2011
KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Panduan Nasional
PengkajianRisikoBencanaTsunamiIndonesia
KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI
Panduan Nasional
Daftar Gambar
GAMBAR 1. HUBUNGAN KAJIAN DARI TINGKAT KABUPATEN HINGGA NASIONAL ..........................................................8
GAMBAR 2. ALUR PENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA TSUNAMI ................................................................................9
GAMBAR 3. ALUR PENYUSUNAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ...........................................................................10
GAMBAR 4. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT ANCAMAN TSUNAMI DAERAH ..........................................................11
GAMBAR 5. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KERUGIAN DAERAH ..........................................................................12
GAMBAR 6. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KETAHANAN DAERAH .......................................................................13
GAMBAR 7. MATRIKS PENGHITUNGAN TINGKAT KAPASITAS DAERAH ..........................................................................13
GAMBAR 8. MATRIKS IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DAERAH ......................................................14
GAMBAR 9. LANGKAH KERJA PENYUSUNAN PETA DAN KAJIAN RISIKO BENCANA TSUNAMI ........................................15
P A N D U A N N A S I O N A L
1
Bab
1. Pendahuluan
B
encana tsunami yang melanda Provinsi Aceh pada Tanggal 26 Desember 2004
memicu pertumbuhan besar pencapaian Indonesia dalam penanggulangan
bencana. Pencapaian signifikan yang terlihat adalah dengan diterapkannya
Undang-undang Nomor 24 Tentang Penanggulangan Bencana. Pengurangan
risiko bencana sebagai upaya prioritas untuk mengurangi dampak bencana menjadi
salah satu perspektif penting yang dimuat dalam aturan ini. Upaya ini diterapkan dalam
konsep pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
Panduan ini diharapkan tidak hanya mampu mengkaji risiko bencana, namun juga
mampu memperlihatkan kebijakan minimal yang perlu diambil oleh daerah terkait
pengurangan risiko bencana yang sedang dikaji. Selain itu panduan ini juga diharapkan
dapat dijadikan dasar intervensi dari pemerintah pusat ke daerah yang
membutuhkannya sesuai dengan tingkat risiko yang dimiliki. Keberagaman kapasitas
daerah menjadi salah satu dasar pikir utama dalam proses penyusunan panduan ini.
Panduan ini dibuat sesederhana mungkin tanpa menghilangkan kualitas ilmiah hingga
dapat digunakan dari pemerintahan kabupaten/kota hingga nasional.
1
P A N D U A N N A S I O N A L
1.1. Tujuan
Panduan ini disusun untuk memberikan pedoman minimal dalam menyusun kajian
risiko bencana tsunami di tingkat propinsi/kabupaten/kota.
1.3. Pengertian
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau nonalam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
5. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu
wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat.
6. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal
dunia akibat bencana.
2
P A N D U A N N A S I O N A L
7. Tsunami adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar laut yang
mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya air laut ke
daratan dengan kecepatan tinggi.
10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan BPBD,
adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan
bencana di daerah.
11. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat yang mengarah
atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bencana.
13. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
14. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang didefinisikan oleh
lokaisnya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh atribut non-spasialnya.
15. Skala peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan
atau teknik tertentu
16. Cek Lapangan (ground check) adalah mekanisme revisi garis maya yang dibuat pada
peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi sesungguhnya.
17. Geographic Information System, selanjutnya disebut GIS, adalah sistem untuk
pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan penayangan data
yang mana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi.
18. Peta Genangan Tsunami adalah peta yang menggambarkan garis batas maksimum
landaan tsunami pada suatu daerah berdasarkan data pada Tabel Referensi Potensi
Ketinggian Maksimum Tsunami.
19. Peta Zonasi Ketinggian adalah peta yang menggambarkan pembagian wilayah
ketinggian tsunami pada suatu daerah berdasarkan Peta Genangan Tsunami.
3
P A N D U A N N A S I O N A L
20. Referensi Potensi Kejadian Tsunami adalah tabel yang berisi informasi kemungkinan
kejadian tsunami pada seluruh wilayah di Indonesia dan disusun oleh BNPB dengan
berkonsultasi dengan para ahli tsunami.
21. Referensi Potensi Ketinggian Maksimum Tsunami adalah tabel yang berisi informasi
kemungkinan ketinggian maksimum tsunami pada setiap wilayah di Indonesia dan
disusun oleh BNPB dengan berkonsultasi dengan para ahli tsunami.
22. Tingkat Ancaman Tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa pada zona ketinggian
tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya tsunami.
23. Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul akibat
kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada zona ketinggian
tertentu akibat tsunami.
24. Kapasitas Daerah adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan
tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat Kerugian Daerah akibat bencana
tsunami.
25. Indeks Penduduk Terpapar Tsunami adalah jumlah jumlah penduduk yang berada
dalam wilayah genangan/gelombang tsunami di atas 1m.
26. Indeks Kerugian Daerah adalah jumlah jumlah infrastruktur yang berada dalam wilayah
genangan/gelombang tsunami di atas 3 m.
27. Tingkat Risiko adalah perbandingan antara Tingkat Kerugian Daerah dengan Kapasitas
Daerah untuk memperkecil Tingkat Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat bencana
tsunami.
28. Kajian Risiko Bencana adalah mekanisme terpadu untuk memberikan gambaran
menyeluruh terhadap risiko bencana suatu daerah dengan menganalisis Tingkat
Ancaman, Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah.
29. Peta Risiko Bencana adalah gambaran Tingkat Risiko bencana suatu daerah secara
visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
4
P A N D U A N N A S I O N A L
1.5. Sistematika
I. PENDAHULUAN
VI. PENUTUP
5
P A N D U A N N A S I O N A L
6
P A N D U A N N A S I O N A L
2
Bab
2. Metode Penyusunan
Panduan Kajian Risiko Bencana Tsunami merupakan panduan dengan standar minimal
yang menggunakan metode sederhana sehingga dapat diterapkan di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia. Peningkatan mutu dan kedalaman produk yang
dihasilkan oleh daerah diperkenankan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah yang bersangkutan.
Panduan ini menghasilkan dua produk yaitu Kajian Risiko Bencana Tsunami dan Peta
Risiko Bencana Tsunami. Dalam proses penyusunannya, kedua produk ini saling
berkaitan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≈ 𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 ∗
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Kajian Risiko dan Peta Risiko Bencana Tsunami yang dihasilkan dari panduan ini
diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan minimal dalam Rencana
Penanggulangan Bencana terkait pengurangan risiko bencana tsunami.
7
P A N D U A N N A S I O N A L
Kajian Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan pada seluruh tingkat pemerintahan dari
kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. Idealnya kajian ini dilaksanakan pada tingkat
kabupaten/kota. Hasil seluruh kajian ditingkat kabupaten/kota yang berpotensi terkena
tsunami dikompilasi pada tingkat provinsi untuk membuat Kajian Risiko Bencana
Tsunami tingkat Provinsi. Sedangkan kompilasi seluruh provinsi yang memiliki risiko
terkena bencana tsunami dikompilasi pada tingkat nasional. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 1.
Dari gambar 1 terlihat bahwa kajian ditingkat pemerintah provinsi dan nasional amat
bergantung dari hasil kajian tingkat kabupaten/kota. Hal ini disebabkan bahwa proses
ditingkat provinsi dan nasional hanyalah berupa proses kompilasi. Kompleksitas kajian
dan penyusunan peta justru terjadi ditingkat kabupaten/kota.
Salah satu tujuan kajian risiko ini dilaksanakan adalah untuk menjadi dasar
pengambilan kebijakan bagi pengurangan risiko bencana tsunami. Terkait dengan
hubungan antara pemerintah kabupaten/kota hingga nasional, kajian ini diharapkan
dapat memberikan rekomendasi intervensi dan dukungan yang diberikan dari nasional
dan provinsi untuk kabupaten/kota yang telah menyelesaikan kajian.
8
P A N D U A N N A S I O N A L
Seperti yang terlihat pada gambar 2, Peta Genangan menjadi dasar penyusunan Peta
Risiko Bencana Tsunami. Peta Genangan ini disusun dari Data Ketinggian Maksimum
Tsunami yang diplot ke peta dasar wilayah. Peta Genangan ini kemudian dibagi
menjadi 3 zona ketinggian tsunami. Dari zonasi ketinggian tsunami ini diperoleh Indeks
Penduduk Terpapar Tsunami dan Indeks Kerugian Daerah. Kedua indeks ini yang
dimasukkan kedalam Peta Genangan untuk menghasilkan Peta Risiko Bencana
Tsunami.
Kajian Risiko Bencana Tsunami dilaksanakan sejalan dengan penyusunan Peta Risiko
Bencana Tsunami. Seluruh hasil yang diperoleh dari setiap langkah penyusunan Peta
Risiko Bencana Tsunami dipergunakan untuk menyusun Kajian Risiko Bencana
Tsunami.
Metode Penyusunan Kajian Risiko Bencana Tsunami dapat dilihat pada gambar 3.
9
P A N D U A N N A S I O N A L
Dari gambar 3 terlihat bahwa proses kajian dimulai dengan membuat Peta Genangan
Tsunami. Peta genangan ini disusun berdasarkan prediksi ketinggian tsunami tertinggi
pada suatu wilayah dan peta dasar wilayah tersebut. Prediksi ketinggian maksimum
tertinggi untuk seluruh wilayah Indonesia diterbitkan oleh BNPB dengan menghimpun
pendapat ahli tsunami Indonesia.
Peta Genangan Tsunami ini menjadi dasar bagi penghitungan Tingkat Ancaman
Tsunami dan Tingkat Kerugian Daerah. Kapasitas Daerah diidentifikasi berdasarkan
Tingkat Kesiapsiagaan Daerah dikombinasikan berdasarkan Tingkat Ancaman
Tsunami.
Dengan mengikuti pendekatan kajian risiko seperti yang telah dijelaskan sebelumnya :
𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝐵𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ≈ 𝐴𝑛𝑐𝑎𝑚𝑎𝑛 ∗
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Tingkat Kerugian Daerah dapat disebut sebagai kerentanan daerah yang dinilai dalam
hitungan rupiah. Sedangkan Kapasitas Daerah dinilai dari penggabungan nilai
ketahanan daerah yang menggunakan 22 indikator pencapaian HFA dengan indeks
kesiapsiagaan rumah tangga yang dikeluarkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPIDengan demikian dapat disimpulkan bahwa Risiko Bencana Tsunami
10
P A N D U A N N A S I O N A L
Untuk mencari Tingkat Ancaman Tsunami pada suatu daerah dibutuhkan 2 variabel,
yaitu :
Berdasarkan gambar 4, tingkat ancaman tsunami dibagi atas 3, yaitu tinggi, sedang
dan rendah. Ruang batas ancaman ini ditetapkan bersama dalam penyusunan modul
ini yang difasilitasi oleh BNPB.
Untuk mencari Tingkat Kerugian Daerah akibat bencana tsunami pada suatu daerah
dibutuhkan 2 variabel, yaitu :
11
P A N D U A N N A S I O N A L
Berdasarkan gambar 5, tingkat kerugian daerah akibat ancaman tsunami dibagi atas 3,
yaitu tinggi, sedang dan rendah. Ruang batas ancaman ini ditetapkan bersama dalam
penyusunan modul ini yang difasilitasi oleh BNPB.
Untuk mencari Tingkat Ancaman Tsunami pada suatu daerah dibutuhkan 2 variabel,
yaitu :
12
P A N D U A N N A S I O N A L
Tingkat Ketahanan Daerah ini yang bila digabungkan dengan Tingkat Ancaman
Daerah menghasilkan Tingkat Kapasitas Daerah, seperti yang terlihat pada gambar 7.
13
P A N D U A N N A S I O N A L
14
P A N D U A N N A S I O N A L
3
Bab
Langkah kerja penyusunan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Langkah Kerja Penyusunan Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami
Seperti yang terlihat pada gambar 9, kajian dihasilkan dari beberapa kegiatan sebagai
dasar penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana suatu daerah. Kebijakan
penanggulangan bencana yang dihasilkan dari kajian risiko bencana ini menjadi
kebijakan yang harus dimasukkan kedalam Rencana Penanggulangan Bencana daerah.
15
P A N D U A N N A S I O N A L
Lingkup pemetaan dan pengkajian risiko bencana tsunami mengikuti aturan seperti
yang diperlihatkan pada tabel 1.
3.2. Persiapan
Peta genangan dapat diperoleh dengan menggabungkan peta dasar dan data prediksi
genangan tsunami pada suatu daerah. Data genangan tsunami untuk setiap
kabupaten/kota di Indonesia dapat diperoleh dari berbagai sumber. BNPB
menyediakan data potensi genangan maksimum tsunami untuk setiap kabupaten/kota
sekaligus dengan kemungkinan kejadiannya, seperti yang terlihat pada tabel 2.
16
P A N D U A N N A S I O N A L
1 Simeuleu Aceh 14 15
2 Aceh Singkil Aceh 14 20
3 Aceh Selatan Aceh 8 20
4 Aceh Barat Aceh 11 15
5 Pidie Aceh 5 15
6 Pidie Jaya Aceh 1 15
7 Bireun Aceh 1 15
8 Aceh Utara Aceh 1 15
9 Aceh Barat Daya Aceh 8 15
10 Aceh Jaya Aceh 11 15
11 Kota Banda Aceh Aceh 12 15
12 Kota Sabang Aceh 11 15
13 Kota Lhoksumawe Aceh 1 15
14 Nias Sumut 14 9
15 Tapanuli Tengah Sumut 9 20
16 Tapanuli Selatan Sumut 9 20
17 Kota Sibolga Sumut 9 20
18 Mandailing Natal Sumut 9 20
19 Agam Sumbar 10 25
20 Pesisir Selatan Sumbar 11 20
21 Kota Padang Sumbar 11 31
22 Kota Pariaman Sumbar 10 25
23 Bengkulu Selatan Bengkulu 11 20
24 Bengkulu Utara Bengkulu 11 20
25 Kota Bengkulu Bengkulu 8 20
26 Tanggamus Lampung 5 51
27 Lampung Selatan Lampung 4 56
28 Kota Bandar Lampung Lampung 2 91
29 Lampung Barat Lampung 11 20
30 Kota Jakarta Utara DKI Jak. 0.2 128
31 Sukabumi Jabar 10 25
32 Cianjur Jabar 10 25
33 Garut Jabar 10 25
34 Tasikmalaya Jabar 10 25
35 Ciamis Jabar 10 25
36 Cilacap Jateng 11 29
37 Kebumen Jateng 11 29
17
P A N D U A N N A S I O N A L
38 Purworejo Jateng 11 29
39 Wonogiri Jateng 11 29
40 Kulon Progo Yogya 11 29
41 Bantul Yogya 11 29
42 Gunung Kidul Yogya 11 29
43 Pacitan Jatim 11 29
44 Trenggalek Jatim 11 29
45 Tulangagung Jatim 11 29
46 Blitar Jatim 11 29
47 Malang Jatim 11 29
48 Lumajang Jatim 11 29
49 Jember Jatim 11 29
50 Banyuwangi Jatim 11 29
51 Sampang Jatim 3 115
52 Pamekasan Jatim 3 99
53 Sumenep Jatim 2 60
54 Lebak Banten 10 25
55 Pandeglang Banten 10 25
56 Serang Banten 5 60
57 Kota Cilegon Banten 5 141
58 Jembrana Bali 6 37
59 Tabanan Bali 8 40
60 Badung Bali 10 30
61 Gianyar Bali 10 41
62 Klungkung Bali 10 30
63 Karang Asem Bali 7 30
64 Buleleng Bali 9 20
65 Kota Denpasar Bali 10 37
66 Lombok Barat NTB 10 20
67 Lombok Tengah NTB 10 20
68 Lombok Timur NTB 10 20
69 Kota Mataram NTB 7 27
70 Sumbawa Barat (Sumbawa Besar) NTB 12 5
71 Bima NTB 12 5
72 Sumbawa Barat (Taliwang) NTB 8 39
73 Kota Bima NTB 2 59
74 Sumba Timur NTT 4 69
18
P A N D U A N N A S I O N A L
75 Belu NTT 6 82
76 Alor NTT 6 35
77 Lembata NTT 5 18
78 Flores Timur NTT 5 18
79 Sikka NTT 7 5
80 Ende NTT 5 5
81 Rote Ndao NTT 6 48
82 Manggarai Barat NTT 19 12
83 Sumba Barat Daya NTT 10 22
84 Kota Kupang NTT 6 68
85 Kota Baru Kalsel 1 60
86 Tanah Bumbu Kalsel 0.2 60
87 Bulungan Kaltim 1 78
88 Tarakan Kaltim 2 78
89 Penajam Paser Utr Kaltim 2 82
90 Kota Balikpapan Kaltim 2 60
91 Kota Bontang Kaltim 2 34
92 Kepulauan Sangihe Sulut 6 16
93 Kepulauan Talaud Sulut 15 6
94 Minahasa Selatan Sulut 6 27
95 Bolmong Utara Sulut 7 16
96 Minahasa Tenggara Sulut 10 18
97 Kepulauan Sitaro Sulut 6 9
98 Kota Manado Sulut 7 26
99 Kota Bitung Sulut 10 23
100 Banggai Kepulauan Sulteng 4 29
101 Banggai Sulteng 7 29
102 Morowali Sulteng 2 90
103 Poso Sulteng 1 120
104 Donggala Sulteng 9 9
105 Toli Toli Sulteng 5 24
106 Buol Sulteng 5 23
107 Parigi Moutong Sulteng 4 120
108 Kota Palu Sulteng 4 31
109 Selayar Sulsel 15 5
110 Bulukumba Sulsel 12 45
111 Bantaeng Sulsel 9 50
19
P A N D U A N N A S I O N A L
20
P A N D U A N N A S I O N A L
21
P A N D U A N N A S I O N A L
4. Bagi Peta Genangan menjadi 3 zona ketinggian tsunami (lihat prosedur no.
1.1/3.3-4) dengan ketentuan :
6. Perbaiki Peta Genangan dan 3 garis zona ketinggian dengan hasil cek lapangan.
(lihat prosedur no. 1.1/3.3-6)
Data Referensi Potensi Kejadian Tsunami didapat dari BNPB seperti yang terlihat pada
tabel 2 sebelumnya. Sedangkan data jumlah penduduk berpotensi terkena tsunami
diperoleh dari perhitungan berdasarkan Peta Genangan yang telah dibuat sebelumnya.
1. Cari data kepadatan penduduk dengan menggunakan Data Potensi Desa (Podes)
BPS terbaru. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.4-1).
2. Hitung luas daerah genangan tsunami dengan ketinggian lebih dari 1 meter (zona
ketinggian 1-3 meter dan zona ketinggian besar dari 3 meter). (Lihat Prosedur No.
1.1/3.4-2).
Tingkat kerugian diukur dari data infrastruktur yang berada pada daerah zona
ketinggian tsunami besar dari 3 meter. Data infrastruktur ini diolah sehingga
22
P A N D U A N N A S I O N A L
menghasilkan potensi kerugian yang harus ditanggung oleh daerah dalam satuan
Rupiah.
1. Perhatikan batas wilayah zona ketinggian tsunami lebih dari 3 meter pada Peta
Genangan.
2. Cari data infrastruktur dengan menggunakan Data Potensi Desa (Podes) BPS
terbaru untuk zona ketinggian tsunami lebih dari 3 meter. Minimal data
infrastruktur yang diambil adalah :
a. fasilitas kritis;
b. fasilitas umum; dan
c. rumah penduduk.
4. Perbaiki data infrastruktur dengan hasil cek lapangan. (lihat Prosedur No.
1.1/3.3-6)
5. Hitung Potensi Kerugian dengan menggunakan asumsi biaya ganti rugi sesuai
dengan aturan pemerintah. (Lihat Prosedur No. 1.1/3.5-5).
Peta Risiko Bencana Tsunami dapat disusun berdasarkan Data Potensi Penduduk
Terpapar Tsunami dan Data Potensi Kerugian Daerah. Pembuatan Peta Risiko ini
menggunakan Arc GIS dalam prosesnya. Oleh karena itu, Potensi Penduduk Terpapar
dan Potensi Kerugian Daerah perlu diubah menjadi indeks terlebih dahulu.
Penyusunan Peta Risiko Bencana Tsunami dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
23
P A N D U A N N A S I O N A L
1. Buat Indeks Penduduk Terpapar Tsunami per kecamatan yang terlanda (Lihat
Prosedur No. 1.1/3.6-1)
2. Buat Indeks Kerugian Daerah per kecamatan yang terlanda (Lihat Prosedur No.
1.1/3.6-2)
Kapasitas daerah minimal diukur pada skala pemerintahan dan masyarakat umum.
Untuk itu, kajian kapasitas paling tidak dilaksanakan dengan menggunakan :
1. Ketahanan Daerah berdasarkan 22 Indikator Hyogo Frameworks for Action
(HFA) yang dikembangkan oleh Komunitas Siaga Tsunami dengan metode
diskusi terfokus;
2. Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dengan menggunakan survey lapangan.
24
P A N D U A N N A S I O N A L
25
P A N D U A N N A S I O N A L
4
Bab
4.Kebijakan Dasar
Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami merupakan langkah awal yang menjadi dasar
dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana daerah sebagai upaya kunci
pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan. Garis penghubung
antara Peta dan Kajian Risiko Bencana Tsunami dengan Rencana Penanggulangan
Bencana adalah kebijakan dasar pengurangan risiko bencana tsunami.
26
P A N D U A N N A S I O N A L
Dari tabel 3 terlihat bahwa pemerintah pusat dan provinsi harus memberikan
dukungan penuh bagi kabupaten/kota yang berisiko tinggi terkena tsunami. Dari
strategi dukungan ini diperoleh prioritas penganggaran upaya pengurangan risiko
bencana diseluruh tingkat pemerintahan. Diharapkan keterbatasan anggaran yang
dialokasikan pada upaya pengurangan risiko tsunami dapat diatasi.
Strategi daerah untuk mengurangi risiko bencana tsunami diperoleh berdasarkan hasil
kajian dan peta risiko bencana tsunami yang telah ada. Strategi yang dihasilkan
hendaknya menjadi dasar kebijakan minimum daerah yang wajib dimasukkan ke dalam
Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Daerah yang bersangkutan.
2. Paparkan hasil Kajian Risiko Bencana Tsunami daerah yang telah diperoleh
sebelumnya (Lihat Lampiran 4 dan Contoh Template powerpoint paparan
hasil kajian Kabupaten Majene pada CD pendukung terlampir).
3. Diskusikan target dan kebijakan minimum berdasarkan hasil kajian yang telah
dipaparkan sebelumnya (Lihat Lampiran 5 dan Contoh Template powerpoint
bahan fasilitasi kebijakan minimum pada CD pendukung terlampir).
Berdasarkan Strategi Umum dan Strategi Daerah yang ditetapkan dari Kajian Risiko
Bencana Tsunami maka dapat disusun Strategi Dukungan Pengurangan Risiko
Bencana Tsunami dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel 4 terlihat bahwa pemerintah pusat dan provinsi harus memberikan
dukungan penuh bagi kabupaten/kota yang berisiko tinggi terkena tsunami. Untuk
kabupaten/kota berisiko sedang, dukungan penuh harus diberikan dari pemerintah
provinsi dengan dibantu dukungan teknis dari pemerintah pusat. Sedangkan untuk
kabupaten/kota berisiko rendah, dengan kapasitas sendiri melaksanakan program
pengurangan risiko bencana tsunami ditambah bimbingan teknis dari pemerintah
provinsi.
27
P A N D U A N N A S I O N A L
Dukungan dari pemerintah pusat dan provinsi diberikan terbatas pada paling banyak 3
kebijakan prioritas daerah untuk pengurangan risiko bencana tsunami yang diperoleh
dari hasil diskusi berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami Daerah.
Dari strategi dukungan ini diperoleh prioritas penganggaran upaya pengurangan risiko
bencana diseluruh tingkat pemerintahan. Diharapkan keterbatasan anggaran yang
dialokasikan pada upaya pengurangan risiko tsunami dapat diatasi.
28
P A N D U A N N A S I O N A L
5
Bab
1. Latar belakang
Memaparkan alasan-alasan disusunnya dokumen dengan mengembangkan
perspektif umum terkait sejarah kebencanaan dan penanggulangannya, struktur
sosial daerah, dan kondisi lain yang penting.
2. Tujuan
Menjawab pertanyaan apa fungsi dokumen ini disusun
3. Ruang Lingkup
Memaparkan batasan kajian
29
P A N D U A N N A S I O N A L
4. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Kajian Risiko Bencana Tsunami adalah:
5. Pengertian
Memberikan definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam laporan.
6. Sistematika Penulisan
Menginformasikan judul-judul bab laporan
1. Umum
Memaparkan secara singkat perspektif penanggulangan bencana disuatu daerah
terkait kondisi perekonomian, sosial, budaya, lingkungan, infrastruktur,
kelembagaan dan kesiapsiagaan masyarakat
2. Potensi Bencana
Memaparkan Peta Referensi Nasional Kemungkinan Kejadian Tsunami di
daerah yang melakukan kajian
5. Kesiapsiagaan Daerah
Memaparkan tingkat kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi bencana tsunami
6. Temuan Lain
Memaparkan kendala yang ditemui berdasarkan pengalaman yang didapat
dalam mengupayakan penanggulangan bencana pada suatu daerah
30
P A N D U A N N A S I O N A L
2. Kebijakan Prioritas
Memaparkan pilihan tindak yang wajib dilaksanakan untuk dilakukan
berdasarkan Kajian Risiko Bencana Tsunami.
Memaparkan kesimpulan dan rencana tindak lanjut dari kajian yang telah dilaksanakan.
5.1.6. Lampiran
5.2. Pengesahan
Sebagai dokumen daerah, Kajian Risiko Bencana Tsunami perlu disahkan paling
tidaknya oleh kepala daerah. Bentuk pengesahan kajian ini dapat berupa peraturan
kepala daerah atau keputusan kepala daerah.
31
P A N D U A N N A S I O N A L
Perlu dicatat bahwa Tingkat Risiko Bencana Tsunami suatu daerah berubah-ubah
tergantung dari :
2. Potensi Kerugian
3. Kapasitas Daerah
Oleh karena itu hasil kajian perlu diperbarui minimal setiap 5 tahun di suatu daerah
sesuai dengan periode penyusunan Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana
Daearah.
32
P A N D U A N N A S I O N A L
6
Bab
6.Penutup
Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam pembangunan membutuhkan
perencanaan yang kuat dalam pelaksanaannya. Perencanaan efektif tidak hanya disusun
secara partisipatif, namun juga didukung dengan data dan kajian yang memadai untuk
melahirkan suatu kebijakan yang optimal mampu mengurangi risiko bencana disuatu
daerah.
Pengurangan risiko bencana merupakan upaya terintegrasi dari skala nasional hingga
kabupaten/kota dan masyarakat. Dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk
kabupaten/kota yang memiliki risiko bencana tsunami perlu ditetapkan secara efektif
sehingga dukungan yang diberikan tepat sasaran tanpa menghamburkan anggaran yang
tidak perlu.
33