SKRIPSI
Oleh
SAFARAH PANADA
NIM: 141000002
SKRIPSI
Oleh
SAFARAH PANADA
NIM: 141000002
Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Safarah Panada
Bakteri Salmonella sp. berperan sebagai infeksi pada manusia melalui konsumsi
daging yang dimasak kurang matang terutama unggas, daging sapi, babi, telur
ayam yang terinfeksi melalui saluran telur, dan susu mentah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap pedagang daging ayam serta
hygiene sanitasi terhadap keberadaan Salmonella sp. Jenis penelitian ini adalah
survei deskriptif dengan populasi seluruh pedagang daging ayam di Pasar
tradisional Kecamatan Medan Amplas yaitu 14 pedagang dan sampel
menggunakan teknik Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pedagang yang memiliki pengetahuan buruk yaitu 10 orang (71,4%) dan
pengetahuan baik 4 orang (28,6%). Semua pedagang memiliki sikap yang baik.
Pedagang yang memiliki sanitasi baik sebanyak 8 orang (57,1%) dan kurang baik
6 orang (42,9%). Pedagang yang memiliki hygiene yang baik sebanyak 10 orang
(71,4%) dan yang kurang baik 4 orang (28,6%). Berdasarkan penelitian di
laboratorium Balai Veteriner Medan 1 dari 14 sampel terkontaminasi bakteri
Salmonella. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sikap, Hygiene, dan sanitasi
pedagang tergolong baik, sedangkan pengetahuan tergolong buruk dan satu
sampel diidentifikasi mengandung Salmonella sp. Diharapkan agar pemerintah
memberikan kebijakan tentang perbaikan prasarana pasar yang baik dan sehat
untuk meminimalisir besarnya cemaran mikroba pada daging ayam sehingga
terjamin keamanannya.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan nikmat berupa kesehatan, kekuatan, serta kesabaran, sehingga penulis
AMPLAS TAHUN 2018” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustiana, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Prof. Dr., Dra. Irnawati Marsaulina, M.S., selaku Dosen Pembimbing skripsi
7. Drs. Abdul jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik
9. Ucapan terima kasih yang tulus penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta
Supamrih dan Ibunda tercinta Aidiani Maksum serta keluarga besar yang
telah memberikan dukungan, moril serta doa dan motivasi selama penulis
menjalani pendidikan.
skripsi ini.
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak
Safarah Panada
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Tujuan Umum 6
Tujuan Khusus 6
Manfaat Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 8
Pengetahuan 8
Sikap 9
Sanitasi 9
Sanitasi Bangunan 10
Sanitasi Peralatan 10
Sanitasi Lingkungan 11
Hygiene 11
Hygiene Makanan 11
Hygiene Perorangan 11
Keracunan Makanan 14
Bacterial Food Poisoning 14
Non- Bacterial Food Poisoning 15
Bakteri Salmonella Sp. 16
Morfologi dan Identifikasi 16
Penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella sp. 16
Epidemiologi 17
Pencegahan 18
Daging Ayam 19
Pengertian dan Keunggulan Daging Ayam 19
Persyaratan Mutu Daging Ayam 20
Tahap-tahap untuk Memperoleh Karkas Ayam 21
METODE PENELITIAN 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Lokasi 32
Waktu Penelitian 33
Populasi dan Sampel 33
Populasi 33
Sampel 33
Defenisi Operasional 34
Metode Pengumpulan Data 35
Data Primer 35
Data Sekunder 35
Metode Pengukuran 36
Tingkat Pengetahuan 36
Tingkat Sikap 36
Sanitasi Tempat Penjualan 36
Hygiene Pedagang 36
Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam 37
Tata Cara Penelitian 37
Metode Analisis Data 37
HASIL PENELITIAN 38
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 38
Karakteristik Pedagang 39
Pengetahuan Pedagang 40
Sikap Pedagang 45
Sanitasi tempat Penjualan 47
Hygiene Perorangan 52
Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam 56
PEMBAHASAN 57
Pengetahuan pedagang 57
Sikap Pedagang 57
Sanitasi Tempat Penjualan 58
Sanitasi Bangunan 58
Sanitasi Peralatan 59
Sanitasi Lingkungan 60
Hygiene Perorangan 61
Keberadaan Salmonella sp. pada Daging Ayam 62
DAFTAR PUSTAKA 67
LAMPIRAN
No Judul Halaman
No Judul Halaman
9 Dokumentasi Penelitian 84
pada tanggal 14 Oktober 1996. Penulis Beragama Islam, anak pertama dari dua
Safarah Panada
Latar Belakang
sumber makanan walaupun tanpa diolah. Contoh pangan yang memerlukan proses
salah satu bahan pangan sumber protein yang banyak dikonsumsi masyarakat.
Selain karena rasanya yang lezat dan bergizi tinggi, juga harganya yang cukup
tersusun atas asam lemak tak jenuh, serta mengandung asam amino esensial yang
diperlukan tubuh. Daging ayam menjadi sumber pangan asal hewan yang paling
unggas ini yang melebihi konsumsi pangan asal hewan lainnya seperti daging
permintaan daging ayam ( ras pedaging dan petelur) untuk konsumsi rumah
tangga pada tahun 2016 sebesar 5,110 kg/kapita/tahun merupakan yang tertinggi
dari permintaan jenis daging lainnya seperti daging ayam kampung sebesar 0,626
0,261 kg/kapita/tahun, dan yang terendah adalah konsumsi daging tetelan sebesar
0,104 kg/kapita/tahun. Daging ayam merupakan pangan asal hewan yang harus
memenuhi kriteria aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Aman berarti tidak
mengandung bahaya biologis, kimiawi, dan fisik atau bahan-bahan yang dapat
bergizi dan berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan. Utuh artinya tidak
tercampur bagian lain dari hewan lain. Halal dalam arti hewan dipotong dan
daging yang dimasak kurang matang terutama unggas, daging sapi, babi, telur
ayam yang terinfeksi melalui saluran telur, dan susu mentah (Mandal, 2008).
Infeksi oleh karena Salmonella dapat dibagi menjadi infeksi non-tifoid (yang
paling dominan adalah penyakit diare) dan demam tifoid atau demam enterik yang
disebabkan oleh Salmonella ser. Typhi dan Salmonella ser. Paratyphi (Brooks et.
all, 2012).
hewan yang bersangkutan pada saat disembelih. Bakteri ini tahan hidup
diberbagai kondisi lingkungan seperti keadaan dingin ataupun suhu yang agak
Hasil penelitian oleh Restika (2012) dari 24 sampel daging ayam yang
Nasional Indonesia (SNI) Nomor 2897 Tahun 2008. Hasil pengujian laboratorium
dengan persentase Pasar Jombang 33,3% (1 dari 3 sampel), Pasar Bukit 18,2% (2
dari 11 sampel), Pasar Modern 10% (1 dari 10 sampel) dan persentase total
dan yang negatif tidak mengandung Salmonella sebanyak 83,3% (25 sampel).
Penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan antara higiene dan sanitasi
pedagang dengan kontaminasi Salmonella sp. pada daging ayam potong di Pasar
dkk (2016) yang meneliti keberadaan bakteri Salmonella sp. pada daging ayam
yang dijual di 3 pasar Tradisional (Pasar Gintung, Pasar Rajabasa, dan Pasar
dengan total 54 sampel. Dan didapatkan bahwa Semua sampel (54 sampel ) positif
mengandung atau tercemar oleh bakteri Salmonella sp. Penelitian mereka juga
menyimpulkan bahwa jumlah bakteri pada daging ayam yang dijual di pasar
yang dijual di pasar modern (1,50x105 CFU/g). Selain itu, hasil penelitian oleh
Hasrawati (2017) dari 24 sampel daging ayam berasal dari 4 pasar tradisional
bahwa kualitas daging ayam yang dijual di beberapa pasar tradisional 41% tidak
mungkin. Karena bahan pangan seperti daging ayam dapat tercemar oleh
adalah hal yang membuat produk pangan aman untuk dimakan dan bebas dari
(Aerita, 2014).
karena kontaminasi berasal dari air yang digunakan sudah kotor dan ayam yang
telah dicuci tidak disimpan diwadah melainkan diletakkan diatas lantai dan
karkas seperti darah, bulu, kotoran dan jeroan mengkontaminasi daging ayam
tanah, sisa kotoran manusia maupun hewan atau produk makanan hewan (Arifah,
2010).
Kota Medan, Kecamatan Medan Amplas hanya terdapat satu pasar tradisional
yaitu Pasar Baru (Nadeak) yang terletak di Kelurahan Siti Rejo 2 yang terdiri dari
penjualan daging ayam masih tradisional yaitu daging ayam yang diperdagangkan
hanya diletakkan diatas meja tidak dilengkapi dengan alat pendingin, dalam
keadaan terbuka dan sering dihinggapi lalat, kotoran-kotoran dari jeroan ayam di
letakkan di atas meja penjualan bersamaan dengan meja untuk penjualan daging
ayam.
menyentuh daging ayam yang sudah dibersihkan. Hal ini disebabkan kurangnya
fasilitas sanitasi berupa air bersih yang kurang memadai. Air bersih yang
digunakan untuk mencuci karkas ayam yang sudah disembelih juga tidak
menggunakan air yang mengalir. Pencucian daging ayam dan jeroan ayam
dilakukan didalam ember yang berisi air dan dipakai berulang-ulang. Hal ini tentu
Perumusan Masalah
yang belum memenuhi syarat, seperti air bersih yang tidak mencukupi dan tidak
mengalir, tidak tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat, dan tempat
pemotongan daging ayam yang tidak dipisahkan antara daerah kotor dan bersih
sehingga mendukung keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap pedagang
Tujuan Penelitian
pengetahuan dan sikap pedagang serta sanitasi penjualan dan hygiene pedagang
Manfaat Penelitian
sanitasi penjualan dan hygiene pedagang, agar daging ayam yang dijual tidak
tingkat pengetahuan dan sikap pedagang serta gambaran sanitasi penjualan dan
3. Sebagai bahan masukan dan dokumen data ilmiah yang bermanfaat dalam
4. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan
dan minuman.
syarat kesehatan serta Higiene dan Perilaku pedagang yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan.
Pengetahuan
terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), salah satu bentuk objek
sendiri. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni :
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
4. rial. Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
adopsi perilaku melalui proses seperti ini maka pengetahuan didapatkan secara
permanen.
menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden
(Arikunto, 2010).
Sikap
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap adalah
penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulasi atau objek (dalam
mengetahui stimulasi atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap
pokok yaitu:
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
Sanitasi
bagian dari kesehatan lingkungan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara
2. Tata ruang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan alur proses, sehingga
5. Lantai kedap air, rata tidak licin, tidak berlubang, atau tidak retak, kuat
dan didesinfeksi.
6. Pintu terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, kedap air dan tidak toksik,
7. Ventilasi udara baik, aliran udara diatur dari daerah bersih ke daerah kotor.
dan didesinfeksi.
2. Bahan peralatan yang berhubungan langsung dengan produk harus terbuat dari
1. Sumber pasokan air memenuhi syarat air bersih, tersedia dengan cukup, dan
terus-menerus.
5. Lingkungan terbebas dari sumber pencemaran, terawat baik dan bersih, dan
Hygiene
termasuk ketepatan sikap tubuh. (Fathonah, 2005). Hygiene adalah upaya untuk
2004).
penyelanggara makanan agar makanan tidak tercemar. Beberapa hal yang harus
kebiasaan hidup yang baik. Para pekerja yang menangani bahan makanan seperti
melalui makanan (food born illness). Oleh karena itu pekerja yang menangani
penyakit infeksi, dan bukan carrier dari suatu penyakit. Untuk personal yang
kerapian, memiliki etika dan sopan santun, memiliki penampilan yang baik
memindahkan bakteri atau virus patogen dari tubuh, feces, atau sumber lain ke
makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus
banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun
kesehatan yang baik. Untuk itu disarankan pekerja melalukan tes kesehatan,
terutama tes darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat kesehatan
setiap 6 bulan sekali, terutama bagi pengolah makanan di dapur rumah sakit.
Ada beberapa kebiasaan yang perlu dikembangkan oleh para pengolah makanan,
selalu bersih. Apabila tidak ada ketentuan khusus untuk penggunaan seragam,
pakaian sebaiknya tidak bermotif dan berwarna terang. Hal ini dilakukan agar
(apron) yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak boleh digunakan lap
prosedur yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Pekerja juga harus
memakai sepatu yang memadai dan selalu dalam keadaan bersih (Purnawijayanti,
2001).
Kondisi sakit. Pekerja sedang sakit flu, demam, atau diare sebaiknya tidak
gejala penyakit tersebut hilang. Pekerja yang memiliki luka pada tubuhnya harus
menutup luka tersebut dengan pelindung yang kedap air, misalnya plester, sarung
tangan plastik atau karet, untuk menjamin tidak berpindahnya mikroba yang
Keracunan Makanan
Penyakit ini terjadi karena kontaminasi baktreri hidup atau toksin yang
dihasilkannya pada makanan atau karena kontaminasi zat-zat anorganik dan racun
yang berasal dari tanaman dan binatang (Chandra, 2007). Secara sederhana,
tahan panas, sehingga bakteri ini tidak dapat dilenyapkan melalui proses
pemasakan. Penyakit keracunan makanan dapat berujung serius atau bahkan fatal.
tiap makanan, dan dalam kondisi yang tepat, satu bakteri dapat berkembang
menjadi lebih dari 2 juta bakteri hanya dalam kurun waktu 7 jam. Bakteri-bakteri
tersebut berkembang biak dengan sangat cepat pada makanan yang mengandung
banyak protein atau karbohidrat saat makanan berada pada suhu antara 5-60°
Celsius, yang seringkali disebut sebagai “zona bahaya makanan”. Karena itu,
Bakteri tumbuh subur dan berkembang biak pada beberapa jenis makanan
dengan lebih mudah. Jenis makanan yang cenderung dihinggapi bakteri, antara
lain: daging, unggas, produk olahan susu, telur, produk laut, nasi matang, buah
potong. Jenis makanan di atas cenderung dihinggapi oleh bakteri, namun jenis
diantaranya ialah ibu hamil, anak-anak, lanjut usia, serta orang-orang dengan
kasus keracunan makanan yang bukan disebabkan oleh bakteri hidup maupun
toksin yang dihasilkannya. Kasus keracunan semacam ini dapat disebabkan oleh
antara lain:
singkong yang disebabkan oleh kandungan asam sianida yang secara alami
terdapat pada singkong, keracunan jengkol yang disebabkan oleh asam jengkolat
keracunan makanan antara lain zat pewarna makanan, logam berat, bumbu
Salmonella sering bersifat patogen bagi manusia atau hewan jika didapat
melalui jalur oral. Salmonella ditularkan dari hewan dan produk hewani ke
Salmonella mudah tumbuh pada medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah
memfermentasi laktosa atau sukrosa. Bakteri ini membentuk asam dan terkadang
membentuk gas dari glukosa dan manosa. Salmonella resisten terhadap zat kimia
dalam medium bermanfaat untuk mengisolasi salmonella dari feses (Brooks et.
all, 2010).
penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. pada manusia yaitu:
1. Demam enterik (demam tifoid). Penyakit ini hanya ditemukan oleh beberapa
tertelan akan mencapai usus halus, salmonella mencapai saluran limfatik dan
Setelah periode inkubasi selama 10-14 hari, timbul demam, malaise, sakit
tinggi, serta limpa dan hepar membesar. Meskipun jarang, rose spot dapat
timbul sebentar, biasanya pada kulit perut atau dada. Lesi utama adalah
hiperplasia dan nekrosis jaringan limfoid, hepatitis, nekrosis fokal pada hepar,
menggigil, anoreksia, dan anemia. Lesi fokal bisa terjadi pada setiap jaringan
atau endokarditis.
Salmonella timbul mual, nyeri kepala, muntah dan diare hebat dengan jumlah
leukosit yang sedikit pada fases. Biasanya terdapat demam ringan, tetapi reda
sehat atau feses dari seorang karier merupakan sumber kontaminasi. Jika karier
tersebut bekerja di industri jasa boga maka ia beresiko dapat menyebarkan bakteri
Salmonella baik pada pangan, maupun pada makanan. Banyak hewan termasuk
ternak, hewan pengerat, dan unggas terinfeksi secara alami oleh beragam
telur.
lainnya meningkat secara nyata di Amerika Serikat (Brooks et. all, 2010).
Florida tahun 1973 merupakan contoh penyebaran salmonella melalui air yang
terkontaminasi. Wabah ini melibatkan 225 orang dan merupakan wabah demam
tifoid terbesar di Amerika Serikat sejak tahun 1939. Diduga karena kegagalan
jaringan beberapa individu tersebut selama periode yang bervariasi. Tiga persen
orang yang sembuh dari tifoid menjadi karier permanen. Salmonella akan berada
makanan harus dimasak atau disimpan dengan baik. Suhu dibawah 4 oC akan
kontaminasi makanan dan air oleh hewan pengerat atau hewan lainnya yang
terinfeksi harus dimasak dengan matang. Karier tidak diizinkan bekerja di jasa
boga dan harus memperhatikan prosedur higien dan sanitasi secara ketat (Brooks
Daging Ayam
bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat,
Kebutuhan daging di Indonesia dapat dipenuhi salah satunya dari daging unggas
(broiler, pejantan, ayam kampung dan itik). Daging ayam adalah bagian-bagian
dari karkas ayam yang disembelih dan lazim dimakan manusia termasuk kulit,
dapat berupa daging unggas segar atau beku. Daging ayam adalah bahan pangan
yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, air, vitamin, mineral
serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh (Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2010).
Konsumsi daging ayam (ayam ras pedaging dan ayam buras) pada tahun
dibandingkan dengan daging sapi karena harga daging ayam lebih terjangkau
mulai tahun 2010 sudah swasembada daging ayam, dengan kata lain kebutuhan
Tabel 1
Kandungan Gizi Daging Ayam ras pedaging (broiler)
Komponen Nutrisi Jumlah (%)
Air 75
Protein 21
Lemak 3
Mineral 1
Vitamin Kurang dari 1
Karbohidrat Kurang dari 1
Sumber: Soeparno (2011)
Tabel 2
Persyaratan Tingkatan Mutu Fisik Karkas
Faktor Mutu Tingkatan Mutu
Mutu I Mutu II Mutu III
Komformasi Sempurna Ada sedikit kelainan Ada kelainan pada
pada tulang dada tulang dada dan
atau paha paha
Perdagingan Tebal Sedang Tipis
Peternakan Banyak Banyak Sedikit
Keutuhan Utuh Tulang utuh, kulit Tulang ada yang
sobek sedikit, tetapi patah, ujung sayap
tidak pada bagian terlepas, ada kulit
dada yang sobek pada
bagian dada
Tabel 3
(2009), Yang dimaksud dengan karkas adalah bagian dari tubuh unggas tanpa
darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam. Karkas terdiri dari komponennya yaitu
otot, tulang, lemak dan kulit . Karkas ayam merupakan bentuk keseluruhan ayam
potong tanpa bulu, kepala, kaki dan jeroan. Berikut adalah tahap-tahap untuk
bertujuan untuk memeriksa kesehatan ayam. Hanya ayam yang benar-benar sehat
yang dipilihara sebagai ayam potong. Ayam hidup yang umum dipotong berumur
antara 8 – 12 minggu dengan berat 1,4 – 1,7 kg/ekor. Sebelum ayam disembelih
sebaiknya ayam pedaging tidak diberi makan selama lebih kurang 3 jam untuk
cara menusuk bagian otak diarahkan pada medula ablongata dengan pisau kecil.
Terdapat beberapa cara penyembelihan mulai dari cara pemenggalan leher yang
sederhana sampai metode konsher yang dimodifikasi cara modern. Cara konsher
dengan memotong pembuluh darah, jalan makanan dan jalan nafas. Sedangkan
(dipingsankan terlebih dahulu), serta cara Islam yaitu pemutusan saluran darah
(vena dan arteri), kerongkongan dan tenggorokan, hewan harus sehat, tidak boleh
karena dapat mempengaruhi mutu daging unggas. Penuntasan darah yang kurang
sempurna menyebabkan karkas akan berwarna merah di bagian leher, bahu, sayap
dan pori-pori kulit dimana lama penyimpanan akan terjadi perubahan warna.
Penuntasan darah pada pemotongan unggas yang modern dilakukan dengan cara
karena kolagen yang mengikat bulu sudah terakogulasi. Suhu dan waktu
besar, bulu halus dan bulu seperti rambut. Pencabutan bulu besar dilakukan secara
mekanis dari dua arah, yaitu depan dan belakang. Sedangkan pencabutan bulu
halus dan bulu rambut umumnya dilakukan dengan metode “wax picking”, yaitu
dengan pelapisan lilin. Metode pelapisan lilin dilakukan pada unggas yang telah
mengalami penyeduhan dilapisi lilin dengan cara merendamnya dalam cairan lilin.
Setelah cukup terlapisi unggas diangkat dan dikeringkan sehingga lapisan lilin
menjadi mengeras padat. Dengan demikian bulu-bulu yang ada pada karkas akan
dan pencucian. Dengan embuat irisan lobang yang cukup besar dari bagian bawah
anus, seluruh isi perut ditarik keluar termasuk jaringan pengikat paru-paru, hati
dalam rongga perut dan menarik seluruh isi perut keluar. Pencucian bertujuan
untuk memberikan karkas unggas dari kotoran yang masih tertinggal di bagian
menjadi dua daerah, yaitu daerah kotor dan daerah bersih (SNI, 2009). Daerah
kotor yaitu daerah dengan tingkat pencemaran biologik, kimiawi dan fisik yang
yaitu daerah dengan tingkat pencemaran biologik, kimiawi dan fisik yang rendah,
yaitu:
1. Kadar air dan protein yang tinggi pada daging ayam. Daging dengan kadar air
yang tinggi merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk pertumbuhan
yang menguntungkan bagi mikroba lain. Jumlah mikroba dalam daging juga
2007).
2. Pakan dan air minum Ayam yang terkontaminasi Salmonella. Menurut Widodo
(2017), Pakan hewan ternak seperti tepung ikan yang mengandung 60%
protein, tepung tulang, tepung daging bekicot, tepung cacing tanah, tepung
bulu ayam, tepung darah ternak, dan tepung cangkang udang beresiko tercemar
Salmonella sp. Salmonella sp. dapat ditemukan pada tiap tahapan dalam proses
dapat berasal dari kotoran burung merpati, camar, geraja, dan jenis burung liar
mencemari pakan ternak tersebut melalui vektor seperti tikus dan lalat. Oleh
sebab itu higiene sanitasi tempat produksi pakan ternak juga harus dijaga
3. Telur ayam yang pecah atau retak lebih beresiko terinfeksi salmonella daripada
yang utuh. Hal ini dikarenakan telur ayam dapat bercampur dengan kotoran
ayam. Apabila telur ayam utuh, maka poi-pori telur akan terlindungi oleh kulit
4. Kontaminasi dari Rumah Potong Hewan (RPH) pada ayam yang terinfeksi
Salmonella kepada ayam sehat seperti hygiene dan sanitasi yang buruk di RPH.
Pasar Tradisional
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh
pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala
kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar
Pasar merupakan salah satu tempat umum yang sering dikunjungi oleh
langsung maupun tidak langsung melalui perantara vektor seperti lalat dan tikus.
yang aman, dan pasar tersebut dipengaruhi oleh keberadaan produsen hulu
yang berhubungan dengan kesehatan dan tokoh masyarakat. Oleh karena itu,
mengembangkan Pasar Sehat. Pasar Sehat adalah kondisi pasar yang bersih,
nyaman, aman dan sehat melalui kerjasama seluruh stakeholder terkait dalam
menyediakan pangan yang aman dan bergizi bagi masyarakat (Keputusan Mentri
yang dipunyai oleh masyarakat tersebut. oleh sebab itu, maka tempat-tempat
penyakit yang medianya berupa makanan, minuman, udara, dan air. Dengan
(Mukono, 2009).
erat hubungannya dengan timbul atau merabaknya suatu penyakit. Oleh karena itu
pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi sanitasi maupun dari
konstruksi. Apabila sanitasi pasar tidak terpenuhi maka pangan sangat beresiko
terkontaminasi oleh bakter, virus, dan juga parasit yang dapat membahayakan
kesehatan manusia.
1. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara
Kamar mandi dan toilet. Persyaratan kamar mandi dan toilet meliputi:
1. Harus tersedia toilet laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi dengan
Tabel 4
Proporsi Jumlah Toilet Dan Kamar Mandi Laki-Laki dan Perempuan
Jumlah Jumlah Kamar Mandi Jumlah Toilet
Pedagang
s/d 25 1 1
26 s/d 50 2 2
51 s/d 100 3 3
Setiap penambahan 40-100 orang harus ditambah satu kamar mandi dan satu
toilet.
Sumber:Kepmenkes RI No 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pasar Sehat
2. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yang
3. Di dalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air.
4. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang dilengkapi
5. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan
yang tidak mencemari air tanah dengan jarak 10 meter dari sumber air bersih.
6. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dengan kemiringan
7. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan
bahan pangan.
8. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux.
2. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan.
3. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan.
4. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap
pengangkut sampah.
6. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter
1. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat dari logam
2. Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air
3. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas
air limbah.
6. Dilakukan pengujian kualitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan
sekali.
2. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir dan
1. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan
tikus.
3. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai
4. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril net.
1. Tidak basi.
4. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahun 2003
5. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalam suhu rendah (4-10ºC), tidak
6. Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur, buah dan
minuman disimpan dalam suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan
7. Penyimpanan bahan makanan harus ada jarak dengan lantai, dinding dan
langit-langit : jarak dengan lantai 15 cm, dengan dinding 5 cm, dengan langit-
langit 60 cm.
8. Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal 100
kuman per cm3 permukaan dan kuman Eschericia coli adalah nol.
Kerangka Konsep
Pengetahuan Pedagang
Berkaitan dengan keberadaan
Salmonella sp. pada daging
ayam
Sikap Pedagang
penyakit berbasis lingkungan
Berkaitan dengan keberadaan
Salmonella sp. pada daging
ayam
Keberadaan Bakteri
Salmonella sp. pada Daging
Ayam Broiler
Higiene Perorangan
Pedagang
1. Mencuci Tangan
2. Kebersihan dan
Kesehatan Diri
Jenis Penelitian
pengetahuan dan sikap pedagang serta gambaran sanitasi penjualan dan hygiene
tradisional.
Medan yaitu pasar Baru (Nadeak). Adapun alasan pemilihan lokasi ini antara lain:
yang belum memenuhi syarat, seperti air bersih yang tidak mencukupi dan
tidak mengalir, tidak tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat, dan
tempat pemotongan daging ayam yang tidak dipisahkan antara daerah kotor
dan bersih sehingga mendukung keberadaan Salmonella sp. pada daging ayam.
Agustus 2018.
di pasar Tradisional Kecamatan Medan Amplas yaitu Pasar Baru (Nadeak) yang
teknik total sampling. Maka, jumlah sampel yang diambil untuk penilaian sanitasi
tempat penjualan daging ayam, hygiene perorangan, dan perilaku pedagang adalah
1. Persiapkan termos es, botol sampel yang telah disterilkan terlebih dahulu,
sampel.
3. Ambil satu potong daging ayam bagian paha (tanpa bagian tulang dan kulit)
Lalu masukkan ke dalam wadah yang telah disterilkan dan tulis identitas
sampel.
4. Tuliskan pada botol sampel tersebut nama, tempat pengambilan, waktu dan
tanggal pengambilan.
5. Masukkan botol sampel ke dalam termos yang telah diisi dengan es.
Defenisi Operasional
Salmonella sp.
2. Sikap pedagang adalah reaksi atau respon pedagang, berupa setuju atau tidak
penjualan.
yang digunakan untuk memotong daging ayam, serta frekuensi dan cara
membersihkannya.
bersih, tempat sampah, tempat pembuangan air limbah, dan fasilitas untuk
ketika bekerja seperti dalam keadaan rapi, memakai celemek ketika bekerja,
kebersihan kuku pada saat bekerja, memakai sarung tangan ketika bekerja,
10. Keberadaan Salmonella sp. Adalah ada atau tidaknya bakteri Salmonella sp.
11. SNI (Standar Nasional Indonesia) 3924 Tahun 2009 adalah persyaratan mutu
karkas dan daging ayam yang menjadi acuan batas pencemaran Salmonella
batasan wilayah daerah penelitian diperoleh dari Profil Kecamatan Medan Amplas
tahun 2016.
Metode Pengukuran
benar 1 dan 0 jika jawaban salah, nilai maksimal = 30 dan nilai minimal = 0.
positif dan pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, jika responden setuju (S)
diberi nilai 1 dan tidak setuju (TS) diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai yang
berikut:
Apabila telah memenuhi persayaratan, maka checklist kolom ya, dan apabila tidak
diperoleh maka:
1. Sanitasi tempat penjualan baik, apabila jumlah nilai yang diperoleh >15.
2. Sanitasi tempat penjualan tidak baik, apabila jumlah nilai yang diperoleh ≤15.
2. Hygiene pedagang tidak baik, apabila nilai responden mendapat nilai ≤15.
1. Tidak terdapat Salmonella sp. pada daging ayam, apabila hasil pengujian
2. Terdapat Salmonella sp. pada daging ayam, apabila hasil pengujian positif (+)
Tata cara penelitian. Ada dua tata cara penelitian yang dilakukan yaitu:
data deskriptif dari variabel dalam bentuk tabel. Variabel yang dianalisis adalah
dan Surabaya. Kota Medan dengan luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2) memiliki 21
7 Kelurahan. Adapun luas wilayah Kecamatan Medan Amplas adalah 5,84 km²
Baru (Nadeak) yang merupakan bagian dari pasar Simpang Limun. Pasar
Simpang Limun Medan terbagi atas dua yaitu milik pemerintah yang disebut
sebagai pasar Gambir merupakan pasar yang terletak di kecamatan Medan kota,
dan pasar Baru Simpang Limun termasuk pasar yang terletak di kecamatan Medan
Amplas. Pasar ini merupakan pasar yang masih banyak dikunjungi oleh
masyarakat, baik dari kalangan rendah sampai kalangan tinggi atau masyarkat
yang bekerja dirumahan sampai masyarakat yang bekerja dikantoran. Pasar Baru
Pedagang daging ayam merupakan satu dari pedagang bahan makanan lainnya
Karakteristik Pedagang.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
dan Pendidikan Terakhir
Variabel Jumlah Persentase(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 64,3
Perempuan 5 35,7
Total 14 100,0
Umur
<30 tahun 1 7,1
30-50 tahun 6 42,9
>50 tahun 7 50,0
Total 14 100,0
Pendidikan terakhir
SD 1 7,1
SMP 2 14,3
SMA 10 71,4
Perguruan Tinggi 1 7,1
Total 14 100,0
Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa, responden berjenis kelamin laki-
sebanyak 5 orang (35,7%). Rentang umur terbanyak berada pada umur >50 tahun
sebanyak 7 orang (50,0%), 30-50 tahun 6 orang (42,9%), dan <30 tahun
adalah SMA sebanyak 10 orang (71,4%), SMP sebanyak (14,3%), dan responden
orang (7,1%).
Pengetahuan Pedagang
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentase
(%)
Ada bakteri yang dapat mengontaminasi daging
ayam
a. Ada 4 28,6
b. Tidak ada 0 0,0
c. Tidak tahu 10 71,4
Jumlah 14 100,0
Proses kontaminasi bakteri dapat terjadi
a. Dari kotoran-kotoran ayam lalu mencemari 3 21,4
daging ayam
b. Dari daging ayam 0 0,0
c. Tidak tahu 11 78,6
Jumlah 14 100,0
Definisi dari Hygiene pedagang dan sanitasi
tempat penjualan
a. Upaya kesehatan dengan cara memelihara
dan melindungi kebersihan pedagang, 3 21,4
peralatan, dan tempat penjualan
b. Upaya kesehatan dengan cara memelihara 9 64,3
kebersihan pedagang agar tetap sehat
c. Upaya kesehatan dengan cara memelihara 2 14,3
dan melindungi tempat penjualan agar tetap
rapi
Jumlah 14 100,0
Mencuci daging ayam yang akan dijual ke
pembeli sampai bersih
a. Perlu. Agar daging ayam bersih dari 3 21,4
kotoran-kotoran ayam dan tidak
terkontaminasi oleh bakteri
b. Perlu. Agar terlihat bersih dan enak 3 21,4
dipandang saja
c. Tidak perlu. Karena pembeli akan 8 57,2
mencucinya dirumah
Jumlah 14 100,0
(bersambung)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentase
(%)
Proses pencucian daging ayam dan jeroan ayam
yang benar
a. Mencuci daging ayam dan jeroan ayam di 2 14,3
wadah yang terpisah
b. Mencuci daging ayam dan jeroan ayam di 8 57,1
wadah yang sama
c. Tidak perlu mencuci daging ayam, hanya
jeroannya saja yang dicuci 4 28,6
Jumlah 14 100,0
Menurut Bapak/Ibu sebaiknya air apa yang
digunakan saat mencuci daging ayam dan jeroan
ayam?
a. Air bersih yang mengalir dari kran air 6 42,9
b. Air yang tertampung di dalam bak 5 35,7
c. Air bersih yang tertampung diember dan
digunakan untuk mencuci daging ayam dan
3 21,4
jeroan ayam secara bersamaan
Jumlah 14 100,0
Manfaat mencuci tangan setelah membersihkan
kotoran pada daging ayam dan jeroan ayam
a. Agar kotoran-kotoran ayam tidak
mengontaminasi daging ayam melalui
tangan yang sudah kotor 10 71,5
b. Agar tangan terlihat bersih dan tidak bau 3 21,4
c. Agar tangan terlihat segar 1 7,1
Jumlah 14 100,0
Memakai alat untuk membersihkan kotoran pada
jeroan ayam
a. Perlu. Agar kotoran ditangan tidak 0 0,0
mengontaminasi daging ayam yang akan
dijual.
b. Perlu. Agar tangan tidak bau kotoran dari
3 21,4
jeroan ayam
c. Tidak perlu. Karena membersihkan jeroan
sangat mudah dengan menggunakan tangan 11 78,6
Jumlah 14 100,0
(bersambung)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentase
(%)
Mencuci peralatan (pisau, telenan) yang sudah
dipakai sampai bersih
a. Perlu. Agar peralatan bebas dari kotoran- 0 0,0
kotoran ayam
b. Perlu. Agar terlihat bersih 14 100,0
c. Tidak perlu. Karena akan digunakan lagi 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Tahapan yang benar dalam menjaga peralatan
untuk penanganan ayam
a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan 2 14,3
air bersih, lalu dikeringkan
b. Peralatan cukup dicuci saja 12 85,7
c. Peralatan tidak perlu dicuci 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Tempat daging ayam dan tempat jeroan ayam
dipisahkan
a. Perlu. Karena kotoran ayam dapat 2 14,3
mengontaminasi daging
b. Perlu. Agar mudah membedakan antara
daging dan jeroan ayam 7 50,0
c. Tidak perlu. Karena memerlukan banyak
tempat 5 35,7
Jumlah 14 100,0
Membersihkan meja untuk penjualan agar tetap
bersih
a. Dibersihkan setiap kali meja penjualan kotor 9 64,3
b. Cukup dua kali saja 5 35,7
c. Tidak perlu dibersihkan 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Memakai celemek saat bekerja
a. Perlu. Agar menghindari tubuh dari kotoran- 7 50,0
kotoran ayam
b. Perlu. Agar terlihat rapi 6 42,9
c. Tidak perlu. Karena sangat mengganggu saat 1 7,1
bekerja
Jumlah 14 100,0
(bersambung)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentase
(%)
Memotong kuku yang panjang saat bekerja
a. Perlu agar kotoran tidak masuk kedalam 7 50,0
kuku
b. Perlu. Nyaman ketika bekerja 7 50,0
c. Tidak perlu. Karena tidak ada hubungannya 0 0,0
dengan kontaminasi bakteri
Jumlah 14 100,0
Tempat sampah yang memenuhi persyaratan
a. Tertutup, kedap air dan mudah dibersihakan 3 21,4
b. Tidak perlu tertutup agar mudah digunakan 11 78,6
c. Sampah dibuang sembarangan dihalaman 0 0,0
tempat berjualan
Jumlah 14 100,0
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa, pengetahuan pedagang
tentang ada atau tidaknya bakteri pada daging ayam sebanyak 10 (71,4%)
pedagang menjawab tidak tahu dan 4 pedagang (28,6 %) menjawab ada. Untuk
hygiene dan sanitasi adalah Upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
pedagang (14,3%) menjawab peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air
tentang perlukah dipisah antara tempat daging ayam dengan tempat jeroan ayam,
dan jeroan ayam, 5 pedagang (35,7%) menjawab tidak perlu karena akan
kotoran pada jeroan ayam kemungkinan besar terdapat bakteri yang dapat
menjawab dibersihkan setiap kali meja kotor, dan 5 pedagang (35,7%) menjawab
cukup dua kali saja. Untuk pengetahuan tentang pentingnya memakai celemek
terkena kotoran ayam, 6 pedagang (42,9%) menjawab perlu agar terlihat rapi, dan
Tabel 7
Distribusi Kategori Pengetahuan Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Pengetahuan Pedagang
Baik 4 28,6
kurang 10 71,4
Total 14 100,0
Sikap Pedagang
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Sikap Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pernyataan Setuju Tidak Setuju Jumlah
n % n % n %
Pedagang tidak boleh memiliki 14 100,0 0 0,0 14 100,0
kuku panjang saat bekerja
Mencuci tangan sebelum dan 14 100,0 0 0,0 14 100,0
sesudah membersihkan daging
ayam dan jeroan ayam
Mencuci tangan dengan air 14 100,0 0 0,0 14 100,0
bersih yang mengalir dan dengan
sabun
Memakai celemek saat bekerja 13 92,9 1 7,1 14 100,0
Mencuci daging ayam dengan air 14 100,0 0 0,0 14 100,0
bersih dan mengalir
Air untuk mencuci daging ayam 4 28,6 10 71,4 14 100,0
ditampung di wadah yang
berbeda dengan jeroan ayam
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Sikap Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pernyataan Setuju Tidak Jumlah
Setuju
n % n % n %
Pisau yang digunakan untuk 14 100,0 0 0,0 14 100,0
menyembelih ayam tidak
digunakan lagi untuk memotong
ayam yang sudah dibersihkan
tanpa dicuci dahulu
Tempat jualan harus bersih 14 100,0 0 0,0 14 100,0
Tidak memakai perhiasan saat 14 100,0 0 0,0 14 100,0
bekerja
Tidak bekerja apabila sedang 7 50,0 7 50,0 14 100,0
sakit
Pedagang harus menyediakan 14 100,0 0 0,0 14 100,0
tempat penampungan kotoran
ayam
Peralatan yang digunakan harus 14 100,0 0 0,0 14 100,0
dicuci bersih sebelum dan setelah
dipakai
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa, semua Pedagang (100,0%)
setuju bahwa pedagang tidak boleh memiliki kuku panjang saat bekerja, mencuci
tangan sebelum dan sesudah membersihkan daging ayam dan jeroan ayam pada
air yang mengalir dan menggunakan sabun, mencuci daging ayam dengan air
bersih dan mengalir, membersihkan kotoran pada jeroan ayam perlu memakai
peralatan, pisau yang digunakan untuk menyembelih ayam tidak digunakan lagi
untuk memotong ayam yang sudah dibersihkan tanpa dicuci dahulu, tempat jualan
harus bersih, tidak memakai perhiasan saat bekerja, pedagang harus menyediakan
memakai celemek saat bekerja dan pedagang setuju bahwa tempat untuk menaruh
atau meletakkan daging ayam yang sudah dibersihkan dibedakan dengan yang
28,6%) setuju air untuk mencuci daging ayam ditampung di wadah yang berbeda
dengan jeroan ayam. Sebanyak 13 pedagang (92,9%) tidak setuju dan 1 pedagang
(7,1%) setuju tempat sampah tertutup. Sebanyak 7 pedagang (50,0%) setuju dan 7
Tabel 9
Distribusi Kategori Sikap Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Sikap Pedagang
Baik 14 100,0
kurang 0 0,0
Total 14 100,0
Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa, semua pedagang memiliki
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas tahun 2018
Uraian Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Sanitasi Bangunan
Luas bangunan sesuai 14 100,0 0 0,0 14 100,0
dengan kapasitas produksi
Tempat jualan terpisah 14 100,0 0 0,0 14 100,0
dengan komoditi lain
(bersambung)
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas tahun 2018
Uraian Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Bangunan permanen 10 71,4 4 28,6 14 100,0
Lantai kedap air, tidak licin, 0 0,0 14 100,0 14 100,0
dan tidak berlubang
Memiliki pencahayaan yang 8 57,1 6 42,9 14 100,0
cukup
Memiliki ventilasi udara 13 92,9 1 7,1 14 100,0
yang cukup
Halaman bersih, rapi, tidak 0 0,0 14 100,0 14 100,0
becek, dan berjarak
sedikitnya 500 meter dari
sarang lalat/tempat
pembuangan sampah, serta
tidak tercium bau busuk atau
tidak sedap yang berasal dari
sumber pencemar.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas tahun 2018
Uraian Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Peralatan terlindungi dari 0 0,0 14 100,0 14 100,
vektor (Lalat, tikus, kecoa) 0
saat sedang dipakai dan tidak
dipakai
Peralatan selalu dibersihkan 14 100,0 0 0,0 14 100,
setelah dipakai 0
Tempat mencuci peralatan 0 0,0 14 100,0 14 100,
dibedakan dengan tempat 0
pencucian bahan makanan
Peralatan dicuci 14 100,0 0 0,0 14 100,
menggunakan desinfektan 0
Membersihkan peralatan 0 0,0 14 100,0 14 100,
menggunakan air bersih yang 0
mengalir
Peralatan yang telah 0 0,0 14 100,0 14 100,
dibersihkan disimpan dalam 0
tempat yang terlindung dari
pencemaran
Sanitasi Lingkungan
Tersedia sumber air bersih 11 78,6 3 21,4 14 100,0
Tersedia tempat pembuangan 0 0,0 14 100,0 14 100,0
sampah yang tertutup
Tersedia tempat sampah 0 0,0 14 100,0 14 100,0
untuk kotoran ayam yang
tertutup
Tempat sampah dibersihkan 14 100,0 0 0,0 14 100,0
setelah selesai berjualan
Tidak ada tumpukan sampah 11 78,6 3 21,4 14 100,0
di sekitar tempat penjualan
Tersedia fasilitas untuk 11 78,6 3 21,4 14 100,0
mencuci tangan dan
mencuci peralatan di tempat
jualan
Daerah kotor dibedakan 14 100,0 0 0,0 14 100,0
dengan daerah bersih
(bersambung)
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas tahun 2018
Uraian Ya Tidak Jumlah
n % n % n %
Tersedia tempat pembuangan 0 0,0 14 100,0 14 100,0
air limbah yang tertutup
Tempat pembuangan air 0 0,0 14 100,0 14 100,0
limbah tidak mampet
Tidak ada genangan air dan 0 0,0 14 100,0 14 100,0
bebas banjir di sekitar tempat
penjualan
pedagang (100%) memiliki luas bangunan sesuai dengan kapasitas produksi dan
memiliki tempat jualan yang terpisah dari komoditi lain namun memiliki lantai
yang tidak kedap air, licin, dan berlubang, tidak memiliki halaman yang bersih,
tidak rapi, becek, dan tidak berjarak sedikitnya 500 meter dari sarang lalat/tempat
pembuangan sampah, serta tercium bau busuk atau tidak sedap yang berasal dari
dan langit-langit dibuat dengan baik, terpelihara dan mudah dibersihkan dan 4
ventilasi yang cukup dan 1 tempat penjualan (7,1%) memiliki ventilasi yang
kurang. Sebanyak 9 tempat jualan (64,3%) memiliki tempat bekerja yang bebas
yang digunakan pedagang tidak berkarat, memakai telenan yang terbuat dari
bahan kayu, tidak mengandung bahan beracun, kedap air dan tidak mudah
dibersihkan namun peralatan tidak terlindungi dari vektor (Lalat, tikus, kecoa)
saat sedang dipakai dan tidak dipakai, membersihkan peralatan setelah dipakai,
peralatan menggunakan air bersih yang mengalir dan tidak menyimpan peralatan
(78,6%) memiliki pisau lebih dari satu. 8 pedagang (57,1%) menggunakan telenan
(78,6%) memiliki sumber air bersih, tidak memiliki tumpukan sampah disekitar
tempat penjualan, tersedia fasilitas untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan
di tempat jualan. Semua pedagang (100%) tidak memiliki tempat sampah kotoran
ayam yang tertutup namun mereka membersihkan tempat sampah setelah selesai
bersih, namun tempat pembuangan air limbah tidak tertutup, dan sering mampet.
berikut:
Tabel 11
Distribusi Kategori Sanitasi Tempat Penjualan Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Sanitasi Penjualan
Baik 8 57,1
kurang 6 42,9
Total 14 100,0
Hygiene Perorangan
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hygiene Perorangan Pedagang Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentas
e (%)
Mencuci tangan sebelum dan selesai bekerja
a. Ya 14 100,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
a. Ya 7 50,0
b. Kadang-kadang 7 50,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci tangan menggunakan air yang mengalir
a. Ya
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 0 0,0
14 100,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci peralatan apabila sudah dipakai
a. Ya 7 50,0
b. Kadang-kadang 7 50,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci daging ayam dan jeroan ayam pada air
yang mengalir
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
(bersambung)
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hygiene Perorangan Pedagang Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentas
e (%)
Mencuci tangan sebelum dan selesai bekerja
a. Ya 14 100,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun
a. Ya 7 50,0
b. Kadang-kadang 7 50,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci tangan menggunakan air yang mengalir
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci peralatan apabila sudah dipakai
a. Ya 7 50,0
b. Kadang-kadang 7 50,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Mencuci daging ayam dan jeroan ayam pada air
yang mengalir
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Membersihkan meja jualan apabila sudah kotor
a. Ya 7 50,0
b. Kadang-kadang 7 50,0
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Ketika bekerja Bapak/Ibu memakai celemek
a. Ya 10 71,5
b. Kadang-kadang 3 21,4
c. Tidak 1 7,1
Jumlah 14 100,0
(bersambung)
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hygiene Perorangan Pedagang Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentase
(%)
Celemek dicuci hingga bersih
a. Ya 10 71,5
b. Kadang-kadang 3 21,4
c. Tidak 1 7,1
Jumlah 14 100,0
Mengeringkan peralatan yang sudah dicuci
dengan kain lap bersih
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Memotong kuku tangan apabila sudah panjang
a. Ya 12 85,7
b. Kadang-kadang 2 14,3
c. Tidak 0 0,0
Jumlah 14 100,0
Menggunakan alat ketika sedang membersihkan
kotoran pada jeroan/usus ayam
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Menggunakan sarung tangan ketika menyembelih
ayam
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Menggunakan perhiasan saat bekerja
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 0 0,0
c. Tidak 14 100,0
Jumlah 14 100,0
Merokok saat bekerja
a. Ya 0 0,0
b. Kadang-kadang 4 28,6
c. Tidak 10 71,4
Jumlah 14 100,0
(bersambung)
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Hygiene Perorangan Pedagang Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Pertanyaan Jumlah (n) Persentas
e (%)
Tetap bekerja apabila sedang sakit (diare, gatal-
gatal pada kulit)
a. Ya 3 21,4
b. Kadang-kadang 5 35,7
c. Tidak 6 42,9
Jumlah 14 100,0
Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan bahwa, semua pedagang (100%)
mencuci tangan sebelum dan selesai bekerja namun tidak menggunakan air
mengalir, tidak menggunakan air mengalir ketika mencuci daging ayam dan
jeroan ayam dan tidak mengeringkan peralatan yang sudah dicuci dengan kain lap
sudah panjang. 10 pedagang (71,4%) tidak merokok saat bekerja dan 4 pedagang
Kategori sanitasi tempat penjualan daging ayam dapat dilihat pada tabel 13
Tabel 13
Distribusi Kategori Hygiene Perorangan Pedagang Daging Ayam di Pasar
Tradisional Kecamatan Medan Amplas Tahun 2018
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Higiene Perorangan
Baik 10 71,4
kurang 4 28,6
Total 14 100,0
Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa kategori hygiene
yang diambil dari pasar tradisonal di Kecamatan Medan Amplas, yaitu Pasar Baru
Tabel 13
Keberadaan Salmonella sp. Pada Daging Ayam di Pasar Tradisional Kecamatan
Medan Amplas Tahun 2018
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Salmonella
Negatif 13 92,9
Positif 1 7,1
Total 14 100,0
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dapat diketahui bahwa 13 sampel
daging ayam negatif mengandung bakteri Salmonella sp. dan 1 sampel positif
Pengetahuan Pedagang
ayam mengenai kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada daging ayam rendah.
Salmonella sp. pada daging ayam masih belum memadai meskipun tingkat
Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar responden dengan latar
menjaga hygiene dan sanitasi tempat penjualan serta masih kurangnya penyuluhan
Sikap Pedagang
tentang kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada daging ayam dikategorikan baik.
diri. Seperti contohnya pedagang diberi pernyataan tentang tidak boleh memiliki
kuku panjang ketika bekerja, lalu pedagang menjawab setuju, namun alasan yang
pedagang tidak boleh memiliki kuku yang panjang ketika bekerja dikarenakan
agar kotoran-kotoran yang berasal dari jeroan dan usus ayam tidak masuk ke
ayam melalui kuku pedagang. Hal ini menunjukkan bahwa pedagang tidak tahu
jika berkaitan dengan kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada daging ayam.
aktivitas akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan suatu faktor atau suatu
kondisi yang memungkinkan seseorang itu dapat menerapkan apa yang mereka
ketahui.
penjualan memiliki luas bangunan sesuai dengan kapasitas produksi dan terpisah
dari komoditi lain dan telah memiliki ventilasi yang cukup dikarenakan tempat
penjualan yang sebagian besar terbuka. Tempat berjualan yang terbuka umumnya
permanen. Masih banyak tempat penjualan yang memiliki banyak barang yang
tidak terpakai hal tersebut dapat mengganggu ketika bekerja dan banyaknya
Semua tempat penjualan daging ayam memiliki lantai yang tidak kedap
Halaman disekitar tempat penjualan tidak bersih, tidak rapi, becek, dan berjarak
sangat dekat dari sarang lalat/tempat pembuangan sampah, serta tercium bau
busuk atau tidak sedap yang berasal dari tempat sampah yang sangat
mengganggu.
tersebut dengan alasan agar lebih mudah untuk memotong karkas-karkas ayam.
Umumnya pedagang memiliki pisau lebih dari satu untuk membedakan pisau
sembelih dan pisau yang digunakan untuk memotong karkas ayam, tetapi 3
penyimpanan masih belum baik, karena peralatan yang telah selesai digunakan
diletakkan begitu saja di meja dan tidak tersedia tempat penyimpanan peralatan
pangan dan makanan yang nantinya akan merugikan kesehatan manusia. Peralatan
sumber air bersih, namun secara kuantitas masih belum mencukupi dikarenakan
banyaknya pedagang yang memakai air tersebut, memiliki tempat sampah namun
tidak tertutup. Pedagang lebih memilih tempat sampah yang terbuka dikarenakan
mencuci peralatan, jeroan/usus ayam, dan daging ayam yang akan dijual
umumnya ditempat yang sama yaitu air yang tertampung didalam ember. Air
Tempat penjualan umumnya tersedia fasilitas untuk mencuci tangan dan mencuci
lebih mudah apabila tempat mencuci tangan dan peralatan ditampung didalam
tidak tertutup sehingga selalu mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan sering
setiap tempat penjualan terdapat genangan air dan tidak bebas banjir dikarenakan
air bersih yang memadai perlu diperhatikan karena air merupakan unsur penting
dan pengolahan produk, ketersedian tempat sampah dan saluran limbah yang tidak
tertutup dapat mengundang kedatangan lalat, kecoa maupun tikus yang menjadi
dengan baik, makanan atau bahan pangan serta peralatan dapat terbebas dari
kotoran dan cemaran mikroorganisme atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
Hygiene Perorangan
sabun apabila sebelum dan sesudah bekerja, memakai celemek apabila sedang
bekerja dan sesudah bekerja celemek dicuci sampai bersih, tidak menggunakan
perhiasan saat bekerja, tidak memiliki kuku panjang saat bekerja, dan tidak
merokok apabila sedang bekerja. Semua tempat penjualan memiliki Daerah bersih
dan daerah kotor yang terpisah, hal ini menunjukkan bahwa resiko
terkontaminasinya daging ayam oleh bakteri Salmonella sp. melalui kotoran ayam
terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan sebagai berikut; keamanan dan
melalui makanan (food born illness). Oleh karena itu pekerja yang menangani
Salmonella sp. hal ini menunjukkan bahwa daging ayam tersebut tidak memenuhi
syarat kesehatan sesuai dengan SNI No. 3924 Tahun 2009 yaitu daging ayam
yang memenuhi syarat apabila sampel daging ayam sebanyak 25 gram negatif
berasal dari penjual dengan urutan nomor dua. Berdasarkan survei yang dilakukan
pada pedagang tersebut memiliki hygiene yang kurang baik. Air yang digunakan
untuk mencuci jeroan ayam dan daging ayam ditampung didalam ember dan tidak
diganti sampai air terlihat keruh. Pedagang juga jarang mencuci peralatan yang
digunakan untuk memotong daging ayam. Dan saat bekerja pedagang memiliki
kuku yang panjang dan berwarna hitam, tidak menggunakan celemek dan tidak
Pedagang mengatakan bahwa akan lebih mudah jika air ditampung didalam ember
pedagang tidak tahu mengenai kontaminasi bakteri Salmonella sp. pada daging
ayam sehingga hal inilah yang meningkatkan resiko keberadaan Salmonella sp.
pada daging ayam. Kondisi tempat penjualan sangat gelap dan dihinggapi banyak
Salmonella sp. maka konsumen harus memasak daging ayam tersebut sampai
matang pada suhu 740C selama 2 menit, dan menyimpan daging ayam pada suhu
pada suhu tersebut maka konsumen beresiko terkena penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella sp. seperti Demam Tifoid (umum di Indonesia), Setelah
periode inkubasi selama 10-14 hari, timbul demam, malaise, sakit kepala,
kontisipasi, bradikardia dan mialgia. Demam mencapai plato yang tinggi, serta
limpa dan hepar membesar. Meskipun jarang, rose spot dapat timbul sebentar,
biasanya pada kulit perut atau dada. Lesi utama adalah hiperplasia dan nekrosis
jaringan limfoid, hepatitis, nekrosis fokal pada hepar, dan peradangan kandung
Menurut Brooks et. all (2012), pencemaran karkas ayam oleh Salmonella
sp. dapat dengan mudah terjadi dari satu karkas ke karkas lain melalui tangan
pekerja yang tercemar Salmonella sp. Hal ini disebabkan karena terjadinya
kontaminasi pada daging ayam, yang mana tangan pedagang merupakan sumber
pada rentang kategori sedang dan buruk. Rendahnya persentase paparan bakteri
seperti yang dijelaskan oleh Supardi dan Sukamto (2009) bahwa Salmonella
dan bakteri asam laktat (BAL). Rendahnya persentase Salmonella sp. dapat juga
dipengaruhi oleh suhu, sebab kecepatan tumbuh dengan tiba-tiba sangat menurun
pada batas atas dan bawah kisaran suhu. Kebanyakan bakteri berhenti tumbuh
pada suhu (suhu minimum untuk tumbuh) jauh diatas titik beku air.
Kesimpulan
bahwa:
5. Dari 14 sampel daging ayam yang dijual terdapat 1 sampel (7,1%) positif
Saran
melakukan hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan dan peralatan pada
kuku ketika bekerja, memakai celemek, dan memakai sarung tangan. Memilih
prasarana pasar yang baik dan sehat untuk meminimalisir besarnya cemaran
Aerita, A.N., Pawenang, E.T., & Mardiana. (2014). Hubungan higiene pedagang
dan sanitasi dengan kontaminasi salmonella pada ayam potong dengan
metode kuantifikasi di tiga pasar tradisional dan dua pasar modern di Kota
Bandar Lampung. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.
Universitas Lampung, 21 (2), 9-16.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/3900
Ariyanti & Supar. (2014). Cemaran salmonella enteridis pada ternak dan
produknya. Diakses Mei 19, 2018, dari
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id./fullteks/lokakarya//lkpngan05-
26.pdf?secure=1.
Betty, Yendri. (2007). Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam. Jurnal
Dinas peternakan Provinsi Sumatera barat, 28 (3), 96-100.
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3283093.pdf
Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A., & Mietzner, T.A., (2010).
Medical Microbilogy (ed. Ke-25). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinas Kesehatan Pangan, Kelautan, dan Pertanian. (2017). Ayam asuh (aman,
sehat, utuh, halal). Diakses Maret 01, 2018, dari
https://dkpkp.jakarta.go.id/berita/detail/go.
Djaafar, T.F., & Rahayu, S. (2007). Cemaran mikroba pada produk pertanian,
penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan pertanian, 26 (2), 67-75.
http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/p3262073.pdf
Fathonah, Siti. (2005). Higiene dan sanitasi makanan. Semarang: UNNES Press.
Hasrawati. (2017). Tingkatan cemaran bakteri salmonella sp. pada daging ayam
yang dijual di pasar tradisional makasar (Skripsi). Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makasar.
Mandal, B.K., Wilkins, E.G.I., Dunbar, E.M., & Mayor, W.R.T. (2008). Penyakit
Infeksi (Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112. (2007). Penataan dan pembinaan
pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Jakarta, Indonesia:
Anonim.
Restika, K.D. (2012). Keberadaan salmonella pada daging ayam yang dijual di
pasar tradisional di kota Tangerang Selatan (Skripsi). Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soeparno. (2011). Ilmu nutrisi dan gizi daging. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Standar Nasional Indonesia. (2009). Mutu karkas dan daging ayam. Jakarta,
Indonesia: Anonim.
Widodo, Eko. (2017). Ilmu bahan pakan ternak dan formulasi pakan unggas.
Malang: UB Press.
KUESIONER
I. Identitas responden
1. No. Identitas :
2. Nama :
3. Nama Pasar :
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki b. perempuan
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir
a. SD c. SMA
b. SMP d. Perguruan tinggi
1. Nama Pasar :
2. Alamat Pasar :
3. Nomor Tempat :
KUESIONER
No. PERNYATAAN S TS
1. Pedagang tidak boleh memiliki kuku panjang saat bekerja
LEMBAR OBSERVASI
1. SANITASI BANGUNAN
HASIL
NO. URAIAN OBSERVASI SANITASI OBSERVASI
SANITASI
Ya Tidak
1. Luas bangunan sesuai dengan kapasitas produksi
2. Tempat jualan terpisah dengan komoditi lain
3. Bangunan permanen
4. Lantai kedap air, tidak licin, dan tidak berlubang
5. Memiliki pencahayaan yang cukup
6. Memiliki ventilasi udara yang cukup
7. Halaman bersih, rapi, tidak becek, dan berjarak
sedikitnya 500 meter dari sarang lalat/tempat
pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk
atau tidak sedap yang berasal dari sumber pencemar.
8. Konstruksi bangunan kuat, aman dan terpelihara
9. Tempat bekerja bebas dari barang-barang yang tidak
berguna atau barang sisa.
10. Dinding dan langit-langit dibuat dengan baik,
terpelihara dan mudah dibersihkan.
2. SANITASI PERALATAN
HASIL
NO. URAIAN OBSERVASI SANITASI OBSERVASI
SANITASI
Ya Tidak
1. Pisau yang digunakan tidak berkarat
2. Memiliki pisau lebih dari satu
HASIL
NO. URAIAN OBSERVASI SANITASI OBSERVASI
SANITASI
Ya Tidak
3. Telenan yang digunakan bersih
4. Telenan tidak terbuat dari bahan kayu, tidak
mengandung bahan beracun, kedap air dan mudah
dibersihkan
5. Peralatan terlindungi dari vektor (Lalat, tikus, kecoa)
saat sedang dipakai dan tidak dipakai
6. Peralatan selalu dibersihkan setelah dipakai
7. Tempat mencuci peralatan dibedakan dengan tempat
pencucian bahan makanan
8. Peralatan dicuci menggunakan desinfektan
9. Membersihkan peralatan menggunakan air bersih
yang mengalir
10. Peralatan yang telah dibersihkan disimpan dalam
tempat yang terlindung dari pencemaran
3. SANITASI LINGKUNGAN
HASIL
NO. URAIAN OBSERVASI SANITASI OBSERVASI
SANITASI
Ya Tidak
1. Tersedia sumber air bersih
2. Tersedia tempat pembuangan sampah yang tertutup
3. Tersedia tempat sampah untuk kotoran ayam yang
tertutup
4. Tempat sampah dibersihkan setelah selesai berjualan
5. Tidak ada tumpukan sampah di sekitar tempat
penjualan
6. Tersedia fasilitas untuk mencuci tangan dan mencuci
peralatan di tempat jualan
7. Daerah kotor dibedakan dengan daerah bersih
8. Tersedia tempat pembuangan air limbah yang
tertutup
9. Tempat pembuangan air limbah tidak mampet
10. Tidak ada genangan air dan bebas banjir di sekitar
tempat penjualan
KUESIONER
c. Tidak
9. Apakah Bapak/Ibu mengeringkan peralatan yang sudah dicuci dengan kain
lap bersih?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
10. Apakah Bapak/Ibu memotong kuku tangan apabila sudah panjang?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
11. Apakah Bapak/Ibu menggunakan alat ketika sedang membersihkan kotoran
pada jeroan/usus ayam?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
12. Apakah Bapak/Ibu menggunakan sarung tangan ketika menyembelih ayam?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
13. Apakah Bapak/Ibu menggunakan perhiasan saat bekerja?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
14. Apakah Bapak/Ibu merokok saat bekerja?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
15. Apakah Bapak/Ibu tetap bekerja apabila sedang sakit (diare, gatal-gatal pada
kulit)?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendidikan terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategori pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategori sikap
kategori sanitasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kategori hygiene
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
keberadaan salmonella