Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/290437737

BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


BENCANA SEJAK DINI

Preprint · June 2013

CITATIONS READS

4 10,683

1 author:

Yukni Arifianti
Ministry of Energy and Mineral Resources
28 PUBLICATIONS   66 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ongoing Development of Landslide Database Digital for Better Disaster Management in Geological Agency of Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Yukni Arifianti on 15 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BUKU MENGENAL TANAH LONGSOR
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BENCANA SEJAK DINI

Yukni Arifianti

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi


Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122
yukni.a@gmail.com

SARI
Bencana tanah longsor telah menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat hampir setiap tahunnya terutama
saat memasuki musim penghujan. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu tahun 2005 – 2011
tercatat kejadian tanah longsor sebanyak 809 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
mengakibatkan korban jiwa sebanyak 2484 orang tewas.
Walaupun rawan terhadap bencana tanah longsor, pengetahuan masyarakat di Indonesia mengenai
bencana ini cukup rendah. Ini dikarenakan langkanya bahan pendidikan atau media pembelajaran
yang menarik di masyarakat mengenai bencana dan mitigasinya. Dalam hal ini Badan Geologi
melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) membuat media
pembelajaran melalui penerbitan buku tentang tanah longsor untuk tingkat TK sampai SMA.
Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi kesadaran bukan hanya
tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana menjaga kelestarian alam untuk
mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini.
Media pembelajaran melalui buku ilmiah populer ini akan mengenalkan kepada anak-anak
tentang; 1) Bagaimana bencana datang dan ciri-ciri daerah rentan bencana itu; 2) Apa tindakan
yang harus dilakukan saat melihat/ merasakan tanda-tanda akan terjadinya bencana; 3) Apa yang
bisa kita lakukan untuk meminimalkan bencana di kemudian hari.
Kedua buku ini disampaikan secara sederhana, menarik dan informatif yang disesuaikan dengan
minat anak-anak usia TK – SMA dalam bentuk komik dan buku yang berwarna serta penuh
gambar.
Kata Kunci: Longsor, Buku, Media, Pembelajaran, Bencana

Pendahuluan
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik,
dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk. Konsekuensi dari tubrukan
tersebut adalah terbentuknya jalur gunungapi di Indonesia. Keberadaan jalur gunungapi ini
menyebabkan pada beberapa wilayah Indonesia terbentuk pegunungan dan perbukitan dengan
kemiringan lereng landai hingga terjal. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia memiliki potensi
bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan
lingkungan.

Bencana tanah longsor bersifat lokal, namun banyak tersebar di seluruh daerah di Indonesia.
Dalam jangka waktu lama, bencana tanah longsor menyebabkan lebih banyak kerugian
dibandingkan bencana lain. Jumlah kejadian tanah longsor semakin meningkat memasuki musim
penghujan terutama di daerah-daerah perbukitan terjal. Berdasarkan statistik, dalam kurun waktu
tahun 2005 – 2011 tercatat kejadian tanah longsor pada 809 lokasi yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dan mengakibatkan korban jiwa mencapai 2484 orang tewas (Gambar 1)
(PVMBG, 2012). Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi risiko bencana.

Terkait hal tersebut pemerintah melaksanakan penyelenggaraan Pengurangan Risiko Bencana


(PRB) dengan landasan hukum UU RI no. 24 tahun 2007 tentang „Penanggulangan Bencana‟.
Keberadaan UU RI no. 24 tahun 2007 ini telah mengubah pola pikir penanganan bencana menjadi
penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya
bencana (Gambar 2). Penanggulangan bencana tidak hanya berorientasi pada saat tanggap darurat,
melainkan dilakukan sebelum (pra bencana), pada saat terjadi bencana dan setelah (pasca
bencana).
Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015 menyatakan salah satu prioritas dalam upaya Pengurangan
Risiko Bencana (PRB) adalah pentingnya menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan
untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketangguhan di semua tingkat (Astuti, dkk.,
2010). Di sini peran sekolah sebagai institusi pendidikan sangatlah strategis, terkait pengembangan
pengetahuan yang diperlukan dalam upaya mitigasi. Hal ini pun sesuai dengan tema yang diangkat
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN ISDR) dalam hari pengurangan
risiko bencana sedunia 2007 yaitu “Institutionalizing Integrated Disaster Risk Management At
School”. Tema ini terlahir dari harapan untuk mengurangi risiko bencana melalui pengenalan
sejak dini tentang risiko-risiko bencana kepada siswa-siswa sekolah dan bagaimana membangun
kesiapsiagaan bencana (Akbar, 2010).

Gambar 1. Statistik jumlah kejadian tanah longsor dan jumlah korban jiwa akibat bencana tanah longsor
dalam kurun waktu 2005 – 2011 (PVMBG, 2012).

Gambar 2. Ilustrasi yang menggambarkan upaya penanggulangan bencana.

Tindakan PRB dapat dilakukan jika ada penumbuhan pola pikir sadar terhadap ancaman bencana
bagi masyarakat sekitar lokasi rawan bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cara dan
salah satunya adalah melalui kegiatan pendidikan mitigasi bencana kepada para siswa di sekolah-
sekolah. Pendidikan mitigasi bencana ini tidak perlu masuk ke dalam kurikulum tetapi bisa berupa
kurikulum lokal dalam bentuk suplemen buku, dalam hal ini mengenai bencana tanah longsor.
Buku ini dibuat untuk memberikan sosialisasi pengetahuan tentang bencana tanah longsor sedini
mungki. Diharapkan media pembelajaran ini bisa menjadi bekal yang cukup untuk mempelajari
dan memberdayakan budaya mitigasi bencana baik sebelum, saat dan pasca bencana secara
optimal.

Pembelajaran Bencana Sejak Dini


Anak-anak adalah salah satu kelompok yang paling berisiko terkena bencana. Selain kondisinya
yang memang sudah rentan, tingginya risiko bencana terhadap anak-anak salah satunya
disebabkan oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko bencana yang berada di
sekeliling mereka. Pengetahuan dan pemahaman yang rendah terhadap risiko bencana ini
kemudian berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Penanggulangan bencana yang baik harus terintegrasi ke dalam sektor pendidikan, karena
pendidikan menjadi salah satu faktor penentu dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.
Kegiatan pengintegrasian ini bisa dimulai sejak dini dimulai yaitu anak-anak di jenjang TK-SD
sampai jenjang SMP-SMA.

Penanggulangan bencana sejak dini di Jepang dapat menjadi contoh untuk mengkampanyekan
upaya meminimalisasi kerugian akibat bencana. Dalam mempersiapkan diri guna menghadapi
bencana alam, Jepang menerapkan standar keamanan yang sangat tinggi. Hampir semua
penduduk telah dilatih sejak usia dini dalam hal mengatasi keadaan darurat. Hal ini bisa diterapkan
pula di Indonesia dengan menjadikan bencana sebagai materi pembelajaran di sekolah untuk
mengenalkan bencana dan mitigasinya.

Ini artinya anak-anak yang terbiasa bersinggungan dengan bencana dianggap mampu membuat
keputusan dan berperan aktif ketika bencana terjadi, sehingga mereka mengerti bagaimana cara
menyelamatkan diri. Anak-anak adalah pemain utama dalam kegiatan pembelajaran sejak dini ini.
Kegiatan pembelajaran bencana ini bisa meliputi bagaimana menilai, merencanakan,
mengimplementasikan, memantau, dan mengevaluasi serta mempengaruhi teori dan praktik
(Benson and Bugge, 2006).

Buku Sebagai Media Pembelajaran


Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan pengorganisasian berbagai komponen dalam upaya
mengubah siswa mencapai suatu kondisi yang lebih meningkat secara positif. Untuk mencapai
sasaran pembelajaran dibutuhkan banyak persyaratan menyangkut materi, dalam hal ini materi
yang meliputi bahan ajar atau medianya (Sutjiono, 2005).

Lemahnya pemahaman anak tentang bencana dan mitigasinya di sekolah formal lebih disebabkan
karena pesan yang disampaikan oleh media pembelajaran yang ada tidak menarik, monoton dan
tidak mengasah aspek keterampilan dan sikap anak. Padahal pesan pembelajaran yang baik harus
memenuhi beberapa syarat. Syarat utama tentunya materi bahasan disesuaikan dengan tingkat
pemahaman anak yaitu dari tingkat TK sampai SMA. Kemudian, pemilihan isi dan gaya
penyampaian pesan mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada anak-anak. Selain itu harus
merangsang siswa memproses apa yang dipelajari serta memberikan rangsangan belajar baru.
Terakhir, bisa mengaktifkan anak dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong
anak-anak untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

Agar media pembelajaran bermanfaat secara optimal, maka dipilih media yang tepat, cost/biaya,
pembaruan, dukungan, dan teknologi. Buku merupakan media yang tepat karena memenuhi unsur-
unsur tersebut. Buku mudah diakses oleh semua kalangan, tidak memerlukan media lain untuk
mengaksesnya sehingga biaya pengadaannya menjadi lebih murah dan dengan adanya dukungan
pengadaan dari pemerintah sebagai penyelenggara pembelajaran maka masalah akses, biaya,
dukungan dan kebaruan bisa teratasi sekaligus. Maka Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk tingkat
TK-SMA.

Teknologi dalam hal ini terkait dengan sifat media buku tersebut. Buku merupakan media visual.
Seseorang akan belajar secara maksimal jika berinteraksi dengan stimulus yang cocok dengan
gaya belajarnya. Materi atau media yang bersifat visual antara lain dapat berbentuk peta, foto,
ilustrasi gambar, diagram, poster, atau pun komik (Waluyanto, 2010). Buku yang di dalamnya
mengandung banyak materi visual sebagai media pembelajaran dipandang efektif untuk
pembelajaran. Perpaduan gambar dan tulisan yang dirangkai dalam suatu alur cerita membuat
informasi lebih mudah diserap. Teks membuatnya lebih dimengerti dan alurnya lebih mudah untuk
diikuti dan diingat. Buku sebagai media pembelajaran, selain ringan juga mampu menyampaikan
informasi secara jelas, runtut, dan menyenangkan.

Buku Mengenal Tanah Longsor


Buku mengenai bencana tanah longsor di masyarakat umum, sebagai contoh di toko-toko buku
atau di lembaga-lembaga pendidikan tidak mudah didapatkan. Kalau pun ada, buku-buku tersebut
(Gambar 3), baik dalam bentuk komik ataupun tulisan yang dipadu dengan ilustrasi-ilustrasi
gambar, bukan merupakan buku yang bisa diakses dengan gratis. Adapun buku yang bisa
didapatkan dengan cuma-cuma, media penyebarannya dalam bentuk e-book (buku elektronik),
artinya masyarakat harus mencetak atau memperbanyak sendiri.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengupayakan suatu kegiatan agar
masyarakat mendapatkan akses buku mengenai bencana tanah longsor secara gratis tanpa harus
memperbanyaknya sendiri. Sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
bencana, PVMBG pada tahun 2010 menerbitkan dua buah buku tentang tanah longsor untuk
tingkat TK-SMA. Edisi keduanya terbit pada tahun 2011. Buku tanah longsor untuk tingkat TK
dan SD berjudul “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor”, sedangkan untuk tingkat SMP-
SMA “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” (Gambar 4).

Gambar 3. Beberapa contoh buku mengenai bencana tanah longsor.

Gambar 4. Buku tanah longsor untuk tingkat TK – SD (Kiri); Buku tanah longsor
untuk tingkat SMP – SMA (Kanan) (Yukni, 2011).
Kedua buku ini mencantumkan sedikitnya empat pokok pikiran: (1) Apa itu bencana, (2) ciri-ciri
daerah rentan bencana, gejala awal atau tanda-tanda bencana akan terjadi, (3) tindakan darurat
yang dilakukan saat tanda-tanda akan terjadinya bencana muncul dan (4) upaya praktis sebelum,
saat dan pasca bencana untuk meminimalkan bencana.

Buku “Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dalam bentuk komik (Gambar 5). Di
sini dijelaskan apa, kapan dan bagaimana bencana longsor itu terjadi dan jenis longsoran.
Selanjutnya dikenalkan penyebab terjadinya longsoran dan tanda-tanda tanah longsor. Buku
disampaikan secara ringan, tidak bertele-tele dan jumlah halamannya sedikit, terdiri dari 20
halaman. Ini memungkinkan siswa untuk bisa lebih menyerap apa yang disampaikan dalam buku
tersebut.

Gambar 5. Buku tanah longsor dengan format komik (Yukni, 2011).

Buku “Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor” dibuat dengan format tulisan dipadu ilustrasi-
ilustrasi gambar dan foto (Gambar 6). Penjelasan yang terdapat dalam buku sama dengan buku
untuk tingkat TK-SD. Perbedaannya, penjelasan yang disampaikan buku yang berjumlah 30
halaman ini lebih detail. Walaupun detail, isinya tetap memakai bahasa yang mudah dipahami dan
gambar yang menarik.
Gambar 6. Buku tanah longsor dengan format tulisan dipadu ilustrasi gambar dan foto (Yukni,
2011).

Buku untuk tingkat SMP – SMA ini juga memaparkan strategi mitigasi bencana tanah longsor
yang dilakukan pemerintah melalui PVMBG (Gambar 7). Strategi mitigasi bencana tanah longsor
tersebut antara lain:
Pemetaan, menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam di suatu
wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan
provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
Penyelidikan, mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat
digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
Pemeriksaan, melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
Pemantauan, dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomidan
jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah tersebut.
Sosialisasi, memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau
masyarakat umum, tentang bencana tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara seperti menerbitkan buku tentang bencana, mengirimkan
poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat
pemerintah.
Gambar 7. Strategi mitigasi tanah longsor di PVMBG yang dituangkan dalam buku tingkat SMP-
SMA (Yukni, 2011).

Buku ini disiapkan sebagai buku ilmiah populer yang disampaikan secara sederhana. Daya
tariknya terletak pada pewarnaan yang bagus, teks yang mudah dipahami, gambar yang menarik
dan ditunjang kertasnya yang cukup berkualitas. Buku mengenal tanah longsor dengan ukuran
24,3 cm x 17 cm ini dianggap praktis sebagai buku-buku panduan. Dengan kelebihan-kelebihan
tersebut, buku ini mampu berperan sebagai media pembelajaran yang baik tentang konsep mitigasi
bencana sejak usia dini. Pemahaman tentang bencana sejak usia dini diprediksi akan lebih
memberi kesadaran bukan hanya tentang bencana itu sendiri namun juga tentang bagaimana
menjaga kelestarian alam untuk mengurangi efek mematikan dari bencana seperti ini.

Buku-buku ini sebagai media pembelajaran tentunya tidak hanya diperuntukkan untuk anak-anak,
namun bisa digunakan pihak lainnya, seperti guru, orang tua dan pendidik lainnya sebagai
penyampai pesan. Pembelajaran bersama antara anak dengan pihak pendidik akan
mengembangkan pembelajaran kualitatif. Jika anak dapat memahami konsep maka akan
meningkatkan peluangnya dalam menyelamatkan diri dari bencana, dapat mengenali tanda-tanda
peringatan, memahami faktor dasar, mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengurangi
dampak sebelum bencana terjadi dan juga bagaimana harus bereaksi pada saat dan setelah
bencana. Jika hal ini dapat dicapai maka anak pun kemudian akan mampu dengan sendirinya
menilai, merencanakan, mengimplementasikan, dan lain-lainnya.

Kesimpulan
Jika anak-anak diajarkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, mereka akan membawa perubahan
yang signifikan di masyarakat karena mereka adalah masa depan. Pendidikan melalui salah satu
medianya yaitu buku merupakan sumber daya untuk menyiapkan anak-anak dalam pembelajaran
bencana sejak dini. Buku ini hanya salah satu media, ada banyak media inovatif lainnya yang bisa
dikembangkan untuk melengkapi kegiatan pembelajaran bencana. Dengan mengacu pada buku
ini, media pembelajaran lainnya bisa diciptakan misalnya film video, permainan (puzzle, ular
tangga, monopoli), dan alat peraga.

Bencana tentunya sesuatu yang tidak kita harapkan. Walaupun rawan terhadap bencana alam,
kesadaran mengenai bencana seperti ini cukup rendah di Indonesia. Ini ditunjukkan oleh langkanya
media pembelajaran mengenai bencana alam dan mitigasinya yang tersedia bagi masyarakat.
Keberadaan buku ini sebagai bagian dari pendidikan kebencanaan. Pembuatan media pembelajaran
untuk kesiapan dan mitigasi terhadap bencana alam akan memainkan bagian penting untuk
membangun budaya masyarakat sadar, waspada, dan siap menghadapi/ mengantisipasi bencana.

Daftar Pustaka
Akbar, Setiawan. 2010. Pengembangan Model Sekolah Siaga Bencana melalui Integrasi
Pengurangan Risiko Bencana dalam Kurikulum. Jakarta. Konferensi Nasional Sekolah Aman.
Astuti, dan Sudaryono. 2010. Peran Sekolah dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana. Jakarta.
Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, Volume 1 Nomor 1.
Bambang R., dan Bambang S. 2008. Mengenal Bencana Alam: Tanah Longsor. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Benson, and Bugge. 2006. Child-led Disaster Risk Reduction: A Practical Guide. Jakarta. Save
The Children Foundation.
Shone, Rob. Komik Pendidikan: Bencana Alam Salju dan Tanah Longsor. Jakarta. Elex Media
Komputindo.
Sutjiono, Thomas. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran. Jakarta. Jurnal Pendidikan
Penabur, No. 04/Th. IV/Juli 2005. Hal 76-84.
Tessa, dan Wardhani. 2007. Seri Bencana Alam di Indonesia: Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta.
Penerbit Erlangga.
Tim Paket Pedoman Umum Penanggulangan Bencana untuk Masyarakat Umum (PUPBM). 2007.
Tanah Longsor: Kisah tentang Peran Masyarakat Desa Saat Terjadi Bencana Tanah Longsor.
Jakarta. Yayasan IDEP.
Tim Penyusun Seri Komik Bencana Alam. 2008. Mari Belajar tentang Tanah Longsor.
Yogyakarta. Penerbit Postmo.
UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education, 2007. Kesiapan dan Pendidikan
Bencana Alam untuk Pembangunan Berkesinambungan. Bangkok. UNESCO.
Waluyanto, Heru Dwi. 2010. Komik sebagai Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta. http://dgi-
indonesia.com/komik-sebagai-media-komunikasi-pembelajaran. diakses tahun 2012.
Yukni, Arifianti. 2011. Ayo Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi.
Yukni, Arifianti. 2011. Mengenal Lebih Dekat Tanah Longsor. Bandung. Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai