Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu:
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang
mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi
hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri
peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi
peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Suatu bencana dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa
dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa,
kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui
kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan
dari luar. Disaster terdiri dari 2(dua) komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;
Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak
atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata
pencaharian, kerusakan lingkungan. Misal : tanah longsor, banjir, gempa-bumi,
letusan gunung api, kebakaran dll;
Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard) pada komunitas yang
rentan (vulnerable) sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi berbagai implikasi dari
kejadian luar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk
menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan mengurangi kemungkinan munculnya
hazard maupun mengatasi kerentanan. Terdapat lima model manajemen bencana yaitu:
Tujuan :
f. Mitigasi : Serangkaian tindakan yang dilakukan sejak dari awal untuk menghadapi
suatu peristiwa alam – dengan mengurangi atau meminimalkan dampak peristiwa
alam tersebut terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya
(struktural);
Upaya penyadaran masyarakat terhadap potensi dan kerawanan (hazard) lingkungan
dimana mereka berada, sehingga mereka dapat mengelola upaya kesiapsiagaan
terhadap bencana;
Dalam penetapan sebuah kebijakan manajemen bencana, proses yang pada umumnya
terjadi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penetapan agenda, pengambilan keputusan, formulasi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Di dalam kasus Indonesia,
Pemerintah Pusat saat ini berada pada tahap formulasi kebijakan (proses penyusunan
beberapa Peraturan Pemerintah sedang berlangsung) dan implementasi kebijakan (BNPB
telah dibentuk dan sedang mendorong proses pembentukan BPBD di daerah). Sementara
Pemerintah Daerah sedang berada pada tahap penetapan agenda dan pengambilan keputusan.
Beberapa daerah yang mengalami bencana besar sudah melangkah lebih jauh pada tahap
formulasi kebijakan dan implementasi kebijakan.
Kebijakan manajemen bencana yang ideal selain harus dikembangkan melalui proses
yang benar, juga perlu secara jelas menetapkan hal-hal sebagai berikut:
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Buku Data Bencana Indonesia 2009 (2010).Jakarta.
Nugroho, S. P (2010). Karakteristik Fluks Karbondan Kesehatan DAS dari Aliran Sungai-
Sungai Utama di Jawa. Bogor: InstitutPertanian Bogor
Plate, E.J. 2002. Flood risk and flood management. Journal of Hydrology 267 : 2–11.
Prosiding Identifikasi Dampak Perubahan Iklim Pada Sumber Daya Air di Indonesia (2009).
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/dashboard.jsp