Anda di halaman 1dari 83

PEMERIKSAAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA CUMI-CUMI

(Loligo sp.) DI PASAR TRADISIONAL DI


KOTA MEDAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

EDIA CLARA DWI YUNDHA


NIM. 151000114

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


PEMERIKSAAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA CUMI-CUMI
(Loligo sp.) DI PASAR TRADISIONAL DI
KOTA MEDAN TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDIA CLARA DWI YUNDHA


NIM. 151000114

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


iii
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal: 17 Desember 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S.


Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S., M.Si.
2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

iv
Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Logam berat kadmium (Cd) merupakan salah satu zat pencemar lingkungan yang
berbahaya, karena dapat terakumulasi dalam jaringan makhluk hidup. Cumi-cumi
(Loligo sp.) merupakan biota laut yang banyak ditemukan di pasar tradisional di
Kota Medan dan sangat digemari oleh masyarakat sebagai sumber protein, selain
memiliki kandungan protein tinggi, cumi-cumi juga memiliki kemampuan dalam
mengakumulasi logam tertentu dalam skala lebih besar dibandingkan hewan laut
lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam Cd dalam
daging cumi-cumi di pasar tradisional di Kota Medan. Jenis penelitian adalah
observasi langsung bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling. Sampel diperoleh dari dua pasar tradisional.
Kadar logam berat Cd dalam daging cumi-cumi diukur dengan menggunakan SSA
(Spektofotometer Serapan Atom). Sampel yang diperoleh didestruksi di
Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan untuk mengetahui kadar
kadmium maka sampel diperiksa di Laboratorium Penelitian Terpadu USU. Hasil
penelitian diperoleh kadar kadmium dalam daging cumi-cumi pada Pasar Ikan
Cemara sebanyak 0,05 mg/kg dan pada TPI Percut sebanyak 0,04 mg/kg. Secara
ingesti tingkat risiko pajanan pada kedua pasar, masih aman dengan nilai RQ < 1.
Hasil ini menunjukan bahwa daging cumi-cumi tidak melebihi baku mutu
menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM)
yaitu 0,1 mg/kg, sehingga masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Kepada
peneliti selanjutnya melakukan kadar logam lain pada cumi-cumi dan kadmium
pada biota laut lainnya.

Kata kunci: Kadmium, cumi-cumi, spektrofotometer serapan atom

vi
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Cadmium Metal (Cd) is one of the dangerous environmental pollutants, because it


can accumulate in living tissue. Squid (Loligo sp) of marine biota that is found in
traditional markets in Medan and is very favored by the community as a source of
protein, besides having a high protein content, squid also has the ability to
accumulate certain metals on larger scale compared to other marine animals. The
purpose of this study to determine of Cadmium (Cd) metal content in squid meat in
the traditional markets in Medan City. This type of research is direct observation is
descriptive. The sampling technique is done by purposive sampling. Sampling were
obtained from two traditional markets. Cadmium metal content in squid meat was
measured the SSA method (Atomic Absorption Spectrophotometry). The sample that
was received was destroyed in the Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU
Laboratory and to know the level of cadmium then the sample was checked in the
Penelitian Terpadu USU Laboratory. The results showed that the Cadmium metal
content in squid meat at the Pasar Ikan Cemara was 0,05 mg/kg and at the TPI
Percut was 0,04 mg/kg. The ingestion of exposure risk levels in both markets is still
save with an RQ value of <1. These results indicate that squid meat does not exceed
quality standart according to the Indonesia National of Drug and Food Control
(BPOM ) which is 0,1 mg/kg, so it still meets the requirements for consumption. The
researcher to conduct other metal on squid and
cadmium in other marine biota.

Keywords: Cadmium, squid, atomic absorption spectrophotometry

vii
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pemeriksaan Kadar Kadmium (Cd) pada Cumi-cumi (Loligo sp.) di

Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu

syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, M.K.M. selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan,

dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Indra Chahaya S., M.Si. selaku Dosen Penguji I dan dr. Devi Nuraini

Santi, M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan

pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.

viii
Universitas Sumatera Utara
6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU.

7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah

diajarkan selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Dian Afrianti,

A.Md. selaku staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah membantu

mempersiapkan segala administrasi di Departemen Kesehatan Lingkungan.

9. Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU, Kepala UPT

Laboratorium Penelitian Terpadu dan Marihot Holoan, S.T. selaku Laboran

Gizi Kesehatan Masyarakat, Biomedik dan Epidemiologi.

10. Teristimewa untuk orang tua (Edi Sucipto dan Agustina Basariah) yang telah

memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik

dan memberi dukungan kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Edia Wiradaratama Putri, S.Pd. dan

Edia Syaifa Hidayatullah) yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Saudara sepupu (Muhammad Fikri Arija) yang telah menyemangati penulis

dalam penyelesaian skripsi.

13. Sahabat-sahabat (Rafika, Alya, Wahyu, Saskia, dan Devi) yang telah

menyemangati dan mendukung penulis.

14. Irzal Damanik, A.Md., Ika Wahyuni Nasution, S.Akun., dan M. Taufik,

S.Akun. yang telah menyemangati penulis dalam penyelesaian skripsi.

ix
Universitas Sumatera Utara
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Tujuan umum 6
Tujuan khusus 6
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 8
Logam Berat 8
Logam Berat di Perairan 9
Karakteristik Kadmium (Cd) 10
Sumber dan kegunaan kadmium (Cd) 11
Absorbsi, distribusi, dan ekskresi kadmium (Cd) 13
Cumi-cumi (Loligo sp.) 15
Taksonomi cumi-cumi (Loligo sp.) 15
Morfologi cumi-cumi (Loligo sp.) 16
Toksisitas Logam pada Cumi-cumi (Loligo sp.) 18
Dampak Paparan Kadmium (Cd) terhadap Kesehatan 19
Penilaian Keamanan/Risiko 19
Kerangka Konsep 22

Metode Penelitian 23
Jenis Penelitian 23
Lokasi dan Waktu Penelitian 23
Populasi dan Objek Penelitian 23
Populasi 23
Objek Penelitian 23

xi
Universitas Sumatera Utara
Variabel dan Definisi Operasional 24
Variabel penelitian 24
Definisi operasional 24
Metode Pengumpulan Data 25
Data primer 25
Data sekunder 25
Metode Pengukuran 25
Peralatan 26
Pereaksi 27
Preparasi cumi-cumi 28
Perhitungan 28
Metode Analisis Data 29

Hasil Penelitian 32
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32
Hasil Penelitian 34
Perhitungan Laju Konsumsi Aman (R) 36

Pembahasan 39
Kadar Kadmium pada Cumi-cumi (Loligo sp.) 39
Risiko Konsumsi Cumi-cumi yang Mengandung Kadmium (Cd)
Melalui Perhitungan ADI 43
Keterbatasan Penelitian 44

Kesimpulan dan Saran 45


Kesimpulan 45
Saran 45

Daftar Pustaka 47
Lampiran 50

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Batas Maksimum Logam Berat Kadmium (Cd) dalam


Pangan Olahan 14

2 Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Daging Cumi-cumi


(Loligo sp.) di Pasar Ikan Cemara dan TPI Percut 34

3 Data Hasil Penelusuran Asal Cumi-cumi (Loligo sp.) di Pasar


Tradisional di Kota Medan Tahun 2019 35

4 Sampel Cumi-cumi pada Pasar Ikan Cemara Tahun 2019 55

5 Sampel Cumi-cumi pada TPI Percut Tahun 2019 55

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Logam berat kadmium 11

2 Struktur anatomi cumi-cumi (Loligo sp.) 17

3 Kerangka konsep 22

4 Grafik kadar logam berat kadmium pada daging cumi-cumi


(Loligo sp.) di pasar tradisional Pasar Ikan Cemara dan TPI Percut. 35

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Alur/Tahapan Penelitian 50

2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 5 Tahun 2018 51

3 Lembar Observasi 53

4 Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd) Tiap Sampel 54

5 Dokumentasi Penelitian 56

6 Surat Hasil Pemeriksaan Sampel Cumi-cumi dari UPT


Laboratorium Penelitian Terpadu 65

7 Surat selesai penelitian dari UPT Laboratorium Penelitian


Terpadu 66

xv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

ADI Acceptable Daily Intake


ARKL Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan
Cd Cadmium atau Kadmium
Ditjen Direktorat Jendral
EPA Environmental Protection Agency
FAO Food and Agriculture Organization
HTTP Hypertext Transfer Protocol
IRIS Integrated Risk Informasion System
Perka Peraturan Kepala
PPS Pelabuhan Perikanan Samudera
SNI Standar Nasional Indonesia
SSA Spektrifotometer Serapan Atom
WHO World Health Organization
WWW World Wide Web

xvi
Universitas Sumatera Utara
xvii
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Biota perairan seperti kepiting, kerang, cumi-cumi dan beberapa jenis

udang memiliki kontribusi lebih banyak dalam penyerapan logam-logam berat di

perairan. Cumi-cumi hidup di air laut dengan jenis dan ukuran yang bermacam-

macam. Cumi-cumi atau dalam bahasa latin Loligo sp. adalah komoditas laut yang

cukup banyak di perairan Indonesia dan sangat digemari masyarakat terutama

pecinta makanan laut dan masakan China.

Cumi-cumi merupakan biota laut yang teritorinya memiliki daya tahan

hidup yang baik (Bambang, 1995). Pangan hewani yang memenuhi syarat

keamanan pangan agar layak untuk dikomsumsi harus utuh, terjamin, sehat dan

halal.

Cumi-cumi merupakan satu diantara filum moluska yang banyak di jual

dirumah makan dan pedagang kaki lima (Marganof, 2003). Cumi-cumi (Loligo

sp.) merupakan hewan yang tidak bertulang belakang atau binatang lunak yang

bergerak sangat pelan dalam air dan tempat hidupya menetap di lokasi tertentu di

dasar laut sebagai habitat utama, dan hidup didaerah laut dangkal (Haryoto, 1996).

Cumi-cumi memiliki sifat diurnal, cumi-cumi aktif pada siang hari dan

bergerombolan dekat dengan dasar perairan dan memencar pada perairan di

malam hari. Cumi-cumi merupakan hewan carnivora yang aktif mencari makan

berupa Zoo plankton, ikan-ikan kecil dan udang-udangan (Oemarjati, 1990).

Logam berat dalam jaringan terikat pada lipid. Cumi-cumi adalah binatang yang

1
Universitas Sumatera Utara
2

memiliki banyak lipid sehingga menjadi tempat bioakumulatif logam berat

(Manahan, 1984)

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kelautan

dan Perikanan (KKP), ekspor cumi-cumi (2011) mencapai 48.803.318 kg, dan

meningkat pada tahun 2012 sebesar 58.145.503 kg. Adapun hasil cumi-cumi

Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan data KKP sebesar 28,25 ribu ton

pertahun. Cumi-cumi menjadi salah satu salah satu sumber makanan yang bergizi

tinggi. Cumi-cumi mengandung sekitar 67% protein, asam amino esenssial dan

nonesenssial serta mengandung unsur-unsur mineral makro dan mikro dan juga

berbagai kandungan nutrisi lain yang berguna bagi tubuh manusia (Astawan,

2009).

Selain memiliki kelebihan dalam kandungan gizi, cumi-cumi mempunyai

keahlian dalam mengumpulkan logam-logam berat khusus dalam jumlah lebih

tinggi dibandingkan hewan perairan lain, seperti logam berat cadmium.

Berdasarkan data laporan pemantauan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I pada tahun

2004, logam timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) adalah logam yang

memiliki sifat toksik atau racun. Logam berat Pb, Cd, dan Hg di perairan Belawan

sudah melewati baku mutu. Logam berat tersebut mempunyai toksisitas yang

lebih besar dan paling dominan dihasilkan oleh limbah-limbah industri yang

terdapat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Deli dan Sungai

Belawan yang berakhir di perairan Belawan.

Kontaminasi logam berat diperairan memiliki bahaya yang tinggi untuk

lingkungan. Banyak kasus mengenai pencemaran lingkungan terutama

kontaminasi logamberat pada wilayah perairan, pada waktu mengkonsumsi hewan

Universitas Sumatera Utara


3

yang hidup pada perairan/sungai yang sudah terkontaminasi oleh perusahaan

pertambangan yang membuang limbahnya ke sungai. Kasus pertama akibat dari

keracunan logam berat kadmium terjadi di Jepang pada tahun 1912, yaitu penyakit

“itai-itai” (Ouch-ouch) atau sakit-sakit . Keracunan massal kadmium yang

terindentifikasi sakit pada nelayan dan keluarganya dengan kondisi sakit yang

terasa di tulang belakang dan sendi serta menyebabkan moralitas manusia

sebanyak 100 orang penduduk (Supriharyono 2000; Soemirat 2005).

Menurut penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

(BAPEDALDA) Sumatera Utara (2003) terdapat 10 (Sepuluh) titik di sungai

Belawan yang tercemar logam berat, ada empat titik yang melampaui nilai

ambang batas, anatara lain: merkuri (Hg), timbal (Pb), seng (Zn), kadmium (Cd),

dan kuprum (Cu). Bagian hilir merupakan daerah terparah dari pencemaran,

kandungan logam berat merkuri di kecamatan Hamparan Perak mencapai 0,7012

mg/l (Hamzirwan, 2005). Hasil penelitian Siagian (2008), beberapa biota laut

sudah tercemar logam berat timbal seperti udang, ikan gulamah, ikan kepa-kepe,

kerang bulu, kerang darah dan ikan dencis yang dilakukan di Bagan Deli. Hewan

laut yang terkontaminasi kadmium, kromium yaitu: cumi-cumi, ikan gelama dan

kerang darah.

Berdasarkan hasil penelitian Salbiah yang dilakukan di perairan Belawan

pada tahun 2009, kandungan timbal pada kerang batu melebihi nilai ambang batas

yaitu 1,434 mg/kg, kadmium pada lokan 0.5 mg/kg. Menurut Darmono (2001)

terdapat lima jenis logam berat yang berbahaya bagi manusia antara lain: arsen

(As), kadmium (Cd), timbal (Pb), mercuri (Hg), dan besi (Fe).

Universitas Sumatera Utara


4

Logam berat tidak bisa terurai oleh organisme hidup yang ada

dilingkungan dan terakumulasi melalui rantai makanan (bioakumulasi), terutama

mengendap di dasar perairan sehingga menjadi pemicu utama logam berat

menjadi zat pencemar yang berdampak negatif atau berbahaya. Perairan tercemar

oleh logam berat mengakibatkan hewan yang hidup dalam perairan tersebut dapat

mengakumulasi logam berat dalam jaringan tubuhnya. Tingginya kadar logam

beat yang berada di perairan maka akan tinggi juga kadar logam berat dalam

tubuh biota air tersebut (Rohyatun et al, 2007).

Dampak negatif dari toksisitas logam pada manusia adalah timbulnya

kerusakan jaringan, terutama pada hati dan ginjal. Logam berat ada yang memiliki

sifat karsinogen, teratogenic atau salah bentuk organ (Darmono, 1995).

Kadmium merupakan salah satu yang banyak mencemari perairan laut.

Logam berat Cd merupakan logam berat yang berbahaya dan memiliki pengaruh

yang buruk bagi manusia dalam rentang waktu panjang dan terjdi penimbunan

pada tubuh manusia terutama pada hati dan ginjal. Kadmium bersumber dari biji

seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-seng. Sifat kadmium yang jumlahnya

bertambah terus menerus pada suatu jaringan organisme sehingga tidak mudah

terurai. Sumber kadmium dalam perairan berasal dari limbah industri dan limbah

pertambangan. Kadmium banyak digunakan sebagai zat warna untuk keramik,

dalam penyepuhan listrik, dan baterai alkali. Tempat bertemunya antara penjual

dan pembeli adalah pasar, dan pembangunan pasar biasanya diletakkan pada

lokasi strategis.

Tempat bertemunya antara penjual dan pembeli adalah pasar, dan

pembangunan pasar biasanya diletakkan pada lokasi strategis. Kota Medan adalah

Universitas Sumatera Utara


5

kota terbesar ketiga yang ada di Indonesia. Sebagai gerbang masuk wilayah

Indonesia bagian barat dan juga sebagai gerbang masuk bagi wisatawan untuk

menuju objek wisata, sehingga banyak turis (lokal ataupun luar negeri) yang

mengunjungi Medan. Semakin banyak masyarakat maupun warga asing yang

berkunjung ke Medan maka kebutuhan masyarakat untuk protein hewani (cumi-

cumi) terjadi peningkatan secara otomatis. Apabila peningkatan kebutuhan terjadi

maka kemungkinan untuk mendistribusikan produk perikanan laut dari kota lain

selain dari Medan.

Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPS Belawan) merupakan salah

suatu kawasan yang beroperasi dalam bidang perikanan di Provinsi Sumut. Pasar

yang menjadi daerah tujuan pendistribusian hasil tangkapan dari PPS Belawan

Sumatera Utara terbagi menjadi pasar lokal, regional dan internasional.

Pasar di Kota Medan menerima pasokan hasil tangkapan dari PPS

Belawan. Hasil tangkapan untuk pasar lokal biasanya lokasi distribusinya adalah

pasar-pasar tradisional di Kota Medan. Hasil tangkapan yang dipasarkan berupa

produk pangan ikan segar. Produk yang dominan dijual adalah ikan kembung,

ikan tongkol, ikan selayang, ikan selar, cumi-cumi dan udang. Keenam komoditi

perikanan ini dijual hampir di setiap pedagang yang ada di pasar tradisional

Medan (Kharina, 2010).

Salah satu hasil tangkapan laut yang dipasarkan di pasar-pasar

tradisional,seperti cumi-cumi. Pasar tradisional yang menjual bahan pangan laut

seperti ikan, cumi-cumi, udang di Kota Medan ada beberapa pasar antara lain:

Pajak Sentral, Pasar Petisah, Helvetia, Pasar Simpang Limun, Pasar Sukaramai,

Simpang Melati, Pasar Pagi dan Sei Sikambing.

Universitas Sumatera Utara


6

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti akan meneliti suatu judul

“Pemeriksaan kadar kadmium (Cd) pada cumi-cumi (Loligo sp.) di pasar

tradisional di Kota Medan tahun 2019”.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian iniadalah apakah terdapat kontaminasi

Logam kadmiumpada cumi-cumi di pasar trasisional di kota Medan dan

bagaimana kesesuaiannya dengan Peraturan Kepala (Perka) Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) RI No. 5 tahun 2018 tentang Batas Maksimum

Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Mengetahui kadar Cd pada cumi-cumi di pasar tradisional

Medan tahun 2019.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui ada atau tidak kandungan kadmium pada cumi-cumi di

pasar tradisional di Kota Medan

2. Kadar kadmium yang ada pada cumi-cumi apakah memenuhi syarat atau tidak

memenuhi syarat berdasarkan Perka BPOM RI Nomor 5 tahun 2018 tentang

Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan

3. Mengetahui laju konsumsi aman cumi-cumi.

Manfaat Penelitian

Bagi masyarakat. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat untuk

mengetahui keamanan mengonsumsi cumi-cumi di pasar tradisional di kota

Medan.

Universitas Sumatera Utara


7

Bagi pemerintah. Sebagai informasi kepada instansi yang terkait dan

menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan, BPOM tentang pencemaran logam berat

pada makanan

Bagi mahasiswa. Untuk menerapkan ilmu selama perkuliahan dan

mengembangkan keterampilan dalam penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Logam Berat

Logam berat memiliki sifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan

mengkontaminasi air laut atau air tawar. Pencemaran bersumber dari aktivitas

pertambangan, peleburan logam, dan jenis industri lainnya, dan sumber pencemar

di sektor pertanian berasal dari penggunaan pupuk atau pestisisda yang

mengandung loam berat (Darmono, 2001).

Logam berat seperti arsen (AS), merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb).

memiliki sifat racun dan berbahaya bagi makhluk hidup. Metalotionein

merupakan logam berat nonesensial yang bersenyawa dengan protein jaringan

dan tertimbun serta berikatan dengan protein, dampaknya bersifat toksik

(Darmono, 1995).

Logam berat yang sering menimbulkan masalah yang serius pada

pencemaran di perairan, seperti Hg, Pb, As, Cd, Cr, Zn, dan Ni. Sumber

pencemaran oleh logam berat di perairan bersumber dari masukan air yang

tercemar limbah industri dan pertambangan disekitar perairan. Densitas logam

berat >5 gr/ . Sifat yang menyebabkan logam berat terus bertambah jumlahnya

dalam perairan. Mekanisme masuknya logam berat dalam perairan ke dalam tubuh

manusia secara langsung dan tidak langsung. Secara lngsung masuk dalam tubuh

manusia saat mengkonsumsi air minum, sedangkan secara tidak langsung dengan

konsumsi bahan makanan yang berasal dari perairan tercemar. Logam berat dalam

tubuh manusia mengalami akumulasi serta dampaknya berbahaya bagi kesehatan

(Darmono, 1995).

8
Universitas Sumatera Utara
9

Efek-efek khusus dapat ditimbulkan dari logam berat pada makhluk hidup.

Logam berat dapat menjadi racun bila jumlah logam berat yang masuk kedalam

tubuh makhluk hidup berlebihan, sehingga berubah fungsi menjadi bahan racun

terhadap tubuh (Palar, 2008).

Logam Berat di Perairan

Sumber bahan pencemar logam-logam di perairan adalah sumber alamiah

dan bersumber dari aktivitas manusia. Sumber alami logam berat masuk ke dalam

perairan akibat dari pengikisan batu mineral. Sedangkan yang bersumber dari

kegiatan manusia berasal dari limbah industri ataupun buangan rumah tangga

(Palar, 2008).

Logam berat terlarut dalam air pada konsentrasi tertentu fungsinya akan

berubah menjadi toksik untuk kehidupan makhluk hidup yang berada dalam

badan perairan. Toksisitas yang ditimbulkan masing-masing logam berat pada

semua biota yang ada di perairan berbeda, namun dapat memutus mata rantai dari

kehidupan perairai apabila terjadi kehancuran dari satu kelompok, kondisi ini

mampu menghancurkan ekosistem perairan.

Logam berat yang sudah larut dalam badan perairan akan mengalami

perpindahan ke dalam sedimen apabila berikatan dengan material organik bebas

yang membungkusi permukaan sedimen, serta penyerapan langsung oleh

permukaan material-material sedimen. Kapasitas penyerapan logam dan material

organik pada deposit sangat berhubungan dengan ukuran molekul dan luas

permukaan penyerapan, sehingga konsentrasi logam dalam sedimen biasanya

dipengaruhi oleh kadar elemen dalam endapan (Wilson, 1988 dalam Purnomo,

2009).

Universitas Sumatera Utara


10

Limbah industri merupakan sumber utama pencemaran dalam perairan,

selain itu sumber lainnya dari limbah cair pemukiman (sewage), perkotaan (urban

stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan budidaya perikanan. Zat

pencemar utama dalam buangan limbah dari sumber-sumber pencemar tersebut

mengandung: sedimen, nutrisi (nutriens), logam toksik (toxic metals), pestisida,

organisme pathogen, limbah dan zat-zat penyebab oksigen yang terlarut dalam air

laut berkurang (oxygen depleting substances).

Karakteristik Kadmium (Cd)

Kadmium memiliki karateristik berwarna putih-perak, lunak, mengkilap,

tidak larut dalam basa tidak korosif, reaktif, dan menghasilkan CdO bila

dipanaskan. Pada umumnya kadmium pada kombinasi antara kadmium-klor atau

kadmium-belerang. Kadmium membentuk yang menyebabkan kadmium

bersifat tidak stabil. Kadmium memiliki nomor atom40, dengan berat molekul

112,4, titik leleh 321°C, titik didih 767°C dan densitas 8,65 gr/ (Widowati

dkk, 2008).

Logam berat kadmium mempunyai proses yang panjang di alam. Jenis

mineral greennockite (CdS) adalah satu-satunya mineral kadmium yang ada di

alam dan biasanya kedapatan bersamaan dengan mineral bijih Zinc (ZnS) (Palar,

2008).

Kadmium merupakan logam yang biasanya digunakan untuk elektrolisis,

zat warna bagi industri cat, enamel dan plastik. Cd adalah bahan yang digunakan

untuk campuran dengan logam lainnya dalam industri terutama dalam

pertambangan seng dan timah hitam (Darmono, 1995).

Universitas Sumatera Utara


11

Sumber: https://amirsarifuddin.blogspot.com/2014/12/pengertian-kadmium-dan-
kegunaannya.html

Gambar 1. Logam berat kadmium

Sumber dan kegunaan kadmium (Cd). Sumber utama kadmium dari

aktivitas alamiah dan kegiatan manusia. Sumber alamiah Cd berasal dari gunung

berapi yang meletus, jatuhan atmosferik, pelapukan bebatuan, dan mikro

organisme yang membusuk. Sumber Cd dari kegiatan manusia, yaitu berasal dari

industri kimia, tekstil, semen, pengolahan logam, pembakaran bahan bakar,

tumpahan minyak, pertambangan, dan pembuatan serta penggunaan pupuk fosfat.

Pada kehidupan sehari-hari, kadmium terdapat pada fotografi, tas dari vinil,

mainan anak-anak, dan mantel (Darmono, 1995).

Zhou et al., (2008) menjelaskan bahwa kegiatan manusia (antropogenik)

adalah sumber utama pencemaran logam berat kadmium pada lingkungan perairan

dan menimbulkan hambatan sistem biologis karena jumlahnya akan bertambah

Universitas Sumatera Utara


12

terus menerus dengan mudah dalam deposit maupun organisme. Sumber kadmium

karena kegiatan manusia antara lain: Penggunaan pupuk phosphate, pembakaran

bahan bakar mineral, proses pembuatan besi-baja dan pembuatan non besi,

pembakaran sampah dan produksi cement.

Kadmium merupakan logam yang fungsional atau banyak kegunaannya,

misalnya untuk elektro plating (pelapis elektrik) serta glavanisasi karna Cd

memiliki ciri khas tidak korosif. Cd banyak digunakan dalam pembuatan

perunggu, dan digunakan untuk pigment warna cat, stabilizer plastik, katode

untuk Ni-Cd pada baterai, keramik, plastik, bahan fotografi, pembuatan tabung

televisi, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigment pada email

gigi dan gelas. Kadmium pada konsentrasi rendah digunakan dalam industri pada

proses pengolahan roti, pengolahan ikan, minuman, serta industri tekstil (Wahyu,

2004).

Kadmium digunakan dan persenyawaannya ditemukan sebagai bahan

industri pencelupan, fotografi dan lainnya. Manfaat kadmium dan

persenyawaannya dilihat sebagai berikut:

1. Proses pigment menggunakan senyawa CdS dan CdSeS.

2. Industi baterai menggunakan senyawa Cd-Sulfat ( ) fungsinya untuk

pembuatan sel kimia basah (sel Weston) karena berpotensi untuk tidak

berubah-ubah yaitu sebesar1,0186 volt.

3. Bahan fotografi menggunakan senyawa cadmium bromide ) dan

cadmium ionida ) namun yang digunakan juga terbatas.

4. Proses pembuatan tetraetil timbal menggunakan senyawa dietil cadmium

{( Cd}.

Universitas Sumatera Utara


13

5. Perindustrian manufacture polyvinyl (PVC) banyak menggunakan senyawa

Cd stearat sebagai bahan yang berfungsi agar stabil (normal) (Palar, 2008).

Absorbsi, distribusi, dan ekskresi kadmium (Cd). Menurut Darmono

(2001), saluran pencernaan adalah salah satu jalur masuk kadmium paling besar ,

namun kadmium dapat keluar melalui tinja sekitar 21-28 hari kemudian dan tidak

menutup kemungkinan dikeluarkan melalui urin tetapi dengan jumlah kecil. Hati

dan ginjal adalah tempat kadmium terakumulasi dalam tubuh dan terikat pada

protein yang mengandung banyak asam amino sistein atau metalotinein.

Kandungan metalotinein adalah partikel sistein, yang terikat dalam gugus

sulfhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, fosfatil histidil, dan

hidroksil dari protein dan purin. Toksisitas kadmium ditimbulkan akibat interaksi

antara kadmium protein tersebut, sehingga menyebabkan gangguan pada kegiatan

kerja enzim di anatomi manusia.

Berdasarkan penelitian Widowati, dkk pada tahun 2008, cara atau jalur

masuk kadmium dalam anatomi hewan atau anatomi manusia dengan berbagai

cara, antara lain:

1. Pencemaran udara dari asap rokok, kendaraan dan asap pembakaran batu bara.

2. Dari makanan dan minuman yang wadah/tempatnya berbahan kadmium yang

3. Pencemaran perairan dari kontaminasi logam berat kadmium.

4. Proses rantai makanan.

5. Mengonsumsi daging yang telah diberi obat cacing yang mengandung

kadmium.

Menurut World Health Organization (WHO), kadmium yang dapat

diterima tubuh manusia sebesar 400-500 µg kg/hari. Baku mutu Cd yang

Universitas Sumatera Utara


14

diperbolehkan dalam ginjal manusia adalah 200 ppm, jika melewati baku mutu

yang ditentukan akan timbul efek-efek tertentu. Pada hewan keracunan Cd berada

dalam hati dan korteks ginjal. Toksisitas akut dapat terakumulasi dalam hati,

sedangkan toksisitas kronis terakumulasi dalam berbagai organ tubuh terutama

pada ginjal, hati, dan paru-paru, terakumulasi juga dalam alat kelamin, pankreas,

jantung, limpa, dan jaringan liposit atau sel lemak. Logam berat kadmium banyak

ditemukan di hati dan ginjal.

Half-life atau waktu paruh kadmium adalah 7-16 tahun. Waktu paruh

dalam waktu panjang menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki mekanisme

ekskresi yang tepat untuk membuang kadmium. Cd tidak memilik fungsi biologis

atau peran dalam sistem biologi pada tubuh manusia. Akumulasi Cd dalam jumlah

lebih besar dianggap berpotensi racun atau toksik dalam tubuh manusia.

Menurut Olsson et al pada tahun 2002, Faktor penyebab absorbsi

kadmium di antaranya karena faktor umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok,

dan status gizi pada manusia. Dalam darah perempuan kandungan Cd lebih tinggi

dibanding dalam darah laki-laki, itu disebabkan karena perempuan dengan kadar

besi rendah lebih memiliki risiko terhadap penyerapan kadmium yang besar yaitu

melalui mulut. Dalam air kadmium lebih mudah untuk diabsorpsi disbandingkan

kadmium pada makanan, yaitu air (5%) dan makanan (2%) (US EPA, 2006).

Tabel 1

Batas Maksimum Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Pangan Olahan

Kategori Pangan Nilai Ambang Batas


Moluska (cumi-cumi) 0,1 mg/kg
Sumber: BPOM RI Nomor 5 Tahun 2018

Universitas Sumatera Utara


15

Cumi-cumi (Loligo sp.)

Taksonomi Cumi-cumi (Loligo sp.). Cumi-cumi adalah kelompok hewan

cephalopoda besar atau jenis moluska yang hidup di laut, termasuk hewan dalam

golongan invertebrate (tidak bertulang belakang). Nama cephalopoda dalam

Bahasa Yunani berarti kaki kepala, hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi

sejumlah tangan yang melingkari kepala. Semua jenis cephalopoda termasuk

cumi-cumi dipisahkan dengan memiliki kepala yang berbeda (Sarwojo,2005).

Berdasarkan Saanin (1984) cumi-cumi di klasifikasi berdasarkan tingkatan

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Pylum : Mollusca

Kelas : Chepalopoda

Subkelas : Coleoidea

Ordo : Teuthoidea

Family : Loliginidae

Genus : Loligo

Spesies : Loligo sp.

Menurut Roper et.al pada tahun 1984, Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan

binatang yang hidup dan makan di dasar laut sampai kedalaman 400 m. Cumi-

cumi memiliki sifat diurnal atau aktif pada siang hari dan akan bergerombol dekat

dengan dasar perairan dan memencar di perairan pada malam hari. Jenis moluska

jenis biota perairan yang tertarik dengan cahaya (fototaksis positif), sifat cumi-

cumi yang seperti itu, maka cumi-cumi suka ditangkap dengan bantuan cahaya

pada malam hari.

Universitas Sumatera Utara


16

Pada malam hari cumi-cumi (Loligo sp.) ditangkap dengan menggunakan

alat pancing khusus. Sampel cumi-cumi dewasa yang ditangkap dengan ukuran

12-18 cm kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel yang sudah ada pengawet

4% setelah itu diuji ke laboratorium untuk dianalisis secara observasi terhadap

morfologi dan anatomi cumi yang dilakukan dengan acuan (Williamson, 1971).

Morfologi cumi-cumi (Loligo sp.). Struktur tubuh cumi-cumi terdiri dari

bagian kepala dan badan yang dihubungkan oleh leher.

Kepala. Kepala cumi-cumi memiliki mulut yang dikelilingi oleh kaki.

Kaki terdiri atas sepuluh tentakel atau jerait, yaitu delapan lengan dan dua

tentakel. Jerait berfungsi untuk menangkap mangsa dan sebagai alat gerak cumi-

cumi. Tentakel lebih panjang dari lengan. Permukaan sebelah kanan dalam jerait

cumi-cumi terdapat alat penghisap agar mangsa bisa melekat.

Pada mulut cumi-cumi terdapat lidah yang dikelilingi gigi kitin yang tajam

dengan ukuran yang bermacam-macam dan lidah parut pada bagian tengah mulut.

Jika mantel bagian dorsal terbuka, terlihat leher bagian dorsal melekat dengan

kepala dan juga mantel. Pada leher bagian ventral terdapat sifon yang melekat

pada kepala dan leher namun tidak melekat pada mantel. Pada leher cumi terdapat

kartilago sebagai penyangga leher. Di dalam rongga mantel (tampak dorsal)

terdapat organ dalam antara lain: pankreas, rektum, kantung tinta, insang,

lambung, gonad. Kantung tinta teridiri dari sepasang organ, bulat lonjong

menempel pada bagian later dorsal kantung tinta (Esti Rudiana dan, Delianis

Pringgenies 2004).

Bagian lateral kepala mmiliki 2 mata yang bentuknya serupa dengan mata

hewan bertulang belakang. Cerobong penyemprot (siphon) di sebelah bawah

Universitas Sumatera Utara


17

kepala yang berfungsi agar air mengalir pada waktu bernapas atau untuk berenang

dngan cepat.

Badan. Cumi-cumi memiliki badan yang ditutupi oleh mantel. Cumi-cumi

memiliki mantel bulat-panjang, langsing dan berbentuk kerucut di bagian

posterior. Sirip terdapat di sisi kanan dan kiri bagian dorsal mantel yang menyatu

dengan mantel dan menempati <1/3 bagian posterior mantel (Bullough, 1985).

Pada bagian media dorsal dibawah mantel terdapat penatau struktur

penguat tubuh yang dapat ditarik ke luar, bentuknya pipih, panjang seperti bulu

burung, berwarna coklat atau bening.

Sistem pencernaan cumi-cumi terdiri dari mulut, rongga mulut, faring

(terdapat rahang kitin dan radula), oesofagus, lambung, usus, dan anus. Cumi-

cumi memiliki mulut yang letaknya di bagian kepala dan anus terletak pada

corong di bagian ventral. Kantung tinta menempel dan berakhir pada sistem

pencernaan dekat dengan anus (Esti Rudiana dan, Delianis Pringgenies 2004).

Sumber: http://asatrio.blogspot.com/2009/11/laporan-prakikum-biologi-
klasifikasi.html

Gambar 2. Struktur anatomi cumi-cumi (Loligo sp.)

Universitas Sumatera Utara


18

Perbedaan antara jantan dan betina adalah dari bentuk tubuhnya , cumi-

cumi jantan memiliki ukuran yang lebih panjang serta langsing sedangkan betina

bertubah besar dan warna mantel lebih gelap (Bullough, 1985).

Berdasarkan penelitian Barnes (1987), cumi-cumi adalah hewan pemakan

daging yaitu memakan udang dan ikan-ikan kecil (Barnes, 1987). Menurut

Raharjo dan Bengen (1984), makanan yang ditemukan pada sistem

penceranaannya adalah ikan-ikan kecil, crustacean atau jenis udang-udangan.

Jenis cumi-cumi di perairan banyak macamnya, namun sering dikonsumsi

oleh manusia jenis Loligo pealei. Habitat cumi-cumi berbeda-beda ada yang

didekat dengan permukaan air, dan juga habitatnya tempat yang dalam sekali atau

palung laut (Anonimous, 2010).

Toksisitas Logam pada Cumi-cumi (Loligo sp.)

Logam berat Cd dalam tubuh cumi-cumi masuk melalui rantai makanan

yang cukup panjang. Kadmium dalam bentuk ion senyawa diserap oleh

fitoplankto (misalnya mikroalge), kemudian fitoplakton dimakan oleh zooplakton

(misalnya hewan kecil yang dapat di dalam perairan) dan zooplakton dimakan

oleh cumi kecil. Karena cumi setiap saat memakan plankton, didalam plankton

tersebut terkandung logam kadmium, proses pencernaan cumi-cumi dimulai dari

mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari bahan dan

berbentuk seperti paruh. Kontraksi otot menyebabkan gerakan pada rahang.

Kelenjar ludah terdiri dari dua yng terletak dimasa bukal, kelenjar ludah ke-3

terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan berakhir ke daerah

rahang. Sifat lambung adalah perototan yang memiliki fungsi pencampur

Universitas Sumatera Utara


19

makanan dari hasil sekresi dari kelenjar pencernaan. Bahan makanan akan

menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum, organ pencernaan berikutnya adalah

rectum dan anus yang barkhir dalam rongga mantel (Suriawiria, 2005).

Hewan air jenis binatang lunak (moluska), seperti cumi-cumi

pergerakkannya sangat lambat. Habitat cumi-cumi menetap di suatu lokasi

tertentu. Habitat cumi-cumi yang mengakibatkan cumi-cumi bisa mengakumulasi

logam lebih banyak dibandingkan jenis biota air lainnya. Manusia banyak yang

mengonsumsi cumi-cumi, karena sifatnya yang bioakumulatif maka bisa

menyebabkan cumi-cumi harus di waspadai jika dikonsumsi terus-menerus

(Darmono, 2001).

Dampak Paparan Kadmium (Cd) terhadap Kesehatan

Menurut Palar (2008), Efek yang ditimbulkan kadmium adalah bersifat

buruk bagi anatomi manusia. Karena dapat menyebabkan rusaknya ginjal dan

jantung, menyebabkan kanker paru-paru, anemia dan gangguan sistem reproduksi.

Secara kronis kadmium dapat menyebabkan keracunan pada ginjal jika

inhalasi kadmium dalam dosis kecil dalam durasi lama dengan gejala proteinria,

glikosuria, dan aminoasiduria. Penyakit itai-itai adalah penyakit yang terjadi

karena keracunan kadmium pada penduduk wanita berumur 40 tahun ke atas di

daerah Toyama, Sungai Jinzu di Jepang (Darmono, 2001).

Penilaian Keamanan/Risiko

Toksisitas pada makhluk hidup banyak disebabkan oleh logam berat

kadmium. Jalur masuknya ke anatomi makhluk hidup/manusia dari kontaminasi

makanan dan minuman, sehingga untuk menghitung intake pada Cd dalam

anatomi manusia harus dilakukan pengukuran kadar kadmium dalam makanan

Universitas Sumatera Utara


20

yang dimakan. Cd masuk melalui pangansebesar 10-40 μg/hari (50%) yang

diserap tubuh. FAO/WHO mekomendasikan batas aman tiap minggu untuk

kadmium, sebesar 420 μg untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg. Batas

aman yang telah direkomendasikan untuk pemasukkan kadmium sebesar 10-20 %.

Zat kimia berbahaya dapat menimbulkan toksisitas, paparan kadmium

dapat menimbulkan risiko keracunan, tergantung pada tingkat paparan dan faktor-

faktor lain. Paparan bahan kimia tidak dapat dihindarkan, oleh karena itu perlu

dilakukan pengawasan toksikologi pada bahan kimia dalam menentukan tingkat

paparan yang tidak dapat menimbulkan risiko terhadap manusia.

Acceptable Daily Intake (ADI) adalah asupan harian yang bisa diterima

bagi produk pangan yang dikonsumsi setiap hari untuk evaluasi toksikologi bahan

kimia dalam makanan, minuman dan lain-lain sebagai dasar untuk menentukan

standar, yang dinyatakan atas dasar berat badan, yang dapat dikonsumsi untuk

waktu tertentu tanpa menimbulkan resiko terhadap kesehatan. ADI ditetapkan

seumur hidup. Berat badan 60 kg biasanya untuk menunjuk berat rata-rata

populasi. Namun, di beberapa negara khususnya negara berkembang berat badan

50 kg akan menunjukkan berat badan rata-rata populasi yang lebih baik. ADI

dinyatakan sebagai jumlah Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam mg zat kimia

per kg berat badan biasa disebut dengan ppm (part per million) (CAC, 2005).

Dalam penilaian risiko hal penting yang harus diperhatikan adalah

penilaian pajanan. Pemajanan adalah kontak dengan benda berbahaya di

lingkungan berupa risk agent atau “bahaya” dengan “risiko”. Pemajanan terjadi

melaui inhalasi, ingesti atau makanan dan minuman, serta injeksi seperti panas,

kebisingan, getaran dan radiasi.

Universitas Sumatera Utara


21

Analisis pemajanan menentukan dosis risk agent yang dapat diterima oleh

individu sebagai intake (I), dengan rumus sebagai berikut:

f
b g

Keterangan:

I : Intake (asupan) (mg/kg/hari)

C : Konsentrasi risk agent (mg/kg)

R : Laju (rate) asupan atau konsumsi (kg/hari)

f : Frekuensi pajanan, 350 hari/tahun

: Durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun)

b : Berat badan (kg)

g : Periode waktu rata-rata ( 365 hari/tahun untuk zat non karsinogen,

70 tahun× 365 hari/tahun untuk zat karsinogen).

Berat badan rata-rata untuk laki-laki dewasa adalah 55 kg (Sediaoetama,

2008). Untuk mengetahui tingkat risiko atau Risk Quotient (RQ), maka dilakukan

perhitungan RQ dengan rumus:

Keterangan:

RQ : Risk Quotient

RfD : Reference Dosis

Nilai RfD atau dosis referensi sudah ditetapkan oleh Environmental

Protection Agency (EPA) dalam Integrated Risk Informasion System (IRIS). Nilai

RfD untuk logam Cd pada makanan sebesar 0,001 mg/kg/hari (USEPA, 1985).

Universitas Sumatera Utara


22

Risiko dalam penelitian ini lebih bersifat probabilitas artinya apabila

didapatkan nilai pajanan RQ >1 (tidak aman) atau diatas batas normal, maka suatu

individu tidak pasti mengalami risiko gangguan kesehatan akibat kadmium dalam

cumi-cumi tetapi nilai tersebut lebih menunjukkan bahwa seseorang yang tingkat

risiko lebih besar dari 1 maka akan memiliki risiko gangguan kesehatan yang

lebih besar dibandingkan dengan yang memiliki nilai RQ ≤1 (aman).

Apabila tingkat risiko RQ >1 maka harus dilakukan pengelolaan risiko

dengan strategi pengelolaan risiko mulai dengan menetapkan batas aman.

Setelah diperoleh nilai I maka dapat diperoleh nilai Laju Konsumsi Aman

(R) dengan rumus:

f b g
f ⬚

Keterangan:

R : Laju konsumsi aman (kg/hari)

Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini, yaitu:

Memenuhi
syarat
Kadar Kadmium Peraturan Kepala
(Cd) Cumi-cumi BPOM RI No. 5 tahun
(Loligo sp.) 2018 Tidak
Memenuhi
syarat

Laju Konsumsi
Aman

Gambar 3. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung

dilapangan bersifat deskriptif sederhana yaitu mengetahui gambaran kadar

kadmium (Cd) pada cumi-cumi (Loligo sp.) yang dijual di pasar tradisional di

Kota Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan objek penelitian diambil dari pasar tradisional di Kota

Medan yang menjual hasil laut. Preparasi sampel dilaksanakan di Laboratorium

Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan pemeriksaan logam berat Kadmium

(Cd) dilaksanakan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium Penelitian

Terpadu USU. Waktu penelitian dilaksanakan pada Oktober 2018 sampai dengan

Desember 2019 .

Populasi dan Objek Penelitian

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis cumi-cumi

(Loligo sp.) yang dijual di pasar tradisional yang menjual bahan pangan laut di

Kota Medan. Pengambilan sampel diambil di pasar dikota Medan, Pasar Ikan

Cemara dan sebagai pembanding Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Percut. Pasar

Ikan Cemara merupakan salah satu pasar yang menerima pasokan hasil tangkapan

dari PPS Belawan.

Objek penelitian. Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah cumi-

cumi (Loligo sp.) dari pasar di Kota Medan, dengan mengambil cumi-cumi dari

penjual masing-masing pasar Kota Medan dan ukurannya 18-25 cm. Pengambilan

23
Universitas Sumatera Utara
24

sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu cumi-cumi ditentukan

atas dasar pertimbanagan bahwa cumi-cumi yang tidak terambil mempunyai

karakteristik yang sama dengan cumi-cumi yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2002). Pengambilan cumi-cumi dengan cara membeli dari penjual cumi-cumi

yang berada pada masing-masing pasar dengan sistem acak, lalu dimasukkan ke

dalam cool box untuk selanjutnya dibawa dan diperiksa di Laboratorium Gizi

Kesehatan Masyarakat FKM USU untuk preparasi sampel dan pemeriksaan logam

berat Kadmium (Cd) dilaksanakan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium

Penelitian Terpadu USU. Pengambilan cumi-cumi dilakukan dua kali

pengambilan dengan waktu yang berbeda pada masing-masing pasar.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Penelitian ini adalah kadar logam berat kadmium dalam tubuh

cumi-cumi (Loligo sp.).

Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Cumi-cumi adalah biota laut yang merupakan jenis Mollusca dengan ciri-ciri

seluruh tubuh ditutupi oleh mantel, mempunyai mulut pada bagian kepala

yang dikelilingi tentakel dan tangan.

2. Kandungan logam berat Cd dalam cumi-cumi (Loligo sp.) adalah banyaknya

Cd yang terakumulasi dalam dan daging (otot) melalui pemeriksaan

laboratorium dalam satuan ppm atau mg/kg.

3. Memenuhi syarat adalah jika kadar kadmium (Cd) dalam cumi-cumi belum

melebihi baku mutu Perka BPOM RI No. 5 Tahun 2018 yaitu 0,1 mg/kg.

4. Tidak memenuhi syarat adalah jika kadar kadmium (Cd) dalam cumi-cumi

melebihi baku mutu Perka BPOM RI No. 5 Tahun 2018 yaitu 0,1 mg/kg.

Universitas Sumatera Utara


25

5. Laju konsumsi aman adalah estimasi jumlah pengonsumsian cumi-cumi yang

diperbolehkan dalam setiap hari untuk menghindari akumulasi kadmium (Cd)

dalam tubuh.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan data

sekunder, yaitu:

Data primer. Data primer dalam penelitian ini dilakukan secara observasi

langsung kedua pasar tradisional di kota Medan, kemudian sampel di preparasi di

Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan untuk mengetahui

kadar logam berat kadmium (Cd) dilakukan pemeriksaan di Unit Pelayanan

Teknis (UPT) Laboratorium Penelitian Terpadu dengan menggunakan SSA

(Spektrofotometer Serapan Atom).

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang cara pengumpulannya

diperoleh dari orang lain atau instansi dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) dan literatur-literatur yang berhubungan serta mendukung

penelitian.

Metode Pengukuran

Penentuan kandungan logam berat dalam cumi-cumi dilakukan dengan

menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom atau AAS (Automic Absorption

Spektrofotometer) berdasarkan SNI 2354.5:2011 tentang cara uji kimia untuk

menentukan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk

perikanan, dilakukan preparasi di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat FKM

USU dan untuk mengetahui kadar logam berat kadmium (Cd) dilakukan

Universitas Sumatera Utara


26

pemeriksaan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium Penelitian Terpadu.

Metode yang digunakan untuk preparasi cumi-cumi dalam penelitian ini adalah

pengabuan kering (dry ashing), teknik yang digunakan untuk melarutkan logam-

logam dalam jaringan hewan ataupun tumbuhan.

Peralatan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Aluminium foil

2. Gelas beaker 25 ml, 100 ml dan 250 ml

3. Blender/homogenizer

4. Botol polypropylene

5. Cawan porselen tertutup

6. Corong plastik

7. Gelas ukur 50 ml

8. Labu takar 50 ml (polypropylene) dan 1000 ml

9. Labu takar 100 ml

10. Mikropipet

11. Oven

12. Pipet tetes

13. Pipet volumetric 10 ml, 5 ml, dan 1 ml

14. Pisau

15. Refrigerator atau freezer

16. Sendok plastik

17. Seperangkat alat Spectrifotometer Serapan Atom (Atomatic Absorption

Spectrophotometer) dengan Graphite furnace

18. Timbangan analitik

Universitas Sumatera Utara


27

19. Tungku pengabuan (furnace)

20. Wadah polystyrene

Pereaksi. Pereaksi dalam penelitian ini adalah :

1. H 65 %

2. H 0,1 M

Encerkan 7 ml H 65 % dengan air deionisasi dan tepatkan hingga

1000 ml

3.

40 mg/ml (sebagai matrik modifier)

Timbang 2,42 g larutkan dengan air deionisasi di dalam gelas

beaker setelah larut dengan sempurna pindahkan ke dalam labu takar 50 ml dan

tempatkan sampai garis batas.

4. Larutan standar Kadmium (Cd)

a. Larutan standar primer 1.000 mg/l

b. Larutan standar sekunder pertama : 10 mg/l

Pipet 1 ml larutan standar primer 1.000 mg/l, masukkan ke dalam labu

takar 100 ml dan encerkan dengan larutan H 0,1 M. Larutan standar ini dapat

disimpan selama 1 bulan di dalam botol polypropylene.

a. Larutan standar sekunder kedua : 1 mg/l

Pipet 5 ml dari larutan pertama masukkan kedalam labu takar 50 ml dan

encerkan dengan larutan H 0,1 M. Larutan standar ini dapat disimpan selama

1 bulan di dalam botol polypropylene.

b. Larutan standar standar sekunder ketiga: 100 µg/l

Universitas Sumatera Utara


28

Pipet 5 ml dari larutan standar ke dua sekunder masukkan ke dalam labu

takar 50 ml dan encerkan dengan larutan H 0,1 M Larutan standar ini dapat

disimpan selama 1 bulan di dalam botol polypropylene.

c. Larutan standar kerja dibuat dari larutan standar sekunder ke-tiga yang

konsentrassinya disesuaikan dengan daerah kerja alat AAS yang digunakan

untuk logam Cd pada kisaran konsentrasi 1 µg/l – 10 µg/l, larutan standar

kerja ini harus dibuat ketika akan melakukan analisa.

Preparasi cumi-cumi. Preparasi cumi-cumi dalam penelitian ini adalah

destruksi kering atau pengabuan kering. Sampel dilumatkan/dihaluskan dengan

blender/homogenizer hingga homogen dan tempatkan cumi-cumi dalam wadah

polystyrene yang bersih dan bertutup. Timbang cumi-cumi basah yang sudah di

blender masing-masing sebanyak 5 g ke dalam cawan bersih petri, sampel

kemudian dicatat beratnya (W). Masukkan cumi-cumi yang telah ditimbang ke

dalam oven selama 60 menit dengan suhu 100°C, lakukan pengabuan di dalam

furnace pada temperature 600°C sampai menjadi abu (4 jam), sampel dalam

furnace didiamkan selama 24 jam untuk mencapai suhu kamar. Setelah dingin

tambahkan masing-masing 5 ml larutan H pekat (65 %) hingga sampel

terendam dan aduk rata, pindahkan ke dalam labu ukur dengan volume 50 ml dan

tambahkan akuades, lakukakan penyaringan didapat filtrasi yang akan digunakan

untuk uji kuantitatif. Kemudian diperiksa dengan alat AAS pada panjang

gelombang 228,8 nm dan dilakukan pencatatan data hasil pengukuran

Perhitungan. Konsentrasi logam kadmium (Cd) menggunakan rumus

perhitungan berikut:

Universitas Sumatera Utara


29

cxF
C=
B

Keterangan:

C : Kadar logam dalam sampel (mg/kg)

c : Konsentrasi Cd pada spesimen dari pembacaan AAS (mg/L)

F : Volume penetapan/pengencer (0,05 L)

B : Bobot spesimen (gram)

Metode Analisis Data

Data kandungan logam berat pada cumi-cumi yang dijual di pasar-pasar

Kota Medan pada bagian daging (otot) dianalis dengan analisis deskriptif. Hasil

analisis kandungan logam berat kadmium (Cd) pada daging (otot) cumi-cumi

dibandingkan dengan baku mutu logam berat kadmium yang diizinkan oleh Perka

BPOM RI Nomor 5 tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat

dalam Pangan Olahan dalam hal ini cumi-cumi yang dikonsumsi oleh manusia.

Setelah didapatkan seluruh data kemudian dilakukan perhitungan nilai rata-

ratanya, standar defisiasi, dan diketahui nilai maksimum dan minimumnya.

Pengolahan data dengan menggunakan kajian Analisis Risiko Kesehatan

Lingkungan (ARKL) dilakukan evaluasi di atas meja (Desktop Evaluation) atau

ARKL Meja. untuk menghitung jumlah konsumsi maksimum cumi-cumi perhari

agar kadar kadmium (Cd) tidak sampai terakumulasi dalam tubuh dengan

menggunakan rumus Intake (I), tingkat risiko, dan laju konsumsi aman (Rate)

(Rahman, 2008). Perhitungan asupan intake didapatkan dari data konsentrasi Cd

sebagai risk agent dalam cumi-cumi (mg/kg), dengan perhitungan intake:

Universitas Sumatera Utara


30

f t
t g

Keterangan:

I : Intake (asupan) (mg/kg/hari)

C : Konsentrasi risk agent (mg/kg)

R : Laju (rate) asupan atau konsumsi (kg/hari)

f : Frekuensi pajanan, 350 hari/tahun

: Durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun)

: Berat badan (kg)

t g : Periode waktu rata-rata ( 365 hari/tahun untuk zat non karsinogen,

70 tahun× 365 hari/tahun untuk zat karsinogen).

Berat badan rata-rata untuk laki-laki dewasa adalah 55 kg (Sediaoetama,

2008). Untuk mengetahui tingkat risiko atau Risk Quotient (RQ), maka dilakukan

perhitungan RQ dengan rumus:

Keterangan:

RQ : Risk Quotient

RfD : Reference Dosis

Nilai RfD atau dosis referensi sudah ditetapkan oleh Environmental

Protection Agency (EPA) dalam Integrated Risk Informasion System (IRIS). Nilai

RfD untuk logam Cd pada makanan sebesar 0,001 mg/kg/hari (USEPA, 1985).

Risiko dalam penelitian ini lebih bersifat probabilitas artinya apabila

didapatkan nilai pajanan RQ >1 (tidak aman) atau diatas batas normal, maka suatu

Universitas Sumatera Utara


31

individu tidak pasti mengalami risiko gangguan kesehatan akibat kadmium dalam

cumi-cumi tetapi nilai tersebut lebih menunjukkan bahwa seseorang yang tingkat

risiko lebih besar dari 1 maka akan memiliki risiko gangguan kesehatan yang

le ih esar di andingkan dengan yang memiliki nilai Q ≤ 1 (aman).

Apabila tingkat risiko RQ > 1 maka harus dilakukan pengelolaan risiko

dengan strategi pengelolaan risiko mulai dengan menetapkan batas aman.

Setelah diperoleh nilai I maka dapat diperoleh nilai Laju Konsumsi Aman

(R) dengan rumus:

f t g
f t⬚

Keterangan:

R : Laju konsumsi aman (kg/hari)

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan

merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dengan

luas wilayah 265,10 km² atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.

Secara administratif, sebelah utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka

dan sebelah selatan, barat dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (Agustus 2019), Medan tercatat

sebagai kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni mencapai 2,26

juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat untuk

protein hewani terjadi peningkatan secara otomatis.

Medan merupakan kota multietnis yang terdiri dari beragam ras/suku

bangsa dengan budaya dan agama yang berbeda-beda, antara lain: Melayu, Batak

Toba, Jawa, Tionghoa, Mandailing, Minangkabau, Karo, Aceh, Angkola, Tamil

dan lainnya. Penduduk Kota Medan mayoritas memiliki mata pencaharian di

sektor perdagangan, untuk itu tidak heran jika di Kota Medan terdapat area

pertokoan, pasar tradisional, dan pusat perbelanjaan.

Berbagai macam pedagang terdapat di sepanjang jalan di Kota Medan,

dari mulai menjual bahan pangan seperti ikan, sayur-mayur, buah-buahan hingga

kebutuhan akan pakaian. Ada banyak pasar tradisional di Kota Medan, Pasar Ikan

Cemara adalah salah satu pasar di Kota Medan yang menjual kebutuhan sehari-

hari. Berbagai macam hasil tangkapan laut yang segar dengan harga murah

32
Universitas Sumatera Utara
33

ditawarkan dipasar ini. Pasar tradisional yang buka pagi dini hari terletak di Jalan

Cemara, Pulo Brayan Darat II, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Pasar

tradisonal ini terkenal di tengah masyarakat Medan dengan sebutan “Pajak Ikan

Cemara”. Pasar Ikan Cemara merupakan pasar ikan terbesar di Kota Medan, pasar

yang beroperasional dari pukul 01.00 WIB pagi dini hari sampai pukul 12.00

WIB. Pasar Ikan Cemara menjadi pusat tempat pelelangan ikan di Kota Medan.

Hal ini mambuat banyak mobil-mobil yang membawa produk ikan segar dari

berbagai daerah Sumatera yang menghasilkan produk perikanan yang sering

dikonsumsi masyarakat seperti: selayang, tongkol, pari, cumi-cumi, kembung,

udang dan lain-lain. Produk ikan segar di Pasar Ikan Cemara kebanyakan berasal

dari PPS Belawan. Daerah lain yang juga mendistribusikan produk ikan segar ke

Pasar Ikan Cemara seperti, Sibolga, Kabupaten Serdang Bedagai, Aceh, dan

Tanjung Balai.

Pasar tradisional terbesar lain yang dekat dengan Kota Medan dan terkenal

di tengah masyarakat Medan dengan objek wisatanya adalah TPI Percut. TPI

Percut berada dalam kawasan wisata Bagan Percut. Kecamatan Percut Sei Tuan,

Kabupaten Deli Serdang. TPI Percut merupakan pasar yang menjual beraneka

macam ikan segar dan hasil laut. TPI Percut terletak di ujung muara, di sisi kanan

dan kiri pasar ini terdapat berbagai tempat makan yang bisa digunakan sebagai

tempat memasak hasil laut yang baru dibeli di TPI.

Produk ikan dan hasil laut yang dijual di kedua pasar tradisional ini berasal

dari hasil tangkapan Belawan dan Kabupaten Deli Serdang yang kemudian

didistribusikan di berbagai pasar di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


34

Hasil Penelitian

Hasil pemeriksaan kadar kadmium (Cd) pada daging cumi-cumi (Loligo

sp.) yang dijual di pasar tradisional di Kota Medan, Pasar Ikan Cemara dan TPI

Percut dilakukan di UPT Laboratorium Penelitian Terpadu. Kadar kadmium pada

cumi-cumi dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Daging Cumi-cumi (Loligo sp.) di Pasar
Ikan Cemara dan TPI Percut

Lokasi Kadar Logam Rata-rata NAB BPOM No. MS/TMS*


Kadmium (mg/kg) 5 Tahun 2018
(mg/kg)
Ulangan I Ulangan II
TI 0,06 0,04 0,05 0,1 MS
TII 0,04 0,04 0,04 0,1 MS

Keterangan :

TI : Pengambilan sampel Pasar Ikan Cemara

TII : Pengambilan sampel TPI Percut

TA : Pengulangan pertama

TB : Pengulangan kedua

*MS : Memenuhi Syarat

*TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat kandungan logam kadmium yang

terdapat pada cumi-cumi (Loligo sp.) yang dijual di pasar tradisional Pasar Ikan

Cemara dan TPI Percut , kandungan logam tertinggi terdapat pada sampel Pasar

Ikan Cemara dengan kadar kadmium sebesar 0,05 mg/kg dan kadar kadmium

terendah pada TPI Percut dengan kadar kadmium sebesar 0,04 mg/kg.

Universitas Sumatera Utara


35

Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa kandungan

kadmium pada kedua sampel masih berada dibawah nilai ambang batas yang telah

ditetapkan.

0,25
Kadar Logam Kadmium (ng/kg)

0,2

0,15

0,1

0,05

0
Pasar Ikan TPI Percut
Cemara
Pengambilan Sampel

Gambar 4. Grafik kadar logam berat kadmium pada daging cumi-cumi (Loligo
sp.) di pasar tradisional Pasar Ikan Cemara dan TPI Percut.

Lokasi Pasar Ikan Cemara terletak di ujung Kota Medan sebelah timur, hal

ini memungkinkan semakin tingginya kesempatan pendistribusian cumi-cumi

yang berasal dari wilayah Belawan. Berikut adalah data hasil penelusuran dimana

cumi-cumi diperoleh dari para pedagang yang menjual cumi-cumi berdasarkan

wawancara langsung kepada penjual cumi-cumi dari masing-masing pasar.

Tabel 3

Data Hasil Penelusuran Asal Cumi-cumi (Loligo sp.) di Pasar Tradisional di


Kota Medan Tahun 2019

Pasar Asal Cumi-cumi


Hari ke-I Hari ke-II
Pasar Ikan Cemara Belawan Belawan
TPI Percut Pantai Labu Pantai Labu

Universitas Sumatera Utara


36

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa cumi-cumi yang dijual di Pasar

Ikan Cemara berasal dari Belawan dan pendistribusian cumi-cumi di TPI Percut

berasal dari Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

Perhitungan Laju Konsumsi Aman (R)

Meskipun konsentrasi kadmium (Cd) dalam daging cumi-cumi masih

dibawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan, namun karena sifat kadmium

(Cd) yang dapat terakumulasi dalam tubuh maka jika dikonsumsi dalam jangka

waktu dan jumlah tertentu akan menimbulkan dampak bagi kesehatan

Untuk itu perlu diketahui jumlah konsumsi maksimum cumi-cumi perhari

agar kadar kadmium (Cd) tidak sampai terakumulasi dalam tubuh dengan

menggunakan kajian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dilakukan

ARKL Meja dengan rumus Intake (I), Excess Cancer Risk (ECR), dan laju

konsumsi aman (Rate) (Rahman, 2008).

Cumi-cumi yang dijual di Pasar Ikan Cemara. Nilai Asupan (I), jika

diasumsikan laju asupan cumi-cumi perhari 54 g/hari (EPA, 1990), selama 350

hari pertahun dalam durasi pajanan 30 tahun dan berat badan 55 kg orang

dewasa.

C f t
I
b t vg

C = 0,005 mg/kg = 0,00005 mg/g

mg g g hari hari tahun tahun


Ink
kg hari tahun
-
Ink = 4,71 × mg/kg/hari
Artinya terdapat 0,0000471 mg kadmium dalam setiap 1 kg cumi-cumi

yang dimakan setiap hari.

Universitas Sumatera Utara


37

RQ = Intake / RfD

mg kg hari
=
mg kg hari

= 0,0471

Tingkat risiko Cd pada daging cumi-cumi, aman (RQ < 1) bagi

masyarakat. Jadi, tingkat risiko pajanan Cd pada daging cumi-cumi yang dijual di

Pasar Ikan Cemara yang dikonsumsi dengan konsentrasi 0,05 mg/kg secara

ingesti pada masyarakat dewasa dengan berat rata-rata 55 kg, masih aman untuk

frekuensi pajanan 350 hari/tahun selama 30 tahun.

Dalam hal tingkat risiko RQ < 1 maka tidak dilakukan pengelolaan risiko

atau laju konsumsi aman (R).

Cumi-cumi yang dijual di TPI Percut. Nilai Asupan (I), jika

diasumsikan laju asupan cumi-cumi perhari 54 g/hari (EPA, 1990), selama 350

hari pertahun dalam durasi pajanan 30 tahun dan berat badan 55 kg orang

dewasa.

C f t
I
b t vg

C = 0,04 mg/kg = 0,00004 mg/g

mg g g hari hari tahun tahun


Ink
kg hari tahun
-
Ink = mg/kg/hari
Artinya terdapat 0,0000377 mg kadmium dalam setiap 1 kg cumi-cumi

yang dimakan setiap hari. Untuk mengetahui tingkat risiko maka dihitung nilai

RQ.

RQ = Intake / RfD

Universitas Sumatera Utara


38

mg kg hari
=
mg kg hari

= 0,0377

Tingkat risiko Cd pada daging cumi-cumi, aman (RQ < 1) bagi

masyarakat. Jadi, tingkat risiko pajanan Cd pada daging cumi-cumi yang dijual di

TPI Percut yang dikonsumsi dengan konsentrasi 0,04 mg/kg secara ingesti pada

masyarakat dewasa dengan berat rata-rata 55 kg, masih aman untuk frekuensi

pajanan 350 hari/tahun selama 30 tahun.

Dalam hal tingkat risiko RQ < 1 maka tidak dilakukan pengelolaan risiko

atau laju konsumsi aman (R).

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Kadar Kadmium pada Cumi-cumi (Loligo sp.)

Pencemaran adalah kondisi yang berubah menjadi lebih buruk, kondisi

berubah akibat masuknya bahan-bahan pencemar. Bahan pencemar memiliki sifat

umum yang toksik yang berbahaya bagi makhluk hidup. Pencemaran logam berat

di perairan akan menyebabkan terkontaminasinya organisme perairan seperti

gastropoda, udang, cumi-cumi dan kerang (Haryoto, 1996).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Sumatera Utara (2003) terdapat 10

(Sepuluh) titik di sungai Belawan yang tercemar logam berat jauh melampaui

nilai ambang batas. Keempat titik tersebut adalah bagian hilir Sei Krio, Kampung

Lalang, Kelambir Lima, dan Hamparan Perak. Pencemaran terparah tejadi di hilir

sungai yaitu Hamparan Perak dengan kandungan Hg sebesar 0,7012 mg/L telah

melewati nilai ambang batas yang ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Nomor

82 Tahun 2001 (0,002 mg/L).

Hasil penelitian Mariadi (2007) dengan metode Spektrofotometri Serapan

Atom (SSA), kadar logam cumi-cumi dengan berat 500-500 g dan panjang 14-16

cm di perairan Belawan sebesar 0,0684 ppm masih dibawah baku mutu yang

diizinkan Direktorat Jendral (Ditjen) Pengawas Obat dan Makanan (POM).

Berdasarkan penelitian Trisnawati (2008) yang berjudul Logam berat

Kadmium pada Bivalvia (kerang hijau) dipantai kenjeran Surabaya, bahwa salah

satu jenis bivalvia (Kerang Hijau) telah terkontaminasi oleh logam berat

Kadmium yang telah melebihi nilai ambang batas, yaitu pada insang rata–rata

39
Universitas Sumatera Utara
40

sebesar 50,23–70,39 ppm dan pada hati rata-rata sebesar 31,08-44,53 ppm

sedangkan pada air laut sebesar 6,73-7,37 ppm.

Menurut penelitian Muhajir (2009) yang berjudul Studi Kandungan

Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kerang Darah (Anadara granosa) yang Dijual

di Beberapa Pasar Kota Malang, menunjukkan rata-rata kandungan logam berat

Cd tertinggi pada insang Kerang darah yang dijual dibeberapa pasar Kota Malang

berkisar antara 1,0285-2,1055 ppm, sedangkan pada otot berkisar 0,3255-0,637

ppm.

Semua hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kandungan logam berat

kadmium dalam biota laut di beberapa wilayah perairan di Indonesia telah

melampaui nilai ambang batas kandungan logam berat yang dianjurkan oleh

WHO dalam biota laut yang dikonsumsi oleh manusia adalah sebesar 0,1 mg/kg.

Penelitian ini dilakukan karena kadmium adalah salah satu logam berat

yang tidak diinginkan terdapat dalam makanan. Namun kandungan kadmium (Cd)

pada bahan makanan masih memiliki nilai ambang batas yang telah ditetapkan.

Pemeriksaan kadar kadmium (Cd) dalam daging cumi-cumi yang dijual di

Pasar tradisional Pasar Ikan Cemara dan TPI Percut dilakukan dengan

menggunakan AAS. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan kadar

kadmium masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Dirjen POM ,

yaitu 0,1 mg/kg dengan kadar kadmium tertinggi pada Pasar Ikan Cemara sebesar

0,05 mg/kg cumi-cumi dan terendah pada TPI Percut sebesar 0,04 mg/kg cumi-

cumi.

Hal ini menunjukkan bahwa cumi-cumi yang dijual di pasar tradisional di

Kota Medan masih aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat namun seiring

Universitas Sumatera Utara


41

meningkatnya kadar logam berat diperairan yang terkontaminasi oleh bahan

pencemar maka akan meningkat pula kadar logam berat yang terdapat pada cumi-

cumi.

Banyaknya logam berat yang terkandung dalam cumi-cumi juga

bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas cumi-cumi

dan rantai makanan yang juga sangat berpengaruh terhadap banyaknya logam

berat yang terkandung dalam tubuhnya.

Berdasarkan rumus yang ada dapat dianalisa bahwa semakin tinggi berat

badan seseorang maka semakin tinggi laju konsumsi amannya. Artinya orang

yang memiliki berat badan 60 kg akan lebih aman mengonsumsi cumi-cumi jika

dibandingkan dengan orang dengan berat badan 55 kg.

Adanya kandungan kadmium pada cumi-cumi diasumsikan bahwa cumi-

cumi yang dijual di Pasar Ikan Cemara berasal dari laut Belawan yang

merupakan muara sungai yang dilalui daerah-daerah industri sehingga limbah-

limbah dari industri kemungkinan telah mencemari air sungai tersebut.

Logam berat yang tinggi di perairan sungai diduga disebabkan

pembuangan limbah dari puluhan industri yang berada di sekitar sungai. Menurut

Astri (2004) yang mengutip pendapat Perdana, sedikitnya terdapat 24 industri

yang diduga membuang limbahnya ke aliran sungai. Industri yang berada di

sekitar sungai tersebut adalah industri alat-alat berat, industri baterai kering,

industri pelapisan logam, industri PVC, pabrik minyak inti sawit, pengawetan

kayu, etanol, pembuatan kapur dan beberapa peternakan hewan.

Industri-industri tersebut dianalisa berkontribusi terhadap pencemaran

kadmium pada perairan. Perairan yang tercemar yang mengandung kadmium yang

Universitas Sumatera Utara


42

berasal dari sisa-sisa buangan limbah industri akan terserap oleh oleh fitoplankto

(misalnya mikroalge), kemudian fitoplakton dimakan oleh zooplakton (misalnya

hewan kecil yang dapat di dalam perairan) dan zooplakton dimakan oleh cumi

kecil. Karena cumi setiap saat memakan plankton, didalam plankton tersebut

terkandung logam kadmium. Akibatnya cumi-cumi dimakan oleh manusia, akan

terjadi akumulasi kadmium dalam tubuh manusia dan hal ini akan menimbulkan

dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Kadmium juga dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea atau

penyakit itai-itai yang diakibatkan kurangnya vitamin B sehingga terjadi

gangguan keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal. Kekurangan

kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri

dengan tegak tetapi membungkuk. Menurut Darmono (2001) juga memberikan

salah satu kasus keracunan kronis Cd yang terjadi di daerah Toyama, Jepang,

dimana disepanjang sungai Jinzu, penduduk wanita berumur 40 tahun atau lebih

terkena penyakit itai-itai yang disebabkan oleh keracunan kadmium.

Cumi-cumi dalam penelitian ini diambil dengan ukuran 18-25 cm, karena

secara teoritis ukuran yang besar berkorelasi positif dengan meningkatnya umur,

dan meningkatnya umur juga berkorelasi positif dengan meningkatnya konsentrasi

kadmium pada tubuh. Sehingga, dikhawatirkan cumi-cumi yang berukuran besar

memiliki konsentrasi cadmium yang lebih tinggi dibandingkan dengan cumi-cumi

berukuran kecil. Konsentrasi kadmium berukuran besar dikedua lokasi

memberikan nilai yang lebih tinggi dibanding yang berukuran kecil,

Universitas Sumatera Utara


43

Risiko Konsumsi Cumi-cumi yang Mengandung Kadmium (Cd) Melalui


Perhitungan ADI

Cumi-cumi (Loligo sp.) adalah komoditas laut yang cukup banyak di

perairan Indonesia dan sangat digemari masyarakat terutama pecinta makanan laut

dan masakan China. Cumi-cumi merupakan makanan berprotein yang dapat

diolah menjadi berbagai jenis makanan.

Evaluasi pencemaran yang terjadi melalui rantai makanan, perlu diketahui

pola makan, antara lain air yang diminum, makanan (ikan dan jenis makanan lain)

dan udara serta kadar logam berat yang terkait dengan pemaparan terhadap

manusia. Untuk evaluasi kandungan zat pencemar dilakukan dengan

membandingkan terhadap baku mutu (Siregar, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian ternyata terdapat kandungan kadmium

didalam cumi-cumi dan kandungannya masih dibawah nilai baku mutu. Walaupun

begitu perlu dilakukan manajemen risiko kadmium dengan mengestimasikan laju

konsumsi aman terhadap cumi-cumi.

Kadar kadmium pada cumi-cumi di Pasar Tradisional Pasar Ikan Cemara

adalah 0,05 mg/kg, dari kadar kadmium dengan jumlah tersebut ternyata cumi-

cumi sebnyak 54 g masih aman untuk dikonsumsi dengan berat badan 55 kg

selama 350 hari dalam jangka waktu 30 tahun. Maka, untuk pengelolaan risiko

atau laju konsumsi aman tidak dilakukan.

Kadar kadmium pada cumi-cumi di Pasar Tradisional TPI Percut adalah

0,04 mg/kg, dari kadar kadmium dengan jumlah tersebut ternyata cumi-cumi

sebanyak 54 g masih aman dikonsumsi dengan berat badan 55 kg selama 350 hari

Universitas Sumatera Utara


44

dalam jangka waktu 30 tahun. Maka, untuk pengelolaan risiko atau laju konsumsi

aman tidak dilakukan.

Laju konsumsi aman tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena kadar

kadmium di kedua pasar tradisional masih aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi,

sifat kadmium yang masuk dalam tubuh terus menerus secara berkelanjutan, maka

tubuh pada batas akhir tidak lagi mampu memberikan toleransi terhadap daya

racun yang dibawa oleh kadmium. Menurut Palar (2008), keracunan yang bersifat

kronis ini membawakan akibat yang lebih buruk dan penderitaan yang lebih

menakutkan bila dibandingkan dengan keracunan akut. Keracunan kronis yang

terkenal adalah penyakit itai-itai di Toyama, Jepang.

Menurut Noviak (2011), logam berat kadmium berpengaruh terhadap

manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh

khususnya hati dan ginjal. Jika terakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat

menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual,

muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal

dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat juga merusak tulang

(osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum

keracunan kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk-batuk, dan

lemah (Purnomo, 2009).

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kadar

kadmium (Cd) pada sampel cumi-cumi (Loligo sp.) hanya dilakukan pada cumi-

cumi berukuran 18-25 cm (besar), sehingga tidak dapat dibandingkan kadar

kadmium antara cumi-cumi berukuran besar dengan cumi-cumi berukuran kecil.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap kadar kadmium pada cumi-cumi

yang dijual di pasar tradisional dapat disimpulkan bahwa:

1. Cumi-cumi yang dijual dibeberapa pasar tradisional di Kota Medan

mengandung logam berat kadmium (Cd).

2. Kandungan kadmium (Cd) pada cumi-cumi (Loligo sp.) yang dijual di Pasar

Ikan Cemara adalah 0,05 mg/kg.

3. Kandungan kadmium (Cd) pada cumi-cumi (Loligo sp.) yang dijual di TPI

Percut adalah 0,04 mg/kg.

4. Logam berat kadmium yang terdapat pada daging cumi-cumi yang dijual

dibeberapa pasar tradisional di Kota Medan belum melebihi nilai ambang

batas yang telah ditentukan oleh Perka BPOM RI Nomor 5 Tahun 2018

tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan.

5. Tingkat risiko pajanan Cd pada daging cumi-cumi yang dijual di Pasar Ikan

Cemara dan TPI Percut yang dikonsumsi dengan masing-masing konsentrasi

0,05 mg/kg dan 0,04 mg/kg, masih aman (RQ < 1) sehingga tidak diperlukan

pengelolaan risiko.

Saran

Penelitian ini hanya dilakukan terhadap cumi-cumi, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut pada biota laut lainnya seperti udang-udangan, sotong, ikan,

kerang yang dijual dibeberapa pasar di Kota Medan dan penelitian tentang

45
Universitas Sumatera Utara
46

akumulasi logam berat selain kadmium (Cd) guna menambahkan data tentang

pengawasan cemaran logam dalam pangan hasil laut.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Akhyar, A.( 2019, 7 Agustus). Pajak Ikan Cemara surganya belanja ikan di Kota
Medan, tawarkan ikan segar dengan harga murah. Diakses 8 November
2019, dari https://medan.tribunnews.com/2019/08/07/pajak ikan-cemara
surganya-belanja-ikan-di-kota-medan-tawarkan-ikan-segardengan-harga
murah

Anonimous. (2019, 7 Februari). Kadmium. Diakses 10 April 2019, dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Kadmium

Anonimous. (2019, 3 November). Kota Medan. Diakses 5 November 2019, dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan

Badan Standarisasi Nasional. (2011). Cara uji kimia-bagian 5: penentuan kadar


logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada produk perikanan. SNI
2354.5:2011. h. 1- 6.

Bullough, W.S. (1958). Practical invertebrate anatomy, London: Macmillan &


Co Ltd.

Chan, M. (2007). Analisis pencemaran logam timbal, kadmium, dan merkuri


dalam cumi-cumi (Loligo sp.) di laut Belawan secara spektrofotometri
serapan atom. (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22980

Darmono. (1995). Logam dalam sistem biologi makhluk hidup, Jakarta:


Universitas Indonesia.

Darmono. (2001). Lingkungan hidup dan pencemaran. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Dwi, T. (2016, 23 Maret). Kawasan wisata Bagan Percut, Pelelangan Ikan Ujung
Muara. Diakses 8 November 2019, dari https://www.semedan.com/2016/
03/kawasan-wisata-bagan-percut pelelangan-ikan-ujung-muara.htm

Esti, R., & Delianis, P. (2004). Morfologi dana anatomi cumi-cumi Loli duvauceli
yang memancarkan cahaya. Jurusan Ilmu Kelautan: FPIK Universitas
Diponegoro Semarang.
Fardiaz, S. (2002). Polusi air dan udara. Yogyakarta: Kanisius.

IRRIS. (1989). Cadmium; CASRN 7440-43-9. US-EPA Integrated Risk


Information System. Available: https//cfpub.epa.govPDF Cadmium
(CASRN 7440-43-9).

47
Universitas Sumatera Utara
48

JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives).(2004).


Toxicological Evaluation of Certain Food Additives with a Review of
General Prinsiples and of Specifications. Geneva: FAO and WHO. (h.
140).
Kementerian Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 tentang Pedoman teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL) (Direktorat Jendral PP dan PL). Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
Kharina, I. (2010). Distribusi hasil tangkapan di pelabuhan perikanan samudera
Belawan Sumatera Utara. (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62724
Lindawanti. (2017). Absorbsi logam berat kadmium (Cd) pada cumi-cumi (Loligo
sp.) di Pulau Lae-Lae. (Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar). Diakses dari http://repositori.uinalauddin.ac.id/5017/1/LINDA
WANTI.pdf

Marganof. (2003). Potensi limbah udang sebagai penyerap logam berat


(timbal, kadmium, dan tembaga) di perairan. (Disertasi, Institut Pertanian
Bogor). Diakses dari http://www.rudyct.com/PPS702ipb/07134/marganof.
pdf

Muhajir, A. (2009). Studi kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang
darah (Anadara granosa) dari beberapa Pasar Kota Malang. (Skripsi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Palar, H. (2008). Pencemaran dan toksikologi logam berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam
Pangan Olahan. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Petrucci. R. H. (1987). Kimia dasar (prinsip dan terapan modern) (Edisi ke-4
Jilid 3). Jakarta: Penerbit Erlangga.

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I. (2004). Pemantauan lingkungan Pelabuhan


Belawan Laboratorium Lingkungan BAPEDALDA Provinsi Sumatera
Utara. Medan, 4, 6-8, 153.

Universitas Sumatera Utara


49

Rahman, A. (2007). Public health assessment: Model kajian prediktif dampak


lingkungan dan aplikasinya untuk manajemen risiko kesehatan. Depok:
Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri FKM UI

Rahman, A. (2007). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Kajian aspek


kesehatan masyarakat dan studi amdal dan kasus-kasus pencemaran
lingkungan. Jakarta: BBTKL.

Rochyatun, E., & Rozak, A. 2007. Pemantauan kadar logam berat dalam sedimen
di perairan Teluk Jakarta. Makara Sains, 11(1):1-7.

Siagian, L. (2008). Pengaruh pencemaran logam berat Pb, Cd, Cr terhadap


biota laut dan konsumennya di kelurahan Bagan Deli Belawan (Tesis,
Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6573.

World Health Organization. (1992). Exposure To Cadmium A Major Public


Health Concern. Preventing disease through healthy environments.
Geneva: Public Health Environment.

Widowati, W., Astiana, S., & Raymond, J. (2008). Efek toksik logam.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yulianto., & Nurul, A. (2017). Toksikologi lingkungan (Edisi ke-1). Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Alur/ Tahapan penelitian

Tahap pertama melakukan observasi di Pasar


Ikan Cemara dan TPI Percut.

Tahap kedua pengambilan Cumi-cumi di Pasar


Ikan Cemara dan TPI Percut dengan
menggunakan cool box selanjutnya dilakukan
preparasi di Laboratorium Gizi Kesehatan
Masyarakat FKM USU dan untuk mengetahui
kadar logam berat kadmium (Cd) dilakukan
pemeriksaan di Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Laboratorium Penelitian Terpadu USU.

Tahap ketiga menganalisis daging Cumi-cumi


(Loligo sp.) dengan menggunakan SSA

Perhitungan laju konsumsi aman (R)

Pengolahan analisis data

50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Peraturan Kepala BPOM Nomor 5 Tahun 2018

BADAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN


REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG
BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Menimbang : a. bahwa pemerintah berkewajiban untuk


melindungi masyarakat dari peredaran
pangan olahan yang mengandung cemaran
logam berat melebihi ambang batas
maksimum;
b. bahwa beberapa ketentuan mengenai batas
maksimum cemaran logam berat dalam
pangan olahan sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23
Tahun 2017 tentang Batas Maksimum
Cemaran Logam Berat dalam Pangan
Olahan perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan terkini;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Badan Pengawas Obat dan Makanan

51
Universitas Sumatera Utara
Batas Maksimum (mg/kg)
Kategori Pangan
As Pb Hg Cd
07.0 dan Tidak termasuk Kacang Dari
Kategori 04.2.1 dan 04.2.2

07.0 Produk Bakeri 0,50 0,50 0,05 0,20

08.0 Daging dan Produk Daging, Termasuk 0,25 0,50 0,03 0,05
Daging Unggas dan Daging Hewan Buruan

09.0 Ikan dan Produk Perikanan Termasuk Moluska, 0,25 0,20 0,50 0,10
Krustase, dan Ekinodermata serta Amfibi dan (kecuali untuk ikan (kecuali untuk ikan (kecuali untuk ikan
Reptil predator olahan predator olahan predator olahan
seperti cucut, tuna, seperti cucut, tuna, seperti cucut, tuna,
marlin 0,40) marlin 1,0) marlin 0,30)

10.0 Telur dan Produk-Produk Telur 0,25 0,25 0,03 0,10

Keterangan :
*dihitung terhadap produk siap konsumsi

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Lembar Observasi

Lembar Observasi

Komponen Distribusi Hasil Observasi Keterangan


Ya Tidak
Cumi-cumi (Loligo sp.)
Pasar Ikan Cemara
Belawan
Bagan Percut
Tanjung Balai
Sibolga
Kabupaten Deli
Serdang
Kabupaten Serdang
Bedagai
TPI Percut
Belawan
Bagan Percut
Tanjung Balai
Sibolga
Kabupaten Deli
Serdang
Kabupaten Serdang
Bedagai

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd) Tiap Sampel

Kadar logam Kadmium (Cd) pada sampel diperoleh dengan menggunakan

rumus perhitungan berikut:

c×V
C=
B

Keterangan:

C : Kadar logam dalam sampel (mg/kg)

c : Konsentrasi Cd pada spesimen dari pembacaan AAS (mg/L)

V : Volume penetapan/pengencer (ml)

B : Bobot spesimen (gram)

1. Sampel pada Pasar Ikan Cemara Daging Cumi-cumi (TIA), (TIB)

TIA = 0,003 mg/L = 0,000003 mg/mL

= 0,000003 mg/mL × 100 ml


=

= 0,00006 mg/g =
= 0,06 mg/kg

TIB = 0,002 mg/L = 0,000002 mg/mL

= 0,000002 mg/mL × 100 ml

= 0,00004 mg/g =
= 0,04 mg/kg

2. Sampel pada TPI Percut pada Daging Cumi-cumi (TIIA), (TIIB)

TIIA = 0,002 mg/L = 0,000002 mg/mL

54
Universitas Sumatera Utara
55

= 0,000002 mg/mL × 100 ml

= 0,00004 mg/g = = 0,04 mg/kg


TIIB = 0,002 mg/L = 0,000002 mg/mL

= 0,000002 mg/mL × 100 ml

= 0,00004 mg/g = = 0,04 mg/kg


3. Tabel hasil analisis kandungan logam berat kadmium

Tabel 4

Sampel Cumi-cumi pada Pasar Ikan Cemara Tahun 2019

Kode Sampel Kadar Cd (ppm)


TIA 0,06
TIB 0,04
Sumber : Data primer

Tabel 5

Sampel Cumi-cumi pada TPI Percut Tahun 2019

Kode Sampel Kadar Cd (ppm)


TIIA 0,04
TIIB 0,04
Sumber : Data primer

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Gambar Lampiran 1. Lokasi pengambilan cumi-cumi (Loligo sp.) di Pasar Ikan


Cemara

Gambar Lampiran 2. Lokasi pengambilan cumi-cumi (Loligo sp.) di TPI Percut

56
Universitas Sumatera Utara
57

Gambar Lampiran 3. Tempat penyimpanan cumi-cumi (Loligo sp.)

Gambar Lampiran 4. Pengukuran cumi-cumi (Loligo sp.) Pasar Ikan Cemara

Universitas Sumatera Utara


58

Gambar Lampiran 5. Pengukuran cumi-cumi (Loligo sp.) TPI Percut

Gambar Lampiran 6. Daging cumi-cumi (Loligo sp.) dibersihkan

Universitas Sumatera Utara


59

Gambar Lampiran 7. Daging cumi-cumi (Loligo sp.) dihaluskan

Gambar Lampiran 8. Cumi-cumi ditimbang dengan timbangan analitik

Universitas Sumatera Utara


60

Gambar Lampiran 9. Cumi-cumi diletakkan dalam cawan porselen bertutup

Gambar Lampiran 10. Proses pengabuan cumi-cumi dalam furnace

Universitas Sumatera Utara


61

Gambar Lampiran 11. Proses penambahan HNO3

Gambar Lampiran 12. Proses penyaringan

Universitas Sumatera Utara


62

Gambar Lampiran 13. Larutan sampel setelah dilakukan penyaringan

Gambar Lampiran 14. Larutan sampel disimpan dalam botol sampel

Universitas Sumatera Utara


63

Gambar Lampiran 15. Sampel dibunngkus dengan aluminium foil untuk


pemeriksaaan kadmium di UPT Laboratorium Penelitian Terpadu

Gambar Lampiran 16. Pengujian sampel pada AAS

Universitas Sumatera Utara


64

Gambar Lampiran 17. Pembacaan sampel pada AAS

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Surat Hasil Pemeriksaan Sampel Cumi-cumi dari UPT Laboratorium
Penelitian Terpadu

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian dari UPT Laboratorium Penelitian Terpadu

66
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai