Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PENINGKATAN PEMBELAJARAN

BAGI SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGETAHUAN DAN


KESIAPSIAGAAN PADA BENCANA BANJIR

PENDAHULUAN
Secara geologis, letak Indonesia berada diantara tiga lempeng Asia atau Eurasia dibagian utara,
lempeng lithosfer yaitu lempeng Indo-Australis dibagian selatan dan barat, dan lempeng
pasifik di bagian timur Indonesia. Hal ini membuat indonesia memiliki berbagai jenis potensi
bencana alam. Menurut Emosda, Lela, & Fadzlul, 2014 mengungkapkan bencana alam adalah
fenomena alam yang tidak dapat diprediksi seorang manusia dalam memperkirakan kapan
terjadinya, meskipun manusia dengan segala pengetahuannya berusaha untuk membaca
fenomena alam tersebut.
Bencana banjir mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena masyarakat belum mengenal
kesiapsiagaan bencana. Kesiapsiagaan bencana harus disosialisasikan kepada seluruh
masyarakat Indonesia dari anak-anak sampai dengan lansia. kesiapsiagaan menjadi hal yang
patut diterapkan kedalam bentuk pengetahuan, pendidikan dan inovasi dengan tujuan
membentuk budaya ketangguhan dan keselamatan. Anak anak termasuk kedalam golongan
sensitif. Kesensitifan anak-anak terhadap bencana diakibatkan oleh faktor keterbatasan
pemahaman tentang resiko disekitar mereka yang menyebabkan tidak adanya persiapan dalam
mengantisipasi bencana (Rosida & Adi, 2017). Oleh sebab itu, anak-anak harus diarahkan
mengenai kesiapsiagaan atau mitigasi bencana di sekolah. Hal tersebut didukung oleh
Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak (Republik Indonesia) bahwa
pendidikan adalah salah satu aspek penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian aktifitas yang dijalankan untuk mengatasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui tahap yang tepat guna dan berdaya guna (UU No. 24,
2007). Kesiapsiagaan adalah salah satu aspek penting dari kegiatan pencegahan pengurangan
risiko bencana, proses manajemen bencana (Firmansyah, 2014). Kegiatan yang dilaksanakan
sebagai upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana dapat berupa pengetahuan yang
dimiliki dan dilakukan seseorang.
Pengetahuan adalah faktor terpenting dan kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang
terkendali dapat mempengaruhi sikap dan perhatian tentang kesiapsiagaan dan antisipasi
bencana secara umum. Kesiapsiagaan merupakan bagian dari proses manajemen bencana, dan
dalam konsep bencana saat ini, pentingnya kesiapsiagaan merupakan bagian penting dari
pengurangan risiko bencana secara proaktif sebelum bencana terjadi (LIPI-UNESCO, 2006).
Dilihat dari beberapa strategi dan kriteria pembelajaran dalam mengembangkan pengetahuan
yang baik, maka strategi pembelajaran media sosial menjadi salah satu alternatif untuk
mempelajari bidang tersebut rawan bencana alam. Strategi ini menekankan hubungan individu
dengan komunitas atau orang lain. Strategi ini berfokus pada peningkatan kemampuan
seseorang untuk berhubungan dengan orang lain, berpartisipasi dalam proses demokrasi dan
bekerja secara mandiri produktif dalam belajar di masyarakat.
Pengaruh rencana pembelajaran terhadap pengetahuan & kesiapsiagaan bencana alam (Miarso,
2005) mengungkapkan gagasan bahwa pembelajaran adalah hubungan antara murid dan guru,
sumber belajar, lingkungan dan institusi pendidikan untuk memperoleh tujuan secara efektif dan
efisien. Kesiapsiagaan bencana alam yang dimaksud dalam kajian ini merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi korban jiwa manusia akibat bencana alam. Materi pencegahan
bencana adalah salah satu faktor penting dalam meminimalisir jumlah korban bencana alam di
tingkat sekolah dasar (Indriasari, 2018).
Melihat kondisi permasalahan yang terjadi pada masyarakat indonesia yaitu sulit membiasakan
membuang sampah sembarangan. Akan hal tersebut sosialisasi terhadap anak sekolah dasar agar
bisa membiasakan membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu, rencana pembelajaran
guru harus diselaraskan dan difokuskan sesuai dengan kondisi kehidupan dan kemungkinan
perkembangan siswa, sehingga pembelajaran yang akan dilaksanakan tentang pencegahan banjir
benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi siswa, sehingga dapat dilaksanakan. langkah-
langkah yang dipelajari untuk memahami bagaimana mereka dapat menyelamatkan diri dan
kapan bencana itu terjadi.

Isi
KBBI menjelaskan bencana banjir adalah suatu peristiwa daratan yang terendam karena
volume air yang meningkat. Penyebab terjadinya banjir yakni peristiwa alam, kondisi alam,
dan kegiatan manusia. Peristiwa alam terdiri dari curah hujan yang tinggi dan lamanya hujan,
pasang, arus balik dari sungai utama, pembendungan aliran, sungai akibat longsor,
sedimentasi dan aliran lahar dingin. Kondisi alam terdiri dari letak geografis wilayah, kondisi
topografi, geometri sungai dan sedimentasi. Lalu kegiatan manusia yaitu terdiri dari
penebangan liar, membuang sampah sembarangan dan pembudidayaan daerah dataran banjir.
Informasi terkait bencana harus diberikan kepada masyarakat, terutama anak-anak. Karena
korban bencana tidak memperhatikan usia, baik anak-anak, tua maupun muda, maka sosialisasi
bencana juga harus berdampak pada anak-anak. Anak-anak harus diajarkan sejak dini
pemahaman yang benar tentang jenis-jenis bencana yang mungkin dihadapi di lingkungannya
dan bagaimana menghadapi bencana ketika terjadi secara tiba-tiba. Dalam penanggulangan
bencana, persiapan menghadapi bencana banjir sangat diperlukan, karena siswa sekolah dasar
berisiko jika terjadi bencana banjir. (Chairummi, 2013)
A Dariyo (2013), mengungkapkan siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada masa anak tengah
(middle childhood). Siswa usia menengah secara psikologis rentan dan berpotensi mengalami
stres akibat bencana (Peek, 2008). Pelatihan bencana harus dimulai sejak dini. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa bencana menimpa sekitar 66 juta anak di seluruh dunia setiap
tahun (F. Herdwiyanti & Sudaryono, 2013). Peningkatan pemahaman melalui informasi penting
untuk mengurangi risiko bencana. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran adalah dengan
mengubah informasi tentang sesuatu (Duval, et al., 2000). Jika pengetahuan anak-anak tentang
bencana baik, maka mereka dapat menciptakan generasi yang tahan bencana dan memiliki
kesiapsiagaan bencana yang baik.
Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan mitra, diperlukan masyarakat yang siap
mencegah bencana, mengantisipasi bencana, dan beradaptasi terhadap bencana, yaitu
kesiapsiagaan bencana Pengurangan risiko bencana dapat membangkitkan kesadaran sejak dini,
atau bahkan sedini mungkin, dan membawa masyarakat dalam menangani penanggulangan
bencana. Manajemen risiko bencana belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia sebagai daerah rawan bencana masih memiliki dua masalah utama : 1)
kapasitas petugas penanggulangan bencana masih lemah, 2) sedikit perhatian terhadap
pencegahan bencana.
Menurut Depkes (2014) dalam Nurrahmah (2015:22) upaya yang harus dilakukan petugas
kesehatan sebelum dan setelah terjadinya bencana banjir adalah :
1. Sebelum banjir
a. Membuat peta rawan dan jalur evakuasi
b. Menyusun rencana kontijensi (perencanaan kegiatan penanggulangan bencana
yang susun sebelum bencana terjadi)
c. Meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan
d. Membentuk tim kesehatan di setiap jejaring administrasi
e. Menyiapkan obat dan logistic kesehatan lain (PAC, Kaporit, kantong sampah,
dll)
f. Meningkatkan kemampuan petugas dengan pelatihan
g. Menyiapkan sarana komunikasi dan tranportasi
h. Menyiapkan perlengkapan lapangan (tenda velbet, genset, dll)
2. Saat banjir
a. Mengaktifkan unit pelayanan kesehatan dan membuat pos kesehatan di lokasi
b. Membersihkan pelayanan kesehatan dan rujukan
c. Melakukan penilaian cepat kesehatan (Rapid Healt Assesment)
3. Setelah banjir Lativa Qurrotaini
a. Melakukan perbaikan kualitas air bersih
b. Melakukan surveilansi penyakit potensi KLB
c. Membantu perbaikan kualitas jaman dan saluran pembuangan limbah

Solusinya adalah dengan menawarkan kegiatan sosialisasi bencana kepada anak-anak untuk
melatih kesiapsiagaan bencana di lokasi mitra yaitu Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.
Peningkatan pengetahuan tanggap pada kesiapsiagaan bencana dapat dilakukan melalui
sosialisasi dengan tujuan untuk mengedukasi. Hal ini juga sejalan dengan kegiatan BNPB yang
menurutnya sosialisasi kesadaran bencana sangat penting untuk mengurangi dampak bencana.
Pelatihan kebencanaan ini memiliki manfaat yang sangat penting diantaranya kemampuan untuk
mengurangi dampak bencana

Strategi komunikasi yang diterapkan oleh BNPB adalah sosialiasi kesiapsiagaan bencana.
Dengan melalukan sosialisasi pada anak-anak melalui pemberian materi berupa pengertian
bencana, dampak bencana yang ditimbulkan dan tindakan mitigasi bencana. Anak-anak sendiri
lebih rentan terhadap bencana dibandingkan orang dewasa, sehingga anak-anak masih kurang
memiliki kemampuan untuk menghadapi dan mempersiapkan diri menghadapi bencana. Oleh
karena itu, anak-anak membutuhkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih tentang
kesiapsiagaan bencana, maka cara yang tepat adalah mensosialisasikan kesadaran bencana.

Secara umum kurangnya pemahaman pengetahuan anak sekolah dasar terhadap kesiapsiagaan
banjir. Pengetahuan yang dibangun anak-anak bergantung pada pengetahuan dan pengalaman
mereka sebelumnya dengan informasi sosial dan struktur pengetahuan mereka. Upaya
pengurangan risiko bencana di lokasi mitra, khususnya di kawasan Baleendah Kabupaten
Bandung, perlu dukungan masyarakat setempat. Oleh karena itu diharapkan informasi
pengurangan bencana ini dapat menjadi pedoman bagi masyarakat di kawasan Baleendah.
Banjir berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat termasuk pekerjaan mereka menjadi
terhambat, terganggunya ketersediaan air bersih dan munculnya beberapa berbagai penyakit
akibat bencana banjir.

Anda mungkin juga menyukai