Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA

PETUGAS KEBERSIHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR BAKUNG


BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
AGUNG SATRIA UTAMA H

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT

RELATION OF PERSONAL HYGIENE WITH DIARRHEA


OCCURRENCE AT JANITOR IN BAKUNG LANDFILLS BANDAR
LAMPUNG

By

AGUNG SATRIA UTAMA H

Background: Personal hygiene means the act of maintaining one's personal hygiene and
health for their physical and psychological well-being. Personal hygiene is one of the
factors that can increase the risk of diarrhea. The objective is to identify the relation of
personal hygiene with diarrhea occurrence at janitor in Bakung landfills Bandar
Lampung.
Methods: The design of this survey is analytical method with cross-sectional approach to
58 respondent. This study used a questionnaire to assess respondent’s personal hygiene
and the incidence of diarrhea.
Results: The data obtained were calculated using Chi-square test. Out of 58 participants,
40 participants (69%) were found had good personal hygiene and 18 participants (31%)
were found poor personal hygiene, while 24 participants (41,4%) were found experienced
diarrhea and 34 (58,6%) were found did not experience diarrhea. Chi-square test result
showed that there was correlation between personal hygiene and diarrhea occurrence with
p-value of 0,02 (p<0,05).
Conclusions: There was correlation between personal hygiene and diarrhea occurrence at
janitor in Bakung landfills Bandar Lampung.

Keywords: Diarrhea, personal hygiene.


ABSTRAK

HUBUNGAN KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA


PETUGAS KEBERSIHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
BAKUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh

AGUNG SATRIA UTAMA H

Latar Belakang: Kebersihan diri adalah Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan
memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikisnya. Kebersihan diri merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kebersihan diri dengan kejadian diare pada petugas kebersihan TPA Bakung.
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan
cross sectional. Terdapat 58 responden yang mengikuti penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan alat ukur kuesioner untuk menilai kebersihan diri dan kejadian diare pada
responden.
Hasil: Data yang didapatkan akan dilakukan uji Chi-square. Dari 58 responden,
didapatkan 40 responden (69%) memiliki kebersihan diri yang baik dan 18 responden
(31%) memiliki kebersihan diri yang tidak baik, sedangkan didapatkan 24 responden
(41,4%) mengalami diare dan 34 responden (58,6%) tidak mengalami diare. Hasil uji chi-
square menunjukkan terdapat hubungan kebersihan diri dengan kebersihan diri dengan
kejadian diare pada petugas kebersihan dengan nilai p value 0,02 (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian diare pada
petugas kebersihan tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung Bandar Lampung.

Kata kunci: diare, kebersihan diri


HUBUNGAN KEBERSIHAN DIRI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA
PETUGAS KEBERSIHAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR BAKUNG
BANDAR LAMPUNG

Oleh
AGUNG SATRIA UTAMA H

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mecapai Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampunh

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, 2 April 1997, merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara, dari Bapak Adi Utama dan Ibu Dewi Yanti.

Pendidikan taman kanak-kanak diselesaikan di TK Nurul Islam Lampung Barat pada

tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Kautsar Bandarlampung pada

tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Al-Kautsar

Bandarlampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan

di SMA Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2014. Tahun 2014, penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi Forum Studi Islam

sebagai anggota pada divisi Kaderisasi pada tahun 2015-2016.


and He is
with you
wherever you are
Quran 57:4
SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala pertolongan dan

kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Kebersihan Diri dengan Kejadian Diare pada

Petugas Kebersihan Tempat Pembuangan Akhir Bakung Bandar Lampung”

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokeran di Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Akademik atas waktu dan

bimbingannya;

3. Dr. Dyah Wulan SRW. S.K.M., M.Kes, selaku Pebimbing Satu yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran dan nasihat

yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini;

4. Sofyan Musyabiq Wijaya S.Gz., M.Gizi, selaku Pebimbing Kedua yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan masukan, kritik, saran dan nasihat

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini;


5. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H., selaku Pembahas skripsi yang telah bersedia

meluangkan waktu dan kesediannya untuk memberikan kritik, saran dan

nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Papa dan Mama tercinta, Bapak Adi Utama dan Ibu Dewi Yanti, terimakasih

atas segala doa, cinta, dan dukungan baik fisik maupun psikis yang telah

diberikan kepadaku hingga saat ini;

7. Kakak dan adik saya, Maharani Utami dan Nur Fitria Gita Utami, yang selalu

memberikan dukungan dan kasih sayang;

8. Seluruh keluarga besar yang turut memberikan dukungan kepada saya untuk

menyelesaikan pendidikan;

9. Responden yang bersedia mengikuti penelitian dengan kerjasama yang baik

sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini;

10. Kepala dan seluruh staf Kesbangpol, Dinas Kesehatan, Badan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, dan Tempat Pembuangan Akhir Bandar Lampung.

11. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas segala ilmu dan bimbingan yang kelak akan digunakan sebagai

bekal dalam menjalankan tugas sebagai dokter;

12. Teman yang selalu mendukung dan menemani saya selama penyusunan

skripsi, Alvin, Jajap, Irvan, Sekar, Nana, Riri, Kusnadi, dan Gusti;

13. Sahabat-sahabat yang selalu ada di hari-hari saya selama di FK Unila, teman-

teman A23 Mahardika, Haikal, Airlangga, Naufal, Irvan, Fadlan, Harahap,

Ndon, Yuda, Karaeng, Awan, Gusti, Dimas Enggar, Dimas Arrohmansyah,

Arba, Baridi, Redy, Aldo, Rahmat, Rama, Dzulfiqar, Putra.


14. Teman teman yang selalu mengisi hari-hari saya di setiap sudut kampus

Danang, Mira. Tara, Ara, Cakra, Komang, Zulfikar Ms, Ramadirga, Oti,

Nikom, Zihan, Azib, Arinda, Iges, Dhea, Nadia, Rachma;

15. Teman-teman Angkatan 2014 (CRANI4L) yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penulis

Agung Satria Utama H


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1 Diare ......................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Diare .................................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi ..................................................................................... 7
2.1.3 Patofisiologi ...................................................................................... 9
2.1.4 Manifestasi Klinis ........................................................................... 10
2.1.5 Diagnosis ......................................................................................... 11
2.1.6 Pencegahan ...................................................................................... 14
2.2 Faktor Resiko ......................................................................................... 15
2.3 Sampah ................................................................................................... 16
2.4 Kebersihan Diri ...................................................................................... 17
2.4.1 Definisi ............................................................................................ 17
2.4.2 Usaha Kebersihan Diri .................................................................... 17
2.5 Perilaku ................................................................................................... 19
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 20
2.7 Kerangka Konsep ................................................................................... 21
2.8 Hipotesis ................................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22

i
3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 22
3.2.1. Lokasi .............................................................................................. 22
3.2.2. Waktu .............................................................................................. 22
3.3. Populasi dan Sampel .............................................................................. 23
3.3.1. Populasi ........................................................................................... 23
3.3.2. Sampel ............................................................................................. 23
3.3.3. Kriteria Inklusi ................................................................................ 24
3.3.4. Kriteria Eksklusi.............................................................................. 25
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 25
3.4.1. Variabel Penelitian .......................................................................... 25
3.4.2. Definisi Operasional........................................................................ 26
3.5. Pengolahan Data ..................................................................................... 26
3.6. Analisis Data .......................................................................................... 27
3.7. Alur Penelitian ........................................................................................ 28
3.8 Etika Penelitian....................................................................................... 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30
4.2.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 30
4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 30
4.1.2 Analisis Univariat............................................................................ 30
4.1.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 32
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 33
4.2.1 Kejadian Diare ................................................................................ 33
4.2.2 Kebersihan Diri ............................................................................... 34
4.2.3 Analisis Bivariat .............................................................................. 34
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 38
5.1. Simpulan ................................................................................................. 38
5.2. Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Definisi Operasional.......................................................................................... 26
2. Distribusi Responden berdasarkan Kebersihan Diri ......................................... 30
3. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Kebersihan Diri .......................... 31
4. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Diare........................................... 32
5. Analisis Bivariat Kebersihan Diri dan Kejadian Diare ..................................... 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur ....................................................... 8


2. Kerangka Teori.................................................................................................. 20
3. Kerangka Konsep .............................................................................................. 21
4. Alur Penelitian .................................................................................................. 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah buang air besar (BAB) dengan tinja berbentuk cair atau setengah

cair, dengan kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih

dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat atau

tanpa desertai lendir dan darah (Simadibrata, 2014). Diare bahkan dapat

berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)

dalam satu hari (Depkes RI, 2011).

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang

masih tinggi. Berdasarkan suvei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit

Diare, Departemen Kesehatan, pada tahun 2000 Incident Rate (IR) penyakit

Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,

tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi

411/1000 penduduk. Hasil survei morbiditas diare nasional, angka kesakitan

diare pada semua kelompok umur tahun 2013 sebesar 214 per 1.000

penduduk. Angka kesakitan (IR) diare untuk semua kelompok umur di

Provinsi Lampung dari tahun 2005 – 2014 cenderung meningkat, yaitu dari

9,8 per 1000 penduduk menjadi 21,4 per 1000 penduduk tahun 2013 (Dinas
2

Kesehatan Provinsi Lampung, 2014). Berdasarkan hasil survei yang

dilakukan di Puskesmas Bakung, jumlah penduduk Bakung adalah 7055,

angka kejadian diare pada tahun 2016 adalah 500 kejadian, dan pada tahun

2017 sebanyak 541 kejadian.

Gejala diare biasanya diawali dengan gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu

makan berkurang, dan kemudian timbul diare, tinjanya cair dan dapat disertai

lendir dan/atau darah. Diare juga dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi

(ringan, berat, sedang), hipoglikemi, intoleransi sekunder akibat kerusakan

villi mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa (Simadibrata, 2014). Faktor

risiko terjadinya diare antara lain sanitasi lingkungan meliputi penyediaan air

bersih, penyediaan jamban, pengelolaan sampah, sarana pembuangan air

limbah; dan kebersihan diri seperti memotong kuku dan mencuci tangan

(Manalu, 2015).

Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia

terhadap barang atau material yang digunakan sehari-hari. Sampah dapat

menjadi sumber penyakit dan membuat lingkungan menjadi kotor. Hal ini

akan menjadi tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang

berbahaya bagi kesehatan manusia, dan juga menjadi tempat sarang lalat,

tikus dan hewan liar lainnya (Suweda, 2012).


3

Petugas pengangkut sampah ke tempat pembuangan sampah merupakan

kelompok tenaga kerja yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sampah karena paparan yang terus

menerus terhadap sampah. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2015

tentang faktor resiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas

pengangkut sampah, didapatkan bahwa penyakit pencernaan (20.5%) terjadi

pada petugas kebersihan tersebut (Ardiyanti, 2015).

Berdasarkan penelitan Aminah (2015), dapat diketahui bahwa dari 105

responden di TPA Bakung didapatkan mayoritas responden memiliki tingkat

praktik kebersihan diri yang tidak baik, yaitu sebanyak 45 responden atau

42,86%. Sedangkan sebanyak 41 responden atau 39,05% memiliki tingkat

praktik kebersihan diri yang sedang dan sebanyak 19 responden atau 18,09%

memiliki tingkat praktik kebersihan diri yang baik. Berdasarkan uraian diatas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

“hubungan kebersihan diri dengan kejadian diare pada petugas kebersihan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, Bandar Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara

kebersihan diri dengan kejadian diare pada petugas kebersihan TPA

Bakung?”
4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian

diare pada petugas kebersihan TPA Bakung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare dan kebersihan diri pada

petugas kebersihan di Tempat Pembuangan Akhir di Bakung.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kebersihan diri dengan kejadian

diare pada petugas kebersihan TPA Bakung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan

dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai

hubungan petugas kebersihan dengan kejadian diare di tempat

pembuangan akhir di Bakung, Bandar Lampung.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan manfaat khususnya sebagai tambahan referensi

perpustakaan dan juga sebagai acuan di masa mendatang.


5

1.4.3 Manfaat Bagi Tenaga Mendis atau Profesi Kesehatan

Membantu menegakkan diagnosa dan membantu upaya pengobatan

serta pencegahan tentang terjadinya diare.

1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai diare dan faktor

resikonya serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

menjaga kebersihan diri serta kebiasaan sehari-hari.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Definisi Diare

Diare adalah buang air besar atau defekasi dengan tinja berbentuk cair

atau setengah padat/setengah cair dengan kandungan air lebih banyak

dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare juga dapat didefinisikan

dengan kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari tiga

kali per hari. Diare dapat disertai darah atau lendir (Simadibrata,

2014).

Diare akut adalah diare yang berlangsung tidak baik dari 15 hari.

Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

Dikatakan diare infektif apabila penyebabnya adalah infeksi. Bila

ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau

toksikologik, maka disebut diare organik (Simadibrata, 2014).

Diare termasuk sebagai foodborn disease. Foodborne disease adalah

penyakit yang disebabkan karena mengonsumsi makanan dan

minuman yang tercemar. Foodborne disease masih menjadi masalah

kesehatan dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia


7

(WHO, 2008). Diare dapat disebabkan oleh virus seperti rotavirus,

bakteri seperti escherichia coli, salmonella, dan shigella.

2.1.2 Epidemiologi

Beberapa faktor penting yang dapat menyebabkan diare adalah

makanan atau minuman terkontaminasi, berpergian, penggunaan

antibiotik, HIV positif atau AIDS, yang merupakan petunjuk penting

dalam mengidentifikasi pasien resiko tinggi diare (Ciesla & Guerrant,

2003). Prevalensi diare klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%),

tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta

(4,2%). Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan

perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada

perempuan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan

rendah dan bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh. Berdasarkan

pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab

kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Sedangkan

berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian

peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia (Kemenkes RI, 2011).


8

Gambar 1. Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur (Kemenkes RI,


2011)

Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007

didapatkan 13,7% balita mengalami diare dalam waktu dua minggu

sebelum survei, 3% lebih tinggi dari temuan SDKI 2002-2003 (11

persen) (Kemenkes RI, 2011). Angka kesakitan (Insidens Rate) diare

untuk semua kelompok umur di Provinsi Lampung dari tahun 2005 –

2014 cenderung meningkat, yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk menjadi

21,4 per 1000 penduduk tahun 2013. Angka ini bila dibandingkan

dengan rata-rata nasional, angka ini masih jauh dibawah angka

nasional: 374 per 1.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi

Lampung, 2014).
9

2.1.3 Patofisiologi

Menurut (Simadibrata, 2014) diare dapat disebabkan oleh satu atau

lebih patofisiologi sebagai berikut:

1. Meningkatnya Osmolaritas Intraluminal

Diare ini disebut diare osmotik, disebabkan oleh meningkatnya

tekanan osmotik intralumen usus halus. Meningkatnya tekanan

tersebut dapat disebabkan oleh obat/zat kimia yang hiperosmotik,

malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus.

2. Sekresi Cairan dan Elektrolit Meninggi

Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

dan menurunnya absorpsi usus yang dapat disebabkan oleh efek

enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli,

dan reaksi ileum. Diare tipe ini disebut diare elektrolit.

3. Malabsorbsi Asam Empedu dan Malabsorbsi Lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan produksi micelle empedu

dan penyakit-penyakit sistem hepatobilier.

4. Defek Sistem Pertukaran Anion/Transpor Elektrolit Aktif pada

Enterosit

Disebabkan oleh adanya hambatan mekanisme transport aktif

Na+K+ ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan H2O yang tidak

normal.

5. Abnormalitas dari Motilitas dan Waktu Transit Usus

Terjadi hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorpsi yang abnormal pada usus halus.


10

6. Inflamasi Dinding Usus

Ketika tejadi inflamasi pada dinding usus akan terjadi kerusakan

mukosa usus yang akan menyebabkan produksi mukus yang

berlebih dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen. Diare tipe

ini disebut diare inflamatorik.

7. Diare Infeksi

Diare akibat infeksi adalah yang tersering dari diare. Diare oleh

bakteri dibagi menjadi non-invasif yaitu diare yang tidak merusak

mukosa, dan invasif yaitu diare yang merusak mukosa.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Diare akut karena infeksi dapat menyebabkan gejala seperti nausea,

muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri peru,

dan tinja yang sering (Simadibrata, 2014). Diare yang berlangsung

lama tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan

kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan

hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis

metabolik yang berkelanjutan. Karena kehilangan cairan seseorang

merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah

kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi

serak.

Kekurangan bikarbonat dapat mengakibatkan penurunan pH darah

yang akan membuat tubuh berusaha untuk mengeluarkan asam


11

karbonat agar pH dapat normal kembali dengan merangsang pusat

pernapasan sehingga frekuensi nafas akan menjadi lebih cepat dan

lebih dalam. Hipovolemik yang berat dapat menyebabkan tanda-tanda

denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun. Penurunan tekanan

darah akan menyebabkan anuria karena perfusi ginjal yang menurun.

Bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan timbulnya penyulit

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berakhir pada gagal ginjal

akut (Simadibrata, 2014).

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis diare dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Dalam hal ini kita perlu mencari keluhan-keluhan yang seperti

pada manifestasi klinis. Untuk diare akut perlu ditanyakan adanya

riwayat makan makanan tertentu (terutama makanan siap saji) dan

adanya keadaan yang sama pada orang lain yang berada di

lingkungan kerja ataupun keluarga. Adanya riwayat pemakaian

antibiotik yang lama, harus dipikirkan kemungkinan diare karena

C. difficile. Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus (non

invasif) dan disebabkan oleh toksin bakteri (terutama E. coli),

biasanya mempunyai gejala feses sangat cair, tidak disertai darah,

nyeri perut terutama daerah umbilikus, kembung, mual dan

muntah. Bila diare dalam bentuk bercampur darah, lendir dan


12

demam, biasanya disebabkan oleh kerusakan mukosa usus akibat

invasi shigella, salmonella atau amoeba (Simadibrata, 2014).

Dehidrasi menurut keadaan klinis dibagi menjadi tiga tingkatan

(Simadibrata, 2014).

1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB); gejala turgor kurang,

suara serak, pasien belum jatuh pada keadaan presyok

2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB); dengan gejala turgor

buruk, serak, pasien telah jatuh dalam keadaan presyok ataupun

syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

3. Dehidrasi berat (hilang cairan 9-10% BB); tanda dehidrasi

sedang ditambah kesadaran menurun (memungkinkan terjadi

koma), otot kaku, dan sianonis.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sangat berguna untuk menentukan beratnya

diare. Status volume dinilai dengan memerhatikan perubahan

ortostatik pada tekanan darah dan nadi, suhu tubuh, dan tanda

toksisitas. Pemeriksaan abdomen perlu untuk dilakukan, seperti

mendengar bising usus, melihat ada atau tidaknya distensi

abdomen, dan juga pemeriksaan nyeri tekan (Simadibrata, 2014).


13

c. Pemeriksaan Penunjang

Pasien yang mengalami diare lebih dari beberapa hari, dehidrasi

atau toksisitas berat, perlu beberapa pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan darah tepi lengkap, kadar elektrolit serum, ureum dan

kreatinin, dan pemeriksaan tinja (Simadibrata, 2014).

Pada pasien diare perlu dianalisis tinjanya (Simadibrata, 2014)

sebagai berikut:

1. Volume

Jika frekuensi defekasi sering dengan volume tinja sedikit, dapat

diartikan iritasi kolon bagian distal atau rektum misalnya pada

disentri, colitis ulserosa, tumor rektum dan sigmoid, dan pada

sindrom usus irritable. Diare dengan tinja yang banyak berarti

berasal dari intestine misalnya pada kolera, atau diare bentuk

kolera (cholererform diarrhea), enteritis bacterial atau akibat

laksan.

2. Warna

Warna tinja normal tergantung makanan yang dikonsumsi. bila

ada peradangan saluran cerna tinja berwarna hitam

3. Bau

Bau tinja perlu diketahui, bau yang menyengat busuk dapat

mengidikasikan adanya keganasan, sedang pada kolera baunya

anyir (seperti sperma), bau sekali pada malabsorbsi.


14

4. Sisa Makanan

Keadaan dimana sisa makanan terlihat jelas dan utuh dapat

menandakan adanya kelainan pada sistem gastrointestinal.

5. Darah

Darah pada tinja terjadi pada disentri, infeksi kampilobakter,

tumor dan colitis ulserasi, serta hemoroid.

6. Lendir dan/atau Nanah

Tinja berlendir biasa terjadi pada sindrom usus iritabel. Lendir

bersama dengan nanah dapat bercampur dengan feses pada

colitis ulserosa dan disentri.

2.1.6 Pencegahan

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan antara lain:

a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah tidak

berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.

b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum.

c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,

sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB).

d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.

e. Menggunakan jamban yang sehat.

f. Sarana pembuangan limbah yang baik.


15

2.2 Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya diare (Manalu, 2015) yaitu:

1. Sanitasi Lingkungan, seperti:

a. Penyediaan air bersih

Air merupakan salah satu sarana utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, air dapat menjadi media dari berbagai macam

penularan penyakit.

b. Penyediaan jamban

Jamban yang sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif

untuk memutus mata rantai penularan penyakit (Depkes RI, 2008).

c. Pengelolaan sampah

Sampah berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dan status kesehatan

masyarakat. Volume dan komposisi sampah dipengaruhi oleh pola

aktifitas dan kehidupan masyarakat. Sampah yang dibuang begitu saja

akan mudah mencemari lingkungan dan membahayakan masyarakat.

Salah satu penyakit akibat pengelolaan sampah yang tidak baik adalah

diare (Junias, 2008).

d. Sarana pembuangan air limbah

Air limbah merupakan sisa air rumah tangga, industri dan tempat-

tempat umum lainnya yang pada umumnya mengandung bahan-bahan

yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

2. Kebersihan Diri

Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik


16

maupun psikis. Seseorang dapat dikatakan memiliki kebersihan diri yang

baik adalah apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya

yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia.

2.3 Sampah

Sampah adalah limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah

atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap

barang atau material yang gunakan dalam kehidupan sehari-hari (Suweda,

2012).

Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan dampak sebagai

berikut (Suweda, 2012):

1. Dapat menjadi sumber penyakit. Sampah yang tidak dikelola dengan baik

akan menjadi tempat yang subur bagi mikroorganisme patogen yang

berbahaya bagi kesehatan manusia, dan juga menjadi tempat sarang lalat,

tikus dan hewan liar lainnya.

2. Salah satu cara pengolahan sampah yang tidak tepat adalah dengan

membakar sampah tersebut. Pembakaran sampah dapat mengakibatkan

terjadinya pencemaran udara yang dapat mengganggu kesehatan

masyarakat, dan memicu terjadinya pemanasan global.

3. Pembusukan sampah dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan

berbahaya bagi kesehatan. Cairan yang dikeluarkan dapat meresap ke

tanah, dan dapat menimbulkan pencemaran sumur, air tanah, dan yang

dibuang ke badan air akan mencemari sungai.


17

4. Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat menimbulkan

pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu terjadinya banjir.

Berdasarkan undang – undang 18 tahun 2008, pasal 40 disebutkan bahwa

setiap pengelolaan sampah harus melihat norma dan standar prosedur

dalam setiap pengelolaan yang berada pada masyarakat, dan setiap

individu/warga masyarakat bertanggung jawab atas kebersihan

lingkungan, sehingga setiap warga masyarakat diharuskan menyediakan

tempat pewadahan sampah yang memadai, tempat tersebut dapat berupa

tempat sampah terpilah, bak sampah, tong sampah, kontainer dan kantong

plastik.

2.4 Kebersihan Diri

2.4.1 Definisi

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan

dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya.

Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang

tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan

kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia (Badri, 2007).

2.4.2 Usaha Kebersihan Diri

Usaha kebersihan diri adalah daya upaya dari seorang individu demi

untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri

(Entjang, 2000).
18

Usaha-usaha tersebut meliputi:

a. Kebersihan Kulit

Kulit merupakan organ istimewa pada tubuh manusia. Kulit adalah

organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan

luas 2 m² pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Dalam

keadaan sehat, kulit beserta aksesorisnya seperti rambut, kuku, dan

kelenjar menunjang rasa percaya diri sesorang, sedang dalam

keadaan sakit, dapat membuat keresahan. Kulit berfungsi sebagai

perlindungan fisik, perlindungan imunologik, ekskresi, pengindera,

pengaturan suhu tubuh, pembentukan vitamin D, dan kosmetik.

Untuk itu diperlukan kebersihan kulit untuk tetap menjaga

kesehatan (Menaidi et al., 2016).

b. Kebersihan Tangan dan Kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya

menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan,

bekerja dan lain sebagainya. Cuci tangan sebelum dan sesudah

makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun.

Mencuci tangan harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan

punggung tangan. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan

tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. Jangan menggaruk

atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain

saat menyiapkan makanan. Pelihara kuku agar tetap pendek dan

bersih (Frenki, 2012). Mencuci tangan dengan menggunakan sabun


19

dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit seperti diare, infeksi

saluran pernapasan, dan infeksi cacing (Depkes, 2009).

c. Kebersihan Genitalia

Menjaga kebersihan alat kelamin adalah hal yang sangat penting

demi menjaga kesehatan diri. Penyakit seperti infeksi menular

seksual (IMS) juga dapat ditularkan melalui kontak langsung

dengan alat yang tercemar seperti handuk, termometer, jarum

suntik, atau dari cairan tubuh (Menaidi et al., 2016). Untuk itu,

diperlukan kebersihan diri yang baik untuk menjaga agar tidak

terkena penyakit, seperti dengan mencuci

2.5 Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari interaksi manusia dengan lingkunganya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan

respon individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam

dirinya sendiri (Notoatmodjo, 2010). Karakteristik individu meliputi berbagai

variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat, keperibadian, dan sikap yang saling

berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-

faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki

kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kekuatanya lebih besar

daripada karakteristik individu (Azwar, 2010).

Perilaku manusia akan terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan luar

maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Terdapat tiga faktor yang
20

memengaruhi perilaku seorang individu yaitu faktor predisposisi yang

mencakup pengetahuan, keyakinan, sikap, nilai, dan persepsi; faktor

pendukung yaitu termasuk fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung terjadinya

suatu perilaku; dan faktor penguat yaitu faktor yang menentukan suatu

perilaku memeroleh dukungan atau tidak (Notoatmodjo. 2010).

2.6 Kerangka Teori

Faktor Resiko Diare Petugas Kebersihan

Sanitasi Lingkungan Kurangnya Terpapar


Kebersihan Diri
Buruk Mencuci Tangan Sampah

Makanan terpapar bakteri


penyebab diare

Diare

Keterangan :
= Mempengaruhi

= Yang diteliti

Gambar 2. Kerangka Teori (Simadibrata, 2014; Ardiyanti, 2015)


21

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang berhubungan

antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kebersihan Diri Petugas


Diare
Kebersihan

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Hₒ: Tidak terdapat hubungan antara kebersihan diri petugas kebersihan

dengan kejadian diare.

Hₐ: Terdapat hubungan antara kebersihan diri petugas kebersihan

dengan kejadian diare.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik. Adapun

pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, dimana variabel terikat

dan variabel bebas diambil dalam waktu yang sama (Sastroasmoro, 2008).

Rancangan penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

kebersihan diri dengan kejadian diare pada pekerja kebersihan TPA Bakung

Bandar Lampung.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di tempat pembuangan akhir (TPA)

Bakung, Teluk Betung, Bandar Lampung

3.2.2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada Juli 2018


23

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian dan objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi target penelitian ini adalah

petugas kebersihan tempat pembuangan akhir di Bakung. Populasi

terjangkau adalah petugas kebersihan yang dapat diwawancarai pada

saat pengambilan data. Jumlah populasi petugas kebersihan di TPA

Bakung adalah 86 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih melalui cara

tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasi (Notoatmodjo,

2010). Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling.

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus:

√ √
[ ]

√ √
[ ]

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

Zα = derivat baku alfa (1,96; dengan menggunakan α = 0,05)


24

Zβ = derivat baku beta (0,84; dengan menggunakan β = 0,20)

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,16

P1 = Proporsi pada kelompok uji, atau kasus = 0,18

P2 = Proporsi pada kelompok standar, atau kontrol = 0,02

Q1 = 1-P1= 0,82

Q2 = 1-P2= 0,98

P = proporsi total (P1+P2)/2= 0,1

Q = (1-P) = 0,9

Jadi berdasarkan perhitungan, jumlah sampel pada penelitian ini

adalah orang, untuk menghindari hilang pengamatan maka

jumlah sampel ditambah 10 % sehingga dalam penelitian ini banyak

sampel yang dibutuhkan ialah 58 orang.

3.3.3. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah petugas kebersihan

tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung, Bandar Lampung dan

bersedia menjadi subjek penelitian.


25

3.3.4. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak

dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian, seperti adanya hambatan etis, menolak menjadi responden

atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan

penelitian (Hidayat, 2008). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah

petugas kebersihan tempat pembuangan akhir (TPA) Bakung, Bandar

Lampung yang tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:


a. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang

berubah akibat perubahan variabel bebas (Sastroasmoro, 2008).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

b. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang

apabila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel

lainnya (Sastroasmoro, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah kebersihan diri (personal hygiene).


26

3.4.2. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


1 Kejadian Buang air besar Kuesioner Kuesioner 0. Tidak, jika Ordinal
Diare atau defekasi skor 0.
lebih dari 3 1. Ya, jika
(tiga) kali skor 1
sehari selama 1
(satu) bulan
terakhir

2 Kebersihan Pemeliharaan Kuesioner Kuesioner 0. Baik, jika Ordinal


Diri kebersihan diri skor yang
berarti tindakan diperoleh
memelihara responden
kebersihan dan ≥ 50%.
kesehatan diri 1. Tidak baik,
sesorang untuk jika skor
kesejahteraan yang
fisik dan diperoleh
psikisnya responden <
50%.
(Mairing, 2017)

3.5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan (Notoatmodjo, 2010):

1. Editing

Bertujuan untuk mengoreksi kelengkapan isian lembar observasi.

2. Coding

Merubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk mempermudah

dalam analisis data. Setelah data terkumpul, masing-masing jawaban

diberi kode untuk memudahkan dalam analisis data.


27

3. Data entry

Proses memasukkan data kedalam komputer untuk dilakukan pengolahan

data sesuai kriteria dengan menggunakan aplikasi komputer.

4. Cleaning

Pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemungkinan

dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.6. Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan

program komputer dimana akan dilakukan dua macam analisa data, yaitu

analisa univariat dan analisa bivariat.

A. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi

variabel bebas dan variabel terikat.

B. Analisa Bivariat

Analisia bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik.


28

Analisis data menggunakan uji Chi square dengan syarat nilai expected

kurang dari lima maksimal 20% dari jumlah cell. Namun bila tidak

memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi square, pengujian akan

menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher Exact Test, hipotesis dapat

dikatakan diterima ketika nilai p <0,05.

3.7. Alur Penelitian

Membuat surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Unila untuk

mengambil data di TPA Bakung

Pengisian lembar persetujuan menjadi responden penelitian (informed

consent)

Melakukan pemeriksaan dengan kuesioner pada responden secara langsung

di tempat

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 4. Alur Penelitian


29

3.8 Etika Penelitian

Penilitian ini telah mendapat persetujuan penelitian dari Komisi Etika

Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan telah

disetujui dalam Persetujuan Etik No: 2175/UN26.8/PP.05.02.00/2018..


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hubungan kebersihan diri

dengan kejadian diare pada petugas kebersihan tempat pembuangan akhir

(TPA) Bakung, Bandar Lampung, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Petugas kebersihan TPA Bakung yang memiliki kebersihan diri yang baik

sebanyak 40 responden (69%). Petugas kebersihan TPA Bakung yang

mengalami diare dalam waktu satu bulan terakhir yaitu sebanyak 24

responden (41,4%) dan 35 responden (58,6%) tidak mengalami diare

dalam satu bulan terakhir.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebersihan diri dengan

kejadian diare pada petugas kebersihan TPA Bakung, Bandar Lampung.


39

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hubungan kebersihan diri

dengan kejadian diare pada petugas kebersihan tempat pembuangan akhir

(TPA) Bakung, Bandar Lampung, diperoleh saran sebagai berikut:

1. Bagi petugas kebersihan diharapkan untuk membiasakan diri untuk

menjaga kebersihan diri untuk mencegah terjadinya penyakit-penyakit

yang disebabkan oleh kebersihan diri yang buruk.

2. Bagi instansi terkait dengan petugas kebersihan untuk dapat menghimbau

dan memfasilitasi petugas kebersihan agar dapat menjaga kebersihan diri

dengan baik antara lain dengan pemberian sarana tempat cuci tangan

dengan air mengalir..

3. Bagi petugas kesehatan agar dapat meningkatkan upaya promotif dan

preventif dengan cara pemberian informasi dan penyuluhan tentang

pentingnya kebersihan diri dan diare agar dapat mencegah penyakit-

penyakit yang dapat disebabkan oleh kurangnya kebersihan diri.

4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian tidak hanya dengan

kuesioner melainkan dapat dilakukan observasi yang lebih mendalam

agar hasil penelitian lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Aminah, P. 2015. Hubungan tingkat pengetahuan dan praktik kebersihan diri


dengan kejadian skabies pada pemulung di tempat pembuangan akhir (TPA)
bakung bandar lampung. [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.

Ardiyanti, S. 2015. Faktor resiko terjadinya penyakit akibat kerja pada petugas
pengangkut sampah di kecamatan semarang utara tahun 2015. [skripsi].
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.

Assefa, M., Kurnie, A. 2014. Assesment of factors influencing hygiene behavior


among school children in Mereb-leke District, Northern Ethiopia: a cross-
sectional study. BMC Public Health. 14(1000):1-8.

Azwar, S. 2010. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Badri, M. 2007. Hygiene perseorangan santri pondok pesantren wali songo ngabar
ponorogo. Ejournal litbang. 17(2):20–27.

Black, J.M., & Hawks, J.H. 2014. Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. Jakarta: Elsevier.

Cairncross, S., Hunt, C., Boisson, S., Bostoen, K., Curtis, V., Fung, I.C.H.,
Schmidt, W. 2010. Water, sanitation and hygiene for the prevention of
diarrhoea. International Journal of Epidemiology. 39(1):193-205.

Ciesla, W. dan Guerrant, R. 2003. Current diagnosis and treatment in infectious


disease. Diedit oleh W. Wilson et al. New York: Lange Medical Books.

Depkes RI. 2008. Strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat. Jakarta:
Depkes RI.

Depkes RI. 2009. Cuci tangan pakai sabun dapat mencegah berbagai penyakit.
Jakarta: Depkes RI

Depkes RI. 2011. Buku saku petugas kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Lampung.


Bandar Lampung: Dinkes Provinsi Lampung

Entjang, I. 2000. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Frenki. 2012. Hubungan personal hygiene santri dengan kejadian penyakit kulit
41

infeksi skabies dan tinjauan sanitasi lingkungan pesantren darel hikmah kota
pekanbaru tahun 2011. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hidayat, AAA. 2008. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika.

Junias, M. dan Balelay, E. 2008. Hubungan antara pembuangan sampah dengan


kejadian diare pada penduduk di kelurahan oesapa kecamatan kelapa lima
kota kupang. MKM. 3(2):92–104.

Jusfaega, Nurdiyanah dan Syarfaini. 2016. Perilaku personal hygiene terhadap


anak jalanan di kota makassar tahun 2016. Higiene. 2(3):148–54.

Kapwata, T., Mathee, A., Roux, J.W. 2018. Diarrhoeal disease in relation to
possible household risk factors in south african villages. International Journal
of Environmental Research and Public Health. 15(8):1-12.

Kemenkes RI. 2011. Buletin Diare. Jakarta: Kemenkes RI.

Kusnin, R.W. 2015. Hubungan antara personal hygiene dan pemakaian alat
pelindung diri dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di tpa tanjung
rejo kecamatan jekulo kabupaten kudus. [skripsi]. Semarang: Universitas
Negeri Semarang

Latul, I.J., Kapantow, H.N., Akili, H.R. 2017. Gambar hygiene perorangan dan
pemakaian alat pelindung diri pada pemulung sampah di tempat pembuangan
akhir sumompo kota manado 2017. E-Journal Kesmas. 6(3):1-12.

Ma, C., Wu, S., Yang, P., Li, H., Tang, S., Wang, Q. 2014. Behaviorial factors
associated with diarrhea among adults over 18 years of age in Beijing, China.
Biomed Central Public Health. 14(451):1-7.

Mairing, J. P. 2017. Statistika pendidikan, konsep & penerapannya menggunakan


mintab dan microsoft excel. Palangka Raya: Penerbit Andi.

Manalu, S. M. H. 2015. Faktor risiko terjadinya diare di kelurahan hamdan


kecamatan medan maimun kota medan tahun. [skripsi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Mandal S., Hasan, I., Hawlader, N. H., Sultana, I., Rahman, M. M., Majumder, M.
S. I. 2017. Occupational health hazard and safety assessment of fishermen
community in coastal zone of Bangladesh. International Journal of Health
Economics and Policy. 2(2):63-71.

Mediratta, P.R., Feleke, A., Moulton, H,L., Yifru, S., Bradley, R. 2010. Risk
factors and case management of acute diarrhoea in north gondar zone,
ethiopia. Healt Popul Nutr. 28(3):253-63.
42

Menaidi, S. L. S., Bramono, K. dan Indriatmi, W. 2016. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mustikawati S.I. 2013. Perilaku personal hygiene pada pemulung di tpa kedaung
wetan tangerang. Forum Ilmiah: 10(1):27-35.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Rahman, H.F., Widoyo, S., Siswanto, H., dan Biantoro. 2016. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare di desa solor kecamatan cermee bondowoso.
NurseLine Journal. 1(1):24-35.

Rosyidah, A. N. 2014. Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare


pada siswa di sekolah dasar negeri ciputat 02. [skripsi]. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Sastroasmoro, S. I. S. 2008. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3.


Jakarta: Sagung Seto.

Sheth, M., Dwivedi, R. 2006. Complementary foods associated diarrhea. Indian


Journal of Pediatric. 73(1):61-4.

Simadibrata K, D. 2014. Diare Akut, in Setiati, S. et al. (eds) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. VI. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1899–908.

Suharyono. 2012. Diare akut klinik dan laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta

Sukana, B., Haryoto, K., Kusnindar. 1993. Penelitian sarana penyediaan air
minum dalam hubungannya dengan penyakit diare para pemulung di
pemukiman sekitar LPA Budhi Dharma, Kelurahan Semper, Jakarta Utara.
Buletin Penelitian Kesehatan. 21(1):40-7.

Suweda, B. 2012. Bank sampah (kajian teori dan penerapan). Yogyakarta: Pustaka
Rihama.

Widoyono. 2011. Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan &


pemberantasannya. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

WHO. 2008. Foodborne disease outbreaks, guidelines for investigation and


control. Jenewa: World Health Organization.

WHO. 2014. Preventing diarrhoea through better watter, sanitation, and hygiene.
Jenewa: World Health Organization.
43

WHO. 2009. WHO guidelines on hand hygiene in health care. Jenewa: World
Health Organization.

WHO. 2009. Hand hygiene: why, how & when. Jenewa: World Health
Organization.

Anda mungkin juga menyukai