Anda di halaman 1dari 31

RENCANA KONTINJENSI

PENANGGULANGAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

PENYAKIT FLU BURUNG (H5N1)

PEMERINTAH KABUPATEN GORONTALO UTARA

TAHUN 2017

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb,

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Dokumen
Rencana Kontijensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Mamuju dapat tersusun.

Untuk melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat maka koordinasi, integrasi
dan komunikasi antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.Namun demikian hal ini tidak
mudah diciptakan di lapangan mengingat banyak aspek yang berpengaruh.Aspek tersebut
diantaranya komitmen yang serius pimpinan organisasi, perbedaan budaya dan disiplin kerja,
aturan dan pendekatan organisasi masing-masing. Untuk itu dibuatlah dokumen ini sebagai bentuk
kesiapsiagaan dari seluruh unit kerja penanggulangan, dimana masuk juga didalamnya
mendefenisikan masing masing organisasi dalam satu jalur komando dalam melakukan
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Dalam Dokumen ini kami menyajikan hasil diskusi lintas sektor terkait yang meliputi:
Penetapan dan Pengembangan Skenario, Tujuan Kebijakan dan Strategi, Peran dan Tugas
Instansi, Perencanaan Bidang. Semoga saja Dokumen Rencana Kontijensi ini dapat menjadi
kerangka kerja bersama seluruh lintas sektor dalam melakukan penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat dalam skala yang membutuhkan sumber daya yang besar, khususnya
untuk penanggulangan kesehatan masyarakat yang pada proses kejadiannya besar kemungkinan
nya dikatagorikan sebagai bencana non alam.

Besar harapan saya pada kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, dokumen
rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat yang sudah disusun ini dapat di aktivasi
menjadi rencana operasi penanggulangan dengan menyesuaikan situasi di lapangan.

Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penyusunan dokumen
rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat l ini dan semoga apa yang kita laksanakan
bermanfaat untuk melindungi masyarakat kita dari bahaya kedaruratan kesehatan masyarakat
Kabupaten Gorontalo Utara.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Gorontalo Utara, Oktober 2017


Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
Bupati Gorontalo Utara,

DR. Hi. INDRA YASIN, SH, MH

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. LatarBelakang ........................................................................... 1

B. DasarHukum ............................................................................. 3

C. GambaranUmum Wilayah ........................................................... 4

D. Potensi Kejadian ........................................................................ 8

BAB II. PENETAPAN DAN PENGEMBANGAN SKENARIO 27

A. Penetapan Kriteria KKM ............................................................... 27

B. Penilaian potensi kejadian ..............................................................

C. Pengembangan Skenario ..............................................................

D. Aktivasi Rencana Kontinjensi dan De-aktivasi Operasi Penanggulangan


KKM...................................................................
BAB III. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Tujuan ....................................................................................

B. Kebijakan ................................................................................

C. Strategi .....................................................................................

BAB IV. PERAN DAN TUGAS INSTANSI

A. Peran .......................................................................................

B. Struktur Organisasi ....................................................................

C. Tugas dan Fungsi .......................................................................

BAB V. PERENCANAAN BIDANG

A. Bidang Kesehatan ........................................................................

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


B. Bidang Komunikasi ......................................................................

C. Bidang Logistik ...........................................................................

D. Bidang Keamanan.........................................................................

BAB VI. RENCANA TINDAK LANJUT...............................................................

BAB VII. PENUTUP........................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. …………………………..

Tabel 2. ……………………. 28

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


DAFTAR GAMBAR
Hal.

Gambar 1. .............................................................................

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan Sarana Transportasi dan kemudahan perpindahan penduduk, maka penyakit


menular dapat menyebar dengan cepat dan luas melintasi batas daerah dan Negara. Dalam
sepuluh tahun terakhir ini, dunia menghadapi penyebaran penyakit menular yang berpotensi
menyebar antar negaradalam waktu cepat dan dengan angka kesakitan dan kematian yang
cukup tinggi antara lain SARS, Influenza H5N1, MERS-COV, Ebola.
Sejarah mencatat bahwa beberapa pandemi kesehatan seperti pandemi influenza
(1918, 1960 dan 2009) yang terjadi pada abad ke-20 telah menewaskan puluhan juta orang.Tiap
pandemi tersebut disebabkan oleh munculnya jenis baru virus penyakit pada manusia yang
berevolusi menjadi bentuk yang menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia, termasuk
meningkatnya kasus mikroorganisme patogen resisten terhadap antibiotik, kondisi ini
memberikan ancaman yang besar kepada masyarakat.
Padatnya jalur transportasi darat, udara dan laut, pesatnya mobilitas manusia antar
negara serta globalisasi perdagangan barang dan hewan berimplikasi dengan meningkatnya
secara drastis jalur perdagangan barang dan hewan, yang akan meningkatkan faktor patogen
dan vektor penyakit di seluruh dunia. Beberapa faktor pendukung besarnya risiko tersebut
termasuk industrialisasi dan terjadinya perubahan iklim. Maka untuk menghadapi kondisi
tersebut diperlukan kesiapsiagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kejadian Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dapat terjadi secara Importasi
yaitu sumber kedaruratan berasal dari luar wilayah dan Episenter yaitu sumber kedaruratan
berasal dari wilayah kerja. Kedua kondisi tersebut dapat timbul dalam situasi yang tidak dapat
diprediksi (unpredictable) sehingga kemampuan pemerintah dan para pemangku kepentingan
dalam mencegah (to prevent), mendeteksi dini (to detect), menangani kasus sedini mungkin (to
response) akan mempengaruhi sejauh mana besaran kejadian kedaruratan tersebut.
Sebagai bagian dari upaya menanggulangi kedaruratan dari importasi dan episenter
maka semua pihak yang mempunyai tugas dan fungsi dalam penanggulangan kedaruratan,
yang seyogyanya terlibat dan mendefinisikan tugas dan fungsinya secara spesifik.KKM dapat
berdimensi luas dan berdampak sistemik terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan.Untuk
melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat maka koordinasi, kolaborasi, integrasi
dan komunikasi antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


Kabupaten Gorontalo Utara yang memiliki pelabuhan laut internasional merupakan salah
satu pintu masuk Negara memungkinkan mobilisasi orang maupun dari dan atau keluar negeri
menjadi semakin mudah dan cepat. Gorontalo Utara dengan adanya tempat wisata yang banyak
dikunjungi oleh turis mancanegara yang terkemuka di Indonesia menjadi daerah tujuan
kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Adanya merupakan potensi strategis bagi
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional perdagangan,
transportasi, komunikasi, dan pariwisata yang menjadikan wilayah ini semakin maju dan banyak
dikunjungi oleh masyarakat dari luar wilayah.
Sebagai bagian dari upaya menanggulangi kedaruratan dari importasi dan episenter
maka semua pihak yang mempunyai tugas dan fungsi dalam penanggulangan kedaruratan, yang
seyogyanya terlibat dan mendefinisikan tugas dan fungsinya secara spesifik. KKM dapat
berdimensi luas dan berdampak sistemik terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Untuk
melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat maka koordinasi, kolaborasi integrasi
dan komunikasi antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.
Mobilitas keluar masuknya masyarakat ini disamping sebagai potensi pertumbuhan
ekonomi juga merupakan faktor risiko terjadinya penularan berbagai penyakit masuk dan dan
atau keluar wilayah, maka dipandang perlu segera menyusun perencanaan kesiapsiagaan dalam
bentuk rencana kontinjensi yang melibatkan berbagai sektor terkait sebagai bentuk
kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan masuknya penyakit-penyakit yang potensial
menimbulkan Kejadian Luar Biasa/Wabah ke Gorontalo Utara yang kemungkinan terbawa
mereka.
Prinsip-prinsip dalam perencanaan kontinjensi adalah proses penyusunan dilakukan
bersama, merupakan rencana penanggulangan bencana untuk jenis ancaman tunggal dan/atau
ikutan, rencana kontinjensi mempunyai skenario, skenario dan tujuan disetujui bersama,
dilakukan secara terbuka, menetapkan peran dan tugas setiap sektor, menyepakati konsensus
yang telah dibuat bersama, dan dibuat untuk menghadapi keadaan darurat.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut


2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara
3. Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
6. PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
7. PP No 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
8. PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
9. Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019
10. Permenkes No. 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah
11. Permenkes No 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
12. Permenkes No 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
13. Kepmenkes No. 612 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan
Dunia
14. International Health Regulations (2005)

Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak pada Provinsi Sulawesi Barat


yang berada pada 1°38’110”-2°54’552” Lintas selatan (LS) dan 11°54’47”-13°5’35” Bujur
Timur (BT) dari Jakarta ; (0°0’0” Jakarta = 160°48’28 Bujur Timur Green Wich) dengan
batas wilayah sebagai berikut :
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
 Sebelah Utara : Kabupaten Mamuju Tengah
 Sebelah Selatan : Kabupaten Majene dan Mamasa
 Sebelah Barat : Selat Makassar
 Sebelah Timur : Provinsi Sulawesi Selatan

Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 5.056,19 km²,secara administrasi pemerintahan


terbagi atas 11 Kecamatan,terdiri dari 88 Desa,11 Kelurahan. Kecamatan kalumpang
merupakan Kecamatan terluas dengan luas 1.731.99 km² atau 34.20 persen dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Mamuju. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan
Balabalakang dengan luas wilayah 21.86 km² atau 0.43 persen dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Mamuju

Pembagian administratif
Kabupaten Mamuju memiliki wilayah yang berbukit-bukit dan hampir seluruh Kecamatan
dilintasi oleh sungai. Kecamatan yang paling banyak dilintasi oleh sungai adalah
Kecamatan Bonehau yaitu sebanyak 12 sungai. Kabupaten Mamuju juga dilintasi oleh
sungai terpanjang di Sulawesi Barat yaitu sungai karama. Diantara 11 Kecamatan di
Kabupaten Mamuju, ibu kota Kecamatan yang letaknya paling jauh dari ibu kota
Kabupaten adalah ibu kota kecamatan Balabalakang yaitu sejauh 202 km, dan ibu kota
Kecamatan yang terdekat dari ibu kota Kabupaten adalah ibu kota kecamatan Simboro
dengan jarak 6 km.

Tabel. 1.1
Jumlah Pulau Menurut Kecamatan
di Kabupaten Mamuju

NO KECAMATAN JUMLAH PULAU

1. Balabalakang 12

Jumlah 12

Tabel. 1.2
Data Administrasi Pemerintah dan Penduduk
Kabupaten Mamuju tahun 2016

NO KECAMATAN DESA KELURAHAN PENDUDUK

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


1 Mamuju 4 4 65.954
2 Tapalang 7 2 19.986
3 Tapalang Barat 7 10.025
4 Simboro 6 2 27.405
5 Kalukku 11 4 57.005

6 Papalang 9 23.584
7 Sampaga 7 15.420
8 Tommo 14 22.588
9 Bonehau 10 9.491
10 Kalumpang 13 11.731
11 Balabalakang 2 2.611

Jumlah 90 12 265.800

C.2. Jumlah Penduduk


Grafik 1.1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
DI KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2016

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


C.3. Transportasi
Kabupaten Mamuju memiliki sarana transportasi cukup lengkap, karena infrastruktur
jalannya meliputi jalan darat (mobil/motor), dan laut (kapal).Transportasi angkutan darat
dilayani oleh "jalan provinsi" dan, "jalan kabupaten", dan "jalan poros desa".Jalan
provinsi dan jalan kabupaten sebagian besar dalam kondisi cukup baik.
Di Kabupaten Mamuju terdapat satu buah Bandara yaitu Bandara TAMPA PADANG
dan ada 2 pelabuhan laut yang cukup besar, diantaranya Pelabuhan Siboro, Pelabuhan
Belang-belang.
Terdapat satu buah Terminal bus atau angkutan antar kota dan Provinsi yang
menghubungkan ibukota Kabupaten Mamuju Utara,Mamuju Tengah, Majene,Polewali
Mandar, Mamasa dan Provinsi Silawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

C.4. Bidang Kesehatan


Di Bidang Kesehatan, Kabupaten Mamuju memiliki fasilitas pelayanan kesehatan
berupa Puskesmas dan Jaringannya, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Swasta,
Klinik, Praktek Dokter Swasta, Bidan Praktek Swasta, dll.
Jumlah Puskesmas 22 buah, Puskesmas Pembantu 49 buah, Pos Kesehatan Desa
(POSKESDES) 68 buah. Jumlah Rumah Sakit Umum Milik Pemerintah 2Unit, dan Rumah
Sakit Umum Swasta 1Unit. Jumlah Klinik 9buah.

Sarana dan Prasarana Kesehatan


Tabel 1.3
Sarana Kesehatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2016

No Nama Pemerintah BUMN Swasta Jumlah


1. Rumah Sakit Umum 2 1 3
2. Puskesmas
1. Puskesmas Rawat Inap 2 2
2. Puskesmas Non Rawat 7 7
Inap
3. Puskesmas Keliling 9 9
4. Puskesmas Pembantu 32 32
3. Rumah Bersalin - -
4. Balai Pengobatan/Klinik 5 5
5. Laboratorium Kesehatan 1 1
6. Unit Transfusi Darah 1 1 2
7. Apotek *
8. Desa Siaga 49 49
9. Posyandu 174 174
10. Poskesdes 39 39
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
11. Posbindu 56 56
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju tahun 2016
Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa sarana kesehatan terbanyak (174) adalah
Posyandu.

Tenaga Kesehatan di Kabupaten Mamuju


Berikut tabel data tenaga kesehatan di Kabupaten Mamuju tahun 2016

Tabel 1.4
Data Tenaga Kesehatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2016

Unit Kerja
Institu Sarana
RSU/RS/
Jenis Tenaga si Kesehatan
No Puskes RSB Jumlah
Kesehatan DKK Diknak Lain(Klinik
mas Khusus
es/Dikl swasta,
Lainnya
at Labkesda)
1 Dokter Spesialis 0 0 16 16

2 Dokter Umum 0 25 16 41
3 Dokter Gigi 0 18 4 22
4 Perawat 8 281 58 347
5 Perawat Gigi 0 9 1 10
6 Bidan 2 204 25 231
7 Tenaga Farmasi 3 8 10 21
8 Sarjana Farmasi 2 10 8 20
dan Apoteker
9 Tenaga Sanitarian 2 13 2 14
10 Kesehatan 14 17 5 36
Masyarakat
11 Tenaga Gizi 1 17 8 26
12 Tenaga Terapi 0 0 3 3
Fisik
13 Tenaga 0 0 7 7
Keteknikan Medik
14 Tenaga Radiologi 0 0 4 4
15 Tenaga Rekam 1 0 1 2
Medik
16 Mobil ambulance 3 33 5 41
17 Mobil jenazah 0 0 0 0
18 Unit ICU/ICCU 0 0 1 1
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju tahun 2016 dan RSUD Mamuju

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


Adapun rasio tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju (berdasarkan
lokasi kerja di puskesmas, rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju)
dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju tahun 2016 dapat diperoleh
data sebagai berikut :

1. Jumlah Dokter Umum sebesar 41per 100.000 penduduk


(target IS : 40/100.000 penduduk)
2. Jumlah Dokter Spesialis sebesar 16 per 100.000 penduduk
(target IS : 6/100.000 penduduk)
3. Jumlah Dokter Gigi sebesar 22 per 100.000 penduduk
(target IS : 11/100.000 penduduk)
4. Jumlah Perawat sebesar347 per 100,000 penduduk
(target IS : 117,5/100.000 penduduk)
5. Jumlah Bidan sebesar 231 per 100.000 penduduk
(target IS : 100/100.000 penduduk)
6. Jumlah Tenaga Farmasi sebesar 20 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk
7. Jumlah Tenaga Gizi sebesar 26 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
8. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 36 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
9. Jumlah Tenaga Sanitarian sebesar 14 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)

A. Potensi Kejadian
Gambaran kasus yang sering menimbulkan KLB di Kabupaten Mamuju sebagai
berikut:
 Pada Tahun 2013 di Kabupaten Mamuju terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB)
Keracunan Makanan dengan Jumlah kurang lebih 50Orang.
 Pada tahun2016 di Kabupaten Mamuju terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak
sebanyak 33 Orang
Sedangkan data jumlah Jemaah haji dan suspek Mers CoV di Kabupaten Mamujudari
tahun 2014 s/d 2016, sebagai berikut :

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


No Tahun Jumlah Jemaah Haji Jumlah Suspek
1 2014 416 0
2 2015 416 0
3 2016 416 1

B A B II
PENETAPAN DAN PENGEMBANGAN SKENARIO

A. Penetapan Kriteria KKM


Suatu masalah kesehatan/penyakit menular dapat dikatakan sebagai kedaruratan
Kesehatan Masyarakat (KKM) harus memenuhi beberapa aspek tersebut,antara lain :
1. Adanya kejadian/penyakit yang tidak diketahui penyebab dan sumbernya yang
berpotensi menyebar
2. Adanya kejadian penyakit yang menyebar lintas wilayah dan menimbulkan dampak
serius bagi kesehatan masyarakat
3. Adanya KLB penyakit yang tidak tertangani dalam 2 kali masa inkubasi
4. Adanya kejadian penyakit yang menimbulkan keresahan masyarakat yang
memberikan dampak sosial dan ekonomi
Kejadian tersebut diatas dapat dipengaruhi variabel diantaranya :
a. Adanya risiko kematian yang cukup besar
b. Kejadian penyakit tersebut membentuk satu kelompok (cluster) yang secara
epidemiologi berhubungan
c. Penyakit tersebut belum tersedia obat dan vaksin.
Beberapa kejadian penyakit yang berpotensi wabah sebagai mana telah dilaksanakan
diatas tidak semua tidak semua dikategorikan sebagai ancaman KKM. Merujuk pada kriteria
KKM tersebut diatas,maka beberapa KKM yang berpotensi terjadi di Kabupaten Mamuju
adalah Flu Burung (H5N1),MERS-CoV dan Rabies.

Matrik 2.2
SKALA BAHAYA
Risiko
Probabilitas

MERS
5 CoV
4 H5N1

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


3
2
1
1 2 3 4 5

Dari data matrik skala tingkat bahaya tersebut, terdapat kolom warna merah (paling
urgen/dominan atau berisiko tinggi) maka penentuan potensi risiko KKM dilakukan
dengan kesepakatan bersama antar unit kerja yang terlibat dalam kegiatan
penyusunan. Jenis KKM yang berada di kolom warna merah adalah :H5N1, MERS-
COV.Pada kesempatan ini, tematik rencana kontinjensi yang prioritas untuk disusun
adalah MERS CoV.

B. Pengembangan Skenario
Pada tanggal 16 September 20xx Jam 09.00 WITA, petugas Puskesmas Topore
melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju bahwa di Desa Papalang, Ditemukan
2 orang pasien Tn A (50 tahun) dan An. B (12 tahun) dengan gejala: Demam, Batuk,
gangguan Pernafasan akut dan secara klinis timbul gambaran Pneumonia. Tim Puskesmas
Topore telah melakukan anamnesa terhadap pasien dan diketahui bahwa Tn. A pada
tanggal 12 September 20xx yang lalu baru pulang melakukan ibadah haji, sedangkan An. B
adalah anak Tn. A yang tinggal serumah di Desa Papalang Kecamatan
Papalang.Mendengar dan mendapatkan laporan tersebut pada hari itu juga Tim TGC Dinas
Kesehatan Kabupaten Mamuju melakukan Investigasi di Desa Papalang untuk
melaksanakn Penyelidikan Epidemiologi dan melakukan pencarian kasus tambahan
dengan gejala mirip dengan penyakit MERS-Cov.Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju
juga berkoordinasi dengan KKP Kelas 1 Makassar dan Wilker BandaraTampa Padang
untuk melacak kontak kasus di pesawat. Dari hasil PE tersebut ternyata terdapat 1 kasus
tambahan baru ( Tn.C, 48 tahun ) yang memiliki riwayat kontak erat dengan Tn.A. Tn. C
merupakan kerabat dekat keluarga Tn. A dan sejak kepulangan haji, Tn. C sering datang
membantu keluarga Tn.A.Tn.C tinggal di Desa Papalang Kecamatan papalang. Ketiga
kasus dirawat sementara di RSUD Mamuju. Pengambilan Spesimen dilakukan oleh
petugas RSUD Mamuju dan dikirim ke Balitbankes Jakarta. RSUD Mamuju mendiagnosa
ketiga orang tersebut sebagai kasus dalam penyelidikan MERS Cov.
Pada tanggal 17 September 20xx Jam 8.30 Puskesmas Topore melaporkan kembali
1 orang dengan gejala Demam, batuk, gangguan Pernafasan akut dan timbul gambaran
Pneumonia. Dari hasil anamnesa diketahui 1 orang (Ny. D, 45 tahun) tersebut merupakan

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


istri dari Tn. C, Ny. D segera dirujuk ke RSUD Mamuju, dengan pengambilan sampel
dilakukan oleh petugas RSUD Mamuju dikirim ke Balitbangkes Jakarta. Sampai dengan
tanggal 16 September 20xx terdapat 4 kasus dalam penyelidikan MERS Cov yang dirawat
di RSUD Mamuju. Total jumlah kontak erat kasus sebanyak 30 orang di Desa Papalang
Kecamatan Papalang.

Terkait dengan kontak dekat di pesawat, yang duduk di baris depan,belakang,kanan


dan kiri Tn. A , KKP memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Barat untuk memberikan notifikasi ke Dinas Kesehatan tempat tinggal kontak erat tersebut
untuk tetap melakukan pemantauan dan tatalaksana lainnya.
Petugas kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju memberikan
edukasi kepada kontak kasus untuk membatasi keluar rumah,memakai masker, dan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Petugas Dinkes melaporkan secara rutin hasil PE
tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat untuk notifikasi ke Posko PHEOC
Kementerian Kesehatan. Tanggal 20 September 20xx, hasil spesimen kasus dalam
penyelidikan MERS CoV Tn. A, An. B dan Tn. C dinyatakan positif MERS Cov. Tanggal 20
September 20xx Tn. A dinyatakan meninggal dunia. Dan informasi lain didapatkan pada
tanggal 20 September 1 staf medis puskesmas topore (Ny. E, 35 tahun) yang membatu
memeriksa Tn. A dan An. B menderita gejala yang mirip dengan kasus MERS-CoV. Staf
medis Puskesmas tinggal di Desa Papalang Kecamatan Papalang.
Pada tanggal 21 September 20xx, hasil laboratorium Ny. D dinyatakan positif MERS-
CoV. Pada tanggal 22 September 20xx rapat koordinasi lintas sektor dipimpin oleh Bupati
Mamuju dengan mengundang Kepala Dinas Kesehatan Kota Mamuju, Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas 1 Makassar, Kepala SKPD Lintas Sektor terkait, TNI POLRI, dan dari
rapat tersebut Bupati menetapkan kasus MERS-CoV di Kab. Mamuju sebagai darurat
bencana non alam. Pada tahap selanjutanya rencana kontijensi diaktifkan dan posko
MERS-CoV didirikan.
Setelah melihat perkembangan kasus MERS-CoV di Desa Papalang Kecamatan
Topore serta adanya penularan terhadap keluarga dekat dan petugas Kesehatan yang
memeriksa kasus, memperlihatkan adanya transmisi lokal dari manusia ke manusia yang
berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) maka dilakukan
Karantina Wilayah Desa Topore dengan :
a. Menentukan luas / area wilayah karantina
b. Menentukan Jumlah petugas dari masing-masing sektor termasuk jumlah petugas
keamanan ( Polres , Kodim, Satpol PP )

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


c. Menentukan kebutuhan bantuan logistik yang diperlukan untuk masyarakat di
wilayah karantina
d. Pengerahan sumber daya (SDM, Logistik, perlengkapan lain yang diperlukan) yang
dimiliki dari masing-masing SKPD termasuk pemberian bantuan kebutuhan dasar
untuk penduduk yang wilayahnya ditetapkan sebagai wilayah karantina.

Setelah dilakukan tindakan karantina wilayah, petugas kesehatan terus melakukan


penyelidikan epidemiologi. Kemudian pada tanggal 23 September 20xx, ditemukan 1 kasus
tambahan (Ny. F 50 tahun). Ny E merupakan tetangga dekat yang mengantar Ny. D
berobat ke Puskesmas sehingga total kasus konfirmasi 6 orang dengan jumlah kematian
sebanyak 1 orang. Selama proses karantina wilayah, RSUD Mamuju menyiapkan ruangan
khusus untuk perawatan MERS-CoV. RS lain di Kota Mamuju juga menyiapkan ruangan
khusus untuk perawatan MERA-CoV jika ruangan di RSUD tidak mencukupi.
Beberapa waktu kemudian, di Wilayah yang dikarantina terjadi masalah/protes dari
masyarakat yang merasa diisolir, mereka tidak bisa bekerja untuk mencari nafkah,
kesulitan mencari pekan untuk hewan peliharaan, selain itu pasar yang berada di wilayah
karantina selama proses karantina tidak dapat beroperasi, sekolah yang berada di wilayah
yang dikarantina diliburkan. Permasalahan ini segera diselesaikan dengan melibatkan
SKPD terkait dan pihak keamanan koordinasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan sampai situasi kondusif kembali dan proses karantina berjalan sesuai dengan
rencana semula.
Masyarakat di luar wilayah karantina ikut resah setelah mendengar informasi adanya
penyakit mematikan yang sedang terjadi dikota mereka. Hal ini segera di atasi oleh SKPD
terkait untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat agar tidak menjadi
resah.
Selama masa penanggulangan dilakukan proses evaluasi dan penilaian kondisi
terkini. Berdasarkan hasil investigasi kasus (baik kasus dalam penyelidikan, probable,
maupun konfirmasi) dan penilaian orang-orang yang kontak dengan kasus tersebut, dalam
kurun waktu 14 hari (1 kali masa inkubasi terpanjang penyakit MERS-CoV), tidak
ditemukan adanya kasus baru/orang yang menunjukkan adanya gejala yang sama (dari
kasus terakhir). Dengan demikian pemberlakuan Karantaina Wilayah dapat diakhiri.
Proses surveilans ketat gejala-gejala MERS-CoV terus dilanjutkan hingga 2 kali masa
inkubasi peyakit (28 hari) dan dipastikan tidak ditemukan adanya kasus baru. Dengan

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


demikian status kedaruratan Bencana Non Alam berpotensi KKM MERS CoV di Kab
Mamuju dicabut.

KRONOLOGI KEJADIAN
a. Tanggal 16 September 20xx Jam 09.00 WITA: 2 orang kasus (A dan B) memiliki riwayat
perjalanan ibadah haji, memiliki gejala: Demam, Batuk, gangguan Pernafasan akut dan
timbul gambaran Pneumonia
b. Tanggal Pada tanggal 17 September 20xx Jam 8.30: tambahan 1 orang kasus (C, D, E)
dengan gejala sama, terdapat 1 orang kontak dekat
c. Tanggal 20September 20xx : hasil laboratorium menunjukan positif MERS-CoV
d. Tanggal 20 September 20xx : 1 kasus(A) meninggal dunia, 1 staf medis puskesmas (E)
mengalami gejala yang sama dengan kasus MERS CoV
e. Tanggal 21 September 20xx : Penetapan darurat bencana non alam berpotensi KKM oleh
Bupati Mamuju, dan sesuai instruksi Menkes ditetapkan karantina wilayah
f. Terjadi keresahan di masyarakat yang memicu kerusuhan dan protes
g. 14 hari sejak kasus terakhir tanggal 23 September 20XX tidak ditemukan lagi kasus baru

C. Aktivasi Rencana Kontinjensi


1. Kriteria aktivasi
Dari perkiraan kronologis kejadian, dilakukan penilaian untuk aktivasi Rencana
Kontinjensi. Fakta kejadian sebagai berikut :
a. Diduga terjadi transmisi dari manusia ke manusia
b. Adanya kematian
c. Adanya penyebaran penyakit antar wilayah (RT)
d. Upaya penanggulangan membutuhkan pendekatan multisektoral guna
melaksanakan penanggulangan secara terukur dan efektif.

Berdasarkan fakta kejadian tersebut diatas disampaikan evaluasi kejadian ini kepada
Kementerian Kesehatan RI – Ditjen P2P dan diberikan justifikasi bahwa kondisi tersebut
memenuhi kriteria Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
Atas pendampingan dan petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan bersama-sama
dengan pemerintah daerah setempat maka Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju dapat
mengajukan ke Bupati Mamuju kejadian tersebut untuk ditetapkan sebagai Bencana Non
Alam yang berpotensi menimbulkan KKM.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


2. Aktivasi
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kejadian yang ditetapkan sebagai KKM diteruskan
dengan aktivasi Rencana Kontinjensi. Bentuk aktivasi Rencana Kontinjensi berupa Surat
Perintah dari Bupati Mamuju kepada penanggungjawab Posko KKM untuk melakukan
respon penanggulangan.

3. De-aktivasi
Jika dalam waktu dua kali masa inkubasi tidak ditemukan kasus baru maka dilakukan de-
aktivasi operasi penanggulangan KKM.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat merupakan tanggung jawab


pemerintah dan pemerintah daerah untuk melindungi masyarakat dari penularan penyakit,
memberikan pengobatan dan penanganan kepada masyarakat yang tertular. Untuk itu
diperlukan adanya kebijakan dan strategi yang mengacu kepada peraturan perundangan, kaidah
keilmuan, nilai-nilai universal, dan budaya yang selanjutnya dituangkan dalam dokumen rencana
kontinjensi.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penanggulangan MERS-CoV adalah memutus rantai penularan atau
memperlambat penyebaran MERS-CoV sehingga tidak meluas dan menyebar ke
wilayah lain.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penanggulangan MERS-CoV meliputi :
a. Bentuk kesiapsiagaan dalam menanggulangi kejadian Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat
b. Terbangunnya komitmen dari semua pihak terkait untuk melaksanakan
penanggulangan KKM
c. Sinkronisasi peran dan tanggung jawab sektor-sektor terkait dalam penanganan dan
penanggulangan KKM

B. Kebijakan
 Upaya penanggulangan mengacu kepada petunjuk teknis pencegahan dan
pengendalian penyakit secara nasional dan menyesuaikan dengan kebijakan
pelaksanaan di daerah
 Keterlibatan LSM/bantuan non pemerintah dalam penanggulangan KKM harus
dikoordinasikan secara berjenjang.
 Pembiayaan penanggulangan KKM dibebankan pada dana kontinjensi
penanggulangan bencana daerah, jika diperlukan dapat diajukan usulan pendanaan
melalui pusat (BNPB, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kemendagri,
K/L terkait)

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


C.Strategi
 Mobilisasi tenaga mengutamakan ketersediaan di daerah, bantuan dari daerah lain
dilakukan jika kemampuan di daerah dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam
upaya penanggulangan.
 Rujukan kasus ke RS yang ada di daerah.
 RS menyediakan ruangan khusus untuk tatalaksana kasus, pada jumlah kasus yang
banyak, maka jika diperlukan pasien lainnya dapat dialih rawat ke RS lainnya.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


BAB IV
PERAN DAN TUGAS INSTANSI

A. Struktur Organisasi

DIAGRAM 4.1
STRUKTUR ORGANISASI POSKO KKM

PENANGGUNG JAWAB

BUPATI

KETUA SEKRETARIS

SEKRETARIS DAERAH KEPALA DINAS KESEHATAN


KAB. MAMUJU KAB.MAMUJU

BIDANG BIDANG OPERASIONAL BIDANG BIDANG LOGISTIK


KOMUNIKASI PENGAMANAN

Ketua : Ketua : Ketua : Ketua:


Kepala Diskominfo Sekretaris Dinas Kes Kapolres Mamuju BPBD Mamuju
dan Persandian Kab Mamuju

Anggota :
Anggota : Anggota :  Pasi OPS Kodim Anggota :
 Dinas Pariwisata  RSUD Kab Mamuju  Tagana Dinas
 Semua Camat  Semua RS  Kabag Ops Polres Sosial
 Dinas Pendidikan  Semua Puskesmas Mamuju  Unit Sekretariat
 Kementerian  KKP Wilker Bandara Dinas Kesehatan
Agama  Satpol PP dan
Tampa Padang Mamuju
Pemadam
 TNI  Semua Bidang di  Bid Yanfar
Kebakaran
 Polri Dinkes Kab Mamuju Dinkes Mamuju
 Dinas
 Dinas  Labkesda  Bag. Kesra
Perhubungan
Perhubungan  PMI  Basarnas
Pemda
 Dinas Kesehatan  PSC 119  KKOP Bandar
 Semua Lurah Desa  Dinas Peternakan Udara Tampa
 BPPD  Dinas Pendidikan Padang
 Basarnas  Dinas Koperasi dan
UKM

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


B. Peran dan Fungsi
Tugas dan Fungsi masing-masing Bidang :
1. Ketua Posko :
a. Mengaktifkan posko KKM, menyatakan status dan selesainya keadaan KKM
b. Menginstruksikan kepada jajaran sesuai rencana kontijensi untuk melakukan
upaya penanggulangan KKM
c. Menginformasikan kepada unit instansi sesuai dengan jalur komunikasi
d. Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi tanggap darurat penanggulangan KKM
e. Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya
manusia, peralatan, logistik dan penyelamatan serta berwenang
memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang
terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat
penanggulangan KKM
f. Melakukan pemantauan evaluasi kegiatan

2. Ketua
a. Membantu Penanggung Jawab Tanggap Darurat Penanggulangan KKM dalam
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan
komando tanggap darurat penanggulangan KKM. 


b. Mengkoordinir tugas-tugas sekretariat, humas, keselamatan dan keamanan


serta perwakilan instansi/lembaga. 


c. Mewakili Penanggung Jawab Tanggap Darurat Penanggulangan KKM, apabila


Penanggung Jawab Tanggap Darurat Penanggulangan KKM berhalangan.

d. Ketua bertanggung jawab langsung kepada Penanggung Jawab Tanggap


Darurat Penanggulangan KKM. 


3. Sekretariat :
a. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian maupun
laporan insidental
b. Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan posko sesuai
jenjangnya tentang situasi dan kondisi di lapangan
c. Melaporkan kepada penentu kebijakan jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


d. Menjabarkan kebijakan pusat menjadi langkah-langkah operasional untuk
melaksanakan kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan
tersebut
e. Membuat SOP terkait KKM yang disesuaikan dengan kondisi daerah
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan

4. Bidang Komunikasi :
a. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
b. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
c. Menghimpun data dan informasi penanganan penanggulangan KKM yang
terjadi. 

d. Membentuk jaringan informasi dan komunikasi serta menyebarkan informasi
tentang penanggulangan KKM tersebut ke media massa dan masyarakat luas.

e. Membuat laporan harian

3. Bidang Operasional Kesehatan :


a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Pemeriksaan kesehatan
c. Penatalaksanaan kasus
d. Tindakan rujukan
e. Tindakan lanjut yang diperlukan (termasuk isolasi dan karantina wilayah)
f. Pemulihan Fisik, Mental Sosial
g. Pemulasaran jenazah

5. Bidang Pengamanan :
a. Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
b. Memberikan bantuan pengawalan kegiatan selama masa karantina
c. Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan gangguan
ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM.
d. Menjamin kesehatan dan keselamatan seluruh personil Komando Tanggap Darurat
Penanggulangan KKM dalam menjalankan tugasnya. 

e. Menjaga keamanan penanganan tanggap darurat penanggulangan KKM serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan atau suatu keadaan yang berbahaya. 

f. Membuat laporan harian

6. Bidang Logistik :
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
a. Penyediaan fasilitas, jasa, dan bahan-bahan serta perlengkapan tanggap
darurat penanggulangan KKM
b. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi
bantuan logistik dan peralatan.
c. Melaksanakan penyelenggaraan dukungan dapur umum, air bersih dan
sanitasi umum. 

d. Mengkoordinasikan semua bantuan logistik dan peralatan dari
instansi/lembaga/organisasi yang terkait. 

e. Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan yang
dibutuhkan untuk opersional kegiatan
f. Pengadaan konsumsi dan kebutuhan hidup dasar untuk masyarakat yang
dilakukan tindakan karantina, termasuk kebutuhan hidup hewan ternak
g. Membuat laporan harian

C.Kegiatan Penanggulangan KKM


Posko terpadu KKM di Kota mulai diaktifkan atau dibentuk dengan keputusan
Bupati.
Tugas Posko terpadu KKM di Kabupaten Mamuju yaitu mengkoordinasikan
pelaksanaan penanganan KKM.
Fungsi Posko terpadu KKM menjabarkan kebijakan Bupatimenjadi langkah-
langkah kegiatan operasional yaitu perintah untuk melaksanakan kegiatan
berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan tersebut.
1. Berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan operasional lapangan dari
semua potensi lintas sektor, LSM, dan masyarakat.
2. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi, laporan harian
maupun laporan insidental (setiap saat bila ada masalah yang perlu segera
diselesaikan).
3. Melaporkan secara rutin (harian) kepada para penentu kebijakan dan ke
Posko terpadu KKM MERS-COV sesuai jenjang posko tentang situasi dan
kondisi terakhir dilapangan.
4. Melaporkan setiap saat kepada para penentu kebijakan dan ke Posko terpadu
KKM MERS-COV sesuai dengan jenjang posko bila terdapat masalah
kedaruratan yang membutuhkan keputusan segera.
5. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait.
6. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya.
7. Memberikan informasi ke media massa sebatas kewenangannya.
8. Melakukan evaluasi kegiatan penanggulangan.
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
DIAGRAM 4.2
ALUR PELAPORAN PENANGGULANGAN KEJADIAN KKM

Sistem informasi ditambahkan melalui sosial media Whats App (WA) dengan admin dari
sekretariat Posko KKM

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017
BAB V
PERENCANAAN BIDANG

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


BAB VI
PENUTUP

Rencana Kontijensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan KKM secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal
terjadi kasus KKM, maka rencana kontijensi dengan sendirinya berubah menjadi rencana
operasi dengan merubah skenario kejadian menjadi skenario berdasarkan kejadian yang
sebenarnya, yang sebelumnya hanya berdasarkan antisipasi semata.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontijensi bukan hanya
milik pemerintah/pemerintah kabupaten/kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu lebih
diperankan. Penyusunan rencana kontijensi juga dapat disusun pada tingkat puskesmas
atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka. Hal tersebut sangat positif sebagai
upaya kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dalam prakteknya masyarakatlah yang
menjadi pelaku utama penanggulangan KKM atas dasar kemauan sendiri/sukarela
dengan segala potensi dan sumber dayanya (termasuk kearifan lokal), meskipun
dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017


Lampiran
1. Daftar Nama Tim Penyusun dan Kontak Instansi
Nama Instansi – Unit Kontak Person Alamat Surat Instansi
Kerja Penanggung Nama, Jabatan No Telp. Email.
Jawab

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai