoleh nilai pH perairan sungai Pohara yaitu
7,79. Nilai pH yang ditentukan oleh PP No. 81 Tahun 2001 yakni 6-9. Sehingga
pH sungai Pohara masih dalam keadaan normal untuk kehidupan kerang pokea.
racun akan meningkat toksisitasnya pada kondisi pH yang rendah (Palar, 2004).
terlihat bahwa nilai DO di sungai Pohara yakni 7,5 mg/L. Berdasarkan PP No. 82
Tahun 2001, nilai DO untuk biota air adalah >4 mg/L. Sehingga DO sungai
Pohara masih dalam keadaan normal untuk kehidupan kerang pokea. Peningkatan
suhu akan disertai dengan menurunnya kadar oksigen terlarut. Apabila perairan
tercemar oleh logam berat, maka sifat toksisitas dari logam berat terhadap
biota air akan semakin meningkat seiring meningkatnya suhu (Harahap, 1991).
B. Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) di
Perairan Sungai Pohara
Hasil analisis konsentrasi logam berat Hg, Pb, dan Cd air di sungai Pohara
28
29
Tabel 4. Rerata Konsentrasi Logam Berat Hg, Pb, dan Cd pada Air Sungai Pohara
Logam Air (mg/L) Baku mutu (mg/L)
Merkuri (Hg) 0,000040,00 0,002
Timbal (Pb) 0,00520,00 0,03
Kadmium (Cd) 0,00320,00 0,01
Keterangan: SE = Standar Eror
untuk logam berat Hg di perairan untuk air kelas III yang digunakan sebagai
sumber air perikanan dan peternakan berkisar 0,002 mg/L, maka kandungan
logam berat Hg di sungai Pohara masih di bawah ambang batas. Baku mutu air
untuk logam Pb berkisar 0,03 mg/L untuk air kelas III, maka kandungan logam
berat Pb di sungai Pohara masih di bawah ambang batas. Sedangkan baku mutu
air untuk logam Cd berkisar 0,01 mg/L untuk kelas III, maka kandungan logam
limbah oleh aktivitas manusia yang tinggal disekitar Sungai Pohara. Sumber
sungai yang menggunakan bahan bakar mengandung timbal metalik serta diduga
menggunakan kadmium sebagai bahan pewarnaan, korosi pipa-pipa air (Pb, Cd)
logam Hg berasal dari penggunaan pestisida dan pupuk dalam bidang pertanian
29
30
dan limbah kertas dimana memanfaatkan senyawa merkuri sebagai anti jamur dan
bakteri. Hal ini sesuai dengan Fitriyah (2007) yang menyatakan bahwa tingginya
Palar (2004) menyatakan bahwa logam -logam berat yang terlarut dalam badan
perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi
kehidupan perairan. Namun demikian, kondisi air di sungai Pohara masih layak
Hasil analisis perbandingan konsentrasi logam berat Hg, Pb, dan Cd antara
Tabel 5. Rerata Kandungan Logam Berat Hg, Pb, dan Cd Pada Air dan Sedimen
di Sungai Pohara
Logam Air (ppm) Sedimen (ppm)
Hg 0,000040,00 0,00180,00
Pb 0,00520,00 0,05230,00
Cd 0,00320,00 0,04230,00
sedimen lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam berat pada kolom air.
30
31
logam berat dalam air (Tabel 5). Hal ini mengindikasikan terjadi deposisi atau
nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang terdapat pada kolom air.
kandungan logam timbal (Pb) pada sedimen jauh lebih besar dibandingkan pada
kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju proses pengendapan atau
sedimentasi yang dialami logam berat. Dalam hal ini logam berat yang terdapat
lain, baik yang berupa bahan organik maupun bahan anorganik, sehingga berat
jenisnya menjadi lebih besar yang akan mempengaruhi laju proses pengendapan
atau sedimentasi. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen merupakan tempat proses
akumulasi logam berat di sekitar perairan sungai Pohara. Selain itu diduga logam
berat yang terdapat dalam sedimen sudah terakumulasi dalam waktu yang lama
berat yang semula terlarut dalam air sungai diabsorbsi oleh partikel halus
(suspended solid). Rendahnya kadar logam berat dalam air sungai Pohara
bukan berarti bahan cemaran yang mengandung logam berat tersebut tidak
31
32
tinggi. Hutagalung (1991) menyatakan bahwa logam berat mempunyai sifat yang
mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu
dengan sedimen, sehingga konsentrasi logam berat dalam sedimen lebih tinggi
D. Kadar Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) Pada
Sedimen dan Daging Kerang Batissa violacea celebensis
Hasil analisis kadar logam Hg, Pb, dan Cd pada sedimen dan daging
7).
5
Kadar Logam Hg (g/g)
1
a b c
0.18 3 0 .15 3 0 .0 95 4
0
S e d im e n K era n g B es a r (> 7 c m ) K era ng K e cil (<5 )
dan kerang ukuran kecil (0,09540,00 g/g). Uji statistik dengan t-test (Lampiran
4) menunjukkan kadar logam Hg antara sedimen dan kerang ukuran besar berbeda
32
33
ukuran besar dan kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 1,5x10-10). Hal ini
kerang.
6
5 .2 3 a
5
b
Kadar Logam Pb (g/g) )
4 .4 4
c
2 .9 3
3
0
S e d im e n K e ra n g B e s a r (> 7 c m ) K e r a n g K e c il ( < 5 )
kerang ukuran kecil (2,930,003 g/g). Uji statistik dengan t-test (Lampiran 4)
menunjukkan kadar logam Pb antara sedimen dan kerang ukuran besar berbeda
kecil berbeda signifikan (P = 4,2x10-10), dan kadar logam Pb antara kerang ukuran
besar dan kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 5,7x10-10). Hal ini
kerang.
33
34
5
Kadar Logam Cd (g/g) 4 .1 9 a
4
3 2.74 b
2.04 c
2
0
S e d im e n K er a n g B e s ar (> 7 c m ) K e ra n g K e cil (< 5 )
0,028) dibandingkan kerang ukuran besar (2,740,012 g/g) dan kerang ukuran
kadar logam Cd antara sedimen dan kerang ukuran besar berbeda signifikan (P =
1,1x10-6), kadar logam Cd antara sedimen dan kerang ukuran kecil berbeda
signifikan (P = 3,2x10-7), dan kadar logam Cd antara kerang ukuran besar dan
kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 4,5x10-6). Hal ini menunjukkan kadar
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar logam berat Hg, Pb, dan Cd pada
sedimen lebih tinggi dibandingkan pada kerang ukuran besar dan kerang ukuran
kecil (Gambar 5, 6, 7). Fitriyah (2007) melakukan studi pencemaran logam berat
kadmium (Cd), merkuri (Hg) dan timbal (Pb) pada air, sedimen dan kerang bulu
logam berat tertinggi terdapat pada sedimen, kemudian pada kerang bulu dan air.
34
35
Tingginya kadar logam berat disedimen disebabkan oleh tipe substrat sedimen
pasir halus di Sungai Pohara. Keberadaan logam berat dalam sedimen sangat erat
hubungannya dengan ukuran butiran sedimen. Hutabarat dan Evans (1985) dalam
yaitu batuan (boulders), kerikil (gravel), pasir kasar (coarse sand), pasir halus
(fine sand), pasir (medium sand), lumpur (silt), liat (clay) dan bahan terlarut
(dissolved material). Pasir halus yang mempunyai ukuran butiran lebih halus dan
logam sehingga kadar logam berat pada sedimen di sungai Pohara lebih besar.
Weroilangi (2012) menyatakan bahwa sedimen halus seperti lumpur, tanah liat,
E. Kadar Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd)
Berdasarkan Ukuran Tubuh Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis)
5
4 .4 4
Kadar Logam (g/g)
3 2 .7 2
1
0 .1 5 3
0
Hg Pb Cd
K e ra n g B e s a r (> 7 c m )
Gambar 8. Kadar logam Hg, Pb, dan Cd pada daging kerang besar
35
36
yang berhabitat di sungai Pohara. Kerang ukuran besar nampak paling tinggi
5
Kadar Logam (g/g)
3 2 .9 3
2 .0 4
2
1
0 .0 9 5 4
0
Hg Pb Cd
K e r a n g K e c il (< 5 c m )
Gambar 9. Kadar logam Hg, Pb, dan Cd pada daging kerangukuran kecil
logam Pb dalam daging kerang ukuran kecil lebih tinggi dibandingkan logam
36
37
pokea ukuran besar dan kerang pokea ukuran kecil lebih tinggi
juga kerang pokea ukuran kecil (Gambar 9) paling tinggi dalam mengakumulasi
logam Pb dibandingkan logam Cd dan logam Hg. Namun dilihat dari kadarnya,
kerang pokea ukuran besar lebih tinggi kadar logam yang terakumulasi dalam
kadar logam Pb pada kerang pokea menunjukkan bahwa kerang pokea memiliki
dalam tubuhnya juga tinggi. Hal ini didukung pula konsentrasi logam Pb dalam
air dan sedimen relatif tinggi di sungai Pohara. Amriani (2011) melakukan
granosa l.) dan kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.) di Perairan Teluk
lebih tinggi dibandingkan kerang ukuran kecil. Hal ini juga diperjelas oleh Sintya
(2015) yang melakukan penelitian analisis kandungan logam berat kadmium (Cd)
pada kerang darah Anadara granosa L. asal pasar kerang Tanjung di Makassar
37
38
Adanya kandungan logam berat pada air dan sedimen di sungai Pohara
mempengaruhi kandungan logam berat dalam daging kerang pokea baik kerang
pokea ukuran besar maupun ukuran kecil. Hal ini dikarenakan kerang pokea
anorganik dalam air dan sedimen. Sehingga dilihat dari ukurannya memungkinkan
kerang pokea ukuran besar lebih banyak memasukkan makanan dari pada kerang
pokea ukuran kecil. Serta kerang pokea ukuran besar hidup lebih lama didasar
perairan atau membenamkan diri dalam substrat sedimen dengan pergerakan yang
tubuh kerang dan penyaringan melalui insang semua materi yang ada di dalam
air, apabila di dalam air tersebut terdapat logam berat, maka logam berat tersebut
juga akan masuk kedalam tubuh dan akan terakumulasi dalam tubuh kerang
pokea. Rudiyanti (2007) menyatakan bahwa logam berat dapat terserap ke dalam
tubuh kerang karena erat kaitannya dengan habitatnya yang menetap (sessil) dan
sifat biologinya yaitu filter feeder dimana cangkang kerang lebih banyak terbuka
di bawah air sehingga tidak mampu untuk mencegah kontak langsung dengan
maupun sedimen, sehingga logam berat terlarut dapat masuk dan terakumulasi
berat di dalam tubuhnya. Dilihat dari ukuran tubuh kerang (gambar 8 dan 9),
tingkat akumulasi logam berat lebih tinggi pada kerang pokea ukuran besar (>7
cm) dibandingkan kerang pokea ukuran kecil (<5 cm). Hal ini disebabkan kerang
38
39
Semakin besar ukuran tubuhnya (makin tua) maka kandungan logam berat dalam
logam berat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama yakni bisa
berlangsung selama hidupnya. Hal ini sesuai dengan Fauziah (2012) yang
menyatakan bahwa ukuran kerang dewasa yang pada umumnya berukuran >6 cm
konsentrasi logam berat pada tubuh. Amriani (2011) menyatakan bahwa semakin
besar ukuran cangkang maka umur spesies tersebut juga diperkirakan lebih
tinggi, sehingga waktu akumulasi logam berat telah berlangsung lebih lama
dibandingkan kerang dengan ukuran cangkang kecil (umur lebih muda) serta
F. Faktor Bioakumulasi (BCF) Logam Berat Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan
Kadmium (Cd) Pada Daging Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis)
Hasil perhitungan faktor bioakumulasi logam berat Hg, Pb, dan Cd pada
berikut :
39
40
1
0 .8 3 6 a
0 .8
BCF Logam Hg
0 .6 0 .5 2 3 b
0 .4
0 .2
0
K e r a n g B e s a r (> 7 c m ) K e ra n g K e c il ( < 5 )
kerang ukuran besar dan kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 1,5x10-9).
1
0 .8 4 9 a
0 .8
BCF Logam Pb
0 .5 6 b
0 .6
0 .4
0 .2
0
K e ra n g B e s a r (> 7 c m ) K e ra n g K e c il (< 5 )
40
41
kerang ukuran besar dan kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 5,7x10-10).
0 .8
0 .6 5 4 a
BCF Logam Cd
0 .6
0 .4 8 7 b
0 .4
0 .2
0
K e ra n g B e s a r (> 7 c m ) K e ra n g K e c il (< 5 )
A
Gambar 12. Faktor Bioakumulasi Logam Berat Cd pada Kerang Pokea
kerang ukuran besar dan kerang ukuran kecil berbeda signifikan (P = 4,5x10-6).
41
42
0 .4
0 .2
0
Hg Pb Cd
K e ra n g B e s a r (> 7 c m )
Gambar 13. Faktor Bioakumulasi Logam Berat pada Kerang Ukuran
Besar
Faktor bioakumulasi logam berat Hg, Pb, dan Cd nampak bervariasi
(Gambar 13), kerang ukuran besar memiliki kemampuan akumulasi lebih tinggi
42
43
0 .6 0 .5 6
0 .5 2 3
0 .4 8 7
0 .4
0 .2
0
Hg Pb Cd
K e r a n g K e c il ( < 5 c m )
Gambar 14. Faktor Bioakumulasi Logam Berat pada Kerang Ukuran
Kecil
Faktor bioakumulasi logam berat Hg, Pb, dan Cd nampak bervariasi
(Gambar 14), kerang ukuran kecil memiliki kemampuan akumulasi lebih tinggi
hasil perhitungan BCF (gambar 13), kerang ukuran besar lebih aktif
BCF (gambar 14), kerang ukuran kecil lebih aktif mengakumulasi logam Pb dan
Hal ini menunjukkan nilai BCF dipengaruhi oleh ukuran tubuh kerang. Menurut
43
44
sebagai makrokonsentrator (BCF > 2), mikrokonsentrator (1 < BCF < 2) dan
pada kerang ukuran besar dan kerang ukuran kecil termasuk akumulator yang baik
meskipun tergolong dekonsentrator karena BCF<1. Namun hal ini tetap akan
berpotensi menimbulkan toksisitas logam pada kerang pokea tersebut dilihat dari
jenis logam berat, lama pemaparan serta kondisi lingkungan perairan sungai
Pohara dimana semakin tinggi kadar logam pada sedimen dan air, diduga akan
semakin tinggi pula kadar logam dalam kerang B. violacea celebensis dimana
akan melebihi daya toleransi dari kerang B. violacea celebensis yang nantinya
44
45
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kerang pokea ukuran besar (> 7 cm) paling tinggi mengakumulasi logam Pb
(0,1520,00 g/g). Kerang pokea ukuran kecil (<5 cm) paling tinggi
2. Kerang pokea ukuran besar memiliki nilai faktor bioakumulasi (BCF) logam
Pb dan Hg sebesar 0,8 dan logam Cd sebesar 0,6. Sedangkan kerang pokea
B. Saran
masyarakat.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Amriani, Hendrarto, B., dan Hadiyarto, A., 2011, Bioakumulasi Logam Berat
Timbal (pb) dan Seng (zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa
l.) dan Kerang Bakau (Polymesoda bengalensis l.) di Perairan Teluk
Kendari, Jurnal Ilmu Lingkungan, 9;45-50
Apriadi, D., 2005, Kandungan Logam Berat Hg, Pb Dan Cr Pada Air, Sedimen
Dan Kerang Hijau ( Perna Viridis L.) Di Perairan Kamal Muara, Teluk
Jakarta, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
Bahtiar, Riani, E., Setyobudiandi, I., Muhsin, I., 2012, Pengaruh Aktivitas
Penambangan Pasir Terhadap Kepadatan Dan Distiribusi Pokea (Batissa
violacea celebensis Martens, 1897) Di Sungai Pohara Sulawesi
Tenggara, AGRIPLUS (ISSN 0854-0128)
Bachok, Z., Mfilinge, P, L., & Tsuchiya, M., 2006, Food Sources of Coexisting
Suspension-Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid Biomarkers,
Subjected to the Bivalves Abundance on a Tidal Flat. Journal of
Sustainability Science and Management,1(92) : 111
46
47
Dharma, B., 1992.Siput dan Kerang Indonesia II Indonesia Shell II. Sarana
Graha.Jakarta.
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, PT. Kansius Yogyakarta, ISBN 978-979-21-0613-
8.
Fitriyah, A.R., 2007, Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd), Merkuri
(Hg) Dan Timbal (Pb) Pada Air Laut, Sedimen Dan Kerangbulu
(Anadara Antiquata) Di Perairan Pantai Lekok Pasuruan, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Malang
Harahap, S., 1991, Tingkat Pencemaran Air Kali Cakung Ditinjau dari Sifat
Fisika-Kimia Khususnya Logam Berat dan Keanekaragaman Jenis
Hewan Benthos Makro, Thesis, Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
Hutabarat, S., dan Evans, S., 1985, Pengantar oseanografi, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Hutagalung, H.P,. 1991, Pencemaran Laut Oleh Logam Berat dalam Beberapa
Perairan Indonesia. Puslitbang.Oseanologi, Jakarta, Hlm 45 59
Makmur, R.,Emiyarti, Afu, L. A., 2013, Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada
Sedimen di Kawasan Mangove Perairan Teluk Kendari, Jurnal Mina
Laut Indonesia, Vol. 02: 06 Jun 2013
47
48
Pagoray, H., 2001, Kandungan Merkuri dan Kadmium Sepanjang Kali Donan
Kawasan Industri Cilacap,FRONTIR, (33) : (32-49)
Palar, H., 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta,
Jakarta.
Radulescu, C., Stihi, C., I.V. Popescu, I.V., Dulama, I.D., Chelarescu, E.D., and
Chilian, A., 2013, Heavy Metal Accumulation and Translocation in
Different Parts of Brassica oleracea L, Rom, Journ, Phys., Vol. 58, Nos.
9-10, P. 1337-1354, Bucharest
48
49
Sanusi, 1980, Akumulasi logam berat Hg dan Cd pada tubuh ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal), Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor.
Sintya, I., Magdalena L., Eddyman, W.F, dan Ambeng, 2015, Analisis Kandungan
Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Kerang Darah Anadara Granosa L.
Asal Pasar Kerang Tanjung Di Makassar, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Hasanuddin, J. Sainsmat.
Sudarmadji, J., Mukono dan Corie I.P., 2006, Toksikologi logam berat B3
dan dampaknya terhadap kesehatan, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2(2),
129-142.
Suryono, C.A., 2006, Bioakumulasi Logam Berat Melalui Sistem Jaringan dan
Lingkungan pada Kerang Bulu (Anadara inflate), Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Suwarsito, dan Sarjanti, E., 2014, Analisa Spasial Pencemaran Logam Berat Pada
Sedimen Dan Biota Air Di Muara Sungai Serayu Kabupaten Cilacap,
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jurnal
Geoedukasi Volume III Nomor 1
Velichkova, Naneva, K., and Sirakov, I,N., 2013, The Usage of Aquatic Floating
Macrophytes (Lemna And Wolffia) as Biofilter in Recirculation
49
50
Weroilangi, S., Tahir, A., Noor, A., dan Samawi, M.F., 2012, Distribusi dan
Spesiasi Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Sedimen Pantai Kota
Makassar, Jurusan Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas
Hassanuddin. Makassar, 105-109
Whitten, A.J., M. Mustafa dan G.S., Handeison, 1987, Ekologi Sulawesi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
50
51
Lampiran 1. Rerata Konsentrasi AAS Logam Berat Hg, Pb, dan Cd di Air dan
Sedimen
51
52
Lampiran 2. Rerata Kadar Logam Berat Hg, Pb, dan Cd pada sedimen dan
Daging Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis)
KS = KAAS x VP
Massa Sampel
Faktor terbagi dikonversi dari mg/L menjadi g/L, dan dari mL menjadi L
= 0,0274 mg/L x 30 mL
0,3 g
= 2,74 g/g
52
53
Lampiran 3. Faktor Bioakumulasi Logam Berat Hg, Pb, dan Cd pada Daging
Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis)
Faktor Bioakumulasi (BCF)
HgSE PbSE CdSE
Kerang Besar 0,83571460.0006 0,8470.004 0,6530.001
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
Mengoven sampel daging kerang pokea dan hasil pengovenan daging kerang
pokea
58
59
Preparasi sampel
Destruksi sampel
59
60
60
61
61