RINI SAFITRI
BP. 1711316058
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
oleh :
RINI SAFITRI
BP. 1711316058
ABSTRAK
Tingginya angka OGDJ yang mengalami kekambuhan setelah keluar dari Rumah
Sakit akan semakin besar jika tidak ada dukungan baik dari pihak keluarga dan
masyarakat. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh pasien dengan
gangguan jiwa adalah terdapatnya stigma yang disebabkan rendahnya pendidikan
kurangnya pengetahuan, sikap negatif serta budaya dilingkungan masyarakat.
Stigma salah satu faktor penghambat dalam penyembuhan klien gangguan jiwa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan
stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa. Desain penelitian
Deskriptif Korelatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini
semua masyarakat kelurahan Pasa Gadang yang berumur 20-60 tahun. Besar
sampel 98 orang masyarakat RW 02 dan RW 06 kelurahan Pasa Gadang Kota
Padang yang diambil dengan Cluster Sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner MHKS, CAMII, MMHAS dan PDDS. Analisis data menggunakan uji
Chi-Square (p<0,05) untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan (p=0,016), pengetahuan
(p=0,036), sikap (p=0,0001) dan budaya masyarakat (p=0,001) dengan stigma
masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa. Masyarakat memiliki stigma
terhadap ODGJ karena mereka menganggap ODGJ berbahaya jika mengalami
kekambuhan, gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan, hanya memberi aib dan
malu bagi keluarga. Penelitian ini disarankan kepada pihak puskesmas
meningkatkan edukasi kepada keluarga dan masyarakat tentang pentingnya
keterlibatan masyarakat baik dari sikap dan budaya masyarakat dalam proses
penyembuhan penyakit gangguan jiwa.
v
FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
January, 2019
No. Bp : 1711316058
Factors Related to the Stigma of The Community Towards People with Mental
Disorders in the village of Pasa Gadang in the working area of the
Pemancungan Health Center Padang City 2019
ABSTRACT
The high number of ODGJ who experience recurrence after leaving the
hospital will be even greater if there is no support from both the family and the
community. One of the biggest problems faced by patients with mental disorders
is the presence of stigma due to the lack of education in the lack of knowledge,
negative attitudes and culture in the community. Stigma is one of the inhibiting
factors in treating clients with mental disorders. The purpose of this study is to
determine the factors that are related to the stigma of the community towards
people with mental disorders.The research design deskriptif korelatif with
approach Cross Sectional. The population of this study was all people in the
village of Pasa Gadang 20-60 years.the sample number of 98 people from RW
02 and RW 06 in Pasa Gadang village, Padang City was taken with Cluster
Sampling, the research data were taken using questionnaires MHKS, CAMII,
MMHAS dan PDDS. Data analysis using Chi-Square test (p <0.05) to
determine the relationship between variables. The results showed that there was
a relationship between education (p = 0.016), knowledge (p = 0.036), attitude (p
= 0,001) and community culture (p = 0,001) with community stigma towards
people with mental disorders. The community has a stigma towards ODGJ
because they consider ODGJ dangerous if they repair recurrence, mental
disorders cannot be cured, only give shame and shame to the family. This study
was suggested to the health center to improve education to families and
communities about the importance of community involvement both from the
attitudes and culture of the community in the process of healing mental illness.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
skripsi ini dengan judul “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Stigma
merupakan salah satu tahapan untuk menyelesaikan tugas akhir serta diajukan sebagai
salah satu syarat agar memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Bapak Ns. Feri
Fernandes. M.Kep, Sp.Kep. J dan Ibu Ns Rika Sarfika S.Kep, M.Kep sebagai
pebimbing peneliti, yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing peneliti
dalam penyusunan proposal ini. Selain itu peneliti juga mengucapkan terimakasih pada :
1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud M.Kes FISPH, FISCM, selaku Dekan Fakultas
2. Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta staf yang telah membantu dalam
pengumpulan data
3. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari S.Kep, M.Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu
4. Ibu Ns. Elvi Oktarina, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.MB sebagai pembimbing akademik
yang telah memberi banyak motivasi dan nasehat selama peneliti menjalani
vii
5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan
yang telah sabar mendengar semua ceritaku, selalu memberikan kekuatan doa,
7. Kepada abang, adik - adikku, sahabat - sahabatku, yang selalu mau direpotkan,
9. Semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam
Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
viii
4. Jenis – jenis stigma ............................................................... 28
5. Mekanisme stigma ................................................................ 31
6. Respon stigma ...................................................................... 32
7. Dampak stigma ..................................................................... 34
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma .................................. 34
1. Tingkat pendidikan ............................................................... 35
2. Pengetahuan ......................................................................... 35
3. Sikap .................................................................................... 37
4. Budaya .................................................................................. 39
viii
3. Sikap ................................................................................... 74
4. Budaya ................................................................................ 77
5. Stigma Masyarakat .............................................................. 78
B. Analisis Bivariat ........................................................................ 81
1. Hubungan tingkat pendidikan dengan stigma masyarakat
terhadap orang dengan gangguan jiwa .................................. 84
2. Hubungan tingkat pengetahuan dengan stigma masyarakat
terhadap orang dengan gangguan jiwa .................................. 76
3. Hubungan sikap dengan stigma masyarakat terhadap orang
dengan gangguan jiwa .......................................................... 87
4. Hubungan budaya dengan stigma masyarakat terhadap orang
dengan gangguan jiwa .......................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR BAGAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahagia (Yusuf, et. al, 2015). Kesehatan tidak dilihat dari segi fisik saja tetapi
dari segi mental juga harus diperhatikan agar tercipta sehat yang holistik.
Seseorang yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan
penurunan fungsi tubuh dan kualitas hidup (Stuart, 2016). Gangguan jiwa
Gangguan jiwa sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang serius
(WHO) penderita gangguan jiwa dunia adalah 676 juta jiwa. Paling buruk,
depresi bisa memimpin untuk bunuh diri, lebih dari 800.000 perkiraan
kematian bunuh diri di seluruh dunia, dengan 86% terjadi pada usia dibawah
1
2
dewasa muda usia 15-29 tahun bunuh diri menyumbang 8,5% dari semua
kematian, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia
(WHO, 2016)
gangguan jiwa berat di Indonesia saat ini mencapai 400.000 orang atau
juta jiwa dari jumlah penduduk. Prevalensi penduduk Provinsi Sumatera barat
yaitu 5.321.489 orang dan yang mengalami gangguan jiwa berat berada pada
posisi ke 7 mecapai 1,9 per mil. Data Statistik Daerah Kota Padang (BPS,
gangguan jiwa di seluruh rumah sakit kota Padang sebanyak 45,481 orang.
7.696 dengan jumlah kunjungan kasus baru sebesar 770 (L= 415, P= 355) dan
kasus lama sebesar 6.926 (L=4090, P=2836). Data ini memberikan gambaran
bahwa kasus gangguan jiwa berat masih tinggi dan perlu perhatian lebih
mengalami hambatan. Menurut Subu, dkk (2016) dan Surahmiyati, dkk (2017)
penyebab permasalahan pada kesehatan jiwa berasal dari tiga inti pokok.
gangguan jiwa, kedua adalah stigma dan persepsi negatif yang berbentuk
jiwa dan terakhir tidak meratanya pelayanan kesehatan jiwa. Mestdagh dan
dilakukan oleh Teresha, 2015 pengetahuan kurang dan sikap negatif terhadap
massa, lembaga pendidikan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan
penyakit jiwa juga disebabkan oleh kepemilikan setan, roh-roh yang menjadi
dianggap berbeda atau tak normal (Varamitha, Akbar, & Erlyani, 2014).
Stigma merupakan label negatif yang melekat pada tubuh seseorang yang
Menurut Girma dkk, (2013) Individu yang terkena stigma di masyarakat sulit
ODGJ sering mendapatkan diskriminasi yang lebih besar dari keluarga dan
istiadat, dan sikap masyarakat (Ramdhani & Patria, 2018). Pada faktor
percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh roh jahat, guna-guna, sihir,
atau kutukan atas dosa. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan
yang sama seperti masyarakat, selain itu rasa malu yang ditanggung keluarga
Indonesia bukan hanya sekedar keyakinan tetapi sudah menjadi perilaku dan
seseorang tidak ada yang dapat melepaskan diri dari keyakinan rakyat ini.
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh sesuatu yang mistis. Hal ini didukung
penjelasan yang lebih ilmiah sehingga berpengaruh pada niat keluarga dalam
gangguan jiwa. Dari sana bisa diketahui bahwa stigma dipengaruhi oleh
gangguan jiwa berat dirawat dan diberi pengobatan dirumah sakit. Setelah
6
membaik dan dipulangkan dari rumah sakit, tidak ada penanganan khusus
berfikir bahwa orang yang pernah mengalami gangguan jiwa suka mengamuk
dan mencelakai orang lain (Mestdagh, 2013). Dilihat dari faktor stressor
yang menyebabkan reaksi emosional negatif dan harga diri rendah pada diri
yang harmonis dan dukungan sosial (Carey, Lura, & Highsmith, 2014).
untuk dimiliki dan dicintai maka individu tersebut akan sulit meningkatkan
harga diri yang didalamnya ada kepercayaan diri (Ariananda, 2015). Agar
kebutuhan dasar akan harga diri dan kepercayaan diri diperoleh individu yang
2013). Hal ini ditunjang juga dengan penelitian yang dilakukan Muhlisin
kambuh lagi.
psikis atau jiwa yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan dan 323
pada tahun yang kedua, dan 100% pada tahun kelima setelah pulang dari
Rumah Sakit Jiwa karena perlakuan yang salah selama di rumah atau di
bahwa pasien gangguan jiwa dan keluarga akan merasa kesulitan untuk
jiwa sulit untuk langsung sembuh dalam satu kali perawatan, namun
Pelayanan kesehatan jiwa saat ini yang tidak lagi hanya difokuskan pada
upaya penyembuhan klien gangguan jiwa saja, tetapi juga pada upaya
gangguan jiwa. Klien dengan penyakit kronis dan individu yang sehat juga
9
menjadi sasaran dalam upaya preventif (Stuart, 2016). Upaya ini tidak hanya
puskesmas Lubuk Buaya yaitu 760 orang, dan urutan ke tiga puskesmas
tahun 2018 sampai saat ini bertambah menjadi 32 orang dengan populasi
tahun dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA didapatkan 5 orang tidak
sebutan orang gila atau orang stress, masyarakat mengatakan orang gila tidak
masyarakat, saat ini masih ada penderita yang dirantai dan dikurung agar
pernah dirawat di RSJ tetap tidak bisa disembuhkan sehingga menjadi beban
bagi keluarga, Dari jumlah penderita gangguan jiwa yang ada di puskesmas
B. Rumusan Masalah
2018 ?”.
11
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2018
2018
2018
D. Manfaat Penelitian
ilmiah.
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan pada pihak
Hasil penelitian ini Diharapkan dapat menjadi sumber data awal bagi
lanjut dimasa yang akan datang khususnya bagi yang ingin meneliti
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gangguan Jiwa
fungsi tubuh dan kualitas hidup (Stuart, 2016). Gangguan jiwa merupakan
gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan
perinatal.
(Yusuf, 2015).
neurotik.
a. Skizofrenia
1) Skizofrenia
skizofrenia meliputi:
skizofrenia.
banyak sekali.
pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
2) Depresi
harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada
2016).
3) Kecemasan
biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam
pasti dan tidak berdaya (Farida & Yudi, 2011). Intensitas kecemasan
4) Gangguan Kepribadian
intelegensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan yang lain
2011).
a. Gangguan kognitif
b. Gangguan perhatian
c. Gangguan ingatan
d. Gangguan kesadaran
serta diriya melalui panca indera dan mengadakan pembat san terhadap
penatalaksanaan keperawatan.
a. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakaterapi
a) Antipisikotik
sistem ekstrapiramidal.
b) Antidepresi
22
urine.
c) Anticemas
2) Terapi somatis
a) Pengikatan
c) Isolasi
d) Fototerapi
terang 5-20x lebih terang dari pada sinar ruangan dengan posisi
klien duduk, mata terbuka dengan jarak 1,5 meter didepan klien
b. Penatalaksanaan Keperawatan
gangguan jiwa saja, tetapi juga pada upaya promosi kesehatan jiwa dan
Definisi yang paling mapan mengenai stigma ditulis oleh Erving Goffman
orang lain merusak identitas normal”. Reaksi-reaksi ini berasal dari prasangka
(Sewilam, 2015).
26
atau kondisi". Hal ini berasal dari stigma latin atau stigmat-, yang berarti "tanda
tato" atau "menunjukkan budak atau status kriminal". Menurut Stuart (2016),
Indonesia, stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang
2. Penyebab stigma
a) Diri: Berbagai mekanisme internal yang dibuat diri sendiri, yang kita sebut
stigmatisasi diri
masyarakat
tertentu.
27
masyarakat.
(diskriminasi)
apa yang orang alami seperti sangat menular, mengutuk, berdosa, berbahaya,
tidak dapat diandalkan dan tidak mampu mengambil keputusan dalam kasus
mental. Masyarakat tidak lagi melihat penderita yang sebenarnya tetapi hanya
4. Jenis-jenis Stigma
a. Stigma diri
Corrigan & Watson (2002) menjelaskan bahwa stigma pada diri sendiri
Sikap dan perilaku stigma pada diri sendiri seperti merasa tidak
stereotip yang diberikan orang lain kepadanya (misalnya ‘iya itu benar,
orang dengan gangguan jiwa harus disalahkan atas penyakit yang mereka
sakit jiwa, jadi saya harus disalahkan atas gangguan yang saya alami).
Sebagai hasil dari proses ini, orang menderita penurunan harga diri dan
al.,2009).
et al., 2009).
perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk
5. Mekanisme stigma
Mekanisme stigma dikemukakan oleh Major & O’Brien (2004) dalam Yusuf
menimbulkan stigma.
identitas pribadi.
6. Respon Stigma
kelompok tertentu (Rusch et al., 2005 dalam Sewilam et al., 2015). Orang
yang berprasangka setuju dengan stereotip negatif ini, dan sikap ini
yang sakit mental. Persepsi negatif ini membuat ketakutan dan jarak sosial
dari orang sakit jiwa (Corrigan et al., 2001 dalam Sewilam et al., 2015).
Sewilam et al.,2015).
keluarga dan sahabat menarik diri dari hubungan dengan klien dan
keluarganya. Klien merasa ditolak dan ditakuti oleh orang lain dan keluarga
refleksi dari bias budaya masyarakat yang dilakukan oleh konsumen dan
dan tidak sembuh, kondisi ini semakin membuat pasien di jauhi oleh orang
lain, sehingga “pasung” sering dilakukan sebagai cara merawat klien yang
penyakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan. Rasa malu dan harga diri
yang rendah pada individu dengan penyakit jiwa adalah dampak lain
bahkan pada individu yang menerima perawatan (Ramdhani & Patria, 2018).
34
7. Dampak Stigma
kesehatan
dengan pengaruh supranatural seperti roh-roh jahat, menjadi korban sihir atau
murka tuhan.
1. Tingkat Pendidikan
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
pengalaman
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
Khidri, 2018) :
b. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap itu dapat dipelajari orang atau
sebaliknya.
d. Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
perilaku. Perubahan sikap dan perilaku ini merupakan dasar terjadinya peran
Khidri, 2018) sikap mempunyai 4 tingkatan dari yang terendah hingga yang
tertinggi yaitu :
ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala
a) Pengalaman pribadi
c) Pengaruh kebudayaan
d) Media massa
4. Budaya
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri
memegang peran penting. Apakah seseorang itu dikatakan sehat atau sakit
budaya.
41
berlaku pada suatu budaya tertentu. Dengan kata lain konsep kesehatan
mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang dianggap
mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus
adalah melalui penelitian yang dilakukan oleh Hamdi (2007) yang membahas
oleh Naim (1980) tentang dua pola kebudayaan, yakni J (Jawa) dan M
yang timbul diredam dan dialihkan, bahkan disublimasi kedalam bentuk lain,
42
antara lain dengan laku batin atau kebatinan. Melalui kebatinan ini manusia
asal masih dalam prinsip alua jo patuik dan raso jo pareso. Pemecahan
konflik tidak harus dibatinkan, tapi harus dicari dalam dialog yang intens.
Disamping hal tersebut ukuran yang dipakai untuk menentukan sehat mental
prestasi setinggi-tingginya.
Kebudayaan secara teknis adalah idea tau tingkah laku yang dapat dilihat
tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa
mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka tergaul atau
b) Sistem nilai
Perbedaan sistem nilai, moral dan etika antara kebudayaan yang satu
masyarakat.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
pola pikir, persepsi, tingkah laku dan perasaan yang berbeda dengan norma
atau budaya yang ada, serta gangguan pada fungsi fisik dan sosial yang
kerja (Townsend, 2011 dalam Wardani dan Dewi 2018). Ganguan jiwa
secara umum terbagi menjadi dua yaitu gangguan jiwa ringan dan gangguan
permasalahan pada kesehatan jiwa salah satunya berasal stigma dan persepsi
“proses dimana reaksi orang lain merusak identitas normal”. Reaksi-reaksi ini
44
45
istiadat, dan sikap masyarakat (Ramdhani & Patria, 2018) Penelitian yang
Individu gangguan jiwa yang mengalami stigma sosial akan menarik diri
dari lingkungan karena mengalami stigma yang timbul dari dalam dirinya
sendiri atau yang disebut dengan stigma diri (Eizenberg et al 2013, dalam
Wardani dan Dewi, 2018). Akibat penilaian negatif terhadap dirinya maka
Gangguan jiwa
Terjadi kekambuhan
Dampak Pasien :
Menghambat perawatan
Keluarga malu merasa Disfungsi sosial dan pemulihan
aib, menutup diri dari
Kepatuhan terhadap pengobatan
lingkungan. ODGJ
Penghentian pengobatan dini
diabaikan, diasingkan, Stigma diri Peningkatan Kekambuhan
diisolasi atau dipasung
Penurunan
Ket : kualitas hidup
: Tidak diteliti
: Diteliti
B. Kerangka Konsep
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
STIGMA
MASYARAKAT
3. Sikap
4. Budaya
C. Hipotesis Penelitian
H.3 : Terdapat hubungan antara sikap dengan stigma masyarakat terhadap orang
H.4 : Terdapat hubungan antara budaya dengan stigma masyarakat terhadap orang
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Penelitian ini untuk
1. Populasi
berjumlah ± 5.842 orang dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti
tahun serta pernah kontak dengan orang gangguan jiwa meliputi 3.295
orang.
48
49
2. Sampel
Keterangan:
kepercayaan 95%
80,7275
=
8,235 + 0,0245
80,7275
=
8,2595
= 97,738
= 98 orang
50
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
Gadang.
51
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan
Januari 2019.
52
1. Variabel
2. Defenisi operasional
suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh
Independen
Tingkat Tingkat pendidikan Kuesioner Angket 1. Tinggi : (PT / Ordinal
Pendidikan formal yang telah Pertanyaan SMA)
diselesaikan tentang 2. Rendah : (SD /
responden pendidikan SMP)
terakhir (UU RI 2004)
Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Mental Angket 1. Kurang Baik Ordinal
yang diketahui oleh Health jika Skor
responden tentang Knowledge (Median) ≤ 32
gangguan jiwa Schedule 2. Penilaian Baik
(MHKS) skor (Median)
≥ 32
(Pheh et. al,
2017)
Sikap Kesiapan atau Kuesioner Angket 1. Negatif skor Ordinal
kesediaan untuk Comunity (Median)
bertindak terhadap Attitudes ≤ 104
suatu objek Toward the 2. Penilaian
Mentally III Positif skor
(CAMI) (Median)
≥ 104
(Girma et. al,
2013)
Budaya Pemahaman Multicultural Angket 1. Tidak Ordinal
budaya dalam Mental Health mendukung
proses pengobatan Awareness Scale kesehatan skor
dengan penyakit (MMHAS) skor (Median)
tertentu ≤ 33
54
2. Mendukung
. dengan
kesehatan skor
skor (Median)
≥ 33
Dependen
Stigma Label negatif atau Kuesioner Angket 1. Stigma Ordinal
Masyarakat tidak adanya Scale: Perception of Rendah skor
penerimaan sosial Discrimination (Median)
pada individu yang Devaluation 34 ≤
mengalami (PDDS) 2. Penilaian
gangguan jiwa Stigma
Tinggi skor
(Median)
34 ≥
(Boru & Assefa,
2014)
E. Instrumen Penelitian
baik alat yang melekat dala peran seorang peneliti yang disebut instrumen
utama maupun alat yang terpisah dengan penliti yang bersifat keras ataupun
tahun 2004.
stigma. 12-item MAKS terdiri dari dua bagian. Bagian A terdiri enam
(sangat setuju). Skor pada item 6, 8, dan 12 terbalik kode. Sebuah total
atau negatif terhadap ODGJ yang terdiri dari 20 pertanyaan positif dan
“sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju” terdapat 4 skala sikap yang
(MMHAS) Semua item Alat ukur menggunakan skala likert mulai dari
tingkat yang lebih tinggi dirasakan stigma (Boru & Assefa, 2014) .
F. Etika Penelitian
57
1. Autonomy
3. Confidentiality
4. Justice
58
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
b. Tahap terminasi
Masukkan data yang telah diberikam kode kedalam master tabel dan
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisa Bivariat
menggunakan analisis uji chi square dengan confident interval (CI) 95%
dan α = 0,05. Kesimpulan dari hasil uji apabila nilai p ≤ 0,05 maka Ho
berikut :
62
63
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, di Kelurahan Pasa Gadang
Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan
Padang Selatan Tahun 2018
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 40 40,0
Perempuan 58 59,2
Total 98 100
2. Pekerjaan
RT/Tidak bekerja 51 52,0
Pedagang/Wiraswasta 34 34,7
Tani/Buruh 13 13,3
Total 98 100
2. Pendidikan
SD 24 27,6
SLTP 28 30,6
SLTA 41 41,8
Perguruan Tinggi 5 5,1
Total 98 100
B. Analisa Univariat
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan,Sikap, Budaya dan Stigma Masyarakat di Kelurahan
Pasa Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan
Padang Selatan Tahun 2018.
Variabel f %
Pendidikan
1. Rendah 52 53,1
2. Tinggi 46 46,9
Pengetahuan
1. Baik 58 59,2
2. Kurang Baik 40 40,8
Sikap
1. Positif 43 43,9
2. Negatif 55 56,1
Budaya
1. Mendukung dengan Kesehatan 40 40,8
2. Tidak mendukung dengan kesehatan 58 59,2
Stigma Masyarakat
1. Tinggi 50 51,0
2. Rendah 48 49,0
lebih dari separuh (53,1%) responden berpendidikan rendah dan lebih dari
jiwa.
65
C. Analisa Bivariat
1. Pendidikan
Tabel 5.3
Hubungan Pendidikan Dengan Stigma Masyarakat
Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
Tahun 2018
Stigma
Pendidikan Rendah Tinggi Total P value OR (CI 95%)
f % f % f %
yang mempunyai stigma tinggi terhadap ODGJ lebih tinggi pada tingkat
terhadap ODGJ.
66
2. Pengetahuan
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Stigma Masyarakat
Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
Tahun 2018
Stigma
Pengetahuan Rendah Tinggi Total P value OR (CI 95%)
f % f % f %
yang mempunyai stigma tinggi terhadap ODGJ lebih tinggi pada tingkat
3. Sikap
Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Masyarakat
Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
Tahun 2018
Stigma
Sikap Rendah Tinggi Total P value OR (CI 95%)
f % f % f %
yang mempunyai stigma tinggi terhadap ODGJ lebih tinggi yang memiliki
sikap negatif dari pada sikap positif yaitu (58%) berbanding (32,7%).
terhadap ODGJ.
68
4. Budaya
Tabel 5.6
Hubungan Pengetahuan Dengan Stigma Masyarakat
Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
Tahun 2018
Stigma
Pengetahuan Rendah Tinggi Total P value OR (CI 95%)
f % f % f %
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Pendidikan
dengan bidang, konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang
atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada
69
70
juga tidak dapat berperan secara aktif sebagai pendukung utama bagi
serta tidak rentan lagi terhadap pengaruh stresor psikososial. Status tingkat
masalah, dan berperilaku baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Bireuen.
atau yang tidak sesuai dengan norma ke arah tingkah laku yang
2. Pengetahuan
2016). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi
budaya.
72
dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang
lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh
tersebut.
mereka terpapar satu sama lain. Keluarga akan lebih mampu untuk
yang ada (Friedman, 2003). Dalam hal ini pengalaman keluarga merawat
3. Sikap
terhadap pasien gangguan jiwa. Hasil ini sama dengan penelitian yang
objek tersebut.
terhadap perilaku positif pada obyek yang dikenai perilaku tersebut. Dalam
koping penting untuk dimiliki individu saat mengalami stress. Sikap yang
76
baik dari keluarga juga dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk
bahwa sikap baik yang bersumber dari keluarga sangat berguna untuk
mengetahui tentang penyakit jiwa dan persepsi negatif yang tertanam pada
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Sri yani (2008) di
rumah sakit jiwa Bina Atma Sumatra Utara Medan, dimana di dapatkan
masalah rasa malu, rasa takut, merasa bersalah, rasa marah dan perasaan
4. Budaya
terhadap pasien gangguan jiwa. Hasil penelitian ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adam, dkk (2018) dimana dari 40 sampel
dan berperan dalam perwujudan sikap, karakter, respon dan cara pandang
yang merupakan ciri khas identitas individu. Budaya merupakan hal yang
(Koentjaraningrat, 2009).
sikap masyarakat, budaya, dan adat istiadat. Pernyataan ini juga sejalan
5. Stigma Masyarakat
sebanyak 48 orang 49%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Boru &
83,5% menjadi stigma tinggi. Begitu juga hasil penelitian oleh Retno, dkk
stigma yang dirasakan keluarga dan ODGJ terdiri dari perasaan keluarga
Akibatnya respon keluarga menjadi malu dan menarik diri serta membatasi
interaksi dengan masyarakat sekıtarnya dan ODGJ. Hal ini didukung oleh
gangguan jiwa namun juga pada masyarakat yang ada sekitar pun ıkut
jiwa sebagai ancaman bagi mereka karena cenderung suka mengamuk dan
jiwa aib bagi keluarga, merasa gangguan jiwa tidak bisa disembuhkan
(2018) mengatakan gangguan jiwa sering kali mendapat stigma buruk dari
natural dan gejala negatif dari gangguan jiwa berpengaruh terhadap stigma
mengalami stigma tinggi tidak mendapat dukungan dari teman dan orang
B. Analisis Bivariat
uji statistik diperoleh p-value 0,016 (p-value < 0,05) berarti terdapat
dari luar dan memberikan tindakan yang tepat tanpa harus memberikan
Yani, D., dan Sutini, T. (2016), bahwa stigma masyarakat terhadap klien
(2014) yang mana ada hubugan yang bermakna antara pendidikan dengan
tindakan diskriminasi akibat dari stigma yang didapat dari masyarakat. Hal
Menurut analisa peneliti, hal ini dapat dipahami karena fokus dari
ODGJ. Hal ini dapat disebabkan karena tidak adanya kemauan masyarakat
perubahan tingkah laku dan juga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
(63%) terhadap ODGJ, hal ini dapat terjadi karena dalam mengikuti
jiwa. Sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Lefley (2009), dimana
gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat Goldman (Bordbar &
2018. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sri & Meilina (2016)
tentang gangguan jiwa mempunyai sikap yang lebih positif terhadap klien
sesorang mempunyai sikap yang negatif ataupun positif terkait objek. Hal
masa, pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting dan lembaga
penelitian antara pengetahuan yang cukup dan sikap yang negatif, tidak
dipengaruhi oleh orang lain yang dianggap penting. Orang yang dianggap
berbeda antar budaya. Adanya faktor budaya yang masih dianut oleh
perkembangan ilmu saat ini, dan pada akhirnya akan menyebabkan sikap
pengetahuan yang baik, namun ada faktor lain seperti pengalaman dan
juga masih rendah untuk diperoleh oleh masyarakat, hal ini dikarenakan
86
gangguan jiwa.
yang benar terkait gangguan jiwa sehingga dapat memberikan sikap yang
dikutip oleh Pamor dan Anggleton (2003) mengatakan bahwa stigma itu
(Wood, at. all., 2005 & Goffmen, 1963). Menurut Mayor B dan O’Brien,
atau mereka yang tidak taat terhadap norma masyarakat dan agama yang
berlaku. Implikasi dari stigma dan diskriminasi bukan hanya pada diri
orang atau kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga dan pihak-pihak
gangguan jiwa
uji statistik diperoleh p-value 0,001 (p-value < 0,05) berarti terdapat
& Sari (2018) yang mana (69,1%) masyarakat memiliki sikap negatif
yang tinggi terhadap orang dengan gangguan jiwa hal ini disebabkan
Hal ini juga disampaikan oleh Notoatmodjo (2010), bahwa sikap yang
utamanya. Hal ini sesuai dengan Teori yang dikemukakan oleh Green,
kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pendapat green ini dapat diartikan
bahwa orang memandang sesuatu itu baik atau buruk juga dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar. Selain itu kondisi dan situasi yang dipengaruhi
sikap masyarakat terhadap ODGJ yang salah yaitu persepsi negatif bahwa
penyakit jiwa adalah beban bagi masyarakat, orang dengan gangguan jiwa
tidak pantas menerima simpati masyarakat, dan orang sakit jiwa harus
skizofrenia.
1990) ditulis Wawan & Dewi, 2011 mengatakan sikap adalah keseluruhan
2005).
pada penderita gangguan jiwa. Inilah yang harus dirubah oleh masyarakat.
cepat, apabila sikap dalam dalam memberikan dukungan tidak baik, bisa
value (p=0,001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
kesehatan yang diperoleh dari cara pandang mereka dan disampaikan dari
gangguan jiwa dan juga berperan penting dalam proses kesembuhan dan
keyakinan yang salah sudah ada sejak lama sangat sulit dihilangkan.
pengobatan terbaik untuk gangguan jiwa bukan hanya dengan obat saja
tetapi selain obat ODGJ bisa dilakukan dengan rukiah. Sementara itu,
diungkapkan oleh Subandi dan Utami (1996) dalam Zubir (2014) bahwa
pribadi seseorang (Bathje & Pryor, 2011). Pada akhirnya kondisi tersebut
jiwa.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
5. Lebih dari separuh 51% masyarakat memiliki stigma tinggi dan 49%
92
93
B. Saran
jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, F., Rahman & Dahrianis. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga
from http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/843/707.
FKUI,: Jakarta.
A.Wawan & Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika.
Badan Statistik Pusat, (2018) Data Statistik Daerah Kota Padang Tahun 2018.
Bathje, Geoff J;Pryor, John B. The Relationship of Public and Selt Stigma to
seeking Mental Health Services. Journal of Mental Health Counseling, 2011;
33(2); 161-177.
Carey, S. L., Lura, D. J., & Highsmith, M. J. (2014). Public Stigma of Mental.
Journal of Research Rehabilitation and Development, 52(3), 17–19.
https://doi.org/10.1007/s10488-012-0430-z.Public
Dafli, I. H., Annis, F., & Karim, D. (2018) Hubungan Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Memberikan
Pertolongan Kesehatan Jiwa. di unduh pada tanggal 7 Januari 2019 di
http:file:///C:/Users/Acer/Downloads/19089-36929-1-SM.pdf'
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2017). Laporan Tahunan Tahun 2017, 115.
Farida & Yudi, (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. edisi 1. Jakarta : Salemba
Medika
Girma, E., Tesfaye, M., Froeschl, G., Moller- Leimkuhler, A. M., Muller, N.,
Dehning, S. (2013). Public stigma against people with mental illness in the
gilgel gibe field research center (ggfrc) in southwest ethiopia: Literatur
riview. PLoS ONE 8(12): e82116. doi:10.1371/journal.pone.0082116. Di
unduh di http://search.proquest.com/docview/14
64982544/fulltextPDF/BF300E438637 4C26PQ/9?accountid=48290.
Kamil, H., Jannah, S. R., & Tahlil, T. (2017). Stigma Keluarga terhadap Penderita
Skizofrenia Ditinjau dari Aspek Sosial Budaya dengan Pendekatan Sunrise
Model, 121-128.
Kartika, Y. H., Hizkia, D. T,. & Vembriati, N. (2017). Stigma Terhadaop Orang
Dengan Gangguan Jiwa Di Bali. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 8 No 2, 121-
132.
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC
Kemenkes. RI. 2012. Buku Pedoman Penghapusan Stigma & Diskriminasi Bagi
Pengelola Program, Petugas Layanan Kesehatan Dan Kader. Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung . Jakarta.
Khoirul, M,. A (2017) dengan judul pengalaman keluarga dalam merawat pasien
gangguan jiwa halusinasi. Diunduh pada tanggal 09 januari 2019 di
file:///C:/Users/Acer/Downloads/ipi751885%20.pdf
Kumbara, A.N. (2017). Fungsi dan makna ritual melukat dalam penyembuhan
gangguan jiwa di Bali. Diakses dari http://phdi.or.id/artikel/fungsidan-
makna-ritual-melukat-dalam penyembuhan-gangguan-jiwa-dibali pada 16
JANUARI 2019.
Lestari, W., & Wardhani, Y. F. (2014). Stigma and Management on People with
Severe Mental Disorders with “ Pasung ” ( Physical Restraint ). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 17 (2 April 2014), 157–166.
https://doi.org/Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Litbang Kemenkes RI, Jl. Indrapura 17 Surabaya
Korespondensi : weny_litbangkes@yahoo. co. id / ika_pinky@yahoo. com
Marasmis, Rusdi. 2010. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).
Jakarta : FK Unika Atmajaya.
Michaels, P. J., López, M., Rüsch, N., & Corrigan, P. W. (2012). Constructs and
concepts comprising the stigma of mental illness, 4, 183–194.
Mu, N. (2013). Public Stigma against People with Mental Illness in the Gilgel
Gibe Field Reasearch Center (GGFRC) in Shouthwest, 8 (12).
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0082116.
Nasilah, S & Kargenti, E. M (2015) Integritas Diri Sebagai Konsep Sehat Mental
Orang Melayu Riau. Jurnal Psikologi, Volume 11 No 1. diunduh pada
tanggal 7 Januari 2018 di http:file:///C:/Users/Acer/Downloads/1393-3239-1-
SM.pdf
Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa,
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nasriati, Ririn (2017) Stigma Dan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Purnama, G., Yani, D. I., Sutini, T., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U. (2016).
Gambaran Stigma Masyarakat Terhadap Klien Gangguan Jiwa Di Rw 09
Desa Cileles Sumedang. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1),
29–37. Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI
Putriyani, Desi. & Sari, Hasmila. (2016). Stigma Of The Society Towards People
With Mental Disorders In Kuta Malaka Sub-District Great Aceh Regency. di
unduh pada tanggal 7 Januari 2019 di
http://www.jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/viewFile/1530/1835.
Putri, E,. D. Pratiwi, A & Dewi, E (2017). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat
Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Naskah Publikasi.
Ramdhani, N., & Patria, B,. (2018). Psikologi Untuk Indonesia Maju dan
Beretika. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Retno, D. P, May, L. O., & Sutarjo, P. (2016). Stigma Terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatn
Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, Vol 33(8).
5. No. 2, 128–132.
Shelley, E. Letitia, A. P,. & David. O, S,. (2009) Psikologi Sosial (XII). Jakarta :
Gria Medika Pratama.
Siagian, Sondang P., 2004. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka
Cipta.,. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Subu, . Holmes,. dan Elliot, J. (2016). Stigmatisasi dan Prilaku Kekerasan pada
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Indonesia. Jurnal Keperawatan
Indonesi, Volume 19 No.3. Hal 191-199
Suharto, B. (2014). Budaya Pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis (Studi
Tentang Upaya Pelepasan Pasung dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di
Kabupaten Wonogiri). Diunduh pada tanggal 6 Januari 2019 di
http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/view/21
Surahmiyati, S., Yoga, B. H., & Hasanbasri, M. (2017). Dukungan sosial untuk
orang dengan gangguan jiwa di daerah miskin : studi di sebuah wilayah
puskesmas di Gunungkidul. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(8), 403–410.
Ukpong, D. I., & Bs, M. B. (2010). articles Stigmatising attitudes towards the
mentally ill : A survey in a Nigerian university teaching hospital. Sajp, 16(2),
56–60.
Utami dan Marlyn, 2004. Gender Dan Keluarga : Konsep Realita. Jurnal
Psychiatric. http://www.uin-alauddin.ac.id/download.pdf,
Varamitha, S., Akbar, S. N., & Erlyani, N. (2014). Jurnal Ecopsy. Stigma Sosial
Pada Keluarga Miskin Dari Pasien Gangguan Jiwa, 1(3), 109–110.
Yusriani & Khidri, 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
Masyarakat. Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)
Yusuf, A., Rizky F. PK., Hanik EN. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Stigma Masyarakat Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa
Dikelurahan Pasa Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan
Kota Padang Tahun 2018
No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul penelitian
2 Acc judul penelitian
3 Penyusunan proposal
penelitian
4 Persiapan seminar ujian
proposal
5 Seminar ujian proposal
6 Perbaikan proposal
penelitian
7 Pelaksanaan penelitian
8 Pengolahan dan analisis data
9 Penyusunan hasil penelitian
10 Ujian skripsi
11 Perbaikan hasil ujian skripsi
12 Penyusunan hasil penelitian
dan pengadaan skripsi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Dekanat Fakultas Keperawatan Unand Kampus Limau Manis, Padang - 25163
Telp. 0751-779233, Fax. 0751-779233
Laman: http//fkep.unand.ac.id – Email : sekretariat@fkep.unand.ac.id
Kepada yth.
Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Padang
di
Tempat
Dengan hormat,
Bersama ini disampaikan, bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
namanya tersebut dibawah ini, memerlukan data dari instansi Bapak/Ibu untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir penyusunan skripsi :
Oleh karena itu dimohon bantuan Bapak/Ibu agar yang bersangkutan dapat melaksanakan
tugasnya sebagaimana mestinya.
Demikian disampaikan agar dapat dikabulkan dan atas izin serta kerjasama yang baik, diucapkan
terima kasih
a. n. Dekan
Wakil Dekan I
Kepada
Yth.Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
BP : 1711316058
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu
responden. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Semua informasi dan kerahasiaan yang diberikan akan di
Peneliti
Rini Safitri
Lampiran 7
(INFORMED CONSENT)
saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Dengan
Responden
Lampiran 8
KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STIGMA
MASYARAKAT TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
No. Responden :
Karakterteristik Responden
1. Jenis Kelamin :
2. Pekerjaan :
3. Pendidikan terakhir : a. Tamat SD
b. Tamat SMP/SMA
c. Tamat Perguruan Tinggi
4. Alamat :
A. Pengetahuan (Mental Health Knowledge Schedule (MHKS))
Bagian A, petunjuk: Untuk setiap pernyataan 1- 6 di bawah ini, merespon dengan
mencentang (√) satu kotak saja. masalah kesehatan mental di sini merujuk,
misalnya, untuk kondisi yang seorang individu akan dilihat oleh mayarakat.
Keterangan :
1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak Setuju
4. STS : Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Orang dengan masalah kesehatan jiwa
yang parah dapat sepenuhnya pulih. 4 3 2 1
2 Jika teman punya masalah kesehatan jiwa,
saya tahu apa saran untuk memberi mereka
untuk mendapatkan bantuan profesional. 4 3 2 1
3 Obat dapat menjadi pengobatan yang
efektif untuk orang dengan masalah
gangguan jiwa. 4 3 2 1
4 Psikoterapi (misalnya berbicara terapi atau
konseling) dapat menjadi pengobatan yang
efektif untuk orang dengan masalah
kesehatan jiwa. 4 3 2 1
5 Kebanyakan orang dengan masalah
kesehatan jiwa ingin membayar pekerjaan. 4 3 2 1
6 Kebanyakan orang dengan masalah
kesehatan jiwa pergi ke seorang 1 2 3 4
profesional kesehatan untuk mendapatkan
bantuan.
Bagian B, petunjuk: Mengatakan apakah Anda berpikir setiap kondisi adalah jenis
penyakit mental dengan mencentang satu kotak saja.
7 Depresi 4 3 2 1
8 Menekan 1 2 3 4
9 Skizofrenia 4 3 2 1
10 Gangguan bipolar (maniak-depresi) 4 3 2 1
11 Kecanduan narkoba 4 3 2 1
12 Kesedihan 1 2 3 4
2. Kebijakan
11 Banyak uang pemerintah yang harus
dikeluarkan untuk biaya perawatan orang
penyakit jiwa. 4 3 2 1
12 Penyakit jiwa sudah terlalu lama menjadi
bahan olok olok. 4 3 2 1
13 Kita perlu mengadopsi sikap yang jauh
lebih toleran terhadap penyakit jiwa di
masyarakat 4 3 2 1
14 Rumah sakit jiwa lebih mirip penjara dari
pada tempat-tempat di mana orang sakit
jiwa dapat dirawat. 4 3 2 1
15 Kita memiliki tanggung jawab untuk
memberikan perawatan terbaik bagi
mereka yang sakit jiwa. 4 3 2 1
16 Sakit jiwa adalah beban masyarakat. 1 2 3 4
17 Peningkatan pengeluaran untuk kesehatan
mental layanan adalah pemborosan uang
pajak. 1 2 3 4
18 Ada cukup layanan yang ada untuk sakit
jiwa. 1 2 3 4
19 Orang sakit jiwa tidak pantas menerima
simpati kita. 1 2 3 4
20 Yang terbaik adalah menghindari siapa
pun yang memiliki masalah kejiwaan. 1 2 3 4
3. Keterbatasan sosial
21 Sakit jiwa harus diisolasi dari masyarakat
lainnya. 4 3 2 1
22 Seorang wanita akan menjadi bodoh untuk
menikahi pria yang telah menderita
penyakit mental, meskipun tampaknya dia
sepenuhnya pulih. 4 3 2 1
23 Saya tidak ingin hidup bersebelahan
dengan seseorang yang sakit jiwa. 4 3 2 1
24 Siapapun yang memiliki sejarah masalah
gangguan jiwa harus dikeluarkan dari
jabatan publik. 4 3 2 1
25 Orang yang sakit jiwa seharusnya tidak
diberikan tanggung jawab apa pun. 4 3 2 1
26 Tidak ada yang berhak mengecualikan
sakit jiwa dari lingkungan mereka. 1 2 3 4
27 Orang yang sakit jiwa jauh dari bahaya
dari kebanyakan orang kira. 1 2 3 4
28 Pasien gangguan jiwa harus didorong 1 2 3 4
untuk memikul tanggung jawab kehidupan
normal.
29 Orang yang sakit jiwa seharusnya tidak
ditolak hak-hak individu mereka. 1 2 3 4
30 Kebanyakan wanita yang dulunya pasien
di rumah sakit jiwa dapat dipercaya
sebagai baby sitter. 1 2 3 4
Terima kasih atas partisipasi bapak/ ibu dalam pengisian kluesioner ini. Semoga
hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya Orang Dengan
Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Kota Padang Tahun
2018 untuk kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera.
Responden
( )
Lampiran 9
KISI – KISI INSTRUMEN
1 Bagian A 1, 2, 3, 4, 5 6 6
2 Bagian B 7, 9, 10, 11 8, 12 6
Ill (CAMI))
1 Otoriterisme 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 10
Keterangan :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pekerjaan : 1. RT/Tidak bekerja 2. Pedagang/Swasta 3. Tani/Buruh
Pendidikan : 1. Rendah (SD / SMP) 2. Tinggi (SMA / PT)
Pengetahuan : 1. Pengetahuan baik 2. Pengetahuan kurang baik
Sikap : 1. Positif 2. Negatif
Budaya : 1. Mendukung Kesehatan 2. Tidak Mendukung Kesehatan
Stigma Masyarakat : 1. Stigma Rendah 2. Stigma Tinggi
Lampiran 11
Frequencies
Statistics
KT_P KT_PENG
JK KERJA PDDK DDK ETAHUAN KT_SIKAP KT_BUDAYA KT_STIGMA
N Valid 98 98 98 98 98 98 98 98
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g
Frequency Table
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 40 40,8 40,8 40,8
Perempuan 58 59,2 59,2 100,0
Total 98 100,0 100,0
KERJA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT/TIDAK BEKERJA 51 52,0 52,0 52,0
PEDAGANG/WIRASWAST
A 34 34,7 34,7 86,7
TANI/BURUH 13 13,3 13,3 100,0
Total 98 100,0 100,0
PDDK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 24 24,5 24,5 24,5
SLTP 28 28,6 28,6 53,1
SLTA 41 41,8 41,8 94,9
Perguruan Tinggi 5 5,1 5,1 100,0
Total 98 100,0 100,0
KT_PDDK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 52 53,1 53,1 53,1
Rendah 46 46,9 46,9 100,0
Total 98 100,0 100,0
KT_PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 58 59,2 59,2 59,2
Baik 40 40,8 40,8 100,0
Total 98 100,0 100,0
KT_SIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 43 43,9 43,9 43,9
Positif 55 56,1 56,1 100,0
Total 98 100,0 100,0
KT_BUDAYA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak mendukung 58 59,2 59,2 59,2
mendukung 40 40,8 40,8 100,0
Total 98 100,0 100,0
KT_STIGMA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 50 51,0 51,0 51,0
Tinggi 48 49,0 49,0 100,0
Total 98 100,0 100,0
Crosstabs
[DataSet1] D:\SKRIPSI\DATA RESPONDEN\DATA RINI.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KT_PDDK * KT_STIGMA 98 100,0% 0 ,0% 98 100,0%
KT_PENGETAHUAN *
KT_STIGMA 98 100,0% 0 ,0% 98 100,0%
KT_SIKAP * KT_STIGMA 98 100,0% 0 ,0% 98 100,0%
KT_BUDAYA *
KT_STIGMA 98 100,0% 0 ,0% 98 100,0%
KT_PDDK * KT_STIGMA
Crosstab
KT_STIGMA Total
Rendah Tinggi Rendah
KT_PD Tinggi Count 33 19 52
DK Expected Count 26,5 25,5 52,0
% within KT_PDDK 63,5% 36,5% 100,0%
Rendah Count 17 29 46
Expected Count 23,5 22,5 46,0
% within KT_PDDK 37,0% 63,0% 100,0%
Total Count 50 48 98
Expected Count 50,0 48,0 98,0
% within KT_PDDK 51,0% 49,0% 100,0%
Chi-Square Tests
KT_PENGETAHUAN * KT_STIGMA
Crosstab
KT_STIGMA Total
Rendah Tinggi Rendah
KT_PENGETAHUAN Kurang baik Count 24 34 58
Expected Count 29,6 28,4 58,0
% within
KT_PENGETAHU 41,4% 58,6% 100,0%
AN
Baik Count 26 14 40
Expected Count 20,4 19,6 40,0
% within
KT_PENGETAHU 65,0% 35,0% 100,0%
AN
Total Count 50 48 98
Expected Count 50,0 48,0 98,0
% within
KT_PENGETAHU 51,0% 49,0% 100,0%
AN
Chi-Square Tests
KT_SIKAP * KT_STIGMA
Crosstab
KT_STIGMA Total
Rendah Tinggi Rendah
KT_SI Negatif Count 13 30 43
KAP Expected Count 21,9 21,1 43,0
% within KT_SIKAP 30,2% 69,8% 100,0%
Positif Count 37 18 55
Expected Count 28,1 26,9 55,0
% within KT_SIKAP 67,3% 32,7% 100,0%
Total Count 50 48 98
Expected Count 50,0 48,0 98,0
% within KT_SIKAP 51,0% 49,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
KT_BUDAYA * KT_STIGMA
Crosstab
KT_STIGMA Total
Rendah Tinggi Rendah
KT_BUDAYA mendukung Count 21 37 58
Expected Count 29,6 28,4 58,0
% within KT_BUDAYA 36,2% 63,8% 100,0%
tidak mendukung Count 29 11 40
Expected Count 20,4 19,6 40,0
% within KT_BUDAYA 72,5% 27,5% 100,0%
Total Count 50 48 98
Expected Count 50,0 48,0 98,0
% within KT_BUDAYA 51,0% 49,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Risk Estimate
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan :