Anda di halaman 1dari 9

SOSIALISASI BENCANA TANAH LONGSOR KEBAKARAN DI MI AL-HUDA

01 PANDANARUM

Ardi Eka Putra1), Maysa Aulia Salsabila2), Muhammad Devana Putra Faizin Pratama3),
Reinhard Forno4), Venny Eka Kurniawati5).

1) Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar, Blitar 1),5)


2) Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Islam Balitar,
Blitar2)
3) Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Balitar, Blitar3) 4)
*)E-mail :

ABSTRAK
Sosialisasi adalah istilah umum yang dapat diartikan sebagai proses dimana kita belajar
berkomunikasi dengan orang lain melalui pikiran,perasaan dan tindakan yang penting mencapai
partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi adalah suatu proses dan selalu demikian terjadi dalam
hidup kita. Program Pengurangan Bencana adalah salah satu program Pemerintah program yang
didedikasikan untuk masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan
anak-anak dalam mengenal bencana. Masalah penelitian dibagi dalam tiga tahap proses
komunikasi tahapannya yaitu dengan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Sosialisasi dan Simulasi.
Sosialisasi merupakan salah satu aktivitas komunikasi karena di dalam sosialisasi terjadi proses
komunikasi. Dan simulasi digunakan dalam penerapan metode ini tampak nyata terjadi pada
beberapa kelompok. Pengalaman siswa di lapangan hanya beberapa siswa saja yang pernah
mengalami hal ini tentu saja membuat simulasi berjalan kurang tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang mitigasi
bencana kepada anak MI ini sangat signifikan dalam menambah pengetahuan siswa, hal ini
dikarenakan ilmu tentang kebencanaan adalah hal yang baru bagi siswa , sehingga siswa sangat
tertarik untuk memperhatikan dan mempelajarinya dengan baik.
Kata Kunci: Komunikasi, Simulasi, Sosialisasi, Bencana, Siswa
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau serangkaian kejadian yang mengancam dan mengganggu
kehidupan serta penghidupan masyarakat. Bencana bisa disebabkan oleh faktor alam, faktor
manusia, atau kombinasi dari keduanya, yang kemudian mengakibatkan kerugian yang meliputi
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis
(Arimastuti, 2011). Arimastuti, A. (2011). Tahapan Proses Komunikasi Fasilitator Dalam Sosialisasi
Pengurangan Risiko Bencana (Studi Kasus terhadap Tim COMPRESS LIPI dalam Pelatihan Evakuasi
Mandiri bagi Masyarakat Pantai terhadap Bahaya Tsunami (Pra Tsunami)). Jurnal Penanggulangan
Bencana, 2(Oktober), 15–23.
Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana alam, antara lain gempa bumi,
tanah longsor, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan,
dan banjir bandang. [BNPB. (2018). Data Informasi Bencana Indonesia]. Data Informasi
Bencana Indonesia. (Artikel Web). https://pusdalops.bnpb.go.id/2023/03/15/laporan-harian-
pusdalops-bnpb-selasa-14-maret-2023/.
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang disebabkan oleh faktor alam dan
faktor manusia. Longsor atau gerakan tanah merupakan peristiwa geologi yang disebabkan
adanya pergerakan tanah atau masa batuan dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Terjadinya tanah longsor disebabkan karena kekuatan
gravitasi yang mempengaruhi tanah-tanah miring, kandungan air yang tinggi pada tanah
sehingga tanah menjadi berat dan beban tanah meningkatkan, dan curah hujan yang lebat
menyebabkan air masuk ke tanah dan membawa partikel tanah bergerak secara gravitasi
sehingga terjadi tanah longsor.
Potensi bencana ikutan di wilayah sekitar adalah bahaya kebakaran, hal ini disebabkan
karena wilayah memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi, kompleksitas penggunaan lahan,
pemusatan aktivitas penduduk, penggunaan material bangunan, dan adanya daerah-daerah
permukiman kumuh. Kebakaran merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan karena dapat
menimbulkan kerugian fisik maupun moral. Saat terjadi kebakaran, kebakaran terjadi sebagai
respons terhadap proses berantai antara bahan yang mudah terbakar (bahan bakar), oksigen, dan
panas. Ini sering disebut sebagai segitiga api. Rangkaian proses oksidasi berlanjut hingga salah
satu elemen penyebab kebakaran habis. Salah satu komponen ini harus dihindari untuk
mencegah kebakaran. Anwar Rahmad, “Pengaruh Fire Safety Management Terhadap Kehandalan
Bangunan dalam Mengantisipasi Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah Susun di Makassar,” Teknik
Sipil, vol. I, no. 1. pp. 1–16, 2015

Terjadinya bencana kebakaran selalu tidak dapat diprediksi dan diprediksi sebelumnya.
Kapan datangnya, apa penyebabnya, berapa banyak, dan seberapa besar hasilnya, tidak dapat
diprediksi oleh keahlian manusia. Kebakaran seringkali menimbulkan berbagai akibat yang tidak
diinginkan, baik berupa kerugian harta benda, kegiatan usaha, kehancuran masyarakat, maupun
ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia. Anwar Rahmad., “Pengaruh Fire Safety
Management Terhadap Kehandalan Bangunan dalam Mengantsipasi Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah Susun di Makassar. Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas
Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-027,” Tek. Sipil Magister Tek. Sipil Univ. Sebel.
Maret, vol. 1, 2016, Accessed: Nov. 24, 2021. [Online].
Kebakaran dapat menyebabkan mengancam jiwa dan kerugian dari tingkat modular
hingga sosial. Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan kesadaran akan proteksikebakaran.
Salah satu langkah yang bisa dipakai adalah tinjauan manajemen. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Birds bahwa dengan dimulainya perbaikan manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja, upaya pencegahan berbagai kecelakaan atau bencana dapat berhasil.
F. S. Nurwulandari, “Kajian Mitigasi Bencana Kebakaran Di Permukiman Padat,” Infomatek,
vol. 18, no. 1, p. 27, Oct. 2017, doi: 10.23969/INFOMATEK.V18I1.506.
Upaya keselamatan kebakaran ini memerlukan sistem manajemen keselamatan
kebakaran. Bencana dapat terjadi melalui proses yang panjang atau pada situasi tertentu dalam
kurun waktu yang begitu cepat, tanpa atau dengan didahului tanda-tanda. Untuk mengurangi
resiko bencana dan meminimalisir kerugian yang terjadi maka masyarakat harus memiliki
pengetahuan dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan sebelum terjadi bencana, saat
tanggap darurat dan saat pasca bencana.
Dalam hal pengurangan resiko bencana dapat dilakukan melalui mitigasi bencana.
Mitigasi bencana dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan kapasitas masyarakat yang berada
di kawasan rawan bencana untuk menghilangkan atau mengurangi akibat dari ancaman dan
tingkat bencana. Penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui sektor pendidikan.
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi resiko bencana
dengan memasukkan materi kebencanaan ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Dengan melakukan sosialisasi bencana yang berikan kepada peserta didik untuk
mengurangi resiko bencana karena peserta didik dapat menjadi obyek saat terjadi bencana, dan
menjadi subyek dalam usaha mengurangi resiko bencana apabila memiliki pengetahuan tentang
kebencanaan yang mengangkat tema tentang mitigasi bencana kepada peserta didik di sekolah.
Dengan demikian, anak-anak memerlukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai
kesiapsiagaan bencana. Untuk mencapai tujuan ini, cara yang tepat adalah melalui sosialisasi
sadar bencana dan simulasi evakuasi bencana. Berdasarkan data di atas, kami bertekad untuk
membantu pemerintah dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang mitigasi
bencana, dengan harapan dapat mewujudkan konsep sekolah tangguh bencana.
Bencana dapat terjadi melalui proses yang panjang atau pada situasi tertentu dalam kurun
waktu yang begitu cepat, tanpa atau dengan didahului tanda-tanda. Untuk mengurangi resiko
bencana dan meminimalisir kerugian yang terjadi maka masyarakat harus memiliki pengetahuan
dan mengerti tentang apa yang harus dilakukan sebelum terjadi bencana, saat tanggap darurat
dan saat pasca bencana. P. E. Suarmika dan E. G. Utama, “Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah Dasar
(Sebuah Kajian Analisis Etnopedagogi),” JPDI (Jurnal Pendidik. Dasar Indones., vol. 2, no. 2, hal. 18–24,
2017, doi: 10.26737/jpdi.v2i2.327.
Dalam hal pengurangan resiko bencana dapat dilakukan melalui mitigasi bencana.
Mitigasi bencana dapat diartikan sebagai upaya meningkatkan kapasitas masyarakat yang berada
di kawasan rawan bencana untuk menghilangkan atau mengurangi akibat dari ancaman dan
tingkat bencana. Penanggulangan bencana dapat dilakukan melalui sektor pendidikan.
Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi resiko bencana
dengan memasukkan materi kebencanaan ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Sosialisasi bencana diberikan kepada peserta didik untuk mengurangi resiko bencana
karena peserta didik dapat menjadi obyek saat terjadi bencana, dan menjadi subyek dalam usaha
mengurangi resiko bencana apabila memiliki pengetahuan tentang kebencanaan yang
mengangkat tema tentang mitigasi bencana kepada peserta didik di sekolah.
Dengan demikian, anak-anak memerlukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman
mengenai kesiapsiagaan bencana. Untuk mencapai tujuan ini, cara yang tepat adalah melalui
sosialisasi sadar bencana. Berdasarkan data di atas, kami bertekad untuk membantu pemerintah
dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang mitigasi bencana, dengan harapan
dapat mewujudkan konsep sekolah tangguh bencana.
METODE

Lokasi kegiatan pengabdian Masyarakat ini dilakukan di MI Pandanarum 01 Di Desa


Pandanarum dengan beberapa tahapan yaitu dengan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap
awal yaitu pengabdian dengan melakukan pendekatan dan koordinasi dengan pihak sekolah.
Setelah ada kesepakatan dengan pihak sekolah maka ditetapkan tanggal 13 September 2023
dilakukan pengajaran tentang Sosialisasi dan Simulasi Bencana pada siswa kelas 4, kelas 5 dan
kelas 6 yang berjumlah sebanyak 110 siswa.
Dilakukannya sosialisasi ini guna untuk antisipasi jika bencana longsor dan kebakaran
terjadi disekitar tempat tinggal mereka. Kegiatan sosialisasi didahului penjelasan yang
dipaparkan oleh mahasiswa KKN Universitas Islam Balitar dengan diberikannya PowerPoint
yang berkaitan dengan bencana alam. Dalam pelaksaan kegiatan ini penyuluhan kebencanaan
diberikan penjelasan mengenai mitigasi bencana, kemudian siswa akan dijelaskan mengenai
meteri yang sudah disiapkan oleh mahasiswa KKN dengan penyampaian materi sekitar 60 menit,
kemudian dibuatlah permainan tentang cara evakuasi. Dengan peserta dibagi menjadi 11
kelompok dan diberikan pelatihan simulasi untuk tangga bencana agar mengetahui responnya
mengenai kegiatan ini. Hasil sosialisasi akan dianalisis untuk menentukan hasil yang dapat
dicapai dari kegiatan ini.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Sosialisasi dan Simulasi.
Program sosialisasi ini dilakukan untuk pengurangan risiko bencana termasuk salah satu dari
sekian banyak program pemerintah yang menyangkut kepentingan rakyat. Sosialisasi merupakan
salah satu aktivitas komunikasi karena di dalam sosialisasi terjadi proses komunikasi. Dan
simulasi digunakan sebagai hipotesis awal diduga lebih tepat dibandingkan dengan demonstrasi
namun demikian kelemahan dalam penerapan metode ini tampak nyata terjadi pada beberapa
kelompok. Pengalaman siswa di lapangan hanya beberapa siswa saja yang pernah mengalami
hal ini tentu saja membuat simulasi berjalan kurang tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan program kerja dalam bentuk sosialiasi mengenai pengenalan, pencegahan dan
tindakan antisipasi longsor di Desa Pandanarum Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar adalah
salah satu bentuk pendidikan praktis kepada anak-anak sekolah dasar guna meningkatkan
kesadaran anak-anak akan potensi bencana. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini
telah meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengenal bencana, khususnya tanah longsor
dan kebakaran yang mungkin terjadi di sekitar tempat tinggalnya.
Kegiatan sosialisasi pengenalan dan mitigasi bencana longsor dan kebakaran di MI AL-
HUDA 01 Pandanarum telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan sosialisasi ini dimulai
pemaparan teori mengenai penjelasan singkat, penyebab, Gejala terjadinya bencana, dan
bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi, serta bagaimana tindakan jika terjadi. Penyampaian
materi untuk meningkatkan pengetahuan dilakukan dengan metode sosialisasi dan simulasi
evakuasi. Bahan materi dibuat dalam bentuk Power Point agar siswa-siswi lebih mudah
memahami.
Dan setelah dilakukannya sosialisasi peserta dibagi dalam menjadi 11 kelompok dan
dipersilahkan untuk pelatihan simulasi untuk tangga bencana agar mampu mempraktekan
langkah-langkah antisipasi jika bencana terjadi. Dalam proses pelatihan ini terdapat beberapa
kendala seperti keterbatasan waktu, terbentur jadwal antar program kerja yang lain, sampai
terbatasnya mahasiswa untuk mendampingi proses pelatihan. Pelatihan ini diharapkan dapat
berguna secara berkelanjutan bagi peserta didik yang dapat memudahkan mereka dalam proses
pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Mengingat Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana dan kondisi
kesiapsiagaan masih tergolong rendah, maka upaya untuk meningkatkan pengetahuan
kebencanaan harus diberikan sejak dini. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, anak-anak dikelompokkan dalam kategori rentan. Prioritas
pengurangan risiko bencana perlu diimplementasikan ke dalam sektor pendidikan dengan tujuan
untuk mewujudkan generasi tangguh bencana. Peningkatan pemahaman mengenai kebencanaan
dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi yang dapat mengedukasi dengan tujuan dapat
mengurangi risiko terjadi bencana di suatu wilayah
Kegiatan sosialisasi bencana tanah longsor di MI Al-Huda 01 Pandanarum berjalan
dengan baik. Peserta didik sangat antusias dan semangat saat dilakukannya sosialisasi untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai tanah longsor, tindakan pencegahan, dan respons
yang tepat dalam situasi darurat. Sosialisasi semacam ini dapat menciptakan siswa yang lebih
siap menghadapi risiko tanah longsor, menjaga keselamatan diri, melindungi komunitas mereka,
dan membantu menciptakan generasi yang lebih siap dalam menghadapi risiko tanah longsor dan
dapat menyelamatkan nyawa serta harta benda jika bencana terjadi
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Administrator, “LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB),


https://pusdalops.bnpb.go.id/2023/03/15/laporan-harian-pusdalops-bnpb-selasa-14-maret-
2023/., diakses tanggal 12 September 2023
S. Maryanti, E. Lestari, W. Putri, A. R. Wardani, and F. Haris, “Hubungan Tingkat Pendidikan
Masyarakat terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor di Kelurahan Giritirto
Kecamatan Wonogiri,” Pros. Semin. Nas. Geogr. UMS 2017, pp. 319–330, 2017,
[Online].
Anwar Rahmad, “Pengaruh Fire Safety Management Terhadap Kehandalan Bangunan dalam
Mengantisipasi Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah Susun di Makassar,” Teknik
Sipil, vol. I, no. 1. pp. 1–16, 2015.
Anwar Rahmad., “Pengaruh Fire Safety Management Terhadap Kehandalan Bangunan dalam
Mengantsipasi Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah Susun di Makassar. Jurnal
Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013
ISSN : 2339-027,” Tek. Sipil Magister Tek. Sipil Univ. Sebel. Maret, vol. 1, 2016,
Accessed: Nov. 24, 2021. [Online].
F. S. Nurwulandari, “Kajian Mitigasi Bencana Kebakaran Di Permukiman Padat,” Infomatek,
vol. 18, no. 1, p. 27, Oct. 2017, doi: 10.23969/INFOMATEK.V18I1.506.
P. E. Suarmika dan E. G. Utama, “Pendidikan Mitigasi Bencana Di Sekolah Dasar (Sebuah
Kajian Analisis Etnopedagogi),” JPDI (Jurnal Pendidik. Dasar Indones., vol. 2, no. 2, hal.
18–24, 2017, doi: 10.26737/jpdi.v2i2.327.

Arimastuti, A. (2011). Tahapan Proses Komunikasi Fasilitator Dalam Sosialisasi Pengurangan


Risiko Bencana (Studi Kasus terhadap Tim COMPRESS LIPI dalam Pelatihan Evakuasi
Mandiri bagi Masyarakat Pantai terhadap Bahaya Tsunami (Pra Tsunami)). Jurnal
Penanggulangan Bencana, 2(Oktober), 15–23.

Anda mungkin juga menyukai