Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Padang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Barat yang

merupakan salah satu Kota di Indonesia paling rawan terjadinya bencana

gempa bumi. Karena terdapatnya patahan semangko di daratan serta

adanya pertemuan lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di dasar lautan

sebelah barat pulau sumatera, yang memungkinkan terjadinya tsunami.

Kota Padang sangat rawan terhadap berbagai jenis bencana; seperti gempa,

tsunami, tanah longsor, banjir, dan bencana yang diakibatkan oleh

aktivitas manusia (non – alam) yang berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, dan wabah penyakit. Sehingga dalam nomenklatur

kebencanaan kota Padang dikenal sebagai “risk city” yaitu kota yang

resiko bencananya sangat tinggi. Sudibyakto (2011) dalam Riski Sri

Harona, dkk (2020)

Menurut Undang-Undang No 24, Tahun 2007, bencana adalah

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam

maupun non alam, faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya

korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan

psikologis.

1
2

Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) dalam Wijayanto

(2012), Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang

menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat,

berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang

ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan

sumber daya yang ada.

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No 24 Tahun 2007

tentang penanggulangan bencana yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh

alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi. dan wabah penyakit

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi

konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan

oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan,

manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri yang

menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan

kerusakan lainnya.
3

Rahmat dalam Purnomo dan Sugiantoro (2010:93),

mengemukakan bahwa manajemen bencana adalah seluruh kegiatan yang

meliputi perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan

sesudah terjadi bencana yang dikenal dengan siklus manajemen bencana.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi

penderitaan manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang

mengenai resiko dan mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta

benda dan kehilangan sumber ekonomis.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan

penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi

penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,

kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) No 4 Tahun 2008 telah membagi mitigasi bencana

terdiri atas mitigasi struktural serta mitigasi non – struktural. Mitigasi

struktural dilakukan melalui upaya pembangunan fisik maupun sebuah

pembangunan prasarana masyarakat dalam hal pengurangan risiko

bencana. Mitigasi non – struktural dilakukan melalui upaya penyadaran

maupun pendidikan dalam mengurangi risiko bencana. Pasal 18 didalam

Undang – Undang mengamanatkan di bentuknya Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) di tingkat Provinsi maupun

Kabupaten/Kotamadya.
4

Sebagaimana dalam Perda Kota Padang Nomor 18 Tahun 2008

Tentang Pembentukan Organiasi dan Tata Kerja BPBD sendiri dijelaskan

bahwa dalam pasal 9 dan 10 unsur pelaksana BPBD harus

menyelenggarakan fungsi pengoordinasian, pengkomandoan, dan

pelaksana dalam penyelenggara penanggulangan bencana, kemudian

koordinasi unsur pelaksana BPBD dilaksanakan dengan satuan kerja

Perangkat Daerah lainnya yang dipandang perlu pada tahap pra bencana

dan pasca bencana.

Selain itu, Dinas Pendidikan Kota Padang sebagai lembaga yang

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah dibidang pendidikan

mencoba ikut berkoordinasi dalam upaya mitigasi bencana. Dinas

Pendidikan Kota Padang hanya bertanggung jawab pada sekolah dari

tingkatan TK sampai dengan SLTP di kota Padang. Hal ini dipengaruhi

oleh keprihatinan kurangnya pengetauan baik tenaga pengajar maupun

siswa dalam ilmu kebencanaan di sekolah – sekolah yang ada di kota

Padang, terlebih lagi banyaknya sekolah – sekolah tersebut berapa di zona

merah rawan bencana. Seperti tabel 1.1 berikut:


5

Tabel 1.1

Sekolah yang berada di Zona Merah Kota Padang Tahun 2016

Sekolah Jumlah Sekolah


Sekolah Dasar (SD) 307
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 71
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padang, Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dikelompokan dari tingkat

jenjang pendidikannya ada beberapa sekolah yang rawan terjadi bencana

di zona merah. Dimana beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah

pertama yang berada di zona merah tersebut terdiri dari sekolah negeri dan

swasta. Maka dari itu dapat dikatakan banyaknya sekolah yang masuk

dalam zona rawan bencana memiliki kemungkinan terkena dampak

bencana yang tinggi.

Dalam melakukan kegiatan, koordinasi yang dilakukan Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan dinas Pendidikan Kota

Padang dalam melaksanakan upaya mitigasi bencana di sekolah masih

kurang maksimal. Hal ini diakibatkan, Pertama koordinasi yang terbentuk

masih belum terlihat kinerja yang mereka laksanakan, ini terjadi karena

masih terdapat tumpang tindih peran dalam penanganan bencana antara

instansi pemerintah yang terlibat seperti Badan Penanggulangan Bencana

Daerah dengan Dinas Pendidikan Kota Padang. Kedua edukasi bencana di

ranah pendidikan terutama sekolah – sekolah di kawasan pesisir Kota

Padang belum terlaksana dengan merata, hal ini dikarenakan

terkendalanya biaya yang cukup besar. Ketiga masih minimnya anggaran


6

yang teralisasikan untuk menghadapi kebencanaan yang ada di sekolah

terkait edukasi siaga bencana di sekolah. Berikut data realisasi anggaran

yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

Kota Padang:

Tabel 1.2
Tabel Rekapitulasi Anggaran Kegiatan Mitigasi Bencana di Sekolah

2018 2019
Rp. 305.910.000 Rp. 250.000.000
Sumber: Laporan Kinerja BPBD Kota Padang
Dapat dilihat bahwa anggaran untuk mitigasi bencana yang

dikeluarkan makin lama semakin kecil untuk wilayah yang sering

mengalami kejadian bencana alam dan realisasi program yang dijalankan

BPBD masih belum mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan hasil berita Posmetro Padang yang didapatkan dari

wawancara dengan Wakil Walikota Padang Bapak Hendri Septa

menyatakan bahwa:

“Kota Padang sebagai daerah yang berada dikawasan rawan


bencana. Kota Padang harus gencar melakukan mitigasi bencana
terhadap warga dan untuk siswa sekolah pun mitigasi perlu
dilakukan, karena banyak sekolah – sekolah yang juga berada di
zona merah tsunami. Peristiwa gempa 30 September 2009 menjadi
pelajaran berharga tentang mitigasi bencana. Kita akui belum
semua sekolah teredukasi terkait siaga bencana ini, karena
terkendala biaya. Maka ke depan kita upayakan bisa terlaksana
secara bertahap, terutama di sekolah yang rawan. Akan tetapi,
siswa sekolah harus diberi edukasi tentang mitigasi. Selain itu,
terus mengingatkan masyarakat khususnya siswa tentang potensi
dan risiko bencana yang ada di daerah kita. Dikatakan, peserta
didik atau siswa harus mengetauhi dengan baik prosedur dan
prinsip evakuasi bencana, serta akrab dengan peralatan
7

keselamatan. Di sisi lain, anak – anak wajib aktif mengikuti


kegiatan latihan simulasi bencana dan memiliki kesadaran,
solidaritas serta kerjasama dengan guru maupun antar siswa dalam
menghadapi situasi bencana” (Hendra, Posmetro)

Selanjutnya, hasil wawancara dengan staf Dinas Pendidikan Kota

Padang mengatakan:

“Minimnya sarana dan prasarana di sekolah – sekolah apalagi


sekolah yang berlokasi di pesisir pantai mengakibatkan tingginya
resiko bencana yang terjadi menimpa sekolah tersebut.
Terbatasnya anggaran dan kurangnya pemahaman edukasi bencana
di sekolah merupakan ancaman terbesar dalam melakukan upaya
mitigasi bencana di sekolah. Untuk itu dinas pendidikan sebagai
opd daerah berkoordinasi dengan bpbd dalam melakukan upaya
mitigasi bencana. Cara yang sudah dilakukan untuk mitigasi
bencana yaitu setiap sekolah telah disarankan untuk melakukan
sinkronisasi siaga bencana alam. Minimal tiga kali dalam sebulan,
di setiap sekolah menyampaikan dan melakukan edukasi dalam
bencana dan dilakukan simulasi bencana alam untuk siswa.
Sebagai penunjang siaga bencana, setiap sekolah akan diupayakan
fasilitas mitigasi, seperti pintu keluar kelas darurat. Dan titik keluar
dan kumpul bagi siswa yang sesuai protap mitigasi. Kemudian
kami juga sudah berkoordinasi dengan BPBD terkait tentang
memperbanyak program sekolah cerdas bencana, diharapkan
program ini dapat mengedukasi sekolah tentang apa yang harus
dilakukan dan bagaimana langkah – langkah untuk menyelamatkan
diri jika terjadi bencana”.
Kemudian berdasarkan hasil berita Tribunsumbar yang didapatkan

dari wawancara dengan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Barat

Erman Rahman menyatakan bahwa:

“Implementasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menjadi


sebuah kebutuhan untuk seluruh sekolah yang berada di daerah
rawan bencana, sehingga risiko korban jiwa bisa dikurangi dan
juga untuk memberikan perlindungan dan rasa aman kepada siswa
didik, guru maupun orang tua yang menitipkan anaknya di sekolah.
Ada Tiga pilar SPAB yaitu Fasilitas Sekolah Aman, Manajemen
Bencana dan Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana harus
terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah yang diikuti dengan
8

simulasi evakuasi minimal satu kali dalam satu semester.


Pentingnya percepatan Implementasi SPAB di Sumatera Barat,
peserta rapat yang terdiri dari Dinas Pendidikan dan BPBD se-
Sumatera Barat, BAPPEDA Sumatera Barat, Dinas Sosial
Sumatera Barat, Dinas Kesehatan Sumatera Barat, Kanwil
Kemenag Sumbar, LPMP, Forum Pengurangan Risiko Bencana
Sumatera Barat, PMI Sumatera Barat, Purna Paskibraka Indonesia,
PPDI dan LSM berkomitmen untuk mendorong implementasi
SPAB di Sumatera Barat mulai dari menyusun kebijakan mengenai
SPAB berupa Pergub/Perbup/Perwako dan memasukkan anggaran
untuk implementasi SPAB dan melaksanakan Bimtek kepada
Kepala Satuan Pendidikan” (Patra, Tribunsumbar)

Berdasarkan uraian berikut, dapat terlihat bahwa permasalahan

yang dihadapi oleh BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam

upaya mitigasi bencana di sekolah adalah masih banyak sekolah – sekolah

yang belum teredukasi terkait siaga bencana, ini terjadi karena terbatasnya

anggaran yang ada.

Kemudian didalam aspek pembelajaran pun sudah mulai

diterapkan pengedukasian berkaitan dengan kebencanaan dan sudah masuk

kedalam pembelajaran. Dan diharapkan pembelajaran tersebut menjadi

edukasi yang efektif terhadap siswa – siswa di sekolah. Peran Vital BPBD

sebagai badan penanggulangan bencana dan Dinas Pendidikan Kota

Padang sebagai perangkat daerah yang berfokus terhadap pendidikan dapat

dilihat dari apa yang sudah dilakukan dalam menangani mitigasi bencana

yang di lakukan kepada sekolah – sekolah. Akan tetapi, adanya koordinasi

yang dilakukan tidak serta merta penanggulangan bencana dapat berjalan

sebagaimana mestinya, banyaknya aspek penghambat tidak efektivnya


9

suatu kebijakan atau kegiatan, seperti minimnya sumber daya terlatih serta

sarana dan prasarana yang terbatas.

Oleh karena itu, perlunya efektivitas koordinasi dalam menerapkan

kebijakan dan program – program kerja antara Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dengan Dinas Pendidikan kota Padang diharapkan dapat

mengetauhi tindakan apa yang harus diperlukan dalam melakukan

penanggulangan resiko bencana disekolah agar dapat mengurangi kerugian

materil maupun non – materil dan dapat meningkatkan pengetauan siswa

di sekolah tentang pendidikan aman bencana.

Skiripsi ini berjudul “Efektivitas Koordinasi antara Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah” yang

membahas tentang bagaimana koordinasi yang dilakukan BPBD dengan

Dinas Pendidikan dalam mengurangi resiko bencana yang terjadi di

sekolah.

B. Identifikasi Masalah
10

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan

bahwa identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Belum terlihatnya efektivitas koordinasi yang dilakukan antara BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya Mitigasi Bencana

2. Kurangnya edukasi yang diberikan dalam upaya mitigasi bencana di

Sekolah

3. Terbatasnya anggaran untuk mitigasi bencana di sekolah

4. Kurangnya sumber daya terlatih pada BPBD dan Dinas Pendidikan

dalam upaya mitigasi bencana

5. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah

C. Batasan Masalah

Dari semua yang dipaparkan, penulis tidak akan membahas seluruh

permasalahan yang ada. Tetapi juga memiliki batasan-batasan masalah

yang akan diteliti, ini tujuannya supaya proses penelitian bisa menjadi

lebih terkontrol dan tepat sasaran, dalam penelitian ini masalah yang

diteliti dibatasi pada “Efektivitas Koordinasi antara Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang Dalam Upaya Mitigasi Bencana Di Sekolah”.

D. Rumusan Masalah
11

Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Efektivitas Koordinasi antara BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah?

2. Apa hambatan yang dihadapi selama proses koordinasi antara BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana

di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis efektivitas koordinasi antara BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di Sekolah.

2. Untuk mengidentifikasi hambatan yang terjadi dalam proses

koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam

upaya mitigasi bencana di sekolah

F. Manfaat Penelitian
12

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang

diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis yaitu hasil penelitian ini dapat memberikan

kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi

terkait efektif atau tidaknya Koordinasi antara BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah.

2. Manfaat Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, serta masukan – masukan kepada Instansi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang mengenai Efektivitas Koordinasi .


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Konsep Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Evan Sarli

Rakasiwi (2018), kata efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti

dapat membuahkan hasil, mulai berlaku, ada pengaruh/akibat/efeknya.

Efektivitas dapat juga diartikan keberhasilan dalam pencapaian tujuan.

Menurut Hani Handoko (2011) dalam Dwi Mai Syaroh,dkk (2018)

efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih suatu tujuan yang tepat,

dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Definisi efektivitas

tersebut lebih menekankan pada pemilihan cara atau metode yang dapat

digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan atau

ketepatan dalam memilih tindakan untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Harbani Pasolong (2007) efektivitas pada dasarnya

berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab

akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variable lain.

Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya

dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses

kegiatan. Adapun pengertian lain dari Efektivitas adalah tingkat tujuan

yang diwujudkan suatu organisasi.

13
14

Selain itu Andrian (2001: 12) dalam Evan Sarli Rakasiwi (2018),

efektivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dan berhasil mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pekerjaan tersebut, dengan

memberdayakan seluruh potensi sumber daya manusia maupun

sumberdaya dana yang ada.

Sedangkan Robbins dan Caulter (2010: 8) mengatakan efektivitas

sering kali disebut sebagai mengerjakan hal yang tepat yaitu, menjalankan

aktivitas – aktivitas yang secara langsung membantu organisasi mencapai

sasarannya.

Adapun pengertian efektivitas Menurut Tangkilisan (2005:120),

efektivitas adalah tercapainya sasaran atau tujuan – tujuan dari suatu

instansi yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas terkandung makna

berdaya tepat atau berhasil guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu

telah berhasil dilaksanakan secara sempurna, secara tepat dan target telah

tercapai. Selain itu terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk

menunjukan bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis,

baru dikatakan efisien.

Menurut Saxena dalam Indrawijaya (2010:175) efektivitas

merupakan suatu ukuran yang mengukur seberapa jauh tingkat target atau

tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) yang telah tercapai. Semakin besar

tingkat target yang dicapai, maka akan semakin besar pula tingkat

efektivitasnya.
15

Dari beberapa defenisi diatas, Efektivitas dapat disimpulkan

sebagai suatu usaha atau pegaruh yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu, efektivitas dianggap berhasil apabila hal yang dilakukan

tersebut tepat sasaran atau sesuai dengan apa yang dituju.

Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat diperlukan karena

mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi

dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan efektivitas merupakan

tingkat ketercapaian tujuan dari usaha – usaha yang telah dilaksanakan

dibandingkan dengan harapan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas akan menjadi lebih jelas apabila memiliki arah dan

tujuan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Penerapan makna

efektivitas untuk organisasi berarti tercapainya tujuan – tujuan organisasi

sesuai dengan yang telah diterapkan melalui kegiatan – kegiatan yang

telak dilaksanakan.

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), efektivitas dapat

diukur sebagai berikut:

1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Adanya tujuan yang jelas dan pasti yang telah ditetapkan dalam

mencapai target dan tujuan ingin dicapai.


16

2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan

Strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan

berbagai upaya dalam mencapai sasaran – sasaran yang ditentukan

agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan

organisasi

3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap

Hal ini berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi

yang telah ditetapkan, artinya kebijakan harus mampu

menjembatani tujuan – tujuan dengan usaha – usaha pelaksanaan

kegiatan operasional

4) Perencanaan yang matang

Perlu dibuat perencanaan yang benar – benar matang sesuai dengan

kebutuhan di masyarakat dan tidak merugikan kedua pihak, baik

itu pihak masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.

5) Penyusunan program yang tepat

Setelah adanya proses analisis yang tepat dan baik maka akan

dibuatlah penyusunan program yang sesuai dengan keadaan

dilapangan dan melalui proses perencanaan yang tepat maka akan

menghasilkan penyusunan program yang tepat sesuai dengan

kebutuhan masyarakatnya sehingga pemerintah diharapkan mampu

memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada

masyarakatnya.
17

6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja

Selain mekanisme kerja yang matang dan tepat yang telah

dijelaskan tadi perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana

kerja yang baik guna menunjang kegiatan pemerintahan yang baik.

7) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

Perlu adanya sistem pengawasan dan pengendalian dari

pemerintahan daerah dan pemerintah pusat sehingga mampu

memberikan kritik, saran dan informasi yang berguna dalam

rangka pengawasan dan pengendalian.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pengukuran

merupakan penilaian dalam arti tercapainya sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya dapat dikatakan efektif. Namun, apabila suatu tujuan atau

sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka tidak

efektif. Tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau

pengaruh yang besar terhadap kepentingan bersama.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti

yang dikemukakan oleh Steers dalam Sutrisno (2010) yaitu:

1) Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi

organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari


18

efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah

hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam

organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia,

struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-

orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang

dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk

mengubah masukan mentah menjadi keluaran (output).

2) Karakteristik Lingkungan

Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah

dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja. Kedua

aspek tersebut sedikit berbeda, namun saling berhubungan.

Lingkungan luar yaitu semua kekuatan yang timbul di luar batas-

batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan di

dalam organisasi. Pengaruh faktor semacam ini terhadap dinamika

organisasi pada umumnya dianggap meliputi derajat kestabilan

yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan

derajat ketidakpastian lingkungan.

Sedangkan lingkungan dalam yang pada umumnya disebut

iklim organisasi, meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja

yang mempunyai hubungan dengan segi-segi tertentu dari

efektivitas, khususnya atribut-atribut yang diukur pada tingkat

individual. Keberhasilan hubungan organisasi dengan lingkungan

tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu


19

tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas

keadaan lingkungan dan tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga

faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap

perubahan lingkungan.

3) Karakteristik Pekerja

Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan

faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah

yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi

tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya

yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber

daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja

sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja

merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan

berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi

yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan didukung

oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka

semua itu tidak ada gunanya.

4) Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen

Secara umum, para pemimpin memainkan peranan sentral

dalam keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan,

koordinasi dan memperlancar kegiatan yang ditunjukan kearah

sasaran. Kewajiban mereka para pemimpin untuk menjamin bahwa


20

struktur organisasi konsisten dengan dan menguntungkan untuk

teknologi dan lingkungan yang ada.

Sudah menjadi tanggung jawab dari para pemimpin untuk

menetapkan suatu sistem imbalan yang pantas sehingga para

pekerja dapat memuaskan kebutuhan dan tujuan pribadinya sambil

mengejar tujuan dan sasaran organisasi. Peranan pemimpin ini

mungkin merupakan fungsi yang paling penting.

Dengan makin rumitnya proses teknologi dan makin rumit

dan kejamnya keadaan lingkungan, peranan manajemen dalam

mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi

tidak hanya bertambah sulit, tapi juga menjadi semakin penting

artinya.

2. Konsep Koordinasi

a. Pengertian Koordinasi

Menurut Hasibuan dalam Elas Dian (2014) koordinasi merupakan

proses pengintegrasian tujuan dan aktivitas di dalam organisasi agar

mempunyai keselarasan di dalam mencapai tujuan yang ditetapkan,

pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer mengkoordinir sumber

daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki organisasi tersebut.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006) berpendapat bahwa

koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan


21

untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan.

Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and

Practice of Management yang dikutip Handayaningrat (2002) Koordinasi

adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi

kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar

kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara

para anggota itu sendiri.

Menurut Handoko (2003), koordinasi adalah proses

pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan yang terpisah

(departemen – departemen atau bidang – bidang fungsional) pada suatu

organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

James A.F Stoner dalam NW Prabandary (2017) mendefinisikan

koordinasi sebagai proses pemanduan sasaran-sasaran dan kegiatan -

kegiatan unit- unit (bagian-bagian atau bidang fungsional) yang terpisah

pada sebuah organisasi secara efisien.

Menurut Manullang (2008) koordinasi adalah usaha mengarahkan

kegiatan seluruh unit – unit organisasi agar tertuju untuk memberikan

sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas

diantara unit – unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.


22

Menurut Manullang (2008), koordinasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi

adalah sebagai berikut:

1) Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang

harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan

diadakan pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan

dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan

dalam mencapai suatu tujuan.

2) Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang

khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti

memberi penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang

dikoordinasikan.

3) Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas dari masing

– masing unit. Buku pedoman seperti itu diberikan kepada setiap

unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing – masing.

4) Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan

bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi, dan

pengarahan.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan koordinasi

merupakan suatu usaha manusia dalam pelaksanaan untuk mencapai suatu

tujuan yang sama. Koordinasi juga sangat penting dalam hal tujuan suatu

antar badan, instansi, serta pelaksanaan sehingga bisa saling mengisi serta

membantu dan saling melengkapi.


23

Kemudian koordinasi merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan efektivitas program dalam melaksanakan proses pekerjaan

agar dapat mewujudkan tujuan dan hasil yang telah diharapkan secara

efektif dan efisien.

b. Karakteristik Koordinasi

Menurut Hasibuan (2006) Koordinasi memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut :

1) Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak

terkait

2) Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif

3) Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya

(egosektoral)

4) Tidak terjadi tumpang tindih tugas

5) Komitmen semua pihak tinggi

6) Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada

dalam sistem jaringan koordinasi

7) Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi

8) Pelaksanaan tepat waktu

9) Semua masalah terpecahkan

10) Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing -

masing stakeholder.
24

c. Tipe – Tipe Koordinasi

Menurut Hasibuan (2006) terdapat dua tipe koordinasi yaitu :

1) Koordinasi vertikal (vertical coordination) adalah kegiatan –

kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan

terhadap kegiatan unit - unit kesatuan kerja yang ada dibawah

wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya atasan

mengkoordinasikan semua anggota yang ada dibawah tanggung

jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif

mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sangsi kepada

aparat yang sulit diatur.

2) Koordinasi horizontal (horizontal coordination) adalah

mengkoordinasikan tindakan – tindakan atau kegiatan – kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan –

kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Koordinasi

horisontal ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

a) Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka

mengarahkan, menyatukan tindakan–tindakan, mewujudkan,

dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit

yang lain secara intern ataupun secara ekstern pada unit yang

sama tugasnya.

b) Interrelated adalah koordinasi antar badan atau unit yang

fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain

saling bergatung atau mempunyai kaitan baik, cara intern


25

maupun ekstern yang levelnya setaraf, koordinasi horizontal ini

relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat

memberikan sangsi kepada pejabat yang sulit diatur sebab

kedudukannya setingkat.

3. Konsep Manajemen Bencana

a. Pengertian Manajemen Bencana

Menurut University of Wisconsin, Manajemen Bencana adalah

serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana

dan darurat untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu oang yang

renta bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana

tersebut.

Menurut University British Columbia, Manajemen Bencana adalah

proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama

(common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan)

untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun

akual.

Menurut Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007

Penanggulangan Bencana adalah suatu proses yang dinamis, berlanjut dan

sistematis dalam meningkatkan kualitas yang berhubungan dengan

observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi bencana,

himbauan, penanganan bencana, pemulihan, kesiapsiagaan, dan

rekonstruksi bencana.
26

Zikri Alhadi (2014) mengatakan bahwa Manajamen Bencana

berarti keterpaduan antara seluruh tahapan bencana dari pra bencana, saat

bencana, dan pasca bencana.

Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3

tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra

bencana, pada saat tanggap darurat, dan pasca bencana, seperti pada

gambar 2.1:

Gambar 2.1

Tahapan Manajemen Bencana

Sumber: Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana

Nurjanah (2012) Penanggulangan Bencana sebagai proses dinamis

tentang bekerjanya fungsi – fungsi manajamen bencana seperti planning,

organizing, actuating, dan controlling. Cara kerjanya meliputi

pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan pemulihan.

Sadisun dalam Zikri Alhadi (2014) Manajemen Bencana

merupakan suatu kegiatan yang terpadu, dinamis, dan berkelanjutan, yang


27

dilaksanakan semenjak sebelum terjadinya bencana pada saat atau sesaat

setelah bencana hingga pasca bencana.

Dapat disimpulkan bahwa Penanggulangan bencana suatu cara

yang dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya bencana, dengan

melakukan tindakan sesuai dengan tiga tahapan bencana untuk dapat

meningkatkan kemampuan dalam menghadapi resiko bencana.

b. Tujuan Manajemen Bencana

Menurut Djohanputro dalam Zikri Alhadi (2014) tujuan dari

manajemen bencana adalah:

1) Menghindari kerugian pada indiviu, masyarakat, maupun negara

melalui tindakan dini (sebelum bencana terjadi). Tindakan ini

termasuk ke dalam tindakan pencegahan. Oleh karenanya, tindakan

menghindari ini efektif sebelum bencana itu terjadi.

2) Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun

negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik,

ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi. Tujuannya

adalah agar bisa memini-malisasi kerugian akan efektif bila

bencana itu telah terjadi.

3) Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan

masyarakat yang terkena bencana. Ada juga yang menyebut

tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah untuk

membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya


28

bisa bertahan hidup dengan cara melemaskan penderitaan yang

langsung terjadi pada mereka yang terkena bencana.

4) Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat

dapat mengatasi per-masalahan akibat bencana. Perbaikan kondisi

terutama diarahkan kepada perbaikan infrastruktur seperti jalan,

listrik, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya.

5) Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan

masyarakat bangkit ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan

mengejar ketinggalan dari individu atau masyarakat lain yang tidak

terkena bencana. Perbaikan infrastruktur seperti dijelaskan di atas

tidaklah cukup. Itu hanya mengembalikan ke kondisi semula

sehingga aktivitas ekonomi dan sosial berjalan dengan baik

sebagaimana layaknya sebuah wilayah.

Kemudian menurut Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007

Pasal 4 Tentang Penanggulangan Bencana, dikatakan bahwa manajamen

bencana bertujuan untuk:

1) Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman

bencana

2) Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada

3) Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh

4) Menghargai budaya lokal

5) Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta


29

6) Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan

7) Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

4. Konsep Mitigasi

a. Pengertian Mitigasi

Menurut Maryani (2002) mitigasi bencana adalah istilah yang

digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi

dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu

terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan – tindakan pengurangan resiko

jangka panjang.

Dalam Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 mitigasi

bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana adalah

upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat

suatu bencana.

Nursa’ban, dkk dalam Indarti Komala Dewi, dkk (2016) Mitigasi

diartikan sebagai upaya mengurangi dan mencegah risiko kehilangan jiwa


30

dan harta benda baik melalui pendekatan struktural maupun non –

struktural.

Sugiharyanto dkk, dalam Indarti Komala Dewi, dkk (2016)

menjelaskan:

1) Mitigasi struktural merupakan upaya pengurangan resiko bencana

melalui pembangunan tahan bencana.

2) Mitigasi non – struktural adalah upaya pengurangan resiko bencana

yang bersifat non – fisik seperti kebijakan, pemberdayaan

masyarakat, penguatan institusi, dan kepedulian.

Dalam mengurangi resiko bencana, mitigasi non - struktural lebih

berkelanjutan karena memberikan keamanan jangka panjang.

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana tindakan mitigasi dapat dilihat dari sifatnya

dogolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan aktif sebagai

berikut:

1) Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara

lain:

a) Penyusunan peraraturan perundang-undangan

b) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.

c) Pembuatan pedoman/standar/prosedur

d) Pembuatan brosur.leaflet/poster
31

e) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana

f) Pengkajian/analisis risiko bencana

g) Intenrnalisasi penanggulangan bencana dalam muatan lokal

Pendidikan

h) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana

i) Perkuat unit – unit sosial dalam masyarakat, seperti forum

pengurus utama penanggulangan bencana dalam perencanaan

pembangunan

2) Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara

lain:

a) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,

larangan memasuki daerah rawan bencana dan sebaganya.

b) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang

penataruangan, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan

peraturan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.

c) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.

d) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke

daerah yang lebih aman.

e) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan.

B. Kajian Yang Relevan

1. Zein Mufarrih Muktaf dan Budi Santoso (2018)

Melakukan penelitian dengan judul: Komunikasi Koordinasi Antar

Instansi Dalam Tanggap Bencana (Studi Kasus Penanganan Bencana di


32

Yogyakarta). Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana

koordinasi komunikasi setiap institusi dalam penanganan bencana di

Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin melihat koordinasi dari

institusi dalam penanggulangan bencana dan bagaimana lembaga dalam

memperlihatkan eksistensi pelaksanaannya untuk menghadapi

penanggulangan bencan di Yogyakarta.

2. Deasy Ariyanto (2018)

Melakukan penelitian dengan judul: Koordinasi Kelembagaan

Dalam Meningkatkan Efektivitas Badan Penanggulangan Bencana

Daerah. Penelitian yang dilakukan membahas tentang untuk mengetauhi

bagaimana koordinasi kelembagaan dalam meningkatkan efektivitas

Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Hasil dari penelitian ini bahwa kurang terlihatnya koordinasi yang

dilakukan pada masing – masing pihak terkait dan BPBD belum

menjalankan perannya secara maksimal sebagai koordinator. Faktor ini

dipengaruhi oleh kekakuan antar SKPD karena kesamaan esolering dan

egosektoral sehingga masih berjalan sendiri – sendiri.

3. Adelina Manullang, Maesaroh (2020)

Melakukan penelitian dengan judul: Efektivitas Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Di Kabupaten Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kabupaten Semarang dan


33

mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam Penanggulangan

Bencana Di Kabupaten Semarang.

Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan Badan Penanggulangn

Bencana Daerah Di Kabupaten Semarang belum efektif dilihat dari

ukuran efektivitas yang dijadikan tolak ukur masih belum tercapai dan

adanya faktor penghambat dalam penanggulangan bencana. BPBD perlu

membuat prioritas anggaran terutama peralatan yang sangat dibutuhkan

dalam penanggulangan bencana. Faktor penghambat keefektifan BPBD

antara lain adalah dari karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan,

dan kebijakan dan praktek manajemen.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan diatas jadi

kerangka konseptual untuk mengetahui efektivitas koordinasi antara

BPBD dan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya Mitigasi Bencana

di Sekolah.
34

Bagan 2.1

Kerangka Konseptual

Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah

Koordinasi Dinas Pendidikan


BPBD Kota Padang

Efektivitas Koordinasi antara BPBD


dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

Pengukuran Efektivitas Menurut Tangkilisan:

1. Kejelasan Tujuan Yang Hendak Dicapai


2. Kejelasan Strategi Pencapaian Tujuan
Kendala 3. Proses Analisis dan Perumusan Kebijakan Yang
Mantap Kendala
4. Perencanaan Yang Matang
5. Penyusunan Program Yang Tepat
6. Tersedianya Sarana dan Prasarana Kerja
7. Sistem Pengawasan Dan Pengendalian Yang
Bersifat Mendidik

Efektif Tidak Efektif


35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan Permasalahan yang diteliti maka penelitian ini tergolong

pada tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut

Moleong (2011) penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang dilakukan dalam kondisi objek alamiah, dimana

antara individu dengan latar atau fokus penelitiannya tidak diisolasi kedalam

bentuk variabel atau hipotesis, karena antara peneliti dengan tempat dimana

dia melakukan penelitiannya merupakan satu kesatuan yang utuh. Selain itu,

peneliti sendiri menjadi instrumen kunci dalam penelitiannya, karena

penelitian itu sendiri bergantung pada pengamatan yang dilakukan peneliti

dalam suatu kawasan tersendiri dan hanya peneliti yang mampu berinteraksi

dengan orang – orang didalam kawasan tersebut, baik dalam bahasanya

maupun didalam peristilahannya.

36
37

Pada metode penelitian deskriptif menurut Moleong (2011), data yang

dikumpulkan adalah berupa kata – kata, gambar, dan bukan angka – angka.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap

apa yang sudah diteliti. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal

dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,

catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

dengan tipe deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mengungkapkan data – data yang telah dihimpun yang berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka – angka yang didapat dari fenomena lapangan yang

bersifat empiris guna menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian.

Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena

sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan dan menganalisis mengenai Efektivitas Koordinasi antara Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam upaya Mitigasi Bencana Di Sekolah yang masih berjalan

hingga saat ini.


38

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pokok

pembahasan, yaitu Efektivitas Koordinasi Antara Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam Upaya

Mitigasi Bencana di Sekolah. Dalam hal ini membahas bagaimana efektivitas

koordinasi yang dilakukan kedua perangkat daerah tersebut dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah dan selain itu juga melihat bagaimana teori

efektivitas yang di kemukakan oleh Tangkilisan.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan agar

peneliti dapat mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya terhadap apa

yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih untuk penelitian

adalah Kantor Badan Penaggulangan Bencana Daerah dan Kantor Dinas

Pendidikan Kota Padang. Adapun pertimbangan dalam pemilihan lokasi

adalah dikarenakan kedua instansi ini berperan dalam melakukan upaya

mitigasi bencana yang ada di sekolah, koordinasi yang mereka lakukan masih

berjalan hingga sekarang.

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana

efektivitas koordinasi yang terjadi diantara keduanya. Selain itu, penelitian

juga akan dilakukan di BPBD dan Dinas Pendidikan Kota Padang karena

lembaga ini saling berkaitan dalam penanganan mitigasi bencana di sekolah.


39

Kemudian mengambil 4 sampel sekolah. Sampel sekolah yang diteliti,

diantaranya sekolah yang berada di zona merah.

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia harus mempunyai

banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela

menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informan (Moleong

2011)

Pemilihan informan dilakukan bertujuan untuk menjaring sebanyak

mingkin informasi dari berbagai sumber dan mengali informasi yang menjadi

dasar penulis laporan. Oleh karena itu, pengambilan informan dalam

penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling (sengaja). Purposive

sampling adalah teknik pengambilan informan yang dilakukan dengan

pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya

menjadi lebih representatif (mengambarkan masalah). Jadi dapat diartikan

purposive sampling adalah penarikan informan yang dipilih secara sengaja

oleh peneliti berdasarkan pertimbangan tertentu. Berikut adalah beberapa data

informan penelitian:
40

Tabel 3.1
Informan Penelitian

No Jabatan
1 Pimpinan Program Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Koordinator Program Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana
2
Daerah
3 Staf Program Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
4 Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang
5 Kepala Bidang Dinas Pendidikan Kota Padang
Staf Program Mitigasi Bencana untuk Sekolah di Dinas Pendidikan Kota
6
Padang
7 Kepala / Staf Lembaga Swadaya Masyarakat tentang Kebencanaan
8 Pakar Pendidikan Siaga Bencana / Kebencanaan
9 Kepala Sekolah

E. Jenis, Sumber, Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2011) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain – lain. Sumber data

merupakan suatu benda, hal, atau orang maupun tempat yang dijadikan

sebagai acuan peneliti untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai

dengan masalah dan fokus penelitian. Jenis data yang akan dikumpulkan

melalui penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.


41

a. Data Primer

Yaitu berupa kata-kata dan tindakan (informan) serta peristiwa-

peristiwa tertentu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, dan

merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi

penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari responden penelitian, baik wawancara maupun dokumentasi serta

catatan lapangan peneliti yang relevan dengan permasalahan yang diteliti

yaitu mengenai Efektivitas Koordinasi antara Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber – sumber yang telah ada.

Adapun data – data sekunder yang didapat peneliti adalah data – data dan

studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan Efektivitas Koordinasi

antara Badan Penanggulangan Bencan Daerah (BPBD) dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah.

2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk mengetahui data dan informasi yang akan terdapat dalam

penelitian ini diperlukan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:


42

a. Wawancara

Moleong (2011) wawancara merupakan percakapan dengan

maksud tertentu. Dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan beberapa pertanyaan dan

yang terwawancara (interviewed) yang memberi kan jawaban atau

penjelasan terhadap pertanyaan pewawancara.

Menurut Burhan Bungin (2012: 155) wawancara adalah proses

percakapan dengan maksud mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan

dua pihak yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dengan orang yang diwawancarai (interviewed). Dalam penelitian ini

wawancara dilakukan secara terbuka dan diberikan kebebasan kepada

informan untuk berbicara secara luas dan mendalam.

Wawancara merupakan suatu bentuk kegiatan pengumpulan data

dengan cara tanya jawab antara penulis dengan pegawai Badan

Penanggulangan Bencana Daerah, pegawai Dinas Pendidikan, kepala

sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Wawancara yang disini

adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara penulis dengan

pimpinan program, koordinator program serta staf BPBD, sekretaris,

koordinator program dan staf mitigasi bencana untuk sekolah di Dinas

Pendidikan Kota Padang, kepala sekolah, orang tua siswa serta masyarakat
43

sekitar sekolah untuk mengumpulkan kelengkapan data – data dan

informasi penting.

b. Observasi

Menurut Cartwright & Cartwright dalam Herdiansyah (2012:131),

observasi adalah suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta

“merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Adapun

observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah mengamati secara langsung

mengenai Efektivitas koordinasi yang terjadi antara Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah, meliputi bagaimana

efektivitas koordinasi, kendala yang terjadi serta solusinya.

c. Dokumentasi

Menurut Herdiansyah (2012:143), dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis

dokumen – dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain

tentang subjek. Teknik dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data

yang tidak didapatkan dari proses wawancara.

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber

manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan

tetapi ada pula sumber bukan manusia, non – human resources,

diantaranya dokumen berupa peraturan perundang – undangan, buku


44

harian, laporan kegiatan, panduan pelaksanaan kegiatan, arsip – arsip, foto

– foto, dokumen – dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.

Data yang dikumpulkan dari dokumentasi merupakan data yang

mendukung data sekunder dengan cara mengumpulkan data yang

bersumber pada data – data tertulis, arsip maupun gambar yang berkaitan

dengan Efektivitas koordinasi antara Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

Mitigasi Bencana di Sekolah.

F. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini teknik penguji keabsahan data yang digunakan

adalah teknik trigulasi metode dan sumber. Metode ini dilakukan dengan cara

dengan membandingkan informasi atau data hasil wawancara dengan

observasi. Untuk menjamin keabsahan data maka diperlukan keabsahan data

maka diperlukan teknik pemeriksaan, yang diperiksa adalah data yang didapat

selama berada dilapangan.

Sedangkan trigulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan

informasi atau dari data salah satu informan atau dari sumber data dengan

informasi dari informan yang terkait maupun sumber data yang lain.

1. Membandingkan hasil dan data hasil

2. Pengamatan dan hasil wawancara membandingkan apa yang dikatakan

dimuka umum dan yang disampaikan secara pribadi.


45

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

4. Membandingkan apa yang dinyatakan didalam suatu instansi dengan

apa yang dinyatakan sepanjang waktu.

5. Membandingkan kondisi serta perspektif seseorang dengan bermacam

opini dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang yang berada dan orang pemerintahan.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam (Moleong, 2011), analisis data

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, menyimpulkannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah – langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan

Bungin dalam (Moleong 2011) sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan

analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.


46

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan

sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,

mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo

dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak

relevan.

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian Data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif

disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat

berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification).

Setelah dilakukan tiga tahapan diatas maka dilakukan verifikasi

dan pengesahan kesimpulan yang merupakan kegiatan akhir dari

analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu

menemukan makna data yang telah disajikan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN UMUM

1. Gambaran Umum Kota Padang

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional telah ditetapkan Kota

Padang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) disamping itu Kota Padang

juga sebagai ibukota dan pusat pendidikan tinggi di Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1980, luas wilayah Kota

Padang secara administratif adalah 165,35 km.

Menurut Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2005 tentang luas Kota

Padang, diketahui terjadi penambahan luas administrasi menjadi 1.414,96

km2, dimana penambahan wilayah lautan/perairan seluas 720,00 km2. Secara

geografis, Kota Padang berada di antara 00 44 00 dan 1 08 35 Lintang Selatan

serta antara 100 05 05 dan 100 34 09 Bujur Timur.

Kota Padang yang membujur dari Utara ke Selatan memiliki pantai

sepanjang 68,126 km dan terdapat deretan Bukit Barisan dengan panjang

daerah bukit (termasuk sungai) 486,209 km2. Perpaduan kedua letak tersebut

menjadikan Kota Padang memiliki alam yang sangat indah dan menarik.

47
48

Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu

antara 0 – 1853 m diatas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah

Kecamatan Lubuk Kilangan. Berikut batas – batas wilayah Kota Padang:

Tabel 4.1

Sebelah Utara Kabupaten Padang Pariaman

Sebelah Selatan Kabupaten Pesisir Selatan


Sebelah Timur Kabupaten Solok
Sebelah Barat Samudera Hindia
Sumber: Gambaran Umum Kota Padang

Secara administratif, Kota Padang memiliki 11 Kecamatan dan 104

Kelurahan. 11 Kecamatan tersebut adalah:

Tabel 4.2
49

a. Bungus Teluk Kabung b. Lubuk Kilangan

c. Lubuk Begalung d. Padang Selatan

e. Padang Timur f. Padang Barat

g. Padang Utara h. Nanggalo

i. Kuranji j. Pauh

k. Koto Tangah
Sumber: Gambaran Umum Kota Padang

Di samping memiliki wilayah daratan, Kota Padang juga memiliki

wilayah perairan yang dihiasi oleh 19 pulau kecil yang masuk dalam wilayah

administrasi Kota Padang. Kesembilan belas pulau tersebut tersebar pada 3

Kecamatan.dimana yang terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha,

kemudian pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha

dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha. Selain Pulau

Kota Padang juga memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai

kecil. Sungai yang terpanjang adalah sungai Batang Kandis.

Pada tahun 2016, penduduk Kota Padang mencapai 914.968 jiwa, naik

sejumlah 12.555 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya

pun bertambah dari 1.299 jiwa/km2 menjadi 1.317 jiwa/km2.

2. Gambaran Umum Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota

Padang

a. Instansi / Unit

1) Nama Instansi : Badan Penanggulangan Bencana Kota Padang


50

2) Alamat Kantor : Jl. Bagindo Aziz Chan, Jl. By Pass, Sungai

Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat

3) Nomor Telepon : (0751) 778775

4) Nomor Faximile : (0751) 778775

b. Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota

Padang

1) Visi:

“Menjadikan Padang Kota Cerdas Bencana”

2) Misi:

a) Mewujudkan penanggulangan bencana yang handal dan efektif

b) Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih dalam

penanggulangan bencana

3) Tujuan:

a) Terwujudnya penyelenggaraan penanganan bencana pada masa

pra – bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana

b) Terlaksananya Reformasi Bencana

c. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Struktur organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah terdiri

dari:

1) Unsur Pimpinan yaitu Kepala Pelaksana


51

a) Kepala Pelaksana : Drs. Barlius. M.M

2) Unsur Pengarah yaitu Sekretaris

a) Sekretaris : Sedang kosong karena meninggal dunia

 Kasubag Umum : Firdaus. ST

 Kasubag Keuangan : Ir. Syofyan

 Kasubag Program : Roby Alfian. S.Sos, M.CIO

3) Unsur Pelaksana

a) Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan : Drs. Henry. MM

 Kasi Pencegahan : Rita Sumarni, S.Sos, M.Kes

 Kasi Kesiapsiagaan : Djuliusrin, SH

b) Kabid Kedaruratan dan Logisltik : Sutan Hendra, ST

 Kasi Kedaruratan : Sedang Kosong

 Kasi Logistik : Devi Susanti Razif, S.Sos

c) Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi : Ir. Syaiful Bahri

 Kasi Rehabilitasi : Zulfitri, ST

 Kasi Rekonstruksi : Ahmad Ichlas, S.Sos, M.Si


52
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang

Kepala Pelaksana

Drs. Barlius. MM
Sekretaris

(Sedang Kosong Karena


Menginggal Dunia)

Kasubag Umum Kasubag Keuangan Kasubag Program

Firdaus. ST Ir. Syofyan Roby Alfian S.Sos M.CIO

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Kabid Kedaruratan dan Logistik Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Drs. Henry. MM Sutan Hendra, ST Ir. Syaiful Bahri

Kepala Seksi Pencegahan Kepala Seksi Kedaruratan Kepala Seksi Rehabilitasi

Rita Sumarni S.Sos, M.Kes (Sedang Kosong) Zulfitri, S.T.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan Kepala Seksi Logistik Kepala Seksi Rekonstruksi

Djuliusrin, SH Devi Susanti Razif, S.Sos Ahmad Ichlas, S.Sos, M.Si


53

d. Tugas dan Fungsi

Sesuai Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana

Daerah Kota Padang dalam Bab III Bagian kedua Pasal 4 ayat 1 bahwa

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mempuunyai tugas

pokok:

1) Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan

pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan

Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang

mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi,

restrukturisasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara.

2) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan

penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang –

undangan.

3) Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan

bencana

4) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanggulangan

bencana.

5) Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada

wilayahnya.
54

6) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada

Kepala Daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan

setiap saat dalam kondisi darurat bencana.

7) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang

8) Mempertanggung jawabkan penggunaan Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD)

9) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan

perundang – undangan

Kemudian pada Pasal 4 ayat 2 Badan Penanggulangan Bencana

Daerah menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan

bencana dan penanggulangan pengungsi dengan bertindak

cepat, dan tepat, efektif dan efisien

2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan

bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

3. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kota Padang

Dinas Pendidikan Kota Padang merupakan suatu Organiasi

Perangkat Daerah yang unit pelaksanaannya berada pada Pemerintah Kota

Padang. Dinas Pendidikan Kota Padang sendiri mempunyai tugas

melaksanakan wewenang bidang pendidikan. Tata Kerja Dinas Pendidikan

Kota Padang sendiri bertanggung jawab pada satuan pendidikan dari


55

tingkat Taman Kanak – Kanak, Sekolah Dasar (SD), sampai dengan

Sekolah Menangah Pertama (SMP) yang ada di Kota Padang. Sedangkan

untuk Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) dipegang tanggung jawabnya

oleh Dinas Pendidikan Provinsi.

Berikut Data jumlah sekolah dari tingkatan Taman Kanak – kanak

sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota

Padang:

Taman Kanak – Kanak 305 Sekolah


Sekolah Dasar (SD) 430 Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 118 Sekolah
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padang

a. Instansi / Unit

1) Nama Instansi : Dinas Pendidikan Kota Padang

2) Alamat Kantor : Jl. Bagindo Aziz Chan No.8A, Alang Laweh,

Padang Selatan, Padang, Sumatera Barat

3) Nomor Telepon : (0751)-21825

4) Nomor Faximile : 21554

b. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Padang

1) Visi
56

Terwujudnya pendidikan yang unggul, berdaya saing,

kreatif dan beriman.

2) Misi

Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan serta kualitas

layanan pendidikan yang bermutu dan berdaya saing

c. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Padang

Struktur organisasi Dinas Pendidikan terdiri dari:

1) Unsur Pimpinan yaitu Kepala Pelaksana

a) Kepala Pelaksana : Habibul Fuadi, S.Pd, M.Si

2) Unsur Pengarah yaitu Sekretaris

a) Sekretaris : Danti Arvan. A

 Kasubag Umum : Reni Dian Andriani

 Kasubag Keuangan : Yoza Rusviani, SE, MM

 Kasubag Kepegawaian : Irwan, S.Pd

3) Unsur Pelaksana

a) Kabid Pendidikan Dasar : Syafrial Syair, S.Pd, MM

 Kasi Kurikulum Dikdas : Herik Frikar, S.Pd

 Kasi Kesiswaan Dikdas : Syafridayanti S.Pd, MM

 Kasi Tenaga Teknis Dikdas : Arman, M.Pd

b) Kabid Perencanaan dan Penjaminan Mutu Pendikan : Ramson,

S.Pd
57

 Kasi Perencanaan : Win Atriosa, S.Si, ME

 Kasi Penjaminan Mutu : Suriadi, S.Pd

 Kasi Evaluasi dan Pelaporan : Drs, Ruzamzaini, M.Pd

c) Kabid Sarpas dan Aset : Witta Fitrasari, ST, M.Pd

 Kasi Sarpras TK/SD : Yuliver ST, MT

 Kasi Sarpras SMP/PNF : Zulhelmi, ST, MM

 Kasi Aset : Erawati Urai, S.Pd

d) Kabid PAUD : AH. Azmi, SH

 Kasi Kelembagaan dan Kursus : Osri Hendri, SH

 Kasi PAUD : Dra. Reny Yudhia

 Kasi Pendidikan Kemasyarakatan : Nurul Maulidia Syams,

S.Pd, MM
Bagan 4.2
58
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Padang

Kepala Dinas
Kasubag Umum

Sekretaris Kasubag Keuangan

Kasubag Kepegawaian

Kabid Dikdas Kabid Perencanaan dan


Kabid Sarpas dan Aset Kabid PAUD/NI
Penjaminan Mutu Pendikan

Kasi Kelembagaan dan


Kasi Kurikulum Dikdas Kasi Perencanaan Kasi Sapras TK/SD
Kursus

Kasi Kesiswaan Dikdas Kasi Penjaminan Mutu Kasi Sapras SMP/PNF Kasi PAUD

Kasi Evaluasi dan Kasi Pendidikan dan


Kasi Tenaga Teknis Kasi Aset Masyarakat
Pelaporan
58

B. TEMUAN KHUSUS

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan

Efektivitas Koordinasi Antara Badan Penanggulangan Bencana dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah.

1. Efektivitas Koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Drs.

Henry, MM Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan di Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang. Peneliti

membahas tentang Efektivitas Koordinasi antara Badan

Penanggulangan Bencana Daerah dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah dengan melakukan

pengukuran efektivitas.

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Henry,

MM selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

yang membahas tentang apa tujuan yang hendak dicapai dalam

koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

dalam upaya mitigasi bencana di sekolah, Bapak Henry

mengatakan:

“Menurut penjelasan Bapak Henry selaku Kepala


Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan
bahwa tujuan yang ingin dicapai dari koordinasi BPBD
dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya
59

mitigasi bencana di sekolah untuk mengurangi resiko


bencana yang terjadi terhadap sekolah – sekolah yang
khususnya berada di zona merah bencana atau sekolah yang
berada di pinggir pantai dan juga ingin mempersiapkan
sekolah sebagai tempat yang aman dalam menghadapi
bencana apabila terjadi. Dan kemudian tujuan yang ingin
dicapai dalam koordinasi tersebut ingin meningkatkan
kapasitas pengetauan dan kesiapan guru, siswa, maupun
masyarakat di lingkungan sekolah (Wawancara 28
Desember 2020)"

Hal ini dijelaskan lagi oleh Bapak Drs. Henry, MM yang

saat ini sebagai Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

BPBD, yang mengatakan

“BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang


melakukan koordinasi terhadap mitigasi bencana dan
BPBD juga mengeluarkan surat keputusan dalam
melakukan program kebijakan yang ingin dilaksanakan dan
Dinas Pendidikan yang menunjuk sekolah – sekolah mana
saja yang akan dilakukan sosialisasi kebencanaan
(Wawancara 28 Desember 2020)”

Dari wawancara tersebut dapat diketauhi bahwa tujuan

yang ingin dicapai oleh BPBD sendiri dalam berkoordianasi

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang adalah untuk mengurangi

resiko bencana yang terjadi di sekolah, khususnya di sekolah yang

berada di zona merah rawan bencana dan juga BPBD ingin

menjadikan sekolah sebagai tempat yang aman dalam menghadapi

bencana apabila terjadi.

Selanjutnya BPBD yang berkoordinasi dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang juga mengeluarkan surat keputusan dalam

melakukan program kebijakan yang ingin dilaksanakan untu


60

mitigasi bencana di sekolah. Berikut Surat Keputusan tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.1:

Gambar 4.1
Surat Keputusan Koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan
Kota Padang dalam upaya Mitigasi Bencana di Sekolah

PEMERINTAH KOTA PADANG


BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
Jl. Raya Padang By Pass KM. 7 No. 15, Kelurahan Pasar Ambacang, Padang, Kode Pos 25152 email :
bpbd.padang@gmail.com Telp. (0751) 778775, (0751) 8956977, Fax. (0751) 778775

KEPUTUSAN KEPALA PELAKSANA


BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PADANG NOMOR 223
TAHUN 2019
TENTANG SEKOLAH CERDAS BENCANA

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN


BENCANA DAERAH KOTA PADANG,

Menimbang a. bahwa Kota Padang rawan terhadap bencana yang dapat


mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat, serta merusak lingkungan dan
menimbulkan kerugian harta benda serta dampak
psikologis terhadap masyarakat sehingga perlu dilakukan
upaya pengurangan risiko bencana secara menyeluruh;
b. bahwa untuk menurunkan tingkat risiko pada saat
terjadinya bencana, melindungi masyarakat dari kerugian
yang besar maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk
Pengurangan Risiko Bencana berbasis komunitas,
pembentukan sistem penanggulangan bencana di tingkat
masyarakat, serta melakukan upaya pembangunan
fasilitas-fasilitas yang aman terhadap bencana yang sesuai
dengan kearifan lokal setempat melalui peningkatan
kapasitas masyarakat dalam menanggulangan bencana;

c. bahwa dalam rangka peningkatan kapasitas pengetahuan


dan keterampilan dalam pengurangan risiko bencana,
membangun jaringan dan kerjasama terutama pada
komunitas sekolah dalam menyiapkan sekolah
menghadapi bencana dapat diwujudkan melalui kegiatan
Sekolah Cerdas Bencana;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di
masksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan keputusan Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padang tentang
Sekolah Cerdas Bencana.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956 tentang Pembentukan


Daerah Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi
Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor
20);
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Tahun 2007
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);

Sumber: Dokumen BPBD Kota Padang 2019

Sehubungan hal tersebut peneliti melakukan wawancara

dengan Bapak Syafrial Syair, S.Pd, MM yang saat ini sebagai

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Padang

yang mengatakan
61

“Tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Pendidikan


dalam berkoordinasi dengan BPBD adalah untuk
mempersiapkan sekolah dalam menghadapi bencana,
bentuknya seperti melakukan sosialisasi bencana di setiap
sekolah, kemudian pihak BPBD menyikapi dengan
melakukan pelatihan kepada guru dan siswa untuk mitigasi
bencana bagi sekolah – sekolah yang rawan terhadap
bencana atau sekolah yang berada di zona merah
(Wawancara 23 Desember 2020)”

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa untuk

kejelasan tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Pendidikan Kota

Padang adalah Dinas pendidikan ingin mempersiapkan sekolah

untuk siap menghadapi bencana yang ada, terkhususnya sekolah

yang berada di zona merah. Dinas pendidikan dengan BPBD

melakukan semacam sosialisasi maupun kepada guru dan siswa.

Diharapkan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan pihak yang ada dilingkungan sekolah untuk dapat

mengurangi resiko terjadinya bencana.

Kemudian Bapak Rifki Arif sebagai anggota dari Non –

Government Organization (NGO) Komunitas Siaga Bencana dan

Tsunami (KOGAMI) juga mengatakan pandangan mereka tentang

kejelasan tujuan yang ingin dicapai dari koordinasi antara BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang terhadap mitigasi bencana

di sekolah, Bapak Rifki mengatakan:

“Upaya kejelasan yang hendak dicapai antara


koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang
sendiri menurut sudut pandang KOGAMI sendiri sudah
tercapai, karena BPBD dengan Dinas Pendidikan
bekerjasama/berkoordinasi dengan NGO kebencanaan yang
lain dengan melakukan pertimbangan – pertimbangan
62

kebijakan yang terbaik dalam melakukan mitigasi bencana


khususnya mitigasi bencana di sekolah (Wawancara 20
Januari 2021)”
Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan Bapak

Rahmadani Yusran S.Sos, M.Si sebagai Pakar Kebencanaan yang

mengatakan:

“Penerapan kejelasan tujuan yang ingin dicapai dari


koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan sudah dapat
dikatakan efektif. Karena dapat dilihat bahwa kedua
lembaga tersebut sudah ada menjalankan program –
program untuk mitigasi bencana, akan tetapi dari koordinasi
tersebut masih belum terlihat komitmen kerja /
keberlanjutan menjalankan tujuan tersebut secara terus
menerus dalam implementasinya di sekolah (Wawancara 19
Januari 2021)”
Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

NGO Kogami sudah dapat melihat kejelasan tujuan yang ingin

dicapai oleh BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dengan

kedua lembaga tersebut juga mengikut sertakan organisasi –

organisasi kebencanaan lain untuk menggarap kebijakan –

kebijakan yang terbaik dalam upaya mitigasi bencana khusus nya

mitigasi bencana di sekolah. Begitu juga dengan yang dikatakan

Pakar kebencanaan yang melihat bahwa kejelasan tujuan dari

koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan sudah dapat dikatakan

efektif, dikarenakan kedua lembaga tersebut sudah menjalankan

program – program yang ditujukan untuk mitigasi di sekolah.


63

b. Kejelasan Strategi Pencapaian Tujuan

Dalam kejelasan strategi pencapaian tujuan ini peneliti

melakukan wawancara dengan Bapak Drs. Henry, MM sebagai

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD, Bapak

Henry mengatakan:

“Strategi untuk mencapai tujuan mitigasi bencana di


sekolah BPBD berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan
Kota Padang dengan melakukan Rapat Koordinasi (Rakor)
dan juga mengumpulkan kepala – kepala sekolah di Dinas
Pendidikan, kemudian pejabat terkait di Dinas Pendidikan
dan BPBD Kota Padang menyampaikan informasi untuk
apa saja hal – hal yang harus dibahas untuk kegiatan
mitigasi bencana untuk sekolah, kepala – kepala sekolah
yang dikumpulkan merupakan kepala sekolah yang
sekolahnya sudah ditunjuk oleh BPBD dengan Dinas
Pendidikan yang mengikuti program mitigasi bencana di
sekolah (Wawancara 28 Desember 2020)”

Dari pernyataan diatas dikatakan bahwa dari BPBD sendiri

melakukan strategi pencapaian tujuan untuk mitigasi bencana di

sekolah dengan cara berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dengan melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) yang juga

dihadiri kepala – kepala sekolah yang sekolahnya sudah ditunjuk

sebelumnya untuk mengikuti program yang dijalankan BPBD

untuk mitigasi bencana di sekolah. Kepala sekolah tersebut di

kumpulkan di Dinas Pendidikan Kota Padang, selanjutnya pejabat

terkait di Dinas Pendidikan dan BPBD menyampaikan informasi –

informasi terkait apa saja hal yang harus dilakukan kepala sekolah
64

untuk sekolahnya sendiri dalam mengikuti program mitigasi

bencana di sekolah. Berikut beberapa dokumentasi dari rapat

koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan kepada

kepala sekolah:

Gambar 4.2
Rapat Koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas
Pendidikan Kota Padang dengan Kepala – kepala
Sekolah

Sumber: Dokumen
BPBD Kota Padang 2019
Kemudian dijelaskan lagi dari wawancara peneliti dengan

Bapak Syafrial Syair, S.Pd, MM sebagai Kepala Bidang

Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kota Padang dengan

mengatakan:

“Dalam strategi pencapaian tujuan yang dilakukan


Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan BPBD dengan
melakukan pemetaan sekolah mana saja yang rawan
terhadap bencana terkhususnya sekolah yang berada di
zona merah, kemudian kita melakukan pembinaan untuk
sekolah rawan bencana, setelah melakukan pembinaan
dilakukan juga semacam pelatihan – pelatihan, selanjutnya
kita melakukan simulasi di sekolah – sekolah yang sudah
kita tunjuk untuk ikut program sekolah cerdas bencana
yang simulasi ini ditujukan untuk pihak – pihak yang ada di
65

lingkungan sekolah dapat mengurangi resiko bencana yang


ada di sekolah tersebut. Kemudian pihak BPBD dengan kita
Dinas Pendidikan melakukan semacam penilaian sekolah
cerdas bencana, tujuan dilakukan penilaian ini untuk
sebagai motivasi dan reward bagi sekolah yang terbaik
dalam melakukan upaya mitigasi bencana di sekolah
(Wawancara 23 Desember 2020)”
Dari wawancara yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan

bahwa Dinas Pendidikan dalam kejelasan strategi pencapaian

tujuan dikatakan bahwa Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan

BPBD dengan melakukan pemetaan sekolah mana saja yang rawan

terhadap bencana terkhususnya sekolah yang berada di zona merah

bencana. Kemudian Dinas Pendidikan pembinaan kepada sekolah –

sekolah dan setelah melakukan pembinaan Dinas Pendidikan

melakukan pelatihan – pelitahan dan simulasi di sekolah yang

sudah ditunjuk melakukan program sekolah cerdas bencana.

Kemudian Dinas Pendidikan dengan BPBD melakukan penilaian

sekolah cerdas bencana dengan tujuan penilaian tersebut untuk

sebagai motivasi dan reward bagi sekolah yang terbaik dalam

melakukan upaya mitigasi bencana disekolah.

c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap

Dalam proses analisis dan perumusan kebijakan peneliti

melakukan wawancara dengan Bapak Drs. Henry, MM sebagai

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD dengan

mengatakan:

“Untuk menjembatani tujuan yang ingin dicapai dari


koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan dalam
66

melakukan upaya mitigasi bencana di sekolah, BPBD


menyediakan anggaran program mitigasi bencana. Tahun
2019 anggaran kegiatan yang di dapatkan dari dana APBD
Kota Padang dan digunakan untuk program mitgasi
bencana di sekolah pada tahun 2019 sekitar 250 juta Rupiah
dan sedangkan untuk tahun 2020 anggaran untuk mitigasi
bencana di sekolah tidak terlaksana/tidak ada dikarenakan
anggaran yang ada dialihkan untuk bencana covid
(Wawancara 28 Desember 2020)”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses

analisis dan perumusan yang dilakukan BPBD Kota Padang dalam

melakukan upaya mitigasi bencana di sekolah, BPBD mendapatkan

aliran dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kota Padang pada tahun 2019 sekitar

Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Anggaran

tersebut digunakan oleh BPBD Kota Padang dalam menjalankan

kegiatan mitigasi bencana di sekolah sesuai dengan aturan-aturan

yang berlaku.

Besar anggaran tersebut diambil dari anggaran tahunan

yang didapat BPBD Kota Padang dari APBD Kota Padang.

Sedangkan untuk tahun 2020 anggaran program mitigasi bencana

untuk sekolah tidak terlaksana / tidak berjalan dikarenakan

anggaran yang ada dialihkan untuk bencana Covid.

Dana tersebut dirasakan kurang dalam pelaksanaan

program mitigasi bencana di sekolah. Karna Pada tahun – tahun

sebelumnya anggaran dana untuk penanggulangan bencana dari

tahun ke tahun semakin berkurang (dapat dilihat di tabel 1.2).


67

Untuk itu kegiatan mitigasi bencana di sekolah menyesuaikan

dengan dana yang dirasakan minim itu.

Selain itu dikatakan juga oleh Bapak Drs. Henry, MM

selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

dengan mengatakan:

“Dana yang tersedia untuk kegiatan mitigasi


bencana di sekolah memang kurang. Jika dana yang
didapatkan lebih, mungkin kegiatan mitigasi bencana di
sekolah dapat terlaksana lebih maksimal lagi. Terlebih lagi
dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan mitigasi bencana di sekolah (Wawancara 28
Desember 2020)”
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa dana

dalam pelaksanaan kegiatan Sekolah Cerdas Bencana tersebut

dirasa masih kurang. Untuk hasil yang maksimal, harus dengan

ketersediaan dana yang cukup. Dana minim tersebut menjadikan

kegiatan mitigasi bencana di sekolah menyesuaikan dengan dana

yang ada. Hal tersebut menjadikan bahwa kegiatan – kegiatan yang

dilaksanakan juga mengikuti dana yang tersedia.

Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan Bapak

Syafrial Syair, S.Pd, MM selaku Kepala Bidang Pendidikan Dasar

di Dinas Pendidikan Kota Padang dengan mengatakan:

“Untuk kita dinas pendidikan tidak ada


menyediakan anggaran untuk kegiatan mitigasi bencana di
sekolah. Karena tupoksi kegiatan mitigasi bencana di
sekolah dari BPBD Kota Padang sendiri (Wawancara 23
Desember 2020)”
68

Dari pernyataan tersebut bahwa Dinas Pendidikan Kota

Padang tidak ada menyediakan anggaran untuk kegiatan mitigasi

bencana di sekolah. Karena anggaran kegiatan mitigasi bencana di

sekolah hanya ada di BPBD Kota Padang dikarenakan BPBD yang

menjalankan tupoksi kegiatan mitigasi bencana di sekolah dan

mereka berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan sebagai Organisasi

Perangkat Daerah yang berfokus terhadap pendidikan khusunya

sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Padang.

d. Perencanaan yang matang

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak

Syafrial Syair, S.Pd, MM yang merupakan Kepala Bidang

Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kota Padang yang

mengatakan bahwa:

“Dinas Pendidikan menunggu instruksi dari BPBD


mengenai sekolah – sekolah yang sudah ditunjuk untuk ikut
dalam kegiatan mitigasi bencana di sekolah. Sekolah yang
ditunjuk merupakan sekolah yang sudah kita anggap layak
untuk mendapatkan pendampingan dan juga sekolah yang
diprioritaskan adalah sekolah – sekolah yang ada di zona
merah (Wawancara 23 Desember 2020)”
Selain itu pendapat yang hampir sama juga dikemukakan

oleh Bapak Drs. Henry, MM sebagai Kepala Bidang Pencegahan

dan Kesiapsiagaan di BPBD dengan mengatakan:

“Kami membuat perencanaan kegiatan sekolah


cerdas bencana dengan membuat list – list sekolah mana
saja yang ikut dalam kegiatan sekolah cerdas bencana.
BPBD sendiri berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota
69

Padang menentukan daftar sekolah. Prioritas sekolah yang


kami kunjungi yang pertama sekolah yang belum pernah
diintervensi oleh pemerintah atau lembaga kebencanaan
selama 5 tahun terakhir, kedua yaitu sekolah yang berada di
zona merah, kemudian sekolah yang memiliki siswa / siswi
yang berjumlah besar. Pada tahun 2019 BPBD sudah
mengunjungi sekitar 56 sekolah termasuk sekolah dasar
maupun sekolah menengah pertama, yang sekolah –
sekolah yang kami pilih juga ditunjuk pendamping dari
NGO – NGO kebencaan yang ada di Kota Padang
(Wawancara 28 Desember 2020)”
Dari pernyataan diatas dikatakan bahwa dalam membuat

perencanan, BPBD sudah membuat list – list sekolah yang ikut

dalam kegiatan mitigasi bencana. BPBD berkoordinasi dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang untuk menentukan daftar sekolah.

Prioritas sekolah yang dikunjungi yaitu yang pertama sekolah –

sekolah yang belum pernah diintervensi oleh pemerintah atau

lembaga kebencanaan selama 5 tahun terakhir, kedua yaitu sekolah

yang berada di zona merah, kemudian sekolah yang memiliki siswa

/ siswi yang berjumlah besar. Pada tahun 2019 BPBD mengunjungi

sekitar 56 sekolah yang menjadikan sekolah tersebut menjadi

sekolah dampingan. Daftar sekolah dimaksud dapat dilihat pada

tabel berikut:
70

Gambar 4.3
Daftar sekolah dampingan BPBD
Tabel : Daftar Sekolah Cerdas Bencana Tahun 2019 dan Fasilitator Pendamping

No. Nama Sekolah Alamat Kecamatan

Tim I : Pool of Fasilitator BPBD Provinsi Sumatera Barat


1 SD Negeri 18 Bungo Pasang Jl. Simpang Tabing Lubuk Koto Tangah
Minturun
2 SD Negeri 15 Padang Sarai Jl. Adinegoro Kayu Kalek Koto Tangah
3 SD Negeri 02 Lubuk Buaya Jl. Bhayangkara Lubuk Buaya Koto Tangah
4 SD Negeri 06 Padang Pasir Jl. Setia Budi No.15 Padang Barat
5 SD Negeri 05 Padang Pasir Jl. Padang Pasir VI/4 Padang Barat
6 SD Negeri 11 Lolong Jl. Baringin No.3 Padang Utara
7 SD Negeri 13 Lolong Jl. Baringin Baru Lolong Padang Utara
8 SD Negeri 16 Air Tawar Timur Jl. Pinang Sori I Padang Utara
9 SD Negeri 14 Belanti Jl. Ulak Karang Sel Padang Utara
10 SD Negeri 26 Teluk Bayur Jl. Rawang Timur IX Padang Selatan
11 SD Negeri 31 Teluk Bayur Jl. Rawang Timur IX Padang Selatan
12 SD Negeri 06 Teluk Bayur Jl. Rawang Timur IX Padang Selatan
13 SD Negeri 06 Lapai Jl. Jhoni Anwar, Kp. Lapai Nanggalo
14 SD Negeri Seberang Padang Padang Selatan
15 SMP Bunda Padang Jl. Bunda Raya No.4 Padang Utara
16 SD Negeri 02 Terandam Jl. Terandam No. 27 Padang Padang Timur
17 SMP Negeri 7 Padang Jl. S Parman Lolong Padang Padang Utara
18 SMP Negeri 15 Padang Jl. Adinegoro Km16 Koto Tangah
19 SMP Negeri 36 Padang Jl. Padang Painan Km 24 Bungus Teluk
Kabung
Tim II : Kogami
20 SD Negeri 38 Lubuk Buaya Jl. Perumahan Pondok Pinang Koto Tangah
21 SD Negeri 58 Lubuk Buaya Jl. Anggrek, Lubuk Buaya Koto Tangah
22 SD Pertiwi 2 Padang Jl. Koto Tinggi No.1 Padang Timur
23 SD Pertiwi 3 Padang Jl. Koto Tinggi No. 1 Padang Timur
24 SD Negeri 08 Kampung Pondok Jl. Pulau Karam No.98 Padang Barat
25 SD Negeri 24 Ujung Gurun Jl. Veteran No.82 Padang Barat
26 SD Negeri 16 Kampung Pondok Jl. Pulau Karam No.98 Padang Barat
27 SD Negeri 01 Ulak Karang Jl. S Parman Padang Utara
Selatan
28 SD Negeri 02 Ulak Karang Jl. S Parman Padang Utara
Selatan
29 SD Negeri 08 Ulak Karang Jl. S Parman Padang Utara
Selatan
71

30 SD Negeri 07 Ulak Karang Jl. S Parman Padang Utara


Selatan
31 SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Jl. S Parman Padang Utara
32 SD IT Buah Hati Jl. Belibis No.17 Air Tawar Padang Utara
Barat
33 SMP Negeri 2 Padang Jl. Bundo Kanduang No 27 Padang Barat
34 SMP Angkasa Padang Jl. Prof Hamka Padang Koto Tangah
Tim III : Disaster Risk Reduction Indonesia (DRRI)
35 SD Negeri 40 Bukit Gado-Gado Jl. Bukit Gado-Gado Padang Selatan
36 SD Negeri 24 Jati Gaung Jl. Pondok Indah Pratama Padang Timur
37 SD Negeri 28 Ganting Selatan Jl. Ganting Raya No.10 Padang Timur
38 SD Negeri 02 Pampangan Jl. Pampangan Lubuk Begalung
39 SD Muhammadiyah 9 Gaung Jl. Bitung No 9 Gaung Lubuk Begalung
40 Sekolah Alam Minangkabau Jl. Ujung Pandang No.11. Ulak Padang Utara
Karang
41 SD Plus Lillah Jl. Pasir Putih Raya, Bungo Koto Tangah
Pasang
42 SD Angkasa 1 Lanud Padang Jl. Bandara No.1 Tabing Koto Tangah
43 SMP Negeri 34 Padang Jl. Bhayangkara LB Buaya Koto Tangah

44 SMP PGRI 2 Padang Jl. S Parman No 129 B Padang Padang Utara


45 SMP Muhammadiyah 3 Padang Jl. Ujung Belakang Olo No.17 Padang Barat
Padang
Tim IV : Jemari Sakato
46 SD Negeri 24 Parupuk Tabing Jl. Prof Dr Hamka Koto Tangah
47 SD Negeri 01 Bungo Pasang Jl. Bungo Pasang Koto Tangah
48 SD Negeri 05 Bungo Pasang Jl. Adinegoro Simpang Tabing Koto Tangah
49 SD Negeri 17 Bungo Pasang Jl. Adinegoro Simpang Tabing Koto Tangah
50 SD Negeri 51 Bungo Pasang Jl. Adinegoro Simpang Tabing Koto Tangah
51 SD Negeri 11 Lubuk Buaya Jl. Adinegoro Lubuk Buaya Koto Tangah
52 SD Negeri 01 Belakang Tangsi Jl. Bundo Kandung No.25 a Padang Barat
53 SD Negeri 07 Belakang Tangsi Jl. Bundo Kandung No.25 a Padang Barat
54 SD Negeri 11 Belakang Tangsi Jl. Bundo Kandung No.26 a Padang Barat
55 SD Negeri 19 Belakang Tangsi Jl. Bundo Kandung No.25 a Padang Barat
56 SD Negeri 16 Seberang Padang Jl. Seberang Padang Utara II Padang Selatan
Utara

Sumber: Dokumentasi Lapangan


Setelah pendampingan dilakukan ke semua sekolah,

selanjutnya dilakukan penilaian terkait keberhasilan masing –

masing sekolah dalam penerapan dan mengimplementasikan

kegiatan sekolah cerdas bencana. Penilaian dilakukan oleh tim

yang ditunjuk dan nantinya akan dipilih 3 sekolah terbaik yang

telah berhasil mengimplementasikan sekolah cerdas bencana.


72

e. Penyusunan program yang tepat

Dalam penyusunan program yang tepat peneliti melakukan

wawancara dengan Bapak Drs. Henry, MM sebagai Kepala Bidang

Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD, Bapak Henry mengatakan:

“BPBD membuat kegiatan yang bernama sekolah


cerdas bencana, sekolah cerdas bencana itu sendiri adalah
kegiatan untuk meningkatkan kapasitaas siswa di sekolah
khususnya yang berada di zona merah dalam menghadapi
bencana gempa yang berpotensi tsunami. Kita
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dengan melakukan
sosialisasi kepada sekolah – sekolah yang telah dipilih
untuk ikut dalam kegiatan. Dari kegiatan ini kita melakukan
pertemuan / pendampingan sebanyak 5 – 6 kali
pendampingan. Pendampingan ini berisi kajian tentang
sosialisasi pengetauan murid terhadap gempa dan tsunami,
kemudian kita membentuk kelompok siaga bencana
sekolah, kelompok ini terdiri dari 25 orang yang terdiri dari
guru, murid, dan pegawai di sekolah. Selanjutnya kita
memberikan pembekalan – pembekalan tentang mitigasi
bencana. Kemudian pihak kelompok siaga bencana inilah
yang menindak lanjuti kegiatannya untuk sekolah mereka
masing – masing (Wawancara 28 Desember 2020)”
Selain itu Bapak Syafrial Syair, S.Pd, MM sebagai Kepala

Bidang Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kota Padang juga

mengatakan hal tentang program yang dijalankan dari koordinasi

yang dilakukan dengan BPBD Kota Padang, Bapak Syafrial

mengatakan:

“Bentuk program yang kita lakukan dengan berkoordinasi


dengan BPBD adalah kita bekerjasama untuk persiapan sekolah
dalam menghadapi bencana. Persiapan ini dalam bentuk sosialisasi
dan mitigasi bencana di setiap sekolah. Kemudian pihak bpbd
menyikapi dengan melakukan semacam pelatihan – pelatihan
kepada siswa dan guru untuk mitigasi bencana bagi sekolah –
sekolah yang rawan terhadap bencana (Wawancara 23 Desember
2020)”
73

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa

pelaksanaan program yang dilakukan dari koordinasi BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang untuk mitigasi bencana di

sekolah ada dengan melakukan sebuah kegiatan yang bernama

sekolah cerdas bencana. Kegiatan ini diharapkan mampu untuk

memberikan peningkatan kapasitas siswa di sekolah khususnya

yang berada di zona merah dalam menghadapi bencana gempa

yang berpotensi tsunami.

Kemudian kegiatan sekolah cerdas bencana ini BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang melakukan pertemuan /

pendampingan sebanyak 5 – 6 kali pendampingan. Berikut

beberapa bentuk dokumentasi sosialisasi yang dilakukan kepada

sekolah – sekolah untuk program sekolah cerdas bencana:

Gambar 4.4

Sosialisasi program Sekolah Cerdas Bencana


74

Sumber: Dokumentasi BPBD Kota Padang 2019

Pendampingan ini berisi kajian tentang sosialisasi

peningkatan pengetahuan guru serta siswa terhadap gempa dan

tsunami, kemudian BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

membentuk kelompok siaga bencana sekolah, kelompok ini terdiri

dari 25 orang yang terdiri dari guru, siswa, dan pegawai di sekolah.

Selanjutnya mereka melakukan simulasi – simulasi untuk apa hal

yang harus dilakukan apabila terjadi bencana di sekolah. Tujuan

dari pendampingan tersebut adalah agar dapat menindak lanjut

program sekolah bencana secara mandiri.

Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Rifqi Arif dari

Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI) tentang bagaimana

tanggapan NGO Kogami terdahap program yang dijalankan dari

Koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah, Bapak Arif

mengatakan:

“Proses penyusunan program yang dilakukan BPBD


dengan berkoordinasi bersama Dinas Pendidikan dalam
75

upaya mitigasi bencana di sekolah menurut Kogami sendiri


sudah berjalan dengan cukup baik. Karna BPBD dengan
Dinas Pendidikan juga mengikut sertakan NGO
kebencanaan dalam penerapan program sekolah cerdas
bencana tersebut. Kogami sendiri juga ikut merumuskan
kebijakan – kebijakan tentang mitigasi bencana di sekolah
dan juga ikut serta dalam pendampingan kepada sekolah –
sekolah yang telah ditunjuk sebagai sekolah cerdas
bencana. Akan tetapi Kogami melihat dari penerapan
program ini ke sekolah – sekolah yang sudah ditunjuk
masih belum ada inisiatif dari beberapa sekolah melakukan
mitigasi bencana di sekolah mereka sendiri, mereka hanya
masih menunggu informasi / masih menunggu program
sosialisasi yang diberikan dari BPBD sendiri dalam
menjalankan program mitigasi bencana di sekolah mereka
(Wawancara 20 Januari 2020)”
Dari penjelasan diatas dapat disumpulkan bahwa NGO

Kogami sendiri melihat penyusunan program yang dilakukan

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah sudah berjalan dengan cukup baik.

Karena BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang juga

mengikut sertakan NGO kebencanaan dalam penerapan program

sekolah cerdas bencana. Kogami sendiri juga ikut andil dalam

merumuskan kebijakan – kebijakan tentang mitigasi bencana di

sekolah dan juga terlibat dalam pendampingan ke sekolah –

sekolah yang sudah ditunjuk untuk mengikuti program sekolah

cerdas bencana. Namun Kogami melihat dari penerapan program

ini ke sekolah – sekolah yang sudah ditunjuk masih belum ada

inisiatif dari beberapa sekolah melakukan mitigasi bencana di

sekolah mereka sendiri. Dan mereka hanya masih menunggu

informasi / masih menunggu program sosialisasi yang diberikan


76

dari BPBD sendiri dalam menjalankan program mitigasi bencana

di sekolah.

Kemudian penulis melakukan wawancara dengan Bapak

Rahmadani Yusran S.Sos, M.Si sebagai Pakar Kebencanaan

tentang bagaimana penyusunan program yang dilakukan BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah, Bapak Yusran mengatakan:

“Dalam penyusunan program yang dilakukan BPBD


dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dapat kita lihat
bahwa sudah cukup berhasil. Akan tetapi dalam
pelaksanaan program sekolah cerdas bencana ini tidak
terlihat secara menyeluruh. Seharusnya koordinasi harus
berjalan berdasarkan komitmen dan dilakukan secara terus
– menerus, kemudian sosialisasi yang dilakukan ke sekolah
– sekolah harus sampai kewilayah sekolah yang lebih
membutuhkan. Cuman yang kita lihat pelaksaan program
hanya mengambil wakil – wakilnya dari sekolah saja,
seharusnya semua sekolah yang berada di zona merah ikut
dalam menyusun program mitigasi bencana (Wawancara 19
Januari 2021)”
Berdasarkan wawancara diatas dapat disumpulkan bahwa

penyusunan program yang dilakukan BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam mitigasi bencana di sekolah sudah

cukup berhasil. Tetapi dalam pelaksaan program untuk sekolah

cerdas bencana belum terlihat secara menyeluruh. Ini dikarenakan

seharusnya koordinasi harus dijalankan berdasarkan komitmen dan

harus dilakukan secara terus menerus. Dari pelaksanaan program

BPBD dengan Dinas Pendidikan juga hanya mengambil wakil –

wakil beberapa sekolah saja, seharusnya semua sekolah yang ada


77

di zona merah ikut dalam Menyusun program mitigasi bencana

untuk sekolah.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara ke beberapa

sekolah yang sudah di tentukan. Penulis mewawancarai Bapak

Rahmad Hidayat, S.Pd di Smp Negeri 7 Padang tentang bagaimana

perencanaan program yang dilakukan dari koordinasi BPBD

dengan Dinas Pendidikan dalam upaya mitigasi bencana di

sekolah, Bapak Rahmad mengatakan:

“Penerapan program yang dilakukan kedua lembaga


tersebut untuk mitigasi bencana di sekolah sudah dapat
terlihat di sekolah kami Smp Negeri 7 Padang. BPBD
dengan Dinas Pendidikan sudah pernah melakukan
sosialisasi dan simulasi kebencanaan dengan melibatkan
siswa dan guru yang ada di sekolah. Kemudian kami juga
sudah membentuk tim sekolah cerdas bencana di sekolah
yang terdiri dari guru – guru yang ada. Setiap sekali
setahun kami juga dari sekolah mengadakan simulasi
kebencanaan dan pengenalan penanggulangan bencana
yang ada di sekolah Smp Negeri 7 Padang, biasanya
kegiatan ini dilakukan pada saat pembelajaran luar sekolah
dan saat pengenalan siswa baru yang akan masuk di Smp
Negeri 7 Padang (Wawancara 6 Januari 2020)”
Selain itu penulis melakukan wawancara dengan Bapak

Febi Oktariana sebagai Guru di Sekolah Dasar 23 Ujung Gurun,

Bapak Febi mengatakan:

“BPBD dengan Dinas Pendidikan pernah


melakukan simulasi dan simulasi kebencanaan sebanyak
satu kali di sekolah kami dan juga melakukan pengecekan
serine tsunami. Sekolah kami juga sudah membuat tim
satgas bencana untuk penanggulangan bencana di sekolah
khususnya gempa yang berpotensi tsunami (Wawancara 7
Januari 2020)”
78

Selanjutnya Bapak Febi Oktariana juga mengatakan:

“Untuk program sekolah cerdas bencana sekolah


kami tidak mengikuti program tersebut. Sekolah kami
hanya pernah didatangi BPBD dengan Lembaga
Kebencanaan untuk mengikuti simulasi kebencanaan. Kami
berharap bahwa BPBD dengan Dinas Pendidikan lebih
memperhatikan sekolah yang berada di zona merah untuk
lebih siap dalam melakukan mitigasi bencana di sekolah
(Wawancara 7 Januari 2020)”
Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Ibu

Jusmainur sebagai Guru di Sekolah Smp Negeri 13 Padang, Ibu

Jumainur mengatakan:

“Sekolah kami sudah ada tim satuan tugas bencana


yang sudah lama dibentuk, akan tetapi satgas bencana yang
ada di sekolah tidak terlihat perannya dalam upaya mitigasi
untuk sekolah. Smp Negeri 13 sendiri juga belum pernah
mengikuti program yang dijalankan oleh BPBD dengan
Dinas Pendidikan, kami tidak mendapatkan informasi
apapun tentang program cerdas bencana di sekolah
(Wawancara 13 Januari 2021)”
Hal yang serupa juga dikatakan Ibu Osvianti sebagai

Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 05 Air Tawar dalam

wawancaranya dengan penulis, Ibu Osvianti mengatakan:

“Program yang dijalankan BPBD dengan Dinas


Pendidikan tidak sampai ke sekolah kami. Malahan
simulasi – simulasi bencana kami juga belum pernah
melakukannya. Padahal sekolah kami berada di zona merah
bencana (Wawancara 15 Januari 2021)”
Dari beberapa wawancara yang dilakukan dapat dilihat

bahwa penyusunan program dari BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah sudah baik

dalam penerapan kebijakan – kebijakannya yang ingin mereka


79

lakukan untuk sekolah. Akan tetapi dari segi implementasi untuk

penerapan program ke beberapa sekolah masih ada sekolah yang

berada di zona merah bencana masih belum ikut serta dalam

kegiatan sekolah cerdas bencana, bahkan ada sekolah yang belum

pernah didampingi dan belum mendapatkan informasi untuk ikut

dalam program sekolah cerdas bencana yang dilakukan.

Masih belum meratanya penerapan implementasi program

koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam

upaya mitigasi bencana dan penyampaian informasi program

diharapkan dapat segera diperbaiki agar sekolah yang berada di

zona merah bencana berhak mendapatkan pengetahuan baik itu

sosialisasi, simulasi bencana, serta untuk meningkatkan edukasi

guru dan siswa yang sekolah mereka berada di zona merah bencana

dari tujuan di adakannya program sekolah cerdas bencana.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja

Dalam ketersediaan sarana dan prasarana kerja peneliti

melakukan wawancara dengan Bapak Drs. Henry, MM Kepala

Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Padang, Bapak

Henry mengatakan:

“Untuk sarana dan prasarana kerja yang ada di


BPBD sendiri masih dikatakan sudah cukup baik, dari segi
personil BPBD memiliki 42 tenaga personil untuk
penanggulangan bencana. Kemudian dari segi peralatan
untuk petugas – petugas yang berada dilapangan masih
kurang dikarenakan anggaran untuk pengadaan belum
sepenuhnya terpenuhi. Akan tetapi untuk menunjang
80

kegiatan mitigasi bencana di sekolah kami rasa kami sudah


mampu melakukannya (Wawancara 28 Desember 2020)”
Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Bapak

Syafrial Syair, S.Pd, MM sebagai Kepala Bidang Pendidikan Dasar

di Dinas Pendidikan Kota Padang:

“Dalam menyiapkan sarana dan prasarana kerja


kami dibidang pendidikan dasar yang juga ikut dalam
kegiatan mitigasi bencana di sekolah. Kami menyediakan
ruangan untuk melakukan rapat koordinasi yang dilakukan
BPBD dengan Dinas Pendidikan bersama kepala – kepala
sekolah yang telah ditunjuk untuk mengikuti program
sekolah cerdas bencana. Kemudian untuk pegawai yang
ikut dalam program mtigasi bencana kami tidak ada
menerjunkan orang seperti itu karena tupoksi kami dinas
pendidikan tidak untuk langsung terjun kelapangan
(Wawancara 23 Desember 2020)”.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk

ketersediaan sarana dan prasara dalam menjalankan kegiatan,

BPBD sudah menyiapkan sebanyak 42 tenaga personil untuk terjun

langsung kelapangan dalam kegiatan mitigasi bencana disekolah

sedangkan dari Dinas Pendidikan sendiri tidak ada pegawai yang

ditugaskan kelapangan akan tetapi Dinas Pendidikan Kota Padang

menyediakan ruangan untuk rapat koordinasi yang dilakukan

antara BPBD dengan Dinas Pendidikan dan juga mengikutsertakan

kepala – kepala sekolah yang sekolahnya ikut kegiatan sekolah

cerdas bencana.
81

Selanjutnya penulis melakukan wawancara tentang

ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Penulis melakukan

wawancara dengan Bapak Rahmad Hidayat sebagai Guru di Smp

Negeri 7 Padang yang mengatakan:

“Untuk sarana dan prasarana disekolah kami Smp


Negeri 7 Padang sudah memiliki bangunan shelter di
sekolah, shelter dapat digunakan apabila kami melakukan
simulasi bencana di sekolah, kemudian apabila terjadi
bencana gempa yang berpotensi tsunami, masyarakat
sekitar pun juga dapat mengevakuasi diri ke sekolah. Dan
untuk sarana peralatan kami masih memiliki kekurangan
seperti kekurangan kotak p3k di sekolah kemudian alat –
alat untuk penanggulangan bencana yang lain (Wawancara
6 Januari 2021)”
Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan

Bapak Febi Oktariana sebagai Guru di Sd Negeri 23 Ujung Gurun,

Bapak Febi mengatakan:

“Sd Negeri 23 Ujung Gurun sendiri sudah memiliki


Gedung sekolah yang memiliki shelter, shelter di sekolah
juga dilengkapi dengan sirine tsunami dikarenakan sekolah
juga dekat dengan pantai (Wawancara 7 Januari 2021)”
Kemudian terdapat wawancara yang tidak sesuai yang

ditemukan penulis di sekolah Smp Negeri 13 Padang, wawancara

dilakukan dengan Ibu Jusmainur sebagai Guru, Ibu Jusmainur

mengatakan:

“Dari segi sarana dan prasarana untuk


penanggulangan mitigasi bencana di sekolah, kami
sepertinya masih kurang seperti gedung sekolah kami tidak
memiliki shelter untuk evakuasi bencana, kami apabila ada
bencana gempa yang berpotensi tsunami kami hanya lari ke
zona aman yang telah ditentukan untuk menyelamatkan diri
(Wawancara 13 Januari 2021)”
82

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Osvianti sebagai

Kepala Sekolah di Sd Negeri 05 Air Tawar Barat dengan

mengatakan:

“Sarana untuk sekolah kami masih belum memiliki


untuk penanggulangan bencana di sekolah, kami masih
belum memiliki tangga darurat untuk evakuasi bencana
kemudian juga belum ada peralatan darurat seperti
peralatan alat pertolongan pertama medis dan juga tidak ada
peta jalur evakuasi untuk sekolah kami. Dari segi prasarana
pun sekolah kami belum ada shelter juga, kami sudah
berencana untuk meningkatkan bangunan sekolah, akan
tetapi anggaran kami tertunda untuk pembangunannya
dikarenakan covid saat ini (Wawancara 15 Januari 2021)”
Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat disumpulkan

bahwa masih banyak sekolah yang belum terlihat baik dari segi

sarana dan prasarana di sekolah mereka. Seperti 2 sekolah yang

dikunjungi penulis masih kurang dalam sarana dan prasarana

dalam upaya mitigasi bencana di sekolah. Gedung sekolah mereka

sendiri belum memiliki shelter tempat evakuasi dan juga masih

kekurangan perlengkapan pertolongan pertama medis. Kemudian

ada juga sekolah yang sudah memiliki Gedung sekolah yang

memiliki shelter akan tetapi masih kekurangan juga dari segi

sarana perlengkapan untuk mendukung penanggulangan bencana di

sekolah.

Diharapkan dari kekurangan beberapa sekolah tersebut

didalam kelengkapan sarana dan prasarana BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dapat menyediakan evaluasi pendataan ke


83

beberapa sekolah yang berada di zona merah bencana agar mereka

dapat meningkatkan sarana prasarana di sekolah mereka masing –

masing untuk mitigasi bencana di sekolah.

g. Sistem pengawasan dan pengendalian

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis

dengan Bapak Drs. Henry, MM yang merupakan Kepala Bidang

Pencegahan dan Kesiapsiagaan di BPBD Kota Padang tentang

pengawasan dan pengendalian yang dilakukan pemerintah daerah

dalam koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

dalam upaya mitigasi bencana di sekolah, Bapak Henry

mengatakan:

“Walikota Padang juga ikut dalam pengawasan dan


pengendalian tentang kegiatan mitigasi bencana di sekolah,
kemudian kami berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan
untuk melakukan pertemuan – pertemuan dengan walikota.
Walikota Padang juga ada melakukan launching program
sekolah cerdas bencana. Selanjutnya juga dari BPBD
melaporkan anggaran kegiatan sekolah cerdas bencana
kemudian kami melaporkannya ke pemerintah kota padang
terkait penggunaan anggaran program tersebut (Wawancara
28 Desember 2020)”
Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa pengawasan

dan pengendalian dalam koordinasi BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana sudah ada

dilakukan. Walikota Padang juga ikut serta dalam pengendalian

kegiatan mitigasi bencana sekolah yang dilakukan dari koordinasi

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dengan melakukan

launching sekolah cerdas bencana. Selanjutnya BPBD juga ada


84

melakukan pelaporan anggaran dalam rangka pengawasan terkait

penggunaan anggaran terhadap upaya mitigasi bencana di sekolah.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Bapak

Syafrial Syair, S.Pd, MM sebagai Kepala Bidang Pendidikan Dasar

di Dinas Pendidikan Kota Padang, dengan mengatakan:

“Kami melakukan rapat koordinasi dengan tim –


tim yang telah dibentuk dari Dinas Pendidikan sendiri dan
juga dari BPBD Kota Padang. Tim itu merupakan kepala
bidang yang terkait dalam kegiatan mitigasi bencana di
sekolah. Kita melaporkan ke Pemerintah Kota Padang
terkait kegiatan apa saja yang sudah kita lakukan. Dinas
Pendidikan menyapaikan hasil yang kita lakukan begitu
juga BPBD. Rapat ini diadakan sekali sebulan, pembahasan
dalam rapat pun lengkap terkait semuanya dan termasuk
juga kegiatan mitigasi bencana di sekolah (Wawancara 23
Desember 2020)”
Dari pernyataan diatas bahwa pengawasan dan

pengendalian dari koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah.

Dinas Pendidikan melakukan rapat koordinasi dengan tim – tim

yang sudah mereka bentuk. Tim rapat hanya merupakan kepala

bidang masing – masing yang terlibat dalam kegiatan mitigasi

bencana di sekolah. Rapat tersebut diadakan biasanya sekali dalam

sebulan dan isi pembahasan pun lengkap dan juga ada terkait

kegiatan mitigasi bencana di sekolah.


85

2. Hambatan yang dihadapi selama proses koordinasi antara BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan

Bapak Drs. Henry, MM yang merupakan Kepala Bidang Pencegahan

dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Padang, Bapak Henry menjelaskan ada

beberapa hambatan yang dihadapi dalam proses koordinasi antara

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah, Bapak Henry mengatakan:

“Hambatan yang dihadapi dari bpbd sendiri dalam


koordinasi dengan Dinas Pendidikan dalam upaya mitigasi
bencana di sekolah mungkin dari masalah waktu, seperti kita
melaksanakan kegiatannya pada jam – jam sekolah terkadang
waktu kita ingin pergi melakukan pelatihan sosialisasi kita juga
terkendala ada kegiatan lain atau gurunya yang mempunyai
kegiatan lain (Wawancara 28 Desember 2020)”
Selain itu Bapak Drs. Henry, MM juga mengatakan tentang

hambatan dari koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang, Bapak Henry mengatakan:

“Dalam koordinasi yang kami lakukan dengan Dinas


Pendidikan Kota Padang dalam kegiatan mitigasi bencana
disekolah kami memiliki sedikit hambatan seperti kurangnya
kontribusi yang diberikan Dinas Pendidikan bahkan dapat
dikatakan dinas pendidikan hanya memberikan pemberian izin
bagi kami untuk pergi ke sekolah – sekolah untuk
melaksanakan kegiatan mitigasi bencana di sekolah
(Wawancara 28 Desember 2020)”
Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa menurut BPBD

sendiri hambatan yang mereka dapatkan seperti penyelenggaraan

kegiatan tersebut. Waktu menjadi masalah utama mereka dalam


86

melaksanakan kegiatan, terkadang mereka terkendala dengan adanya

kegiatan lain untuk menjalankan kegiatan mitigasi bencana disekolah

dan guru – guru yang mempunyai kegiatan lain. Selanjutnya dengan

koordinasi yang dilakukan BPBD bersama Dinas Pendidikan dalam

upaya mitigasi bencana disekolah dapat diketauhi bahwa tidak berjalan

dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi yang diberikan

oleh Dinas Pendidikan Kota Padang. Bahkan untuk pelaksanaan

kegiatan ke sekolah – sekolah untuk memberikan sosialisasi

kebencanaan, hanya BPBD bersama NGO kebencanaan yang pergi

kelapangan. Hal ini juga yang menjadi perhatian penulis, bahwa

koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana belum dikatakan efektif.

Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak

Syafrial Syair, S.Pd, MM yang merupakan Kepala Bidang Pendidikan

Dasar di Dinas Pendidikan, Bapak Syafrial mengatkan:

“Hambatan kita yang pertama dari konten waktu,


bagaimana kita menyesuaikan waktu antara koordinasi
dengan BPBD, kedua kurang seringnya kita melakukan
simulasi, seharusnya simulasi harus secara rutin dilakukan.
Jadi itu yang belum dapat kita kendalikan antara Dinas
Pendidikan dengan BPBD kepada sekolah – sekolah untuk
mitigasi bencana. (Wawancara 23 Desember 2020)”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas

pendidikan memiliki hambatan dalam berkoordinasi dengan BPBD

untuk upaya mitigasi bencana di sekolah yaitu dari segi waktu. Dinas

Pendidikan Kota Padang sulit menyesuaikan waktu untuk


87

menyelenggarakan kegiatan mitigasi bencana di sekolah dengan

BPBD.Kemudian kurang rutinnya Dinas Pendidikan dengan BPBD

dalam melakukan simulasi bencana. Seharusnya simulasi dilakukan

secara rutin agar mitigasi bencana di sekolah dapat berjalan dengan

baik.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi dari temuan penelitian yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka terdapat beberapa hal yang perlu dibahas lebih lanjut

untuk mengetauhi bagaimana Efektivitas Koordinasi antara BPBD dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah

dan juga apa saja hambatan yang terjadi selama proses koordinasi.

1. Efektivitas Koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah

Menurut Harbani Pasolong (2007) efektivitas pada dasarnya

berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan

sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari

variable lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena

adanya proses kegiatan.

Adapun pengertian lain dari Efektivitas adalah tingkat tujuan

yang diwujudkan suatu organisasi. Adapun pengertian efektivitas

Menurut Hasibuan (2002: 120), efektivitas adalah tercapainya sasaran

atau tujuan – tujuan dari suatu instansi yang telah ditentukan


88

sebelumnya. Efektivitas terkandung makna berdaya tepat atau berhasil

guna untuk menyebutkan bahwa sesuatu itu telah berhasil dilaksanakan

secara sempurna, secara tepat dan target telah tercapai. Selain itu

terkandung makna efisiensi, yaitu berdaya guna untuk menunjukan

bila suatu tindakan atau usaha sudah efektif dan ekonomis, baru

dikatakan efisien.

Dalam pembahasan ini penulis ingin menjelaskan hasil

wawancara yang sudah dilakukan pada Desember 2020 sampai dengan

Januari 2021. Penulis sudah melakukan wawancara dengan bertanya

tentang Efektivias Koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang Dalam Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah. Dimana

penulis dalam mengukur efektivitas Koordinasi yang dilakukan kedua

lembaga tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Gibson dalam Tangkilisan (2005), efektivitas dapat diukur dengan

cara:

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

Sehubungan hal tersebut Gibson dalam Tangkilisan (2005)

mengatakan untuk mengukur efektivitas adanya tujuan yang jelas

dan pasti yang telah ditetapkan dalam mencapai target dan tujuan

yang ingin dicapai.

Kejelasan tujuan yang hendak dicapai dari Koordinasi

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah yaitu dari BPBD sendiri dalam


89

berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Padang Padang

adalah untuk mengurangi resiko bencana yang terjadi di sekolah,

khususnya di sekolah yang berada di zona merah rawan bencana

dan juga BPBD ingin menjadikan sekolah sebagai tempat yang

aman dalam menghadapi bencana apabila terjadi.

Selanjutnya BPBD yang berkoordinasi dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang juga mengeluarkan surat keputusan dalam

melakukan program kebijakan yang ingin dilaksanakan untu

mitigasi bencana di sekolah

Dari Dinas Pendidikan Sendiri Dinas pendidikan ingin

mempersiapkan sekolah untuk siap menghadapi bencana yang ada,

terkhususnya sekolah yang berada di zona merah. Dinas

pendidikan dengan BPBD melakukan semacam sosialisasi maupun

kepada guru dan siswa. Diharapkan sosialisasi ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pihak yang ada dilingkungan sekolah

untuk dapat mengurangi resiko terjadinya bencana

Kogami sebagai NGO kebencanaan sudah dapat melihat

kejelasan tujuan yang ingin dicapai oleh BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dengan kedua lembaga tersebut juga

mengikut sertakan organisasi – organisasi kebencanaan lain untuk

menggarap kebijakan – kebijakan yang terbaik dalam upaya

mitigasi bencana khusus nya mitigasi bencana di sekolah. Begitu

juga dengan yang dikatakan Pakar kebencanaan yang melihat


90

bahwa kejelasan tujuan dari koordinasi BPBD dengan Dinas

Pendidikan sudah dapat dikatakan efektif, dikarenakan kedua

lembaga tersebut sudah menjalankan program – program yang

ditujukan untuk mitigasi di sekolah.

Dimana dalam hal ini Koordinasi yang dilakukan BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah sudah ada tujuan yang jelas yang hendak

mereka capai dalam koordinasi yang mereka lakukan.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005) mengatakan

strategi adalah “jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai

upaya dalam mencapai sasaran – sasaran yang ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

BPBD dan Dinas Pendidikan Kota Padang sendiri

melakukan strategi pencapaian tujuan untuk mitigasi bencana di

sekolah dengan cara berkoordinasi untuk melakukan Rapat

Koordinasi (Rakor) yang juga dihadiri kepala – kepala sekolah

yang sekolahnya sudah ditunjuk sebelumnya untuk mengikuti

program yang dijalankan BPBD untuk mitigasi bencana di sekolah.

Kepala sekolah tersebut di kumpulkan di Dinas Pendidikan

Kota Padang, selanjutnya pejabat terkait di Dinas Pendidikan dan

BPBD menyampaikan informasi – informasi terkait apa saja hal

yang harus dilakukan kepala sekolah untuk sekolahnya sendiri


91

dalam mengikuti program mitigasi bencana di sekolah. Dan

kemudian mereka melakukan pemetaan sekolah mana saja yang

dianggap rawan terhadap bencana terkhususnya sekolah yang

berada di zona merah. Kedua lembaga tersebut juga melakukan

pelatihan – pelitahan dan simulasi di sekolah yang sudah ditunjuk

melakukan program sekolah cerdas bencana.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan dengan apa

yang penulis temukan dilapangan bahwa sudah ada kejelasan

strategi – strategi yang dilakukan kedua lembaga tersebut untuk

dapat membuat tercapainya tujuan yang ingin mereka jalankan.

c. Proses analisis dan perumusan kebiajakan yang mantap

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), Hal ini

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang

telah ditetapkan, artinya kebijakan harus mampu menjembatani

tujuan – tujuan dengan usaha – usaha pelaksanaan kegiatan

operasional.

Dalam menjalankan perumusan kebijakan tentu diperlukan

anggaran yang cukup. Proses analisis dan perumusan yang

dilakukan dari koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam melakukan upaya mitigasi bencana di sekolah yaitu

alokasi anggaran untuk kegiatan mitigasi bencana di sekolah.

Anggaran hanya bersumber dari BPBD sendiri sedangkan Dinas


92

Pendidikan tidak memiliki anggaran untuk menjalankan kegiatan

tersebut.

Aliran dana bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Kota Padang. Diharapkan alokasi

anggaran yang dilakukan mampu untuk menjembatani tujuan dan

untuk merumuskan kebijakan yang akan dijalankan. Anggaran

tersebut digunakan oleh BPBD Kota Padang dalam menjalankan

kegiatan mitigasi bencana di sekolah sesuai dengan aturan-aturan

yang berlaku. Besar anggaran tersebut diambil dari anggaran

tahunan yang didapat BPBD Kota Padang dari APBD Kota

Padang.

Akan tetapi anggaran untuk melaksanakan kegiatan

mitigasi bencana dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Dana

yang minim tersebut menjadikan penyelenggaraan kegiatan

mitigasi bencana di sekolah harus menyesesuaikan dengan dana

yang ada.

Jadi, dari hasil temuan yang dilakukan penulis dapat

dikatakan bahwa alokasi anggaran yang minim dapat menghambat

proses analisis dan perumusan kebijakan yang ada karena

kebijakan alokasi anggaran tersebut dapat mengganggu hal yang

menjembatani tujuan dengan usaha – usaha pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan untuk mitigasi sekolah.


93

d. Perencanaan yang matang

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), perencanaan

yang benar – benar matang harus sesuai dengan kebutuhan di

masyarakat dan tidak merugikan kedua pihak, baik itu pihak

masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.

Dalam membuat perencanaan, BPBD berkoordinasi dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang untuk menentukan daftar sekolah.

Kedua lembaga membuat list – list sekolah yang ikut dalam

kegiatan mitigasi bencana. Prioritas sekolah yang dikunjungi yaitu

yang pertama sekolah – sekolah yang belum pernah diintervensi

oleh pemerintah atau lembaga kebencanaan selama 5 tahun

terakhir, kedua yaitu sekolah yang berada di zona merah, kemudian

sekolah yang memiliki siswa / siswi yang berjumlah besar.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan yang dilakukan dari koordinasi BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam mitigasi bencana sudah berjalan

dengan semestinya. Mereka sudah menentukan sekolah mana saja

yang akan mereka kunjungi. Dan dengan melakukan perencanaan

tersebut kedua lembaga sudah menjalankan sesuai dengan

kebutuhan yang ada.

e. Penyusunan program yang tepat

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), Setelah adanya

proses analisis yang tepat dan baik maka akan dibuatlah


94

penyusunan program yang sesuai dengan keadaan dilapangan dan

melalui proses perencanaan yang tepat maka akan menghasilkan

penyusunan program yang tepat sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya sehingga pemerintah diharapkan mampu

memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada

masyarakatnya.

BPBD dengan Dinas Pendidikan berkoordinasi untuk

program yang mereka tentukan dengan melakukan sebuah kegiatan

untuk mitigasi bencana disekolah yang bernama Sekolah Cerdas

Bencana. Program ini juga melibatkan NGO Kebencanaan dalam

pelaksanaannya. Kegiatan ini diharapkan mampu untuk

memberikan peningkatan kapasitas siswa di sekolah khususnya

yang berada di zona merah dalam menghadapi bencana gempa

yang berpotensi tsunami.

Akan tetapi dalam penyusunan program yang sudah

dijalankan dari koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan

tersebut sekolah – sekolah yang sudah ditunjuk masih belum ada

inisiatif dari beberapa sekolah melakukan mitigasi bencana di

sekolah mereka sendiri. Dan mereka hanya masih menunggu

informasi / masih menunggu program sosialisasi yang diberikan.

Dan dapat juga ditemukan permasalahan dalam penerapan

program yang dilakukan ke sekolah oleh BPBD bersama Dinas

Pendidikan Kota Padang. Menurut Pakar Kebencanaan dari


95

koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan dalam

penerapan program mitigasi bencana di sekolah kedua lembaga

tersebut hanya mengambil wakil – wakil dari beberapa sekolah

saja. Seharusnya semua sekolah di zona merah harus ikut dalam

penyusunan program dan ikut serta dalam program sekolah cerdas

bencana tersebut.

Hal itu juga ditemukan penulis saat melakukan wawancara

dengan beberapa kepala sekolah / guru yang sekolahnya berada

pada zona merah bencana. Dapat dilihat bahwa masih beberapa

sekolah yang berada di zona merah saja yang ikut dalam program

sekolah cerdas bencana. Dari 4 sekolah yang penulis kunjungi

hanya satu sekolah yang mengikut program sekolah cerdas

bencana. Padahal program tersebut lebih di prioritaskan untuk

sekolah di zona merah.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

penerapan program yang dilakukan dari koordinasi yang dilakukan

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah sudah ada dilakukan. Akan tetapi

dalam penerapan implementasi program untuk sekolah sendiri

masih banyaknya sekolah yang berada di zona merah yang belum

mendapatkan program sekolah cerdas bencana tersebut.

f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja


96

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), Selain

mekanisme kerja yang matang dan tepat yang telah dijelaskan tadi

perlu juga didukung dengan sarana dan prasarana kerja yang baik

guna menunjang kegiatan pemerintahan yang baik.

Dalam ketersediaan sarana dan prasara dalam menjalankan

kegiatan, BPBD sudah menyiapkan personil untuk terjun langsung

kelapangan dalam kegiatan mitigasi bencana disekolah sedangkan

dari Dinas Pendidikan sendiri tidak ada pegawai yang ditugaskan

kelapangan akan tetapi Dinas Pendidikan Kota Padang

menyediakan ruangan untuk rapat koordinasi yang dilakukan

antara BPBD dengan Dinas Pendidikan dan juga mengikutsertakan

kepala – kepala sekolah yang sekolahnya ikut kegiatan sekolah

cerdas bencana.

Untuk di Sekolah sendiri masih banyak sekolah yang belum

terlihat baik dari segi sarana dan prasarana di sekolah mereka. Ada

di beberapa sekolah gedung sekolah mereka sendiri belum

memiliki shelter tempat evakuasi dan juga masih kekurangan

perlengkapan pertolongan pertama medis. Kemudian ada juga

sekolah yang sudah memiliki Gedung sekolah yang memiliki

shelter akan tetapi masih kekurangan juga dari segi sarana

perlengkapan untuk mendukung penanggulangan bencana di

sekolah.
97

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

ketersediaan sarana prasara dalam koordinasi BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang masih terlihat beberapa kekurangan, akan

tetapi setiap instansi dapat menutupi kekurangan mereka.

Sedangkan untuk kegiatan mitigasi di sekolah sendiri masih

terdapat sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana yang

baik untuk kegiatan penanggulangan bencana di sekolah.

g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

Menurut Gibson dalam Tangkilisan (2005), Perlu adanya

sistem pengawasan dan pengendalian dari pemerintahan daerah dan

pemerintah pusat sehingga mampu memberikan kritik, saran dan

informasi yang berguna dalam rangka pengawasan dan

pengendalian.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan dari

koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan dalam upaya mitigasi

bencana sendiri sudah dilakukan. Walikota Padang Padang juga

ikut serta dalam pengendalian kegiatan mitigasi bencana sekolah

yang dilakukan dari koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dengan melakukan launching sekolah cerdas bencana.

Mereka juga melakukan rapat koordinasi dengan tim – tim yang

sudah mereka bentuk. Tim rapat hanya merupakan kepala bidang

masing – masing yang terlibat dalam kegiatan mitigasi bencana di


98

sekolah. Dan pelaporan hasil rapat dilakukan dengan Pemerintah

Kota Padang.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengawasan dan pengendalian dalam koordinasi BPBD dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana

sudah ada diawasi oleh pemerintah daerah. Sehingga pengawasan

tersebut diharapkan mampu untuk meningkatkan kapabilitas

efektivitas yang terjadi dalam upaya mitigasi bencana di sekolah.

2. Hambatan yang terjadi dalam proses koordinasi antara BPBD

dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006) berpendapat bahwa

koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan

harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Waktu menjadi masalah utama dalam koordinasi yang

dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya

mitigasi bencana di sekolah dalam melaksanakan kegiatan, terkadang


99

mereka terkendala dengan adanya kegiatan lain untuk menjalankan

kegiatan mitigasi bencana disekolah dan guru – guru yang mempunyai

kegiatan lain.

Menurut Manullang (2008) koordinasi adalah usaha

mengarahkan kegiatan seluruh unit – unit organisasi agar tertuju untuk

memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan

organisasi secara keseluruhan dengan adanya koordinasi akan terdapat

keselarasan aktivitas diantara unit – unit organisasi dalam mencapai

tujuan organisasi.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan dari hasil

wawancara penulis di lapangan bahwa dalam koordinasi BPBD dengan

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah

masih tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kurangnya

koordinasi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Kota Padang.

Bahkan untuk pelaksanaan kegiatan ke sekolah – sekolah untuk

memberikan sosialisasi kebencanaan, hanya BPBD bersama NGO

kebencanaan yang pergi kelapangan. Hal ini juga yang menjadi

perhatian penulis, bahwa koordinasi BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana belum dikatakan efektif.


100
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dilakukan penulis tentang

efektivias koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

dalam upaya mitigasi bencana di sekolah maka dapat dirumuskan

kesimpulan dalam penelitian ini yaitu:

1. Efektivitas koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota

Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah.

Dalam mengukur efektivitas koordinasi yang dilakukan antara

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah penulis menggunakan indikator pengukuran

diantaranya yaitu kejelasan tujuan yang hendak dicapai, kejelasan

strategi pencapaian tujuan, proses analisis dan perumusan kebijakan

yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang

tepat, tersedianya sarana dan prasarana, dan sistem pengawasan dan

pengendalian.

Dari semua aspek pengukuran efektivias yang digunakan,

didapat bahwa dari koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah

sudah ada tujuan yang jelas yang ingin mereka capai dalam

koordinasinya untuk mitigasi bencana di sekolah. Akan tetapi didalam


101

penerapan program kegiatan mitigasi bencana disekolah, koordinasi

yang dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang belum

efektif karena implementasi program yang dijalankan tidak tercapai

untuk semua sekolah yang berada pada zona merah bencana. Kedua

lembaga tersebut hanya mengambil perwakilan saja untuk

menyelenggarakan kegiatan program yang dilakukan dan dari kesiapan

sekolah pun untuk mengikuti kegiatan mitigasi bencana di sekolah

masih dikatakan tidak siap dalam sarana dan prasarana mereka sendiri.

Dapat dikatakan bahwa efektifitas koordinasi yang dilakukan

BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi

bencana di sekolah masi belum berjalan secara maksimal.

2. Hambatan yang terjadi dalam proses koordinasi antara BPBD dengan

Dinas Pendidikan Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di

sekolah

Koordinasi yang dilakukan BPBD dengan Dinas Pendidikan

Kota Padang dalam upaya mitigasi bencana di sekolah masih banyak

ditemui hambatan yang terjadi selama proses koordinasi antara kedua

lembaga tersebut.

Permasalahan waktu menjadi hambatan dari koordinasi yang

mereka lakukan. Hal tersebut terkendala dengan adanya kegiatan lain

yang dijalankan masing – masing instansi. Itu pun mengakibatkan

kegiatan mitigasi bencana disekolah tidak berjalan dengan tepat waktu.

Kemudian juga terjadi tumpang tindih tugas dalam pelaksanaan


102

koordinasi yang dilakukan kedua lembaga tersebut. Hal ini

dikarenakan kurangnya koordinasi yang diberikan oleh Dinas

Pendidikan Kota Padang dalam pelaksanaan kegiatan mitigasi bencana

disekolah. Bahkan untuk pelaksanaan kegiatan ke sekolah – sekolah

untuk memberikan sosialisasi kebencanaan, hanya BPBD bersama

NGO kebencanaan yang pergi kelapangan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lalukan yaitu tentang

Efektivitas Koordinasi antara BPBD dengan Dinas Pendidikan dalam

Upaya Mitigasi Bencana di Sekolah diharapkan:

1. Disarankan kepada BPBD dengan Dinas Pendidikan Kota Padang

dalam upaya mitigasi bencana di sekolah agar dapat memaksimalkan

koordinasi yang mereka lakukan terhadap upaya kegiatan mitigasi

bencana di sekolah dan juga dapat lebih memaksimalkan koordinasi

antar instansi yang harus mereka jalankan secara terus menerus dan

dapat meningkatkan kualitas komunikasi koordinasi yang dijalankan.

2. Disarankan kepada Sekolah – Sekolah yang ikut dalam kegiatan

mitigasi bencana di sekolah dalam melakukan mitigasi bencana agar

dapat lebih terlihat keterlibatan mereka dan harus mempunyai inisiatif

sendiri dalam menjalankan program mitigasi bencana di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai