PANDUAN
Membangun Masyarakat Aman
dan Tangguh Bencana (MANTAB)
Markas Pusat
Palang Merah Indonesia
Desember 2021
Judul:
Buku Panduan:
Membangun Masyarakat Aman dan Tangguh Bencana (MANTAB)
Tim Penulis:
Al Akbar Abu Bakar Aristia Fathah
Husni Mubarok Hery Firmansyah
Yana Maulana Asep Kusnandar
Teguh Wibowo Slamet Haryanto
Arifin M Hadi Dwi Handoko
Tetty Marlina Rajagukguk Teguh Widodo
Rina Utami Hady Prasetyo
Lala Jalalaudin Raden Endro Teguh
Atik Ambarwati Danang
Mujtahiddin Parmin
Heri Asmedi Ahmad Nurrohim
Hanna Kusumastuti
Penerbit:
Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) tahun 2021
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta
ISBN: -
ii | BUKU PANDUAN
KATA PENGANTAR
LETJEN TNI (PURN) SUMARSONO, SH
Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI)
Bidang Penanganan Bencana
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya,
sehingga sampai saat ini kita masih diberikan waktu dan kesempatan
untuk berkarya dan mengabdi untuk kemanusiaan.
PMI sebagai organisasi kemanusiaan terbesar di Indonesia dibentuk
oleh pemerintah berdasarkan Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 dan
Keppres RI No. 246 tahun 1963, selanjutnya diperkuat oleh UU Nomor
1 Tahun 2018 dan PP No. 7 Tahun 2019, memiliki peran strategis
membantu pemerintah (auxiliary role) dalam penyelenggaraan
kegiatan kepalangmerahan.
Sejak tahun 2002, PMI telah melaksanakan program Kesiapsiagaan Bencana Berbasis
Masyarakat (Community Based Disaster Preparedness) untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat agar mampu melakukan upaya penyelamatan dan pertolongan serta bantuan
kemanusiaan saat terjadi bencana dengan mengutamakan kemandirian dan sumber daya
setempat. Sejak tahun 2007, program CBDP tersebut direvitalisasi menjadi Program
PERTAMA (Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat) yang mendorong terwujudnya
masyarakat yang aman dan tangguh. Sekarang, program PERTAMA bertransformasi menjadi
Program Membangun Masyarakat MANTAB (Aman dan Tangguh Bencana).
Upaya pembangunan ketahanan dan ketangguhan yang dilakukan, diupayakan semaksimal
mungkin memberikan solusi berkelanjutan terhadap penurunan risiko bencana,
pembangunan karakter dan perilaku aman dan tangguh bencana serta kesinambungan
pembangunan di desa/kelurahan. Hal ini sejalan dengan implementasi dari penyelenggaraan
kepalangmerahan, khususnya pada pasal 7 ayat 2 PP Kepalangmerahan yaitu membantu
pembangunan masyarakat tangguh bencana.
Buku Panduan Membangun Masyarakat MANTAB (aMAN dan TAngguh Bencana) ini diharapkan
dapat menjadi payung strategi, prinsip prinsip dan pendekatan program Pengurangan Risiko
Bencana Berbasis Masyarakat dan akan memperluas dampak perlaksanaan program-program
pembangunan desa / kelurahan aman dan tangguh bencana / krisis kesehatan yang
dilaksanakan PMI di tingkat desa/kelurahan, dalam berbagai tematik seperti membangun
keluarga KUAT (Keluarga Aman dan Tangguh), Pengelolaan Risiko Bencana terpadu berbasis
kawasan, konservasi pesisir, dan sebagainya. Hal ini nantinya juga akan memperkuat
pemaduan dan pengarusutamaan PRB-PI ke dalam perencanaan pembangunan
desa/kelurahan. Selain itu, buku panduan ini dapat digunakan oleh para pemangku
kepentingan yang lain, baik sektor pemerintah maupun nonpemerintah.
Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI sebagai pendamping dan fasilitator
masyarakat diberdayakan semaksimal mungkin untuk memfasilitasi perangkat dan atau
tokoh masyarakat desa/kelurahan menyusun perencanaan serta melaksanakan upaya
iv | BUKU PANDUAN
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ..................................................................................... 69
vi | BUKU PANDUAN
DAFTAR SINGKATAN
2 | BUKU PANDUAN
1.2 Masyarakat Tangguh Bencana
Pengertian masyarakat tangguh bencana1 memulihkan diri dari efek guncangan dan
adalah kemampuan masyarakat yang tekanan yang dialami tanpa mengorbankan
terkena/terdampak kejadian bencana, prospek jangka panjang mereka.
krisis, serta kondisi kerentanan yang Masyarakat dikatakan tangguh terhadap
mendasar yang dimilikinya, untuk bencana jika memenuhi Masyarakat
dapat/mampu melakukan antisipasi, memiliki pengetahuan, sehat, dan dapat
kesiapsiagaan, mengurangi dampak dari memenuhi kebutuhan dasarnya.
kejadian tersebut, serta mengatasi dan
1
Definisi diambil dari Buku “Roadmap to Resilience” IFRC
1. Manajemen Risiko
4 | BUKU PANDUAN
No. Karakteristik Masyarakat Tangguh Sebelas Dimensi Ketangguhan
4. Pemukiman/Hunian
Masyarakat memiliki pemukiman/hunian
yang layak
8 | BUKU PANDUAN
Pelaporan atau PMI Pusat dan donor/mitra minimal 1
(satu) bulan sebelumnya, dengan
Laporan keuangan disusun sebagai bentuk
menyebutkan alasan perubahan tersebut.
pertanggungjawaban atau akuntabilitas
atas kegiatan-kegiatan dan biaya-biaya
Publikasi & Dokumentasi
dengan merujuk pada perbandingan antara
kerangka acuan dan anggaran yang telah Publikasi dan dokumentasi kegiatan bisa
divalidasi oleh sumber dana. Pelaporan dilakukan oleh PMI kabupaten/kota atau
keuangan akan dilakukan sesuai standar dan PMI provinsi yang menjalankan kegiatan
ketentuan, merujuk pada panduan membangun ketangguhan masyarakat, baik
keuangan yang ada di PMI. publikasi melalui media cetak, maupun
media elektronik. Sedangkan untuk
Jadwal Kegiatan dokumentasi pengarsipan barang maupun
dokumen-dokumen penting yang terkaitan
Jadwal kegiatan merujuk kepada dokumen
dengan membangun ketangguhan
membangun ketangguhan masyarakat.
masyarakat dapat disimpan di PMI masing-
Usulan mengenai perubahan jadwal
masing wilayah.
kegiatan disampaikan secara tertulis
kepada PMI kabupaten/kota ke PMI provinsi
10 | BUKU PANDUAN
• Jalur evakuasi, titik kumpul, dan peta • Jumlah kepadatan penduduk.
risiko bencana belum tersedia. • Tingkat kepadatan pemukiman yang
• Sekolah belum terkoneksi dengan rentan.
upaya kesiapsiagaan bencana di • Insfrastruktur/fasilitas umum yang
desa/kelurahan. rentan.
• Rencana pengurangan risiko (mitigasi) • Akses ke desa/kelurahan.
bencana belum tersedia.
• Gotong royong dan sosial budaya.
• Peralatan terkait tanggap darurat di
• Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan.
desa/kelurahan masih minim.
• Anggaran penyediaan belanja Tahapan yang harus dilakukan:
desa/kelurahan untuk kebencanaan • Pengumpulan data sekunder tentang
belum tersedia. tingkat kerentanan masyarakat di
• Pengurangan risiko bencana terpadu desa/kelurahan setempat dan tingkat
berbasis masyarakat belum terbentuk. kerawanan terhadap bencana.
• Jumlah kelompok rentan yang sangat • Analisis data sekunder yang mengarah
tinggi. pada pembahasan secara komprehensif
mengenai tingkat kerentanan
• Jumlah pengangguran yang sangat
masyarakat, tingkat kerawanan bahaya
tinggi di wilayah urban atau perkotaan.
dan risiko, maupun tinjauan
• Masalah kesehatan dan penyakit yang antropologis dan karakteristik
terkait dengan bencana. masyarakat setempat yang
• Pendapatan masyarakat sangat rendah memungkinkan pelaksanaan
dan tanpa surplus. membangun ketangguhan masyarakat
• Hilangnya sumber penghasilan atau tidak.
penduduk akibat bencana, seperti • Kunjungan dan observasi langsung ke
hanyutnya peralatan nelayan, masyarakat. Kunjungan ini digunakan
terendamnya sawah dan ladang, dll. untuk melihat secara nyata kondisi
• Banyaknya masyarakat yang tergolong desa/kelurahan setempat dengan
miskin dan sangat miskin. menggunakan kriteria dan hasil analisis
data sekunder yang telah dikumpulkan
• Kurangnya tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tentang sebagai indikator.
upaya-upaya • Proses seleksi masyarakat dengan
kesiapsiagaan/pengurangan risiko mengkaji secara cermat dan
bencana. komprehensif hasil kunjungan lapangan
dan analisis data sekunder dan
• Kelangkaan sumber kekayaan alam,
mencocokkannya dengan indikator-
seperti pertanian, perikanan, sumber
indikator kriterianya.
air bersih, dll.
• Bila desa/kelurahan tersebut
• Kondisi air dan sanitasi yang
memenuhi kriteria, kita bisa membina
memprihatinkan serta rentan terhadap
pemahaman masyarakat tentang
bahaya dan wabah penyakit.
rencana melakukan pengkajian secara
• Rendahnya tingkat pendidikan cermat di desa/kelurahan tersebut
masyarakat. untuk dapat dicalonkan sebagai daerah
Berdasarkan kondisi umum: membangun ketangguhan masyarakat.
12 | BUKU PANDUAN
2.2.1 Pembentukan Komite • Memiliki pengetahuan tentang
Manajemen Membangun pengurangan risiko bencana
Ketangguhan Masyarakat, • Mampu menjadi pengarah dan pelindung
Kesiapsiagaan Bencana PMI staf dalam membangun ketangguhan
masyarakat
Berfungsi sebagai unit pengawasan,
pemberi kebijakan dan arahan di wilayah • Bersedia melakukan kunjungan lapangan
pelaksanaan membangun ketangguhan secara intensif untuk pembinaan
masyarakat untuk pengembangan dan pengurus di tingkatannya
kelanjutan membangun ketangguhan Mobilisasi komite membangun ketangguhan
masyarakat. masyarakat:
Kriteria komite membangun ketangguhan • Pembinaan pengurus PMI di provinsi,
masyarakat: kabupaten/kota terhadap membangun
• Dari unsur pengurus PMI ketangguhan masyarakat
• Masa bakti kepengurusannya minimal 2- • Pemberian insentif perjalanan dinas
3 tahun sesuai SK Keuangan
• Dapat memberikan keputusan terhadap • Menggunakan atribut PMI jika
kegiatan membangun ketangguhan berkunjungan ke lapangan
masyarakat • Menjalankan fungsi koordinasi dan
• Memiliki wawasan tentang kebencanaan komunikasi baik terhadap staf dalam
yang ada di Indonesia membangun ketangguhan masyarakat
maupun pengurus di tingkatannya
PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota
14 | BUKU PANDUAN
dalam kesiapsiagaan bencana di • Memberi arahan dan persetujuan atas
tingkat PMI kabupaten. rencana kegiatan yang disusun secara
3. Komite Manajemen Membangun bersama-sama oleh pelaksana
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan kegiatan membangun ketangguhan
Bencana Tingkat Kabupaten/Kota masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana tingkat kecamatan dan
• Memberi arahan dan persetujuan atas
kelompok kader
rencana kegiatan yang disusun secara
desa/komunitas/komunitas binaan,
bersama-sama oleh pelaksana
untuk kemudian diajukan kepada
kegiatan membangun ketangguhan
komite kabupaten/kota;
masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota dan • Memeriksa (verifikasi) dan memberi
kelompok kader persetujuan atas laporan keuangan
desa/komunitas/komunitas binaan, bulanan yang disusun oleh pelaksana
untuk kemudian diajukan kepada kegiatan membangun ketangguhan
komite provinsi; masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana tingkat kecamatan, untuk
• Memeriksa (verifikasi) dan memberi
kemudian diajukan kepada PMI
persetujuan atas laporan keuangan
kabupaten/kota sebagai
bulanan yang disusun oleh pelaksana
pertanggungjawaban atau
kegiatan membangun ketangguhan
permohonan dana;
masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota, untuk • Memberi arahan dalam mengorganisir
kemudian diajukan kepada PMI Pusat dan memobilisasi tim SIBAT untuk
melalui PMI provinsi sebagai mendukung pelaksanaan membangun
pertanggungjawaban atau ketangguhan masyarakat dalam
permohonan dana; kesiapsiagaan bencana di tingkat
masyarakat;
• Memberi arahan dalam mengorganisir
dan memobilisasi tim • Membina koordinasi dan relasi
sukarelawan/Satgana untuk dengan dinas terkait setempat serta
mendukung pelaksanaan membangun dengan organisasi masyarakat
ketangguhan masyarakat dalam pemerhati masalah bencana dan
kesiapsiagaan bencana di tingkat lingkungan lainnya;
masyarakat; • Mengupayakan dukungan kebijakan,
• Membina koordinasi dan relasi struktural dan finansial apabila
dengan dinas terkait setempat serta diperlukan dari sumber daya
dengan organisasi masyarakat setempat.
pemerhati masalah bencana dan
lingkungan lainnya; 2.2.2 Pembentukan Kelompok Kerja
Pelaksanaan Membangun
• Mengupayakan dukungan kebijakan,
struktural dan finansial apabila Ketangguhan Masyarakat
diperlukan dari sumber daya Kesiapsiagaan Bencana PMI
setempat. Berfungsi sebagai satuan pelaksana
4. Komite Manajemen Membangun kegiatan membangun ketangguhan
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan arahan dari komite
Bencana Tingkat Kecamatan pengawasan di setiap tingkatan.
PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota
Ketua Pokja Kepala Markas Kepala Markas Kepala Markas Staf Kecamatan
Penasihat Pendonor PMI Pusat dan PMI Pusat, PMI PMI Pusat, PMI
Teknis Pendonor Provinsi, dan Provinsi, PMI
Pendonor Kabupaten/Kota,
Pendonor, dan Tokoh
Masyarakat/Tokoh
16 | BUKU PANDUAN
PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota
Agama/PKK/Karang
Taruna yang ditunjuk
18 | BUKU PANDUAN
keuangan dan administrasi, dengan berdasarkan aturan yg berlaku di PMI.
menandatangani surat perjanjian kerja Deskripsi pekerjaan dan kewajiban staf
dengan pengurus PMI kabupaten/kota, keuangan dan administrasi akan
berhak mendapatkan insentif berupa diuraikan lebih detail dalam kontrak
gaji, tunjangan komunikasi dan asuransi kerja.
20 | BUKU PANDUAN
Struktur Unsur Komite Desa/Kelurahan
22 | BUKU PANDUAN
desa/kelurahannya, yang pada akhirnya ke keluarga maupun kepada masyarakat
akan meningkatkan citra positif PMI. luas dalam berbagai kesempatan.
• Bersama masyarakat melakukan
Apa fungsi dan peran SIBAT?
pemetaan desa/kelurahan tentang
SIBAT berfungsi dan berperan sebagai tingkat kerentanan/kerawanan maupun
pendamping, pembimbing, penyuluh, dan pemetaan sumber daya. Memberikan
motivator yang menggerakkan masyarakat pelatihan atau penyuluhan kepada
setempat dalam kegiatan dan upaya-upaya masyarakat di lingkungannya tentang
kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat upaya kesiapsiagaan dan tanggap
bencana di wilayahnya. darurat bencana maupun sistem
peringatan dini dan upaya-upaya
Keberadaan SIBAT dimaksudkan pula untuk
membantu pengurus PMI kecamatan dan mitigasi.
kabupaten/kota, serta KSR Spesialis • Menggerakkan masyarakat dalam
MANTAB dalam membina dan melaksanakan rencana kegiatan.
menggerakkan masyarakat, serta Membantu aparat desa/kelurahan, LPM,
mengarahkan, memantau, mengawasi, dan maupun BPD dalam merumuskan
mengevaluasi membangun ketangguhan Rencana Pengendalian dan Operasional
masyarakat yang telah dilaksanakan. melalui pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan maupun upaya-upaya
Sedangkan untuk peran SIBAT desa dalam
tanggap darurat bencana.
proses perencanan RPJMDesa, dibahas pada
BAB Perencanaan Partisipatif Pengurangan • Menyelenggarakan
Risiko Bencana Terintegrasi dengan pelatihan/simulasi/gladi bagi
Perencanaan Pembangunan Desa. masyarakat sehingga masyarakat
merasa terbiasa dan mampu
Bagaimana tugas dan tanggung jawab melaksanakan langkah-langkah evakuasi
SIBAT? dan upaya-upaya penyelamatan dan
pengamanan diri saat terjadi bencana.
Tugas dan Tanggung Jawab Umum:
• Membantu merumuskan cara-cara
Melakukan upaya pemberdayaan kapasitas menjaga keberlangsungan membangun
dan pengorganisasian masyarakat agar ketangguhan masyarakat melalui
dapat mengambil inisiatif dan melakukan pencarian dana, penyadaran sosial dan
tindakan yang meminimalkan dampak lain-lain.
bencana di lingkungannya dengan
• Menumbuhkan kesadaran masyarakat
menggunakan strategi dan pendekatan
untuk berpartisipasi dalam perencanaan,
konsep MANTAB.
implementasi, monitoring, evaluasi, dan
Tugas dan Tanggung Jawab Khusus: keberlangsungan membangun
SIBAT bertanggung jawab menggerakkan ketangguhan masyarakat.
masyarakat dalam melaksanakan • Mengorganisir masyarakat dalam
membangun ketangguhan masyarakat, melaksanakan berbagai kegiatan
melalui: membangun ketangguhan masyarakat
terkait, seperti CBFA, pelestarian
• Sosialisasi konsep MANTAB dan
lingkungan hidup, perawatan keluarga,
penyadaran masyarakat tentang tingkat
dan lain-lain.
bahaya, kerentanan, dan risiko bencana
dari rumah ke rumah atau dari keluarga • Membantu komite manajemen tingkat
desa/kelurahan:
24 | BUKU PANDUAN
wilayah membangun ketangguhan Bagaimana Struktur Keanggotan SIBAT?
masyarakat minimal 15 orang.
• SIBAT akan direkrut dan dibentuk oleh
• Rekrutmen anggota SIBAT masyarakat dan aparat desa/kelurahan.
memperhatikan keseimbangan gender: Dalam pelaksanaan tugasnya, tim ini
laki-laki (50%) dan perempuan (50%), bertanggung jawab kepada kepala
yang dapat diambil dari unsur: desa/lurah.
- Kader Posyandu/bidan desa atau • SIBAT terdiri dari: 1 orang ketua
kelurahan/Pos Persalinan merangkap anggota, 1 orang wakil
Desa/Kelurahan (Polindes) ketua/sekretaris merangkap anggota, 1
- PKK orang bendahara merangkap anggota,
- Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kurang lebih 17 - 27 orang anggota
(dengan perimbangan 1 anggota SIBAT
- Badan Perwakilan Desa
untuk minimal 50 kepala keluarga).
- Karang Taruna
• Struktur dan kelengkapan SIBAT diatur
- Tokoh agama
dan ditentukan sesuai kebutuhan dan
- Tokoh masyarakat kondisi masing-masing desa/kelurahan.
- RT/RW • Struktur SIBAT dapat dibuat dan
- Unsur-unsur lain di dalam disahkan dengan surat keputusan kepala
masyarakat setempat desa/lurah setempat sebagai
legalitasnya.
keberlanjutannya. Karenanya,
Bagaimana Struktur Keanggotan SIBAT?
perekrutan SIBAT harus benar-benar
• SIBAT bukan sekadar sukarelawan biasa. sesuai dengan kriteria kualifikasinya.
Selain diharapkan mampu memainkan • Sebagai mitra terdepan dalam
peranan sebagai penggerak dan membangun ketangguhan masyarakat,
motivator masyarakat, tim Sibat harus
SIBAT direkrut dan dibentuk atas dasar
mampu mengorganisir masyarakat dalam
partisipasi bersama dengan masyarakat
pelaksanaan membangun ketangguhan
dan aparat desa/kelurahan setempat.
masyarakat dan memelihara
26 | BUKU PANDUAN
BAB 3 KAJIAN RISIKO BENCANA
BAB III
KAJIAN RISIKO
BENCANA
Secara geografis Indonesia terletak pada bandang, longsor dan angin puting beliung.
pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu Perubahan iklim, laju pertumbuhan
lempeng Benua Asia, Benua Australia, penduduk, peningkatan jumlah
lempeng Samudra Hindia dan Samudra masyarakat yang tinggal di daerah
Pasifik. Hal ini membuat Indonesia rawan, degradasi lingkungan, pola
lebih rawan terhadap ancaman letusan
pembangunan yang tidak berkelanjutan
gunung berapi, gempa bumi dan tsunami. Di
serta urbanisasi yang cepat dan tidak
sisi lain, BNPB terus mencatat adanya
peningkatan jumlah bencana yang terjadi di
terencana, seringkali menambah
Indonesia, khususnya bencana kerentanan di masyarakat.
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir
28 | BUKU PANDUAN
sederhana yang memberi informasi latar yang berkaitan dengan penggunaan
belakang (demografi, topografi, tool/alat dari EVCA. PMI kabupaten/kota
kesehatan dan morbiditas, ekonomi perlu memperhatikan komposisi tim
lokal, struktur dan afiliasi politik, fasilitator EVCA, yang nantinya akan
statistik kriminalitas, dll), gambaran menentukan keterbukaan masyarakat
kapasitas, dan sumber daya (layanan dan dalam mengemukakan pendapat mereka
infrastruktur dasar, dll.) yang tersedia di terkait kebutuhan, kapasitas dan
masyarakat. prioritas aksi. PMI kabupaten/kota perlu
memperhatikan komposisi gender dalam
b. Identifikasi Sumber Daya Manusia,
tim dan mewakili keberagaman di
Waktu, dan Anggaran
masyarakat. Keterlibatan anggota SIBAT
Identifikasi jumlah sumber daya manusia
dalam tim EVCA akan mendorong rasa
(SIBAT, KSR, Staf) yang akan terlibat
kepemilikan di masyarakat akan hasil
dalam proses kajian risiko, waktu yang
kajian EVCA.
paling tepat untuk PMI dan masyarakat,
e. Identifikasi Tools EVCA yang Akan
sumber anggaran dan detail anggaran.
Digunakan
PMI perlu memperhatikan detail tempat,
makan siang dan kudapan, transpor yang Selain data sekunder dan lembar fakta
dibutuhkan, mobilisasi sukarelawan, masyarakat, PMI kabupaten/kota perlu
staf, dan SIBAT. memilih tools yang paling tepat yang
akan digunakan dalam proses kajian
c. Identifikasi Narasumber
risiko. PMI perlu mengingat bahwa tidak
PMI perlu mengidentifikasi peserta ada tools EVCA yang harus digunakan di
kajian risiko, seperti kelompok marginal setiap konteks. Pemilihan tools tersebut
dan memetakan mitra perwakilan dari
harus didasarkan pada tahapan proses
lembaga desa/kelurahan, atau instansi
kajian berdasarkan elemen risiko yang
di bidang tertentu yang dirasa akan
telah direkomendasikan dalam EVCA.
dapat menjadi sumber informasi yang
Beberapa tools akan lebih cocok pada
tepat sesuai dengan kebutuhan elemen tahapan kajian ancaman, dan beberapa
risiko dan perangkat EVCA. PMI perlu
tools lainnya lebih cocok untuk mengkaji
memikirkan bagaimana cara melibatkan
informasi kapasitas. PMI tidak harus
narasumber yang sudah diidentifikasi
menggunakan seluruh tools yang telah
dan tujuan pelibatan mereka dalam dipetakan dalam EVCA, apalagi ketika
proses kajian risiko. penggunaan tools tersebut adalah untuk
d. Identifikasi Mekanisme Lokalatih menghasilkan informasi yang lama.
Dalam mendukung pelaksanaan EVCA di
masyarakat, perlu dilakukan lokalatih
Seluruh hal ini bisa dilakukan secara bertahap atau sekaligus melalui pertemuan awal
dengan masyarakat/perwakilan masyarakat.
30 | BUKU PANDUAN
a) Proses Partisipatif dan Pemberdayaan masyarakat, dan infrastruktur pada
tingkat dan dengan cara yang sama.
EVCA bukanlah sekadar proses
Suatu ancaman bencana dapat
pengumpulan data, analisis, dan
memengaruhi dan memberikan dampak
perencanaan aksi, tetapi juga
yang berbeda kepada kelompok
merupakan proses pembelajaran dan
masyarakat. Dengan skala ancaman
pemberdayaan di mana masyarakat
bahaya yang sama, dampak suatu
didorong untuk menjadi penggerak
bencana bisa berbeda tergantung pada
dalam hal pemahaman risiko,
keterpaparan, kerentanan, kemampuan,
pengurangan risiko, dan upaya
dan kapasitas untuk bertahan dan
membangun ketangguhan. Partisipasi
beradaptasi.
inklusif dari masyarakat merupakan hal
dasar agar proses benar-benar Dengan kata lain, risiko bencana
memberdayakan masyarakat dan berbanding lurus dengan besarnya
memiliki dampak yang berkelanjutan. bahaya, tingkat kerentanan dan
Masyarakat bukanlah entitas yang keterpaparan, dan berbanding terbalik
seragam, oleh sebab itu fasilitator dengan kerentanan dan kapasitas
seperti SIBAT dan KSR harus menerapkan terhadap suatu ancaman bahaya. Risiko
pendekatan gender dan keberagaman bencana sering diformulasikan sebagai
untuk memastikan keterlibatan semua berikut:
kelompok masyarakat termasuk Risiko = Bahaya x Keterpaparan x Kerentanan
kelompok rentan. Dengan pendekatan Kapasitas
ini, fasilitator EVCA perlu memahami
EVCA membantu masyarakat untuk
kebutuhan, kapasitas dan prioritas
memahami faktor risiko saat ini dan yang
masing-masing kelompok masyarakat,
akan muncul berikut penyebabnya dan
baik itu berdasarkan gender, usia,
aksi yang dapat membantu mengurangi
penyandang disabilitas, dan individu dari
dampaknya. Perlu diingat bahwa
berbagai kelompok sosial, budaya,
masyarakat perkotaan memiliki karakter
ekonomi, dan agama, termasuk
yang lebih beragam akan lebih sulit
kelompok migran yang membentuk
untuk didefinisikan dan disatukan
masyarakat itu.
sehingga membutuhkan langkah ekstra
Ancaman bencana tertentu tidak untuk mengidentifikasi elemen
memengaruhi semua individu, keluarga, masyarakat yang berbeda.
32 | BUKU PANDUAN
dari waktu ke waktu dapat memengaruhi seharusnya tidak hanya selalu fokus pada
sektor pertanian dan ketersediaan air, dll. aspek negatif dari variabilitas dan
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat perubahan iklim, tetapi juga
untuk tidak hanya membuat rencana aksi memanfaatkan kondisi tersebut jika
atau mengambil tindakan berdasarkan memiliki dampak positif. Salah satu
pengalaman masa lalu, namun juga perlu langkah yang diperlukan untuk membuat
merencanakan untuk potensi masa depan program berbasis masyarakat yang lebih
yang lebih parah dan tidak pasti. 'cerdas iklim' adalah menyesuaikan
pendekatan EVCA yang dapat
Perubahan iklim mungkin sudah tidak asing
menggunakan wawasan tentang
lagi bagi masyarakat Indonesia. Di belahan
perubahan pola risiko di masyarakat,
dunia lain, perubahan pola iklim dan cuaca
serta informasi iklim yang tersedia untuk
atau “fenomena cuaca unik”' yang
membantu mempersiapkan rencana
berkaitan dengan suhu dan curah hujan
pengurangan risiko masyarakat untuk
(terutama yang sumber pendapatannya
menghadapi masa depan yang terus
bergantung pada iklim seperti pertanian)
berubah dan lebih tidak pasti.
telah mendapatkan perhatian khusus.
Perubahan iklim atau pola cuaca baru ini 2. EVCA tidak boleh diubah menjadi “EVCA
menjadi tantangan bagi pengetahuan iklim” dengan hanya fokus pada paparan
tradisional. Masyarakat perlu mengenali perubahan iklim sehingga mengabaikan
dan mendiskusikan perubahan-perubahan faktor lain yang memengaruhi risiko di
ini untuk memberikan peluang munculnya masyarakat.
strategi baru dan menyatukan ide-ide ini ke
dalam rencana pengurangan risiko 3.2.3 EVCA dalam Konteks Perkotaan
masyarakat melalui proses EVCA. Namun Metodologi EVCA cukup fleksibel dan
begitu, ada 2 hal yang harus diperhatikan: relevan untuk dapat diterapkan dalam
1. Semua rencana aksi pengurangan risiko semua konteks masyarakat, baik pedesaan
berbasis masyarakat yang baik dan yang maupun perkotaan. Saat ini kota-kota besar
menangani bahaya di Indonesia terpapar risiko seismik dan
hidrometeorologi/cuaca dalam batas mengalami bencana banjir berulang,
tertentu sudah berkontribusi pada kebakaran, dan pertumbuhan jumlah
adaptasi perubahan iklim karena populasi pengungsi. Risiko dan kerentanan
membangun kesiapsiagaan yang lebih yang dihadapi masyarakat kota tidak dapat
baik dan ketangguhan masyarakat sepenuhnya dipahami tanpa menggunakan
terhadap dampak negatif peristiwa perspektif skala kota.
cuaca ekstrem. Masyarakat juga
34 | BUKU PANDUAN
Di dalam masyarakat, penting bagi para penyandang disabilitas, minoritas etnis,
pemimpin untuk melibatkan orang-orang agama, dan lain-lain.
dari semua kelompok sosial dan ekonomi,
dan khususnya yang paling rentan. Jika 3.2.5 Langkah dan Alat yang
EVCA tidak dilakukan secara inklusif, maka Digunakan dalam Proses EVCA
kita berisiko memperkuat struktur
Langkah proses kajian dan panduan
kekuatan yang tidak adil dan memperdalam
pertanyaan kunci proses:
kerentanan dan marginalisasi beberapa
kelompok, seperti perempuan, lansia,
Dalam EVCA, proses kajian dibuat keseluruhan dan tujuan penggunaan tools
sesistematis mungkin berdasarkan elemen untuk mendukung proses kajian tersebut.
risiko, dengan memberikan pertanyaan
Untuk mendukung proses kajian risiko,
kunci di tiap proses, seperti grafik di atas.
EVCA menyediakan berbagai macam tools
Fasilitator ahli PMI dapat mengadaptasi dan
yang kegunaannya dapat disesuaikan
menggunakan tools sesuai kebutuhan
dengan konteks masyarakat. Penting untuk
sehingga tidak harus menggunakan seluruh
PMI dan SIBAT mendiskusikan pemilihan alat
tools yang tersedia. Yang perlu diingat
kajian yang tepat dan relevan sesuai
adalah tujuan di tiap proses secara
kebutuhan fokus elemen risiko.
36 | BUKU PANDUAN
Langkah Rekomendasi detail langkah Rekomendasi Alat
Catatan: Penggunaan tool kajian risiko ini dapat ditemukan di Panduan EVCA.
Selain itu, PMI juga perlu mempersiapkan sumber citra satelit lainnya. Peta ini dapat
atau melakukan pemetaan yang digunakan untuk menyoroti kesenjangan
menunjukkan gambaran topografi wilayah. informasi dan merupakan alat verifikasi
Peta dasar dapat didasarkan pada cetakan yang membantu dalam proses diskusi
peta atau citra satelit seperti dari Citra dengan anggota masyarakat.
Google, Open Street map, Bing map atau
38 | BUKU PANDUAN
Pemetaan partisipatif adalah proses memetakan oleh dan bersama kelompok
masyarakat mengenai tempat/wilayah di mana mereka hidup. Karena masyarakat
yang hidup dan bekerja di tempat itulah yang memiliki pengetahuan mendalam
mengenai wilayahnya. Jadi, hanya mereka yang bisa membuat peta secara lengkap
dan akurat mengenai sejarah, tata guna lahan, pandangan hidup, dan harapan masa
depan.
Peta dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dengan paparan bahaya seperti
daerah rawan banjir atau bahaya kesehatan, menunjukkan kelompok dan infrastruktur
mana seperti klinik kesehatan, sekolah, rumah yang rentan, serta memetakan lokasi
sumber daya dan layanan (misalnya toko dan bisnis, klinik, sekolah, pasar dll) yang
merupakan kapasitas dalam masyarakat.
Erupsi
Gunung Api
40 | BUKU PANDUAN
Selain kerentanan, masyarakat juga akan • Salah satu alat rekomendasi untuk
selalu memiliki kapasitas di tingkat brainstorming kerentanan dan kapasitas
individu, rumah tangga, dan di masyarakat adalah bintang ketangguhan sejalan
itu sendiri. Kajian kapasitas mencoba dengan dimensi ketangguhan di tiap
menjawab pertanyaan “Kekuatan apa yang ancaman.
tersedia di tingkat individu, rumah tangga, • Tentukan metode pengumpulan data
dan masyarakat yang dapat dimobilisasi dan untuk informasi kerentanan masyarakat.
diakses untuk mengurangi dampak bahaya Alat yang paling sering digunakan adalah
tertentu?”. Kapasitas apa (manusia, sosial, riwayat transek, observasi langsung,
ekonomi, fisik, alam dan jejaring) bukan diskusi kelompok terfokus, KII, dan
cuma di dalam masyarakat, tetapi juga di survei.
luar masyarakat, yang dapat dimobilisasi
• Identifikasi kelompok atau subkelompok
dan diakses untuk mengurangi dampak
rentan berdasarkan prioritas bahaya
negatif dari bahaya. Kerentanan dan
yang ditentukan. Dalam konteks
kapasitas adalah dua sisi mata uang.
masyarakat yang beragam dan luas,
Kerentanan menutupi kelemahan
pertimbangkan untuk memilih
sementara kapasitas menutupi kekuatan.
subkelompok yang secara umum mirip,
• Brainstorming kajian kerentanan, yaitu atau mewakili masyarakat.
untuk memperkenalkan apa yang • Pengumpulan data dapat melibatkan
dimaksud dengan kerentanan, apa yang masyarakat dengan beberapa cara
memengaruhinya dan mengetahui tergantung alat yang dipilih. SIBAT dan
identitas kelompok rentan di masyarakat personal PMI dapat melakukan survei
dan spesifikasi kerentanan menurut atau melakukan kunjungan bersama
masyarakat. Brainstorming kapasitas beberapa anggota masyarakat untuk
dan sumber daya untuk tiap ancaman melakukan observasi langsung, atau KII
bahaya yang diprioritaskan, yang dengan tokoh masyarakat. Bila
tersedia di masyarakat di seluruh memungkinkan, untuk setiap prioritas
tingkatan (rumah tangga, desa, bahaya, diskusikan bersama masyarakat
kabupaten/kota). Ini termasuk kapasitas apa dampak masing masing bahaya dan
dan sumber daya untuk kelompok rentan mengapa hal itu memengaruhi mereka
yang sudah diidentifikasi sebelumnya. (aspek kerentanan). Tujuan hal ini
adalah untuk mengetahui dampak
Skor
Ancaman Dimensi Dampak (masa lalu Aspek Kerentanan
(tinggi, sedang,
/ Bahaya Ketangguhan dan masa depan) dan Penyebab
dan rendah)
Air dan
Sanitasi
Hunian
42 | BUKU PANDUAN
Skor
Ancaman Dimensi Dampak (masa lalu Aspek Kerentanan
(tinggi, sedang,
/ Bahaya Ketangguhan dan masa depan) dan Penyebab
dan rendah)
Makanan dan
Nutrisi
Kohesi Sosial
Inklusi
Pengelolaan
sumber daya
alam
Pembuatan peta kerentanan berguna Proses ini juga dilakukan dalam kajian
menggambarkan kondisi kerentanan kapasitas. Setelah mengidentifikasi
masyarakat dalam menghadapi ancaman kapasitas yang ada di masyarakat, gunakan
bencana dalam sebuah wilayah. Bentuknya alat seperti Diagram Venn untuk
bermacam-macam dan bervariasi, menganalisis pentingnya dan pengaruh
tergantung jenis kerentanannya, misalnya lembaga tersebut dalam kehidupan
kerentanan tanah, sosial ekonomi, dan lain- masyarakat. Lakukan latihan ini secara
lain. Peta visual kerentanan dapat terpisah untuk setiap bahaya yang
dilakukan bersama masyarakat melalui diprioritaskan, lalu rangkum kapasitas dan
FGD, transect map/spot map. sumber daya tersebut dalam tabel berikut:
Hunian
Makanan dan
Nutrisi
Inklusi
Peluang Ekonomi
Pelayanan dan
infrastruktur
Pengelolaan
Sumber Daya Alam
44 | BUKU PANDUAN
Bahaya Karakteristik Kapasitas (masyarakat, rumah tangga,
Skor (tinggi,
Masyarakat individu)
sedang, rendah)
Tangguh
Pengelolaan risiko Tidak ada informasi Tinggi Pemerintah desa memiliki akses Rendah Kelompok rentan Tinggi
peringatan dini, masyarakat terhadap prediksi cuaca melalui tinggal di zona banjir.
tidak bisa berenang, telepon genggam, namun tidak Akses informasi
kelompok penyandang memiliki pengetahuan untuk peringatan dini
disabilitas tinggal di menafsirkan dan mengambil aksi. terbatas untuk
kawasan rawan banjir. pemerintah desa
2 Guru olahraga renang
sehingga dibutuhkan
peningkatan
pengetahuan untuk
mampu
menindaklanjuti
peringatan dini yang
diterima.
Kesehatan Sebagian besar penduduk Sedang SIBAT berpengalaman dalam Tinggi Rendah
sadar akan praktik mempromosikan kebersihan.
kebersihan untuk
Ada 4 klinik untuk pelayanan
menghindari penyakit yang
kesehatan jika penyakit pascabanjir
ditularkan setelah banjir.
menyebar.
Populasi migran sering
Warga memiliki akses ke pelayanan
kekurangan akses ke klinik
kesehatan gratis.
dan pelayanan kesehatan.
46 | BUKU PANDUAN
Dimensi Rank/ Rank/ Ranking
Kerentanan Kapasitas Hasil Analisis Risiko
Ketangguhan Skor Skor Risiko
Hunian
Makanan dan
Nutrisi
Kohesi Sosial
Inklusi
Pelayanan dan
Infrastruktur
Pengelolaan
Sumber Daya Alam
Keterhubungan
48 | BUKU PANDUAN
Cara Implementasi
Rencana
Kriteria Bisa Ranking
Aksi Butuh Butuh
dilakukan
bantuan advokasi
sendiri
1. Menguntukan seluruh
Memperbaiki X X 1
masyarakat
drainase
2. Memiliki dampak Gotong Material
langsung terhadap royong
banjir
Hasil prioritas yang ditentukan masyarakat hal tenaga kerja, anggaran, material,
kemudian dapat diuraikan ke dalam bantuan layanan, bantuan teknis, dan
rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk layanan lainnya. Pertimbangkan implikasi
mengurangi risiko. Perkirakan sumber daya lingkungan dan cari pilihan alternatif jika
tambahan yang dibutuhkan, baik itu dalam ada kegiatan yang tidak ramah lingkungan.
50 | BUKU PANDUAN
BAB IV
BAB 4 PERENCANAAN PARTISIPATIF
PENGURANGAN RISIKO BENCANA-ADAPTASI
PERUBAHAN
PERENCAAN IKLIM YANG TERINTEGRASI
PARTISIPATIF
PENGURANGAN RISIKO
DENGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BENCANA-ADAPTASI
PERUBAHAN IKLIM YANG
DESA/KELURAHAN
TERINTEGRASI DENGAN
PERENCANAAN PEBANGUNAN
DESA/KELURAHAN
Tim SIBAT dapat berperan aktif sebagai perencanaan partisipatif ini merupakan
fasilitator penyusunan perencanaan rumusan rencana pembangunan desa yang
partisipatif bersama-sama dengan dapat terintegrasi dengan aksi pengurangan
masyarakat lainnya, baik sebelum, pada risiko bencana dan adaptasi perubahan
saat, dan sesudahnya. Hasil dari iklim. Hasilnya dapat menjadi usulan agar
4.3 Metode
Di dalam menentukan perencanaan pemerintah desa, unsur masyarakat, dan
pembangunan desa/kelurahan ada ketua RT/RW untuk menetapkan skala
beberapa metode dan jenis musyawarah prioritas, program kegiatan, dan
yang secara legal diatur dalam peraturan kebutuhan yang dibiayai dari Anggaran
perundangan yang berlaku, peraturan Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),
daerah, dan peraturan lainnya, yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) kabupaten/kota, atau
1. Musyawarah rencana pembangunan desa
dari hubungan kemitraan.
(Musrenbangdes) merupakan
musyawarah yang diikuti oleh BPD,
52 | BUKU PANDUAN
2. Musrenbangcam merupakan musyawarah ditentukan pula skala prioritas
pleno di tingkat kecamatan yang dihadiri pembangunan yang menyesuaikan
oleh perwakilan masing-masing desa dengan kebijakan pemerintah
yang terdiri dari perangkat desa, kabupaten/kota dan diikuti oleh
masyarakat, pendamping dana desa pemangku kebijakan, pendamping dana
dengan memperhatikan persamaan desa, instansi terkait, dan
gender. Musyawarah ini dimaksudkan kemitraan/dunia usaha.
untuk menentukan skala prioritas
Tahapan penyusunan rencana aksi
pembangunan desa/kelurahan
pengurangan risiko bencana sesuai alur
berdasarkan anggaran dan biaya yang
pelaksanaan perencanaan partisipatif agar
ada, baik yang bersumber dari ADD,
dapat diintegrasikan dalam rencana
APBDes, atau APBD kabupaten/kota.
pembangunan desa/kelurahan dengan
3. Musrenbangkab/kota adalah memperhatikan gambar di bawah ini:
musyawarah yang diadakan di tingkat
kabupaten/kota. Dalam musyawarah ini 1. Perencanaan dalam menyusun RPJM
Desa
54 | BUKU PANDUAN
4.4 Proses
Setelah mendapatkan hasil dari kajian topografi dan demografi di wilayah masing-
analisis ancaman risiko kapasitas dan masing.
kerentanan, tim penyusun RPJM Desa yang
Berikut adalah contoh tabel dan variabel
terdiri dari kepala desa, perangkat, BPD
yang dapat membantu untuk
dan tim SIBAT PMI dapat menuangkan dalam
menyinkronkan hasil analisis kajian risiko
penyusunan perencanaan pembangunan
yang menggunakan tools EVCA ke dalam
desa/kelurahan yang diintegrasikan dalam
rencana pembangunan desa/kelurahan:
pengurangan risiko bencana dan adaptasi
(kajian EVCA sesuai dengan pedoman PMI).
perubahan iklim sesuai dengan karakter
56 | BUKU PANDUAN
4.5 Contoh Pelaksanaan Perencanaan Kegiatan PRB Partisipatif yang Terintegrasi ke Dalam Perencanaan
Pembangunan Desa (Mitigasi dan Adaptasi)
Penyelenggaraan 1. Pengkajian risiko 1. Identifikasi kerentanan 1. Perencanaan partisipatif 1. Penyusunan kebijakan PRB
Pemerintahan Desa desa/kelurahan dan risiko perubahan iklim 2. Manajemen penanganan 2. Penyusunan dokumen
2. Perencanaan PB dan 2. Penyusunan rencana aksi wabah/KLB rencana kontingensi dan
rencana kontingensi adaptasi dan mitigasi SOP yang diintegrasikan
desa/kelurahan perubahan iklim tingkat ke dalam rencana
3. Pembentukan Forum PRB lokal berbasis masyarakat pembangunan
desa/kelurahan desa/kelurahan
4. Integrasi PRB ke dalam 3. Kajian VCA termasuk
rencana pembangunan pemetaan potensi
desa dan legalisasinya desa/kelurahan
Pelaksanaan Pelaksanaan PRB di Pelaksanaan adaptasi dan 1. Pengamatan epidemiologi Upaya-upaya PRB secara
Pembangunan desa/kelurahan, baik berupa mitigasi perubahaan iklim penyakit menular dan terpadu, sistematis, dan
Desa/Kelurahan kegiatan mitigasi struktural tingkat lokal masyarakat yang berpotensi menjadi berkelanjutan, baik mitigasi
dan nonstruktural kejadian luar biasa serta struktural (seperti
faktor-faktor risikonya. pembangunan embung, talud,
2. Penanggulangan penyakit turap, tanggul, dan lain-lain)
menular yang berpotensi maupun nonstruktural
menjadi KLB serta kasus (seperti penanaman pohon,
kurang gizi. mangrove, serta restorasi
3. Kesiapsiagaan terumbu karang, pelatihan,
penanggulangan bencana
Pemberdayaan Peningkatan kapasitas warga 1. Identifikasi sumber emisi 1. Surveilans dan pemetaan 1. Pembentukan tim SIBAT
Masyarakat dan aparat dalam dan serapan gas rumah 2. Mobilisasi sumber daya yang terlibat aktif dalam
Desa/Kelurahan penanggulangan bencana kaca masyarakat kegiatan PRB
2. Pengembangan dan 3. Kegiatan khusus 2. Peningkatan kapasitas
peningkatan kapasitas kesehatan kesiapsiagaan serta
masyarakat dan tanggap darurat bencana,
58 | BUKU PANDUAN
Kegiatan Desa/Kelurahan Kegiatan Program Kampung
Kegiatan Desa/Kelurahan
Bidang Pembangunan Tangguh Bencana Iklim Kegiatan Desa Siaga
Tangguh
Desa/Kelurahan (Badan Nasional (Kementerian Lingkungan (Kementerian Kesehatan)
(PMI)
Penanggulangan Bencana) Hidup dan Kehutanan)
BAB V
PEMBELAJARAN
KETANGGUHAN
2
https://www.ifrc.org/community-
engagement-and-accountability
3 5
1284000-Framework for Community Resilience-EN-LR.pdf PMER-PMI_Panduan-Perencanaan-Pelaporan-
(ifrc.org) PMI_FINAL_03062015.pdf (pustakapmi.id)
4
IFRC-ME-Guide-8-2011.pdf
62 | BUKU PANDUAN
menginformasikan keputusan untuk diinginkan terjadi atas suatu kondisi
pengelola program. Evaluasi adalah suatu tertentu. ToC menghubungkan antara
penilaian sistematis dan objektif dari aktivitas, hasil dan konteks. ToC sangat
pengelola program atau pengambil bermanfaat dalam menyusun tujuan,
kebijakan yang sedang berlangsung atau rencana strategis dan evaluasi program
sudah selesai serta rancangan, dengan tiga elemen utama, yaitu:
implementasi dan hasil-hasilnya, yang masalah, solusi dan perubahan yang
bertujuan untuk menentukan relevansi dan diinginkan. Dalam menyusun ToC untuk
pemenuhan tujuan program, efisiensi sebuah program, misalnya program
pengembangan, efektivitas, dampak dan PERTAMA, selalu dimulai dengan
keberlanjutan. Suatu evaluasi harus pertanyaan mengenai apa tujuan
memberikan informasi yang kredibel dan jangka panjang (perubahan yang
bermanfaat, memungkinkan penggabungan diinginkan) program PERTAMA, yang
pembelajaran ke dalam proses pengambilan diikuti dengan pertanyaan berikutnya,
keputusan oleh Palang Merah indonesia. kondisi seperti apa yang sebaiknya
Evaluasi melibatkan identifikasi dan terjadi sehingga tujuan jangka panjang
merefleksikan dampak dari apa yang telah program PERTAMA tercapai.
dilakukan, dan menilai hasilnya.
2. Logframe atau Kerangka Logis Program
Pembelajaran adalah menggunakan temuan
di lapangan, diskusi dan review semester, Logical Framework Approach/LFA
tahunan dan akhir program yang adalah salah satu alat analisis yang baik
memungkinkan pengelola program, dalam penilaian, tindak lanjut dan
penerima manfaat, mitra, donor dan evaluasi suatu proyek dengan
pemangku kepentingan program lainnya menggunakan pendekatan logika.
untuk belajar dari pengalaman dan 3. Tabel Telusur Indikator
meningkatkan intervensi di masa yang akan
datang. Adalah alat monitoring yang sangat
sederhana untuk merekam dan
memantau kinerja indikator
proyek/program secara berkelanjutan
dalam rangka mengetahui kemajuan
pencapaian.
4. Data Penerima Manfaat
Adalah menggambarkan jumlah target
penerima manfaat di setiap kegiatan,
berdasarkan jenis kelamin baik di
masyarakat, sekolah dan PMI sendiri.
5. Laporan Bulanan
Laporan bulanan memuat informasi
tentang pelaksanaan semua kegiatan
1. Theory of Change atau Teori Perubahan yang direncanakan, tanggal
Progam pelaksanaan, hasil yang dicapai,
Theory of Change (ToC) adalah deskripsi singkat proses pelaksanaan,
eksplorasi sistematis yang menjelaskan masalah/kendala yang dihadapi, tindak
secara komprehensif tentang lanjut, dan rencana kegiatan bulan
bagaimana sebuah perubahan yang selanjutnya.
“Sekarang Bapak juga sudah ikut. Kalau ada acara, gelas minuman dikumpulkan. Tidak
dibuang. Saya suka sekali itu. Kalau di rumah. Kalau di luar rumah jangan buang
sembarangan. Termasuk anak saya. Minum, botolnya dimasukkan ke tas. Coba!”
(Bu Titik, nasabah Bank Sampah Dahlia).
64 | BUKU PANDUAN
5.3 Praktik Baik dan Pembelajaran
Beberapa metode mengumpulkan menggerakkan minat semua elemen
pembelajaran seperti: dalam mencapai keberhasilan bersama.
1. Kisah Sukses (Success Story) 3. Baseline dan End Line
Kisah sukses bisa tersebar mulai dari Membandingkan hasil penilaian awal
keberhasilan komandan SIBAT, (baseline) dan hasil penilaian akhir (end
pengalaman anggota SIBAT melakukan line) adalah mekanisme lazim untuk
kampanye penyadaran PRB pertama mendapatkan hasil dan dampak program
kalinya, keberhasilan melakukan gotong yang telah dijalankan. Mekanisme ini
royong membuat saluran dan tanggul juga mendorong pelaksana program
banjir walau dengan dana mitigasi yang untuk bisa melihat apa yang sudah
terbatas, keberhasilan menggerakkan dicapai berdasarkan tujuan dan hasil
masyarakat dan menyepakati yang diharapkan dalam program.
pelaksanaan simulasi secara mandiri di
4. Lesson-learned Workshop
desa, keberhasilan memasang alat
peringatan dini yang terbukti mampu Workshop pembelajaran dilakukan
menyelamatkan banyak nyawa ketika dengan mengundang para pengelola
bencana datang, dan banyak lagi kisah- program serta pemerintah
kisah inspiratif dan sukses yang bisa kabupaten/kota dan provinsi (dinas dan
diangkat dan dibagikan ke SIBAT seluruh instutusi terkait) dalam melihat apa yang
nusantara. sudah dilakukan program selama ini.
Saat diskusi kelompok, dipandu oleh
2. Studi Kasus (Case Study)
fasilitator, form/lembar sinergisitas
Secara spesifik studi kasus dilakukan antara PMI dan pemerintah dibagikan
pada kasus-kasus tertentu dan memiliki dan didiskusikan, apa yang sudah
bobot pembelajaran yang luar biasa. dilakukan oleh PMI dan masyarakat
Ambil contoh, keberhasilan SIBAT disambungkan dengan rencana yang
bersama perangkat desa mampu akan dilakukan oleh pemerintah.
membuka lapangan kerja baru Misalnya, dari hasil RR Plan, masyarakat
(livelihood) ekowisata baik di Pesisir ingin menambah panjang tanggul yang
Barat Aceh, Pesisir Utara Jawa, dan semula hanya mampu didukung program
Pesisir Barat Lombok. Studi dilakukan sepanjang 100 meter, harapannya bisa
dengan melihat pendekatan yang dilanjutkan oleh dana desa atau dana
dilakukan program mampu pemerintah.
5. Produksi media KIE dan pelibatan media
66 | BUKU PANDUAN
Palang Merah Indonesia dan dibuat manusia dan alam dengan memastikan
berlandaskan pada keseimbangan antara kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi
aspek-aspek ketangguhan masyarakat. PMI yang tidak merugikan kesejahteraan
juga berusaha untuk menjadi lembaga yang masyarakat dan lingkungan di sekitar
fokus meningkatkan kualitas kehidupan kegiatan.
70 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung
72 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung
74 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung
76 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung
78 | BUKU PANDUAN
Lampiran B. Komitmen SIBAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi anggota SIBAT dengan
berkomitmen, antara lain: (diisi dengan ceklis atau centang (✓))
Bersedia
No. Komitmen
Ya Tidak
10. Saya bersedia menyosialisasikan peran dan tugas SIBAT, serta Pengurangan
Risiko Bencana ke masyarakat di wilayahnya.
12. Saya bersedia menggunakan atribut PMI jika dalam penugasan apa pun
13. Saya bersedia menguatkan keluarga saya sendiri dalam pengurangan risiko
bencana
………….., ..…-…..-……….
_________________________
80 | BUKU PANDUAN
Lampiran C. Formulir Kesediaan Menjadi Anggota SIBAT
Dengan ini saya bersedia menjadi anggota SIBAT, di mana saya akan menjalankan perintah
pimpinan atau kepala desa/kelurahan dan mengikuti aturan dan komitmen yang sudah saya
setujui, serta menjalankan tugas dan fungsi saya sebagai SIBAT. JIka dalam masa perjalanan
saya sebagai SIBAT berhenti oleh karena sesuatu hal, maka akan melaporkan kepada
pimpinan.
Demikian sekiranya kesediaan saya sampaikan dan lebih kurangnya saya mohon maaf, atas
perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
………….., ..…-…..-……….
Hormat saya,
_________________________
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]
2. Kerentanan
84 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]
bencana yang telah disahkan dan [Tidak ada - nilai bobot 4; Dalam
penduduknya jarang mengikuti proses - nilai bobot 3, Sudah ada
ataupun tidak pernah melakukan - nilai bobot 2]
simulasi bencana.
Nilai Maksimum: 4
3 Kondisi Umum
86 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]
Nilai Maksimum: 5
88 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]
4 Komitmen
Bobot Prioritas
4,1-5,0 ---- Sangat Tinggi
3,1-4,0 ---- Tinggi
2,1-3,0 ---- Sedang
1,1-2,0 ---- Rendah
0,1-1,0 ---- Sangat Rendah
90 | BUKU PANDUAN
Lampiran E. Ringkasan Alat yang Sering Digunakan dalam EVCA
92 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan
9. Analisis mata pencaharian & Proses ini bertujuan mendapatkan informasi dan analisis
analisis strategi penyelesaian dari masyarakat terkait dengan mata pencaharian utama,
(kualitatif) sumber daya yang dimiliki yang mendukung untuk
memperoleh pendapatan, aset yang dimiliki, kapasitas,
dan kerentanan yang berkaitan dengan mata pencaharian.
Selain itu, proses ini juga akan mengetahui kemampuan
masyarakat pada saat terjadi kejadian bencana yang
memengaruhi pendapatan dan mata pencahariannya.
10. Diagram Venn (kualitatif) Diagram Venn dirancang untuk mengumpulkan data sosial
kelembagaan baik pemerintah dan nonpemerintah untuk
menunjukkan hubungan dan persepsi masyarakat dengan
berbagai lembaga di wilayah tertentu dan hubungan
antarlembaga di wilayah tersebut. Proses ini dapat
menguji dan memperjelas kesamaan dan perbedaan
antara lembaga/organisasi (termasuk kapasitas, prioritas,
visi dan misi), jejaring kemitraan, orang, dan masalah,
serta pola pengambilan keputusan dalam suatu
desa/kelurahan. Alat ini juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah dalam masyarakat dan
solusinya. Diagram Venn juga dapat digunakan untuk
membantu mengidentifikasi organisasi atau jejaring yang
dapat terlibat dalam pelaksanaan rencana aksi
pengurangan risiko bencana ke depan.
11. Kalender sumber penghasilan Penggunaan kalender sumber penghasilan bertujuan untuk
(kualitatif) mengetahui secara umum kondisi masyarakat dari
perspektif waktu - kapan masyarakat biasanya
mendapatkan pendapatan atau penghasilan. Sebagai
contoh, pada saat menjual hasil panen, saat mendapatkan
tunjangan hari raya, saat mendapatkan subsidi bantuan
sosial dari pemerintah, dan lain sebagainya.
94 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan
1. Penilaian kerentanan Pada proses ini informasi yang didapat adalah kerentanan
berbasis lingkungan/rumah yang memengaruhi atau akan mendorong timbulnya
tangga/keluarga (kualitatif) sebuah risiko di lingkungan, rumah tangga/keluarga.
Proses dapat dilakukan secara FGD yang mengundang
wakil masyarakat atau dengan observasi langsung untuk
melihat kondisi fisik yang dikategorikan rentan.
2. Kajian penanganan masalah Merupakan alat yang digunakan dengan tujuan menggali
lingkungan dan sosial data dan informasi mengenai pemahaman dan
berbasis gender kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi
permasalahan lingkungan dan sosial berbasis gender.
3. Kajian penanganan masalah Merupakan proses untuk mengetahui data dan informasi
ekonomi berbasis gender tentang pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam
upaya mengatasi permasalahan krisis ekonomi berbasis
gender. Proses ini dilakukan karena pria dan wanita
memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam
masyarakat.
4. Kajian penanganan masalah Tujuan dari proses ini adalah untuk menggali data dan
penyakit dan bencana informasi tentang pemahaman dan kemampuan
berbasis gender masyarakat dalam mengatasi permasalahan penyakit dan
bencana berbasis gender.
5. Analisis kerentanan internal Merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan data dan
dan eksternal informasi dari masyarakat untuk memahami sebab-sebab
dan/atau kondisi-kondisi yang menyebabkan masyarakat
tidak mampu menghadapi ancaman atau risiko bencana.
6. Ranking kekayaan dan Adalah alat untuk mengumpulkan data sosial yang
kesejahteraan mengklasifikasikan kepala keluarga (KK) ke dalam
beberapa kategori berdasarkan kriteria atau tingkat
kesejahteraan yang dibuat sendiri oleh masyarakat. Dalam
proses ini masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan
kategori sesuai dengan persepsi mereka tentang tingkat
kesejahteraan.
8. Analisis jejaring sosial dan Alat ini membantu mengukur persepsi orang tentang
kelembagaan (kualitatif) peran dan pentingnya berbagai organisasi dalam
komunitas. Ini dapat merangsang diskusi yang mengarah
pada identifikasi peran setiap organisasi bukan hanya
pada saat bencana, tetapi juga dalam kaitannya dengan
kesiapsiagaan bencana dan kegiatan mitigasi.
96 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan