Anda di halaman 1dari 131

Cover dalam

BANJIR
Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK
Penulis: Noor Indrastuti
Nara Sumber: Dr. Agus Maryono
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
JAKARTA, 2009
Modul Ajar
Pengintegrasian Pengurangan Risiko
Modul Ajar Pengintegrasian
Pengurangan Risiko Banjir
Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/MAK
Penulis: Noor Indrastuti
Nara Sumber: Dr. Agus Maryono
Editor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian Afriyanie
Ilustrator Sampul : Quiona Ayu (SDN Lempuyangan II Yogyakarta)
Ilustrator Isi:
Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:
Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-224-3
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp : +62 21 390 5484 (hunting)
Fax : +62 21 391 8604
E-mail : secretariat@sc-drr.org
Website : www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through
Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development
Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP,
Departement for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International
Development (AusAID)
SAMBUTAN
KEPALA
PUSAT KURIKULUM
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi
bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban
jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang
membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat
kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat
bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi
bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita
ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan
terhadap bencana merupakan bagian dari keterampilan untuk kelangsungan
hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat
belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling
cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga
dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan
di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu
fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami
tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang
penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi
kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam
pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan
dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun
serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian
pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara
keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.
Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat
Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS
dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR)
In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP)
yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui
berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari
panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana,
pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum
satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan
bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
I
ndonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografsnya pada posisi
pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana.
Selain itu dengan kompleksitas kondisi demograf, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat
terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam
menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi
tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah
negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World
Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan
risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon
II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal
BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through
Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan
ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai
upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya
dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan
Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai
SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB
dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan
beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata
pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra
kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka
untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana
dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana
yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus
untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang
dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi
kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk
mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan,
sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat
penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:
Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di
sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari
bencana di sekolah.
Membuka peluang dan membangun kreatiftas guru dalam menerapkan
pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan
dengan konteks sekolah yang dibinanya
Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara
pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana
ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di
Sekolah.
Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan
pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di
sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi
bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih
tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
SAMBUTAN
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS
DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT
DIRECTOR SCDRR
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah
tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia
telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional
Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 2009, sebagai komitmen dalam
mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang
merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2005 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 2009 tersebut, Pemerintah
telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko
bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun
2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang Undang Nomor
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah
dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan
turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)
melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia
tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri
telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau
yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in
Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5
tahun (2007 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana
menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk
mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana
kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan
melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan
dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan
pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko
bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh
masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik;
(4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program
pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran
publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah
bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di
tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan
kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal,
pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan
simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum
terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan
bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan
masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan
masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya
tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 2007).
Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan
kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan
dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana
kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa;
(2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru
dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang
terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana);
dan (6) Kondisi bangunan fsik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan,
tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko
bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga
bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun
Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional.
Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan
dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra
maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum,
Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan
pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul
ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal
integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional
ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah
disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi
pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan
sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL,
BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VI
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XIII
DAFTAR KOTAK XV
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Landasan dan Pedoman 1
1.1.1 Landasan Filosofs 4
1.1.2 Landasan Sosiologis 4
1.1.3 Landasan Yuridis 4
1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5
1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam
Sistem Pendidikan Nasional 6
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7
1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana
dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7
1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR 10
2.1 Fenomena Banjir di Indonesia 10
2.2 Peristiwa Banjir di Indonesia 14
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR 19
3.1 Pengurangan Risiko Bencana 19
3.1.1 Bencana 20
3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan
dan Kapasitas 22
Daftar Isi
x
3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 23
3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 24
3.2 Kesiapsiagaan Banjir 30
3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Banjir 30
3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Banjir 31
3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Banjir 31
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR 33
4.1 Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 33
4.2 Pemetaan Indikator Siswa 35
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 37
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN
RISIKO BANJIR KE DALAM KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DASAR (SMA/SMK/MA/MAK) 39
5.1 Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata
Pelajaran 39
5.1.1 Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 40
5.1.2 Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Mata Pelajaran Terintegrasi 43
5.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 70
5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mata Pelajaran Terintegrasi 80
5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar 85
5.2. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana pada Mata Pelajaran
Muatan Lokal (Mulok) 102
5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokal 102
5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105
5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam
Kegiatan Ekstrakurikuler 107
DAFTAR ISTILAH 110
DAFTAR PUSTAKA 114
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 34
Tabel 4.2 Indikator Prilaku Siswa untuk Pembelajaran
Pengurangan Risiko Banjir 36
Tabel 5.1 Identifkasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan
Risiko Banjir 42
Tabel 5.2 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk Mata Pelajaran Terintegrasi
Pengurangan Risiko Banjir 44
Tabel 5.3 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam
mata pelajaran Geograf 71
Tabel 5.4 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia 74
Tabel 5.5 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam
mata pelajaran Penjas Orkes 78
Tabel 5.6 Contoh Analisis Konteks Mata Pelajaran
Muatan lokal 104
Tabel 5.7 Contoh Analisis Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran
Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105
Tabel 5.8 Contoh Penyusunan Silabus Untuk mata pelajaran
Muatan Lokal 106
Daftar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia 10
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana 12
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun 2007 16
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana,
kerentanan, dan bahaya 20
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
di Yogyakarta, 2006 21
Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana
Berdasarkan Jenis Bencana 22
Daftar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAK
Kotak 5.1 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 81
Kotak 5.2 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 83
Kotak 5.3 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 84
Kotak 5.4 Contoh Model Bahan Ajar Integrasi
Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran 86
Daftar Kotak
xvi
1.1. Landasan dan Pedoman
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana
yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang;
dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema
Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana memberikan
suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan
sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi
tersebut menekankan perlunya mengidentifkasi cara-cara untuk membangun
ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-
pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang,
pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut
mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-
2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA).
Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas
secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun
kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan
negara dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya
pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan
pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan,
dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan
rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat
bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian
Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Untuk
membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifkasi lima Prioritas
Aksi yang spesifk: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas;
(2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya
keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5)
Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pengantar
2
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang
strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya.
Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifkasi cara-cara untuk
membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana
dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan
didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada
akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan
dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk_
kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian
yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan
jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-
anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana
sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 20052014 untuk Pendidikan bagi
Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable
Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal
dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan
aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir
efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang
pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para
perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah
tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis
masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana
mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan
menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh
pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7)
menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak
terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah yang
dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction)
hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-
anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama
yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana,
gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang
sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak
bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak
sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru,
pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain
itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab
atas isu manajemen bencana, Kemendiknas, para pemimpin politik di tingkat
nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa
disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
3
anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di
dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup
dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian
bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan
di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan
Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda,
yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan
tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-
anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak
bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan
keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana
alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu
bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi
generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-
mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah
membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan
perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan
pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu
dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal
ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun
individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan
di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/
regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi
secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya
ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka
kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di
segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak
melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan.
Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa
dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan
risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3)
ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan
menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan
diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
Pengantar
4
1.1.1. Landasan Filosofs
Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan
penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara flosofs, pengurangan risiko
bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik
Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak
setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2. Landasan Sosiologis
Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama
secara geografs, demografs dan geologis, Indonesia merupakan negara
rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti
kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada
terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana
itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan
dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan
bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan
yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan
tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping
itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua
tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran
yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta
pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam penanganan bencana.
1.1.3. Landasan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran
hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum
dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen
untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau
peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan
keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban
atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan
bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-
usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
5
1.1.4. Pedoman pengembangan produk
Program pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bertujuan untuk
meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam
melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan
peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam
kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial
modul dan modul pelatihan adalah:
1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.
5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009.
6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
(Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan
Penanganan Darurat).
9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan
Mendiknas No. 6 Tahun 2007.
13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balitbang Depdiknas.
14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi.
15. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP.
Pengantar
6
1.1.5. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem
Pendidikan Nasional
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan
kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah
dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan
kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17
menyebutkan:
1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di
bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang
mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK.
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar
sesuai dengan kondisi geografs dan demografs untuk daerah, kebutuhan,
potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No.
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan Pasal 1:
1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar
kompetensi lulusan.
3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh
kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan
pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
7
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan
bencana dalam terminologi pendidikan layanan khusus. Yakni pendidikan
bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat
yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak
mampu dari segi ekonomi.
1.2. Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko
Bencana
1.2.1. Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254
untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan,
mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk
pengurangan bencana (alam) telah diidentifkasi sebagai masalah inti yang
akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih
luas. Sebagaimana didefnisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, Pendidikan
sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran
etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat
diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan . Pendidikan dan pengetahuan
berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta
kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga
memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 2015 yang
menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari
prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat.
Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-
lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam
program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup
semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan
melalui identifkasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-
langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai
bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka
ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu:
1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan
hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.
2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan keterampilan hidup sosial
dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena
bencana.
Pengantar
8
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan
Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan pengurangan
risiko bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya
pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan
detik.
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan
pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR
sebagai berikut: Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah
proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat
dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko
bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas.
Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional
dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi
bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan
informal.
Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana
dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan
menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda
dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai
suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(2005-2015) dari PBB .
1.2.2. Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana
dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya
untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta
tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan
bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana.
Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar
dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko
bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah:
1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.
2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fsik, serta kerentanan
perilaku dan motivasi.
4 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.
5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara
individu maupun kolektif.
6 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
9
7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.
8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan
karena terjadinya bencana.
9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan
mendadak.
2.1. Fenomena Banjir di Indonesia
Dari aspek geologis, geografs, dan morfologis, Indonesia merupakan salah satu
wilayah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam
wilayah deretan gunung berapi Pasifk, yang bentuknya melengkung dari utara
Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia
Sumber; http://issacnewton.fles.wordpress.com
Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai sifat iklim tropis, namun secara mikro
tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua
sifat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak kepulauan
yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifk dan Benua Asia dan Australia.
Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasifk mengakibatkan terjadinya
musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia
mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh
terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu
terjadinya bencana banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia,
lempeng Pasifk dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat
tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di
sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR
BAB II
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
11
Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua.
Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera,
lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan
sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129
dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia
merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa
bumi.
Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dan sedikit
pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang
subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada
perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi
mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas
tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam,
maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah
perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah
sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang
seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya
banjir.
Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang
strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga
merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. Jajaran
gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi
yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan
tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir, tanah longsor
dan berbagai macam wabah penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman
kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun
belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan
sebagian besar daerah aliran sungai di Indonesia ini.

Fenomena dan peristiwa Banjir
12
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana
Sumber BMG dalam Bakornas PB 2007
Oleh karena itu, pengelolaaan yang tidak baik terhadap sumber daya alam dan
sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam
dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan
terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks. Pada
umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa
bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir,
tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah
penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan
teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran
bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia
akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik.
Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada
suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya.
Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan
menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi
karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman
bahaya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
13
Beberapa faktor utama yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian
besar akibat adanya bencana tersebut, yaitu:
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam.
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia terutama
pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat
yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia
bagian Timur.
Banjir merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah,
yang ketinggiannya melebihi batas normal. Banjir merupakan bahaya yang paling
luas menyebar. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi di atas normal
sehingga sungai-sungai meluap, bendungan yang bobol, pencairan salju yang
cepat, terhambatnya aliran air gelombang badai tropis atau karena adanya pipa-
pipa air yang pecah. Sebagian besar banjir bersifat merugikan terhadap tempat
hunian manusia.
Sebagai gejala atau proses alam, banjir sebenarnya merupakan hal yang biasa
terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan
pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran
sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai
ke hilir dalam jumlah besar. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang terjadi
di daerah pegunungan atau perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini, muatan
sedimen itu disebarkan sehingga membentuk dataran. Daerah persawahan pada
hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir ini,
dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk.
Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan. Daerah itu
mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan atau perbukitan.
Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah persawahan mengalami
penyuburan kembali secara alamiah.
Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir itu membentuk delta di muara-muara
sungai, dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang akhirnya menjadi lapisan-
lapisan batuan sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan batuan itu manusia
mendapatkan berbagai hal untuk kehidupannya. Sebagai contoh, minyak bumi
banyak didapatkan dari endapan delta.
Fenomena dan peristiwa Banjir
14
Banjir dapat menyediakan air untuk irigasi tanaman dan perikanan, dan menyediakan
cadangan-cadangan air musiman untuk menopang kehidupan di daratan-daratan
yang kering. Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana
bila proses itu berdampak kepada manusia sebagai korban dan menyebabkan
kerugian jiwa maupun materi.
Di Indonesia, banjir menjadi bencana yang mengancam setiap musim penghujan
mulai tiba. Sebagian besar kejadian banjir yang melanda di beberapa wilayah
Indonesia pada umumnya disebabkan karena debit air sungai yang sangat tinggi
hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya.
Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, banjir
juga terjadi karena perilaku manusia.
Pertumbuhan penduduk yang kian pesat telah menyebabkan munculnya daerah-
daerah rawan bencana yang padat penduduk dan risiko banjir terpaksa diterima
lantaran sulit menemukan wilayah lain yang aman untuk hidup, mengingat daerah-
daerah aman sudah penuh sesak. Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu
dengan pengelolaan sumberdaya yang kurang efektif telah menyebabkan timbulnya
tipe-tipe banjir baru. Daerah hulu sungai yang berhutan untuk menangkap lebihan
air sudah digunduli dan diubah menjadi bangunan tempat peristirahatan atau
menjadi lahan pertanian, sehingga lembah penampung itu menjadi jauh berkurang
dayanya untuk menahan air yang datang. Tanah yang kini tak lagi terikat oleh akar-
akar pepohonan jadi mudah longsor, menambah risiko bencana dan tebing-tebing
sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai benteng pengaman daerah
sekitarnya telah gundul, lalu runtuh, menyebabkan peningkatan aliran permukaan
sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau lebih
rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin mendadak dan makin
parah dampaknya.
Selain itu, di kota-kota besar seperti Jakarta bangunan sudah tidak terhitung lagi
jumlahnya. Dan boleh dikatakan hampir tidak ada tanah telanjang yang berfungsi
alamiah sebagai penyerap air. Hujan lebat langsung mengalir diatas permukaan
baik di halaman-halaman gedung yang sudah disemen, di tepi-tepi jalan aspal dan
sebagainya. Sementara itu, saluran-saluran air yang ada tidak berfungsi karena
kurangnya pemeliharaan. Air tidak bisa mengalir dan membanjiri daerah tersebut.
Perlu dipahami juga bahwa peningkatan banjir yang terjadi di Indonesia dan dunia,
saat ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim global yang sekarang sudah terjadi.
Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan suhu global bumi (suhu air
laut dan suhu udara) yang mengakibatkan pada pencairan es di kutub Utara dan
Selatan serta kenaikan air laut, perubahan arus laut, perubahan arah angin (badai
siklon dan puting beliung), perubahan curah hujan (intensitas ataupun durasi),
perubahan kelembaban udara yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap
tipe-tipe banjir yang telah disebutkan di depan.
2.2. Peristiwa Banjir di Indonesia
Kecenderungan bencana banjir di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan bahwa antara tahun 2003-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
15
2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi
merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3 persen dari total kejadian
bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering
terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti
oleh tanah longsor (16 persen).
Kejadian kekeringan, banjir serta tanah longsor yang terjadi di berbagai daerah di
negeri kita beberapa tahun belakangan ini seperti di Medan, Riau, Bogor, Bandung,
Jakarta, Aceh, Pakanbaru, Lampung, Banyumas, mulai meluas ke daerah-daerah lain.
Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki daerah langganan banjir, longsor
dan kekeringan yang semakin banyak dan meluas, tanpa bisa berbuat sesuatu
yang signifkan. Pada musim hujan kelebihan air dan saat musim kemarau sangat
kekurangan air.
Setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta
dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Rehabilitasi
dan rekonstruksi pascabencana mencakup bidang yang luas, seperti infrastruktur,
tataruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup, ekonomi dan ketenagakerjaan,
sistem dan mekanisme pendanaan, pendidikan, pemulihan ketertiban dan
keamanan masyarakat, hukum dan hak asasi, kelembagaan dan pemerintahan, dan
sosial budaya dan agama.
Tahun 2002 khususnya, akan diingat karena bencana banjir melanda hampir
seluruh wilayah Jakarta dan pengaruhnya yang luar biasa terhadap masyarakat,
harta benda, serta kegiatan ekonomi. Wilayah Pulau Jawa merupakan wilayah yang
mengalami dampak paling parah akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi
pada tahun 2002 yang lalu. Dari hasil investigasi yang dilakukan, bencana alam di
Pulau Jawa mencakup hampir seluruh wilayah, yakni DKI Jakarta, Ciamis, Subang,
Bogor, Karawang dan Majalengka (Jabar), Kota dan Kabupaten Tangerang (Banten),
Jalur pantura (Brebes, Pemalang, Kendal, Semarang), Kebumen, Cilacap, Pati dan
Kudus (Jateng), Lumajang, Banyuwangi, Bojonegoro, pacitan, Tulungagung,
Trenggalek, Surabaya, Malang, Nganjuk, Pasuruan, Gresik, Lamongan, Situbondo
dan Bondowoso (Jatim).
Secara fsik, bencana tersebut juga telah mengakibatkan hampir 37.970 Ha
kawasan permukiman tergenang dan 42.844 Ha sawah tergenang. Dampak ini
menjadi kelihatan lebih serius apabila biaya-biaya sosial dan korban jiwa juga
diperhitungkan.
Dari Bengkulu dilaporkan saluran induk yang melayani sawah semiteknis seluas
100 ha jebol sepanjang 70 meter, terutama yang melewati Desa Karangpinang,
Kecamatan Padang Ulak Tanding (Rejanglebong). Menurut Kepala Dinas PU TkI
Bengkulu, ada sekitar 49 daerah irigasi yang rusak karena banjir musim hujan tahun
lalu (Kompas,16/11).
Demikian pula Banjir di Jakarta tahun 2007 (Wikipedia) adalah bencana banjir
yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. yang
mengakibatkan lebih 50 orang meninggal dunia.
Fenomena dan peristiwa Banjir
16
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun2007
Sumber: BBC Indonesia.com 2007
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung
sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari,
ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari
Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir
60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga
5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Dampak pemanasan global yang memicu
terjadinya perubahan iklim memang telah dan akan membawa dampak yang luas
terhadap manusia dan lingkungan.
Kemudian banjir di wilayah DKI Jakarta beberapa hari ini telah melumpuhkan
lalu lintas, stasiun KA Tanahabang, dan merusak berbagai sarana lainnya. Padahal,
banjir yang terjadi ini hanya merupakan luapan dua dari 13 sungai yang membelah
kota Jakarta, yaitu Sungai Pesanggrahan dan Ciliwung. Sejauh ini, sudah tiga orang
tewas akibat luapan Sungai Ciliwung.
Di Kabupaten Sragen-Jawa Tengah, ada sepuluh kecamatan di daerah tersebut
yang termasuk sebagai daerah rawan banjir dari 20 kecamatan yang ada. Sepuluh
kecamatan tersebut selalu mengalami banjir setiap tahun di musim hujan.
Di Sumatera, wilayah dengan potensi banjir tinggi di Kabupaten Solok dan Kota
Padang, Sumatera Barat. Sementara potensi banjir menengah tersebar di Tanah
Datar, Kampar, Rengat, Pasi Penyu, Peranap (Indragiri Hulu) di Provinsi Riau, serta
Sumber Jaya, Jabung, dan Sidomulyo di Jambi. (GSA).
Sementara itu, 5.000 Rumah Terendam Banjir di Cirebon. Sedikitnya 5.000 rumah
dan 450 hektare lahan pertanian di empat Desa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten
Cirebon terendam banjir hingga ketinggian 1.5 meter yang terjadi pada 19 Januari
2008. Banjir yang juga merendam Jalan Pantura diakibatkan dari hujan deras serta
luapan dan air sungai dan jebolnya tanggul Sungai Bondet, Sungai Condong
dan Sungai Simuntuk. Empat Desa yang terendam banjir masing-masing adalah,
Desa Grogol, Kalisapu, Wanakaya, dan Desa Astana. Lokasi banjir yang paling
parah terdapat di Desa Wanakaya, ditempat itu sedikitnya 1400 Kepala Keluarga
diungsikan ketempat-tempat evakuasi dan rumah penduduk di desa tetangga
yang tidak terkena banjir. Di tempat itu juga sekitar 1200 hektar lahan pertanian
terendam.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
17
Di Tahun 2009 ini saja peristiwa banjir telah terjadi di berbagai daerah. Di Riau
misalnya, pada tanggal 17 April 2009 banjir melanda Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
Sekitar 2.755 rumah warga di 50 desa terendam banjir akibat hujan dan meluapnya
Sungai Indragiri dan Sungai Kuala Cinaku. Daerah paling parah dilanda banjir di
Indragiri Hulu adalah permukiman penduduk di Desa Redang dan Danau Baru,
Kecamatan Rengat Barat. Ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian air
mencapai 1 meter. Banjir juga menenggelamkan sejumlah akses jalan. Akibatnya,
aktivitas warga lumpuh total. Satu-satunya transportasi menuju lokasi banjir adalah
dengan menggunakan perahu karet dan sampan. Banjir sudah merendam ribuan
rumah warga dan sekitar 264 hektare lahan pertanian.
Pada tanggal 26 November 2009, banjir melanda Kecamatan Banjarsari Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten. Jalan yang menghubungkan antardesa terputus akibat
genangan air setinggi 1,5meter.
Dari berbagai gambaran di atas, setiap bencana menimbulkan permasalahan
kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat
dinilai dengan materi. Bencana yang umumnya terjadi dalam waktu singkat
menghancurkan hasil pembangunan yang telah dirintis dan diperjuangkan dalam
waktu yang lama. Selain menimbulkan korban jiwa, bencana menghancurkan
perumahan, area pertanian dan perkebunan, infrastuktur perekonomian,
infrastruktur publik, komunikasi dan transportasi, instalasi pengadaan air dan energi,
serta bidang-bidang penting dan strategis lainnya. Bencana meluluhlantakkan
seluruh aspek kehidupan manusia.
Pada hakekatnya semua jenis bencana, baik yang disebabkan oleh alam, non alam
dan bencana sosial selalu berpotensi mengancam kehidupan seperti timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
bagi masyarakat. Mengingat kondisi geografs, geologis, hidrologis, dan demografs
di wilayah Indonesia, maka diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik ketika bencana itu sedang
terjadi, sudah terjadi maupun bencana yang berpotensi terjadi di masa yang akan
datang. Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah
dalam melindungi segenap warga dengan tujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap kehidupan dan penghidupan, termasuk perlindungan atas korban
bencana, kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penanganan bencana pada
saat ini cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain
paradigma penanganan bencana yang bersifat parsial, sektoral dan kurang terpadu,
disamping itu masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas
pemberian bantuan fsik dan dilakukan hanya pada fase kedaruratan. Pada bagian
lain, perubahan pada sistem pemerintahan serta semakin terlibatnya organisasi non
pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan memerlukan perubahan mendasar
pada sistem penanganan bencana.
Dalam hal sosialisasi siaga bencana, dibutuhkan kerja sama yang baik antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai ke masyarakat atau
Fenomena dan peristiwa Banjir
18
kawasan yang rawan bencana. Indonesia merupakan negeri rawan bencana
sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar.
Selain itu, dalam kaitan dengan kondisi geografs Indonesia yang rawan bencana
alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan
menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi
tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana
datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu
bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik
juga perlu diajarkan tentang kondisi geografs dan sosial wilayah Indonesia dan
diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti
mereka lakukan saat bencana terjadi. Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata
pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.
3.1. Pengurangan Risiko Banjir
Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia
akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman
penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana
alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya
risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami
dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor,
kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia,
penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan
industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana
akibat ulah manusia terkait dengan konfik antar manusia akibat perebutan
sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan
kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu
daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang
berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir
tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran
kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya.
Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan
menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi
karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman
bahaya.
Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun.
Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih
berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir.
Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang
memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang
melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa
faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam.
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR
Pengurangan Risiko Banjir
20
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
3.1.1. Bencana
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen,
ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga
menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan
kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk
menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial
ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang
ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fsik, sosial ekonomi dan
lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap
dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya
akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka,
kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian
dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi
antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.
Atau disebut pula dalam Undang-undang Penanganan Bencana No. 24 tahun
2007 bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. .
Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian
suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada
kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang
melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi
dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu
bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan
kapasitas.
Terjadinya Bencana
Bahaya
Kerentanan
Kejadian
RISIKO
BENCANA
BENCANA
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana,
kerentanan, dan bahaya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
21
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana
alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam,
contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana
akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilafan manusia
seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana
yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia
sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.
Bahaya
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan
potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada
antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir,
tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama
dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain
pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi
bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi
bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak
menguntungkan bagi negara Indonesia.
Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi
bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator
misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan
bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat
tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase
bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan
jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan
Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.
Pengurangan Risiko Banjir
22
3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas
Banjir, 38 %
Gempa Bumi,
31 %
Kebakaran,
17 %
Epidemik,
4 %
Mass
movwet,
2 %
Letusan
Gunung Api,
3 %
Kekeringan,
6 %
Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan
jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 2008. Kejadian bencana
di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa
Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman
bencana.
Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat
besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin
mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik,
maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan
tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan
dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat
gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta D.I Yogyakarta dan Jawa
Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya;
hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa
Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang
melingkupi.
Ancaman Bencana
Ancaman bencana seperti yang tertuang dalam UU RI No. 24 Tahun 2007
tentang Penanganan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman
bencana merupakan:
1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau
lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan
manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.
2. Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan
kerugian fsik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan
kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan
budi daya atau industri.
Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan
akibat kondisi lingkungan yang rentan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
23
Kerentanan
Kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan
atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak
suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan
kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah :
1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta
penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan
bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya
adalah lemahnya aparat penegak hukum;
2. Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui
penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam
upaya-upaya pengurangan risiko bencana
3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat,
Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur
serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena
kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan
rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di
lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai,
bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan
contoh kerentaan suatu lingkungan
Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana.
Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya:
1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor
2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat
menyebabkan banjir
3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat
menyebabkan longsor,
4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor
5. Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa
6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana mengevakuasi kalau terjadi
gempa
7. Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang
lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.
3.1.3. Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko
bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-
faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan
terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan
lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan
terhadap kejadian yang merugikan.
Pengurangan Risiko Banjir
24
3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Mitigasi Bencana
Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan
strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam
sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan
biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan
oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat
meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem
pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut :
1. Identifkasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana
tersebut.
2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimiliki
oleh pemegang kebijakan.
3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara
berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.
4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.
5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan code
dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.
6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko.
7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman
risiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang
lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari
banjir, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya banjir tersebut.
Dampak Banjir
Banjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain
dampak fsik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
1. Dampak fsik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor
pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.
2. Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental,
menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-
anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor
pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-
kebutuhan dasar lainnya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
25
3. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan
ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau
transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar
yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak
akibat terbawa banjir.
5. Dampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa kerugian
harta benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi
perekonomian masyarakat dan pembangunan masyarakat secara
keseluruhan, terutama kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007).
Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada
beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan
tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut:
1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah
dan penduduk terisolasi.
2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya
dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya
jalannya pemerintahan.
3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak
berfungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak
dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4. Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,
jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas
umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata,
persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/
jaringan irigasi.
Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit
akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini
dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang
bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun
septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya
lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya
penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai
penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit
yang luar biasa. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh
& daya tahan terhadap stress (Wijaya. 2008).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008)
tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan:
1. Polusi udara berdampak sakit batuk sesak.
2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan diare akut.
3. Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi
menularkan kuman pes dan leptospira.
Pengurangan Risiko Banjir
26
4. Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira.
5. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang
menularkan virus dengue maupun Chikungunya.
6. Dampak trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama dengan
dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang.
Di sisi lain, banjir dapat menguntungkan karena:
1. Banjir bisa menggelontor bahan-bahan pencemar air yang mengendap
menyumbat saluran air.
2. Banjir bisa menjaga kelembaban tanah dan mengembalikan kelembaban
tanah tandus / kering.
3. Banjir bisa menambah cadangan air tanah.
4. Pengendapan lumpur banjir dapat meningkat kesuburan tanah.
5. Banjir dapat menjaga lingkungan hayati (ekosistem) sungai dengan cara
menyediakan tempat bersarang, berbiak dan makan bagi ikan, burung dan
binatang-binatang liar.
6. Banjir menyebabkan banyaknya kerugian. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko akibat
terjadinya banjir. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
7. Pemberian informasi mengenai perkiraan tingkat kenaikan permukaan
air sungai. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar peringatan akan
adanya bahaya banjir dan sebagai rencana untuk melakukan pengungsian
serta untuk pengaturan tata ruang daerah misalnya corak pembangunan
apa dan kegiatan pertanian apa yang boleh berlangsung.
8. Melakukan antisipasi akan ancaman bencana banjir yaitu dnegan
memperhatikan hal-hal berikut : (1) Analisis kekerapan banjir, artinya
seberapa sering wilayah tersebut kebanjiran, (2) Pemetaan tinggi rendah
permukaan tanah (topograf), (3) Pemetaan bentangan daerah seputar
sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan kemampuan
sungai itu untuk menampung lebihan air, (4) Catatan pemantauan lelehan
salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu, (5) Kemampuan tanah untuk
menyerap air, (6) Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan
pantai / pesisir). Kekerapan badai, (7) Geograf pesisir / pantai, (8) Ciri-ciri
banjir, dan (9) Mengetahui Jalur banjir agar kita siap jika terjadi acamanan
banjir.
9. Melakukan Kerja bakti membersihkan saluran air.
10. Membuang sampah pada tempatnya.
11. Mengadakan reboisasi/penghijauan atau penanaman tanaman (hutan
resapan) di kawasan hulu DAS dan penanaman tanaman keras di
sepanjang bantaran sungai. Jika hal itu dilakukan akan diperoleh beberapa
hal. Pertama, berkurangnya laju aliran permukaan. Kedua, perbesaran
laju infltrasi air. Ketiga, peminimalan erosi. Keempat, penambahan kadar
oksigen dalam udara, dan kelima, penambahan hasil buah dan kayu.
12. Pembuatan tampungan air (situ/embung) atau sumur resapan. Pada
musim hujan, prasarana itu sebagai tempat penampungan air dan pada
musim kemarau berfungsi sebagai sumber air cadangan irigasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
27
13. Melaksanakan program normalisasi sungai dengan pembuatan turap tebing
sungai (beronjong) dalam rangka mencegah longsor dan memperbesar
daya tampung air, di samping pengerukan sediment dari dasar sungai.
14. Mengembangkan kembali bangunan rumah panggung untuk daerah-
daerah yang memang berkecenderungan menperoleh bencana banjir,
15. Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa hari
sampai satu hari sebelum terjadi dengan menginformasikan pada instansi
terkait. Dalam hal ini dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi
curah hujan sesaat, sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir.
Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi
hingga H minus 4.
16. Melakukan perlindungan, pemeliharaan dan perbaikan sarana-sarana yang
berada pada jalur dan kawasan yang dikhawatirkan rentan banjir
17. membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi
18. Memberi pengertian akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah
terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar
dari banjir.
19. Melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang
tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui
tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir.
20. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui
orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan.
21. Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai
yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir
atau petunjuk kedalaman genangan air.
22. Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan
aman.
23. Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi,
sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir maksimum
24. Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam
rumah, dan matikan listrik dari meterannya.
25. Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.
26. Memperhatikan kebersihan air yang digunakan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa:
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
1. prabencana;
2. saat tanggap darurat; dan
3. pasca bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana
meliputi:
Pengurangan Risiko Banjir
28
1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan
2. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi
bencana sebagaimana dimaksud meliputi:
1. perencanaan penanggulangan bencana;
2. pengurangan risiko bencana;
3. pencegahan;
4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5. persyaratan analisis risiko bencana;
6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
7. pendidikan dan pelatihan; dan
8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
3. analisis kemungkinan dampak bencana;
4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
dan
6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk
yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi
bencana. Kegiatan meliputi:
1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
3. pengembangan budaya sadar bencana;
4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan
5. penerapan upaya fsik, nonfsik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
Pencegahan meliputi:
1. identifkasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya
bencana;
3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau
berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat
diidentifkasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
29
siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru,
sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:
1. Menyusun Program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap
Bencana.
2. Menyusun rencana aksi sekolah, seperti.
3. perencanaan penanggulangan bencana;
4. pengurangan risiko bencana;
5. pencegahan;
6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
7. persyaratan analisis risiko bencana;
8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
9. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
analisis kemungkinan dampak bencana;
pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan
alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak
buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang
tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:
pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
pengembangan budaya sadar bencana;
peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan
penerapan upaya fsik, nonfsik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
11. Pencegahan meliputi:
identifkasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya
atau ancaman bencana;
kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber
bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/
atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya
bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pengurangan Risiko Banjir
30
3.2. Kesiapsiagaan Banjir
Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Sebagai contoh: membangun sistem peringatan dini, penyiapan
jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana.
Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi
dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, kesiapsiagaan dimulai
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing.
2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana.
3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik
sebelum, pada saat dan sesudah bencana.
4. Di sekolah, guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan bencana banjir
kepada siswa.
3.2.1. Tindakan sebelum terjadi banjir
1. Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan
beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan jika
terjadi bencana.
2. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila
terjadi bencana banjir.
3. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota
keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
4. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang
dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biscuit, air minum, kotak kecil
berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan
korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga,
fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-
nomor telepon penting.
5. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
Buat sumur resapan bila memungkinkan.
Tanam lebih banyak pohon besar.
Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi
banjir.
Membangun sistem peringatan dini banjir.
Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan
bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan.
Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan.
Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
31
Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga
daerah resapan air.
3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Banjir
1. Jangan panik.
2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan
bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus
terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan
harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta
mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena
bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar
biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera
selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang
tinggi.
5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang
bisa mengapung sebisanya.
6. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.
8. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga
tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar
untuk tindakan selanjutnya.
10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
11. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
13. Menggunakan air bersih dengan efsien.
3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya Banjir
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara
lain:
1. Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi meraka
yang kehilangan tempat tinggalnya.
2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL).
5. Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan
pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik
kesehatan dan bahan makanan.
6. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap
bekerja pada saat terjadi banjir.
Pengurangan Risiko Banjir
32
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
8. Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman
misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat
kamu yang memerlukan bantuan.
10. Mencari anggota keluarga.
11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan
menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
12. Membersihkan lumpur
13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur
terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air
banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
4.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Muatan Pendidikan PRB untuk siswa SMA disusun dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannya
Muatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang
lain agar selamat ketika banjir terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat
dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat pada
peserta didik.
2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkungan
Setiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh
karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan
dengan kebutuhan pendidikan PRB.
3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Pengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat
diperlukan, termasuk kearifan lokal yang ada.
4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat bajir
Muatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan
kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya banjir. Untuk itu diperlukan
pengetahuan dan pemahaman terjadinya banjir, zona rawan banjir, hal-hal
yang terjadi ketika dan setelah banjir.
5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi
bahaya bencana yang diakibatkan banjir
Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan
BAB IV
MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN
RISIKO BANJIR
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
34
mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik
yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang
secara optimal, agar selamat ketika banjir terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum
disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta
didik.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi
yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.
7. Belajar sepanjang hayat
Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko banjir untuk setiap jenjang
kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II II III III
Banjir
a. Pengertian Banjir,
b. Jenis Banjir
c. Penyebab banjir
d. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global
- Iklim mulai tidak stabil
- Peningkatan permukaan laut
- Suhu global cenderung meningkat
- Gangguan Ekologis
- Dampak sosial dan politik
- Gas Rumah Kaca
- Dampak pemanasan global bagi Indonesia
- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi
kekeringan dan banjir
- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan
- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan
- Metode memanen hujan dengan modikasi landsekap
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir
- Dampak sik
- Dampak sosial
- Dampak ekonomi
- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V V V V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap
jenjang kelas adalah sebagai berikut:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
35
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II II III III
Banjir
a. Pengertian Banjir,
b. Jenis Banjir
c. Penyebab banjir
d. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global
- Iklim mulai tidak stabil
- Peningkatan permukaan laut
- Suhu global cenderung meningkat
- Gangguan Ekologis
- Dampak sosial dan politik
- Gas Rumah Kaca
- Dampak pemanasan global bagi Indonesia
- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi
kekeringan dan banjir
- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan
- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan
- Metode memanen hujan dengan modikasi landsekap
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir
- Dampak sik
- Dampak sosial
- Dampak ekonomi
- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V V V V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap
jenjang kelas adalah sebagai berikut:
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II II III III
Banjir
a. Pengertian Banjir,
b. Jenis Banjir
c. Penyebab banjir
d. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global
- Iklim mulai tidak stabil
- Peningkatan permukaan laut
- Suhu global cenderung meningkat
- Gangguan Ekologis
- Dampak sosial dan politik
- Gas Rumah Kaca
- Dampak pemanasan global bagi Indonesia
- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi
kekeringan dan banjir
- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan
- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan
- Metode memanen hujan dengan modikasi landsekap
- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir
- Dampak sik
- Dampak sosial
- Dampak ekonomi
- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V V V V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap
jenjang kelas adalah sebagai berikut:
4.2. Pemetaan Indikator Siswa
Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai
berikut :
1
.

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

d
a
n

m
e
l
a
k
u
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
r
a
k
t
i
s

u
n
t
u
k

m
e
n
g
h
i
n
d
a
r
i

d
a
n
m
e
n
y
e
l
e
m
a
t
k
a
n

d
i
r
i

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a

1
.
1

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

b
e
n
c
a
n
a

d
a
n

c
a
r
a

p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
n
y
a
M
e
m
p
r
a
k
t
e
k
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
,

m
e
n
g
h
i
n
d
a
r
i

d
a
n

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
i
r
i

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

p
e
n
y
e
b
a
b

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
e
n
a
l

g
e
[
a
l
a

a
w
a
l

a
k
a
n

t
e
r
[
a
d
l

b
e
n
c
a
n
a
-

T
a
n
g
g
u
n
g

[
a
w
a
b

d
a
n

s
l
a
p

b
e
k
e
r
[
a
s
a
m
a

d
a
l
a
m

m
e
m
b
a
n
t
u

u
p
a
y
a

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

p
e
n
g
u
n
g
s
l
a
n
-

M
e
n
g
e
n
a
l
l

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l
,

[
a
l
a
n

y
a
n
g

t
e
r
g
e
n
a
n
g

a
l
r

d
a
n

y
a
n
g

m
a
s
l
h

b
l
s
a

d
l
l
e
w
a
t
l
2
.

B
e
k
e
r
j
a

s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

t
e
m
a
n
,

s
e
k
o
l
a
h
,

o
r
g
a
n
i
s
a
s
i

s
e
t
e
m
p
a
t

a
t
a
u
p
u
n

d
e
n
g
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
n

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h

d
a
l
a
m

u
p
a
y
a

m
e
m
b
a
n
t
u

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a
2
.
1

M
e
m
p
r
a
k
t
e
k
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

d
i

d
a
e
r
a
h

r
e
n
t
a
n

b
e
n
c
a
n
a
2
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
e
k
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

b
e
k
e
r
j
a

s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

t
e
m
a
n
,

s
e
k
o
l
a
h
,

o
r
g
a
n
i
s
a
s
i

s
e
t
e
m
p
a
t

a
t
a
u
p
u
n

d
e
n
g
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
n

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
-

K
e
r
[
a

b
a
k
t
l

m
e
m
b
e
r
s
l
h
k
a
n

s
a
l
u
r
a
n

a
l
r
-

M
e
n
a
n
a
m

p
o
h
o
n
/
p
e
n
g
h
l
[
a
u
a
n

d
l

s
e
p
a
n
[
a
n
g

D
A
S
-

T
l
d
a
k

m
e
m
b
u
a
n
g

s
a
m
p
a
h

s
e
m
b
a
r
a
n
g
a
n
-

M
e
m
b
e
r
l

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n

a
k
a
n

a
n
c
a
m
a
n

b
e
n
c
a
n
a

t
e
r
m
a
s
u
k

b
e
n
c
a
n
a

y
a
n
g

p
e
r
n
a
h

t
e
r
j
a
d
i

d
a

n

m
e
n
g
e
t
a
h
u
i

l
e
t
a
k

d
a
e
r
a
h

a
p
a
k
a
h

c
u
k
u
p

t
i
n
g
g
i

u
n
t
u
k

t
e
r
h
i
n
d
a
r

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
y
l
a
p
k
a
n

a
l
a
t
-
a
l
a
t

u
n
t
u
k

e
v
a
k
u
a
s
l
l
.

M
e
m
a
h
a
m
l

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
l
a
k
u
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
r
a
k
t
i
s

u
n
t
u
k

m
e
n
g
h
i
n
d
a
r
i

d
a
n

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
i
r
i

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a
1
.
1

M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
r
a
k
t
i
s

u
n
t
u
k

m
e
n
g
h
i
n
d
a
r
i

d
a
n

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
i
r
i

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
m
p
e
r
s
l
a
p
k
a
n

t
a
s

s
l
a
g
a

b
e
n
c
a
n
a

y
a
n
g

b
e
r
l
s
l

k
e
p
e
r
l
u
a
n

y
a
n
g

d
l
b
u
t
u
h
k
a
n
,

s
e
p
e
r
t
l

m
a
-
k
a
n
a
n

k
e
r
l
n
g

s
e
p
e
r
t
l

b
l
s
c
u
l
t
,

a
l
r

m
l
n
u
m
,

k
o
t
a
k

k
e
c
l
l

b
e
r
l
s
l

o
b
a
t
-
o
b
a
t
a
n

p
e
n
t
i
n
g
,

l
a
m
p
u

s
e
n
t
e
r

d
a
n

b
a
t
e
r
a
i

c
a
d
a
n
g
a
n
,

L
i
l
i
n

d
a
n

k
o
r
e
k

a
p
i
,

k
a
i
n

s
a
r
u
n
g
,

s
a
t
u

p
a
s
a
n
g

p
a
k
a
i
a
n

d
a
n

m
a
s
u
k
k
a
n

j
a
s

h
u
j
a
n
,

s
u
r
a
t

b
e
r
h
a
r
g
a
,

f
o
t
o
k
o
p
l

t
a
n
d
a

p
e
n
g
e
n
a
l

y
a
n
g

d
l
k
a
n
t
o
n
g

p
l
a
s
t
l
k
,

s
e
r
t
a

n
o
m
o
r
-
n
o
m
o
r

t
e
l
e
p
o
n

p
e
n
t
i
n
g
-

M
e
m
b
a
n
g
u
n

a
t
a
u

m
e
n
e
t
a
p
k
a
n

l
o
k
a
s
l

d
a
n

[
a
l
u
r

e
v
a
k
u
a
s
l

b
l
l
a

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r
1
.

M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
a
n
g
g
a
p

d
a
r
u
r
a
t
M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
l

d
a
n

r
e
k
o
n
t
r
u
k
s
i

s
e
d
e
r
h
a
n
a
P
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

d
i
r
i

d
a
r
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n


a
l
a
t

t
e
k
n
o
l
o
g
l

u
n
t
u
k

k
o
m
u
n
l
k
a
s
l

s
e
b
a
g
a
l

t
a
n
d
a

s
l
a
g
a

b
e
n
c
a
n
a
,

m
i
s
a
l
n
y
a

k
e
n
t
o
n
g
a
n
,

s
i
r
e
n
e
,

H
P
.
-

M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
l

d
a
n

r
e
k
o
n
t
r
u
k
s
l

s
e
d
e
r
h
a
n
a

a
k
l
b
a
t

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
[
a
u
h
l

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
l
n

d
a
e
r
a
h

b
e
n
c
a
n
a
.

S
e
g
e
r
a

s
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

b
e
r
l
a
r
i

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
i
n

m
e
n
u
j
u

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

t
i
n
g
g
i
-

|
k
u
t

m
e
n
d
l
r
l
k
a
n

t
e
n
d
a

d
a
r
u
r
a
t

d
a
n

d
a
p
u
r

u
m
u
m
-

P
e
h
a
b
l
l
l
t
a
s
l

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
S
K
K
D
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
|
X
X
X
|
K
E
L
A
S
8
.

P
e
m
e
t
a
a
n

|
n
d
l
k
a
t
o
r

S
l
s
w
a
K
o
m
p
e
t
e
n
s
l

t
e
r
s
e
b
u
t

d
a
p
a
t

d
l
e
l
a
b
o
r
a
s
l

k
e

d
a
l
a
m

l
n
d
l
k
a
t
o
r
-
l
n
d
l
k
a
t
o
r

s
e
b
a
g
a
l

b
e
r
l
k
u
t

:
T
a
b
e
l

4
.
2

I
n
d
i
k
a
t
o
r

P
r
i
l
a
k
u

S
i
s
w
a

u
n
t
u
k

P
e
m
b
e
l
a
j
a
r
a
n

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
a
n
j
i
r
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
37
4.3. Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam rangka persiapan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko
bencana banjir, perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
1. Berpusat pada kondisi daerah potensi bencana dan jenis bencana yang
terjadi serta kebutuhan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan
penanggulangan bencana.
2. Pendidikan PRB mengikuti prinsip beragam yaitu dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan daerah potensi bencana serta integrasi
dengan matapelajaran IPA, IPS, Penjaskes, Agama, Muatan Lokal dan
Pengembangan Diri. Dimungkinkan pula untuk dikembangkan dalam
materi pengembangan diri atau dapat bentuk kegiatan temporer, bahkan
dalam bentuk lainnya.
3. Tanggap terhadap perkembangan dengan memperhatikan perkembangan
kondisi wilayah setempat, kemajuan iptek, dan pengembangan potensi
daerah setempat.
4. Relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat agar dapat diterapkan
dalam situasi yang membutuhkan.
5. Pendidikan PRB disusun untuk dipergunakan dan dikembangkan dengan
berkesinambungan sehingga memuat pengetahuan dan pemahaman
yang komprehensif dan melekat dalam kehidupan siswa.
Tahap pelaksanaan
Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:
1. Berorientasi pada perkembangan anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang
sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu
yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual.
Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan
cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke
abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan anak dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua
aspek perkembangan anak. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan
pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan
kebutuhan masing-masing anak.
3. Menggunakan pendekatan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-
kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin
tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal
baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis,
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
38
mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam
situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode,
materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.
4. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak,
perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain
lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh
pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan
agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan
sekitarnya.
5. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan
kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang
berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan
sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk
kelangsungan hidupnya.
Pendekatan pembelajaran di atas sangat bermanfaat bagi peserta didik,
karena:
1. Belajar lebih efektif/mendalam
2. Anak lebih kritis dan kreatif
3. Suasana dan pengalaman belajar bervariasi
4. Meningkatkan kematangan emosional/sosial
5. Produktivitas siswa tinggi
6. Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses menolong
korban bencana banjir
5.1. Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Banjir dalam
Mata Pelajaran
Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat
SMA/SMK/MA/MAK sebagai berikut :
1. Identifkasi materi pembelajaran tentang PRB
Konsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya:
IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes.
2. Analisis KD yang memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB
Kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan
dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini
disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan
pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain
yang punya karakteristik yang sama.
Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat
berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai
bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khususnya
peserta didik.
Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap
mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta
penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari
terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi
bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang
dalam mengurangi dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu
terjadi, dan lain-lain.
3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRB
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan
dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).
BAB V
PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK
PENGURANGAN RISIKO BANJIR KE DALAM
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
MENENGAH (SMA/SMK/MA/MAK)
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
40
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya.
Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya
adalah sebagai berikut.
Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat
diintegrasikan dengan PRB.
Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK
yang diintegrasikan.
Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (dengan mengacu pada
SK dan KD).
Mengidentifkasi materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan PRB
gempa bumi.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi,
seperti penyampaian informasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan
diri, pertolongan pertama, dan lainnya.
Menentukan jenis penilaian.
Menentukan alokasi waktu.
Menentukan sumber belajar yang berhubungan dengan PRB gempa
bumi.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu manejemen
pembelajaran yang berisi kebijakan strategik tentang pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen
yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat evaluasi,
dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling
berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana
(PRB).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuai kan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP
yang terintegrasi PRB gempa disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan
materi ajar PRB gempa bumi.
Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut.
5.1.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka
memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
41
Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Prinsip relevansi: materi pembelajaran hendaknya relevan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampaun
yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau
prinsip ataupun jenis materi yang lain.
2. Prinsip konsistensi: jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada
empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.
Materi pembelajaran ditentukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifkasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Ranah kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
Ranah psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak
awal, semi rutin, dan rutin.
Ranah afektif (sikap) jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2. Identifkasi jenis-jenis materi pembelajaran
Materi pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dapat mencakup
tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kita akan mencoba mengidentifkasi materi pembelajaran tentang PRB
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Potensi peserta didik;
Relevansi dengan karakteristik daerah; daerah dengan karakteristik
rawan bencana dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan
kompetensi dasar). Pada saat mengidentifkasi materi pembelajaran
ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi pembelajaran yang
sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah tersebut.
Tingkat perkembangan fsik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
Kebermanfaatan bagi peserta didik
Struktur keilmuan;
Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta sesuai dengan
tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat dimasukkan ke
dalam silabus yang disusun.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
42
Contoh:
- Tanda-tanda bencana akan terjadi
- Tindakan penyelamatan disaat bencana terjadi
- Tindakan yang harus dilakukan sesaat setelah bencana terjadi
Alokasi waktu.
Tabel berikut ini adalah identifkasi materi pelajaran tentang PRB yang
dikelompokkan ke dalam tiga tahapan bencana yaitu: sebelum terjadi bencana,
saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana.

Tabel 5.1: Identifkasi Materi Pembelajaran tentang pengurangan risiko banjir
Materi Pembelajaran Tahapan Peristiwa Bencana No.
- Pengertian atmosfer
- Curah hujan
- Proses siklus air
- Pelapukan
- Erosi
- Sedimentasi atau
Pengendapan
- Pengertian sumber
daya alam
- dan pemanfaatnya
secara arif.
- Kelangkaan sumber
daya alam (tanah, laut,
sungai, danau, rawa,
situ, hutan)
- Jenis sumber daya
alam dan dampaknya
terhadap pelestarian
lingkungan.
- Alat evakuasi
sederhana tali temali,
rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana 1
- Kerjasama dalam
menghadapi
tantangan alam yang
berat dan ganas,
misalnya banjir
bandang
- Menggunakan alat
teknologi untuk
komunikasi sebagai
tanda siaga bencana.
Misalnya kentongan,
sirene, HP. (Sejarah Klas
XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana 2
- Pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan
- Teknologi
keseimbangan
lingkungan.
- Mengatasi pencemaran
lingkungan
- Membuat sumur
resapan dan mengurangi
penggunaan alat
teknologi sumur injeksi
- Faktor tata wilayah dan
pembangunan sarana-
prasarana seperti : hotel
yang dibangun di tebing
sungai perumahan tanpa
ada jalur hijau , mall, jalan
tol, tanggul.
- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana 3
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
43
Materi Pembelajaran Tahapan Peristiwa Bencana No.
- Pengertian atmosfer
- Curah hujan
- Proses siklus air
- Pelapukan
- Erosi
- Sedimentasi atau
Pengendapan
- Pengertian sumber
daya alam
- dan pemanfaatnya
secara arif.
- Kelangkaan sumber
daya alam (tanah, laut,
sungai, danau, rawa,
situ, hutan)
- Jenis sumber daya
alam dan dampaknya
terhadap pelestarian
lingkungan.
- Alat evakuasi
sederhana tali temali,
rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana 1
- Kerjasama dalam
menghadapi
tantangan alam yang
berat dan ganas,
misalnya banjir
bandang
- Menggunakan alat
teknologi untuk
komunikasi sebagai
tanda siaga bencana.
Misalnya kentongan,
sirene, HP. (Sejarah Klas
XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana 2
- Pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan
- Teknologi
keseimbangan
lingkungan.
- Mengatasi pencemaran
lingkungan
- Membuat sumur
resapan dan mengurangi
penggunaan alat
teknologi sumur injeksi
- Faktor tata wilayah dan
pembangunan sarana-
prasarana seperti : hotel
yang dibangun di tebing
sungai perumahan tanpa
ada jalur hijau , mall, jalan
tol, tanggul.
- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana 3
Materi Pembelajaran Tahapan Peristiwa Bencana No.
- Pengertian atmosfer
- Curah hujan
- Proses siklus air
- Pelapukan
- Erosi
- Sedimentasi atau
Pengendapan
- Pengertian sumber
daya alam
- dan pemanfaatnya
secara arif.
- Kelangkaan sumber
daya alam (tanah, laut,
sungai, danau, rawa,
situ, hutan)
- Jenis sumber daya
alam dan dampaknya
terhadap pelestarian
lingkungan.
- Alat evakuasi
sederhana tali temali,
rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana 1
- Kerjasama dalam
menghadapi
tantangan alam yang
berat dan ganas,
misalnya banjir
bandang
- Menggunakan alat
teknologi untuk
komunikasi sebagai
tanda siaga bencana.
Misalnya kentongan,
sirene, HP. (Sejarah Klas
XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana 2
- Pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan
- Teknologi
keseimbangan
lingkungan.
- Mengatasi pencemaran
lingkungan
- Membuat sumur
resapan dan mengurangi
penggunaan alat
teknologi sumur injeksi
- Faktor tata wilayah dan
pembangunan sarana-
prasarana seperti : hotel
yang dibangun di tebing
sungai perumahan tanpa
ada jalur hijau , mall, jalan
tol, tanggul.
- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana 3
5.1.2. Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata
Pelajaran Terintegrasi
Di bawah ini terdapat contoh format analisis KD dari beberapa mata pelajaran yang
dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana banjir
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
S
e
b
e
l
u
m
B
e
n
c
a
n
a
A
t
m
o
s
f
e
r
-

C
i
r
i
-
c
i
r
i

l
a
p
i
s
a
n

a
t
m
o
s
f
e
r
-

U
n
s
u
r
-
u
n
s
u
r

c
u
a
c
a


M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

k
e
m
b
a
l
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

l
a
p
l
s
a
n


a
t
m
o
s
f
e
r

d
a
n

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
a
n
n
y
a


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

d
l
n
a
m
l
k
a

u
n
s
u
r
-
u
n
s
u
r

c
u
a
c
a

d
a
n

l
k
l
l
m

(
p
e
n
y
l
n
a
r
a
n
,


s
u
h
u
,


a
n
g
l
n
,


a
w
a
n

k
e
l
e
m
b
a
b
a
n
,

c
u
r
a
h

h
u
[
a
n
)


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

f
a
k
t
o
r
-
f
a
k
t
o
r

y
a
n
g

m
e
m
p
e
n
g
a
r
u
h
l

p
e
n
y
l
n
a
r
a
n

m
a
t
a
h
a
r
i


M
e
m
b
u
a
t

l
a
p
o
r
a
n

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
g
u
k
u
r
a
n

s
u
h
u

u
d
a
r
a
,

t
e
k
a
n
a
n

u
d
a
r
a

k
e
l
e
m
b
a
b
a
n

u
d
a
r
a
,

k
e
c
e
p
a
t
a
n

a
n
g
l
n


M
e
n
g
h
l
t
u
n
g

k
e
l
e
m
b
a
b
a
n

u
d
a
r
a
G
e
o
g
r
a

3
.

M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

u
n
s
u
r
-
u
n
s
u
r

g
e
o
s
f
e
r
3
.
2

M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s
A
t
m
o
s
f
e
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
n
y
a

t
e
r
h
a
d
a
p

k
e
h
l
d
u
p
a
n

m
u
k
a

b
u
m
l
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
-

8
e
n
c
a
n
a

8
a
n
[
l
r


M
e
m
a
n
t
a
u

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
a
n

c
u
a
c
a


M
e
n
y
l
a
p
k
a
n

a
l
a
t
-
a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
l

s
e
d
e
r
h
a
n
a


S
e
l
a
m
a
t
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n

p
e
n
t
l
n
g

s
e
h
l
n
g
g
a

t
l
d
a
k

r
u
s
a
k

a
t
a
u

h
l
l
a
n
g

t
e
r
b
a
w
a

b
a
n
[
l
r


P
a
n
t
a
u

k
o
n
d
l
s
l

k
e
t
l
n
g
g
l
a
n

a
l
r

s
e
t
l
a
p

s
a
a
t

s
e
h
l
n
g
g
a

b
l
s
a

m
e
n
[
a
d
l

d
a
s
a
r

u
n
t
u
k

t
l
n
d
a
k
a
n

s
e
l
a
n
[
u
t
n
y
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
D
a
m
p
a
k

8
a
n
[
l
r
-

P
l
s
l
k
-

S
o
s
i
a
l
-

L
k
o
n
o
m
l

-

L
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r

d
l
t
l
n
[
a
u

d
a
r
l

s
l
k
,

s
o
s
l
a
l
,

e
k
o
n
o
m
l
,

d
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n


u
p
a
y
a

m
e
n
g
u
r
a
n
g
l

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r


M
e
n
a
n
a
m

p
o
h
o
n
-

P
e
r
s
e
b
a
r
a
n

h
u
[
a
n

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a


M
e
n
y
a
[
l
k
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

t
e
n
t
a
n
g

p
e
r
s
e
b
a
r
a
n

c
u
r
a
h

h
u
[
a
n

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a
-

T
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

b
a
n
[
l
r

d
a
n

c
a
r
a

p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
-
n
y
a


M
e
n
y
l
a
p
k
a
n

a
l
a
t
-
a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
l

s
e
d
e
r
h
a
n
a
8
e
r
b
a
g
a
l

k
l
a
s
l

k
a
s
l

l
k
l
l
m


M
e
n
g
k
l
a
s
l

k
a
s
l
k
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

t
l
p
e

l
k
l
l
m


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

d
a
s
a
r
-
d
a
s
a
r

p
e
m
b
a
g
l
a
n

l
k
l
l
m

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

p
a
k
a
r


M
e
n
u
n
[
u
k
k
a
n

p
a
d
a

p
e
t
a

d
u
n
l
a
,

p
e
r
s
e
b
a
r
a
n

n
e
g
a
r
a
-
n
e
g
a
r
a

d
a
n

[
e
n
l
s

l
k
l
l
m
n
y
a


M
e
n
e
n
t
u
k
a
n

[
e
n
l
s

l
k
l
l
m

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
l
p
e

l
k
l
l
m

S
c
h
m
l
d
t

-

P
e
r
g
u
s
o
n
P
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

(
L
l

N
l
n
o

d
a
n

L
a

N
l
n
o
)


M
e
n
c
a
r
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
[
a
d
l
-
n
y
a

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

(
L
l

N
l
n
o

d
a
n

L
a

N
l
n
o
)


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

h
u
b
u
n
g
a
n

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

d
e
n
g
a
n

p
e
n
l
n
g
k
a
t
a
n

f
r
e
k
u
e
n
s
l

d
a
n

l
n
t
e
n
s
l
t
a
s

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s

d
a
m
p
a
k

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

d
a
n

u
p
a
y
a

m
e
n
g
u
r
a
n
g
l
n
y
a


D
a
m
p
a
k

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

b
a
g
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a
T
a
b
e
l

5
.
2

A
n
a
l
i
s
i
s

S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

d
a
n

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

D
a
s
a
r


u
n
t
u
k

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

T
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
a
n
j
i
r
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
S
e
b
e
l
u
m
B
e
n
c
a
n
a
G
e
o
g
r
a

3
.

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

u
n
s
u
r
-
u
n
s
u
r

g
e
o
s
f
e
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
H
i
d
r
o
s
f
e
r
-

S
i
k
l
u
s

h
i
d
r
o
l
o
g
i
-

P
e
r
a
i
r
a
n

d
a
r
a
t
-

A
i
r

t
a
n
a
h
-

S
u
n
g
a
i

d
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
i
r
a
n

S
u
n
g
a
i

(
D
A
S
)
-

D
a
n
a
u
-

R
a
w
a
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

u
n
s
u
r

-

u
n
s
u
r

u
t
a
m
a

s
l
k
l
u
s

h
l
d
r
o
l
o
g
l
-

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a


s
l
k
l
u
s

h
l
d
r
o
l
o
g
l

d
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
j
i
r
-

P
r
a
k
t
e
k

m
e
m
a
n
e
n

h
u
[
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
t
o
d
e

s
e
d
e
r
h
a
n
a
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

b
e
r
b
a
g
a
l

[
e
n
l
s

p
e
r
a
l
r
a
n

d
a
r
a
t
-

M
e
n
e
n
t
u
k
a
n

[
e
n
l
s

a
l
r

t
a
n
a
h

b
e
r
d
a
s
a
r

l
e
t
a
k
n
y
a
-

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

s
u
n
g
a
l

m
e
n
u
r
u
t

p
r
o

l

m
e
m
a
n
[
a
n
g
-

M
e
n
g
k
l
a
s
l

k
a
s
l

[
e
n
l
s
-
[
e
n
l
s

p
o
l
a

a
l
l
r
a
n

s
u
n
g
a
l
-

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
l
r
a
n

S
u
n
g
a
l

(
D
A
S
)
-

M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

f
a
k
t
o
r


p
e
n
y
e
b
a
b

k
e
r
u
s
a
k
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
l
r
a
n

S
u
n
g
a
l

(
D
A
S
)
-

M
e
r
u
m
u
s
k
a
n

u
p
a
y
a
-
u
p
a
y
a

p
e
l
e
s
t
a
r
l
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
l
r
a
n

S
u
n
g
a
l

(
D
A
S
)
-

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

m
a
n
f
a
a
t

r
a
w
a

b
a
g
l

k
e
h
l
d
u
p
a
n
3
.
3

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

h
i
d
r
o
s
f
e
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
n
y
a

t
e
r
h
a
d
a
p

k
e
h
l
d
u
p
a
n

d
i

b
u
m
i
-

S
u
n
g
a
i

d
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
i
r
a
n

S
u
n
g
a
i

(
D
A
S
)
-

S
u
n
g
a
i

d
a
n

D
a
e
r
a
h

A
l
i
r
a
n

S
u
n
g
a
i

(
D
A
S
)
-

M
e
m
a
n
t
a
u

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
a
n

c
u
a
c
a
,

b
l
l
a

h
u
[
a
n

t
e
r
u
s

t
e
r
[
a
d
l

t
l
d
a
k

h
e
n
t
l
-
h
e
n
t
l
n
y
a
-

w
a
s
p
a
d
a

d
a
n

b
e
r
h
a
t
l
-

h
a
t
l

u
n
t
u
k

m
e
n
g
a
n
t
l
s
l
p
a
s
l

h
a
l
-
h
a
l

y
a
n
g

t
l
d
a
k

d
i
i
n
g
i
n
k
a
n
-

M
e
n
[
a
u
h
l

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
l
n

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r

d
a
n

s
e
g
e
r
a

s
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

b
e
r
l
a
r
l

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
l
n

m
e
n
u
[
u

t
e
m
p
a
t
-

M
e
n
g
a
d
a
k
a
n

r
e
b
o
l
s
a
s
l
/
p
e
n
g
h
l
[
a
u
a
n

a
t
a
u

p
e
n
a
n
a
m
a
n

t
a
n
a
m
a
n

(
h
u
t
a
n

r
e
s
a
p
a
n
)

d
l

k
a
w
a
s
a
n

h
u
l
u

D
A
S

d
a
n

p
e
n
a
n
a
m
a
n

t
a
n
a
m
a
n

k
e
r
a
s

d
l

s
e
p
a
n
[
a
n
g

b
a
n
t
a
r
a
n

s
u
n
g
a
l
-

M
e
n
g
a
k
t
l
f
k
a
n

r
e
s
e
r
v
o
l
r
-
r
e
s
e
r
v
o
l
r

a
l
a
m
l
a
h
-

M
e
m
b
u
a
t

r
e
s
a
p
a
n
-
r
e
s
a
p
a
n

a
l
r

h
u
[
a
n

a
l
a
m
l
a
h

d
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

a
t
a
u

m
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

s
e
[
a
u
h

m
u
n
g
k
l
n

p
e
m
b
u
a
t
a
n

l
a
p
l
s
a
n

k
e
r
a
s

p
e
r
m
u
k
a
a
n

t
a
n
a
h

y
a
n
g

d
a
p
a
t

b
e
r
a
k
l
b
a
t

s
u
l
l
t
n
y
a

a
l
r

h
u
[
a
n

m
e
r
e
s
a
p

k
e

t
a
n
a
h
X
/
2
A
.

1
.

M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N

P
O
K
O
K
T
a
h
a
p

1
.

I
d
e
n
t
i

k
a
s
i

M
a
t
a

P
e
m
b
e
l
a
j
a
r
a
n

a
p
a

s
a
j
a

y
a
n
g

d
a
p
a
t

t
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i

d
e
n
g
a
n

P
R
B
.
D
l

b
a
w
a
h

l
n
l

t
e
r
d
a
p
a
t

c
o
n
t
o
h

f
o
r
m
a
t

a
n
a
l
l
s
l
s

K
D

d
a
r
l

b
e
b
e
r
a
p
a

m
a
t
a

p
e
l
a
[
a
r
a
n

y
a
n
g

d
a
p
a
t

d
l
l
n
t
e
g
r
a
s
l
k
a
n

d
a
l
a
m

p
e
n
d
l
d
l
k
a
n

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

r
l
s
l
k
o

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
a
.

M
a
t
a

p
e
l
a
[
a
r
a
n
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
S
e
b
e
l
u
m
B
e
n
c
a
n
a
B
e
r
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r

e
k
o
n
o
m
i

y
a
n
g

l
a
n
g
k
a

d
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n

m
a
n
u
s
i
a

y
a
n
g

t
i
d
a
k

t
e
r
b
a
t
a
s
.


P
e
n
g
e
r
t
l
a
n

k
e
l
a
n
g
k
a
a
n


P
a
k
t
o
r

p
e
n
y
e
b
a
b

k
e
l
a
n
g
k
a
-
a
n


M
e
n
g
g
a
l
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

t
e
n
t
a
n
g

k
e
l
a
n
g
k
a
a
n
.


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

f
a
k
t
o
r

p
e
n
y
e
b
a
b

k
e
l
a
n
g
k
a
a
n

d
l

d
a
e
r
a
h

s
e
t
e
m
p
a
t

d
a
n

s
e
k
l
t
a
r
n
y
a


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

b
e
r
b
a
g
a
l

s
u
m
b
e
r

e
k
o
n
o
m
l

y
a
n
g

l
a
n
g
k
a

d
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n

m
a
n
u
s
i
a

y
a
n
g

t
i
d
a
k

t
e
r
b
a
t
a
s

m
e
l
a
l
u
l

s
t
u
d
l

p
u
s
t
a
k
a

d
l

d
a
e
r
a
h

s
e
t
e
m
p
a
t

d
a
n

s
e
k
i
t
a
r
n
y
a
E
k
o
n
o
m
i
l
.

M
e
m
a
h
a
m
l

p
e
r
m
a
-
s
a
l
a
h
a
n

e
k
o
n
o
m
i

d
a
l
a
m

k
a
i
t
a
n
n
y
a

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n

m
a
n
u
s
i
a
,

k
e
l
a
n
g
k
a
a
n

d
a
n

s
i
s
t
e
m

e
k
o
n
o
m
i
l
.
2

M
e
n
d
e
s
k
r
l
p
s
l
k
a
n

s
u
m
b
e
r

e
k
o
n
o
m
i

y
a
n
g

l
a
n
g
k
a

d
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n

m
a
n
u
s
i
a

y
a
n
g

t
i
d
a
k

t
e
r
b
a
t
a
s
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

a
s
e
t


M
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

y
a
n
g

m
e
m
i
l
i
k
i

n
i
l
a
i

e
k
o
n
o
m
i
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


P
e
n
g
a
l
o
k
a
s
l
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

e
k
o
n
o
m
i


8
e
r
s
l
k
a
p

r
a
s
l
o
n
a
l

d
a
l
a
m

m
e
n
y
l
k
a
p
l

b
e
r
b
a
g
a
l

p
l
l
l
h
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
n
g
h
l
d
u
p
k
a
n

k
e
m
b
a
l
l

m
a
t
a

p
e
n
c
a
h
a
r
l
a
n

y
a
n
g

h
i
l
a
n
g

a
k
i
b
a
t

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r


M
e
m
f
u
n
g
s
l
k
a
n

k
e
m
b
a
l
l

p
e
r
e
k
o
n
o
m
l
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
,

m
l
s
a
l

p
a
s
a
r

t
r
a
d
l
s
l
o
n
a
l
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
S
e
b
e
l
u
m
B
e
n
c
a
n
a
S
i
a
r
a
n

(
l
a
n
g
s
u
n
g
)


d
a
r
i

r
a
d
i
o
/
t
e
l
e
v
i
s
i
,


t
e
k
s

y
a
n
g

d
i
b
a
c
a
-
k
a
n
,

a
t
a
u

r
e
k
a
m
a
n

b
e
r
i
t
a
/
n
o
n
b
e
r
i
t
a

t
e
n
t
a
n
g

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
.


P
o
k
o
k
-
p
o
k
o
k

l
s
l

b
e
r
l
t
a


M
e
n
u
l
l
s
k
a
n

l
s
l

s
l
a
r
a
n

r
a
d
l
o
/
t
e
l
e
v
l
s
l

d
a
l
a
m

b
e
b
e
r
a
p
a

k
a
l
i
m
a
t

d
e
n
g
a
n

u
r
u
t
a
n

y
a
n
g

r
u
n
t
u
t

d
a
n

m
u
d
a
h

d
l
p
a
h
a
m
l


M
e
n
y
a
m
p
a
l
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
l
s
a
n

l
s
l

b
e
r
l
t
a

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
t
u
l
i
s


s
e
c
a
r
a

r
u
n
t
u
t

d
a
n

j
e
l
a
s
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
l
.

M
e
m
a
h
a
m
l

s
l
a
r
a
n

a
t
a
u

c
e
r
i
t
a

y
a
n
g

d
l
s
a
m
p
a
l
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
a
n
g
s
u
n
g
/
t
i
d
a
k

l
a
n
g
s
u
n
g
l
.
l

M
e
n
a
n
g
g
a
p
l

s
i
a
r
a
n

a
t
a
u

i
n
f
o
r
-
m
a
s
i

d
a
r
i


m
e
d
i
a


e
l
e
k
t
r
o
n
i
k

(
b
e
r
i
t
a

d
a
n

n
o
n
b
e
r
i
t
a
)


S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
n
g
g
a
p
l

l
s
l

b
e
r
l
t
a


M
e
n
g
a
[
u
k
a
n

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n
/

t
a
n
g
g
a
p
a
n

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

y
a
n
g

d
i
d
e
n
g
a
r

(
m
e
n
y
e
t
u
j
u
i
,

m
e
n
o
l
a
k
,

m
e
n
a
m
b
a
h
k
a
n

p
e
n
d
a
p
a
t
)


M
e
m
a
n
t
a
u

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
a
n

c
u
a
c
a
,

b
l
l
a

h
u
[
a
n

t
e
r
u
s

t
e
r
[
a
d
l

t
l
d
a
k

h
e
n
t
l
-
h
e
n
t
l
n
y
a
,

d
l
l
m
b
a
u

w
a
s
p
a
d
a

d
a
n

b
e
r
h
a
t
l
-

h
a
t
l

u
n
t
u
k

m
e
n
g
a
n
t
l
s
l
p
a
s
l

h
a
l
-
h
a
l

y
a
n
g

t
i
d
a
k

d
i
i
n
g
i
n
k
a
n

b
a
g
i

w
a
r
g
a

y
a
n
g

b
e
r
a
d
a

d
i

d
a
e
r
a
h

r
a
w
a
n

b
a
n
j
i
r
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
n
g
g
a
p
l

l
s
l

b
e
r
l
t
a


S
e
l
a
l
u

w
a
s
p
a
d
a

a
p
a
b
l
l
a

k
e
m
u
n
g
k
l
n
a
n

t
e
r
[
a
d
l

b
a
n
[
l
r

s
u
s
u
l
a
n


M
e
m
b
e
r
s
l
h
k
a
n

r
u
m
a
h

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
n
t
l
s
e
p
t
l
c

d
a
n


l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
[
a
u
h
l

k
a
b
e
l

a
t
a
u

l
n
s
t
a
l
a
s
l

l
l
s
t
r
l
k

l
a
l
n
n
y
a


M
e
n
g
h
l
n
d
a
r
l

m
e
m
a
s
u
k
l

w
l
l
a
y
a
h

y
a
n
g

r
u
s
a
k

k
e
c
u
a
l
l

d
i
n
y
a
t
a
k
a
n

a
m
a
n

m
i
s
a
l

b
a
n
g
u
n
a
n

y
a
n
g

r
u
s
a
k

a
t
a
u

p
o
h
o
n

y
a
n
g

m
l
r
l
n
g

K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


T
e
k
s

b
e
r
l
t
a
,

a
r
t
l
k
e
l
,

b
u
k
u


y
a
n
g

b
e
r
l
s
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

a
k
t
u
a
l

(
m
l
s
a
l
n
y
a
,

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
)


M
e
n
a
g
g
a
p
l

m
a
s
a
l
a
h

d
a
l
a
m

b
e
r
l
t
a
,

a
r
t
l
k
e
l

a
t
a
u

b
u
k
u


D
a
f
t
a
r

k
a
t
a

s
u
l
l
t

d
a
n

m
a
k
n
a
n
y
a


M
e
n
c
a
t
a
t

m
a
s
a
l
a
h

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

s
u
m
b
e
r


M
e
n
a
n
g
g
a
p
l

m
a
s
a
l
a
h

d
a
l
a
m

b
e
r
l
t
a
,

a
r
t
l
k
e
l
,

d
a
n

b
u
k
u


M
e
n
g
a
[
u
k
a
n

s
a
r
a
n

d
a
n

p
e
m
e
c
a
h
a
n

m
a
s
a
l
a
h

t
e
r
-
h
a
d
a
p

m
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

d
l
s
a
m
p
a
l
k
a
n


M
e
n
a
f
t
l
k
a
n

m
a
k
n
a

k
a
t
a
-
k
a
t
a

s
u
l
l
t
8
a
h
a
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

p
l
k
l
r
a
n
,

p
e
r
a
s
a
a
n
,

d
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

m
e
l
a
l
u
l

k
e
g
l
a
t
a
n

b
e
r
k
e
n
a
l
a
n
,

b
e
r
d
l
s
-
k
u
s
l
,

d
a
n

b
e
r
c
e
r
l
t
a
2
.
2

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

m
a
s
a
l
a
h

(
y
a
n
g

d
l
t
e
m
u
k
a
n

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

b
e
r
l
t
a
,

a
r
t
l
k
e
l
,

a
t
a
u

b
u
k
u
)


S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
g
g
a
p
l

m
a
s
a
l
a
h

d
a
l
a
m

b
e
r
l
t
a


8
e
r
s
l
k
a
p

t
l
d
a
k

p
a
n
l
k


M
e
n
[
a
u
h
l

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
l
n

d
a
e
r
a
h

b
a
n
[
l
r


M
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

b
e
r
l
a
r
l

s
e
c
e
p
a
t

m
u
n
g
k
l
n

m
e
n
u
[
u

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

t
l
n
g
g
l


M
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

b
a
r
a
n
g
-
b
a
r
a
n
g

b
e
r
h
a
r
g
a

d
a
n

d
o
k
u
m
e
n

p
e
n
t
l
n
g

s
e
h
l
n
g
g
a

t
l
d
a
k

r
u
s
a
k

a
t
a
u

h
l
l
a
n
g

t
e
r
b
a
w
a

b
a
n
[
l
r
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
g
g
a
p
l

m
a
s
a
l
a
h

d
a
l
a
m

b
e
r
l
t
a


P
e
m
b
e
r
l
a
n

b
a
n
t
u
a
n

m
l
s
a
l
n
y
a

t
e
m
p
a
t

p
e
r
l
l
n
d
u
n
g
a
n

d
a
r
u
r
a
t

b
a
g
l

m
e
r
a
k
a

y
a
n
g

k
e
h
l
l
a
n
g
a
n

t
e
m
p
a
t

t
l
n
g
g
a
l
n
y
a


M
e
n
c
a
r
l

d
a
n

m
e
n
y
l
a
p
k
a
n

a
l
r

b
e
r
s
l
h

u
n
t
u
k

m
e
n
g
-
h
l
n
d
a
r
l

t
e
r
[
a
n
g
k
l
t
n
y
a

p
e
n
y
a
k
l
t

d
l
a
r
e

y
a
n
g

s
e
r
l
n
g

b
e
r
[
a
n
g
k
l
t

s
e
t
e
l
a
h

k
e
[
a
d
l
a
n

b
a
n
[
l
r
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
2
-
-
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
1
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

p
i
k
i
r
a
n
,

p
e
n
d
a
p
a
t
,

d
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

d
a
l
a
m

p
e
n
u
l
i
s
a
n

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a
1
2
.
2

M
e
n
u
l
i
s

e
s
a
i

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u

d
e
n
g
a
n

p
o
l
a

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
-
a
n

p
e
m
b
u
k
a
,

i
s
i
,

d
a
n

p
e
n
u
t
u
p


S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
E
s
s
a
y

t
e
n
t
a
n
g

m
i
s
a
l
:
-

B
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

P
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l
,

d
s
b

t

.
F
O
F
O
U
V
L
B
O

U
P
Q
J
L

V
O
U
V
L

N
F
O
V
M
J
T

F
T
B
J
t

.
F
O
Z
V
T
V
O

L
F
S
B
O
H
L
B

F
T
B
J

E
F
O
H
B
O

N
F
N
Q
F
S
I
B
U
J
L
B
O

p
o
l
a

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

p
e
m
b
u
k
a
,

i
s
i
,

d
a
n

p
e
n
u
t
u
p
t

.
F
O
Z
V
T
V
O

Q
B
S
B
H
S
B
G

Q
F
N
C
V
L
B
B
O
t

.
F
O
V
M
J
T
L
B
O

J
T
J

L
F

E
B
M
B
N

C
F
C
F
S
B
Q
B

Q
B
S
B
H
S
B
G
t

.
F
O
F
O
U
V
L
B
O

U
P
Q
J
L

V
O
U
V
L

N
F
O
V
M
J
T

F
T
B
J
t

.
F
O
Z
V
T
V
O

L
F
S
B
O
H
L
B

F
T
B
J

E
F
O
H
B
O

N
F
N
Q
F
S
I
B
U
J
L
B
O

p
o
l
a

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

p
e
m
b
u
k
a
,

i
s
i
,

d
a
n

p
e
n
u
t
u
p
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
- -
-
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
j
a
s

O
r
k
e
s
6
.

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

p
e
r
-
e
n
c
a
n
a
a
n

p
e
n
j
e
l
a
-
j
a
h
a
n

d
a
n

p
e
n
y
e
l
a
-
m
a
t
a
n

a
k
t
i
v
i
t
a
s

d
i

a
l
a
m

b
e
b
a
s

d
a
n

n
i
l
a
i
-
n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
-
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a
6
.
1

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

d
a
s
a
r
-
d
a
s
a
r

k
e
g
i
-
a
t
a
n

m
e
n
j
e
l
a
j
a
h

p
a
n
t
a
i


s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

t
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b
,

k
e
r
j
a
s
a
m
a
,

t
o
l
e
r
-
a
n
s
i
,

t
o
l
o
n
g

m
e
-
n
o
l
o
n
g
,


m
e
l
a
k
s
-
a
n
a
k
a
n

k
e
p
u
t
u
s
-
a
n

k
e
l
o
m
p
o
k



6
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
n
y
e
l
a
-
m
a
t
a
n

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
j
e
l
a
j
a
h
a
n

d
i

p
a
n
t
a
i


s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

t
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b
,

k
e
r
j
a
s
a
m
a
,

t
o
l
e
r
a
n
s
i
,

t
o
l
o
n
g

m
e
n
o
l
o
n
g
,

k
e
p
u
t
u
s
a
n

d
a
l
a
m

k
e
l
o
m
p
o
k



S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


K
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
n
y
e
l
a
-
m
a
t
a
n

p
a
d
a

j
e
l
a
j
a
h

p
a
n
t
a
i


P
r
o
s
e
d
u
r
:

m
e
n
y
e
l
a
m
a
t
k
a
n

k
o
r
b
a
n
,

m
e
r
i
n
g
a
n
k
a
n

p
e
n
-
d
e
r
i
t
a
a
n

k
o
r
b
a
n
,

m
e
m
p
e
r
-
t
a
h
a
n
k
a
n

d
a
y
a

t
a
h
a
n

k
o
r
b
a
n


P
r
l
n
s
l
p
-
p
r
l
n
s
l
p
:

b
e
r
s
l
k
a
p

t
e
n
a
n
g
,

p
e
r
h
a
t
i
k
a
n

p
e
r
-
n
a
f
a
s
a
n

k
o
r
b
a
n
,

h
e
n
t
i
k
a
n

p
e
n
d
a
r
a
h
a
n
,

p
e
r
h
a
t
i
k
a
n

t
a
n
d
a
-
t
a
n
d
a

s
h
o
c
k
,

j
a
n
g
a
n

m
e
m
i
n
d
a
h
k
a
n

k
o
r
b
a
n

d
e
n
g
a
n

t
e
r
b
u
r
u
-
b
u
r
u

P
e
n
j
e
l
a
j
a
h
a
n

p
a
n
t
a
i


K
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
n
-
j
e
l
a
j
a
h
a
n

p
a
n
t
a
i


P
r
l
n
s
l
p
-
p
r
l
n
s
l
p

p
e
n
[
e
l
a
[
a
h
a
n

p
a
n
t
a
l
:

m
e
n
a
r
l
k

d
a
n

m
e
-
n
a
n
t
a
n
g
,

a
m
a
n
,

s
e
h
a
t


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
n
e
l
u
s
u
r
l

p
a
n
t
a
l


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

p
r
l
n
s
l
p

d
a
s
a
r

m
e
n
[
e
l
a
[
a
h

d
l

p
a
n
t
a
l


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
n
g
k
a
h

-
l
a
n
g
k
a
h

a
w
a
l

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n


M
e
m
a
t
u
h
l

p
r
l
n
s
l
p

d
a
n

p
e
r
a
t
u
r
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

p
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

p
a
n
t
a
i


M
e
m
p
e
r
a
g
a
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

p
a
n
t
a
i


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

p
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

p
a
n
t
a
i


M
e
m
p
e
r
a
g
a
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

p
a
n
t
a
i


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

p
r
l
n
s
l
p

d
a
s
a
r

m
e
n
[
e
l
a
[
a
h

d
l

p
a
n
t
a
l

K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
2
- -
-
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
j
a
s

O
r
k
e
s
1
2
.

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

b
e
-
b
e
r
a
p
a

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

p
e
r
t
o
-
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r


d
a
n

n
i
l
a
i
-
n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a

1
2
.
1
M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
o
m
b
i
n
a
s
i

t
e
k
-
n
i
k

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a
,

g
a
y
a

b
e
b
a
s

d
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

l
a
i
n

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
-
l
i
n
,

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n

d
a
n

t
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b




1
2
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
t
o
l
o
-
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
-
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
i
m

R
e
s
u
s
i
t
a
s
i

J
a
n
t
u
n
g

d
a
n

P
a
r
u

(
R
J
P
)

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n

d
a
n

t
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b



S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


8
e
r
l
a
t
l
h

s
e
c
a
r
a

k
e
l
o
m
p
o
k

t
e
n
t
a
n
g

t
e
k
n
i
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

p
a
d
a

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
e
m

R
J
P


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
l
h
a
n

s
l
k


P
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

R
e
n
a
n
g

g
a
y
a

b
e
b
a
s


T
e
k
n
l
k

d
a
s
a
r

m
e
n
g
a
p
u
n
g


T
e
k
n
l
k

d
a
s
a
r

m
e
l
u
n
c
u
r


T
e
k
n
l
k

d
a
s
a
r

g
e
r
a
k
a
n

k
a
k
l


M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

m
e
n
g
a
p
u
n
g

d
l

a
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

m
e
l
u
n
c
u
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

g
e
r
a
k
a
n

t
u
n
g
k
a
l

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n

u
n
t
u
k

b
e
r
l
a
t
i
h


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

P
3
K

d
l

a
l
r

d
e
n
g
a
n

s
l
s
t
e
m

P
1
P

s
e
s
u
a
i

p
r
o
s
e
d
u
r

y
a
n
g

b
e
n
a
r


M
e
m
b
a
n
t
u

m
e
l
a
k
u
k
a
n

e
v
a
k
u
a
s
l

d
e
n
g
a
n

m
e
n
e
r
a
p
-
k
a
n

k
o
m
b
i
n
a
s
i

t
e
k
n
i
k

r
e
n
a
n
g

K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
-
-
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
B
i
o
l
o
g
i
3
.

M
e
m
a
h
a
m
i

m
a
n
f
a
a
t

k
e
a
n
e
k
a
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

3
.
2

M
e
n
g
k
o
m
u
n
i
-
k
a
s
i
k
a
n

k
e
a
n
e
k
a
-
r
a
g
a
m

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
i
a
,

d
a
n

u
s
a
h
a

p
e
l
e
s
t
a
r
i
-
a
n

s
e
r
t
a

p
e
m
a
n
-
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m




4
.
1

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n

p
e
r
a
n

k
o
m
p
o
n
-
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

d
a
l
a
m

a
l
i
r
a
n

e
n
e
r
g
i

d
a
n

d
a
u
r

b
i
o
g
e
o
k
i
m
i
a

s
e
r
t
a

p
e
m
a
n
-
f
a
a
t
a
n

k
o
m
-
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

b
a
g
i

k
e
h
i
d
u
p
a
n



4
.

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

h
u
b
-
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a

k
o
m
-
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m
,

p
e
r
u
b
a
h
a
n

m
a
t
e
r
i

d
a
n

e
n
e
r
g
i


s
e
r
t
a

p
e
r
a
n
a
n

m
a
n
u
s
i
a

d
a
l
a
m

k
e
s
e
i
m
b
a
n
g
-
a
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m



S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
o
m
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

D
a
u
r

b
i
o
g
e
o
k
i
m
i
a
.
-

D
a
u
r

a
i
r
-

P
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

d
a
n

p
e
r
u
b
a
h
a
n

d
a
u
r

a
i
r

K
e
a
n
e
k
a
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
.
r

,
F
L
B
Z
B
B
O

P
S
B

G
B
V
O
B

E
B
O

m
i
k
r
o
o
r
g
a
n
i
s
m
e


d
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
r

)
V
U
B
O

I
V
K
B
O

U
S
P
Q
J
T

E
J

I
n
d
o
n
e
s
i
a

s
e
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r

p
l
a
s
m
a

n
u
t
f
a
h

r

6
T
B
I
B

V
T
B
I
B

Q
F
M
F
T
U
B
S
J
B
O

k
e
a
n
e
k
a
r
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a

s
e
c
a
r
a

i
n
-
s
i
t
u

d
a
n

e
x
-
s
i
t
u

r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

V
T
B
I
B

V
T
B
I
B

Q
F
M
F
T
U
B
S
J
B
O

L
F
B
O
F
L
B

r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
r

5
V
S
V
U

N
F
O
K
B
H
B

L
F
M
F
T
U
B
S
J
B
O

L
F
B
O
F
L
B
S
B
H
B
N
B
O

I
B
Z
B
U
J

.
F
N
C
F
S
J
L
B
O

D
P
O
U
P
I

L
F
B
O
F
L
B
S
B
H
B
N
B
O

I
B
Z
B
U
J

I
n
d
o
n
e
s
i
a
r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

G
V
O
H
T
J

I
V
U
B
O

I
V
K
B
O

U
S
P
Q
J
T

C
B
H
J

k
e
h
i
d
u
p
a
n

r

.
F
O
H
B
O
B
M
J
T
J
T

I
V
C
V
O
H
B
O

B
O
U
B
S
B

L
P
N
Q
P
O
F
O

C
J
P
U
J
L

d
a
n

a
b
i
o
t
i
k

s
e
r
t
a

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a

b
i
o
t
i
k

d
a
n

b
i
o
t
i
k

d
a
l
a
m

e
k
o
s
i
s
t
e
m
r

.
F
O
H
B
O
B
M
J
T
J
T

C
J
M
B

U
F
S
K
B
E
J

L
F
U
J
E
B
L
T
F
J
N
C
B
O
H
B
O

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r

k
o
m
p
o
n
e
n

k
a
r
e
n
a

f
a
k
t
o
r

a
l
a
m
i

d
a
n

a
k
i
b
a
t

p
e
r
b
u
a
t
a
n

m
a
n
u
s
i
a
r

1
F
N
V
M
J
I
B
O

L
F
U
J
E
B
L
T
F
J
N

b
a
n
g
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

r

.
F
O
B
O
B
N

Q
P
I
P
O

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

L
F
S
V
T
B
L
B
O

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

B
L
J
C
B
U

b
a
n
j
i
r
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

Q
F
N
V
M
J
I
B
O

L
F
U
J
E
B
L
T
F
J
N
C
B
O
H
B
O

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
k
i
b
a
t

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

Q
F
O
B
O
B
N
B
O

Q
P
I
P
O

E
J

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

s
e
k
o
l
a
h

d
a
n

d
i

s
e
k
i
t
a
r

s
e
k
o
l
a
h

K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
/
1
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
B
i
o
l
o
g
i
4
.

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

h
u
b
-
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a

k
o
m
-
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m
,

p
e
r
u
b
a
h
a
n

m
a
t
e
r
i

d
a
n

e
n
e
r
g
i


s
e
r
t
a

p
e
r
a
n
a
n

m
a
n
u
s
i
a

d
a
l
a
m

k
e
s
e
i
m
b
a
n
g
-
a
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

4
.
2

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

k
e
t
e
r
k
a
i
t
a
n

a
n
t
a
r
a

k
e
g
i
a
t
a
n


m
a
n
u
s
i
a

d
e
n
g
a
n

m
a
s
a
l
a
h

p
e
r
u
s
-
a
k
a
n
/
p
e
n
c
e
m
a
r
-
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

d
a
n

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n




S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
r
u
s
a
k
a
n
/

p
e
n
c
e
m
a
r
a
n

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n
.
-

K
e
r
u
s
a
k
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

d
a
p
a
t

d
i
s
e
b
a
b
k
a
n

o
l
e
h

f
a
k
t
o
r

a
l
a
m

d
a
n

m
a
n
u
s
i
a

-

M
a
n
u
s
i
a

b
e
r
p
e
r
a
n

p
e
n
t
i
n
g

d
a
l
a
m

m
e
n
j
a
g
a

k
e
s
e
i
m
b
a
n
g
-
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

P
e
n
c
e
m
a
r
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
.
a
d
a
l
a
h

b
e
r
u
b
a
h
n
y
a

t
a
t
a
n
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

o
l
e
h

k
e
g
i
a
t
a
n

m
a
n
u
s
i
a

a
t
a
u

p
r
o
s
e
s

a
l
a
m
i
,

s
e
h
i
n
g
g
a

m
u
t
u

k
u
a
l
i
t
a
s

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n

t
u
r
u
n

s
a
m
p
a
i

t
i
n
g
k
a
t

t
e
r
t
e
n
t
u

y
a
n
g

m
e
n
y
e
b
a
b
k
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

m
e
n
j
a
d
i


k
u
r
a
n
g

a
t
a
u

t
i
d
a
k

d
a
p
a
t

b
e
r
f
u
n
g
s
i

l
a
g
i

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

p
e
r
u
n
t
u
k
-
k
a
n
n
n
y
a


K
e
b
e
r
s
l
h
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
[
a
g
a

k
e
b
e
r
s
l
h
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

f
a
k
t
o
r

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

p
e
r
u
s
a
k
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
.


M
e
n
g
e
n
a
l
l

p
e
r
l
l
a
k
u

m
a
n
u
s
l
a

y
a
n
g

t
l
d
a
k

r
a
m
a
h
/
b
e
r
e
t
i
k
a

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
.


M
e
m
b
e
r
l
k
a
n

c
o
n
t
o
h

b
a
h
a
n
-
b
a
h
a
n

p
o
l
u
t
a
n
.
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X X
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
F
i
s
i
k
a
K
i
m
i
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

P
e
n
g
e
r
t
i
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m
-

J
e
n
i
s
-
j
e
n
i
s

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m


M
e
r
u
m
u
s
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m


M
e
m
b
e
d
a
k
a
n

[
e
n
l
s

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

d
a
p
a
t

t
l
d
a
k
n
y
a

d
l
p
e
r
b
a
r
u
l


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

p
o
t
e
n
s
l

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a
G
e
o
g
r
a

2
.
l

M
e
m
a
h
a
m
l

S
u
m
b
e
r

D
a
y
a

A
l
a
m

2
.
l

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
n
g
e
r
t
l
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m
2
.
2

M
e
n
g
l
d
e
n
t
l
-

k
a
s
l

[
e
n
l
s
-
j
e
n
i
s

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m
-

P
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r


d
a
y
a

a
l
a
m

s
e
c
a
r
a

a
r
i
f
.

-

K
e
l
a
n
g
k
a
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

(
a
l
r

b
e
r
s
l
h
,

h
u
t
a
n
)


M
e
m
p
r
a
k
t
e
k
k
a
n

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
n
g
h
e
m
a
t

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

(
a
l
r

b
e
r
s
l
h
)
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
2

M
e
m
a
h
a
m
l

S
u
m
b
e
r

D
a
y
a

A
l
a
m

2
.
3

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

s
e
c
a
r
a

a
r
i
f
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

P
r
l
n
s
l
p

e
k
o
e

s
l
e
n
s
l


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
a
r
a

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

y
a
n
g

b
e
r
w
a
-
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
u
r
a
l
k
a
n

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n
s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

p
r
l
n
s
l
p

e
k
o
e

s
l
e
n
s
l


M
e
m
b
e
r
l
k
a
n

c
o
n
t
o
h

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r
d

a
y
a

a
l
a
m


b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

p
r
l
n
s
l
p

e
k
o
e

s
l
e
n
s
l
-

S
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
w
a
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
r
u
m
s
u
k
a
n

k
o
n
s
e
p

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
w
a
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
w
a
-
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
-

S
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
w
a
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
r
u
m
s
u
k
a
n

k
o
n
s
e
p

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
w
a
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a

a
l
a
m

b
e
r
w
a
-
w
a
s
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
2
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p


d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n
.
-

P
e
n
g
e
r
t
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

K
o
m
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m
-

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

s
e
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
-

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
-

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
-
a
n
M
a
n
f
a
a
t

d
a
n

r
i
s
i
k
o

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
l
a
m

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
r

.
F
S
V
N
V
T
L
B
O

Q
F
O
H
F
S
U
J
B
O

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

I
J
E
V
Q
r

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

L
P
N
Q
P
O
F
O

L
P
N
Q
P
O
F
O

F
L
P
T
J
T
U
F
N
r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

Q
F
O
H
F
S
U
J
B
O

Q
F
N
C
B
O
H
V
O
B
O
r

.
F
S
V
N
V
T
L
B
O

L
P
O
T
F
Q

Q
F
N
C
B
O
H
V
O
B
O
r

.
F
O
E
F
T
L
S
J
Q
T
J
L
B
O

L
P
O
T
F
Q

Q
F
N
C
B
O
H
V
O
B
O

C
F
S
L
F
M
B
O
K
V
U
B
O
r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

I
V
C
V
O
H
B
O

B
O
U
B
S
B

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

I
J
E
V
Q

E
B
O

Q
F
N
C
B
O
H

u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n
r

.
F
O
E
F
T
L
S
J
Q
T
J
L
B
O

N
B
O
G
B
B
U

E
B
O

S
F
T
J
L
P
S
J
T
J
L
P

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

I
J
E
V
Q

E
B
M
B
N

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
(
F
P
H
S
B

3
.
1

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
-
s
i
k
a
n

p
e
m
a
n
-
f
a
a
t
a
n

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
l
a
m

k
a
i
t
a
n
-
n
y
a

d
e
n
g
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
-
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
-

j
u
t
a
n
-
-
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
M
a
n
f
a
a
t

d
a
n

r
e
s
i
k
o
r
i
s
i
k
o

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
l
a
m

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
r

.
F
O
F
S
B
Q
L
B
O

Q
F
S
J
M
B
L
V

E
B
M
B
N

Q
F
N
B
O
G
B
B
U
B
O

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

I
J
E
V
Q

L
B
J
U
B
O

n
y
a

d
e
n
g
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
D
i
a
l
o
g

y
a
n
g

b
e
r
u
p
a

t
a
n
y
a

j
a
w
a
b
.


D
a
f
t
a
r

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n
r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a


M
e
n
c
a
t
a
t

p
o
k
o
k
-
p
o
k
o
k

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
o
p
l
k

b
a
n
[
l
r
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p

k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
l
s
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

h
a
s
i
l

m
e
m
b
a
c
a

d
a
n

w
a
w
a
n
c
a
r
a

2
.
2

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
-
c
a
r
a

t
e
n
t
a
n
g

t
a
n
g
g
a
p
a
n

n
a
r
a
s
u
m
b
e
r

t
e
r
h
a
d
a
p

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u


X
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n
.


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
i
h
a
n

s
i
k


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

w
a
t
e
r

t
r
a
p
e
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
5
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

l
o
n
c
a
t

l
n
d
a
h

d
a
n

n
l
l
a
l
-
n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
-
k
a
n
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a

5
.
l

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
i
l
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
,

k
e
r
j
a

s
a
m
a
,

d
a
n

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

w
a
t
e
r

t
r
a
p
e
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-
-
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
W
a
w
a
n
c
a
r
a

n
a
r
a

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r


M
e
w
a
w
a
n
c
a
r
a
l

n
a
r
a

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
[
l
r
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a


M
e
m
b
u
a
t

r
a
n
g
k
u
m
a
n


h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a


d
e
n
g
a
n

k
a
l
l
m
a
t

y
a
n
g

e
f
e
k
t
l
f


M
e
n
y
a
m
p
a
l
k
a
n

r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
2
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

g
a
y
a

g
a
n
t
i
.


K
o
m
b
l
n
a
s
l

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

p
u
n
g
g
u
n
g

d
a
n

k
u
p
u
-
k
u
p
u


K
o
m
b
l
n
a
s
l

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a

d
a
n

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
o
m
b
l
n
a
s
l

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

p
u
n
g
g
u
n
g

d
a
n

k
u
p
u
-
k
u
p
u


M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
o
m
b
l
n
a
s
l

g
e
r
a
k
a
n


r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a

d
a
n

b
e
b
a
s
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
l
l
.
l

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
l
l
a
n

k
o
m
b
l
-
n
a
s
l

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

k
e
r
[
a

s
a
m
a

s
e
r
t
a

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
l
l
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
a
n

n
i
l
a
i
-
n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
-
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
l
l
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
l
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
l
s
t
l
m

P
e
s
u
s
l
t
a
s
l

J
a
n
t
u
n
g

d
a
n

P
a
r
u

(
P
1
P
)

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n

d
a
n

t
a
n
g
-
g
u
n
g

j
a
w
a
b


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-
-
-
-
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


L
v
a
k
u
a
s
l

k
o
r
b
a
n

b
a
n
[
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
o
m
b
l
n
a
s
l

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

p
u
n
g
g
u
n
g

d
a
n

k
u
p
u
-
k
u
p
u

d
a
l
a
m

m
e
m
b
a
n
t
u

e
v
a
k
u
a
s
l

k
o
r
b
a
n

b
a
n
[
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

k
o
m
b
l
n
a
s
l

g
e
r
a
k
a
n


r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a

d
a
n

b
e
b
a
s

d
a
l
a
m

m
e
m
b
a
n
t
u

e
v
a
k
u
a
s
l

k
o
r
b
a
n

b
a
n
[
l
r
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
e
n
t
u
k
a
n

t
a
h
a
p
a
n

f
a
s
e

k
a
r
a
k
t
e
r
l
s
t
l
k

p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

k
o
t
a


M
e
n
u
n
[
u
k
k
a
n

p
a
d
a

p
e
t
a

t
e
n
t
a
n
g

p
u
s
a
t
-
p
u
s
a
t

p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a


M
e
n
g
l
d
e
n
t
l

k
a
s
l

p
u
s
a
t
-
p
u
s
a
t

p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

d
l

|
n
d
o
n
e
s
l
a
-

P
a
k
t
o
r

t
a
t
a

w
l
l
a
y
a
h

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

s
a
r
a
n
a
-
p
r
a
s
a
r
a
n
a

s
e
p
e
r
t
l

:

h
o
t
e
l

d
a
n

p
e
r
u
m
a
h
a
n

y
a
n
g

d
l
b
a
n
g
u
n

d
l

t
e
b
l
n
g

s
u
n
g
a
l


t
a
n
p
a

a
d
a

[
a
l
u
r

h
l
[
a
u

,

m
a
l
l
,

[
a
l
a
n

t
o
l
,

t
a
n
g
g
u
l
.
G
e
o
g
r
a

3
.
2

M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

k
a
l
t
a
n

a
n
t
a
r
a

k
o
n
s
e
p

w
l
l
a
-
y
a
h

d
a
n

p
e
w
l
l
a
y
a
h
a
n

d
e
n
g
a
n

p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
-
a
n

w
l
l
a
y
a
h
3
.

M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s


w
l
l
a
y
a
h

d
a
n

p
e
w
l
l
a
y
a
h
a
n
-
-
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

p
e
n
g
a
r
u
h

p
u
s
a
t

p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

p
e
r
k
e
m
-
b
a
n
g
a
n

e
k
o
n
o
m
l

d
a
n
p
e
r
u
b
a
h
a
n

s
o
s
l
a
l
-
b
u
d
a
y
a

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t


D
a
m
p
a
k

p
u
s
a
t

p
e
r
t
u
m
b
u
h
-
a
n

k
o
t
a

t
e
r
h
a
d
a
p

p
e
r
k
e
m
-
b
a
n
g
a
n

e
k
o
n
o
m
l

d
a
n

p
e
r
u
b
-
a
h
a
n

s
o
s
l
a
l
-
b
u
d
a
y
a

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
/
1
X
I
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
n
d
a
l

[
e
d
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l


M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

:







-

l
a
f
a
l

d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l







-

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n







-

m
l
m
l
k
/
g
e
r
a
k

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l


M
e
n
l
l
a
l

m
a
k
n
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n


M
e
n
g
o
m
e
n
t
a
r
l

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
P
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

:


T
e
m
a

b
a
n
[
l
r


C
a
r
a

m
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

(
l
a
f
a
l
,

l
n
t
o
n
a
s
l
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n
,

g
e
r
a
k
-
g
e
r
l
k
,

e
k
s
p
r
e
s
l


M
a
k
n
a

p
u
l
s
l
8
a
h
a
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
8
a
h
a
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
l
2
.
l

M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
o
p
l
k

t
e
r
t
e
n
-
t
u

d
e
n
g
a
n

p
o
l
a

p
e
n
g
-
e
m
b
a
n
g
a
n

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f


M
e
n
u
l
l
s
l
2
.

M
e
n
g
u
n
g
-
k
a
p
k
a
n

p
l
k
l
r
a
n
,

p
e
n
d
a
p
a
t
,

d
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

d
a
l
a
m

p
e
n
u
l
l
s
a
n

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a
7
.
l

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l
,

l
n
t
o
n
a
s
l
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l
7
.

M
e
m
a
h
a
m
l

w
a
c
a
n
a

s
a
s
t
r
a

p
u
l
s
l

d
a
n

c
e
r
p
e
n
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

k
a
r
a
n
g
a
a
n

p
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f


M
e
m
b
u
a
t

k
e
r
a
n
g
k
a
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

y
a
n
g

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

k
e
r
a
n
g
k
a


M
e
n
y
u
n
t
l
n
g

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

l
n
d
u
k
t
l
f
M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

t
e
n
t
a
n
g

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
-
n
y
a

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
-
h
a
t
l
k
a
n
:


C
l
r
l
-
c
l
r
l


K
a
l
l
m
a
t

k
e
s
l
m
p
u
l
a
n


L
e
t
a
k

k
a
l
l
m
a
t

k
e
s
l
m
p
u
l
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

b
a
h
a
s
a
-
-
-
-
-
-
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
/
2
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
l
h
a
n

s
l
k
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
l
0
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
l
l
a
n

b
e
r
b
a
-
g
a
l

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
t
l
n
g
a
n

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

s
p
o
r
t
l
f
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s
,

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
l
0
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
l
l
a
n

p
e
n
g
u
a
-
s
a
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

t
e
k
n
l
k

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g


d
a
n

n
l
l
a
l
-
n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
-
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
-
-
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
1
X
I
/
2
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
j
a
s
-
O
r
k
e
s
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
5
.
1


M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
,

k
e
r
j
a

s
a
m
a
,

d
a
n

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
i
s
a
n

i
n
f
o
r
-
m
a
s
i

h
a
s
i
l

m
e
m
b
a
c
a

d
a
n

w
a
w
a
n
c
a
r
a
2
.
2

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
e
n
t
a
n
g

t
a
n
g
-
g
a
p
a
n

n
a
r
a
s
u
m
b
e
r

t
e
r
h
a
d
a
p

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u


5
.

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

l
o
n
c
a
t

i
n
d
a
h


d
a
n

n
i
l
a
i

n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
W
a
w
a
n
c
a
r
a

n
a
r
a

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r
r

.
F
X
B
X
B
O
D
B
S
B
J

O
B
S
B

T
V
N
C
F
S

U
F
O
U
B
O
H

C
B
O
K
J
S
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

H
F
S
B
L
B
O

S
F
O
B
O
H

X
B
U
F
S

U
S
B
Q
F
O
r

.
F
O
F
S
B
Q
L
B
O

L
F
U
F
S
B
N
Q
J
M
B
O

S
F
O
B
O
H

Q
F
S
U
P
M
P
O
H
B
O

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
i
h
a
n

s
i
k
D
i
a
l
o
g

y
a
n
g

b
e
r
u
p
a

t
a
n
y
a

j
a
w
a
b
.
r

%
B
G
U
B
S

Q
F
S
U
B
O
Z
B
B
O

r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
R
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
r

.
F
N
C
V
B
U

S
B
O
H
L
V
N
B
O

I
B
T
J
M

X
B
X
B
O
D
B
S
B

E
F
O
H
B
O

k
a
l
i
m
a
t

y
a
n
g

e
f
e
k
t
i
f
r

.
F
O
Z
B
N
Q
B
J
L
B
O

S
B
O
H
L
V
N
B
O

I
B
T
J
M

X
B
X
B
O
D
B
S
B
r

.
F
O
D
B
U
B
U

Q
P
L
P
L

Q
P
L
P
L

X
B
X
B
O
D
B
S
B

U
P
Q
J
L

C
B
O
K
J
S

.
F
N
J
M
J
I

M
P
L
B
T
J

Z
B
O
H

B
N
B
O

E
B
O

O
Z
B
N
B
O
r

.
F
O
H
H
V
O
B
L
B
O

Q
F
S
B
M
B
U
B
O

Q
F
S
M
F
O
H
L
B
Q
B
O

Z
B
O
H

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

M
B
U
J
I
B
O

T
J
L

V
O
U
V
L

Q
F
O
Z
F
M
B
N
B
U
B
O

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

H
F
S
B
L
B
O

S
F
O
B
O
H

w
a
t
e
r

t
r
a
p
e
n
r

.
F
O
F
S
B
Q
L
B
O

S
F
O
B
O
H

Q
F
S
U
P
M
P
O
H
B
O

E
F
O
H
B
O

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
2
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

k
e
m
u
n
g
k
l
n
a
n

p
e
n
y
a
k
l
t

y
a
n
g

d
a
p
a
t

t
e
r
[
a
d
l

p
a
d
a

s
l
s
t
e
m

p
e
n
c
e
r
n
a
a
n

m
a
k
a
n
a
n

m
a
n
u
s
l
a

a
k
l
b
a
t

b
a
n
[
l
r
3
.
3

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

k
e
t
e
r
k
a
l
t
a
n

a
n
t
a
-
r
a

s
t
r
u
k
t
u
r
,

f
u
n
g
s
l
,

d
a
n

p
r
o
s
e
s

s
e
r
t
a

k
e
l
a
l
n
a
n
/
p
e
n
y
a
k
l
t

y
a
n
g

d
a
p
a
t

t
e
r
[
a
d
l

p
a
d
a

s
l
s
t
e
m

p
e
n
c
e
r
n
a
a
n
m
a
k
a
n
a
n

p
a
d
a

m
a
n
u
s
l
a

d
a
n

h
e
w
a
n

(
m
l
s
a
l
n
y
a

r
u
m
l
n
a
n
s
l
a
)
3
.

M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

s
t
r
u
k
t
u
r

d
a
n

f
u
n
g
s
l

o
r
g
a
n

m
a
n
u
s
l
a

d
a
n

h
e
w
a
n

t
e
r
t
e
n
t
u
,

k
e
l
a
l
n
a
n

d
a
n
/
a
t
a
u

p
e
n
y
a
k
l
t

y
a
n
g

m
u
n
g
k
l
n

t
e
r
[
a
d
l

s
e
r
t
a

l
m
p
l
l
k
a
s
l
n
y
a

p
a
d
a

S
a
l
l
n
g
t
e
m
a
s
P
e
n
y
a
k
l
t
/

g
a
n
g
g
u
a
n

s
l
s
t
e
m

p
e
n
c
e
r
n
a
a
n
.
X
I
I
/
2
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
l
0
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
g
u
a
s
a
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

t
e
k
n
l
k

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

n
l
l
a
l
-
n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
l
0
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
t
l
n
g
a
n

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

s
p
o
r
t
l
f
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s
,

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
l
h
a
n

s
l
k


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
8
l
o
l
o
g
l
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
/
1
X
I
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
u
i
s
i

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i

:


T
e
m
a

b
a
n
[
l
r


C
a
r
a

m
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

(
l
a
f
a
l
,

l
n
t
o
n
a
s
l
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n
,

g
e
r
a
k
-
g
e
r
l
k
,

e
k
s
p
r
e
s
l


M
a
k
n
a

p
u
l
s
l


M
e
n
a
n
d
a
l

[
e
d
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l


M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n

:
-


L
a
f
a
l

d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l
-


P
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n
-


M
l
m
l
k
/

g
e
r
a
k

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l


M
e
n
l
l
a
l

m
a
k
n
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n


M
e
n
g
o
m
e
n
t
a
r
l

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
8
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
8
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
e
n
u
l
l
s
l
2
.

M
e
n
g
u
n
g
-
k
a
p
k
a
n

p
l
k
l
r
-
a
n
,

p
e
n
d
a
p
a
t
,

d
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

d
a
l
a
m

p
e
n
u
l
l
s
a
n

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a
l
2
.
l

M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
o
p
l
k

t
e
r
-
t
e
n
t
u

d
e
n
g
a
n

p
o
l
a

p
e
n
g
e
m
-
b
a
n
g
a
n

d
e
d
u
k
t
i
f

d
a
n

i
n
d
u
k
t
i
f


7
.

M
e
m
a
h
a
m
l


w
a
c
a
n
a

s
a
s
t
r
a

p
u
l
s
l

d
a
n

c
e
r
p
e
n
7
.
l

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l
,

i
n
t
o
n
a
s
i
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

i
n
d
u
k
t
i
f


M
e
n
g
e
n
a
l
l

c
l
r
l
-
c
l
r
l

k
a
r
a
n
g
a
a
n

p
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f


M
e
m
b
u
a
t

k
e
r
a
n
g
k
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

t
e
n
t
a
n
g

p
e
r
l
s
t
l
w
a

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
n
y
a

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f

d
e
n
g
a
n

m
e
m
-
p
e
r
h
a
t
l
k
a
n
:


C
l
r
l
-
c
l
r
l


K
a
l
l
m
a
t

k
e
s
l
m
p
u
l
a
n


L
e
t
a
k

k
a
l
l
m
a
t

k
e
s
l
m
p
u
l
a
n

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

b
a
h
a
s
a


M
e
n
u
l
l
s

k
a
r
a
n
g
a
n

y
a
n
g

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

d
a
n

l
n
d
u
k
t
l
f

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

k
e
r
a
n
g
k
a


M
e
n
y
u
n
t
l
n
g

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a

d
e
d
u
k
t
l
f

l
n
d
u
k
t
l
f
-
-
-
-
-
-
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
/
2
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
i
h
a
n

s
i
k


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

j
u
j
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
P
e
n
j
a
s
-
O
r
k
e
s
l
0
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
i
l
a
n

b
e
r
-
b
a
g
a
l

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
-
t
i
n
g
a
n

p
e
r
-
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

s
p
o
r
t
i
f
,

j
u
j
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s
,

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
l
0
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
-
p
i
l
a
n

p
e
n
g
-
u
a
s
a
a
n

b
e
r
-
b
a
g
a
i

t
e
k
n
i
k

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

n
i
l
a
i
-
n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
-
d
u
n
g

d
i

d
a
l
a
m
n
y
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
R
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n
,

j
u
j
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
j
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
i
a
n
-
-
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A
P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
I
/
2
B
i
o
l
o
g
i
F
i
s
i
k
a
K
i
m
i
a
S
e
j
a
r
a
h
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m
T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

P
e
r
a
l
a
t
a
n

t
e
k
n
o
l
o
g
i

u
n
t
u
k

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
-

M
e
n
y
i
a
p
k
a
n

a
l
a
t

t
e
k
n
o
l
o
g
i

u
n
t
u
k

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i

s
e
b
a
g
a
i

t
a
n
d
a

s
i
a
g
a

b
e
n
c
a
n
a
2
.
2

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
-
a
n

i
l
m
u

p
e
n
g
-
e
t
a
h
u
a
n

d
a
n

t
e
k
n
o
l
o
g
i

d
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
2
.

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

p
e
r
k
e
m
b
a
n
g
-
a
n

i
l
m
u

p
e
n
g
-
e
t
a
h
u
a
n

d
a
n

t
e
k
n
o
l
o
g
i

p
a
d
a

a
b
a
d

k
e
-
2
0
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
l
a
t

t
e
k
n
o
l
o
g
i

u
n
t
u
k

k
o
m
u
n
i
k
a
s
i

s
e
b
a
g
a
i

t
a
n
d
a

s
i
a
g
a

b
e
n
c
a
n
a
.

M
i
s
a
l
n
y
a

:

k
e
n
t
o
n
g
a
n
,

s
i
r
e
n
e
,

H
P
.
-

M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
i

d
a
n

r
e
k
o
n
t
r
u
k
s
i

s
e
d
e
r
h
a
n
a

a
k
i
b
a
t

b
a
n
j
i
r
-

A
l
a
t

t
e
k
n
o
l
o
g
i

u
n
t
u
k

k
o
m
u
-
n
i
k
a
s
i

s
e
b
a
g
a
i

t
a
n
d
a

s
i
a
g
a

b
e
n
c
a
n
a
.

M
i
s
a
l
n
y
a

:

k
e
n
t
o
n
g
a
n
,

s
i
r
e
n
e
,

H
P
.
-

A
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
i

d
a
n

r
e
k
o
n
t
r
u
k
-
s
i

s
e
d
e
r
h
a
n
a

a
k
i
b
a
t

b
a
n
j
i
r
-
-
-
-
-
-
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-
-
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
X
I
/
1
X
I
I
/
1
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
i
s
a
n

i
n
f
o
r
-
m
a
s
i

h
a
s
i
l

m
e
m
b
a
c
a

d
a
n

w
a
w
a
n
c
a
r
a
2
.
2

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
e
n
t
a
n
g

t
a
n
g
-
g
a
p
a
n

n
a
r
a
s
u
m
b
e
r

t
e
r
h
a
d
a
p

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u


S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
W
a
w
a
n
c
a
r
a

n
a
r
a

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r
r

.
F
X
B
X
B
O
D
B
S
B
J

O
B
S
B

T
V
N
C
F
S

U
F
O
U
B
O
H

C
B
O
K
J
S
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
r

.
F
O
V
M
J
T

L
B
S
B
O
H
B
O

Z
B
O
H

C
F
S
Q
P
M
B

E
F
E
V
L
U
J
G

E
B
O

i
n
d
u
k
t
i
f

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

k
e
r
a
n
g
k
a
r

.
F
O
Z
V
O
U
J
O
H

L
B
S
B
O
H
B
O

C
F
S
Q
P
M
B

E
F
E
V
L
U
J
G

J
O
E
V
L
U
J
G
M
e
n
u
l
i
s

k
a
r
a
n
g
a
n

t
e
n
t
a
n
g

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
-
O
Z
B

C
F
S
Q
P
M
B

E
F
E
V
L
U
J
G

E
B
O

i
n
d
u
k
t
i
f

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
-
h
a
t
i
k
a
n
:
r

$
J
S
J

D
J
S
J
r

,
B
M
J
N
B
U

L
F
T
J
N
Q
V
M
B
O
r

-
F
U
B
L

L
B
M
J
N
B
U

L
F
T
J
N
Q
V
M
B
O

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

b
a
h
a
s
a
%
J
B
M
P
H

Z
B
O
H

C
F
S
V
Q
B

U
B
O
Z
B

j
a
w
a
b
.
r

%
B
G
U
B
S

Q
F
S
U
B
O
Z
B
B
O

r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
R
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
r

.
F
N
C
V
B
U

S
B
O
H
L
V
N
B
O

I
B
T
J
M

X
B
X
B
O
D
B
S
B

E
F
O
H
B
O

L
B
M
J
N
B
U

Z
B
O
H

F
G
F
L
U
J
G
r

.
F
O
Z
B
N
Q
B
J
L
B
O

S
B
O
H
L
V
N
B
O

I
B
T
J
M

X
B
X
B
O
D
B
S
B
r

.
F
O
D
B
U
B
U

Q
P
L
P
L

Q
P
L
P
L

X
B
X
B
O
D
B
S
B

U
P
Q
J
L

C
B
O
K
J
S

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
e
n
u
l
i
s
1
2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

p
i
k
i
r
a
n
,

p
e
n
d
a
p
a
t
,

d
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

d
a
l
a
m

p
e
n
u
l
i
s
a
n

k
a
r
a
n
g
a
n

b
e
r
p
o
l
a
1
2
.
1

M
e
n
u
l
i
s

k
a
r
a
n
g
-
a
n

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u

d
e
n
g
a
n

p
o
l
a

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

d
e
d
u
k
t
i
f

d
a
n

i
n
d
u
k
t
i
f
,
B
S
B
O
H
B
O

C
F
S
Q
P
M
B

E
F
E
V
L
U
J
G

d
a
n

i
n
d
u
k
t
i
f

r

.
F
O
H
F
O
B
M
J

D
J
S
J

D
J
S
J

L
B
S
B
O
H
B
B
O

Q
F
S
Q
P
M
B

E
F
E
V
L
U
J
G

E
B
O

i
n
d
u
k
t
i
f
r

.
F
N
C
V
B
U

L
F
S
B
O
H
L
B
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
-
-
-
-
X
I
I
/
1
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
n
a
n
d
a
l

[
e
d
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l


M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
-
h
a
t
l
k
a
n

:


L
a
f
a
l

d
a
n

l
n
t
o
n
a
s
l


P
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n


M
l
m
l
k
/

g
e
r
a
k

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l


M
e
n
e
n
t
u
k
a
n

m
a
k
n
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n


M
e
n
g
o
m
e
n
t
a
r
l

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

:


T
e
m
a

b
a
n
[
l
r


C
a
r
a

m
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

(
l
a
f
a
l
,

l
n
t
o
n
a
s
l
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n
,

g
e
r
a
k
-
g
e
r
l
k
,

e
k
s
p
r
e
s
l


M
a
k
n
a

p
u
l
s
l
X
I
/
2
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
5
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

l
o
n
c
a
t

i
n
d
a
h

d
a
n

n
i
l
a
i
-
n
i
l
a
i

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
5
.
l

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

s
a
l
a
h

s
a
t
u

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
-
l
l
n
,

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
,

k
e
r
[
a

s
a
m
a
,

d
a
n

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s
S
a
a
t

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

w
a
t
e
r

t
r
a
p
e
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
l
h
a
n

s
l
k


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
l
a
k
u
k
a
n

g
e
r
a
k
a
n

r
e
n
a
n
g

w
a
t
e
r

t
r
a
p
e
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
-
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s
8
a
h
a
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
7
.
l

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l
,

l
n
t
o
n
a
s
l
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
l

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l
7
.

M
e
m
a
h
a
m
l


w
a
c
a
n
a

s
a
s
t
r
a

p
u
l
s
l

d
a
n

c
e
r
p
e
n
K
E
L
A
S
M
A
T
E
R
I

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R

P
E
R
I
L
A
K
U

S
I
S
W
A
M
A
T
A

P
E
L
A
J
A
R
A
N
S
K
K
D
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a


M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n


M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
a
l
a
t
a
n

/

p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
-
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n


L
a
t
l
h
a
n

s
l
k
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
P
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n


M
e
n
e
r
a
p
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
-
g
u
n
a
k
a
n

g
a
y
a

b
e
b
a
s


M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
l
s
e
r
t
a
l

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
-
-
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
-
-
S
e
b
e
l
u
m

T
e
r
j
a
d
i

B
e
n
c
a
n
a
-
-
S
a
a
t

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
-
-
S
e
t
e
l
a
h

T
e
r
[
a
d
l

B
e
n
c
a
n
a
X
|
|
/
2
P
e
n
[
a
s
-
O
r
k
e
s
S
e
[
a
r
a
h
A
n
t
h
r
o
p
o
l
o
g
l
l
0
.
3

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
-
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
-
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

u
n
t
u
k

k
e
p
e
n
-
t
l
n
g
a
n

p
e
r
t
o
-
l
o
n
g
a
n

s
e
r
t
a

n
l
l
a
l

d
l
s
l
p
l
l
n
,

s
p
o
r
t
l
f
,

[
u
[
u
r
,

t
o
l
e
r
a
n
,

k
e
r
[
a

k
e
r
a
s
,

d
a
n

k
e
b
e
r
a
n
l
a
n
l
0
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

p
e
n
g
u
a
s
a
a
n

b
e
r
b
a
g
a
l

t
e
k
n
l
k

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

n
l
l
a
l
-
n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
-
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
70
5.1.3. Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi
Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai peserta didik. Silabus bermanfaat
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar.
3
.
2

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

A
t
m
o
s
f
e
r

d
a
n

d
a
m
p
a
k
n
y
a

t
e
r
h
a
-
d
a
p

k
e
h
i
d
u
p
a
n

m
u
k
a

b
u
m
i
-

P
e
r
s
e
b
a
r
a
n

h
u
j
a
n

d
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
-

T
e
s

t
e
r
t
u
l
i
s
-

T
e
s

L
i
s
a
n
1
2

j
a
m

p
e
l
a
j
a
r
a
n
-

M
e
m
b
u
a
t

t
a
b
e
l

a
t
a
u

g
r
a

k

p
e
r
s
e
b
a
r
a
n

c
u
r
a
h

h
u
j
a
n

d
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
r

.
F
O
Z
B
K
J
L
B
O

J
O
G
P
S
N
B
T
J

t
e
n
t
a
n
g

p
e
r
s
e
b
a
r
a
n

c
u
r
a
h

h
u
j
a
n

d
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a

d
a
l
a
m

b
e
n
t
u
k

g
r
a

k
/
t
a
b
e
l
-

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m

m
a
u
p
u
n

b
u
a
t
a
n
-

P
e
n
d
u
d
u
k
/
n
a
r
a

s
u
m
b
e
r
-

B
a
h
a
n

d
a
n

a
l
a
t

u
n
t
u
k

m
e
m
b
u
a
t

a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
i

s
e
d
e
r
h
a
n
a
-

P
e
t
a

t
e
m
a
t
i
k

t
e
n
-
t
a
n
g

p
e
r
s
e
b
a
r
a
n

t
a
t
a

r
u
a
n
g

d
a
n

t
a
t
a

k
o
t
a

-

M
e
d
i
a

e
l
e
k
t
r
o
n
i
k

d
a
n

m
e
d
i
a

c
e
t
a
k

y
a
n
g

m
e
m
u
a
t

i
n
f
o
r
m
a
s
i

d
a
e
r
a
h

b
a
n
j
i
r
-

T
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

T
e
s

u
n
j
u
k

k
e
r
j
a

s
a
a
t

d
i
s
k
u
s
i

d
a
n

m
e
m
b
u
a
t

a
l
a
t

e
v
a
k
u
a
s
i

-

T
e
s

p
r
o
d
u
k

t
e
r
h
a
d
a
p

h
a
s
i
l

a
l
a
t
-
a
l
a
t

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
b
u
a
t
-

M
e
n
d
i
s
k
u
s
i
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r

d
a
n

u
p
a
y
a

p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
n
y
a
-

M
e
n
d
a
t
a

a
l
a
t
-
a
l
a
t

y
a
n
g

d
i
p
e
r
l
u
k
a
n

s
e
b
e
l
u
m

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
i
s
k
u
s
i
k
a
n

c
a
r
a

m
e
m
p
e
r
o
l
e
h

b
a
h
a
n
/
a
l
a
t
-

M
e
n
d
e
s
a
i
n

p
e
m
b
u
a
t
a
n

a
l
a
t
-
a
l
a
t

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

d
a
y
a

b
e
b
a
n

y
a
n
g

a
k
a
n

d
i
e
v
a
k
u
a
s
i
-

M
e
n
c
o
b
a

p
e
n
g
g
u
n
a
a
n

a
l
a
t
-

M
e
m
b
e
r
s
i
h
k
a
n

s
a
l
u
r
a
n

a
i
r
-

T
i
d
a
k

m
e
r
u
s
a
k

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
r

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r

d
a
n

c
a
r
a

p
e
n
c
e
g
-
a
h
a
n
n
y
a
r

.
F
O
Z
J
B
Q
L
B
O

B
M
B
U

B
M
B
U

e
v
a
k
u
a
s
i

s
e
d
e
r
h
a
n
a
r

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

K
F
O
J
T

j
e
n
i
s

a
l
a
t

y
a
n
g

p
e
r
l
u

d
i
p
e
r
s
i
a
p
k
a
n

s
e
b
e
l
u
m

b
a
n
j
i
r
(
6
)
(
1
)
(
8
)
(
7
)
(
9
)
(
1
0
)
(
1
1
)
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
/
B
A
H
A
N
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h

:

S
M
A
K
e
l
a
s
/
S
m
t


:

X
/
1
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

:

G
e
o
g
r
a

S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

3
.
M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

u
n
s
u
r
-
u
n
s
u
r

g
e
o
s
f
e
r
T
a
b
e
l

5
.
3
:

C
o
n
t
o
h

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

S
i
l
a
b
u
s

t
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i

k
e
d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

G
e
o
g
r
a
f
P
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

(
E
l

N
i
n
o

d
a
n

L
a

N
i
n
o
)


S
e
c
a
r
a

k
e
l
o
m
p
o
k
,

m
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

f
a
k
t
o
r
-
f
a
k
t
o
r

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
[
a
d
l
n
y
a

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

(
L
l

N
l
n
o

d
a
n

L
a

N
l
n
o
)

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

s
u
m
b
e
r


S
e
c
a
r
a

l
n
d
l
v
l
d
u
,

m
e
m
b
u
a
t

k
l
l
p
l
n
g

t
e
n
t
a
n
g

p
e
r
u
b
a
h
a
n

l
k
l
l
m


g
l
o
b
a
l

l
e
n
g
k
a
p

d
e
n
g
a
n

r
a
n
g
k
u
m
a
n
,

t
a
n
g
g
a
p
a
n

s
e
r
t
a

s
u
m
b
e
r

k
l
l
p
l
n
g


M
e
n
c
a
r
l

l
n
f
o
r
m
a
s
l

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
l

s
u
m
b
e
r

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
-
[
a
d
l
n
y
a

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

h
u
b
u
n
g
a
n

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

d
e
n
g
a
n

p
e
n
l
n
g
k
a
t
a
n

f
r
e
k
u
e
n
s
l

d
a
n

l
n
t
e
n
s
l
t
a
s

b
a
n
[
l
r


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s

d
a
m
p
a
k

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

d
a
n

u
p
a
y
a

m
e
n
g
u
r
a
n
g
l
n
y
a
T
u
g
a
s

l
n
d
l
v
l
d
u


T
u
g
a
s

k
e
l
o
m
p
o
k
,

u
n
[
u
k

k
e
r
[
a
,

u
l
a
n
g
a
n
8
e
n
t
u
k

t
a
g
l
h
a
n
:
L
a
p
o
r
a
n

r
a
n
g
k
u
m
a
n
D
a
m
p
a
k

8
a
n
[
l
r
-

P
l
s
l
k
-

S
o
s
l
a
l
-

L
k
o
n
o
m
l

-

L
l
n
g
k
u
n
g
a
n
-

M
e
n
g
a
m
a
t
l

d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
r
k
e
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

d
a
n

m
e
n
d
a
t
a

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r

d
l
l
l
h
a
t

d
a
r
l

a
s
p
e
k

s
l
k
,

s
o
s
l
a
l
,

e
k
o
n
o
m
l
,

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
n
g
a
n
a
l
l
s
l
s

d
a
m
p
a
k

b
a
n
[
l
r

d
a
r
l

s
e
g
l

s
l
k
,

s
o
s
l
a
l
,

e
k
o
n
o
m
l
,

d
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n
-

T
e
s

U
n
[
u
k

k
e
r
[
a
(
6
)
(
1
)
(
8
)
(
7
)
(
9
)
(
1
0
)
(
1
1
)
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
O
K
O
K
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R
/
B
A
H
A
N
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h

:

S
M
A
K
e
l
a
s
/
S
m
t


:

X
I
/

S
e
m
e
s
t
e
r

1
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

:

G
e
o
g
r
a

P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
i

:

I
P
S
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

3
.

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

d
a
n

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p
3
.
2

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

p
e
l
e
s
t
a
-
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
l
a
m

k
a
i
t
a
n
n
y
a

d
e
n
g
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


P
e
l
e
s
t
a
r
l
a
n

l
l
n
g
-
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p


P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


T
e
r
t
u
l
l
s


L
l
s
a
n


U
n
[
u
k

k
e
r
[
a


P
r
o
d
u
k
B
u
k
u

s
u
m
b
e
r

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
.
S
o
e
m
a
r
w
o
t
o
,

O
t
t
o

(
1
9
8
2
)
,

E
k
o
l
o
g
i

L
l
n
g
k
u
n
g
a
n

H
l
d
u
p

d
a
n

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

B
e
r
w
a
w
a
s
a
n

L
l
n
g
k
u
n
g
a
n
.
1
a
k
a
r
t
a

D
j
a
m
b
a
t
a
n
1
0

x

4
5


D
l
s
k
u
s
l

u
n
t
u
k

m
e
r
u
m
u
s
k
a
n

k
o
n
s
e
p

p
e
l
e
s
t
a
r
l
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
-
l
a
n
j
u
t
a
n


b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

k
a
j
i
a
n

r
e
f
e
r
e
n
s
i


D
l
s
k
u
s
l

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
m
e
l
l
h
a
r
a

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n

a
g
a
r

t
e
r
j
a
g
a

k
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n
n
y
a

(
m
i
s
a
l

t
i
d
a
k

b
a
n
j
i
r
)


M
e
m
b
u
a
t

k
l
l
p
l
n
g
(
d
l
l
e
n
g
k
a
p
l

d
e
n
g
a
n

r
a
n
g
k
u
m
-
a
n

d
a
n

t
a
n
g
g
a
p
a
n
,

s
u
m
b
e
r

r
e
f
e
r
e
n
s
i
)

t
e
n
t
a
n
g

p
e
l
e
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


P
r
a
k
t
e
k

p
e
m
e
l
l
h
a
r
a
a
n

l
l
n
g
k
u
n
g
a
n


a
g
a
r

t
l
d
a
k

b
a
n
j
i
r


K
e
r
[
a
s
a
m
a

d
a
l
a
m

m
e
n
[
a
g
a

k
e
b
e
r
s
l
h
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n


M
e
r
u
m
u
s
k
a
n

a
r
t
l

p
e
l
e
s
-
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


M
e
n
[
e
l
a
s
k
a
n

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n

d
a
n

p
e
m
b
a
n
g
-
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

k
e
m
-
b
a
l
i

p
e
n
t
i
n
g
n
y
a

p
e
l
e
s
-
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

k
a
i
t
a
n
n
y
a

d
e
n
g
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
-
l
a
n
j
u
t
a
n


M
e
m
b
e
r
l

c
o
n
t
o
h

t
l
n
d
a
k
-
a
n

y
a
n
g

m
e
n
c
e
r
m
l
n
k
a
n

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

d
a
l
a
m

k
a
i
t
a
n
n
y
a

d
e
n
g
a
n

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n


T
e
r
a
m
p
l
l

d
a
l
a
m

m
e
m
-
p
r
a
k
t
e
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

y
a
n
g

r
e
n
t
a
n

b
a
n
j
i
r


M
e
n
s
o
s
l
a
l
l
s
a
s
l
k
a
n

d
a
m
p
a
k

k
e
r
u
s
a
k
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
k
i
b
a
t

b
a
n
j
i
r

t
e
r
h
a
d
a
p

k
e
h
i
-
d
u
p
a
n

s
o
s
i
a
l

d
a
n

e
k
o
n
o
m
i
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
/
M
A
.
.
.
M
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n






:

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r





:

X
/


S
e
m
e
s
t
e
r

1
A
s
p
e
k



:

B
e
r
b
i
c
a
r
a
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

p
i
k
i
r
a
n

,

p
e
r
a
s
a
a
n
,

d
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

m
e
l
a
l
u
i

k
e
g
i
a
t
a
n

b
e
r
k
e
n
a
l
a
n
,

b
e
r
d
i
s
k
u
s
i
,

d
a
n

b
e
r
c
e
r
i
t
a
2
.
2

M
e
n
d
i
s
k
u
s
i
k
a
n

m
a
s
a
l
a
h

(
y
a
n
g

d
i
t
e
m
u
k
a
n

d
a
r
i

b
e
r
b
a
g
a
i

b
e
r
i
t
a
,

a
r
t
i
k
e
l
,

a
t
a
u

b
u
k
u
)
T
e
s

u
n
j
u
k

k
e
r
j
a
A
r
t
i
k
e
l
/
b
u
k
u

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r
2

x

4
5


M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

g
a
g
a
s
a
n


t
e
n
t
a
n
g

m
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

a
k
a
n

d
l
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n
,

m
i
s
a
l
n
y
a
:

b
a
n
j
i
r


M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

t
e
m
a

m
e
n
[
a
d
l

t
o
p
l
k
-
t
o
p
l
k
,

m
l
s
a
l
n
y
a

:

p
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
[
l
r
,

u
p
a
y
a

m
e
n
g
u
r
a
n
g
i

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
,

p
e
n
a
n
g
g
u
l
a
n
g
a
n

s
e
b
e
l
u
m
,

s
a
a
t

d
a
n

s
e
t
e
l
a
h

b
a
n
j
i
r


M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
n
[
a
b
a
r
a
n

t
o
p
l
k

m
e
n
[
a
d
l

s
u
b
-
t
o
p
l
k

d
a
n

k
e
g
l
a
t
a
n

y
a
n
g

a
k
a
n

d
i
l
a
k
u
k
a
n


M
e
n
g
u
m
p
u
l
k
a
n

s
u
m
b
e
r

l
n
f
o
r
m
a
s
l

d
a
r
l

t
o
p
l
k

m
e
l
a
l
u
l

b
e
r
l
t
a
,

a
r
t
l
k
e
l
,

b
u
k
u


M
e
n
c
a
t
a
t

n
a
m
a

s
u
m
b
e
r
,

t
a
h
u
n
,

n
o
m
o
r

h
a
l
a
m
a
n

d
a
r
l

s
u
m
b
e
r

t
e
r
t
u
l
l
s


M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

p
e
m
e
c
a
h
a
n

m
a
s
a
l
a
h

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

t
o
p
l
k

m
a
s
l
n
g
-
m
a
s
i
n
g

k
e
l
o
m
p
o
k

s
a
t
u

t
o
p
i
k


M
e
r
a
n
g
k
u
m

h
a
s
l
l

d
l
s
k
u
s
l


M
e
n
c
a
t
a
t

m
a
s
a
l
a
h

d
a
r
l

b
e
r
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r


M
e
n
a
n
g
g
a
p
l

m
a
s
a
l
a
h

d
a
l
a
m

b
e
r
i
t
a
,

a
r
t
i
k
e
l
,

d
a
n

b
u
k
u


M
e
n
g
a
[
u
k
a
n

s
a
r
a
n

d
a
n

p
e
m
e
c
a
h
a
n

m
a
s
a
l
a
h

t
e
r
h
a
d
a
p

m
a
s
a
l
a
h

y
a
n
g

d
i
s
a
m
p
a
i
k
a
n


M
e
n
a
f
s
l
r
k
a
n

m
a
k
n
a

k
a
t
a
-
k
a
t
a

s
u
l
l
t

d
a
l
a
m

t
e
k
s

b
a
c
a
a
n
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
T
a
b
e
l

5
.
4
:

C
o
n
t
o
h

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

S
i
l
a
b
u
s

t
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i

k
e
d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
/
M
A
.
.
.
M
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n






:

B
i
o
l
o
g
i
K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r





:

X
/

S
e
m
e
s
t
e
r

1
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i

:

3
.


M
e
m
a
h
a
m
i

m
a
n
f
a
a
t

k
e
a
n
e
k
a
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i
3
.
2

M
e
n
g
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
k
a
n

k
e
a
n
e
k
a
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
,

d
a
n

u
s
a
h
a

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

s
e
r
t
a

p
e
-
m
a
n
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

a
l
a
m
K
o
m
p
o
n
e
n

E
k
o
s
i
s
t
e
m



-

D
a
u
r

b
i
o
g
e
o
k
i
m
i
a


-

D
a
u
r

a
i
r


-

P
e
m
a
n
a
s
a
n





g
l
o
b
a
l

d
a
n

p
e
-




r
u
b
a
h
a
n

d
a
u
r

a
i
r
-

T
e
s

t
e
r
t
u
l
i
s
-

U
n
j
u
k

K
e
r
j
a
B
u
k
u

S
u
m
b
e
r

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
B
a
h
a
n
:
P
e
t
a

b
i
o
g
e
o
g
r
a


d
u
n
i
a

d
a
n

I
n
d
o
n
e
s
i
a
.

G
a
m
b
a
r
/

l
m
/
f
o
t
o

b
e
r
b
a
g
a
i

j
e
n
i
s

h
e
w
a
n

d
a
n

t
u
m
b
u
h
a
n

I
n
d
o
n
e
s
i
a
,
i
k
l
u
s

b
i
o
g
e
o
k
i
m
i
a

G
a
m
b
a
r
/
c
h
a
r
t
a
4

x

4
5

.
F
M
B
L
V
L
B
O

Q
F
O
H
B
N
B
U
B
O

F
L
P
T
J
T
U
F
N

E
J

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

s
e
k
i
t
a
r
n
y
a

d
a
n

m
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

k
o
m
p
o
n
e
n
-
k
o
m
p
o
n
e
n

y
a
n
g

m
e
n
y
u
s
u
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

t
e
r
s
e
b
u
t
r

.
F
O
H
B
O
B
M
J
T
J

I
V
C
V
O
H
B
O

B
O
U
B
S
B

L
P
N
Q
P
O
F
O

b
i
o
t
i
k

d
a
n

a
b
i
o
t
i
k

s
e
r
t
a

h
u
b
u
n
g
a
n

a
n
t
a
r
a

b
i
o
t
i
k

d
a
n

b
i
o
t
i
k

d
a
l
a
m

e
k
o
s
i
s
t
e
n

t
e
r
s
e
b
u
t
r

.
F
O
B
O
B
M
J
T
J
T

L
F
N
V
O
H
L
J
O
B
O

L
F
U
J
E
B
L
T
F
J
N
C
B
O
H
B
O

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

k
a
r
e
n
a

r
u
s
a
k
n
y
a

a
t
a
u

t
e
r
g
a
n
g
g
u
n
y
a

s
a
l
a
h

s
a
t
u

k
o
m
p
o
n
e
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m

t
e
r
s
e
b
u
t
r

.
F
O
E
J
T
L
V
T
J
L
B
O

D
B
S
B

D
B
S
B

Q
F
N
V
M
J
I
B
O

L
F
U
J
E
B
L

s
e
i
m
b
a
n
g
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

J
O
U
S
P
T
Q
F
L
T
J

E
J
S
J

L
F
H
J
B
U
B
O

Z
B
O
H

p
e
r
n
a
h

d
i
l
a
k
u
k
a
n
n
y
a

b
e
r
k
a
i
t
a
n

d
e
n
g
a
n

k
e
-
s
e
i
m
b
a
n
g
a
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

Q
F
O
B
O
B
N
B
O

Q
P
I
P
O

E
J

M
J
O
H
L
V
O
H
B
O

s
e
k
o
l
a
h

d
a
n

d
i

s
e
k
i
t
a
r

s
e
k
o
l
a
h
r

%
J
T
L
V
T
J

U
F
O
U
B
O
H

T
J
L
M
V
T

C
J
P
H
F
P
L
J
N
J
B

E
B
O

N
F
O

j
e
l
a
s
k
a
n

p
e
r
a
n

m
i
k
r
o
o
r
g
a
n
i
s
m
e

d
a
l
a
m
S
i
k
l
u
s

t
e
r
s
e
b
u
t
r

.
F
O
H
J
E
F
O
U
J

L
B
T
J

k
o
m
p
o
n
e
n
-
k
o
m
p
o
n
e
n

p
e
n
y
u
s
u
n

e
k
o
s
i
s
t
e
m
r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

G
V
O
H
T
J

h
u
t
a
n

h
u
j
a
n

t
r
o
p
i
s

b
a
g
i

k
e
h
i
d
u
p
a
n
r

.
F
O
K
F
M
B
T
L
B
O

V
T
B
I
B

u
s
a
h
a

p
e
l
e
s
t
a
r
i
a
n

k
e
-
a
n
e
k
a
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a
r

5
V
S
V
U

N
F
O
K
B
H
B

L
F

l
e
s
t
a
r
i
a
n

k
e
a
n
e
k
a
-
r
a
g
a
m
a
n

h
a
y
a
t
i
r

.
F
M
B
L
V
L
B
O

B
L
T
J

O
Z
B
U
B

k
e
p
e
d
u
l
i
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
r

.
F
O
H
H
B
N
C
B
S
L
B
O

T
J
L
M
V
T

b
i
o
g
e
o
k
i
m
i
a
r

.
F
O
H
B
O
B
M
J
T
J
T

E
B
N
Q
B
L

p
e
m
a
n
a
s
a
n

g
l
o
b
a
l

t
e
r
-
h
a
d
a
p

p
e
r
u
b
a
h
a
n

d
a
u
r

a
i
r
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
7
.
1

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
i
s
i

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i

d
e
n
g
a
n

l
a
f
a
l
,

i
n
t
o
n
a
s
i
,

p
e
n
g
-
h
a
y
a
t
a
n

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
i

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i


P
u
i
s
i

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i

:
-

T
e
m
a

8
e
n
c
a
n
a

8
a
n
[
l
r
-

C
a
r
a

m
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
i
s
i

(
l
a
f
a
l
,

i
n
t
o
n
a
s
i
,

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n
,

g
e
r
a
k
-
g
e
r
i
k
,

e
k
s
p
r
e
s
i
-

M
a
k
n
a

p
u
l
s
l
-

U
n
[
u
k

K
e
r
[
a
-

P
r
o
d
u
k
P
u
i
s
i

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i
4

x

4
5

-

M
e
n
u
l
l
s

p
u
l
s
l

d
e
n
g
a
n

t
e
m
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
a
n
d
a
l

[
e
d
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l
-

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
l
r
l

d
e
n
g
a
n

m
e
m
-
p
e
r
h
a
t
i
k
a
n



-

l
a
f
a
l

d
a
n

i
n
t
o
n
a
s
i



-

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n



-

m
i
m
i
k
/

g
e
r
a
k

d
a
n

e
k
s
p
r
e
s
i

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i
-

M
e
n
a
f
s
l
r
k
a
n

m
a
k
n
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
-

M
e
n
a
n
d
a
l

[
e
d
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i
-

M
e
m
b
a
c
a
k
a
n

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

s
e
n
d
i
r
i

d
e
n
g
a
n

m
e
m
p
e
r
h
a
t
i
k
a
n

:



-

l
a
f
a
l

d
a
n

i
n
t
o
n
a
s
i



-

p
e
n
g
h
a
y
a
t
a
n



-

m
i
m
i
k
/

g
e
r
a
k

d
a
n







e
k
s
p
r
e
s
i

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i
-

M
e
n
l
l
a
l

m
a
k
n
a

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
-

M
e
n
g
o
m
e
n
t
a
r
l

p
u
l
s
l

k
a
r
y
a

t
e
m
a
n
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
M
a
t
a

p
e
l
a
[
a
r
a
n


:

8
a
h
a
s
a

|
n
d
o
n
e
s
l
a
P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
l


:

|
P
S
,

|
P
A

d
a
n

8
a
h
a
s
a
K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r


:

X
|
/

s
e
m
e
s
t
e
r

l
A
s
p
e
k



:

8
e
r
b
l
c
a
r
a
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
l


:

7
.

M
e
m
a
h
a
m
l


w
a
c
a
n
a

s
a
s
t
r
a

p
u
l
s
l

d
a
n

c
e
r
p
e
n
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
2
.
2

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
e
n
t
a
n
g

t
a
n
g
g
a
p
a
n

n
a
r
a
s
u
m
b
e
r

t
e
r
h
a
d
a
p

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u


D
i
a
l
o
g

y
a
n
g

b
e
r
u
p
a

t
a
n
y
a

j
a
w
a
b
D
a
f
t
a
r

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n
R
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
-

T
e
r
t
u
l
l
s

b
e
n
t
u
k

u
r
a
i
a
n
-

U
n
[
u
k

K
e
r
[
a
-

P
r
o
d
u
k
T
a
p
e
/
k
a
s
e
t
,

d
a
f
t
a
r

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n
4

x

4
5

-

M
e
m
b
u
a
t

d
a
f
t
a
r

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

w
a
w
a
n
c
a
r
a
-

M
e
n
c
a
t
a
t

p
o
k
o
k
-
p
o
k
o
k

h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
o
p
l
k

t
e
r
t
e
n
t
u

,

m
l
s
a
l

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
[
l
r
-

M
e
n
d
l
s
k
u
s
l
k
a
n

h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
-

M
e
m
b
u
a
t

r
a
n
g
k
u
m
a
n


h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

d
e
n
g
a
n

k
a
l
i
m
a
t

y
a
n
g

e
f
e
k
t
i
f

-

M
e
m
l
l
l
h

c
a
r
a

p
e
n
y
a
[
l
a
n

y
a
n
g

t
e
p
a
t

d
a
r
l

h
a
s
l
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
-

M
e
r
u
m
u
s
k
a
n

d
a
f
t
a
r

p
e
r
t
a
n
y
a
a
n

w
a
w
a
n
c
a
r
a
-

M
e
n
c
a
t
a
t

p
o
k
o
k
-
p
o
k
o
k

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

t
o
p
i
k

t
e
r
t
e
n
t
u
-

M
e
m
b
u
a
t

r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a

d
e
n
g
a
n

k
a
l
i
m
a
t

y
a
n
g

e
f
e
k
t
i
f
-

M
e
n
y
a
[
l
k
a
n

r
a
n
g
k
u
m
a
n

h
a
s
i
l

w
a
w
a
n
c
a
r
a
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
M
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n


:

B
a
h
a
s
a

I
n
d
o
n
e
s
i
a
P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
l



:

P
r
o
g
r
a
m


|
P
A
,

P
r
o
g
r
a
m

|
P
S

d
a
n

P
r
o
g
r
a
m

8
a
h
a
s
a
K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r


:

X
|
|
/


S
e
m
e
s
t
e
r

l
A
s
p
e
k



















:

B
e
r
b
i
c
a
r
a
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
l


:

2
.

M
e
n
g
u
n
g
k
a
p
k
a
n

s
e
c
a
r
a

l
l
s
a
n

l
n
f
o
r
m
a
s
l

h
a
s
l
l

m
e
m
b
a
c
a

d
a
n


w
a
w
a
n
c
a
r
a
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
1
2
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
-
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
-
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
i
m

R
e
s
u
s
i
t
a
s
i

J
a
n
t
u
n
g

d
a
n

P
a
r
u

(
R
J
P
)

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n

d
a
n

t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
-

8
e
r
l
a
t
l
h

s
e
c
a
r
a

k
e
l
o
m
p
o
k

t
e
n
t
a
n
g

t
e
k
n
i
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
-
a
n

p
a
d
a

k
e
c
e
l
a
k
a
-
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
e
m

R
J
P
-

P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
-
k
a
p
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n
-

L
a
t
l
h
a
n

s
l
k
-

P
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
T
e
s

P
e
r
b
u
a
t
a
n
P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
-
l
e
n
g
k
a
p
a
n

r
e
n
a
n
g
6

x

4
5

-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

r
e
n
a
n
g

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

p
a
d
a

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

m
e
r
u
p
a
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

r
e
n
a
n
g

l
a
n
[
u
t
a
n
,

s
e
b
a
g
a
l

s
y
a
r
a
t

u
t
a
m
a

b
a
h
w
a

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t

h
a
r
u
s

m
e
n
g
u
a
s
a
l

b
e
t
u
l


b
e
r
b
a
g
a
l

t
e
k
n
l
k

r
e
n
a
n
g

k
h
u
s
u
s
n
y
a

r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a
.

-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

l
a
t
l
h
a
n

s
l
k

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
-

M
e
n
d
e
m
o
n
s
t
r
a
s
l
k
a
n


t
e
k
n
l
k

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

s
l
s
t
e
m

P
1
P

y
a
l
t
u
,

m
e
m
l
n
d
a
h
k
a
n

k
o
r
b
a
n

k
e

t
e
m
p
a
t

y
a
n
g

l
e
b
l
h

a
m
a
n
,

m
e
n
g
e
l
u
a
r
k
a
n

a
l
r

y
a
n
g

t
e
r
h
l
r
u
p
,

d
a
n

m
e
m
b
e
r
l
k
a
n

b
a
n
t
u
a
n

r
e
s
u
s
i
t
a
s
i

j
a
n
t
u
n
g

d
a
n

p
a
r
u
,

m
e
n
u
t
u
p

k
o
r
b
a
n

d
e
n
g
a
n

s
e
l
i
m
u
t
-

M
e
m
l
l
l
h

l
o
k
a
s
l

y
a
n
g

a
m
a
n

d
a
n

n
y
a
m
a
n

u
n
t
u
k

b
e
r
l
a
t
l
h
-

M
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n

p
e
r
-
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
l
e
n
g
k
a
p
a
n

y
a
n
g

s
e
s
u
a
l

d
e
n
g
a
n

k
e
b
u
t
u
h
a
n
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
y
-
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

P
3
K

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
e
m

R
J
P

s
e
s
u
a
l

p
r
o
s
e
d
u
r

y
a
n
g

b
e
n
a
r
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
M
a
t
a

p
e
l
a
[
a
r
a
n






:

P
e
n
[
a
s

O
r
k
e
s
P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
l

:

K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r





:

X
/

S
e
m
e
s
t
e
r

l
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
l

:

l
2
.


M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

k
e
t
e
r
a
m
p
l
l
a
n

b
e
b
e
r
a
p
a

g
a
y
a

r
e
n
a
n
g

d
a
n

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


d
a
n

n
l
l
a
l

n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
T
a
b
e
l

5
.
5
:

C
o
n
t
o
h

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

S
i
l
a
b
u
s

t
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i

k
e
d
a
l
a
m

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

P
e
n
j
a
s


O
r
k
e
s
1
1
.
2

M
e
m
p
r
a
k
t
i
k
k
a
n

k
e
-
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
-
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
i
m

R
e
s
u
s
i
t
a
s
i

J
a
n
t
u
n
g

d
a
n

P
a
r
u

(
R
J
P
)

s
e
r
t
a

n
i
l
a
i

d
i
s
i
p
l
i
n

d
a
n

t
a
n
g
g
u
n
g

j
a
w
a
b
P
e
n
y
e
l
a
m
a
t
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
T
e
s

P
e
r
b
u
a
t
a
n
P
e
r
a
l
a
t
a
n
/
p
e
r
-
l
e
n
g
k
a
p
a
n

r
e
n
a
n
g
2

x

4
5

-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
m
a
n
a
s
a
n

d
e
n
g
a
n

b
e
r
e
n
a
n
g

g
a
y
a

d
a
d
a

s
e
j
a
u
h

4
0
0

m
e
t
e
r

-

8
e
r
l
a
t
l
h

m
e
m
b
a
w
a

k
o
r
b
a
n

d
e
n
g
a
n

s
a
t
u

t
a
n
g
a
n

s
e
j
a
u
h

1
0

m
e
t
e
r
.

C
a
r
a

m
e
m
e
g
a
n
g

k
o
r
b
a
n

d
a
p
a
t

d
i
l
a
k
u
k
a
n

d
e
n
g
a
n

s
a
t
u

t
a
n
g
a
n

a
t
a
u

d
u
a

t
a
n
g
a
n
,

b
e
r
u
s
a
h
a

d
a
r
i

b
e
l
a
k
a
n
g

k
o
r
b
a
n

d
a
n

y
a
n
g


p
a
l
i
n
g

p
e
n
t
i
n
g

h
a
r
u
s

m
e
n
g
-
h
i
n
d
a
r

d
a
r
i

c
e
n
g
k
e
r
a
m
a
n

k
o
r
b
a
n

y
a
n
g

p
a
n
i
k

d
a
n

m
e
r
o
n
t
a
-
r
o
n
t
a

k
a
r
e
n
a

k
e
t
a
k
u
t
a
n
.
-

8
e
r
l
a
t
l
h

s
e
c
a
r
a

k
e
l
o
m
p
o
k

t
e
n
t
a
n
g

t
e
k
n
l
k

p
e
r
-
t
o
l
o
n
g
a
n

p
a
d
a

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
e
m

R
J
P
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
y
e
l
a
m
a
t
-
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
i

a
i
r
-

M
e
l
a
k
u
k
a
n

t
e
k
n
l
k

P
3
K

d
i

a
i
r

d
e
n
g
a
n

s
i
s
t
e
m

R
J
P

s
e
s
u
a
i

p
r
o
s
e
d
u
r

y
a
n
g

b
e
n
a
r
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I
P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
G
A
G
A
S
A
N

K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
A
L
O
K
A
S
I
W
A
K
T
U
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
N
a
m
a

S
e
k
o
l
a
h


:

S
M
A
M
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n






:

P
e
n
j
a
s

O
r
k
e
s
P
r
o
g
r
a
m

S
t
u
d
l

:

P
r
o
g
r
a
m

|
P
A
,

P
r
o
g
r
a
m

|
P
S
,

d
a
n

P
r
o
g
r
a
m

8
a
h
a
s
a
K
e
l
a
s
/
s
e
m
e
s
t
e
r





:

X
|
/

S
e
m
e
s
t
e
r

2
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
l

:

l
l
.

M
e
m
p
r
a
k
t
l
k
k
a
n

d
a
s
a
r

p
e
r
t
o
l
o
n
g
a
n

k
e
c
e
l
a
k
a
a
n

d
l

a
l
r


d
a
n

n
l
l
a
l
-
n
l
l
a
l

y
a
n
g

t
e
r
k
a
n
d
u
n
g

d
l

d
a
l
a
m
n
y
a
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
80
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran
Terintegrasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas
mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fsik serta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap
KD yang dapat dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih.Guru merancang
penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan
di satuan pendidikan.
Setiap RPP minimal harus mencakup komponen berikut ini;
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi pembelajaran
3. Metode pembelajaran
4. Sumber belajar
5. Penilaian hasil belajar
Rumusan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pada silabus yang sudah mengintegrasikan materi tentang bencana dan
kesiapsiagaan bencana selanjutnya diikuti oleh rumusan indikator, tujuan
pembelajaran, materi ajar, dan langkah pembelajaran di rencana pelaksanaan
pembelajaran yang juga memperlihatkan pengintegrasian materi tentang
bencana dan kesiapsiagaan bencana.
Langkah-langkah menyusun RPP sebagai berikut:
1. Mengisi kolom identitas
2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
3. Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan ( terdapat pada
silabus yang telah disusun)
4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan indikator
yang telah ditentukan. (lebih rinci dari KD dan indikator, pada saat-saat
tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena
indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.)
5. Mengidentifkasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran
yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi
pokok/pembelajaran
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
81
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan metode
pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Untuk pembejaran IPS dapat menggunakan metode yang bervariasi,
yaitu ceramah, diskusi, simulasi, pemberian tugas, pemecahan masalah,
dll dengan memfokuskan kegiatan belajar aktif serta komunikasi dua
arah.
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan
awal, inti, dan akhir.
8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran, dll.
Kotak 5.1 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/1
Topik /tema : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum Terjadi
Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara
pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat
yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi
banjir
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai Siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan bertindak
mengurangi risiko bencana banjir
Materi pembelajaran
1. Penyebab banjir dan cara pencegahannya ( pengetahuan tentang atmofer dan
hidrosfer serta
dampaknya terhadap kehidupan, tata wilayah, pengalihan fungsi lahan, pelapukan)
2. Gejala awal banjir ( pengetahuan tentang siklus air, hujan)
3. Tindakan darurat sebelum banjir ( membuat alat evakuasi membersihkan
lingkungan)
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
82
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Menggali informasi tentang penyebab banjir dengan menggunakan peta konsep
manfaat hutan dan pengelolaannya agar tidak terjadi banjir atau menceritakan
perbedaan manusia zaman dulu dengan manusia zaman sekarang dalam mengelola
sumber daya .
2. Kegiatan inti
Mendiskusikan lapisan atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan
makhluk di bumi
Menggunakan peta untuk mengetahui daerah-daerah banjir dan
mengkaitkannya dengan penyebab banjir
Mendiskusikan penyebab-penyebab banjir ditinjau dari berbagi faktor ,antar
a lain curah hujan yang tinggi, kesalahan dalam perencanaan pembangunan,
pendangkalan sungai, tatawilayah, kependudukan dan peralihan fungsi lahan
Melakukan penelitihan sederhana tentang penyebab banjir .
Melaporkan hasil atau mengkomunikasikan pada masyarakat untuk mngurangi
risiko bencana banjir.
Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko banjir misalnya, tidak merusak
lingkungan, membuat alat-alat evakuasi sederhana( membuat rakit, menanam
bambu, pohon pisang.
3. Kegiatan penutup
Memantapkan jawaban siswa saat diskusi antara lain : penyebab banjir antara
lain pengalihan fungsi lahan, sungai tidak mampu menampung luapan air (
pendangkalan), penggundulan hutan, perilaku dalam membuang sampah.
Refeksi
Contoh : indonesia sangat rentan terhadap bencana, penyebabnya bermacam-
macam, misalnya hujan , kerusakan lingkungan , pelapukan. Oleh karena
itu kita arus bisa mengelola lingkungan secara arif untuk mengurangi risiko
bencana banjir.
Tanya jawab yang sifatnya memperluas wawasan siswa. Bagaimana kondisi
bendungan di daerah setempat, berapa umur bendungan.
4. Penilain hasil belajar
Dilakukan terhadap proses maupun hasil dengan menggunakan tes
5. Sumber Belajar
Lingkungan alam dan budaya
Penduduk
TV, internet, surat kabar/majalah
Peta setempat dan peta Indonesia
Alat-alat evakuasi seperti rakit dari pohon pisang, pohon bambu, ember, ban
bekas, drum minyak.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
83
Kotak 5.2 : Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester :
Topik : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (saat terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menghindari dan menyelamatkan diri dari
bencana
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa mampu menghindari dan menyelematkan diri dari
bencana serta membantu sesama dalam Pengurangan Risiko Bencana.
Materi Pembelajaran
1. Mengenal macam-macam alat evakuasi sederhana yang digunakan saat banjir
2. Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana saat banjir
3. Peduli lingkungan dan sesama.
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Menggali informasi tentang risiko-risiko yang terjadi jika terlambat penangan-
an bencana banjir
Beberapa anak bercerita tentang pengalaman sewaktu banjir.
2. Kegiatan inti
Diskusi alat-alat evakuasi yang bisa digunakan untuk menyelamatkan
barang-barang berharga seperti : ijasah, sertivikat rumah, TV, komputer.
Berlatih menggunakan alat-alat evakuasi sederhana
Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana : tali, rakit dari ember, papan,
bambu, pohon pisang secara tepat
Mencari lokasi ke posko-posko terdekat.
3. Kegiatan penutup
Tes bagaimana mengevakuasi diri
Membantu sesama
Refeksi
Penilaian
Dengan tes unjuk kerja
Sumber belajar
1. Penduduk
2. Alat-alat evakuasi yang digunakan
3. TV
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
84
4. Alat-alat tanda bahaya
5. Posko banjir
6. Makanan yang layak , obat-obatan, pakaian.
Kotak 5.3: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : ................
Topik : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (setelah terjadi
Bencana)
Kompetensi Dasar : 1. Mampu mempraktekkan tindakan
pemeliharaan lingkungan agar tidak banjir
2. Mempraktekkan tindakan pengurangan risiko
bencana banjir secara bekerja sama
dengan teman sekolah, organisasi setempat ataupun
masyarakat
3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir
Tujuan pembelajaran
1. Setelah pembelajaran selesai siswa mampu mempraktekkan tindakan
pemeliharaan lingkungan
2. Mempraktekkan tindakaan pengurangan risiko bencana
3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir
Materi Ajar
1. Penerapan metode memanen hujan
2. Menerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan
3. Menjaga kualitas lingkungan
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Introspeksi terhadap perilaku yang memicu terjadinya banjir
Tanya jawab dampak banjir terhadap kehidupan , misalnya banyak korban
harta dan nyawa, ekonomi lumpuh, penyakit muncul dimana-mana.
Tanya jawab tindakan yang dilakukan setelah banjir
2. Kegiatan inti
Mendiskusikan tindakan melesarikan lingkungan
Melakukan tindakan pemeliharaan lingkungan
Kerjasama dengan pemerintah untuk mencari saudara-saudara yang terpisah
Diskusi pola pembangunan yang berwawasan lingkungan
Mencari informasi tentang peraturan pemerintah tentang pemanfaatan
lingkungan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
85
Membuat laporan hasil diskusi.
3. Kegiatan penutup
Pemantapan jawaban siswa
Refeksi
Perluasan wawasan siswa
Penilaian
Tes tertulis
Tes penugasan
Tes unjuk kerja
Sumber belajar
Lingkungan
Pohon untuk penghijauan
Peta tata kota
Peraturan-peraturan pemerintah yang relevan
5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/
instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis.
Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sedangkan fungsi bahan ajar adalah :
1. Pedoman bagi guru
2. Pedoman bagi siswa
3. Alat evaluasi
Tujuannya adalah:
1. Membantu siswa
2. Memberikan banyak pilihan
3. Memudahkan guru
4. Lebih menarik
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
86
Langkah-langkah menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan PRB tsunami
1. Memahami teknik penyusunan bahan ajar
2. Mengidentifkasi materi pembelajaran tentang PRB tsunami
3. Menganalisis kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan materi PRB
tsunami
4. Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan materi PRB tsunami
5. Menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan materi PRB tsunami
Kotak 5.4: Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan
Risiko Banjir pada mata pelajaran
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/1
Topik /tema : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum
Terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara
pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat
yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi
banjir
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan bertindak
untuk mengurangi risiko bencana banjir
Indikator:
1. Menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya
2. Menjelaskan gejala awal banjir
3. Menjelaskan Tindakan darurat yang akan dilakukan apabila akan terjadi banjir
4. Menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan setelah terjadi banjir
5. Tanggung jawab dan siap bekerjasama dalam membantu upaya pengurangan
risiko bencana banjir
Kegiatan
Pertemuan Pertama
1. Untuk menambah wawasan tentang pengertian dan penyebab banjir, tugaskan
siswa mendiskusikan tentang arti banjir dari segi penyebabnya dengan
menggunakan gambar skema di bawah ( skema masih bisa dikembangan lebih
lanjut oleh siswa)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
87





.



Dulunya hutan
bambu,
fungsinya?
Sampah, mengapa di buang
ke sungai?
Entahlah, mungkin karena curah
hujan melebihi kemampuan
tanah untuk menyerap air.
Dulunya hutan bambu dan
disana sawah, banyak yang dijual
ke pengembang.
Mengapa
terjadi
banjir?
Bendungan fungsi waduk
untuk pengairan sawah.
sekarang bobol?
Banjir kiriman tiap
tahun dari Bogor.
Bagaimana dengan
topogra tanah.
Belakang rumah saya ada
sungai pak? Biasanya tidak
sampai ke rumah? Orang sini
kalau buang sampai ke sungai,
seharusnya dibuatkan lubang
dan dibakar.
Gambar: Schema Penyebab banjir
Berdasarkan pengalaman atau pengamatan langsung atau pengetahuan
membaca buku/internet dan sebagainya tugaskan siswa membaca peta
topograf ( = peta yang menggambarkan semua kenampakan alam dan
kenampakan cultural/buatan manusia), kemudian menafsirkan pada peta
tempat /daerah daerah banjir, mengaitkan peta topograf dengan daerah-
daerah yang berpotensi mengalami banjir, mengapa daerah tersebut sering
banjir?
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
88



Atau
1. Tugaskan siswa mendatangi lokasi yang pernah mengalami bencana
banjir, melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang
penyebab terjadinya banjir yang melanda rumah penduduk. Supaya
memiliki wawasan, sebelum melakukan wawancara siswa perlu
membuat perencanaan dengan membuat peta konsep tentang banjir.
Mendiskusikan hasil wawancara dan membuat laporan tugas.
2. Mengapa terjadi banjir dengan mengenal kenampakan alam dan buatan ?
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berita banjir karena jebolnya
tanggul Situ Gintung. Apakah hal ini kesalahan manusia karena
tidak terawat atau umurnya yang sudah tua, yang jelas jebolnya situ
mengakibatkan banjir dan banyak menelan korban jiwa maupun harta.
Apakah daerah kita juga memiliki bendungan atau dam bendungan
atau. Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air,
menjadi waduk, danau,atau tempat rekreasi.
Tugaskan siswa mencari informasi tentang bendungan atau situ atau dam
daerah setempat, kemudian membuat laporan tugas
Yang perlu dipersiapkan yaitu peta konsep tentang bendungan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
89
Contoh:
Sejak zaman Belanda sampai sekarang telah banyak dibangun bendungan.
Misalnya bendungan Jatiluhur di Jawa Barat,bendungan Saguling di Citarum,
waduk Gajah Mungkur di Wonogiri Jawa tengah. Bendungan.. Apakah di
daerah siswa ada bendungan atau waduk? fungsi untuk apa? berapa umur
bendungan, bagaimana memelihara bendungan? (peta konsep ini dapat
dikembangkan oleh siswa).Dan siswa diminta membuat rasional kaitan
antara fungsi bendungan dengan bencana banjir.

Irigasi
Menahan air
hujan
Apa
fungsi
bendungan?
Berapa lama
umur bendungan?
Dan
sudah
berapa
lama?
Bagaimana
memelihara
bendungan?
Apa lagi ya?
Mengapa
bendungan
jebol?
Mengapa daerah
sekitar ... tidak
boleh untuk rumah ?
Kurang
terpelihara
Alih fungsi
Situ
Bendungan
Dam
???
1
2
4
5
6
(sumber:http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefox-a&rls=org.
mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
Pertemuan kedua
1. Mengapa banjir terjadi dengan mengenal fungsi hutan dan
pengelolaannya? Ajukan pertanyaan: pernahkah kita berpikir bagaimana
hutan bisa mencegah terjadinya banjir? apa fungsi hutan ? apakah
fungsi hutan? bagaimana cara mengelola hutan? coba tugaskan siswa
mendiskusikan masalah hutan sebagai penyebab banjir.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
90
Sebaiknya siswa membuat peta konsep tentang hutan.
Contoh:



Apa fungsi hutan?
Bagaimana sifat
sik hutan ?
Bagaimana
pengelolaan hutan ?
Sumber
devisa
bagi negara
Apa hutan?
Dampaknya
terhadap kehidupan
Gerakan menanam
seribu pohon
Jakarta - Menteri Kehutanan MS Kaban
mengibaratkan kerusakan hutan di
Indonesia sudah masuk kanker stadium 4.
Apabila tidak ada penanganan yang tepat,
maka dalam kurun waktu 15-30 tahun
ke depan Indonesia akan menuai bencana.
Detik.com.
(sumber::http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefox-a&rls=org.
mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
Contoh hasil diskusi siswa?
Hutan sangat banyak manfaatnya antara lain secara ekonomi sebagai
sumber devisa negara ( ingat berapa persen GNP dari hasil hutan) . Secara
fsik akar pohon dapat menyerap air hujan dan mencengkeram tanah
supaya tidak longsor, memperbaiki kualitas air sehingga tetap jernih karena
air hujan telah disaring . Selain itu akar juga berfungsi menyimpan air, hal
ini bisa menjaga keseimbangan sirkulasi air dalam tanah.Apa manfaatnya ?
bisa kita rasakan bahwa musim kemarau tidak kekeringan dan musin hujan
tidak banjir.secara estetika dapat menambah keindahan.Namun apa yang
terjadi dengan hutan kita? Karena kita anggap sebagai barang komoditas
maka hanya memikirkan keuntungan tanpa memikirkan dampaknya pada
kehidupan, sehingga terjadi kelangkaan sumber daya alam. Apa yang terjadi
dengan bumi kita jika tidak ada pohon atu hutan? Bumi kita sekarang ini
sedang dilanda Global Warming atau lebih dikenal dengan istilah pemanasan
global. Dengan adanya pohon sangat membantu dalam pencegahan global
warming.Kita sambut baik program pemerintah menanam seribu pohon.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
91
Untuk perluasan wawasan siswa.
Guru menggali informasi dari siswa untuk membandingkan manfaat hutan
zaman dulu dan sekarang ini.(Coba perhatikan gambar dan penjelasannya
pada nomor a dan b dibawah)
1. Manfaat hutan zaman dulu
Hutan di Indonesia sangat banyak jenisnya.Untuk menjelaskan manfaatnya,
kita ambil salah satu hutan yaitu bakau.
Hutan sebagai sumber makanan , contoh (perhatikan gambar berikut):
Aku harus berburu , mencari buah-
buahan dari tumbuhan liar/alami.
(Sb gambar :pusdiklatgeologi)
Sebagai tempat hunian, untuk menghindari binatang buas.
Sebagai tempat hunian.
( Sumber gb:Meinsacht.
wordpress.com)
Untuk kayu bakar sebagai penghangat tubuh, dan mengusir binatang
buas..

Untuk
mencari kayu bakar.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
92
2. Manfaat hutan saat ini
Sekarang ini hutan dapat dimanfaatkan untuk :
Manfaat ekonomi
Hutan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, contoh hutan bakau Mengapa ?
contoh :




Letaknya? Antara lain : Dangkalan
Sunda, pantai timur Sumatera, pantai
barat dan Selatan Kalimantan, pantai utara
Jawa. Bagian Timur Indonesia di tepi
dangkalan Sahul, Teluk Bintuni di Papua.
(Sb Wikipedia)
Luas di Indonesia antara
2,5 dan 4,5j uta hektar
(Sb Wikipedia)
Obat-obatan.
Bahan baku kertas.
b : Krivakertas
Kayu bakar.
Sumber : ktkabtangerang
Sumber devisa negara.
(sumber gambar:
Kabarindonesia.com)
Apa manfaat hutan bakau?
( Sumber 118.98.213.22)
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefox-a&rls=org.
mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
93
Manfaat lingkungan

Menyerap air
tanah.
Tempat bersarang
ikan-kan.
Menurunkan kondisi
gas CO2 di atmosfer.
sumber : cartoonstock.com)
Sb:iwanrakelta.
wordpress.com)
Menahan abrasi pantai
Menahan instrusi air laut
(Sb: yanstron.
wordpress.com)
Tempat wisata alam
sumber : wisata.voucher-
hotel.com
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Ao
fcial&tab=ni|)
3 Kegiatan
Mengapa terjadi banjir dengan menganalisis perilaku masyarakat dalam
membuang sampah?
Sering tidak disadari bahwa perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari
dapat memicu terjadinya banjir , misalnya membuang sampah ke sungai.
Hal ini karena pengetahuan yang kurang atau pendidikan yang minim atau
kebiasaan atau aturan yang tidak ada.Mengapa hal ini penyebab banjir?
Apa yang terjadi dengan sampah sebelum banjir?
1. Tugaskan siswa mengaitkan bagan gambar berikut ( bagan bisa
ditambah sendiri oleh siswa) dengan proses terjadinya banjir.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
94
perilaku buang sampah
Aliran air
terhambat
Pembusukan dan
pendangkalan sungai.

Membersihkan
sampah secara rutn
Buang sampah pada
tempatnya



Bagaimana mengelola sampah
sehingga memiliki nilai
ekonomis dan mengurangi
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3A
ofcial&tab=ni|)
Mengapa terjadi banjir dengan menganalisis laju pertumbuhan penduduk
negara kita?
Sekarang banyak lahan pertanian/perkebunan/hutan/sungai/laut yang
berubah fungsi menjadi tempat hunian atau tempat usaha dagang (Mall).
Apakah ini akibat dari jumlah penduduk bertambah sangat pesat? Apa
yang mereka perlukan? mungkin pekerjaan sehingga muncul industri
yang memicu peralihan lahan menjadi gedung (perusahaan, mall-mall
sebagai lapangan usaha modern). Mungkin mereka membutuhkan
tempat tinggal. apa akibatnya?
1. Coba tugaskan siswa mencari informasi tentang keterkaitan laju
pertumbuhan penduduk dengan terjadinya bencana banjir.
Informasi bisa melalui pengamatan, pengalaman pribadi, wawancara
dengan penduduk, internet atau sumber lain yang relevan,
mendiskusikan hasilnya. Siswa bisa menggunakan peta konsep
dibawah untuk dikembangkan)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
95



Masalah
pertambahan
penduduk ?




Masalah kepadatan
penduduk


Kebutuhan air
bersih ?

Bagaimana perubahan
pemanfaatan lahan untuk
mata pencaharian
penduduk?


Masalah tempat tinggal


Perilaku penduduk dengan
buang limbah sembarangan

(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=frefoxa&rls=org.mozilla%3Aid%3A
ofcial&tab=ni|)
Pertemuan ketiga
Tindakan Saat Terjadi Banjir
Setiap tahun kita mengalami musim hujan. Yang menjadi pemikiran adalah
apakah musim hujan banyak membawa manfaat. Mengapa? Berikut
merupakan contoh fakta tentang manfaat hujan bagi manusia .
Irigasi untuk 439 Ha Sawah Kering
[NGANJUK] Sebanyak lima dari enam waduk di Kabupaten Nganjuk, Jawa
Timur (Jatim) kekeringan. Salah satunya adalah Waduk Kedungsengon,
di Desa Balunggebang, Kecamatan Gondang. Waduk yang semula
memasok irigasi teknik sawah seluas 439 hektare (ha) di empat desa,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
96
yakni Balonggebang, Ngujung, Sanggrahan, dan Karangsemi, Kecamatan
Gondang, kini tak berfungsi.
Karena Waduk Sengon kering, petani hanya mengandalkan aliran air dari
Waduk Sumberkepuh di Kecamatan Lengkong, satu-satunya bendungan
besar di Nganjuk yang masih mengaliri lahan pertanian, ujar Kusyono,
penjaga Waduk Kedungsengon, Kamis (6/8).
Dalam kondisi normal, Waduk Kedungsengon yang dibangun 1973
memiliki debit air 560.000 meter kubik per detik (m3/detik) dan mampu
menampung 2,5 juta m3. Kapasitas waduk mampu memasok air irigasi
teknis untuk 12.000 ha sawah. Sejak awal Juli hingga Agustus, waduk
dengan kedalaman delapan meter tersebut mengering.
Menyusul kondisi kekeringan kali ini, sekitar 439 ha tanaman padi di
empat desa terdekat gagal panen. Petani setempat terpaksa mengganti
tanaman padi dengan tanaman palawija. Kondisi kekeringan kali ini dinilai
warga jauh lebih cepat dari perkiraan. Tahun-tahun sebelumnya, Waduk
Kedungsengon baru mengering sekitar September. Sekarang ini sejak
akhir Juni, air mulai menyusut kemudian Juli habis dan sekarang mulai
mengering, katanya.
Sumber: Labels: Development, Economic, Environment, Farming, Food,
Water, 2009-08-07
Banyak orang menganggap bahwa banjir adalah bencana yang
menimbulkan korban jiwa maupun harta/kekayaan. Berikut adalah contoh
banjir yang mendatangkan bencana.
Kemana kami harus
bertahan hidup?


Jalan macet dimana-
mana, pemborosan ?

SAAT BANJIR
Ribuan hektar sawah /padi
siap panen terendam banjir
Ekonomi lumpuh
Forum Views (0) Forum Replies (0)

Pemprov Minta Pabrik Korban
Banjir Turut Direlokasi
BANDUNG -- Pemprov Jabar
meminta pemerintah pusat
merelokasi pabrik yang menjadi
korban banjir di Kecamatan
Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan
Baleendah, Kabupaten Bandung.
Setiap kali banjir, sedikitnya 80
pabrik di tiga kecamatan tersebut
tidak beroperasi.

Wakil Gubernur Jabar, Nu'man
Abdul Hakim, menjelaskan,
rencananya Bappenas akan
mengalokasikan dana antisipasi
banjir di Kabupaten Bandung
sekitar Rp 30 triliun.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
97
Lalu tindakan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana?
Tindakan menyelamatkan bidang usaha/
ekonomi (1)
1. Kegiatan
Setiap terjadi banjir seseorang atau masyarakat
harus melakukan tindakan guna Pengurangan
Risiko Bencana. Tindakkan apa yang harus
dilakukan seseorang ketika sedang bekerja di
suatu pabrik.
Sebagai jawaban, tugaskan siswa mencari informasi dengan
menggunakan peta konsep di bawah (peta konsep ini masih bisa
dikembangkan oleh siswa)?
Contoh skema ini masih bisa dikembangkan berdasarkan temuan,
pengalaman, wawancara, baca internet dan lain sebagainya.Hasil
identifkasi dikomunikasikan di kelas.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
98
Saat kerja di pabrik

Menyimpan dokumen penting
di lantai atas bila gedung
bertingkat,mengapa?



Matikan aliran
listrik, mengapa?

Matikan mesin yang
sedang digunakan,
mengapa?


Membunyikan tanda
sirine

Memakai baju
pelampung
Gunakan ban atau perahu
karet saat keluar pabrik

Melakukan pendataan ulang

terhadap barang yang rusak,
hilang, masih laik pakai dan
menghitung kerugian yang
dialami.
Tindakan Saat Banjir (2)
(Apa yang harus dilakukan ketika di rumah)
1. Kegiatan
Jika rumah sudah tergenang air seberapun tingginyanya , perlu tindakan
darurat .
Contoh gambar bagan tindakan yang harus dilakukan saat banjir
( dikembangkan lebih lanjut oleh siswa.)
2. Tugaskan siswa mendiskusikan tindakan yang perlu dilakukan warga saat
terjadi banjir
Tindakan saat banjir (3)
1. Kegiatan
Banjir merupakan bencana yang harus ditangani bersama antara
pemerintah dan masyarakat.Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat
banjir ? (skema ini bisa dikembangkan sendiri oleh siswa)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
99

SAAT BANJIR

Menggunakan ban
karet atau ban bekas


Menyimpan barang
berharga di lantai atas




Keluar ke tempat
aman dgngetek, atau
papan
Menuju tempat
pengungsian minta
pertolongan


Memutuskan aliran
listrik

Mengunci pintu
rumah


Perlu keamanan
lingkungan


Mengatur debit air

Menyediakan prahu
karet

Mendatangkan tim
medis ke daerah banjir

Menyediakan
posko banjir
Peringatan dini dengan
sirine



Meninjau banjir
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
100

SAAT BANJIR

Menggunakan ban
karet atau ban bekas


Menyimpan barang
berharga di lantai atas




Keluar ke tempat
aman dgngetek, atau
papan
Menuju tempat
pengungsian minta
pertolongan


Memutuskan aliran
listrik

Mengunci pintu
rumah


Perlu keamanan
lingkungan


Mengatur debit air

Menyediakan prahu
karet

Mendatangkan tim
medis ke daerah banjir

Menyediakan
posko banjir
Peringatan dini dengan
sirine



Meninjau banjir
Pertemuan keempat
Tindakan Sesudah Terjadi Banjir (1)
Banyak cara yang ditempuh pemerintah sesudah banjir, agar bisa mengurangi
risiko yang akan datang. Penanganan dapat bersifat fsik maupun non fsik.,
contoh (perhatikan gambar bagan berikut):

Reboisasi hutan
gundul
.

Menggunakan lahan
sesuai dengan fungsinya

Penataan tata kota dengan
memperhatikan pola
keruangan

Memelihara situ

Melindungi hutan dari
ancaman kepunahan.

Kerja bakti
membersihkan
got/saluran air


Mengecat rumah

Menyediakan tempat
sampah dan memilah
sampah kering non
organik dan sampah
basah non organik





Jemur barang
APA LAGI

dan
APA LAGI ?
Iklan bebas banjir
?

Sempat berkir pindah /jual
rumah
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
101
Tindakan Sesudah Banjir (2)
Apa yang dirasakan masyarakat sesudah banjir. Banyak sekali risiko yang
ditanggung. Misalnya : rumah menjadi kotor, dinding bangunan retak,
lembab, timbulnya berbagai penyakit menular, mahalnya harga bahan
makanan , tempat hunian tidak laku lagi dijual, belum lagi rumah yang roboh
sehingga perlu renovasi. Berikut ini adalah contoh tindakan yang dilakukan
masyarakat sesudah banjir.(siswabisa mengembangkan lebih lanjut)

Reboisasi hutan
gundul
.

Menggunakan lahan
sesuai dengan fungsinya

Penataan tata kota dengan
memperhatikan pola
keruangan

Memelihara situ

Melindungi hutan dari
ancaman kepunahan.

Kerja bakti
membersihkan
got/saluran air


Mengecat rumah

Menyediakan tempat
sampah dan memilah
sampah kering non
organik dan sampah
basah non organik





Jemur barang
APA LAGI

dan
APA LAGI ?
Iklan bebas banjir
?

Sempat berkir pindah /jual
rumah
Tindakan sesudah banjir (3)
( penyimpanan dokumen tentang peristiwa banjir)
Menyimpan dan mempelajari data sejarah kawasan rawan banjir. Data tersebut
tidak boleh hilang dan terus diperbaharui bila ada perubahan kejadian. Hal
ini sebagai perbandingan dengan data banjir terdahulu dan sebagi informasi
peringatan yang akan datang. Hal-hal yang perlu dicatat dalam data tersebut
antara lain
1. Analisis kekerapan banjir.
2. Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topograf).
3. Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai)
lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung
lebihan air.
4. Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah
hulu.Kemampuan tanah untuk menyerap air.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
102
5. Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir).
Kekerapan badai.
6. Geograf pesisir / pantai.
7. Ciri-ciri banjir.
8. Cara efektif untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik
penginderaan jauh, misalnya Landscape.
Tindakan sesudah banjir (4)
(Bidang pendidikan)
Memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada masyarakat untuk
mengantisipasi banjir , antara lain
1. Memberi penjelasan adanya kerugian fsik dan non fsik, karea
2. Memberi informasi tentang siklus air
3. Pengaturan tata guna tanah
4. Pengurangan kepadatan penduduk
5. Larangan penggunaan tanah untuk fungsi-fungsi tertentu
Kegiatan akhir
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan
Penilaian
Tes esai
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1 Jelaskan penyebab banjir !
2. bagaimana cara mencegah banjir?
3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila terjadi banjir?
4. Tindakan apa yang dilakukan saat terjadi banjir?
5. Upaya apa yang dilakukan setelah terjadi banjir?
5.2. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana pada Mata
Pelajaran Muatan Lokal (Mulok)
5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokal
Kontek secara umum diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana
sesuatu berada atau terjadi. Analisis konteks adalah usaha untuk mengerti
dan memahami lingkungan, baik fsik mapun non fsik yang kemudian dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.Hilda Taba (1962) memberikan
istilah analisis situasi, yang didefnisikan sebagai penyelidikan mendetail
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
103
mengenai konteks dimana sebuah kurikulum akan diterapkan, dan aplikasi
dari analisis tersebut terhadap kurikulum yang sedang dikembangkan.
Bagaimana melakukan analisis konteks?
1. Kumpulkan informasi dan diskusikan konteks dan komunitas yang ada di
lingkungan. Misalnya: Banjir di Jakarta maka perlu didiskusikan dengan
masyarakat sekitar korban banjir, masyarakat yang terkena dampak
banjir, pemerintah daerah setempat dalam hal ini PEMDA DKI, daerah
penyangga banjir lainnya ( misalnya PEMDA Kota /Kabupaten Bogor) .,
sekolah (komunitas guru misalnya MGMP)
2. Identifkasi sumber data kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis,
pertimbangkan mengenai data sistem pembelajaran dan partisipasi
siswa, data sekolah dan kelas, personal (guru dan staf ) , sejarah lokal, serta
persepsi komunitas, pertimbangkan pula masukkan dari guru, siswa dan
orag tua.
3. Lakukan mapping terhadap konteks masyarakat/daerah/sekolah
4. Kembangkan analisis dengan pertanyaan pokok berikut
Dimana kita sekarang? merupakan analisis komprehensif, misalnya
terhadap kondisi sekarang, permasalahan yang perlu dipecahkan,
sumber daya yang tersedia dan kekurangan yang ada
Kemana tujuan kita? menunjukkan pada aktivitas memperkokoh
pengertian dari prinsip-prinsip yang mengarahkan kegiatan dan
tujuan jangka menengah, jangka panjang kita.
Bagaimana mencapainya dan melalui langkah-langkah yang
bagaimana? merupakan pengembangan strategi untuk mencapai
tujuan.
Apa yang kita miliki? merupakan analisis terhadap sumber daya yang
kita miliki.
Dengan siapa kita bekerja?idenifkasi terhadap semua pihak
yang terlibat.Perlu inisiatif dalam hal mobilisasi dan modal untuk
mengorganisir partisipasi mereka.
Apa yang perlu dilakukan dalam jangka pendek? merupakan
pengembangan dari tujuan langsung dan komitmen untuk
mengimplementasikan kebijakan dengan memperhatikan kenyataan
dan keberagaman dalam konteks yang ada.
Kesulitan apa yang dihadapi, peratuan apa yang terkait dan hasil
seperti apa yang diharapkan.
N
O
.
K
O
N
D
I
S
I

S
E
K
A
R
A
N
G
A
S
P
E
K

Y
A
N
G

D
I
A
N
A
L
I
S
I
S
K
O
N
D
I
S
I

Y
A
N
G

D
I
H
A
R
A
P
K
A
N
-

D
a
e
r
a
h
-
d
a
e
r
a
h

t
e
r
t
e
n
t
u

s
e
r
i
n
g

t
e
r
k
e
n
a

m
u
s
i
b
a
h

b
a
n
j
i
r

k
a
r
e
n
a

l
e
t
a
k
-
n
y
a


d
i

D
A
S
,

D
a
t
a
r
a
n

r
e
n
d
a
h
,

s
a
w
a
h
-

K
e
s
a
d
a
r
a
n


m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

m
e
n
j
a
g
a

k
u
a
l
i
t
a
s

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

h
i
d
u
p

m
a
s
i
h

r
e
n
d
a
h
,

m
i
s
a
l
n
y
a

m
e
m
b
u
a
n
g

s
a
m
p
a
h

d
i
s
e
m
b
a
r
a
n
g

t
e
m
p
a
t
,

m
e
n
g
-
g
u
n
a
k
a
n

s
u
m
u
r

i
n
j
e
k
s
i
,

m
e
n
e
b
a
n
g

p
o
h
o
n

u
n
t
u
k

k
o
m
o
d
i
t
a
s
-

A
d
a
n
y
a

u
r
b
a
n
i
s
a
s
i

b
e
s
a
r
-
b
e
s
a
r
a
n

y
a
n
g

b
e
r
d
a
m
p
a
k

p
a
d
a

p
e
n
y
e
m
p
i
t
a
n

l
a
h
a
n

r
e
s
a
p
a
n
,

k
e
l
a
n
g
k
a
a
n

a
i
r
.
b
e
r
s
i
h
,

r
u
m
a
h

k
u
m
u
h
M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
-

T
i
d
a
k

m
e
n
d
i
a
m
i

d
a
e
r
a
h

a
l
i
r
a
n

s
u
n
g
a
i

k
a
r
e
n
a

d
i
f
u
n
g
s
i
k
a
n

s
e
b
a
g
a
i

d
a
e
r
a
h

p
e
n
g
h
i
j
a
u
a
n
.
-

M
e
n
g
e
l
o
l
a

s
a
m
p
a
h

d
e
n
g
a
n

b
a
i
k

d
a
n

b
e
n
a
r

s
e
h
i
n
g
g
a

m
e
m
i
l
i
k
i

n
i
l
a
i

e
k
o
n
o
m
i
s
-

M
e
m
b
u
a
t

s
u
m
u
r

r
e
s
a
p
a
n
-

M
e
n
a
n
a
m

p
o
h
o
n

d
i
s
e
k
i
t
a
r

r
u
m
a
h
-

M
e
n
j
a
g
a

k
e
b
e
r
s
i
h
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

M
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n

k
e
r
j
a

m
a
n
d
i
r
i

d
i

d
e
s
a
-

K
a
j
i
a
n

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r

h
a
n
y
a

s
e
b
a
t
a
s

c
o
n
t
o
h
-
c
o
n
t
o
h

p
e
m
b
e
l
a
j
a
r
a
n

a
t
a
u

p
e
n
g
e
t
a
h
u
a
n

y
a
n
g

a
d
a

d
i

S
K
/
K
D

s
a
j
a
,

h
a
l

i
n
i

s
a
n
g
a
t

m
i
n
i
m

k
a
r
e
n
a

b
e
l
u
m

s
a
m
p
a
i

p
a
d
a

t
i
n
d
a
k
a
n

d
a
n


s
i
k
a
p

m
e
n
g
a
n
t
i
s
p
a
s
i

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

S
e
k
o
l
a
h

k
o
r
b
a
n

b
a
n
j
i
r

:

b
e
l
u
m

m
e
l
a
k
u
k
a
n

k
o
o
r
d
i
n
a
s
i

d
e
n
g
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
,

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h

d
a
e
r
a
h

s
e
t
e
m
p
a
t

u
n
t
u
k

m
e
m
i
k
i
r
k
a
n

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n

y
a
n
g

b
e
r
b
a
s
i
s

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

b
a
n
j
i
r
S
e
k
o
l
a
h
-

P
e
r
l
u
n
y
a

m
u
l
o
k

p
i
l
i
h
a
n

t
e
n
t
a
n
g

b
a
n
j
i
r

m
e
n
g
i
n
g
a
t

d
a
e
r
a
h

p
e
n
y
a
n
g
g
a

b
a
n
j
i
r

b
e
r
p
o
t
e
n
s
i

m
e
m
i
c
u

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
.

C
o
n
t
o
h

M
u
l
o
k

P
e
n
d
i
d
i
k
a
n

B
e
r
w
a
w
a
s
a
n

K
u
a
l
i
t
a
s

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

H
i
j
a
u
1
.
2
.
3
.
-

B
e
l
u
m

m
e
n
g
a
n
g
k
a
t

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n

P
R
B

b
a
n
j
i
r

m
e
n
j
a
d
i

m
u
l
o
k

w
a
j
i
b

-

B
e
l
u
m

m
a
m
p
u

m
e
l
a
k
u
k
a
n


r
e
a
l
o
k
a
s
i

t
e
m
p
a
t
-
t
e
m
p
a
t

p
e
m
u
k
i
m
a
n

y
a
n
g

m
e
n
j
a
d
i

p
e
m
i
c
u

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

b
e
n
d
u
n
g
a
n
,

s
i
t
u

b
e
l
u
m

m
a
k
s
i
m
a
l
P
E
M
D
A
-

P
e
r
l
u

m
u
l
o
k

w
a
j
i
b
C
o
n
t
o
h

A
n
a
l
i
s
i
s

K
o
n
t
e
k
s

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
l
o
k
T
a
b
e
l

5
.
6
:

C
o
n
t
o
h

A
n
a
l
i
s
i
s

K
o
n
t
e
k
s

M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
l
o
k
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
105
5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal
Pengurangan Risiko Banjir
Dibawah ini merupakan contoh penyusunan standar kompetensi dan kompe-
tensi dasar untuk mata pelajaran muatan lokal

Tabel 5.7: Contoh Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
MATERI AJAR
Memahami pengelolaan lingkungan
(alam dan buatan) dan dampaknya terhadap
kehidupan makhluk di bumi
1.1 Menganalisis kualitas lingkungan sebagai penyebab terjadinya bencana banjir
1.2 Mendeskripsikan tindakan saat terjadinya bencana banjir
1.3 Mengidentikasi cara-cara mengelola lingkungan untuk mengurangi risiko
bencana banjir
- Kualitas Lingkungan Sebagai penyebab Banjir
- Tindakan saat terjadi Bencana Banjir
- Pengurangan ResikoRisiko Bencana Banjir

5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan
Lokal Pengurangan Risiko Banjir
Dibawah ini merupakan contoh penyusunan silabus untuk mata pelajaran
muatan lokal
1
.
1

M
e
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s

k
u
a
l
i
t
a
s

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m

d
a
n

b
u
a
t
a
n

s
e
b
a
g
a
i

p
e
n
y
e
-
b
a
b

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

K
u
a
l
i
t
a
s

L
i
n
g
k
u
n
g
-
a
n

s
e
b
a
g
a
i

p
e
n
y
-
e
b
a
b

B
a
n
j
i
r
-

T
a
n
y
a

j
a
w
a
b

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m
:
h
u
t
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
-
g
u
n
a
k
a
n

p
e
t
a

k
o
n
s
e
p

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

s
u
m
b
e
r

k
e
k
a
y
a
a
n

a
l
a
m
-

M
e
n
g
g
a
l
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
g
-
e
r
t
i
a
n

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
u
m
p
u
l
k
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
e
n
t
a
n
g

p
e
n
y
e
b
a
b

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
i
s
k
u
s
i
k
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
m
b
u
a
t

k
e
s
i
m
p
u
l
a
n

p
e
n
y
e
b
a
b

t
e
r
-
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

c
a
r
a

m
e
n
g
e
l
o
l
a

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

s
i
r
k
u
l
a
s
i

a
i
r

-

M
e
n
j
e
l
a
s
k
a
n

t
e
r
j
a
d
i
n
y
a

b
a
n
j
i
r
-

P
e
r
f
o
r
m
a
n
c
e

t
e
s
t
-

T
e
s

p
e
n
u
g
a
s
a
n
-

T
e
s

t
e
r
t
u
l
i
s
-

T
e
s

l
i
s
a
n
-

M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
-

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m

d
a
n

b
u
a
t
a
n
-

M
e
d
i
a

c
e
t
a
k
:

b
u
k
u

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
-

M
e
d
i
a

e
l
e
k
t
r
o
n
i
k

:

T
V
,

i
n
t
e
r
n
e
t
1
.
2

M
e
n
d
e
s
k
r
i
p
s
i
k
a
n


t
i
n
d
a
k
a
n


s
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i
-
n
y
a

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
T
i
n
d
a
k
k
a
n

s
a
a
t

t
e
r
-
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
g
a
l
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n


y
a
n
g

d
i
l
a
k
u
k
a
n

d
i

b
i
d
a
n
g

u
s
a
h
a

e
k
o
n
o
m
i


s
a
a
t

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
g
a
l
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

s
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
g
a
l
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
i
n
d
a
k
k
a
n

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h

s
a
a
r

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
g
g
a
l
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

s
e
k
o
l
a
h

s
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
a
n
j
i
r
-

M
e
m
b
e
r
i

c
o
n
t
o
h

k
e
s
i
a
p
a
n

m
e
n
t
a
l

d
a
n

s
i
k

s
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a
-

M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

y
a
n
g

d
i
l
a
k
u
k
a
n

b
i
d
a
n
g

u
s
a
h
a

e
k
o
n
o
m
i
,

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
,

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
,

s
e
k
o
l
a
h

s
a
a
t

t
e
r
j
a
d
i

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

T
e
s

p
e
n
u
g
a
s
a
n
-

T
e
s

t
e
r
t
u
l
i
s
-

T
e
s

l
i
s
a
n
-

M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
-

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m

d
a
n

b
u
a
t
a
n
-


M
e
d
i
a

c
e
t
a
k
:

b
u
k
u

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
-

M
e
d
i
a

e
l
e
k
t
r
o
n
i
k

:

T
V
,

i
n
t
e
r
n
e
t
1
.
3

M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
n
g
e
l
o
l
a

l
i
n
g
-
k
u
n
g
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
g
-
u
r
a
n
g
i

r
i
s
i
k
o

b
e
n
c
a
n
a

b
a
n
j
i
r
-

P
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

R
i
s
i
k
o

B
e
n
c
a
n
a

B
a
n
j
i
r
-

M
e
n
c
a
r
i

i
n
f
o
r
m
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

s
e
t
e
l
a
h

b
a
n
j
i
r
-

M
e
n
d
i
s
k
u
s
i
k
a
n

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
n
g
u
r
a
n
g
i

r
i
s
i
k
o

b
a
n
j
i
r
-

M
e
m
b
u
a
t

k
e
s
i
m
p
u
l
a
n

c
a
r
a
-
c
a
r
a

m
e
n
g
e
l
o
l
a

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

M
e
n
g
i
d
e
n
t
i

k
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

s
e
t
e
l
a
h

b
a
n
j
i
r
-

M
e
m
b
e
r

c
o
n
t
o
h

c
a
r
a

m
e
n
g
e
l
o
l
a

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n
-

P
e
r
f
o
r
m
a
n
c
e

t
e
s
t
-

M
a
s
y
a
r
a
k
a
t
-

L
i
n
g
k
u
n
g
a
n

a
l
a
m

d
a
n

b
u
a
t
a
n
-

M
e
d
i
a

c
e
t
a
k
:

b
u
k
u

y
a
n
g

r
e
l
e
v
a
n
-

M
e
d
i
a

e
l
e
k
t
r
o
n
i
k

:

T
V
,

i
n
t
e
r
n
e
t
K
O
M
P
E
T
E
N
S
I

D
A
S
A
R
M
A
T
E
R
I

A
J
A
R
K
E
G
I
A
T
A
N

P
E
M
B
E
L
A
J
A
R
A
N
I
N
D
I
K
A
T
O
R
P
E
N
I
L
A
I
A
N
S
U
M
B
E
R

B
E
L
A
J
A
R
C
o
n
t
o
h
S
a
t
u
a
n

P
e
e
n
d
i
d
i
k
a
n


:

S
M
A
M
a
t
a

P
e
l
a
j
a
r
a
n


:

M
u
l
o
k

K
e
l
a
s
/
S
e
m



:

.
.
A
l
o
k
a
s
i

w
a
k
t
u


:

1
0

j
a
m

p
e
l
S
t
a
n
d
a
r

K
o
m
p
e
t
e
n
s
i


:

M
e
m
a
h
a
m
i

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n


l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

d
a
n




d
a
m
p
a
k
n
y
a

t
e
r
h
a
d
a
p

k
e
h
i
d
u
p
a
n

m
a
k
h
l
u
k

d
i

b
u
m
i
T
a
b
e
l

5
.
8

:

C
o
n
t
o
h

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

S
i
l
a
b
u
s

U
n
t
u
k

m
a
t
a

p
e
l
a
j
a
r
a
n

M
u
a
t
a
n

L
o
k
a
l
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
107
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam Kegiatan
Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan
diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstrakurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan,
kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna
pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan
konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan
khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan
oleh konselor, dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan
atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling
dan kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangankan kompetensi dan kebiasaan
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegitan tidak terprogram dilaksanakan
secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang
diikuti oleh semua peserta didik.
Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen, yaitu pelayanan konseling, meliputi
pengembangan kehidupan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar,
wawasan dan perencanaan karir. Sedangkan ekstrakurikuler, meliputi kegiatan
kepramukaan, latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni,
olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
Contoh Pengintegrasian Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Analisis kegiatan ekstrakurikuler yang mengitegrasikan Pendidikan PRB
dalam analisis ini, diidentifkasi kegiatan ekstrakurikuler di SD yang dapat
diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana. Misalnya,
ditetapkan kegiatan pramuka, karena kegiatan Pramuka dapat diupayakan
kegiatan terprogram, terutama agar siswa mampu mengidentifkasi
lingkungan sekitar dan dibiasakan secara rutin simulasi penyelamatan diri.
2. Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler yang mengintegrasikan
pendidikan PRB.
Setelah diteapkan kegiatan pramuka dapat diintegrasikan dalam pendidikan
pengurangan risiko bencana gempa bumi, selanjutnya pembina kegiatan
pramuka menyusun program dengan mengacu pada indikator perlaku
siswa untuk pendidikan pengurangan risiko bencana banjir. Format program
kegiatan ekstra kurikuler dapat dilihat seperti berikut:
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir
Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
108
Analisis kegiatan pengembangan diri
1. Lomba mengelola sampah menjadi pupuk
2. Budidaya tanaman penghijauan
3. Membuat lubang resapan air , dll
Penyusunan Program
Contoh:
1. Jenis Kegiatan : Budidaya tanaman penghijauan
2. Waktu kegiatan : Hari sabtu
3. Sasaran : Peserta didik, orang tua , masyarakat
4. Rangkaian kegiatan : Pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemasaran
5. Tempat Kegiatan : Sekolah/madrasah sendiri atau sekolah/madrasah
yang menelenggarakan kegiatan sama atau tempat
lain
6. Peralatan : Cangkul, ember, plastik
7. Pelaksana : Peserta didik, guru, penyuluh pertanian.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
109
DAFTAR ISTILAH
Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana
melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab
dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman,
penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan
yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang
merugikan.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan Negara
Pengarusutamaan PRB
Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana
dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan
keputusan dalam pembangunan ekonomi, fsik, politik, sosial-budaya suatu negara
pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana
pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
tersebut
Pendidikan Siaga Bencana
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Komite Sekolah
Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan,
dan efsiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi
orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan
kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen
yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra
kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan
sekolah.
KTSP
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus
berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
Kurikulum
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Daftar Istilah
110
Ekstra kurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk
membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah/madrasah.
Standar Kompetensi
ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti
suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a.
standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik
dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan,
g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.
Sumber/bahan belajar
adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fsik, alam, sosial, dan budaya.
Standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.
Standar kompetensi lulusan
adalah kualifkasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fsik maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
111
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efsiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
Standar pembiayaan
adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan
pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
Standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bencana
adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang
dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya
jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat
setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk
menanggulanginya.
Bahaya
adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografs, sosial, ekonomi, politik,
budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu
tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan
adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah,
menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan dapat berupa kerentanan fsik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat
ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Kemampuan
adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat,
yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan,
menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari
akibat bencana
Risiko
adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu
tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa
kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan
adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin
dengan meniadakan bahaya.
Daftar Istilah
112
Mitigasi
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara
fsik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fsik, maupun non fsik-
struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui
pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini
adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan
akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak
membingungkan, resmi
Tanggap Darurat
adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat
merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan,
kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan
adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan
melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air
bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi
adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan
menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi
adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fsik, sosial
dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang
sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Penanggulangan Bencana
adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap
darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
113
DAFTAR PUSTAKA
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Menangani Banjir, Kekeringan Dan Lingkungan; 2005,
Penerbit: Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2005.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, KLH, Memanen Air Hujan: KLH, Jakarta, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai:
Magister Sistem Teknik, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, W. Muth dan Norbert Eisenhauer (Jerman), Hidrolika
Terapan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Pembangunan Sungai, Dampak Dan Restorasi Sungai,
Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Rekayasa Tangga Ikan (Fishway) : Gama Press- Universitas
Gajah Mada, 2007..

Anda mungkin juga menyukai