TAHUN 2017
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Dokumen
Rencana Kontijensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Mamuju dapat tersusun.
Untuk melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat maka koordinasi, integrasi
dan komunikasi antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.Namun demikian hal ini tidak
mudah diciptakan di lapangan mengingat banyak aspek yang berpengaruh.Aspek tersebut
diantaranya komitmen yang serius pimpinan organisasi, perbedaan budaya dan disiplin kerja,
aturan dan pendekatan organisasi masing-masing. Untuk itu dibuatlah dokumen ini sebagai bentuk
kesiapsiagaan dari seluruh unit kerja penanggulangan, dimana masuk juga didalamnya
mendefenisikan masing masing organisasi dalam satu jalur komando dalam melakukan
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Dalam Dokumen ini kami menyajikan hasil diskusi lintas sektor terkait yang meliputi:
Penetapan dan Pengembangan Skenario, Tujuan Kebijakan dan Strategi, Peran dan Tugas
Instansi, Perencanaan Bidang. Semoga saja Dokumen Rencana Kontijensi ini dapat menjadi
kerangka kerja bersama seluruh lintas sektor dalam melakukan penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat dalam skala yang membutuhkan sumber daya yang besar, khususnya
untuk penanggulangan kesehatan masyarakat yang pada proses kejadiannya besar kemungkinan
nya dikatagorikan sebagai bencana non alam.
Besar harapan saya pada kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, dokumen
rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat yang sudah disusun ini dapat di aktivasi
menjadi rencana operasi penanggulangan dengan menyesuaikan situasi di lapangan.
Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan dokumen
rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat l ini dan semoga apa yang kita laksanakan
bermanfaat untuk melindungi masyarakat kita dari bahaya kedaruratan kesehatan masyarakat
Kabupaten Gorontalo Utara.
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. LatarBelakang ........................................................................... 1
B. DasarHukum ............................................................................. 3
A. Tujuan ....................................................................................
B. Kebijakan ................................................................................
C. Strategi .....................................................................................
A. Peran .......................................................................................
D. Bidang Keamanan.........................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. …………………………..
Tabel 2. ……………………. 28
Gambar 1. .............................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
Pembagian administratif
Kabupaten Mamuju memiliki wilayah yang berbukit-bukit dan hampir seluruh Kecamatan
dilintasi oleh sungai. Kecamatan yang paling banyak dilintasi oleh sungai adalah
Kecamatan Bonehau yaitu sebanyak 12 sungai. Kabupaten Mamuju juga dilintasi oleh
sungai terpanjang di Sulawesi Barat yaitu sungai karama. Diantara 11 Kecamatan di
Kabupaten Mamuju, ibu kota Kecamatan yang letaknya paling jauh dari ibu kota
Kabupaten adalah ibu kota kecamatan Balabalakang yaitu sejauh 202 km, dan ibu kota
Kecamatan yang terdekat dari ibu kota Kabupaten adalah ibu kota kecamatan Simboro
dengan jarak 6 km.
Tabel. 1.1
Jumlah Pulau Menurut Kecamatan
di Kabupaten Mamuju
1. Balabalakang 12
Jumlah 12
Tabel. 1.2
Data Administrasi Pemerintah dan Penduduk
Kabupaten Mamuju tahun 2016
6 Papalang 9 23.584
7 Sampaga 7 15.420
8 Tommo 14 22.588
9 Bonehau 10 9.491
10 Kalumpang 13 11.731
11 Balabalakang 2 2.611
Jumlah 90 12 265.800
Tabel 1.4
Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2016
Unit Kerja
Institu Sarana
RSU/RS/
Jenis Tenaga si Kesehatan
No Puskes RSB Jumlah
Kesehatan DKK Diknak Lain(Klinik
mas Khusus
es/Dikl swasta,
Lainnya
at Labkesda)
1 Dokter Spesialis 0 0 16 16
2 Dokter Umum 0 25 16 41
3 Dokter Gigi 0 18 4 22
4 Perawat 8 281 58 347
5 Perawat Gigi 0 9 1 10
6 Bidan 2 204 25 231
7 Tenaga Farmasi 3 8 10 21
8 Sarjana Farmasi 2 10 8 20
dan Apoteker
9 Tenaga Sanitarian 2 13 2 14
10 Kesehatan 14 17 5 36
Masyarakat
11 Tenaga Gizi 1 17 8 26
12 Tenaga Terapi 0 0 3 3
Fisik
13 Tenaga 0 0 7 7
Keteknikan Medik
14 Tenaga Radiologi 0 0 4 4
15 Tenaga Rekam 1 0 1 2
Medik
16 Mobil ambulance 3 33 5 41
17 Mobil jenazah 0 0 0 0
18 Unit ICU/ICCU 0 0 1 1
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju tahun 2016 dan RSUD Mamuju
A. Potensi Kejadian
Gambaran kasus yang sering menimbulkan KLB di Kabupaten Mamuju sebagai
berikut:
Pada Tahun 2013 di Kabupaten Mamuju terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB)
Keracunan Makanan dengan Jumlah kurang lebih 50Orang.
Pada tahun2016 di Kabupaten Mamuju terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak
sebanyak 33 Orang
Sedangkan data jumlah Jemaah haji dan suspek Mers CoV di Kabupaten Mamujudari
tahun 2014 s/d 2016, sebagai berikut :
B A B II
PENETAPAN DAN PENGEMBANGAN SKENARIO
Matrik 2.2
SKALA BAHAYA
Risiko
Probabilitas
MERS
5 CoV
4 H5N1
Dari data matrik skala tingkat bahaya tersebut, terdapat kolom warna merah (paling
urgen/dominan atau berisiko tinggi) maka penentuan potensi risiko KKM dilakukan
dengan kesepakatan bersama antar unit kerja yang terlibat dalam kegiatan
penyusunan. Jenis KKM yang berada di kolom warna merah adalah :H5N1, MERS-
COV.Pada kesempatan ini, tematik rencana kontinjensi yang prioritas untuk disusun
adalah MERS CoV.
B. Pengembangan Skenario
Pada tanggal 16 September 20xx Jam 09.00 WITA, petugas Puskesmas Topore
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju bahwa di Desa Papalang, Ditemukan
2 orang pasien Tn A (50 tahun) dan An. B (12 tahun) dengan gejala: Demam, Batuk,
gangguan Pernafasan akut dan secara klinis timbul gambaran Pneumonia. Tim Puskesmas
Topore telah melakukan anamnesa terhadap pasien dan diketahui bahwa Tn. A pada
tanggal 12 September 20xx yang lalu baru pulang melakukan ibadah haji, sedangkan An. B
adalah anak Tn. A yang tinggal serumah di Desa Papalang Kecamatan
Papalang.Mendengar dan mendapatkan laporan tersebut pada hari itu juga Tim TGC Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamuju melakukan Investigasi di Desa Papalang untuk
melaksanakn Penyelidikan Epidemiologi dan melakukan pencarian kasus tambahan
dengan gejala mirip dengan penyakit MERS-Cov.Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju
juga berkoordinasi dengan KKP Kelas 1 Makassar dan Wilker BandaraTampa Padang
untuk melacak kontak kasus di pesawat. Dari hasil PE tersebut ternyata terdapat 1 kasus
tambahan baru ( Tn.C, 48 tahun ) yang memiliki riwayat kontak erat dengan Tn.A. Tn. C
merupakan kerabat dekat keluarga Tn. A dan sejak kepulangan haji, Tn. C sering datang
membantu keluarga Tn.A.Tn.C tinggal di Desa Papalang Kecamatan papalang. Ketiga
kasus dirawat sementara di RSUD Mamuju. Pengambilan Spesimen dilakukan oleh
petugas RSUD Mamuju dan dikirim ke Balitbankes Jakarta. RSUD Mamuju mendiagnosa
ketiga orang tersebut sebagai kasus dalam penyelidikan MERS Cov.
Pada tanggal 17 September 20xx Jam 8.30 Puskesmas Topore melaporkan kembali
1 orang dengan gejala Demam, batuk, gangguan Pernafasan akut dan timbul gambaran
Pneumonia. Dari hasil anamnesa diketahui 1 orang (Ny. D, 45 tahun) tersebut merupakan
KRONOLOGI KEJADIAN
a. Tanggal 16 September 20xx Jam 09.00 WITA: 2 orang kasus (A dan B) memiliki riwayat
perjalanan ibadah haji, memiliki gejala: Demam, Batuk, gangguan Pernafasan akut dan
timbul gambaran Pneumonia
b. Tanggal Pada tanggal 17 September 20xx Jam 8.30: tambahan 1 orang kasus (C, D, E)
dengan gejala sama, terdapat 1 orang kontak dekat
c. Tanggal 20September 20xx : hasil laboratorium menunjukan positif MERS-CoV
d. Tanggal 20 September 20xx : 1 kasus(A) meninggal dunia, 1 staf medis puskesmas (E)
mengalami gejala yang sama dengan kasus MERS CoV
e. Tanggal 21 September 20xx : Penetapan darurat bencana non alam berpotensi KKM oleh
Bupati Mamuju, dan sesuai instruksi Menkes ditetapkan karantina wilayah
f. Terjadi keresahan di masyarakat yang memicu kerusuhan dan protes
g. 14 hari sejak kasus terakhir tanggal 23 September 20XX tidak ditemukan lagi kasus baru
Berdasarkan fakta kejadian tersebut diatas disampaikan evaluasi kejadian ini kepada
Kementerian Kesehatan RI – Ditjen P2P dan diberikan justifikasi bahwa kondisi tersebut
memenuhi kriteria Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
Atas pendampingan dan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan bersama-sama
dengan pemerintah daerah setempat maka Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju dapat
mengajukan ke Bupati Mamuju kejadian tersebut untuk ditetapkan sebagai Bencana Non
Alam yang berpotensi menimbulkan KKM.
3. De-aktivasi
Jika dalam waktu dua kali masa inkubasi tidak ditemukan kasus baru maka dilakukan de-
aktivasi operasi penanggulangan KKM.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penanggulangan MERS-CoV adalah memutus rantai penularan atau
memperlambat penyebaran MERS-CoV sehingga tidak meluas dan menyebar ke
wilayah lain.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penanggulangan MERS-CoV meliputi :
a. Bentuk kesiapsiagaan dalam menanggulangi kejadian Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat
b. Terbangunnya komitmen dari semua pihak terkait untuk melaksanakan
penanggulangan KKM
c. Sinkronisasi peran dan tanggung jawab sektor-sektor terkait dalam penanganan dan
penanggulangan KKM
B. Kebijakan
Upaya penanggulangan mengacu kepada petunjuk teknis pencegahan dan
pengendalian penyakit secara nasional dan menyesuaikan dengan kebijakan
pelaksanaan di daerah
Keterlibatan LSM/bantuan non pemerintah dalam penanggulangan KKM harus
dikoordinasikan secara berjenjang.
Pembiayaan penanggulangan KKM dibebankan pada dana kontinjensi
penanggulangan bencana daerah, jika diperlukan dapat diajukan usulan pendanaan
melalui pusat (BNPB, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kemendagri,
K/L terkait)
A. Struktur Organisasi
DIAGRAM 4.1
STRUKTUR ORGANISASI POSKO KKM
PENANGGUNG JAWAB
BUPATI
KETUA SEKRETARIS
Anggota :
Anggota : Anggota : Pasi OPS Kodim Anggota :
Dinas Pariwisata RSUD Kab Mamuju Tagana Dinas
Semua Camat Semua RS Kabag Ops Polres Sosial
Dinas Pendidikan Semua Puskesmas Mamuju Unit Sekretariat
Kementerian KKP Wilker Bandara Dinas Kesehatan
Agama Satpol PP dan
Tampa Padang Mamuju
Pemadam
TNI Semua Bidang di Bid Yanfar
Kebakaran
Polri Dinkes Kab Mamuju Dinkes Mamuju
Dinas
Dinas Labkesda Bag. Kesra
Perhubungan
Perhubungan PMI Basarnas
Pemda
Dinas Kesehatan PSC 119 KKOP Bandar
Semua Lurah Desa Dinas Peternakan Udara Tampa
BPPD Dinas Pendidikan Padang
Basarnas Dinas Koperasi dan
UKM
2. Ketua
a. Membantu Penanggung Jawab Tanggap Darurat Penanggulangan KKM dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan
komando tanggap darurat penanggulangan KKM.
3. Sekretariat :
a. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian maupun
laporan insidental
b. Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan posko sesuai
jenjangnya tentang situasi dan kondisi di lapangan
c. Melaporkan kepada penentu kebijakan jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
4. Bidang Komunikasi :
a. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
b. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
c. Menghimpun data dan informasi penanganan penanggulangan KKM yang
terjadi.
d. Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi
tentang penanggulangan KKM tersebut ke media massa dan masyarakat luas.
e. Membuat laporan harian
5. Bidang Pengamanan :
a. Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
b. Memberikan bantuan pengawalan kegiatan selama masa karantina
c. Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan gangguan
ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM.
d. Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh personil Komando Tanggap Darurat
Penanggulangan KKM dalam menjalankan tugasnya.
e. Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat penanggulangan KKM serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya.
f. Membuat laporan harian
6. Bidang Logistik :
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
a. Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan tanggap
darurat penanggulangan KKM
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan.
c. Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur umum, air bersih dan
sanitasi umum.
d. Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan peralatan dari
instansi/lembaga/organisasi yang terkait.
e. Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan yang
dibutuhkan untuk opersional kegiatan
f. Pengadaan konsumsi dan kebutuhan hidup dasar untuk masyarakat yang
dilakukan tindakan karantina, termasuk kebutuhan hidup hewan ternak
g. Membuat laporan harian
Sistem informasi ditambahkan melalui sosial media Whats App (WA) dengan admin dari
sekretariat Posko KKM
Rencana Kontijensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan KKM secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal
terjadi kasus KKM, maka rencana kontijensi dengan sendirinya berubah menjadi rencana
operasi dengan merubah skenario kejadian menjadi skenario berdasarkan kejadian yang
sebenarnya, yang sebelumnya hanya berdasarkan antisipasi semata.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontijensi bukan hanya
milik pemerintah/pemerintah kabupaten/kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu lebih
diperankan. Penyusunan rencana kontijensi juga dapat disusun pada tingkat puskesmas
atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka. Hal tersebut sangat positif sebagai
upaya kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dalam prakteknya masyarakatlah yang
menjadi pelaku utama penanggulangan KKM atas dasar kemauan sendiri/sukarela
dengan segala potensi dan sumber dayanya (termasuk kearifan lokal), meskipun
dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.