Anda di halaman 1dari 107

BUKU

PANDUAN
Membangun Masyarakat Aman
dan Tangguh Bencana (MANTAB)
Markas Pusat
Palang Merah Indonesia
Desember 2021
Judul:
Buku Panduan:
Membangun Masyarakat Aman dan Tangguh Bencana (MANTAB)

Tim Penulis:
Al Akbar Abu Bakar Aristia Fathah
Husni Mubarok Hery Firmansyah
Yana Maulana Asep Kusnandar
Teguh Wibowo Slamet Haryanto
Arifin M Hadi Dwi Handoko
Tetty Marlina Rajagukguk Teguh Widodo
Rina Utami Hady Prasetyo
Lala Jalalaudin Raden Endro Teguh
Atik Ambarwati Danang
Mujtahiddin Parmin
Heri Asmedi Ahmad Nurrohim
Hanna Kusumastuti

Penerbit:
Markas Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) tahun 2021
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta

ISBN: -

Diterbitkan atas dukungan:


Palang Merah Amerika

ii | BUKU PANDUAN
KATA PENGANTAR
LETJEN TNI (PURN) SUMARSONO, SH
Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI)
Bidang Penanganan Bencana

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya,
sehingga sampai saat ini kita masih diberikan waktu dan kesempatan
untuk berkarya dan mengabdi untuk kemanusiaan.
PMI sebagai organisasi kemanusiaan terbesar di Indonesia dibentuk
oleh pemerintah berdasarkan Keppres RIS No. 25 Tahun 1950 dan
Keppres RI No. 246 tahun 1963, selanjutnya diperkuat oleh UU Nomor
1 Tahun 2018 dan PP No. 7 Tahun 2019, memiliki peran strategis
membantu pemerintah (auxiliary role) dalam penyelenggaraan
kegiatan kepalangmerahan.
Sejak tahun 2002, PMI telah melaksanakan program Kesiapsiagaan Bencana Berbasis
Masyarakat (Community Based Disaster Preparedness) untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat agar mampu melakukan upaya penyelamatan dan pertolongan serta bantuan
kemanusiaan saat terjadi bencana dengan mengutamakan kemandirian dan sumber daya
setempat. Sejak tahun 2007, program CBDP tersebut direvitalisasi menjadi Program
PERTAMA (Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat) yang mendorong terwujudnya
masyarakat yang aman dan tangguh. Sekarang, program PERTAMA bertransformasi menjadi
Program Membangun Masyarakat MANTAB (Aman dan Tangguh Bencana).
Upaya pembangunan ketahanan dan ketangguhan yang dilakukan, diupayakan semaksimal
mungkin memberikan solusi berkelanjutan terhadap penurunan risiko bencana,
pembangunan karakter dan perilaku aman dan tangguh bencana serta kesinambungan
pembangunan di desa/kelurahan. Hal ini sejalan dengan implementasi dari penyelenggaraan
kepalangmerahan, khususnya pada pasal 7 ayat 2 PP Kepalangmerahan yaitu membantu
pembangunan masyarakat tangguh bencana.
Buku Panduan Membangun Masyarakat MANTAB (aMAN dan TAngguh Bencana) ini diharapkan
dapat menjadi payung strategi, prinsip prinsip dan pendekatan program Pengurangan Risiko
Bencana Berbasis Masyarakat dan akan memperluas dampak perlaksanaan program-program
pembangunan desa / kelurahan aman dan tangguh bencana / krisis kesehatan yang
dilaksanakan PMI di tingkat desa/kelurahan, dalam berbagai tematik seperti membangun
keluarga KUAT (Keluarga Aman dan Tangguh), Pengelolaan Risiko Bencana terpadu berbasis
kawasan, konservasi pesisir, dan sebagainya. Hal ini nantinya juga akan memperkuat
pemaduan dan pengarusutamaan PRB-PI ke dalam perencanaan pembangunan
desa/kelurahan. Selain itu, buku panduan ini dapat digunakan oleh para pemangku
kepentingan yang lain, baik sektor pemerintah maupun nonpemerintah.
Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) PMI sebagai pendamping dan fasilitator
masyarakat diberdayakan semaksimal mungkin untuk memfasilitasi perangkat dan atau
tokoh masyarakat desa/kelurahan menyusun perencanaan serta melaksanakan upaya

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | iii


pembangunan ketangguhan dengan menggerakkan kapital dan sumber daya yang ada di
masyarakat.
Diterbitkannya panduan ini kami berharap Staff, Relawan dan Tim SIBAT PMI akan lebih
intensif memberikan pendampingan dan pembinaan perangkat desa/kelurahan maupun
masyarakat dalam pembangunan ketangguhan di desa/kelurahannya.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku Panduan Integrasi dan
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dan Perubahan Iklim (PRB-PI) ke dalam
Pembangunan Desa/Kelurahan ini saya sampaikan penghargaan dan terima kasih. Jerih
payah dan kerja keras saudara-saudara adalah bagian dari upaya dari kita untuk
menciptakan masyarakat yang tangguh menghadapi ancaman bencana.

Jakarta, 21 Desember 2021


Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia
Bidang Penanganan Bencana

Letjen TNI (Purn) Sumarsono, SH

iv | BUKU PANDUAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ iii


DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... vii
BAB 1 MEMBANGUN MASYARAKAT TANGGUH ............................................ 1
1.1 Kebijakan Membangun Ketangguhan Berbasis Masyarakat ............................ 1
1.2 Masyarakat Tangguh Bencana ............................................................... 3
1.3 Landmark/Landasan Membangun Ketangguhan Masyarakat ........................... 4
1.4 Dimensi Membangun Ketangguhan Masyarakat .......................................... 4
1.5 Kunci Pelayanan Palang Merah Indonesia ................................................. 6

BAB 2 KOMITMEN DAN PELIBATAN.......................................................... 6


2.1 Rencana Palang Merah Indonesia dalam Membangun Ketangguhan Masyarakat .. 7
2.1.1 Rancangan Program ............................................................................... 7
2.1.2 Ruang Lingkup dan Kriteria Membangun Ketangguhan Masyarakat........................ 9
2.2 Komitmen Desa dan Upaya Awal ........................................................... 12
2.2.1 Pembentukan Komite Manajemen Membangun Ketangguhan Masyarakat,
Kesiapsiagaan Bencana PMI ..................................................................... 13
2.2.2 Pembentukan Kelompok Kerja Pelaksanaan Membangun Ketangguhan Masyarakat
Kesiapsiagaan Bencana PMI ..................................................................... 15
2.2.3 Pembentukan Struktur dan Anggota Komite Desa/Kelurahan ............................. 20
2.2.4 Pembentukan SIBAT (Siaga bencana Berbasis Masyarakat) ................................ 22

BAB 3 KAJIAN RISIKO BENCANA .......................................................... 27


3.1 Persiapan Proses Kajian ..................................................................... 28
3.2 Kajian Risiko Bencana ........................................................................ 30
3.2.1 Enhanced Vulnerability and Capacity Assessment (EVCA) ................................. 30
3.2.2 EVCA dan Perubahan Iklim ...................................................................... 32
3.2.3 EVCA dalam Konteks Perkotaan................................................................ 33
3.2.4 EVCA dan PGI (Protection, Gender, and Inclusion) ......................................... 34
3.2.5 Langkah dan Alat yang Digunakan dalam Proses EVCA ..................................... 35
3.2.6 Kajian Bahaya dan Keterpaparan .............................................................. 39
3.2.7 Kajian Kerentanan dan Kapasitas .............................................................. 40
3.3 Mengukur Ketangguhan ...................................................................... 45

BAB 4 PERENCANAAN PARTISIPATIF PENGURANGAN RISIKO BENCANA-ADAPTASI


PERUBAHAN IKLIM YANG TERINTEGRASI DENGAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN .............................................. 51
4.1 Perencanaan Partisipasi dalam PRB-API .................................................. 51
4.2 Sumber Daya ................................................................................... 52
4.3 Metode .......................................................................................... 52
4.4 Proses ........................................................................................... 55
4.5 Contoh Pelaksanaan Perencanaan Kegiatan PRB Partisipatif yang Terintegrasi ke
Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Mitigasi dan Adaptasi).................... 57

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | v


BAB 5 PEMBELAJARAN KETANGGUHAN .................................................. 61
5.1 Pengawasan Partisipatif ..................................................................... 61
5.2 Mengukur Perubahan......................................................................... 62
5.3 Praktik Baik dan Pembelajaran ............................................................ 65
5.4 Keberlanjutan dan Permutakhiran ........................................................ 65

LAMPIRAN ..................................................................................... 69

vi | BUKU PANDUAN
DAFTAR SINGKATAN

APBD Anggaran Pendapatan dan PMI Palang Merah Indonesia


Belanja Daerah
Polindes Pos Persalinan
APBDes Anggaran Pendapatan dan Desa/Kelurahan
Belanja Desa
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
BPD Badan Permusyawarahan
PP Peraturan Pemerintah
Desa
PRB Pengurangan Risiko Bencana
BPD Badan Perwakilan Desa
PRBBM Pengurangan Risiko Bencana
EVCA Enhanced Vulnerability and
Berbasis Masyarakat
Capacity Assessment EVCA
Proklim Program Kampung Iklim
FGD Focus Group Discussion
RKP Desa Rencana Kerja Pemerintah
KII Key Informant Interview
Desa
Korlap Koordinator lapangan
SIBAT Siaga bencana Berbasis
LFA Logical Framework Approach Masyarakat
MANTAB Masyarakat Aman dan SWOT Kekuatan, Kelemahan,
Tangguh Bencana Kesempatan dan Ancaman)
Pemda Pemerintah Daerah ToC Theory of Change
Perdes Peraturan Desa TSR Tenaga Sukarela
PERKA BNPB Peraturan Kepala Badan UU Undang-undang
Nasional Penanggulangan
VCA Vulnerability and Capacity
Bencana
Assessment
PGI Protection, Gender, and
Inclusion

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | vii


viii | BUKU PANDUAN
BAB 1 MEMBANGUN MASYARAKAT TANGGUH
BAB I
MEMBANGUN
MASYARAKAT
TANGGUH

1.1 Kebijakan Membangun Ketangguhan Berbasis Masyarakat


Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan pelaksanaan Undang-undang (UU) No. 1
perhimpunan nasional dalam Gerakan Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan.
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Bagian kedua PP tersebut sangat jelas
Merah di Indonesia. Salah satu bidang kerja mengatur penyelenggaraan
PMI adalah Pengurangan Risiko Bencana Kepalangmerahan pada masa damai. Salah
Berbasis Masyarakat (PRBBM). Partisipasi satu poin yang disebutkan dalam PP No. 7
PMI dalam bidang ini adalah salah satu Tahun 2019 Pasal 7 adalah: membantu
bentuk perwujudan Peraturan Pemerintah pembangunan masyarakat tangguh
(PP) No. 7 Tahun 2019, tentang peraturan bencana.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 1


Selain itu, di tingkat nasional, pemerintah sehingga derajat kesehatan desa
telah menetapkan Pedoman Umum meningkat. Untuk itu PMI dengan kelompok
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana melalui SIBATnya juga berkontribusi untuk
Peraturan Kepala Badan Nasional mewujudkan tujuan umum tersebut. Hal ini
Penanggulangan Bencana (PERKA BNPB) No. dapat tercermin pada setiap pergerakan
1 Tahun 2012. Tujuan pedoman umum relawan PMI di tingkat desa maupun
tersebut adalah: kelurahan yang tidak hanya fokus melayani
pada saat kejadian bencana alam saja,
1. Memberikan panduan bagi pemerintah
namun juga melakukan intervensi dalam
dan/atau pemerintah daerah (Pemda)
permasalahan kesehatan melalui kader-
dalam mengembangkan Desa/
kader yang terlatih.
Kelurahan Tangguh Bencana sebagai
bagian dari upaya melaksanakan Selain itu, dalam UU Republik Indonesia
pengurangan risiko bencana berbasis Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 70 tentang
masyarakat. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
2. Memberikan acuan untuk aparatur Hidup, ditegaskan bahwa masyarakat
pelaksana dan pemangku kepentingan memiliki hak dan kesempatan yang sama
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam mengembangkan Desa/ dalam perlindungan dan pengelolaan
Kelurahan Tangguh Bencana. lingkungan hidup. Program Kampung Iklim
(Proklim) yang dilaksanakan KLHK
Mengacu kepada Peraturan Kepala Badan
merupakan kegiatan yang memadukan
Penanggulangan Bencana Nasional Nomor 1 upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
Tahun 2021 tentang Pedoman Umum iklim pada tingkat tapak dengan melibatkan
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, PMI
peran serta aktif masyarakat dan berbagai
mendorong upaya ketangguhan bencana
pihak pendukung seperti pemerintah pusat,
masyarakat melalui pelibatan masyarakat
pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan
terutama kelompok SIBAT saat proses
tinggi, serta lembaga non-pemerintah.
kajian risiko di tingkat desa atau kelurahan. Pelibatan para pemangku kepentingan yang
Dokumen kajian yang dihasilkan dijadikan
efektif serta pengelolaan pengetahuan
sebagai acuan untuk mempertimbangkan
adaptasi dan mitigasi perubahan di tingkat
usulan saat musyawarah rencana
tapak merupakan salah satu aspek penting
pembangunan desa/kelurahan untuk mencapai target pengendalian
(Musrenbangdes) agar dapat memutuskan perubahan iklim di tingkat nasional maupun
kegiatan mitigasi yang tepat dan sesuai
global.
kebutuhan.
PMI melalui kelompok SIBAT di tingkat desa
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
ikut berkontribusi terhadap program yang
RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang diinisiasi oleh KLHK tersebut, sebagai
Pedoman Umum Pengembangan Desa dan contoh penanaman mangrove di berbagai
Kelurahan Siaga Aktif, maka program
wilayah pesisir, kegiatan budidaya tanaman
Kementerian Kesehatan memiliki tujuan
secara hidroponik/vertiminaponik di
umum sebagai percepatan terwujudnya
kawasan perkotaan, penanaman rumput
masyarakat desa dan kelurahan yang akar wangi di sepanjang tepi sungai
peduli, tanggap dan mampu mengenali, Bengawan Solo, hingga manajemen sampah
mencegah serta mengatasi permasalahan
berbasis masyarakat.
kesehatan yang dihadapi secara mandiri,

2 | BUKU PANDUAN
1.2 Masyarakat Tangguh Bencana
Pengertian masyarakat tangguh bencana1 memulihkan diri dari efek guncangan dan
adalah kemampuan masyarakat yang tekanan yang dialami tanpa mengorbankan
terkena/terdampak kejadian bencana, prospek jangka panjang mereka.
krisis, serta kondisi kerentanan yang Masyarakat dikatakan tangguh terhadap
mendasar yang dimilikinya, untuk bencana jika memenuhi Masyarakat
dapat/mampu melakukan antisipasi, memiliki pengetahuan, sehat, dan dapat
kesiapsiagaan, mengurangi dampak dari memenuhi kebutuhan dasarnya.
kejadian tersebut, serta mengatasi dan

1. Masyarakat memiliki pengetahuan, peran dalam bermasyarakat yang


sehat, dan memenuhi kebutuhan bepedoman pada suatu sistem.
dasarnya. 3. Masyarakat memiliki peluang ekonomi.
2. Masyarakat secara kohesi sosial, hidup 4. Masyarakat memiliki infrastruktur dan
saling membantu, dan juga memiliki layanan yang terpelihara baik dan
mudah diakses.

1
Definisi diambil dari Buku “Roadmap to Resilience” IFRC

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 3


5. Masyarakat dapat mengelola aset-aset 6. Masyarakat dapat terhubung.
alam yang dimiliki. Konteksnya adalah masyarakat dapat
terhubung dengan pihak manapun
untuk memenuhi kebutuhannya.

1.3 Landmark/Landasan Membangun Ketangguhan Masyarakat


Dalam membangun ketangguhan bencana di 3. Landmark 3 : BERDASARKAN
masyarakat, PMI perlu memperhatikan KEBUTUHAN / Demand-driven
landasaan atau landmark yang secara luas 4. Landmark 4 : BERPUSAT PADA
dengan perspektif terkait dengan ORANG,KELOMPOK,KOMUNITAS &
ketangguhan, yakni; INKLUSI
1. Landmark 1 : INFORMASI RISIKO / 5. Landmark 5 : CERDAS IKLIM &
Risk-Informed LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN
2. Landmark 2 : HOLISTIK (berorientasi
pada sistem)

1.4 Dimensi Membangun Ketangguhan Masyarakat


Mengukur tingkat ketangguhan bencana ini merupakan dimensi-dimensi yang
masyarakat, kita perlu memperhatikan mencerminkan bidang kerja atau keahlian
karakteristik masyarakat tangguh, yang pelayanan dari Gerakan Internasional
dijabarkan menjadi 11 (sebelas) dimensi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
ketangguhan. Sebelas dimensi ketangguhan

No. Karakteristik Masyarakat Tangguh Sebelas Dimensi Ketangguhan

1. Manajemen Risiko

4 | BUKU PANDUAN
No. Karakteristik Masyarakat Tangguh Sebelas Dimensi Ketangguhan

Masyarakat mengetahui dan dapat


1. Masyarakat dikatakan tangguh jika
mengelola risiko
mengetahui risiko, sehat, dan dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dalam 2. Sehat
konteks pemukiman/hunian,
Masyarakat sehat
makanan, air, dan sanitasi.

3. Air dan Sanitasi


Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
dasar air bersih dan sanitasi yang layak

4. Pemukiman/Hunian
Masyarakat memiliki pemukiman/hunian
yang layak

5. Ketahanan Pangan & Nutrisi


Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
dasar pangan

2. Masyarakat dikatakan tangguh jika 6. Peluang Ekonomi


memiliki peluang ekonomi. Masyarakat dapat memiliki peluang
ekonomi yang beragam

3. Masyarakat dikatakan tangguh jika 7. Infrastruktur dan Layanan Publik


memelihara infrastruktur serta
Masyarakat memiliki infrastruktur dan
memiliki akses untuk mendapatkan
layanan yang terpelihara baik dan
pelayanan umum.
mudah diakses

4. Masyarakat dikatakan tangguh jika 8. Pengelolaan Sumber Daya


dapat mengelola sumber daya alam Alam
yang tersedia secara baik.
Masyarakat dapat mengakses untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber
daya alam yang tesedia secara
berkelanjutan dan ramah lingkungan

5. Masyarakat secara kohesi sosial, hidup 9. Sosial Kohesi


saling membantu, dan juga memiliki Masyarakat hidup saling membantu,
peran dalam bermasyarakat yang gotong royong, dan rukun
berpedoman pada suatu sistem.
10. Inklusif
Melibatkan seluruh unsur masyarakat

6. Masyarakat dikatakan tangguh jika 11. Terhubung


dapat terhubung. Konteksnya adalah
Masyarakat terhubung dengan pihak
masyarakat dapat terhubung dengan manapun yang dapat membantu dan
bekerja sama

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 5


No. Karakteristik Masyarakat Tangguh Sebelas Dimensi Ketangguhan

pihak manapun untuk memenuhi


kebutuhannya.

Dengan menggunakan 11 dimensi tersebut, dengan risiko (termasuk di dalamnya


akan lebih mudah untuk melibatkan dan kerentanan dan kapasitas). Dimensi-
menemani masyarakat untuk dimensi ini selanjutnya diukur untuk dinilai
mendiskusikan dimensi ketangguhan yang tingkat ketangguhannya.
relevan serta bagaimana menghubungkan

1.5 Kunci Pelayanan Palang Merah Indonesia


Sebagai bagian dari Gerakan Internasional
Mengaktifkan Masyarakat,
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, PMI
yakni bagaimana PMI
selalu mematuhi kunci-kunci dalam
memosisikan diri sebagai
memberikan pelayanan untuk masyarakat,
perhimpunan yang dapat
yakni:
memberi pembekalan, fasilitasi, maupun
Menemani Masyarakat, yakni pengetahuan dalam bentuk-bentuk seperti
bagaimana PMI mendampingi pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar menjadi masyarakat;
tangguh dan memberikan
Menghubungkan Masyarakat,
kesempatan bagi masyarakat
yakni mengupayakan agar
untuk terlibat dalam setiap proses
masyarakat terhubung dengan
pengambilan keputusan dan juga
pihak-pihak luar agar mereka
melibatkan mereka di setiap kegiatan;
senantiasa dapat berupaya
untuk mendapat dukungan yang sesuai
dengan kapasitas dan kondisinya.

BAB 2 KOMITMEN DAN PELIBATAN


BAB II
6 | BUKU PANDUAN
2.1 Rencana Palang Merah Indonesia dalam Membangun Ketangguhan
Masyarakat
Tujuan perencanaan tersebut agar dapat
2.1.1 Rancangan Program
membangun ketangguhan masyarakat yang
Membangun ketangguhan masyarakat harus berkelanjutan dengan partisipasi
dilakukan dengan perencanaan yang sesuai masyarakat yang dominan sehingga target
dan terintegrasi dengan pemangku dalam perencanaan membangun
kepentingan terkait maupun masyarakat. ketangguhan masyarakat dapat tercapai.

bukan merupakan unit terpisah dari


Alur Koordinasi Membangun Ketangguhan
struktur PMI di semua tingkatan. Unit ini
Masyarakat
memiliki unsur manajemen di tingkat
Unit pelaksana membangun ketangguhan pengurus serta unsur pelaksana kerja di
masyarakat kesiapsiagaan bencana ini tingkat markas, dan menjadi bagian/sub-

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 7


bagian satuan kerja terkait di tingkat masyarakat, peningkatan kapasitas
markas pusat, provinsi, dan kelembangaan, penanggulangan bencana
kabupaten/kota. dan pengembangan sumber daya di tingkat
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, maka
Mekanisme Koordinasi diatur mekanisme koordinasi baik internal
Dalam rangka menunjang pelaksanaan maupun eksternal seperti di bawah ini:
rencana membangun ketangguhan

pelaksanaan membangun ketangguhan


Perencanaan Membangun Ketangguhan
masyarakat serupa di daerah lain di
Masyarakat
Indonesia.
Dalam perencanaan membangun
Sebelum melaksanakan setiap kegiatan,
ketangguhan masyarakat, dilakukan analisis
koordinator lapangan harus membuat
SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan
kerangka acuan kegiatan yang mencakup
dan Ancaman), kemudian analisis masalah,
tujuan, hasil yang diharapkan, metode yang
dan dilanjutkan dengan analisis tujuan.
dipakai, peran pihak-pihak yang terlibat,
Kelanjutannya akan tertuang dalam LFA
agenda dan lokasi serta usulan anggaran.
(Kerangka Kerja Logis) yang di dalamnya
Dokumen tersebut akan ditandatangani
ada goal/tujuan, outcome, output, M&E,
oleh koordinator lapangan dan disetujui
ITT dan kegiatan dituangkan dalam POA.
oleh kelompok kerja/kepala markas.
Pelaksanaan Kegiatan
Penganggaran Membangun Ketangguhan
Pelaksanaan membangun ketangguhan Masyarakat
masyarakat dipastikan sesuai dengan
Anggaran membangun ketangguhan
perencanaan. PMI akan menyediakan
masyarakat dapat dicapai dengan
sumber daya yang dibutuhkan oleh
pengajuan proposal kepada pemerintah,
pelaksana kegiatan, menyesuaikan rencana
organisasi/lembaga dan dunia usaha.
secara tepat ketika diperlukan, seiring
Selanjutnya, anggaran akan diturunkan ke
dengan perkembangan membangun
anggaran kegiatan secara detail dan
ketangguhan masyarakat dan masalah yang
pengeluarannya dipilah sesuai pengajuan
timbul. Kegiatan mengumpulkan
anggaran, baik kuartal atau tahunan,
dokumentasi dan catatan pengalaman juga
mengikuti regulasi keuangan yang ada.
akan dilakukan agar dapat berguna untuk

8 | BUKU PANDUAN
Pelaporan atau PMI Pusat dan donor/mitra minimal 1
(satu) bulan sebelumnya, dengan
Laporan keuangan disusun sebagai bentuk
menyebutkan alasan perubahan tersebut.
pertanggungjawaban atau akuntabilitas
atas kegiatan-kegiatan dan biaya-biaya
Publikasi & Dokumentasi
dengan merujuk pada perbandingan antara
kerangka acuan dan anggaran yang telah Publikasi dan dokumentasi kegiatan bisa
divalidasi oleh sumber dana. Pelaporan dilakukan oleh PMI kabupaten/kota atau
keuangan akan dilakukan sesuai standar dan PMI provinsi yang menjalankan kegiatan
ketentuan, merujuk pada panduan membangun ketangguhan masyarakat, baik
keuangan yang ada di PMI. publikasi melalui media cetak, maupun
media elektronik. Sedangkan untuk
Jadwal Kegiatan dokumentasi pengarsipan barang maupun
dokumen-dokumen penting yang terkaitan
Jadwal kegiatan merujuk kepada dokumen
dengan membangun ketangguhan
membangun ketangguhan masyarakat.
masyarakat dapat disimpan di PMI masing-
Usulan mengenai perubahan jadwal
masing wilayah.
kegiatan disampaikan secara tertulis
kepada PMI kabupaten/kota ke PMI provinsi

kerentanan, kapasitas dan bencananya,


2.1.2 Ruang Lingkup dan Kriteria adalah dengan langkah melihat data yang
Membangun Ketangguhan sudah ada dalam media elektronik ataupun
Masyarakat data dasar wilayah, baik yang ada di
pemerintahan maupun lembaga.
Kriteria dan Seleksi Wilayah Membangun
Ketangguhan Masyarakat Langkah dalam kriteria dan seleksi wilayah
membangun ketangguhan masyarakat
Untuk menentukan wilayah dalam (provinsi, kabupaten/kota):
menjalankan membangun ketangguhan
masyarakat sesuai potensi ancaman,

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 9


• Melihat data indeks Inarisk, DIBI, ketangguhan masyarakat dilakukan melalui
provinsi, kabupaten/kota dalam angka. beberapa tahap setelah kriteria diputuskan.
a. Wilayah yang rawan bencana Membangun ketangguhan masyarakat
b. Wilayah yang memiliki karakteristik tidaklah semudah memilih daerah mitra
kebencanaan yang beragam untuk menjalankan kegiatan membangun
c. Wilayah yang memiliki dampak ketangguhan masyarakat, baik yang
bencana atau risiko yang besar dari sifatnya jangka pendek atau insidental.
bencana yang pernah terjadi Suatu desa/kelurahan dipilih sebagai mitra
membangun ketangguhan masyarakat jika
d. Luas wilayah yang luas
memenuhi kriteria dan didukung data-data
e. Peta geografis yang sangat padat sekunder, hasil observasi langsung di
penduduk (baik melihat dari lapangan, maupun data dari pelaksanaan
bangunan maupun manusia) EVCA.
f. Data kelompok rentan yang banyak
Berdasarkan ancaman yang pernah atau
di wilayah
sering terjadi di desa/kelurahan:
g. Kurangnya pemerintah wilayah yang
memiliki kegiatan membangun • Lokasi rawan bencana berskala besar.
ketangguhan masyarakat dalam • Masyarakat desa/kelurahan yang
pengurangan risiko bencana tinggal di area rawan bencana, yakni
h. Wilayah yang minim terhadap desa/kelurahan yang rentan terhadap
ketahanan ekonomi risiko/bahaya bencana alam atau
i. Tingkat pendidikan yang cukup lingkungan, seperti banjir, gempa
bumi, letusan gunung api, kebakaran,
rendah
tanah longsor, kekeringan, erosi,
• Sejarah bencana yang terjadi di
gelombang pasang, tsunami, dll., yang
wilayah terkait. secara langsung maupun tidak langsung
• Komitmen atau regulasi di wilayah berdampak pada kehidupan
(provinsi, kabupaten/kota) dan masyarakat setempat.
desa/kelurahan terkait kebencanaan. • Berdasarkan data demografis desa/
Kriteria dan seleksi wilayah dilihat dari kelurahan dan data dasar
organisasi PMI: desa/kelurahan.
• Minimal pengurus PMI provinsi, • Jenis ancamannya berskala besar,
kabupaten/kota yang aktif 50%. melihat dari sejarah bencana di
wilayah.
• Memiliki staf markas.
• Memiliki sukarelawan. Berdasarkan kerentanan masyarakat
desa/kelurahan yang sangat tinggi:
• Memiliki kantor.
• Regulasi atau komitmen
• Memiliki komitmen untuk
melaksanakan dan menjalankan desa/kelurahan baik dalam
pengurangan risiko bencana maupun
membangun ketangguhan masyarakat.
tanggap darurat bencana belum
Kriteria dan Seleksi Desa/Kelurahan tersedia.
dalam Membangun Ketangguhan • Tingkat partisipasi aktif masyarakat
Masyarakat tinggi.
Proses seleksi desa/kelurahan mitra untuk • Sistem peringatan dini belum tersedia.
terlibat dalam kegiatan membangun

10 | BUKU PANDUAN
• Jalur evakuasi, titik kumpul, dan peta • Jumlah kepadatan penduduk.
risiko bencana belum tersedia. • Tingkat kepadatan pemukiman yang
• Sekolah belum terkoneksi dengan rentan.
upaya kesiapsiagaan bencana di • Insfrastruktur/fasilitas umum yang
desa/kelurahan. rentan.
• Rencana pengurangan risiko (mitigasi) • Akses ke desa/kelurahan.
bencana belum tersedia.
• Gotong royong dan sosial budaya.
• Peralatan terkait tanggap darurat di
• Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan.
desa/kelurahan masih minim.
• Anggaran penyediaan belanja Tahapan yang harus dilakukan:
desa/kelurahan untuk kebencanaan • Pengumpulan data sekunder tentang
belum tersedia. tingkat kerentanan masyarakat di
• Pengurangan risiko bencana terpadu desa/kelurahan setempat dan tingkat
berbasis masyarakat belum terbentuk. kerawanan terhadap bencana.
• Jumlah kelompok rentan yang sangat • Analisis data sekunder yang mengarah
tinggi. pada pembahasan secara komprehensif
mengenai tingkat kerentanan
• Jumlah pengangguran yang sangat
masyarakat, tingkat kerawanan bahaya
tinggi di wilayah urban atau perkotaan.
dan risiko, maupun tinjauan
• Masalah kesehatan dan penyakit yang antropologis dan karakteristik
terkait dengan bencana. masyarakat setempat yang
• Pendapatan masyarakat sangat rendah memungkinkan pelaksanaan
dan tanpa surplus. membangun ketangguhan masyarakat
• Hilangnya sumber penghasilan atau tidak.
penduduk akibat bencana, seperti • Kunjungan dan observasi langsung ke
hanyutnya peralatan nelayan, masyarakat. Kunjungan ini digunakan
terendamnya sawah dan ladang, dll. untuk melihat secara nyata kondisi
• Banyaknya masyarakat yang tergolong desa/kelurahan setempat dengan
miskin dan sangat miskin. menggunakan kriteria dan hasil analisis
data sekunder yang telah dikumpulkan
• Kurangnya tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tentang sebagai indikator.
upaya-upaya • Proses seleksi masyarakat dengan
kesiapsiagaan/pengurangan risiko mengkaji secara cermat dan
bencana. komprehensif hasil kunjungan lapangan
dan analisis data sekunder dan
• Kelangkaan sumber kekayaan alam,
mencocokkannya dengan indikator-
seperti pertanian, perikanan, sumber
indikator kriterianya.
air bersih, dll.
• Bila desa/kelurahan tersebut
• Kondisi air dan sanitasi yang
memenuhi kriteria, kita bisa membina
memprihatinkan serta rentan terhadap
pemahaman masyarakat tentang
bahaya dan wabah penyakit.
rencana melakukan pengkajian secara
• Rendahnya tingkat pendidikan cermat di desa/kelurahan tersebut
masyarakat. untuk dapat dicalonkan sebagai daerah
Berdasarkan kondisi umum: membangun ketangguhan masyarakat.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 11


• Membina hubungan baik dengan pengumpulan data, baik data primer,
masyarakat perlu dilakukan sebagai data sekunder, maupun data EVCA.
bagian dari cara pendekatan untuk
menggali data sebanyak dan seefektif Seleksi Kawasan Membangun
mungkin. Pengambilan data primer Ketangguhan Masyarakat
dengan teknik wawancara Kriteria dan seleksi kawasan sering juga
semiterstruktur kepada pihak-pihak menjadi pertimbangan untuk menentukan
yang berkepentingan seperti : kepala membangun ketangguhan masyarakat yang
desa/lurah, perangkat desa/kelurahan, akan dijalankan karena daerah kawasan
tokoh masyarakat, PKK, Pos Pelayanan banyak dan sering terjadi bencana. Daerah
Terpadu (Posyandu), bidan desa dan kawasan bisa menjadi penyebab terjadinya
perwakilan dari masyarakat rentan bencana dan masyarakat daerah kawasan
dapat dilakukan sebelum pengkajian lebih peduli terhadap kebersamaan dalam
EVCA. penguatan ekonomi, di mana seleksinya
• Melaksanakan EVCA merupakan cara lebih menentukan kepada hal yang spesifik
mengumpulkan data riil di masyarakat. langsung, seperti:
Hasil EVCA ini digunakan untuk
• Kawasan aliran sungai.
menyusun data kerentanan dan
kapasitas yang ada di masyarakat. Cara • Kawasan pesisir pantai.
pelaksanaan EVCA dapat merujuk pada • Kawasan urban perkotaan.
buku panduan EVCA. • Kawasan gunung api.
• Penetapan desa/kelurahan mitra yang • Kawasan pegunungan/dataran tinggi
didasarkan atas semua proses
• Kawasan industri.

2.2 Komitmen Desa dan Upaya Awal


Komitmen desa dalam membangun Upaya awal pembentukan komite,
ketangguhan masyarakat harus sejalan kelompok kerja dalam membangunan
dengan pembangunan desa yang tertuang ketangguhan masyarakat dan pembentukan
dalam RPJMDes, di mana desa menjadi forum PRB desa/kelurahan, serta
pelindung, pengarah dan pengawas serta pembentukan tim SIBAT, terdiri dari:
pembina di masyarakat dalam menjalankan
kegiatan membangun ketangguhan
masyarakat.

12 | BUKU PANDUAN
2.2.1 Pembentukan Komite • Memiliki pengetahuan tentang
Manajemen Membangun pengurangan risiko bencana
Ketangguhan Masyarakat, • Mampu menjadi pengarah dan pelindung
Kesiapsiagaan Bencana PMI staf dalam membangun ketangguhan
masyarakat
Berfungsi sebagai unit pengawasan,
pemberi kebijakan dan arahan di wilayah • Bersedia melakukan kunjungan lapangan
pelaksanaan membangun ketangguhan secara intensif untuk pembinaan
masyarakat untuk pengembangan dan pengurus di tingkatannya
kelanjutan membangun ketangguhan Mobilisasi komite membangun ketangguhan
masyarakat. masyarakat:
Kriteria komite membangun ketangguhan • Pembinaan pengurus PMI di provinsi,
masyarakat: kabupaten/kota terhadap membangun
• Dari unsur pengurus PMI ketangguhan masyarakat
• Masa bakti kepengurusannya minimal 2- • Pemberian insentif perjalanan dinas
3 tahun sesuai SK Keuangan
• Dapat memberikan keputusan terhadap • Menggunakan atribut PMI jika
kegiatan membangun ketangguhan berkunjungan ke lapangan
masyarakat • Menjalankan fungsi koordinasi dan
• Memiliki wawasan tentang kebencanaan komunikasi baik terhadap staf dalam
yang ada di Indonesia membangun ketangguhan masyarakat
maupun pengurus di tingkatannya

Struktur operasional dan tugas tanggung ketangguhan masyarakat di semua


jawab komite manajemen membangun tingkatan:

PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota

Ketua Pengurus Bidang Pengurus Bidang Pengurus Bidang Ketua Kecamatan


PB PB PB

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 13


PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota

Sekretaris Sekretaris Jenderal Sekretaris PMI Sekretaris PMI Sekretaris


PMI Kecamatan

Anggota • Ketua Bidang OD • Ketua Bidang OD • Ketua Bidang OD • Anggota


• Ketua Bidang • Ketua Bidang • Ketua Bidang Kecamatan
Relawan Relawan Relawan
• Ketua Bidang • Ketua Bidang • Ketua Bidang
Kesehatan Kesehatan Kesehatan
• Bendahara • Bendahara • Bendahara
• Perwakilan
Donor

Tugas dan Tanggung Jawab • Menjabarkan kebijakan dan strategi


pengembangan membangun
1. Komite Manajemen Membangun ketangguhan masyarakat dalam
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan kesiapsiagaan bencana sesuai dengan
Bencana Tingkat Pusat situasi, kondisi serta prioritas PMI
• Memformulasikan kebijakan dan provinsi setempat;
strategi pengembangan membangun • Memberi arahan dan persetujuan
ketangguhan masyarakat untuk dapat atas rencana kegiatan dan anggaran
mendukung ketercapaian Renstra PMI yang diajukan oleh komite
• Memberi arahan dan persetujuan atas kabupaten/kota sebelum diajukan ke
rencana kegiatan dan anggaran yang komite pusat;
diajukan oleh provinsi melalui • Memeriksa (verifikasi) dan memberi
masukan tim pokja pusat; persetujuan atas laporan kuartal
• Memastikan kerja sama dan keuangan yang diajukan oleh PMI
koordinasi dengan pihak-pihak terkait kabupaten/kota pelaksana sebelum
berjalan sebagaimana yang diajukan ke PMI Pusat sebagai
dikehendaki; pertanggungjawaban keuangan atau
• Memberi arahan dan persetujuan atas permohonan dana;
laporan keuangan yang dikompilasi • Melakukan koordinasi dengan dinas-
oleh divisi keuangan; dinas terkait setempat, serta
• Meninjau laporan-laporan audit mengupayakan dukungan dari sumber
internal dan eksternal, laporan daya pemerintah provinsi dan juga
kemajuan semester/tahunan, serta sebaliknya;
laporan evaluasi kegiatan • Mengambil inisiatif pengembangan
membangun ketangguhan sumber daya;
masyarakat. • Mengupayakan dukungan pengawasan
2. Komite Manajemen Membangun dan supervisi pelaksanaan
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan membangun ketangguhan masyarakat
Bencana Tingkat Provinsi

14 | BUKU PANDUAN
dalam kesiapsiagaan bencana di • Memberi arahan dan persetujuan atas
tingkat PMI kabupaten. rencana kegiatan yang disusun secara
3. Komite Manajemen Membangun bersama-sama oleh pelaksana
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan kegiatan membangun ketangguhan
Bencana Tingkat Kabupaten/Kota masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana tingkat kecamatan dan
• Memberi arahan dan persetujuan atas
kelompok kader
rencana kegiatan yang disusun secara
desa/komunitas/komunitas binaan,
bersama-sama oleh pelaksana
untuk kemudian diajukan kepada
kegiatan membangun ketangguhan
komite kabupaten/kota;
masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota dan • Memeriksa (verifikasi) dan memberi
kelompok kader persetujuan atas laporan keuangan
desa/komunitas/komunitas binaan, bulanan yang disusun oleh pelaksana
untuk kemudian diajukan kepada kegiatan membangun ketangguhan
komite provinsi; masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana tingkat kecamatan, untuk
• Memeriksa (verifikasi) dan memberi
kemudian diajukan kepada PMI
persetujuan atas laporan keuangan
kabupaten/kota sebagai
bulanan yang disusun oleh pelaksana
pertanggungjawaban atau
kegiatan membangun ketangguhan
permohonan dana;
masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota, untuk • Memberi arahan dalam mengorganisir
kemudian diajukan kepada PMI Pusat dan memobilisasi tim SIBAT untuk
melalui PMI provinsi sebagai mendukung pelaksanaan membangun
pertanggungjawaban atau ketangguhan masyarakat dalam
permohonan dana; kesiapsiagaan bencana di tingkat
masyarakat;
• Memberi arahan dalam mengorganisir
dan memobilisasi tim • Membina koordinasi dan relasi
sukarelawan/Satgana untuk dengan dinas terkait setempat serta
mendukung pelaksanaan membangun dengan organisasi masyarakat
ketangguhan masyarakat dalam pemerhati masalah bencana dan
kesiapsiagaan bencana di tingkat lingkungan lainnya;
masyarakat; • Mengupayakan dukungan kebijakan,
• Membina koordinasi dan relasi struktural dan finansial apabila
dengan dinas terkait setempat serta diperlukan dari sumber daya
dengan organisasi masyarakat setempat.
pemerhati masalah bencana dan
lingkungan lainnya; 2.2.2 Pembentukan Kelompok Kerja
Pelaksanaan Membangun
• Mengupayakan dukungan kebijakan,
struktural dan finansial apabila Ketangguhan Masyarakat
diperlukan dari sumber daya Kesiapsiagaan Bencana PMI
setempat. Berfungsi sebagai satuan pelaksana
4. Komite Manajemen Membangun kegiatan membangun ketangguhan
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan arahan dari komite
Bencana Tingkat Kecamatan pengawasan di setiap tingkatan.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 15


Kriteria Kelompok Kerja Pelaksana • Mampu beradaptasi dengan masyarakat
Membangun Ketangguhan Masyarakat: dan lingkungan desa/kelurahan
• Dari unsur staf Mobilisasi Kelompok Kerja Pelaksana
• Staf yang sudah diangkat sebagai Membangun Ketangguhan Masyarakat:
pegawai markas • Pembinaan staf di provinsi,
• Memiliki wawasan tentang kebencanaan kabupaten/kota terkait membangun
yang ada di Indonesia ketangguhan masyarakat
• Memiliki pengetahuan tentang • Pemberian insentif perjalanan dinas
pengurangan risiko bencana sesuai SK Keuangan
• Bersedia melakukan kunjungan lapangan • Menggunakan atribut PMI jika
secara intensif untuk pembinaan berkunjungan ke lapangan
kelompok kerja di tingkatannya • Menjalankan fungsi koordinasi dan
• Memastikan membangun ketangguhan komunikasi baik terhadap staf
masyarakat dapat berjalan dan membangun ketangguhan masyarakat,
tersedianya laporan membangun maupun staf provinsi, kabupaten/kota di
ketangguhan masyarakat tingkatannya
• Tertuang dalam SK dari pengurus pusat, Struktur operasional dan tugas tanggung
provinsi, kabupaten/kota sebagai jawab kelompok kerja membangun
kelompok kerja pelaksana membangun ketangguhan masyarakt kesiapsiagaan
ketangguhan masyarakat bencana:

PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota

Ketua Pokja Kepala Markas Kepala Markas Kepala Markas Staf Kecamatan

Pengawasan Kepala Divisi PB Kepala Divisi PB Kepala Divisi PB Staf Kecamatan


Membangun atau setingkat atau setingkat
Ketangguhan
Masyarakat

Pelaksana Kasubdiv. DRR/ Koordinator Koordinator Staf Kecamatan


Membangun Staf yang Lapangan yang Lapangan yang
Ketangguhan ditunjuk dikontrak dikontrak
Masyarakat

Keuangan Staf Keuangan Staf Keuangan Staf Keuangan Staf Kecamatan


Membangun Markas yang Markas yang Markas yang
Ketangguhan ditunjuk ditunjuk ditunjuk
Masyarakat

Penasihat Pendonor PMI Pusat dan PMI Pusat, PMI PMI Pusat, PMI
Teknis Pendonor Provinsi, dan Provinsi, PMI
Pendonor Kabupaten/Kota,
Pendonor, dan Tokoh
Masyarakat/Tokoh

16 | BUKU PANDUAN
PMI
Struktur PMI Pusat PMI Provinsi PMI Kecamatan
Kabupaten/Kota

Agama/PKK/Karang
Taruna yang ditunjuk

Tugas dan Tanggung Jawab • Menyediakan pedoman dan


pendampingan teknis untuk
1. Kelompok Kerja Membangun mendukung pelaksanaan membangun
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan ketangguhan masyarakat dalam
Bencana Tingkat Pusat kesiapsiagaan bencana (monitoring
• Memastikan dan membantu dan pelaporan, materi pelatihan,
penyusunan rencana kegiatan dan pengelolaan organisasi, keuangan,
anggaran (kuartalan, semester dan administrasi dan logistik).
tahunan) yang dibuat pelaksana 2. Kelompok Kerja Membangun
membangun ketangguhan masyarakat Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan
di provinsi dan kabupaten/kota Bencana Tingkat Provinsi
sebelum diajukan kepada komite
• Menyusun secara terperinci rencana
manajemen pusat untuk memperoleh
kegiatan dan anggaran (bulanan,
persetujuan;
kuartalan) berdasarkan masukan-
• Mengompilasi dan memastikan masukan dari pokja kabupaten/kota
ketersediaan laporan naratif dan sebelum diajukan kepada komite
keuangan bulanan, laporan kemajuan provinsi untuk memperoleh
triwulan, serta pengajuan persetujuan;
permohonan dana dari
• Mengompilasi dan memastikan
provinsi/kabupaten/kota) sebelum
diterimanya laporan-laporan
diserahkan kepada komite
kegiatan, laporan kemajuan, laporan
pengawasan PMI Pusat untuk
keuangan dan permohonan dana dari
memperoleh persetujuan dan
pokja kabupaten/kota sebelum
dikirimkan kepada pihak donor sesuai
diajukan kepada komite provinsi
periode waktu pelaporan yang
untuk memperoleh persetujuan;
ditetapkan (bulanan, triwulan,
tahunan, akhir) terkait kegiatan • Menyediakan dukungan sumber daya
membangun ketangguhan terkait pelatihan/workshop
masyarakat; antarkabupaten/kota di wilayah
kerjanya; melakukan monitoring dan
• Meninjau/melakukan analisis
supervisi pelaksanaan kegiatan di
terhadap kamajuan-kemajuan
tingkat kabupaten/kota; dan evaluasi
capaian pada bulan berjalan dan
laporan kemajuan kegiatan
merencanakan tindak lanjut untuk
membangun ketangguhan masyarakat
bulan-bulan berikutnya;
di tingkat kabupaten/kota.
• Melaksanakan transfer dana ke
3. Kelompok Kerja Membangun
rekening PMI provinsi dan PMI
Ketangguhan Masyarakat Kesiapsiagaan
kabupaten/kota setelah usulan
Bencana Tingkat Kabupaten/Kota
pengajuan dana dan laporan disetujui
oleh komite di PMI Pusat;

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 17


• Mengorganisir pelatihan/workshop • Mengelola dengan baik penggunaan
antarkabupaten/kota di wilayah dana di tingkat masyarakat sesuai
kerjanya; monitoring dan supervisi rencana dan anggaran yang telah
pelaksanaan kegiatan di tingkat disetujui komite kecamatan;
kabupaten/kota; dan melakukan • Mobilisasi tim SIBAT dalam rangka
evaluasi untuk laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan membangun
proyek di tingkat kabupaten/kota; ketangguhan masyarakat di
• Menyusun secara terperinci rencana masyarakat
kegiatan dan anggaran (bulanan, • Koordinasi dengan petugas lapangan
kuartalan) berdasarkan masukan- dari instansi-instansi terkait;
masukan dari pelaksana lapangan dan
• Menyusun evaluasi laporan kemajuan
masyarakat sebelum diajukan kepada
membangun ketangguhan masyarakat
komite kabupaten/kota untuk
di tingkat masyarakat.
memperoleh persetujuan;
• Mengelola dengan baik penggunaan Tugas dan Fungsi Struktur Pelaksana
dana ke tingkat masyarakat sesuai Kerja
rencana dan anggaran yang telah
• Koordinator Lapangan
disetujui komite kabupaten/kota;
Koordinator lapangan (Korlap) adalah
• Mobilisasi tim sukarelawan/Satgana
personel yang ditunjuk oleh pengurus
dalam rangka pelaksanaan kegiatan
PMI kabupaten/kota (focal person)
membangun ketangguhan masyarakat
dalam melaksanakan kegiatan
• Koordinasi dengan petugas lapangan membangun ketangguhan masyarakat
dari instansi-instansi terkait; dalam kesiapsiagaan bencana di setiap
• Menyusun evaluasi laporan kemajuan target area. Seorang korlap, dengan
membangun ketangguhan masyarakat menandatangani surat perjanjian kerja
di tingkat masyarakat. dengan pengurus PMI kabupaten/kota,
4. Kelompok Kerja Membangun berhak mendapatkan insentif berupa
Ketangguhan Masyarakat dalam gaji, tunjangan komunikasi dan asuransi
Kesiapsiagaan bencana Tingkat berdasarkan aturan yg berlaku di PMI dan
Kecamantan. sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk membangun ketangguhan
• Mengorganisir pelatihan/workshop
masyarakat. Deskripsi pekerjaan dan
antarkecamatan di wilayah kerjanya;
kewajiban korlap akan diuraikan lebih
monitoring dan supervisi pelaksanaan
detail dalam kontrak kerja/SK.
kegiatan di tingkat kecamatan; dan
melakukan evaluasi untuk laporan Catatan: menyesuaikan dengan kondisi
kemajuan proyek di tingkat wilayah.
kecamatan; • Staf Keuangan dan Administrasi
• Menyusun secara terperinci rencana Staf keuangan dan administrasi adalah
kegiatan dan anggaran (bulanan, mereka yang ditunjuk oleh pengurus PMI
kuartalan) berdasarkan masukan- kabupaten/kota (focal person) dalam
masukan dari pelaksana lapangan dan melakukan pelaporan keuangan terkait
masyarakat sebelum diajukan kepada penggunaan dana dalam pelaksanaan
komite kecamatan untuk membangun ketangguhan masyarakat
memperoleh persetujuan; untuk kesiapsiagaan bencana selama
kurun waktu kegiatan. Seorang staf

18 | BUKU PANDUAN
keuangan dan administrasi, dengan berdasarkan aturan yg berlaku di PMI.
menandatangani surat perjanjian kerja Deskripsi pekerjaan dan kewajiban staf
dengan pengurus PMI kabupaten/kota, keuangan dan administrasi akan
berhak mendapatkan insentif berupa diuraikan lebih detail dalam kontrak
gaji, tunjangan komunikasi dan asuransi kerja.

Staf Keuangan Membangun Staf Keuangan Membangun


Ketangguhan Masyarakat Ketangguhan Masyarakat

Mengatur penyaluran dana membangun Menerima dan membukukan penerimaan


ketangguhan masyarakat kepada PMI transfer dana dari pokja membangun
kabupaten/kota pelaksana membangun ketangguhan masyarakat kesiapsiagaan
ketangguhan masyarakat kesiapsiagaan bencana provinsi, serta mengatur
bencana sesuai dengan usulan yang disetujui pengeluarannya berdasarkan usulan dan
oleh pokja. permohonan yang disetujui.

Mengompilasi laporan keuangan bulanan serta Mempersiapkan laporan pertanggungjawaban


merangkum usulan-usulan anggaran/dana dari keuangan bulanan untuk memperoleh
PMI kabupaten/kota pelaksana untuk laporan persetujuan dari komite membangun
dan dokumen filing provinsi; ketangguhan masyarakat kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota sebelum diajukan
kepada PMI Pusat

Mempersiapkan laporan keuangan untuk Koordinasi dengan ketua pokja dan


dirangkum bersama laporan triwulan dan koordinator lapangan dalam rangka menyusun
diajukan untuk disetujui oleh komite provinsi usulan-usulan dari lapangan untuk disusun
sebelum diajukan ke PMI Pusat; dalam bentuk pengajuan anggaran/dana
pendukung kegiatan;

Melaksanakan pengadaan barang untuk Pemeliharaan data-data keuangan untuk


keperluan pokja membangun ketangguhan keperluan audit dan arsip;
masyarakat kesiapsiagaan bencana
kabupaten/kota;

Memberikan arahan teknis pengelolaan


keuangan membangun ketangguhan masyarakat
kepada staf keuangan pada pokja membangun
ketangguhan masyarakat kesiapsiagaan
bencana kabupaten/kota;

Pemeliharaan data-data keuangan dari semua


PMI kabupaten/kota pelaksana membangun
ketangguhan masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 19


• Memiliki wawasan tentang
2.2.3 Pembentukan Struktur dan kebencanaan yang ada di Indonesia
Anggota Komite
• Memiliki pengetahuan tentang
Desa/Kelurahan
pengurangan risiko bencana
1. Kelompok Kerja Membangun • Mampu menjadi pengarah dan
Ketangguhan Masyarakat dalam pelindung SIBAT
Kesiapsiagaan Bencana Tingkat
• Dinyatakan dalam SK dari kepala
Kecamatan:
desa/kelurahan sebagai komite
Berfungsi sebagai unit pengawasan, desa/kelurahan
pemberi kebijakan dan arahan di 3. Keterlibatan Komite Desa/Kelurahan:
desa/kelurahan terhadap pelaksanaan
• Pembinaan SIBAT terhadap
membangun ketangguhan masyarakat
membangun ketangguhan masyarakat
untuk pengembangan dan kelanjutan
membangun ketangguhan masyarakat. • Menjalankan fungsi koordinasi dan
komunikasi, baik terhadap staf
2. Kriteria Komite Desa/Kelurahan:
membangun ketangguhan masyarakat
• Dari unsur desa/kelurahan, tokoh maupun pengurus di tingkatannya
masyarakat, tokoh agama,
komandan/ketua SIBAT, BPD/Badan Struktur operasional dan tugas tanggung
Perwakilan Desa dan organisasi atau jawab komite desa/kelurahan
perkumpulan di desa/kelurahan pelaksanaan membangun ketangguhan
masyarakat dalam kesiapsiagaan
• Masa bakti kepala desa/kelurahan
bencana:
minimal 2-3 tahun
• Dapat memberikan keputusan
terhadap kegiatan membangun
ketangguhan masyarakat

20 | BUKU PANDUAN
Struktur Unsur Komite Desa/Kelurahan

Pelindung Kepala Desa/Kelurahan

Ketua BPD (Badan Permusyawarahan Desa)

Sekretaris Sekretaris Desa/Kelurahan

Anggota • Kepala Dusun


• Perwakilan Pemuka Agama
• Perwakilan Tokoh Masyarakat
• Perwakilan Pemangku Kebijakan lainnya di tingkat Desa/Kelurahan
(BPD/Badan Permusyawaratan Desa)
• Perwakilan Organisasi/Kelompok Perempuan (PKK, Majelis Taklim)
• Perwakilan Organisasi/Kelompok Pemuda
• Perwakilan Posyandu (Puskesmas)

Adapun tugas dan tanggung jawab hubungan antara rencana


komite desa/kelurahan adalah sebagai pengurangan risiko bencana di
berikut: masyarakat dengan rencana
pembangunan pemerintah setempat;
• Meningkatkan kapasitas kelembagaan
komite desa/kelurahan; • Berkoordinasi dengan pemerintah
setempat, organisasi lainnya dan
• Memimpin desa/kelurahan dan
pihak swasta yang dapat memberikan
masyarakat untuk mengurangi risiko
dukungan bagi masyarakat dalam
bencana;
melakukan upaya pengurangan risiko
• Membentuk hubungan yang baik bencana;
dengan PMI kabupaten/kota;
• Bertanggung jawab untuk mendirikan
• Mendukung PMI kabupaten/kota dan jaringan sistem peringatan dini di
masyarakat dalam melaksanakan tingkat komunitas dan dapat
membangun ketangguhan masyarakat melakukan perawatan terhadap
MANTAB (Masyarakat Aman dan operasional sarana tersebut;
Tangguh Bencana);
• Bertanggung jawab menjaga dan
• Membimbing anggota SIBAT terkait merawat perlengkapan respons
tanggung jawabnya dalam melakukan bencana dan pertolongan pertama;
upaya pengurangan risiko bencana
• Mendukung PMI kabupaten/kota
dan meningkatkan kesadaran
dalam melakukan nota kesepahaman
masyarakat akan respons terhadap
atau perjanjian kerja sama antara
bencana;
desa dengan PMI kabupaten/kota di
• Mengawasi proses pelaksanaan wilayah masing-masing;
kegiatan yang direncanakan supaya
• Membina dan menjaga hubungan baik
tetap sesuai perencanaan yang
dengan komunitas sekolah dalam
disepakati.
memfasilitasi pelaksanaan
• Bekerja sama dengan pemerintah membangun ketangguhan masyarakat
setempat untuk membangun

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 21


MANTAB (Masyarakat Aman dan fasilitator, motivator, dinamisator dan
Tangguh Bencana); motor penggerak kegiatan kesiapsiagaan
• Memainkan peran proaktif dalam hal dan tanggap darurat bencana.
koordinasi dan advokasi dalam sistem
Mengapa perlu SIBAT?
koordinasi respons bencana yang
terendah hingga ke pemangku Upaya-upaya kesiapsiagaan dan tanggap
kebijakan pengurangan risiko darurat bencana hanya akan efektif bila
bencana. upaya pemberdayaannya menjangkau
masyarakat di level paling rentan.
2.2.4 Pembentukan SIBAT (Siaga Masyarakat di level paling rentan adalah
bencana Berbasis Masyarakat) pihak yang secara langsung paling
menderita karena dampak bencana.
Apa itu SIBAT?
Dengan membangun ketangguhan
SIBAT adalah sukarelawan desa/kelurahan masyarakat, PMI melakukan langkah-
dari anggota masyarakat yang dibina oleh langkah pemberdayaan kapasitas
PMI. Jika anggota SIBAT ingin menjadi masyarakat, khususnya kelompok
sukarelawan PMI wajib mendaftar sebagai masyarakat yang paling rentan dan hidup di
sukarelawan PMI sebagai TSR (Tenaga daerah rawan bencana. Langkah
Sukarela) di PMI kabupaten/kota pemberdayaan ini diawali dengan
wilayahnya, dengan ketentuan dan aturan rekrutmen dan pembentukan SIBAT.
yang berlaku di PMI kabupaten/kota.
Anggota SIBAT dipilih dari masyarakat, oleh
(Proses perekrutan individu SIBAT menjadi
masyarakat, dan mereka akan menjalankan
anggota sukarelawan/TSR)
membangun ketangguhan masyarakat, yang
SIBAT dapat bersedia mendarma baktikan akan memberikan manfaat bagi masyarakat
waktu, tenaga, dan pikiran mereka, di lingkungannya. Mereka akan
memotivasi dan menggerakkan masyarakat menyelenggarakan pelatihan, penyadaran
di lingkungannya agar mampu melakukan dan pemberdayaan kapasitas masyarakat di
upaya-upaya kesiapsiagaan dan tanggap bidang kesiapsiagaan bencana dan langkah-
darurat bencana di desa/kelurahan dalam langkah tanggap darurat bencana.
membangun ketangguhan masyarakat.
Dengan bekal pengetahuan dan
SIBAT berasal dari desa/kelurahan mitra keterampilan kesiapsiagaan dan tanggap
PMI kecamatan setempat dan telah darurat bencana yang diberikan PMI melalui
mendapatkan dukungan serta kepercayaan SIBAT, masyarakat dapat siap siaga dan
dari seluruh masyarakat, serta telah dididik memainkan peranan langsung sebagai ”the
dan dilatih mengenai upaya-upaya first responder”, yang mampu melakukan
kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat upaya pertolongan atau penyelamatan diri,
bencana. keluarga, maupun warga masyarakat
SIBAT milik masyarakat, berasal dari lainnya.
masyarakat, dan bekerja untuk masyarakat. Terbentuknya SIBAT khususnya di
Kader SIBAT ini tidak hanya berfungsi desa/kelurahan percontohan membangun
sebagai narasumber dalam pendampingan ketangguhan masyarakat, diharapkan
dan pembinaan membangun ketangguhan mampu menjadi motor penggerak bagi
masyarakat di desa/kelurahan daerah upaya-upaya kesiapsiagaan bencana
pelaksanaan kegiatan, namun mereka juga maupun tanggap darurat bencana di
bisa memainkan peranan sebagai

22 | BUKU PANDUAN
desa/kelurahannya, yang pada akhirnya ke keluarga maupun kepada masyarakat
akan meningkatkan citra positif PMI. luas dalam berbagai kesempatan.
• Bersama masyarakat melakukan
Apa fungsi dan peran SIBAT?
pemetaan desa/kelurahan tentang
SIBAT berfungsi dan berperan sebagai tingkat kerentanan/kerawanan maupun
pendamping, pembimbing, penyuluh, dan pemetaan sumber daya. Memberikan
motivator yang menggerakkan masyarakat pelatihan atau penyuluhan kepada
setempat dalam kegiatan dan upaya-upaya masyarakat di lingkungannya tentang
kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat upaya kesiapsiagaan dan tanggap
bencana di wilayahnya. darurat bencana maupun sistem
peringatan dini dan upaya-upaya
Keberadaan SIBAT dimaksudkan pula untuk
membantu pengurus PMI kecamatan dan mitigasi.
kabupaten/kota, serta KSR Spesialis • Menggerakkan masyarakat dalam
MANTAB dalam membina dan melaksanakan rencana kegiatan.
menggerakkan masyarakat, serta Membantu aparat desa/kelurahan, LPM,
mengarahkan, memantau, mengawasi, dan maupun BPD dalam merumuskan
mengevaluasi membangun ketangguhan Rencana Pengendalian dan Operasional
masyarakat yang telah dilaksanakan. melalui pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan maupun upaya-upaya
Sedangkan untuk peran SIBAT desa dalam
tanggap darurat bencana.
proses perencanan RPJMDesa, dibahas pada
BAB Perencanaan Partisipatif Pengurangan • Menyelenggarakan
Risiko Bencana Terintegrasi dengan pelatihan/simulasi/gladi bagi
Perencanaan Pembangunan Desa. masyarakat sehingga masyarakat
merasa terbiasa dan mampu
Bagaimana tugas dan tanggung jawab melaksanakan langkah-langkah evakuasi
SIBAT? dan upaya-upaya penyelamatan dan
pengamanan diri saat terjadi bencana.
Tugas dan Tanggung Jawab Umum:
• Membantu merumuskan cara-cara
Melakukan upaya pemberdayaan kapasitas menjaga keberlangsungan membangun
dan pengorganisasian masyarakat agar ketangguhan masyarakat melalui
dapat mengambil inisiatif dan melakukan pencarian dana, penyadaran sosial dan
tindakan yang meminimalkan dampak lain-lain.
bencana di lingkungannya dengan
• Menumbuhkan kesadaran masyarakat
menggunakan strategi dan pendekatan
untuk berpartisipasi dalam perencanaan,
konsep MANTAB.
implementasi, monitoring, evaluasi, dan
Tugas dan Tanggung Jawab Khusus: keberlangsungan membangun
SIBAT bertanggung jawab menggerakkan ketangguhan masyarakat.
masyarakat dalam melaksanakan • Mengorganisir masyarakat dalam
membangun ketangguhan masyarakat, melaksanakan berbagai kegiatan
melalui: membangun ketangguhan masyarakat
terkait, seperti CBFA, pelestarian
• Sosialisasi konsep MANTAB dan
lingkungan hidup, perawatan keluarga,
penyadaran masyarakat tentang tingkat
dan lain-lain.
bahaya, kerentanan, dan risiko bencana
dari rumah ke rumah atau dari keluarga • Membantu komite manajemen tingkat
desa/kelurahan:

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 23


- Mempersiapkan dan mengirimkan yang terjadi di wilayahnya, atau dalam
rencana kegiatan per triwulan, materi SIBAT ditambah materi
termasuk rincian anggaran penguatan lokal yang memampukan
berdasarkan kegiatan untuk periode mereka merespons segera jika terjadi
3 bulan ke depan. bencana. (dimasukkan dalam
- Mempersiapkan dan mengirimkan musrembangdes untuk kelanjutannya)
laporan kemajuan per triwulan, • SIBAT dapat terlibat dalam
termasuk laporan keuangan musrembangdes atau musyawarah
kegiatan triwulan sebelumnya. pengambilan kebijakan kelurahan dan
- Mengorganisir pelaksanaan rencana mengawalnya sampai tingkat
dan menggerakkan masyarakat. Kementerian Desa agar keberlanjutan
membangun ketangguhan masyarakat
- Sebagai penghubung dengan pemda
oleh SIBAT dapat berjalan melalui dana
di tingkat kecamatan dan PMI
desa/kelurahan.
kecamatan, serta PMI
kabupaten/kota dalam bidang
Kriteria dan Persyaratan Menjadi SIBAT
penanggulangan bencana. Membina
hubungan sosial di dalam lingkungan Agar mampu menjalankan tugas dan
masyarakat serta memastikan perannya dengan baik, seorang kader
bahwa membangun ketangguhan pendamping/SIBAT seyogyanya memenuhi
masyarakat tersebut akan kriteria dan persyaratan sebagai berikut:
membawa manfaat bagi kelompok • Bertempat tinggal tetap di
masyarakat yang paling rentan. desa/kelurahan yang menjadi lokasi
- Menyelesaikan sengketa yang pelaksanaan membangun ketangguhan
berkaitan dengan pelaksanaan masyarakat (bukan pendatang).
kegiatan membangun ketangguhan • Berusia minimal 19 tahun
masyarakat di tengah masyarakat.
• Berminat menjadi SIBAT
- Melakukan peninjauan dan
• Mampu berkomunikasi dengan efektif
monitoring terhadap kemajuan
dan mempunyai hubungan luas.
membangun ketangguhan
masyarakat. • Dapat bekerja sama dengan masyarakat,
PMI dan institusi lain.
• Membantu tugas dan kewajiban tim
SATGANA PMI saat menjalankan • Memiliki kompetensi dan keterampilan
membangun ketangguhan masyarakat mengelola kegiatan-kegiatan berbasis
maupun tanggap darurat bencana di masyarakat.
daerahnya, baik sebelum, pada saat dan • Berjiwa pemimpin, mempunyai
setelah bencana. integritas dan pengabdian yang tinggi.
• SIBAT dapat melakukan kajian risiko • Diterima dan dipercaya oleh pamong,
untuk membuat rencana aksi tokoh masyarakat dan masyarakat luas.
desa/kelurahan yang nantinya bisa • Bekerja dengan tulus, ikhlas, dan tanpa
dimasukkan ke dalam musrembangdes. pamrih demi kepentingan masyarakat.
• SIBAT juga bisa menjadi garda terdepan
• Mempunyai komitmen yang tinggi
PMI ketika terjadi bencana, maka harus
ada pelatihan lanjutan untuk SIBAT Bagaimana Komposisi Keanggotan SIBAT?
terkait peningkatan kapasitas di
wilayahnya sesuai karakteristik bencana • Jumlah anggota tim SIBAT yang akan
direkrut di setiap desa/kelurahan mitra

24 | BUKU PANDUAN
wilayah membangun ketangguhan Bagaimana Struktur Keanggotan SIBAT?
masyarakat minimal 15 orang.
• SIBAT akan direkrut dan dibentuk oleh
• Rekrutmen anggota SIBAT masyarakat dan aparat desa/kelurahan.
memperhatikan keseimbangan gender: Dalam pelaksanaan tugasnya, tim ini
laki-laki (50%) dan perempuan (50%), bertanggung jawab kepada kepala
yang dapat diambil dari unsur: desa/lurah.
- Kader Posyandu/bidan desa atau • SIBAT terdiri dari: 1 orang ketua
kelurahan/Pos Persalinan merangkap anggota, 1 orang wakil
Desa/Kelurahan (Polindes) ketua/sekretaris merangkap anggota, 1
- PKK orang bendahara merangkap anggota,
- Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kurang lebih 17 - 27 orang anggota
(dengan perimbangan 1 anggota SIBAT
- Badan Perwakilan Desa
untuk minimal 50 kepala keluarga).
- Karang Taruna
• Struktur dan kelengkapan SIBAT diatur
- Tokoh agama
dan ditentukan sesuai kebutuhan dan
- Tokoh masyarakat kondisi masing-masing desa/kelurahan.
- RT/RW • Struktur SIBAT dapat dibuat dan
- Unsur-unsur lain di dalam disahkan dengan surat keputusan kepala
masyarakat setempat desa/lurah setempat sebagai
legalitasnya.

Struktur Unsur Komite Desa/Kelurahan

Pelindung Kepala Desa/Kelurahan

Ketua SIBAT Terpilih

Sekretaris SIBAT Terpilih

Bendahara SIBAT Terpilih

Tim Pelayanan SIBAT Terpilih

Anggota Anggota berjumlah 17-27 orang dengan perimbangan 1 SIBAT untuk


minimal 50 Kepala Keluarga

keberlanjutannya. Karenanya,
Bagaimana Struktur Keanggotan SIBAT?
perekrutan SIBAT harus benar-benar
• SIBAT bukan sekadar sukarelawan biasa. sesuai dengan kriteria kualifikasinya.
Selain diharapkan mampu memainkan • Sebagai mitra terdepan dalam
peranan sebagai penggerak dan membangun ketangguhan masyarakat,
motivator masyarakat, tim Sibat harus
SIBAT direkrut dan dibentuk atas dasar
mampu mengorganisir masyarakat dalam
partisipasi bersama dengan masyarakat
pelaksanaan membangun ketangguhan
dan aparat desa/kelurahan setempat.
masyarakat dan memelihara

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 25


Tahap persiapan rekrutmen: aparat desa/kelurahan, dan tokoh-tokoh
masyarakat yang dilakukan secara
• Melakukan pendekatan dengan pamong
terbuka, transparan, dan objektif sesuai
desa/kelurahan, tokoh masyarakat,
kriteria/persyaratan yang telah
serta dinas-dinas terkait untuk
disepakati.
menyosialisasikan membangun
ketangguhan masyarakat dan perlunya • PMI kabupaten/kota dan PMI kecamatan,
pembentukan tim Sibat. serta KSR Spesialis MANTAB hanya
membantu memfasilitasi proses seleksi
• Sebelum melaksanakan rekrutmen dan
dan penyiapan instrumen
pembentukan, pengurus PMI
seleksi/rekrutmen sehingga tidak terkait
kabupaten/kota dan PMI kecamatan
langsung dengan proses seleksi.
mengadakan pertemuan konsultasi
dengan pihak aparat desa/kelurahan • Pada tahap seleksi ini dilakukan:
untuk: - Proses seleksi terhadap persyaratan
- Membahas rencana rekrutmen dan administrasi calon.
menetapkan kriteria calon kader - Wawancara langsung dengan para
PMI. calon dengan kuesioner standar
- Membahas fungsi dan peranan, tugas yang telah disiapkan oleh PMI
dan kewajiban, serta keberadaan kabupaten/kota, PMI kecamatan
SIBAT. dan KSR Spesialis MANTAB.
Pengujian terhadap kemampuan
- Mempersiapkan kelengkapan
administrasi rekrutmen, seperti - Pengumuman hasil seleksi SIBAT
biodata dan format wawancara. yang disampaikan secara langsung
setelah proses seleksi.
- Bersama anggota masyarakat,
selanjutnya kepala desa/lurah atau Pembentukan:
aparat desa/kelurahan membahas
• Daftar nama calon anggota SIBAT yang
kriteria/persyaratan serta
telah lolos seleksi selanjutnya diajukan
mengidentifikasi siapa saja yang
kepala desa/lurah ke pengurus PMI
memenuhi kriteria/ persyaratan
kecamatan, PMI kabupaten/kota.
tersebut untuk direkrut sebagai
anggota SIBAT. • Pengurus PMI kabupaten/kota dan PMI
kecamatan menetapkan dan
- Setiap calon diwajibkan mengisi
mengukuhkan para calon yang telah lolos
biodata, serta pernyataan
seleksi tersebut sebagai anggota SIBAT.
komitmen dan kesediaannya sebagai
SIBAT. • Sebelum dikukuhkan, para calon
menandatangani surat pernyataan
Tahap seleksi/rekrutmen: komitmen dan kesediaannya menjadi
• Proses seleksi SIBAT dilakukan anggota SIBAT.
sepenuhnya oleh kepala desa/lurah,

26 | BUKU PANDUAN
BAB 3 KAJIAN RISIKO BENCANA

BAB III
KAJIAN RISIKO
BENCANA

Secara geografis Indonesia terletak pada bandang, longsor dan angin puting beliung.
pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu Perubahan iklim, laju pertumbuhan
lempeng Benua Asia, Benua Australia, penduduk, peningkatan jumlah
lempeng Samudra Hindia dan Samudra masyarakat yang tinggal di daerah
Pasifik. Hal ini membuat Indonesia rawan, degradasi lingkungan, pola
lebih rawan terhadap ancaman letusan
pembangunan yang tidak berkelanjutan
gunung berapi, gempa bumi dan tsunami. Di
serta urbanisasi yang cepat dan tidak
sisi lain, BNPB terus mencatat adanya
peningkatan jumlah bencana yang terjadi di
terencana, seringkali menambah
Indonesia, khususnya bencana kerentanan di masyarakat.
hidrometeorologi, seperti banjir, banjir

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 27


Enhanced Vulnerability and Capacity reporting dan pemetaan digital dan
Assessment (EVCA) nondigital.
Dalam upaya membangun ketangguhan Secara singkat, empat alasan EVCA perlu
masyarakat, PMI mengadopsi Enhanced dilakukan:
Vulnerability and Capacity Assessment,
1. Agar masyarakat lebih memahami sifat
yaitu suatu pendekatan dan proses kajian
dan tingkat risiko yang ada, perubahan
risiko bencana berbasis masyarakat. yang terjadi, risiko yang sedang terjadi,
EVCA pada awalnya lebih dikenal dengan dan kemungkinan risiko yang akan
sebutan VCA (vulnerability and capacity mereka hadapi di masa mendatang.
assessment), merupakan proses partisipatif
2. Agar masyarakat mengidentifikasi
untuk mengkaji, menganalisis risiko yang
rencana aksi yang relevan dan praktis
dihadapi masyarakat, dan untuk
untuk mengurangi risiko, dan
mengidentifikasi and memprioritaskan
memperkuat ketangguhan mereka
rencana aksi guna mengatasi risiko
berdasarkan prioritas.
bencana. EVCA adalah hasil tinjauan
ekstensif panduan dan perangkat dan 3. Untuk meningkatkan kesadaran
transformasi VCA serta pengaplikasiannya masyarakat bahwa mereka mampu
mengurangi risiko bencana dengan
sejak 2015. EVCA telah diselaraskan dengan
Peta Jalan Menuju Masyarakat Tangguh memobilisasi sumber daya yang ada di
IFRC dan diadaptasi untuk dapat masyarakat itu sendiri dan juga yang
menganalisis dimensi masyarakat tangguh berasal dari luar untuk
dengan lebih baik. EVCA telah mengimplementasikan rencana aksi
mempertimbangan faktor perubahan iklim pengurangan risiko.
serta gender dan keberagaman, serta dapat 4. Agar PMI dapat mendukung
diaplikasikan dalam konteks perkotaan atau pembentukan masyarakat yang tangguh,
daerah konflik (selanjutnya ada di subbab termasuk dalam memengaruhi
3.2). EVCA juga mendorong digitalisasi hasil kebijakan, hukum, dan investasi
kajian dengan menyediakan template pembangunan agar dapat memberi
manfaat bagi masyarakat tersebut.

3.1 Persiapan Proses Kajian


Sebelum memulai proses kajian di informasi/data sekunder yang relevan
masyarakat, PMI kabupaten/kota memiliki untuk memulai proses dari apa yang
tanggung jawab untuk melakukan sudah diketahui sebelumnya. Analisis
perencanaan dan persiapan dengan konteks di tingkat nasional, provinsi,
berkoordinasi dengan berbagai mitra, kabupaten/kota, dan tentunya di tingkat
termasuk masyarakat itu sendiri. desa/kelurahan, dilakukan dengan
Perencanaan yang matang akan akan mengumpulkan informasi spesifik yang
berimbas pada keberhasilan proses kajian dapat menggambarkan masyarakat di
dan hasil kajian itu sendiri. Adapun mana Anda berada. Dengan demikian,
beberapa hal yang perlu dipersiapkan setidaknya kita akan memiliki gambaran
adalah sebagai berikut: awal terkait faktor yang memengaruhi
kerentanan dan kapasitas masyarakat.
a. Pengumpulan Data Sekunder
Seluruh informasi ini kemudian dibuat
Di awal proses EVCA, PMI dianjurkan menjadi Lembar Fakta Masyarakat
mengumpulkan dan menganalisis

28 | BUKU PANDUAN
sederhana yang memberi informasi latar yang berkaitan dengan penggunaan
belakang (demografi, topografi, tool/alat dari EVCA. PMI kabupaten/kota
kesehatan dan morbiditas, ekonomi perlu memperhatikan komposisi tim
lokal, struktur dan afiliasi politik, fasilitator EVCA, yang nantinya akan
statistik kriminalitas, dll), gambaran menentukan keterbukaan masyarakat
kapasitas, dan sumber daya (layanan dan dalam mengemukakan pendapat mereka
infrastruktur dasar, dll.) yang tersedia di terkait kebutuhan, kapasitas dan
masyarakat. prioritas aksi. PMI kabupaten/kota perlu
memperhatikan komposisi gender dalam
b. Identifikasi Sumber Daya Manusia,
tim dan mewakili keberagaman di
Waktu, dan Anggaran
masyarakat. Keterlibatan anggota SIBAT
Identifikasi jumlah sumber daya manusia
dalam tim EVCA akan mendorong rasa
(SIBAT, KSR, Staf) yang akan terlibat
kepemilikan di masyarakat akan hasil
dalam proses kajian risiko, waktu yang
kajian EVCA.
paling tepat untuk PMI dan masyarakat,
e. Identifikasi Tools EVCA yang Akan
sumber anggaran dan detail anggaran.
Digunakan
PMI perlu memperhatikan detail tempat,
makan siang dan kudapan, transpor yang Selain data sekunder dan lembar fakta
dibutuhkan, mobilisasi sukarelawan, masyarakat, PMI kabupaten/kota perlu
staf, dan SIBAT. memilih tools yang paling tepat yang
akan digunakan dalam proses kajian
c. Identifikasi Narasumber
risiko. PMI perlu mengingat bahwa tidak
PMI perlu mengidentifikasi peserta ada tools EVCA yang harus digunakan di
kajian risiko, seperti kelompok marginal setiap konteks. Pemilihan tools tersebut
dan memetakan mitra perwakilan dari
harus didasarkan pada tahapan proses
lembaga desa/kelurahan, atau instansi
kajian berdasarkan elemen risiko yang
di bidang tertentu yang dirasa akan
telah direkomendasikan dalam EVCA.
dapat menjadi sumber informasi yang
Beberapa tools akan lebih cocok pada
tepat sesuai dengan kebutuhan elemen tahapan kajian ancaman, dan beberapa
risiko dan perangkat EVCA. PMI perlu
tools lainnya lebih cocok untuk mengkaji
memikirkan bagaimana cara melibatkan
informasi kapasitas. PMI tidak harus
narasumber yang sudah diidentifikasi
menggunakan seluruh tools yang telah
dan tujuan pelibatan mereka dalam dipetakan dalam EVCA, apalagi ketika
proses kajian risiko. penggunaan tools tersebut adalah untuk
d. Identifikasi Mekanisme Lokalatih menghasilkan informasi yang lama.
Dalam mendukung pelaksanaan EVCA di
masyarakat, perlu dilakukan lokalatih

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 29


Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam proses persiapan:
a. Memastikan bahwa masyarakat memahami tujuan dari proses kajian dan
pentingnya proses ini dalam membangun ketangguhan.
b. Memastikan apakah proses kajian serupa, atau biasa dikenal dengan PRA, sudah
pernah dilakukan sebelumnya dan pembelajaran yang bisa dipetik dari proses
tersebut.
c. Perwakilan dari kelompok rentan sudah terpetakan.
d. Memastikan bahwa masyarakat mengerti aspek praktis lainnya seperti penyediaan
makan siang, uang transpor, suvenir, dll.
e. Konfirmasi persetujuan keterlibatan masyarakat, termasuk terkait pengambilan
dokumentasi seperti foto dan video.

Seluruh hal ini bisa dilakukan secara bertahap atau sekaligus melalui pertemuan awal
dengan masyarakat/perwakilan masyarakat.

Perlu diingat bahwa PMI memiliki pendekatan Pelibatan dan Akuntabilitas


Masyarakat (Community Engagement and Accountability) untuk memperkuat
komunikasi dengan dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan mempromosikan
keterlibatan mereka dalam desain dan penyampaian program dan operasi tanggap
darurat, seperti feedback mechanism dan rumor management.

3.2 Kajian Risiko Bencana


mereka hadapi, kelompok mana yang akan
3.2.1 Enhanced Vulnerability and
terkena dampak terburuk, sumber daya
Capacity Assessment (EVCA)
yang tersedia di semua tingkatan untuk
EVCA berupaya untuk memperbaiki proses upaya pengurangan risiko, dan inisiatif apa
asesmen dengan mengurutkan langkah- yang bisa dilakukan untuk memperkuat
langkah kajian dan mengenali fokus elemen kapasitas kelompok masyarakat untuk
risiko dengan lebih jelas (ancaman mengurangi risiko yang mereka hadapi.
keterpaparan, kerentanan dan kapasitas) Perspektif dan prioritas ini sangat penting
sehingga mempermudah dan memperkuat untuk perencanaan program dan
proses analisis. keberhasilan setiap rencana pengurangan
risiko yang dihasilkan. Hasil dari EVCA juga
EVCA memberi kesempatan bagi
berfungsi memberikan informasi dalam
masyarakat, bila perlu dengan dukungan
pemilihan dan pengambilan keputusan yang
PMI, untuk mengeksplorasi asal risiko yang
paling tepat.

30 | BUKU PANDUAN
a) Proses Partisipatif dan Pemberdayaan masyarakat, dan infrastruktur pada
tingkat dan dengan cara yang sama.
EVCA bukanlah sekadar proses
Suatu ancaman bencana dapat
pengumpulan data, analisis, dan
memengaruhi dan memberikan dampak
perencanaan aksi, tetapi juga
yang berbeda kepada kelompok
merupakan proses pembelajaran dan
masyarakat. Dengan skala ancaman
pemberdayaan di mana masyarakat
bahaya yang sama, dampak suatu
didorong untuk menjadi penggerak
bencana bisa berbeda tergantung pada
dalam hal pemahaman risiko,
keterpaparan, kerentanan, kemampuan,
pengurangan risiko, dan upaya
dan kapasitas untuk bertahan dan
membangun ketangguhan. Partisipasi
beradaptasi.
inklusif dari masyarakat merupakan hal
dasar agar proses benar-benar Dengan kata lain, risiko bencana
memberdayakan masyarakat dan berbanding lurus dengan besarnya
memiliki dampak yang berkelanjutan. bahaya, tingkat kerentanan dan
Masyarakat bukanlah entitas yang keterpaparan, dan berbanding terbalik
seragam, oleh sebab itu fasilitator dengan kerentanan dan kapasitas
seperti SIBAT dan KSR harus menerapkan terhadap suatu ancaman bahaya. Risiko
pendekatan gender dan keberagaman bencana sering diformulasikan sebagai
untuk memastikan keterlibatan semua berikut:
kelompok masyarakat termasuk Risiko = Bahaya x Keterpaparan x Kerentanan
kelompok rentan. Dengan pendekatan Kapasitas
ini, fasilitator EVCA perlu memahami
EVCA membantu masyarakat untuk
kebutuhan, kapasitas dan prioritas
memahami faktor risiko saat ini dan yang
masing-masing kelompok masyarakat,
akan muncul berikut penyebabnya dan
baik itu berdasarkan gender, usia,
aksi yang dapat membantu mengurangi
penyandang disabilitas, dan individu dari
dampaknya. Perlu diingat bahwa
berbagai kelompok sosial, budaya,
masyarakat perkotaan memiliki karakter
ekonomi, dan agama, termasuk
yang lebih beragam akan lebih sulit
kelompok migran yang membentuk
untuk didefinisikan dan disatukan
masyarakat itu.
sehingga membutuhkan langkah ekstra
Ancaman bencana tertentu tidak untuk mengidentifikasi elemen
memengaruhi semua individu, keluarga, masyarakat yang berbeda.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 31


b) Proses Multidisiplin elemen seperti pemerintah desa dan
daerah, BNPB, kementerian terkait,
Pada umumnya bahaya akan
badan meteorologi, LSM, sektor swasta
memengaruhi lebih dari satu sektor di
dan lembaga akademis. PMI harus
masyarakat. Banjir dapat memengaruhi
mendampingi dan membantu
mata pencaharian masyarakat,
menghubungkan masyarakat dengan
mencemari sumber air dan menyebabkan
pemangku kepentingan dan aktor yang
penyakit, menghancurkan bangunan
dapat mendukung proses kajian dan
rumah dan sekolah, serta memutus akses
implementasi rencana aksi. Makin
jalan. Pada saat yang sama, proses
banyak pemangku kepentingan yang
pembangunan yang tidak
dilibatkan, makin banyak sumber daya
memperhatikan risiko dan
yang dapat dihimpun dan makin besar
ketidakseimbangan kekuasaan
kemungkinan suksesnya upaya
berpotensi menciptakan kerentanan
pengurangan risiko. Namun, dibutuhkan
baru atau memperparah kerentanan
kesabaran dan perencanaan yang
yang ada. Misalnya, sekolah yang
matang karena bekerja dengan banyak
dibangun di daerah rawan gempa tanpa
pemangku kepentingan dapat menjadi
menggunakan teknik konstruksi tahan
rumit. Penting untuk PMI dan tim SIBAT
gempa akan membuat anak-anak di
berpikir secara kreatif tentang
sekolah tersebut berisiko. Kekerasan dan
bagaimana dan siapa yang harus terlibat
konflik dapat mengganggu pelayanan
dan melakukan proses ini dari awal.
pemerintah dan mengakibatkan
kerusakan sumber daya alam yang d) Titik Awal Aksi PMI untuk Masyarakat
menjadi tumpuan masyarakat. Konflik
EVCA harus menjadi pintu masuk untuk
memengaruhi mata pencaharian,
semua kerja PMI di masyarakat karena
kesehatan, tempat tinggal, pendidikan,
hasilnya akan menyediakan gambaran
jalan, komunikasi, dll.
risiko secara keseluruhan. EVCA dapat
Untuk itu kita perlu mengarusutamakan mengungkapkan masalah yang spesifik
sensitivitas risiko di semua sektor dan untuk sektor tertentu di mana kita tidak
mempertimbangkan semua sektor saat memiliki cukup informasi. Untuk
melakukan kajian/asesmen risiko dan mengeksplorasi isu-isu sektoral tersebut,
perencanaan pengurangan risiko PMI memiliki pendekatan asesmen
bencana sehingga dapat membuat upaya sektoral yang akan dan dapat
pengurangan risiko berhasil dan memberikan informasi lebih mendalam.
berkelanjutan. Itulah mengapa EVCA
dikembangkan agar sesuai dengan semua 3.2.2 EVCA dan Perubahan Iklim
jenis ancaman dan untuk memahami Cuaca ekstrem yang telah memengaruhi
lanskap risiko secara keseluruhan di masyarakat kemungkinan besar akan lebih
masyarakat terlepas dari sektornya. sering terjadi dan lebih parah dalam
Oleh karena itu, disarankan agar tim beberapa dekade mendatang. Dalam kurun
fasilitator memiliki latar belakang 20 tahun, bencana hidrometeorologi sudah
keahlian yang beragam dalam berlipat ganda dan mengganggu kesehatan
mendampingi dan memfasilitasi proses masyarakat, mata pencaharian dan
EVCA. pendidikan, serta mengakibatkan
c) Proses Multipemangku Kepentingan kerusakan infrastruktur seperti jalan dan
rumah. Perubahan suhu, permukaan laut,
EVCA merupakan proses multipemangku
curah hujan, dan musim secara bertahap
kepentingan yang melibatkan berbagai

32 | BUKU PANDUAN
dari waktu ke waktu dapat memengaruhi seharusnya tidak hanya selalu fokus pada
sektor pertanian dan ketersediaan air, dll. aspek negatif dari variabilitas dan
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat perubahan iklim, tetapi juga
untuk tidak hanya membuat rencana aksi memanfaatkan kondisi tersebut jika
atau mengambil tindakan berdasarkan memiliki dampak positif. Salah satu
pengalaman masa lalu, namun juga perlu langkah yang diperlukan untuk membuat
merencanakan untuk potensi masa depan program berbasis masyarakat yang lebih
yang lebih parah dan tidak pasti. 'cerdas iklim' adalah menyesuaikan
pendekatan EVCA yang dapat
Perubahan iklim mungkin sudah tidak asing
menggunakan wawasan tentang
lagi bagi masyarakat Indonesia. Di belahan
perubahan pola risiko di masyarakat,
dunia lain, perubahan pola iklim dan cuaca
serta informasi iklim yang tersedia untuk
atau “fenomena cuaca unik”' yang
membantu mempersiapkan rencana
berkaitan dengan suhu dan curah hujan
pengurangan risiko masyarakat untuk
(terutama yang sumber pendapatannya
menghadapi masa depan yang terus
bergantung pada iklim seperti pertanian)
berubah dan lebih tidak pasti.
telah mendapatkan perhatian khusus.
Perubahan iklim atau pola cuaca baru ini 2. EVCA tidak boleh diubah menjadi “EVCA
menjadi tantangan bagi pengetahuan iklim” dengan hanya fokus pada paparan
tradisional. Masyarakat perlu mengenali perubahan iklim sehingga mengabaikan
dan mendiskusikan perubahan-perubahan faktor lain yang memengaruhi risiko di
ini untuk memberikan peluang munculnya masyarakat.
strategi baru dan menyatukan ide-ide ini ke
dalam rencana pengurangan risiko 3.2.3 EVCA dalam Konteks Perkotaan
masyarakat melalui proses EVCA. Namun Metodologi EVCA cukup fleksibel dan
begitu, ada 2 hal yang harus diperhatikan: relevan untuk dapat diterapkan dalam
1. Semua rencana aksi pengurangan risiko semua konteks masyarakat, baik pedesaan
berbasis masyarakat yang baik dan yang maupun perkotaan. Saat ini kota-kota besar
menangani bahaya di Indonesia terpapar risiko seismik dan
hidrometeorologi/cuaca dalam batas mengalami bencana banjir berulang,
tertentu sudah berkontribusi pada kebakaran, dan pertumbuhan jumlah
adaptasi perubahan iklim karena populasi pengungsi. Risiko dan kerentanan
membangun kesiapsiagaan yang lebih yang dihadapi masyarakat kota tidak dapat
baik dan ketangguhan masyarakat sepenuhnya dipahami tanpa menggunakan
terhadap dampak negatif peristiwa perspektif skala kota.
cuaca ekstrem. Masyarakat juga

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 33


Di lingkungan perkotaan, masalah lokal Protection, Gender and Inclusion atau PGI
sering kali disebabkan oleh fenomena dalam metodologi, proses perencanaan,
nonlokal sehingga solusi harus dicari di luar pengumpulan data, dan analisis. Penting
komunitas baik di skala lokal, kota, nasional untuk tidak hanya melihat masyarakat
atau terkadang, bahkan internasional. Ini sebagai sebuah entitas yang sama, tetapi
berimplikasi pada jumlah dan jenis orang, juga mengarusutamakan pendekatan ini
organisasi, departemen, dan lembaga yang untuk memastikan bahwa SIBAT atau pun
mungkin perlu menjadi atau sudah terlibat PMI tidak hanya terlibat, tetapi juga
dalam proses asesmen. Memetakan sistem memahami kebutuhan, kapasitas, prioritas
perkotaan yang esensial (kesehatan, wanita, pria, anak laki-laki, anak
energi, air, pengelolaan limbah, dll.) dan perempuan, penyandang disabilitas, dan
menganalisis cara sistem ini bekerja dan individu dari berbagai kelompok sosial,
lingkungan binaan masing masing sistem budaya, ekonomi, dan agama yang
akan berdampak pada kebutuhan populasi membentuk suatu masyarakat. Gerakan
jika terjadi bencana dan sangat penting Palang Merah dan Bulan Sabit Merah paham
untuk meningkatkan ketangguhan bahwa langkah kesiapsiagaan dan respons
masyarakat. Sebaliknya, rencana aksi kelompok perempuan dan laki-laki
masyarakat tidak akan memiliki dampak terhadap bencana berbeda karena peran
yang diinginkan jika tidak dikaitkan dengan sosial mereka dalam rumah tangga dan
pemangku kepentingan utama tingkat kota, dalam masyarakat, serta ekspektasi yang
terutama pemerintah daerah dan otoritas berbeda untuk gender tertentu dalam
penanggulangan bencana kota. sistem kemasyarakatan. Oleh sebab itu,
faktor-faktor yang terkait dengan gender
3.2.4 EVCA dan PGI (Protection, dan keragaman seseorang berpengaruh
Gender, and Inclusion) pada risiko dan kerentanan.
EVCA telah berupaya secara sistematis
menerapkan integrasi komponen

34 | BUKU PANDUAN
Di dalam masyarakat, penting bagi para penyandang disabilitas, minoritas etnis,
pemimpin untuk melibatkan orang-orang agama, dan lain-lain.
dari semua kelompok sosial dan ekonomi,
dan khususnya yang paling rentan. Jika 3.2.5 Langkah dan Alat yang
EVCA tidak dilakukan secara inklusif, maka Digunakan dalam Proses EVCA
kita berisiko memperkuat struktur
Langkah proses kajian dan panduan
kekuatan yang tidak adil dan memperdalam
pertanyaan kunci proses:
kerentanan dan marginalisasi beberapa
kelompok, seperti perempuan, lansia,

Dalam EVCA, proses kajian dibuat keseluruhan dan tujuan penggunaan tools
sesistematis mungkin berdasarkan elemen untuk mendukung proses kajian tersebut.
risiko, dengan memberikan pertanyaan
Untuk mendukung proses kajian risiko,
kunci di tiap proses, seperti grafik di atas.
EVCA menyediakan berbagai macam tools
Fasilitator ahli PMI dapat mengadaptasi dan
yang kegunaannya dapat disesuaikan
menggunakan tools sesuai kebutuhan
dengan konteks masyarakat. Penting untuk
sehingga tidak harus menggunakan seluruh
PMI dan SIBAT mendiskusikan pemilihan alat
tools yang tersedia. Yang perlu diingat
kajian yang tepat dan relevan sesuai
adalah tujuan di tiap proses secara
kebutuhan fokus elemen risiko.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 35


Seperti yang dijelaskan pada bagian yaitu untuk memperkenalkan apa yang
Persiapan Kajian, PMI menganjurkan dimaksud dengan kerentanan, apa yang
pengumpulan data sekunder untuk mempengaruhinya, dan mengetahui
wilayah/desa/kelurahan, yang bisa identitas kelompok rentan di masyarakat,
didapatkan dari berbagai sumber. Selain serta spesifikasi kerentanan menurut
itu sebelum memulai seluruh kajian, PMI masyarakat. Brainstorming kapasitas dan
menganjurkan proses brainstorming (curah sumber daya untuk tiap ancaman bahaya
pendapat), yaitu teknik berdiskusi untuk yang diprioritaskan, yang tersedia di
memperkenalkan, mengumpulkan masyarakat di seluruh tingkatan (rumah
gagasan/ide, dan solusi dari suatu masalah tangga, desa, kabupaten/kota). Ini
atau topik kajian. Dalam konteks EVCA, termasuk kapasitas dan sumber daya untuk
brainstorming terkait ancaman bahaya kelompok rentan yang sudah diidentifikasi
adalah untuk mengingatkan arti bahaya dan sebelumnya.
definisinya, mengetahui secara singkat
Untuk mempermudah proses EVCA, alat
bahaya yang dapat dipikirkan dan yang
asesmen sudah dibagi berdasarkan fokus
relevan bagi masyarakat. Demikian juga
dan fase kajian.
dengan brainstorming kajian kerentanan,

Langkah Rekomendasi detail langkah Rekomendasi Alat

Pengumpulan Informasi Awal

Pengumpulan profil 1. Secondary Data


dan informasi 2. Key Informant Interview
masyarakat

Kajian Ancaman dan Keterpaparan

Profil sejarah Profil sejarah

36 | BUKU PANDUAN
Langkah Rekomendasi detail langkah Rekomendasi Alat

(Bisa dilengkapi dengan hasil diskusi


Identifikasi
kelompok, wawancara informan kunci
ancaman/ bahaya
(key informant interview - KII), dan
utama
review data sekunder)

Bahaya yang muncul dan terus Data sekunder


berganti

Prioritas bahaya Membuat peringkat bahaya (melalui


sidang pleno atau diskusi kelompok
terpumpun (focus group discussion -
FGD)

Karakterisasi prioritas bahaya Tabel ringkasan bahaya

Identifikasi Pemetaan bahaya dan Pemetaan (riwayat transek dan FGD)


Keterpaparan keterpaparan

Riwayat transek dan observasi Riwayat transek dan observasi langsung


langsung

Sintesis bahaya dan keterpaparan Ranking/scoring, analisis FGD

Kajian Kerentanan dan Kapasitas

Kajian kerentanan Kalender Musim Diawali dengan brainstorming kemudian


diskusi FGD menggunakan Kalender
Musim

Pemetaan Kerentanan Pemetaan melalui FGD

Penyebab dasar kerentanan Visualisasi sejarah (melalui FGD)

Kajian dampak dan penyebab Pohon masalah (melalui FGD)

Riwayat Transek Transect walk/observasi langsung

Pendalaman masalah Analisis mata pencaharian

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 37


Langkah Rekomendasi detail langkah Rekomendasi Alat

Ringkasan Kerentanan Tabel ringkasan kerentanan

Kajian Kapasitas Mengidentifikasi kapasitas Data sekunder, KII


manusia dan sosial

Pemetaan Kapasitas Pemetaan aktor dan sumber daya


(melalui FGD dan proses brainstorming)

Kajian organisasi masyarakat Diagram Venn, analisis SWOT

Ringkasan kapasitas Tabel sintesis kapasitas

Menganalisis dan Menyimpulkan Tingkat Risiko

Menyimpulkan tingkat risiko Ranking risiko

Catatan: Penggunaan tool kajian risiko ini dapat ditemukan di Panduan EVCA.

Selain itu, PMI juga perlu mempersiapkan sumber citra satelit lainnya. Peta ini dapat
atau melakukan pemetaan yang digunakan untuk menyoroti kesenjangan
menunjukkan gambaran topografi wilayah. informasi dan merupakan alat verifikasi
Peta dasar dapat didasarkan pada cetakan yang membantu dalam proses diskusi
peta atau citra satelit seperti dari Citra dengan anggota masyarakat.
Google, Open Street map, Bing map atau

38 | BUKU PANDUAN
Pemetaan partisipatif adalah proses memetakan oleh dan bersama kelompok
masyarakat mengenai tempat/wilayah di mana mereka hidup. Karena masyarakat
yang hidup dan bekerja di tempat itulah yang memiliki pengetahuan mendalam
mengenai wilayahnya. Jadi, hanya mereka yang bisa membuat peta secara lengkap
dan akurat mengenai sejarah, tata guna lahan, pandangan hidup, dan harapan masa
depan.
Peta dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dengan paparan bahaya seperti
daerah rawan banjir atau bahaya kesehatan, menunjukkan kelompok dan infrastruktur
mana seperti klinik kesehatan, sekolah, rumah yang rentan, serta memetakan lokasi
sumber daya dan layanan (misalnya toko dan bisnis, klinik, sekolah, pasar dll) yang
merupakan kapasitas dalam masyarakat.

• Beri peringkat bahaya/ancaman


3.2.6 Kajian Bahaya dan
sehingga masalah yang paling serius
Keterpaparan
dapat diatasi terlebih dahulu.
Tujuan utama dari proses kajian bahaya dan • Dorong masyarakat untuk membatasi
keterpaparan adalah sebagai berikut: jumlah bahaya prioritas maksimal tiga.
1. Untuk mengidentifikasi semua ancaman Proses dapat dilakukan dengan berbagai
baik alam maupun buatan yang dialami cara yang adil dan inklusif. Dorong
masyarakat dan memprioritaskannya. anggota masyarakat untuk berpikir
2. Untuk memahami seluruh jenis dan dengan hati-hati tentang metode
penentuan prioritas yang terbaik untuk
sifat bahaya yang diprioritaskan
mereka.
3. Untuk memahami tingkat
keterpaparan yang berbeda di
• Dampingi masyarakat untuk menganalisis
masyarakat
dan menggambarkan sifat dan perilaku
Dalam konteks EVCA, brainstorming terkait dari tiga bahaya prioritas/teratas.
ancaman bahaya adalah untuk Triangulasi informasi tersebut dengan
mengingatkan arti ancaman dan keahlian eksternal – misalnya, spesialis
definisinya, mengetahui secara singkat yang relevan di universitas atau badan
ancaman yang dapat dipikirkan dan yang meteorologi nasional, dan bawa
relevan bagi masyarakat. informasi tersebut ke dalam diskusi
masyarakat. Misalnya, masyarakat
• Gunakan alat EVCA untuk
mengeksplorasi bahaya/ancaman lokal mungkin melaporkan banjir yang lebih
lintas ruang (pemetaan), lintas waktu parah saat ini daripada di masa lalu –
(profil historis/sejarah bencana, sehingga mudah untuk menyalahkan
kalender musim) dan lintas kelompok perubahan iklim. Namun jika data cuaca
sosial (mengulangi penggunaan alat yang setempat tidak menunjukkan adanya
sama dalam setting sosial yang berbeda perubahan intensitas curah hujan,
mungkin perubahan dalam pengelolaan
menurut kesepakatan umur, jenis
DAS di hulu menjadi faktor yang
kelamin, dll).
memengaruhi intensitas banjir.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 39


Keterpaparan Keterpaparan Keterpaparan Skor
Bahaya
Tinggi, Apa dan Sedang, Apa dan Rendah, Apa dan (tinggi, sedang,
Prioritas
Siapa siapa Siapa dan rendah)

Banjir - 60 rumah - 30 rumah - 20 rumah Tinggi


berada di berada di dekat panggung
dataran rendah bantaran sungai dengan struktur
- TMA 1 meter - TMA 30 cm semen yang
kuat.
- Lama genangan - 120 orang
Air terpapar - 100 rumah di
dataran tinggi
- 280 orang - 7 hektar ladang
terpapar - TMA 15 CM
- 1 Puskesmas - 1 mata air
- 1 SD - 300 orang
- 50 hektar sawah

Gempa Bumi Sedang

Erupsi
Gunung Api

Salah satu alat yang direkomendasikan


dalam tahapan ini adalah pemetaan 3.2.7 Kajian Kerentanan dan
bahaya, ancaman, dan potensi ancaman Kapasitas
yang berdampak pada masyarakat melalui Faktor fisik, ekonomi, manusia, sosial, dan
focus group discussion/transect walk/spot alam menentukan tingkat kerentanan
map atau kombinasi ketiganya. Paling tidak masyarakat dan tingkat kapasitas mereka
terdapat 3 hal yang berkaitan dengan untuk mempersiapkan, merespons, dan
ancaman yang perlu dipahami (termasuk pulih dari bahaya. Kemiskinan tentu saja
sebaran ancaman, frekuensi, dan merupakan kontributor utama kerentanan.
intensitas), yaitu: Orang miskin sering kali tinggal dan bekerja
• Ancaman yang disebabkan oleh alam di daerah yang terpapar potensi bahaya,
(seperti gempa), dan kurang memiliki sumber daya untuk
menghadapi bencana. Dalam kajian
• Ancaman yang disebabkan oleh nonalam
kerentanan, cobalah untuk menjawab
(seperti gagal teknologi), dan
pertanyaan “Apa yang membuat
• Ancaman yang disebabkan oleh manusia masyarakat, atau kelompok tertentu di
(seperti konflik sosial). dalam masyarakat, rentan terhadap suatu
ancaman?”

40 | BUKU PANDUAN
Selain kerentanan, masyarakat juga akan • Salah satu alat rekomendasi untuk
selalu memiliki kapasitas di tingkat brainstorming kerentanan dan kapasitas
individu, rumah tangga, dan di masyarakat adalah bintang ketangguhan sejalan
itu sendiri. Kajian kapasitas mencoba dengan dimensi ketangguhan di tiap
menjawab pertanyaan “Kekuatan apa yang ancaman.
tersedia di tingkat individu, rumah tangga, • Tentukan metode pengumpulan data
dan masyarakat yang dapat dimobilisasi dan untuk informasi kerentanan masyarakat.
diakses untuk mengurangi dampak bahaya Alat yang paling sering digunakan adalah
tertentu?”. Kapasitas apa (manusia, sosial, riwayat transek, observasi langsung,
ekonomi, fisik, alam dan jejaring) bukan diskusi kelompok terfokus, KII, dan
cuma di dalam masyarakat, tetapi juga di survei.
luar masyarakat, yang dapat dimobilisasi
• Identifikasi kelompok atau subkelompok
dan diakses untuk mengurangi dampak
rentan berdasarkan prioritas bahaya
negatif dari bahaya. Kerentanan dan
yang ditentukan. Dalam konteks
kapasitas adalah dua sisi mata uang.
masyarakat yang beragam dan luas,
Kerentanan menutupi kelemahan
pertimbangkan untuk memilih
sementara kapasitas menutupi kekuatan.
subkelompok yang secara umum mirip,
• Brainstorming kajian kerentanan, yaitu atau mewakili masyarakat.
untuk memperkenalkan apa yang • Pengumpulan data dapat melibatkan
dimaksud dengan kerentanan, apa yang masyarakat dengan beberapa cara
memengaruhinya dan mengetahui tergantung alat yang dipilih. SIBAT dan
identitas kelompok rentan di masyarakat personal PMI dapat melakukan survei
dan spesifikasi kerentanan menurut atau melakukan kunjungan bersama
masyarakat. Brainstorming kapasitas beberapa anggota masyarakat untuk
dan sumber daya untuk tiap ancaman melakukan observasi langsung, atau KII
bahaya yang diprioritaskan, yang dengan tokoh masyarakat. Bila
tersedia di masyarakat di seluruh memungkinkan, untuk setiap prioritas
tingkatan (rumah tangga, desa, bahaya, diskusikan bersama masyarakat
kabupaten/kota). Ini termasuk kapasitas apa dampak masing masing bahaya dan
dan sumber daya untuk kelompok rentan mengapa hal itu memengaruhi mereka
yang sudah diidentifikasi sebelumnya. (aspek kerentanan). Tujuan hal ini
adalah untuk mengetahui dampak

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 41


berbeda untuk tiap kelompok rentan dan • Jika memungkinkan, disagregasi
penyebabnya. Gunakan karakteristik (pemilahan) data berdasarkan
masyarakat rentan sebagai acuan diskusi subkelompok kunci yang diidentifikasi
kerentanan. untuk dibandingkan. Contoh: Kelompok
• Kumpulkan seluruh data dari tiap alat perempuan memprioritaskan risiko
yang digunakan dan pastikan bahwa kesehatan, sementara kelompok pria
informasi tersebut lengkap. Hasil kajian memprioritaskan risiko terkait cuaca.
prioritas bahaya dapat membantu • Merangkum hasil temuan kerentanan
konsolidasi informasi temuan kajian dalam tabel dengan informasi bahaya
kerentanan. Dampingi masyarakat untuk dan karakteristik/dimensi masyarakat
dapat menganalisis dan triangulasi data tangguh, aspek kerentanan, dampak.
berdasarkan sumber dan perspektif yang Lalu alokasikan skor untuk masing-
berbeda (lintas waktu, kelompok sosial, masing karakteristik (tinggi, sedang,
dan lokasi). atau rendah) seperti tabel berikut:

Skor
Ancaman Dimensi Dampak (masa lalu Aspek Kerentanan
(tinggi, sedang,
/ Bahaya Ketangguhan dan masa depan) dan Penyebab
dan rendah)

Banjir Pengelolaan Kematian dan luka- Tidak ada informasi Tinggi


risiko luka, 60 rumah peringatan dini,
rusak berat masyarakat tidak bisa
berenang, kelompok
penyandang disabilitas
tinggal di kawasan
rawan banjir

Kesehatan Penyakit Sebagian besar Sedang


pascabanjir penduduk sadar akan
praktik kebersihan
untuk menghindari
penyakit yang
ditularkan setelah
banjir.
Populasi migran sering
kekurangan akses ke
klinik dan pelayanan
kesehatan.

Air dan
Sanitasi

Hunian

42 | BUKU PANDUAN
Skor
Ancaman Dimensi Dampak (masa lalu Aspek Kerentanan
(tinggi, sedang,
/ Bahaya Ketangguhan dan masa depan) dan Penyebab
dan rendah)

Makanan dan
Nutrisi

Kohesi Sosial

Inklusi

Peluang Rusaknya hasil Tidak ada mata Sedang


EKonomi panen pencaharian alternatif
untuk sebagian besar
masyarakat

Pelayanan dan Rusaknya jalan dan Saluran drainase yang


infrastruktur bangunan buruk, standar
bangunan yang tidak
baik

Pengelolaan
sumber daya
alam

Keterhubungan Kurangnya Masyarakat tidak Tinggi


dukungan tepat memiliki hubungan
waktu dari dengan
organisasi eksternal kantor BPBD Kabupaten
setelah bencana

Pembuatan peta kerentanan berguna Proses ini juga dilakukan dalam kajian
menggambarkan kondisi kerentanan kapasitas. Setelah mengidentifikasi
masyarakat dalam menghadapi ancaman kapasitas yang ada di masyarakat, gunakan
bencana dalam sebuah wilayah. Bentuknya alat seperti Diagram Venn untuk
bermacam-macam dan bervariasi, menganalisis pentingnya dan pengaruh
tergantung jenis kerentanannya, misalnya lembaga tersebut dalam kehidupan
kerentanan tanah, sosial ekonomi, dan lain- masyarakat. Lakukan latihan ini secara
lain. Peta visual kerentanan dapat terpisah untuk setiap bahaya yang
dilakukan bersama masyarakat melalui diprioritaskan, lalu rangkum kapasitas dan
FGD, transect map/spot map. sumber daya tersebut dalam tabel berikut:

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 43


Bahaya Karakteristik Kapasitas (masyarakat, rumah tangga,
Skor (tinggi,
Masyarakat individu)
sedang, rendah)
Tangguh

Banjir Manajemen risiko Pemerintah desa memiliki akses Rendah


terhadap prediksi cuaca melalui telepon
genggam, namun tidak memiliki
pengetahuan untuk menafsirkan dan
mengambil aksi.
2 guru olahraga renang

Kesehatan SIBAT berpengalaman dalam


mempromosikan kebersihan
Sebanyak 4 klinik untuk pelayanan
kesehatan, dan tenaga kesehatan yang
mumpuni
Warga memiliki akses ke pelayanan
kesehatan gratis.

Air dan Sanitasi

Hunian

Makanan dan
Nutrisi

Kohesi Sosial Masyarakat memiliki kepemimpinan yang Sedang


baik; Budaya orang-orang yang berbagi
sumber daya fisik yang mereka miliki
pada saat dibutuhkan

Inklusi

Peluang Ekonomi

Pelayanan dan
infrastruktur

Pengelolaan
Sumber Daya Alam

44 | BUKU PANDUAN
Bahaya Karakteristik Kapasitas (masyarakat, rumah tangga,
Skor (tinggi,
Masyarakat individu)
sedang, rendah)
Tangguh

Keterhubungan SIBAT yang memiliki keterhubungan Rendah


dengan PMI, BPBD, dan institusi lain di
kabupaten

Pemetaan kapasitas dilakukan guna suatu ancaman bencana di suatu wilayah.


menggambarkan sumber daya dan Pemetaan dilakukan bersama masyarakat
kemampuan masyarakat untuk melalui focus group discussion, transect
mengantisipasi dan memperkecil dampak map, spot map.

3.3 Mengukur Ketangguhan


Salah satu pelajaran dari praktik Untuk memenuhi level risiko, silakan
penggunaan VCA adalah proses analisis merujuk kembali ke formulasi risiko:
risiko dilakukan di akhir ketika seluruh Risiko = Bahaya x Keterpaparan x Kerentanan
informasi dari tiap alat sudah terkumpul Kapasitas
sehingga membuat analisis menjadi lebih
sulit dikarenakan data yang melimpah. Risiko berbanding lurus dengan bahaya,
Dalam EVCA, penggalian informasi keterpaparan dan kerentanan, dan
berdasarkan tiap elemen risiko diakhiri berbanding terbalik dengan kapasitas untuk
dengan tahap konsolidasi berdasarkan menangani suatu bahaya/ancaman.
prioritas bencana dan rangkuman dalam Artinya:
tabel yang menyertakan kesepakatan • Tingkat risiko tinggi ketika kerentanan
scoring. Cara ini diharapkan akan tinggi dan kapasitas rendah
mempermudah pengambilan keputusan • Tingkat risiko rendah ketika kerentanan
untuk rencana aksi. Dengan menyatukan rendah dan kapasitas tinggi.
hasil paparan, kerentanan, dan kapasitas
untuk setiap bahaya, masyarakat akan Berikut adalah matriks yang dapat menjadi
dapat mulai memahami situasi mereka rujukan ketika berdiskusi terkait level
dengan lebih jelas dan terstruktur. risiko.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 45


Jadi kesimpulan untuk bahaya banjir akan berbentuk di bawah ini:

Dimensi Rank/ Rank/ Ranking


Kerentanan Kapasitas Hasil Analisis Risiko
Ketangguhan Skor Skor Risiko

Pengelolaan risiko Tidak ada informasi Tinggi Pemerintah desa memiliki akses Rendah Kelompok rentan Tinggi
peringatan dini, masyarakat terhadap prediksi cuaca melalui tinggal di zona banjir.
tidak bisa berenang, telepon genggam, namun tidak Akses informasi
kelompok penyandang memiliki pengetahuan untuk peringatan dini
disabilitas tinggal di menafsirkan dan mengambil aksi. terbatas untuk
kawasan rawan banjir. pemerintah desa
2 Guru olahraga renang
sehingga dibutuhkan
peningkatan
pengetahuan untuk
mampu
menindaklanjuti
peringatan dini yang
diterima.

Kesehatan Sebagian besar penduduk Sedang SIBAT berpengalaman dalam Tinggi Rendah
sadar akan praktik mempromosikan kebersihan.
kebersihan untuk
Ada 4 klinik untuk pelayanan
menghindari penyakit yang
kesehatan jika penyakit pascabanjir
ditularkan setelah banjir.
menyebar.
Populasi migran sering
Warga memiliki akses ke pelayanan
kekurangan akses ke klinik
kesehatan gratis.
dan pelayanan kesehatan.

46 | BUKU PANDUAN
Dimensi Rank/ Rank/ Ranking
Kerentanan Kapasitas Hasil Analisis Risiko
Ketangguhan Skor Skor Risiko

Air dan Sanitasi

Hunian

Makanan dan
Nutrisi

Kohesi Sosial

Inklusi

Peluang Ekonomi Tidak ada mata pencaharian Sedang


alternatif untuk sebagian
besar masyarakat

Pelayanan dan
Infrastruktur

Pengelolaan
Sumber Daya Alam

Keterhubungan

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 47


Dampingi masyarakat untuk diharapkan dapat lebih memahami situasi
mengonsolidasikan informasi kerentanan mereka. Dengan begitu mereka mampu
dan kapasitas dalam tabel seperti di atas memutuskan langkah-langkah apa saja yang
untuk kedua bahaya prioritas lainnya. perlu dilakukan untuk mengurangi risiko di
Buatlah kesimpulan terkait risiko-risiko masyarakat dan membangun ketangguhan.
utama yang sudah diidentifikasi dan Di tahapan ini, PMI kabupaten/kota dan
disepakati. Kerentanan dan kapasitas masyarakat dapat mengolah hasil kajian
berubah seiring waktu, itulah sebabnya risiko yang didapatkan menjadi suatu
proses kajian ini bisa dilakukan secara laporan formal. Sebelum memulai proses
berkala. perencanaan aksi, tim fasilitator EVCA
dianjurkan untuk melakukan latihan visi
Hasil dari analisis di atas dapat dipetakan
dan misi dengan masyarakat wilayah
bersama masyarakat. Peta risiko baik
desa/kelurahan untuk memotivasi dan
digital maupun nondigital adalah peta yang
menginspirasi mereka untuk ketangguhan.
berbasis pada pengkajian ancaman,
Pertanyaan panduan seperti “apa yang
kerentanan dan kapasitas/kemampuan
perlu kita lakukan untuk membangun
yang ada di daerah rawan bencana.
ketangguhan dalam visi misi tersebut“ akan
Pemetaan risiko partisipatif menekankan
menghasilkan ide-ide untuk menurunkan
pada proses saling belajar antara
risiko dan meningkatkan kapasitas. Tim
masyarakat dan sukarelawan PMI.
fasilitator EVCA bisa membantu
Masyarakat harus dilibatkan sejak
mengeksplorasi kapasitas internal dan
perencanaan pemetaan sampai hasil produk
eksternal yang dapat membantu
peta selesai, dan dikomunikasikan kepada
masyarakat mengatasi risiko dan
pemangku kepentingan di masyarakat
kerentanan mereka.
tersebut. Dalam proses ini peran aktif serta
masyarakat lebih diutamakan dan bukan Tim fasilitator EVCA harus menjelaskan
hanya sekadar sebagai pelaksana. bahwa masyarakat harus realistis tentang
besarnya dukungan eksternal yang bisa
Perlu diingat bahwa EVCA bukanlah hasil
diharapkan. Di sini, tugas tim adalah
akhir/produk, namun sebuah proses
membantu masyarakat menyepakati
kepemimpinan masyarakat dalam
beberapa kriteria yang berguna untuk
pengurangan risiko. EVCA dapat dilakukan
memprioritaskan rencana/implementasi
secara berkala sesuai dengan kebutuhan
aksi/kegiatan. Adapun beberapa kriteria
masyarakat.
yang direkomendasikan dalam EVCA adalah
Rencana Aksi Pengurangan Risiko sebagai berikut: dampak, kelayakan,
Masyarakat efektivitas, konektivitas, sensitivitas sosial,
cerdas iklim, ramah lingkungan, dan
Tahapan Rencana Aksi adalah untuk keberlanjutan. Tim fasilitator bisa
mengonsolidasi informasi prioritas ancaman menyediakan checklist, di papan tulis atau
dan dimensi ketangguhan. Hasil kajian poster yang bisa digunakan peserta untuk
kajian risiko di masyarakat akan melihat dengan jelas berapa banyak
menghasilkan suatu prioritas rencana aksi kriteria dan untuk memahami hasil kajian.
yang disepakati bersama. Partisipasi dan pengamatan dari berbagai
Melalui proses brainstorming (seperti tools perwakilan dapat membantu memastikan
penggunaan pohon masalah dan pohon akuntabilitas keputusan dan untuk
solusi), penyepakatan di bintang mengelola potensi konflik.
ketangguhan, dan scoring risiko masyarakat

48 | BUKU PANDUAN
Cara Implementasi
Rencana
Kriteria Bisa Ranking
Aksi Butuh Butuh
dilakukan
bantuan advokasi
sendiri

1. Menguntukan seluruh
Memperbaiki X X 1
masyarakat
drainase
2. Memiliki dampak Gotong Material
langsung terhadap royong
banjir

Hasil prioritas yang ditentukan masyarakat hal tenaga kerja, anggaran, material,
kemudian dapat diuraikan ke dalam bantuan layanan, bantuan teknis, dan
rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk layanan lainnya. Pertimbangkan implikasi
mengurangi risiko. Perkirakan sumber daya lingkungan dan cari pilihan alternatif jika
tambahan yang dibutuhkan, baik itu dalam ada kegiatan yang tidak ramah lingkungan.

Tim fasilitator EVCA bisa mengulang kembali masyarakat dengan pemangku


kegiatan prioritas rencana aksi ini sampai kepentingan eksternal yang memiliki
masyarakat membuat suatu rencana aksi tanggung jawab atau kepentingan dalam
yang komplet. Bila perlu, hubungkan kegiatan pengurangan risiko.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 49


Bagaimana kita
akan
melakukannya? Bagaimana kita
Risiko Deskripsi kegiatan mendapatkan
Sumber daya Kapan akan
yang sumber daya
(jumlah, yang diimpleme- PIC
dicoba di tersebut ?
dibutuhkan ntasikan?
atas penerima
manfaat)

50 | BUKU PANDUAN
BAB IV
BAB 4 PERENCANAAN PARTISIPATIF
PENGURANGAN RISIKO BENCANA-ADAPTASI
PERUBAHAN
PERENCAAN IKLIM YANG TERINTEGRASI
PARTISIPATIF
PENGURANGAN RISIKO
DENGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
BENCANA-ADAPTASI
PERUBAHAN IKLIM YANG
DESA/KELURAHAN
TERINTEGRASI DENGAN
PERENCANAAN PEBANGUNAN
DESA/KELURAHAN

4.1 Perencanaan Partisipasi dalam PRB-API


Hasil kajian dan analisis EVCA dapat diidentifikasi ulang untuk menentukan
digunakan untuk bahan menyusun dan tahapan dan langkah selanjutnya. Data
merumuskan ke dalam dokumen pendukung/sekunder juga bisa didapatkan
perencanaan pembangunan dari masyarakat tingkat RT/RW atau tim
desa/kelurahan. Di wilayah yang memiliki SIBAT yang sudah melakukan kajian analisis
tingkat kerawanan tinggi, ancaman risiko sebelumnya.
kerentanan dan kapasitasnya bisa

Tim SIBAT dapat berperan aktif sebagai perencanaan partisipatif ini merupakan
fasilitator penyusunan perencanaan rumusan rencana pembangunan desa yang
partisipatif bersama-sama dengan dapat terintegrasi dengan aksi pengurangan
masyarakat lainnya, baik sebelum, pada risiko bencana dan adaptasi perubahan
saat, dan sesudahnya. Hasil dari iklim. Hasilnya dapat menjadi usulan agar

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 51


dimasukkan dalam dokumen penyusunan Pemerintah desa/kelurahan memiliki
rencana pembangunan desa/kelurahan dan kewajiban dan tanggung jawab untuk
rencana kerja pemerintah desa/kelurahan. menentukan arah dan kebijakan dalam
Perencanaan pembangunan desa/kelurahan menyusun perencanaan pembangunan yang
bertujuan untuk membangun ketangguhan ada di wilayahnya sesuai dengan
masyarakat dalam menghadapi bencana kewenangannya. Penyusunan perencanaan
dan mengurangi risiko yang ditimbulkannya pembangunan desa/kelurahan ini dapat
sehingga perlu diintegrasikan dan melibatkan semua potensi yang dimiliki
mengarusutamakan pengurangan risiko oleh desa/kelurahan dan masyarakat.
bencana dan adaptasi perubahan iklim.

4.2 Sumber Daya


Dalam menyusun/membuat dokumen dengan karakteristik wilayah yang perlu
perencanaan pembangunan desa/kelurahan disesuaikan juga dengan situasi dan kondisi
diperlukan sumber daya dan pelaku geografis di masing-masing wilayah. Hal
berdasarkan hasil kajian ancaman, risiko, yang perlu diperhatikan dan
kapasitas, kerentanan dan tujuan dipertimbangkan dalam menentukan tim
perencanaan itu sendiri. Setiap penyusun adalah adanya perwakilan unsur
desa/kelurahan tentu memiliki pelaku dan masyarakat yang ada di daerahnya.
sumber daya yang berbeda-beda sesuai

4.3 Metode
Di dalam menentukan perencanaan pemerintah desa, unsur masyarakat, dan
pembangunan desa/kelurahan ada ketua RT/RW untuk menetapkan skala
beberapa metode dan jenis musyawarah prioritas, program kegiatan, dan
yang secara legal diatur dalam peraturan kebutuhan yang dibiayai dari Anggaran
perundangan yang berlaku, peraturan Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes),
daerah, dan peraturan lainnya, yaitu: Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) kabupaten/kota, atau
1. Musyawarah rencana pembangunan desa
dari hubungan kemitraan.
(Musrenbangdes) merupakan
musyawarah yang diikuti oleh BPD,

52 | BUKU PANDUAN
2. Musrenbangcam merupakan musyawarah ditentukan pula skala prioritas
pleno di tingkat kecamatan yang dihadiri pembangunan yang menyesuaikan
oleh perwakilan masing-masing desa dengan kebijakan pemerintah
yang terdiri dari perangkat desa, kabupaten/kota dan diikuti oleh
masyarakat, pendamping dana desa pemangku kebijakan, pendamping dana
dengan memperhatikan persamaan desa, instansi terkait, dan
gender. Musyawarah ini dimaksudkan kemitraan/dunia usaha.
untuk menentukan skala prioritas
Tahapan penyusunan rencana aksi
pembangunan desa/kelurahan
pengurangan risiko bencana sesuai alur
berdasarkan anggaran dan biaya yang
pelaksanaan perencanaan partisipatif agar
ada, baik yang bersumber dari ADD,
dapat diintegrasikan dalam rencana
APBDes, atau APBD kabupaten/kota.
pembangunan desa/kelurahan dengan
3. Musrenbangkab/kota adalah memperhatikan gambar di bawah ini:
musyawarah yang diadakan di tingkat
kabupaten/kota. Dalam musyawarah ini 1. Perencanaan dalam menyusun RPJM
Desa

2. Perencanaan dalam menyusun RKP Desa


(Rencana Kerja Pemerintah Desa) –
Program Tahunan

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 53


Secara garis besar alur perencanaan perubahan iklim di tingkat
partisipatif dalam upaya aksi desa/kelurahan adalah sebagai berikut:
pengurangan risiko bencana dan adaptasi

Rencana Program Jangka


Analisis Risiko dan VCA Menengah (RPJM) Desa
Berdasarkan peta, Rencana Aksi
baseline, VCA Perat
Rencana Kerja Tahunan (RKP) uran
Desa

3. Perencanaan pembangunan di tahun. Dengan demikian, musyawarah


kelurahan-kelurahan dibentuk melalui pembangunan kelurahan dilaksanakan
peraturan daerah kabupaten/kota, yang hanya untuk menyusun rencana kerja
dipimpin oleh lurah dan bertanggung kelurahan sesuai dengan anggaran dari
jawab kepada camat. Sebagai bagian pemerintah kabupaten/kota. Seperti
dari pemerintah kecamatan, kelurahan halnya di desa, maka perencanaan
tidak memiliki rencana pembangunan partisipatif aksi pengurangan risiko
jangka pendek, menengah, atau bencana dan adaptasi perubahan iklim
panjang. Perencanaan pembangunan di juga bisa diintegrasikan ke dalam
kelurahan hanya dalam bentuk rencana kegiatan musyawarah pembangunan
kerja kelurahan yang berlaku untuk satu kelurahan.

54 | BUKU PANDUAN
4.4 Proses
Setelah mendapatkan hasil dari kajian topografi dan demografi di wilayah masing-
analisis ancaman risiko kapasitas dan masing.
kerentanan, tim penyusun RPJM Desa yang
Berikut adalah contoh tabel dan variabel
terdiri dari kepala desa, perangkat, BPD
yang dapat membantu untuk
dan tim SIBAT PMI dapat menuangkan dalam
menyinkronkan hasil analisis kajian risiko
penyusunan perencanaan pembangunan
yang menggunakan tools EVCA ke dalam
desa/kelurahan yang diintegrasikan dalam
rencana pembangunan desa/kelurahan:
pengurangan risiko bencana dan adaptasi
(kajian EVCA sesuai dengan pedoman PMI).
perubahan iklim sesuai dengan karakter

Integrasi PRB-API Pengarusutamaan PRB-API

Penggunaan instrumen sejarah kejadian Menambahkan informasi lokasi rawan


bencana untuk melihat riwayat bencana yang bencana, kerentanan, dan kapasitas
pernah terjadi di desa/kelurahan dan masyarakat dalam peta sketsa desa yang
dampaknya. sudah ada.

Menambahkan informasi jenis dan waktu


Analisis masalah untuk mengetahui akar
kejadian bencana yang berulang, dan
permasalahan, penyebab terjadinya bencana dipengaruhi musim seperti banjir, tanah
(ancaman), dan potensi dampak yang longsor, angin puting beliung, kekeringan, dan
ditimbulkan oleh bencana tersebut. Penyebab penyakit terkait, ke dalam matriks kalender
terjadinya bencana mungkin dapat dicegah, dan musim yang sudah ada.
dampak bencananya mungkin dapat dikurangi
dengan melakukan mitigasi.

Penggunaan instrumen matriks analisis Menambahkan lembaga/organisasi yang


kerentanan dan kapasitas untuk mengetahui memiliki tugas atau kegiatan, termasuk peran
aspek kerentanan masyarakat yang dapat dan pengaruhnya, terkait dengan
dikurangi dan aspek kapasitas yang dapat penanggulangan bencana dan perubahan iklim
ditingkatkan agar menjadi lebih tangguh dalam ke dalam diagram kelembagaan desa yang
menghadapi risiko bencana dan perubahan iklim. sudah ada

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 55


Desa/Kelurahan …………….
Kecamatan …………….
Kabupaten …………….
Tanggal …………….
(bulan dan tahun)
Tim Kajian
Ancaman/Bahaya Lokasi Potensi Dampak Risiko
Waktu Akar Masalah Akar Masalah Kapasitas
Rawan Masyarakat Kerugian Kerusakan
Kejadian Ancaman Dampak yang Ada
(RT/Dusun) Terdampak Ekonomi Infrakstruktur

56 | BUKU PANDUAN
4.5 Contoh Pelaksanaan Perencanaan Kegiatan PRB Partisipatif yang Terintegrasi ke Dalam Perencanaan
Pembangunan Desa (Mitigasi dan Adaptasi)

Kegiatan Desa/Kelurahan Kegiatan Program Kampung


Kegiatan Desa/Kelurahan
Bidang Pembangunan Tangguh Bencana Iklim Kegiatan Desa Siaga
Tangguh
Desa/Kelurahan (Badan Nasional (Kementerian Lingkungan (Kementerian Kesehatan)
(PMI)
Penanggulangan Bencana) Hidup dan Kehutanan)

Penyelenggaraan 1. Pengkajian risiko 1. Identifikasi kerentanan 1. Perencanaan partisipatif 1. Penyusunan kebijakan PRB
Pemerintahan Desa desa/kelurahan dan risiko perubahan iklim 2. Manajemen penanganan 2. Penyusunan dokumen
2. Perencanaan PB dan 2. Penyusunan rencana aksi wabah/KLB rencana kontingensi dan
rencana kontingensi adaptasi dan mitigasi SOP yang diintegrasikan
desa/kelurahan perubahan iklim tingkat ke dalam rencana
3. Pembentukan Forum PRB lokal berbasis masyarakat pembangunan
desa/kelurahan desa/kelurahan
4. Integrasi PRB ke dalam 3. Kajian VCA termasuk
rencana pembangunan pemetaan potensi
desa dan legalisasinya desa/kelurahan

Pelaksanaan Pelaksanaan PRB di Pelaksanaan adaptasi dan 1. Pengamatan epidemiologi Upaya-upaya PRB secara
Pembangunan desa/kelurahan, baik berupa mitigasi perubahaan iklim penyakit menular dan terpadu, sistematis, dan
Desa/Kelurahan kegiatan mitigasi struktural tingkat lokal masyarakat yang berpotensi menjadi berkelanjutan, baik mitigasi
dan nonstruktural kejadian luar biasa serta struktural (seperti
faktor-faktor risikonya. pembangunan embung, talud,
2. Penanggulangan penyakit turap, tanggul, dan lain-lain)
menular yang berpotensi maupun nonstruktural
menjadi KLB serta kasus (seperti penanaman pohon,
kurang gizi. mangrove, serta restorasi
3. Kesiapsiagaan terumbu karang, pelatihan,
penanggulangan bencana

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 57


Kegiatan Desa/Kelurahan Kegiatan Program Kampung
Kegiatan Desa/Kelurahan
Bidang Pembangunan Tangguh Bencana Iklim Kegiatan Desa Siaga
Tangguh
Desa/Kelurahan (Badan Nasional (Kementerian Lingkungan (Kementerian Kesehatan)
(PMI)
Penanggulangan Bencana) Hidup dan Kehutanan)

dan kegawatdaruratan pengelolaan sampah,


kesehatan pengembangan ekonomi, dll).
4. Pelayanan kesehatan
dasar, sesuai dengan
kompetensinya
5. Kegiatan pengembangan
seperti promosi
kesehatan, keluarga sadar
gizi (kadarzi), pola hidup
bersih dan sehat (PHBS),
penyehatan lingkungan,
dan lain-lain.

Pembinaan Pembentukan kelompok kerja


Kemasyarakatan Desa (Pokja) PRB yang
beranggotakan wakil-wakil
masyarakat, termasuk
kelompok perempuan,
kelompok rentan, dan wakil
pemerintah desa/kelurahan.

Pemberdayaan Peningkatan kapasitas warga 1. Identifikasi sumber emisi 1. Surveilans dan pemetaan 1. Pembentukan tim SIBAT
Masyarakat dan aparat dalam dan serapan gas rumah 2. Mobilisasi sumber daya yang terlibat aktif dalam
Desa/Kelurahan penanggulangan bencana kaca masyarakat kegiatan PRB
2. Pengembangan dan 3. Kegiatan khusus 2. Peningkatan kapasitas
peningkatan kapasitas kesehatan kesiapsiagaan serta
masyarakat dan tanggap darurat bencana,

58 | BUKU PANDUAN
Kegiatan Desa/Kelurahan Kegiatan Program Kampung
Kegiatan Desa/Kelurahan
Bidang Pembangunan Tangguh Bencana Iklim Kegiatan Desa Siaga
Tangguh
Desa/Kelurahan (Badan Nasional (Kementerian Lingkungan (Kementerian Kesehatan)
(PMI)
Penanggulangan Bencana) Hidup dan Kehutanan)

kelembagaan masyarakat 4. Monitoring kinerja seperti pelatihan


untuk mendukung kesehatan masyarakat sukarelawan dan
pelaksanaan adaptasi dan masyarakat, serta layanan
mitigasi perubahan iklim informasi kebencanaan
3. Peningkatan kapasitas 3. Uji rencana kontingensi
akses terhadap sumber melalui simulasi/Table
daya pendanaan, Top Exercises
teknologi adaptasi dan 4. Pengembangan perilaku
mitigasi perubahan iklim siaga dan tanggap
di kampung iklim bencana yang diwujudkan
dalam kesiapsiagaan di
tatanan keluarga maupun
RT

Penanggulangan Penanganan tanggap darurat Penanganan darurat Penanganan darurat dan


Bencana, Keadaan bencana kesehatan respons bencana
Darurat, dan
Mendesak Desa

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 59


60 | BUKU PANDUAN
BAB 5 PEMBELAJARAN KETANGGUHAN

BAB V
PEMBELAJARAN
KETANGGUHAN

5.1 Pengawasan Partisipatif


Pengawasan partisipatif adalah upaya hasilnya akan lebih efektif dan lebih
pelibatan dan akuntabilitas masyarakat2 berkelanjutan.
dengan cara kerja yang mengakui dan
menghargai anggota masyarakat sebagai
mitra yang setara dalam menjalankan
kegiatan. Pengawasan partisipatif
memastikan pendapat mereka didengar dan
digunakan untuk merancang dan memandu
pekerjaan yang sedang dijalankan. Salah
satu cara paling efektif untuk membangun
kepercayaan ini adalah memastikan bahwa
orang selalu memiliki kemampuan untuk
terlibat dengan Palang Merah Indonesia
(PMI), dan untuk menjamin bahwa PMI akan
bertindak berdasarkan umpan balik dan
kebutuhan masyarakat. Sudah terlalu lama
komunitas rentan atau terkena dampak
bencana selalu dipandang sebagai penerima
bantuan kemanusiaan dan program
pembangunan daripada peserta aktif di
masa depan dan pemulihan diri mereka Proses yang bekerja dalam pengawasan
sendiri. Namun, bukti pengalaman partisipatif:
menunjukkan kepada kita bahwa ketika 1. Mendengarkan dan bertindak atas dasar
masyarakat berperan aktif dalam kebutuhan masyarakat dan umpan balik.
merancang dan mengelola program,

2
https://www.ifrc.org/community-
engagement-and-accountability

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 61


2. Memberikan informasi yang benar adalah 1. Meluangkan waktu untuk memahami
merupakan bantuan juga. konteks komunitas dan mendengarkan
3. Mendukung komunikasi perubahan kebutuhan, pemikiran, dan perasaan
perilaku dan sosial. orang.
4. Mendukung masyarakat untuk berbicara. 2. Mengintegrasikan partisipasi
masyarakat, yang berarti dalam proyek
Berbagi informasi dan mendengarkan PMI menyerahkan kendali atas program
umpan balik dan kekhawatiran orang akan
kepada masyarakat sebanyak mungkin.
meningkatkan kualitas program kami dan
3. Komunikasi yang terbuka dan jujur
membangun kepercayaan adalah hal yang
tentang siapa kita dan apa yang kita
harus dilakukan dalam mengelola program
lakukan, memastikan orang merasa
Masyarakat Aman dan Tangguh Bencana
percaya diri dan nyaman berinteraksi
(MANTAB). Tujuan akhir dari pengawasan
dengan anggota dan layanan kita.
partisipatif adalah akuntabilitas yang lebih
kuat kepada masyarakat, program yang Palang Merah Indonesia terus menyiapkan
berkelanjutan dan berbasis masyarakat, mekanisme umpan balik tepercaya sehingga
peningkatan penerimaan dan kepercayaan, PMI dapat terus meningkatkan pekerjaan
serta komunitas yang lebih berdasarkan apa yang sebenarnya
berpengetahuan, terampil, dan terhubung. diinginkan masyarakat, bukan apa yang
Bersama Gerakan Palang Merah lainnya, PMI menurut PMI diinginkan masyarakat.
berkomitmen pada keterlibatan dan
akuntabilitas masyarakat di seluruh
pekerjaannya. Ini berarti:

5.2 Mengukur Perubahan


Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat dengan dukungan donor/mitra,
mengembangkan dan menyetujui rencana memberikan dukungan jarak jauh (coaching
monitoring, evaluasi dan pembelajaran dan mentoring) pada kegiatan pelatihan,
menggunakan kerangka logis (logframe), peningkatan kapasitas dan pembinaan
teori perubahan (Theory of Change), dan untuk personel PMI kabupaten/kota dan
indikator ketangguhan3 untuk memandu tim provinsi, serta sukarelawan PMI dan
pelaksana program pada level PMI anggota SIBAT.
kabupaten/kota, provinsi, dan Pusat.
Berdasarkan panduan PMER dan dikeluarkan
Rencana tersebut akan digunakan untuk
oleh IFRC4 dan diadopsi oleh Palang Merah
menilai kemajuan proyek. Selanjutnya,
Indonesia5 (PMI), monitoring adalah
informasi hasil kegiatan monitoring,
pengumpulan rutin dan analisis informasi
evaluasi, dan pembelajaran tersebut akan
untuk melacak kemajuan terhadap rencana
digunakan untuk mendukung pengambilan
yang ditetapkan dan memeriksa kepatuhan
keputusan dalam perencanaan dan
terhadap standar yang ditetapkan.
pelaksanaan program. Upaya ini termasuk
Monitoring membantu mengidentifikasi
kombinasi kunjungan lapangan rutin oleh
tren dan pola, menyesuaikan strategi dan
personel PMI kabupaten/kota, provinsi dan

3 5
1284000-Framework for Community Resilience-EN-LR.pdf PMER-PMI_Panduan-Perencanaan-Pelaporan-
(ifrc.org) PMI_FINAL_03062015.pdf (pustakapmi.id)
4
IFRC-ME-Guide-8-2011.pdf

62 | BUKU PANDUAN
menginformasikan keputusan untuk diinginkan terjadi atas suatu kondisi
pengelola program. Evaluasi adalah suatu tertentu. ToC menghubungkan antara
penilaian sistematis dan objektif dari aktivitas, hasil dan konteks. ToC sangat
pengelola program atau pengambil bermanfaat dalam menyusun tujuan,
kebijakan yang sedang berlangsung atau rencana strategis dan evaluasi program
sudah selesai serta rancangan, dengan tiga elemen utama, yaitu:
implementasi dan hasil-hasilnya, yang masalah, solusi dan perubahan yang
bertujuan untuk menentukan relevansi dan diinginkan. Dalam menyusun ToC untuk
pemenuhan tujuan program, efisiensi sebuah program, misalnya program
pengembangan, efektivitas, dampak dan PERTAMA, selalu dimulai dengan
keberlanjutan. Suatu evaluasi harus pertanyaan mengenai apa tujuan
memberikan informasi yang kredibel dan jangka panjang (perubahan yang
bermanfaat, memungkinkan penggabungan diinginkan) program PERTAMA, yang
pembelajaran ke dalam proses pengambilan diikuti dengan pertanyaan berikutnya,
keputusan oleh Palang Merah indonesia. kondisi seperti apa yang sebaiknya
Evaluasi melibatkan identifikasi dan terjadi sehingga tujuan jangka panjang
merefleksikan dampak dari apa yang telah program PERTAMA tercapai.
dilakukan, dan menilai hasilnya.
2. Logframe atau Kerangka Logis Program
Pembelajaran adalah menggunakan temuan
di lapangan, diskusi dan review semester, Logical Framework Approach/LFA
tahunan dan akhir program yang adalah salah satu alat analisis yang baik
memungkinkan pengelola program, dalam penilaian, tindak lanjut dan
penerima manfaat, mitra, donor dan evaluasi suatu proyek dengan
pemangku kepentingan program lainnya menggunakan pendekatan logika.
untuk belajar dari pengalaman dan 3. Tabel Telusur Indikator
meningkatkan intervensi di masa yang akan
datang. Adalah alat monitoring yang sangat
sederhana untuk merekam dan
memantau kinerja indikator
proyek/program secara berkelanjutan
dalam rangka mengetahui kemajuan
pencapaian.
4. Data Penerima Manfaat
Adalah menggambarkan jumlah target
penerima manfaat di setiap kegiatan,
berdasarkan jenis kelamin baik di
masyarakat, sekolah dan PMI sendiri.
5. Laporan Bulanan
Laporan bulanan memuat informasi
tentang pelaksanaan semua kegiatan
1. Theory of Change atau Teori Perubahan yang direncanakan, tanggal
Progam pelaksanaan, hasil yang dicapai,
Theory of Change (ToC) adalah deskripsi singkat proses pelaksanaan,
eksplorasi sistematis yang menjelaskan masalah/kendala yang dihadapi, tindak
secara komprehensif tentang lanjut, dan rencana kegiatan bulan
bagaimana sebuah perubahan yang selanjutnya.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 63


6. Laporan 3 Bulanan indikator-indikator program selama 1
tahun perjalanan program.
Laporan triwulan merupakan kompilasi
dan analisis dari laporan bulanan yang 8. Anggaran dan Detail Kegiatan
menggambarkan pencapaian indikator-
Budget atau anggaran memuat
indikator program selama 3 bulan.
kebutuhan anggaran meliputi staf
7. Laporan Tahunan pendukung, sukarelawan, SIBAT,
kebutuhan akomodasi dan penginapan,
Laporan tahunan merupakan kompilasi
kebutuhan perdiem dan transpor, serta
dan analisis dari Laporan 3 bulanan
kebutuhan dukungan peralatan yang
yang menggambarkan pencapaian
diperlukan dalam setiap kegiatan.

“Sekarang Bapak juga sudah ikut. Kalau ada acara, gelas minuman dikumpulkan. Tidak
dibuang. Saya suka sekali itu. Kalau di rumah. Kalau di luar rumah jangan buang
sembarangan. Termasuk anak saya. Minum, botolnya dimasukkan ke tas. Coba!”
(Bu Titik, nasabah Bank Sampah Dahlia).

Semua kebutuhan anggaran harus berdasarkan urutan/rangkaian


mengacu pada standar pembiayaan kegiatan dari awal sampai akhir.
mobilisasi di tingkat provinsi dan
10. Form Verifikasi Kegiatan/Keuangan
kabupaten/kota.
Form verifikasi kegiatan/keuangan
9. Rencana Kerja
meliputi keterangan hasil verikasi dari
Adalah rencana kerja setiap bulan staf keuangan (PMI Pusat, provinsi)
selama satu tahun lengkap dengan terkait standar bukti yang belum
detail anggaran dan kebutuhan sempurna, tanda tangan pengguna
operasional yang dibutuhkan setiap anggaran dan hal-hal lain yang belum
kegiatan. Work plan disusun ditindaklanjuti oleh pengguna
anggaran.

64 | BUKU PANDUAN
5.3 Praktik Baik dan Pembelajaran
Beberapa metode mengumpulkan menggerakkan minat semua elemen
pembelajaran seperti: dalam mencapai keberhasilan bersama.
1. Kisah Sukses (Success Story) 3. Baseline dan End Line
Kisah sukses bisa tersebar mulai dari Membandingkan hasil penilaian awal
keberhasilan komandan SIBAT, (baseline) dan hasil penilaian akhir (end
pengalaman anggota SIBAT melakukan line) adalah mekanisme lazim untuk
kampanye penyadaran PRB pertama mendapatkan hasil dan dampak program
kalinya, keberhasilan melakukan gotong yang telah dijalankan. Mekanisme ini
royong membuat saluran dan tanggul juga mendorong pelaksana program
banjir walau dengan dana mitigasi yang untuk bisa melihat apa yang sudah
terbatas, keberhasilan menggerakkan dicapai berdasarkan tujuan dan hasil
masyarakat dan menyepakati yang diharapkan dalam program.
pelaksanaan simulasi secara mandiri di
4. Lesson-learned Workshop
desa, keberhasilan memasang alat
peringatan dini yang terbukti mampu Workshop pembelajaran dilakukan
menyelamatkan banyak nyawa ketika dengan mengundang para pengelola
bencana datang, dan banyak lagi kisah- program serta pemerintah
kisah inspiratif dan sukses yang bisa kabupaten/kota dan provinsi (dinas dan
diangkat dan dibagikan ke SIBAT seluruh instutusi terkait) dalam melihat apa yang
nusantara. sudah dilakukan program selama ini.
Saat diskusi kelompok, dipandu oleh
2. Studi Kasus (Case Study)
fasilitator, form/lembar sinergisitas
Secara spesifik studi kasus dilakukan antara PMI dan pemerintah dibagikan
pada kasus-kasus tertentu dan memiliki dan didiskusikan, apa yang sudah
bobot pembelajaran yang luar biasa. dilakukan oleh PMI dan masyarakat
Ambil contoh, keberhasilan SIBAT disambungkan dengan rencana yang
bersama perangkat desa mampu akan dilakukan oleh pemerintah.
membuka lapangan kerja baru Misalnya, dari hasil RR Plan, masyarakat
(livelihood) ekowisata baik di Pesisir ingin menambah panjang tanggul yang
Barat Aceh, Pesisir Utara Jawa, dan semula hanya mampu didukung program
Pesisir Barat Lombok. Studi dilakukan sepanjang 100 meter, harapannya bisa
dengan melihat pendekatan yang dilanjutkan oleh dana desa atau dana
dilakukan program mampu pemerintah.
5. Produksi media KIE dan pelibatan media

5.4 Keberlanjutan dan Permutakhiran


Keberlanjutan tidak lepas dari kemampuan masyarakat dengan mengadopsi kriteria
PMI dan masyarakat mengadopsi dan ketangguhan dan dengan inisiatif dan
mereplikasi praktik baik terkait dukungan anggaran secara mandiri. Apa
ketangguhan. Replikasi dapat dipahami yang bisa direplikasi adalah:
sebagai kemampuan masyarakat yang
1. Kegiatan-kegiatan ketangguhan
belum pernah mengetahui atau memahami
2. Proses ketangguhan
dan mengiplementasikan ketangguhan

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 65


3. Alat atau tools ketangguhan kegiatan yang hemat biaya dan waktu,
4. Metodologi ketangguhan serta yang dapat meningkatkan
kesiapsiagaan mereka terhadap
Replikasi dapat merupakan salah satu atau
bencana.
kombinasi poin-poin di atas tergantung
pada konteks di mana diharapkan terjadi. 5. IFRC dan Perhimpunan Nasional Mitra
Pilihan ini bertumpu pada pemangku Di dalam negeri, ada IFRC dan mitra lain
kepentingan. Di bawah ini adalah pihak- yang mengimplementasikan PRB atau
pihak yang paling mungkin melakukan kegiatan pembangunan berbasis
replikasi: masyarakat, yang bisa menjadi jalan lain
1. Pemerintah untuk mengadvokasi praktik-praktik baik
ini.
Pemangku kepentingan utama untuk
strategi replikasi di masing-masing 6. Sektor Swasta
wilayah adalah pemerintah melalui Jika pelaku kegiatan memasukkan sektor
kementerian atau departemen terkait swasta sebagai salah satu pemangku
(di tingkat nasional, provinsi, kepentingan, mereka juga dapat dilihat
kabupaten, kecamatan, dan desa) yang sebagai agen potensial untuk mereplikasi
strategis untuk dilibatkan. Pemerintah kegiatan yang mereka ikuti dan belajar
memiliki jangkauan, sumber daya, dan dari kegiatan.
peraturan yang diperlukan (program,
kebijakan, undang-undang, dll.) yang 7. Universitas dan Pusat Kajian
dapat dimanfaatkan atau digunakan Bekerja sama dengan universitas dan
untuk mempromosikan praktik baik dari pusat-pusat studi di universitas
pekerjaan yang dilakukan. menambah jejaring dan keterhubungan
masyarakat.
2. PMI
PMI baik di level pusat, provinsi dan
kabupaten/kota adalah lembaga yang
mampu mereplikasikan kegiatan sejenis. Untuk memastikan keberlangsungan,
refresh dan rotasi anggota SIBAT
3. Organisasi Masyarakat Sipil
secara periodik harus dilakukan.
Organisasi/lembaga swadaya Peraturan desa (Perdes) terkait
masyarakat dan organisasi keberadaan SIBAT harus terus
nonpemerintah, baik nasional maupun diperbaharui dan dokumen Kajian
internasional yang bekerja pada isu-isu Risiko harus di-update minimal 3
serupa atau, bahkan, dalam wilayah tahun sekali.
geografis yang sama dapat menjadi
(Silihin, komandan SIBAT Desa
pemangku kepentingan sasaran untuk
Sukamulya, Tanggamus Lampung).
penerapan praktik baik di wilayah yang
sama atau baru.
4. Desa dan Kelurahan
Ini bisa jadi adalah masyarakat Palang Merah Indonesia mempraktikkan
tetangga/berdekatan dengan yang pembangunan berkelanjutan melalui
terpapar (baik sengaja atau tidak pendekatan pengembangan yang
sengaja) pada kegiatan yang didukung bertanggung jawab sejalan dengan visi,
dan tertarik untuk melakukan beberapa misi, dan nilai-nilai rencana strategis

66 | BUKU PANDUAN
Palang Merah Indonesia dan dibuat manusia dan alam dengan memastikan
berlandaskan pada keseimbangan antara kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi
aspek-aspek ketangguhan masyarakat. PMI yang tidak merugikan kesejahteraan
juga berusaha untuk menjadi lembaga yang masyarakat dan lingkungan di sekitar
fokus meningkatkan kualitas kehidupan kegiatan.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 67


68 | BUKU PANDUAN
LAMPIRAN

Lampiran A. Tabel Indikator Dimensi Ketangguhan


Tabel di bawah ini mencantumkan indikator standar berdasarkan karakteristik ketangguhan
yang mungkin berguna ketika masyarakat mengubah citra kontekstual ketangguhan lokalnya
menjadi konsep yang terukur:

No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

1. Manajemen Risiko • Jumlah individu terlatih tentang kebencanaan yang


ada di masyarakat
Masyarakat mengetahui dan
dapat mengelola risiko • Jumlah individu di masyarakat yang telah paham
tentang upaya mengatasi risiko ancaman yang ada
dengan keterbatasan yang dimiliki
• Jumlah individu yang memiliki persepsi untuk lokasi
yang rawan di wilayahnya
• Tingkatan kesadaran dari masyarakat yang
mengetahui cara evakuasi mandiri dan aman pada
saat bencana alam terjadi
• Jumlah individu di masyarakat yang terlatih tentang
pertolongan pertama
• Tersedianya kelompok siaga bencana di masyarakat
yang terlatih
• Jumlah individu dalam masyarakat yang mengetahui
sistem peringatan dini
• Jumlah aparatur pemerintah desa/kelurahan yang
mengetahui tentang penanggulangan bencana.
• Jumlah dokumen peraturan desa/kelurahan yang
mengatur tentang kebencanaan, kesiapsiagaan,
pengelolaan lingkungan, dll.

2. Sehat • Jumlah tenaga kesehatan yang ada di masyarakat

Masyarakat sehat • Jumlah fasilitas kesehatan milik pemerintah yang


ada di masyarakat
• Jumlah fasilitas kesehatan milik swasta yang ada di
masyarakat
• Jumlah pasien yang berkunjung ke setiap fasilitas
kesehatan
• Persentase jenis penyakit yang sering terjadi
• Persentase rumah tangga yang memiliki satu atau
lebih kelambu berinsektisida yang efektif.
• Persentase ibu hamil, anak di bawah 5 tahun, dan
orang rentan lainnya yang tidur di bawah kelambu
berinsektisida yang efektif.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 69


No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

3. Air dan Sanitasi • Persentase anggota masyarakat yang mengetahui


tindakan yang harus dilakukan selama bencana
Masyarakat dapat memenuhi
untuk memastikan bahwa air minum bersih.
kebutuhan dasar air bersih dan
sanitasi yang layak • Adanya rencana pengelolaan sampah masyarakat
yang berfungsi.
• Masyarakat memiliki akses terhadap fasilitas air,
sanitasi, dan pembuangan limbah dari beberapa
sumber yang tepercaya; selama bencana, air dapat
diminum dan fasilitas tidak rusak atau
terkontaminasi.
• Jumlah air yang dikonsumsi per orang per hari untuk
minum, memasak, kebersihan dan mencuci.
• Persentase rumah tangga yang hanya menggunakan
air bersih untuk minum dan memasak.
• Waktu rata-rata yang dibutuhkan (dalam menit)
untuk melakukan satu perjalanan mengumpulkan
air, termasuk perjalanan dalam setiap arah dan
antrian.
• Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke
sumber air minum yang aman.
• Ketersediaan (setiap hari) air dan pakan ternak
yang cukup dan sesuai untuk ternak.
• Akses ke air bersih dalam jumlah yang tepat.
• Persentase sekolah/ruang belajar yang memiliki air
bersih yang cukup untuk minum dan kebersihan
pribadi.
• Persentase sekolah/ruang belajar yang memiliki
fasilitas cuci tangan yang memadai dan berfungsi,
fasilitas pengelolaan sampah.
• Persentase sekolah/ruang belajar yang memiliki
fasilitas WASH laki-laki dan perempuan yang
memadai.
• Adanya penyakit fekal-oral.
• Tingkat kekurangan gizi akut dan kerawanan
pangan.
• Kepadatan pemukiman (m2 dari total area situs per
orang).
• Persentase rumah tangga yang memiliki sabun.
• Persentase rumah tangga yang menyimpan,
menyiapkan, dan mengonsumsi makanan dengan
aman.
• Persentase rumah tangga yang memiliki setidaknya
satu wadah air bersih dan layak untuk air minum.

70 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Persentase rumah tangga yang memiliki persediaan


dan peralatan pengolahan air yang layak.
• Adanya kotoran manusia atau limbah padat di
tanah.
• Persentase laki-laki, perempuan, anak laki-laki dan
perempuan (dipilah), yang menggunakan toilet saat
terakhir kali buang air besar (atau yang kotorannya
dibuang dengan aman).
• Persentase laki-laki, perempuan, anak laki-laki dan
perempuan (dipilah), yang mencuci tangan dengan
air dan sabun setelah kontak dengan feses.
• Kemungkinan penurunan kritis dalam jumlah air
yang tersedia per hari dalam bulan berikutnya.
• Akses ke fasilitas mandi dan penatu yang sesuai.
• Rata-rata jumlah pengguna per toilet yang
berfungsi; persentase rumah tangga yang memiliki
akses ke toilet yang berfungsi.
• Persentase toilet yang bersih.

4. Pemukiman/Hunian • Jumlah penduduk per meter persegi tempat tinggal.


Masyarakat memiliki • Keberadaan dan penegakan hukum tata guna lahan
pemukiman/hunian yang layak dan perencanaan kota yang tepat (zona banjir,
kedekatan dan kepadatan perkotaan, lokasi
pemukiman jauh dari daerah pesisir di mana
gelombang pasang terjadi, dll).
• Keberadaan dan penegakan kode bangunan.
(Apakah bangunan dirancang untuk memungkinkan
keluar cepat dari semua kamar? Apakah pintu
dibangun dengan kuat?, dll.)
• Keberadaan tempat penampungan evakuasi komunal
yang layak, dapat diakses dan memadai, penuh
dengan persediaan.
• Persentase rumah tangga yang sadar bahwa mereka
perlu memperkuat dinding rumahnya di zona
gempa, dan memiliki kapasitas untuk
melakukannya.
• Tersedianya karung pasir di tingkat rumah tangga
untuk melindungi rumah dari banjir akibat angin
puting beliung, dll.
• Kehadiran petugas pemadam kebakaran yang
terlatih, sistem peringatan alarm kebakaran di
tingkat masyarakat, titik air strategis, dan
peralatan pemadam kebakaran.
• Frekuensi latihan evakuasi di pemukiman,
apartemen dan bangunan umum.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 71


No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Persentase rumah tangga yang mengetahui cara


memindahkan atau mengamankan material lepas
yang mungkin terbawa oleh angin kencang dan
menyebabkan kerusakan.
• Persentase rumah tangga yang tahu bagaimana
menanggapi peringatan badai, dan akrab dengan
prosedur evakuasi.
• Jumlah rumah yang belum mengikuti kaidah
retrofitting.

5. Ketahanan Pangan & • Masyarakat tetap memiliki akses ke pangan setelah


Nutrisi bencana: baik pasokan maupun kualitasnya (nutrisi,
asupan kalori) berkurang.
Masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan dasar pangan • Pola konsumsi makanan: makanan per hari,
keragaman makanan, distribusi makanan dalam
rumah tangga.
• Ketersediaan komoditas utama di pasar.
• Luasnya cadangan makanan pokok (jumlah hari
persediaan akan cukup untuk memberi makan
populasi).
• Produksi dibandingkan dengan panen tahun
sebelumnya, berdasarkan komoditas.
• Kemampuan menanam untuk musim berikutnya
(bibit, alat, dll.).
• Terjadinya wabah penyakit hewan.
• Tersedianya pasokan air harian dan pakan ternak
yang cukup dan sesuai untuk ternak.
• Kemampuan untuk menyiapkan makanan dengan
aman.
• Sumber makanan.
• Harga komoditas pangan dan nonpangan utama.
• Strategi penanggulangan.
• Sumber pendapatan utama.
• Pola pengeluaran.
• Kepemilikan aset produktif.
• Akses ke pasar yang berfungsi.
• Jumlah orang yang terlatih dalam (misalnya) praktik
nutrisi yang baik, konservasi lahan, dll.

6. Peluang Ekonomi • Persentase rumah tangga yang memiliki penyangga


keuangan yang cukup untuk pemulihan dan cukup
Masyarakat dapat memiliki
untuk menutupi perkiraan kerugian.
peluang ekonomi yang beragam
• Persentase rumah tangga yang mampu memenuhi
kebutuhan kesehatan, pendidikan dan gizinya
sehari-hari.

72 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Adanya dana darurat banjir lokal (atau regional,


dll.), dengan saluran distribusi yang diketahui dan
catatan pengeluaran yang adil.
• Persentase bisnis lokal yang memiliki akses ke
kredit atau dapat sepenuhnya mempertahankan
operasinya tanpa memberhentikan karyawan atau
memotong produksi.
• Persentase rumah tangga atau bisnis yang memiliki
akses ke asuransi risiko.
• Persentase rumah tangga yang memiliki satu atau
lebih strategi yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan mata pencaharian atau aliran
pendapatan.
• Adanya jaring pengaman sosial berdasarkan undang-
undang dan anggaran yang dapat diakses oleh
rumah tangga secara efisien, yaitu solvabilitas atau
kemampuan membayar utang, dan yang memiliki
sumber pendanaan khusus (seperti pajak gaji, dll.).
• Adanya dana proyek mitigasi, konservasi atau
infrastruktur yang dianggarkan dan dapat diakses
rumah tangga secara efisien.
• Tersedianya pendanaan atau sarana investasi untuk
proyek-proyek pembangunan ekonomi yang dapat
diakses masyarakat dengan birokrasi yang minim.
• Jumlah rumah tangga yang memiliki akses ke
layanan keuangan formal atau informal.
• Jumlah rumah tangga yang termasuk pemilik usaha
mikro yang telah menerima pelatihan keterampilan.
• Jumlah rumah tangga yang tidak memiliki aset mata
pencaharian.
• Persentase angkatan kerja yang aktif secara
ekonomi yang dipekerjakan dalam (a) jangka
pendek atau menengah dan (b) jangka panjang dan
permanen.

7. Infrastruktur dan • Fasilitas kesehatan, pendidikan, dll., dibangun


Layanan Publik dengan kokoh, terletak jauh dari zona banjir, dan
dapat diakses dengan aman dan terlindung, bahkan
Masyarakat memiliki
selama banjir, dll.
infrastruktur dan layanan yang
terpelihara baik dan mudah • Adanya infrastruktur yang memadai (termasuk
diakses peralatan darurat) yang dirancang untuk melindungi
kehidupan selama keadaan darurat dan terbuka
untuk semua kelompok.
• Adanya sistem peringatan dini yang responsif, tepat
waktu, kredibel, dan dapat diakses dengan rencana
pengelolaan yang komprehensif, yang memberikan
instruksi jelas terkait dengan lingkungan yang

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 73


No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

mendukung (perkiraan yang baik oleh layanan


hidrometeorologi).
• Keberadaan layanan darurat lokal formal; dan
jumlah pelatihan yang relevan dikirim ke personel
dalam 24 bulan terakhir.
• Persentase personel layanan darurat setempat yang
terlatih dalam tanggap banjir dalam 24 bulan
terakhir.
• Adanya mekanisme respons dan pemulihan yang
dikoordinasikan dengan layanan respons eksternal.
• Sejauh mana layanan eksternal terkait ancaman
berkonsultasi dan melibatkan masyarakat.
• Adanya mekanisme umpan balik dan pengaduan
(yang sesuai) untuk jasa eksternal terkait bencana.
• Adanya sistem peringatan dini lokal dan hubungan
yang memadai dengan sistem peringatan dini
nasional
• Persentase anggota masyarakat yang melaporkan
bahwa mereka percaya (terkait ancaman) informasi
yang diberikan oleh otoritas lokal.
• Adanya prosedur operasi standar lokal, up-to-date,
bersertifikat atau peer-review untuk intervensi
terkait ancaman dan rencana kontingensi.
• Persentase anggota masyarakat yang melaporkan
bahwa mereka percaya pada kesehatan setempat,
pendidikan, makanan, air, limbah dan sistem
energi.
• Persentase anggota masyarakat yang melaporkan
bahwa kesehatan, pendidikan, makanan, air, limbah
setempat dan sistem energi yang adil.
• Adanya tindakan struktural atau nonstruktural untuk
melindungi dari banjir: tanggul, stabilisasi bantaran
sungai, vegetasi yang memadai, lokasi populasi,
perlindungan fisik sebagian besar masyarakat
struktur fisik dan infrastruktur komunal, dll.

8. Pengelolaan Sumber • Persentase anggota masyarakat yang dapat secara


Daya Alam akurat menggambarkan hubungan antara
penggunaan sumber daya lingkungan dan ancaman
Masyarakat dapat mengakses seperti banjir di masyarakat mereka (hulu dan
untuk mengelola dan hilir).
memanfaatkan sumber daya
• Keberadaan dan implementasi banjir desa atau
alam yang tesedia secara
berkelanjutan dan ramah kabupaten yang up-to-date, bersertifikat atau peer-
review rencana pengelolaan, rencana pengelolaan
lingkungan
daerah aliran sungai, rencana pengelolaan hutan,
rencana pengelolaan sumber daya pesisir terpadu,

74 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

atau rencana pengelolaan sumber daya alam


lainnya.
• Persentase kelompok masyarakat yang melaporkan
bahwa mereka terlibat dan puas dengan desain
rencana.
• Adanya undang-undang dan kebijakan lingkungan
nasional yang telah mendapatkan informasi
mengenai risiko.
• Sejauh mana otoritas lokal dan anggota masyarakat
menyadari dan menerima ancaman-peraturan
lingkungan yang relevan.
• Adanya rencana yang didorong oleh masyarakat,
bersertifikat atau peer-review untuk pengelolaan
sumber daya alam lokal yang berkelanjutan; sejauh
mana telah memperhitungkan ancaman.
• Hutan, lahan pertanian, lahan basah, lahan kering,
padang rumput, ekosistem pesisir dan perkotaan
dilindungi, dipelihara atau dipulihkan sebagai
komponen lanskap yang diakui.
• Habitat alami terwakili dengan baik dari atas ke
dasar DAS, dan jasa ekosistem beroperasi di
seluruh cekungan, daerah pesisir, daerah
pegunungan, lahan kering atau ekosistem lainnya.
• Praktik produksi yang bergantung pada sumber daya
alam (pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, akuakultur, ekstraksi kerikil)
menghormati daya dukung sumber daya alam dan
menunjukkan praktik yang terbaik.
• Rencana atau strategi pengelolaan risiko
keanekaragaman hayati, perubahan iklim atau
bencana mengakui adanya kontribusi habitat alami.

9. Sosial Kohesi • Persentase penyandang disabilitas fisik atau mental.

Masyarakat hidup saling • Persentase rumah tangga yang mengindikasikan


membantu, gotong royong, dan bahwa mereka sengaja dikecualikan dari akses jasa
rukun tertentu karena mereka termasuk kelompok
minoritas tertentu.
• Jumlah orang yang dilaporkan hilang, diculik,
ditahan secara sewenang-wenang, atau direkrut
secara paksa menjadi kelompok bersenjata atau
kekuatan lain.
• Persentase rumah tangga yang melaporkan bahwa
mereka mengalami atau berisiko mengalami
kekerasan, kekerasan berdasarkan gender,
penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman yang
kejam dan merendahkan.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 75


No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Persentase komunitas yang memiliki ruang aman


yang berfungsi untuk anak-anak dan/atau remaja.
• Persentase masyarakat yang menunjukkan bahwa
terdapat anak yang terlibat kasus tenaga kerja
anak.
• Jumlah dan persentase orang atau komunitas yang
melaporkan terjadinya penggusuran paksa.

10. Inklusif • Persentase anggota komunitas yang melaporkan


menjadi bagian dari jaringan sosial informal atau
Melibatkan seluruh unsur
formal yang menyelenggarakan gotong royong.
masyarakat
• Adanya jaringan/saluran formal atau informal yang
digunakan anggota masyarakat secara mandiri untuk
bertukar informasi secara teratur.
• Persentase anggota komunitas yang merasa sangat
aman di komunitas setiap saat.
• Persentase anggota masyarakat yang melaporkan
kesediaan menjadi sukarelawan untuk kegiatan
yang berkaitan dengan manajemen ancaman.
• Persentase anggota masyarakat yang merasa
bertanggung jawab secara pribadi untuk
mempersiapkan, menanggapi, dan pulih dari
ancaman.
• Persentase anggota komunitas yang melaporkan
bahwa mereka tergabung dalam struktur yang
relevan dengan ancaman pengelolaan; atau jumlah
struktur komunitas formal atau informal di mana
komunitas anggota berpartisipasi dalam aktivitas
yang berhubungan dengan situasi yang mengancam.
• Jumlah anggota masyarakat yang secara teratur
berpartisipasi aktif dalam inisiatif terkait situasi
yang mengancam atau yang telah menjadi
sukarelawan dalam 24 bulan terakhir melalui
struktur formal atau informal; atau persentase
anggota masyarakat yang secara sukarela atau
bersedia melakukannya.
• Persentase anggota masyarakat yang memiliki
kepercayaan pada layanan eksternal yang
bertanggung jawab terhadap tanggap bencana dan
pemulihannya.
• Persentase anggota masyarakat yang mengumpulkan
informasi selama keadaan darurat.
• Persentase anggota masyarakat yang merasa aman
saat berada di rumah, berjalan sendiri di jalan,
atau naik angkutan umum setelah gelap.

76 | BUKU PANDUAN
No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Persentase anggota komunitas yang melaporkan


bahwa mereka merasa sebagian besar orang dapat
dipercaya.
• Persentase anggota masyarakat yang memiliki
kepercayaan pada institusi kepolisian.
• Persentase anggota masyarakat yang berpikir bahwa
aset yang hilang akan dikembalikan kepada mereka
jika ditemukan oleh orang lain.
• Adanya struktur komunitas yang representatif yang
diperuntukkan bagi manajemen risiko dan
pengambilan keputusan.
• Jumlah pertemuan yang diselenggarakan oleh badan
manajemen risiko yang representatif dalam 12
bulan terakhir.
• Persentase anggota komunitas yang melaporkan
bahwa mereka puas dengan pengaturan dan
pengoperasian badan manajemen risiko mereka.
• Persentase anggota masyarakat dari kelompok
rentan atau marginal yang duduk, atau
berpartisipasi dalam, manajemen risiko atau badan
pengambilan keputusan.
• Persentase anggota masyarakat yang tidak memiliki
identitas diri atau dokumen sipil lainnya.
• Perubahan yang diamati atau dilaporkan dalam pola
mobilitas perempuan dan/atau anak perempuan.
• Persentase rumah tangga yang dikepalai oleh
perempuan.
• Persentase anak yang tinggal sendiri, terpisah dari
pengasuhnya; persentase dari rumah tangga yang
dikepalai oleh anak-anak.

11. Terhubung • Persentase anggota masyarakat yang memahami


sepenuhnya hak dan kewajibannya, dan pemerintah
Masyarakat terhubung dengan
serta lembaga lainnya, dalam kaitannya dengan
pihak manapun yang dapat
pengelolaan risiko.
membantu dan bekerja sama
• Persentase masyarakat yang terwakili dalam
struktur banjir DAS.
• Jumlah kemitraan multisektor yang relevan dengan
banjir di tingkat DAS.
• Adanya kebijakan dan rencana nasional untuk
mengembangkan dan meningkatkan produksi iklim
dengan informasi yang relevan.
• Adanya undang-undang khusus terkait ancaman.
• Persentase tokoh masyarakat yang mengetahui
adanya undang-undang khusus terkait ancaman.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 77


No. Dimensi Ketangguhan Contoh Indikator yang Mendukung

• Adanya pembangunan perumahan di daerah berisiko


tinggi.
• Masyarakat memiliki alat komunikasi yang tetap
dapat beroperasi dalam kondisi bencana.

12. Masyarakat dapat • Persentase rumah tangga yang sangat menghargai


memenuhi kebutuhan pendidikan anak perempuan dan laki-laki.
rumah tangga lainnya (Listrik, • Persentase rumah tangga yang anggotanya
bensin, pendidikan, gas) bersekolah atau telah menyelesaikan sekolah dasar.
• Masyarakat memiliki akses energi dari beberapa
sumber tepercaya, yang portabel, tidak rusak, dan
tetap bebas dari kontaminasi selama bencana.
• Jumlah dan proporsi anak usia sekolah yang
bersekolah.
• Jumlah sekolah/ruang belajar yang fungsional.
• Jumlah guru, fasilitator, sukarelawan atau pendidik
sebaya.
• Jumlah anak yang menerima pendidikan di sekolah
yang dianggap aman untuk anak laki-laki dan
perempuan dengan usia yang berbeda.
• Persentase sekolah/ruang belajar yang memenuhi
standar minimum konstruksi aman.
• Persentase sekolah/ruang belajar yang dapat
diakses oleh anak-anak yang memiliki fisik berbeda
atau anak penyandang disabilitas.
• Persentase sekolah/ruang belajar dengan program
pendidikan rekreasi dan olahraga yang aktif untuk
anak laki-laki dan perempuan.
• Biaya rata-rata energi/bahan bakar terkait tempat
tinggal.
• Jumlah dan persentase rumah tangga terdampak
yang mampu memenuhi kebutuhan energi mereka.
• Jumlah orang/rumah tangga/masyarakat yang telah
menerima pelatihan penggunaan energi/bahan
bakar.
• Jumlah rumah tangga dengan akses ke infrastruktur
dasar masyarakat yang tidak tercakup oleh sektor
atau klaster lain: kantor polisi, balai kota, gedung
administrasi, sekolah (jika tidak dalam pendidikan),
taman bermain, taman, dll.

78 | BUKU PANDUAN
Lampiran B. Komitmen SIBAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi anggota SIBAT dengan
berkomitmen, antara lain: (diisi dengan ceklis atau centang (✓))

Bersedia
No. Komitmen
Ya Tidak

1. Saya bersedia membantu desa/kelurahan jika dibutuhkan

2. Saya bersedia mengikuti kegiatan penguatan kapasitas diri dan


desa/kelurahan

3. Saya bersedia berperan aktif dalam tanggap darurat bencana sesuai


kemampuan diri dan desa/kelurahan

4. Saya dapat menginformasikan kegiatan-kegiatan PRB baik yang sedang


dilakukan atau kelanjutannya, dan TDB yang berada di desa/kelurahannya
kepada PMI, lembaga atau intansi terkait lainnya.

5. Saya bersedia menjaga nama baik desa/kelurahan dan PMI sebagai


organisasi yang membinanya.

6. Saya bersedia menjadi sukarelawan PMI sebagai garda terdepan PMI

7. Saya bersedia menjaga dan merawat peralatan TDB desa/kelurahan

8. Saya bersedia dimobilisasi atau memobilisasi diri untuk peningkatan


desa/kelurahan lainnya.

9 Saya bersedia membantu masyarakat dalam TDB dan penguatan ekonomi


masyarakat di wilayahnya

10. Saya bersedia menyosialisasikan peran dan tugas SIBAT, serta Pengurangan
Risiko Bencana ke masyarakat di wilayahnya.

11. Saya bersedia menjalankan membangun ketangguhan masyarakat PMI,


lembaga atau intansi lainnya di desa/kelurahan

12. Saya bersedia menggunakan atribut PMI jika dalam penugasan apa pun

13. Saya bersedia menguatkan keluarga saya sendiri dalam pengurangan risiko
bencana

………….., ..…-…..-……….

Saya yang bersedia,

_________________________

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 79


Catatan:
a. Jika centangnya masih kurang dari 10, maka akan dilakukan pendekatan khusus dengan
SIBAT.
b. Jika tidak dicentang, maka ditanyakan kembali kesediannya.

80 | BUKU PANDUAN
Lampiran C. Formulir Kesediaan Menjadi Anggota SIBAT

KESEDIAAN MENJADI ANGGOTA SIBAT


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Tempat/Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Dengan ini saya bersedia menjadi anggota SIBAT, di mana saya akan menjalankan perintah
pimpinan atau kepala desa/kelurahan dan mengikuti aturan dan komitmen yang sudah saya
setujui, serta menjalankan tugas dan fungsi saya sebagai SIBAT. JIka dalam masa perjalanan
saya sebagai SIBAT berhenti oleh karena sesuatu hal, maka akan melaporkan kepada
pimpinan.
Demikian sekiranya kesediaan saya sampaikan dan lebih kurangnya saya mohon maaf, atas
perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

………….., ..…-…..-……….

Hormat saya,

_________________________

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 81


82 | BUKU PANDUAN
Lampiran D. Ceklis untuk Penilaian Wilayah dan Desa/Kelurahan

Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

1. Ancaman [Nama Desa]

A Lokasi Rawan Bencana Skala Besar [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Menilai lokasi desa/kelurahan yang
terletak di area sangat rawan [Makin terletak di lokasi sangat
(berpotensi tinggi) kejadian bencana rawan, nilai bobot makin tinggi]
beskala besar, seperti gempa bumi,
Nilai maksimum: 5
tsunami, letusan gunung api, banjir
bandang, tanah longsor, dan lainnya
yang diperkirakan secara teknis
akan berdampak besar (fatal dan
kehilangan jiwa tinggi) dan masif
kepada manusia termasuk fasilitas
umum.

Lokasi desa berdasarkan GPS [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Koordinat GPS

B Lokasi Rawan Bencana Skala Besar [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Menilai jenis ancaman berskala
besar yang sangat berpotensi terjadi [Makin besar jenis ancaman dan
berdasarkan peristiwa sejarah dampaknya, nilai bobot makin
(pernah terjadi sebelumnya) tinggi]
dan/atau berdasarkan kajian teknis
Nilai maksimum: 4
terbaru terkait potensi bencana
besar dari lembaga resmi.

C Ancaman yang Pernah Terjadi [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Riwayat kejadian bencana yang
pernah terjadi dan dampaknya. [Makin besar jenis ancaman dan
Lampirkan catatan peristiwa jika dampaknya, nilai bobot makin
ada (berskala besar) tinggi]
Nilai maksimum: 4

Total Bobot Ancaman 0

2. Kerentanan

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 83


Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

A Pemahaman Bencana dan [Keterangan hasil secara


Upayanya komprehensif]
Desa/kelurahan yang penduduknya [Makin rendahnya pemahaman
secara dominan sangat kurang penduduk, nilai bobot makin
pemahaman terkait kesiapsiagaan tinggi]
bencana dan pengurangan risiko
Nilai maksimum: 5
bencana.

Apakah masyarakat pernah memiliki [Pandangan umum, jawaban iya


pengalaman terhadap atau atau tidak dan jabarkan
kemungkinan kematian, kehilangan keterangan hasil secara
harta/benda dan kerusakan sarana komprehensif]
publik akibat bencana?
[Jawaban akan berpengaruh
terhadap poin (a) pemahaman
bencana dan upayanya, di atas]

Apakah masyarakat memahami apa [Pandangan umum, jawaban iya


saja tanda-tanda peristiwa kejadian atau tidak dan jabarkan
bencana besar tertentu (yang sangat keterangan hasil secara
rentan di wilayahnya) dan potensi komprehensif]
dampaknya.
[Jawaban akan berpengaruh
terhadap poin (a) pemahaman
bencana dan upayanya, di atas]

Apa yang dilakukan masyarakat jika [Pandangan umum, jawaban iya


terjadi bencana (terhadap diri atau tidak dan jabarkan
sendiri, keluarga, tetangga dan keterangan hasil secara
pemerintah desa). komprehensif]
[Jawaban akan berpengaruh
terhadap poin (a) pemahaman
bencana dan upayanya, di atas]

Apa yang masyarakat persiapkan [Pandangan umum, keterangan


selama ini (baik dari diri sendiri, hasil secara komprehensif]
keluarga, tetangga, dan pemerintah
[Jawaban akan berpengaruh
desa) untuk antisipasi bencana.
terhadap poin (a) pemahaman
bencana dan upayanya, di atas]

B SOP TDB Desa [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang belum
memiliki SOP tanggap darurat

84 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

bencana yang telah disahkan dan [Tidak ada - nilai bobot 4; Dalam
penduduknya jarang mengikuti proses - nilai bobot 3, Sudah ada
ataupun tidak pernah melakukan - nilai bobot 2]
simulasi bencana.
Nilai Maksimum: 4

C Sistem Peringatan Dini [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang masyarakatnya
belum memahami sistem peringatan [Makin rendahnya pemahaman
dini ataupun desa/kelurahan penduduk dan tidak tersedianya
tersebut belum memiliki SOP sistem dokumen termaksud, nilai bobot
peringatan dini yang disahkan makin tinggi]
termasuk peralatan minimum yang
Nilai Maksimum: 5
dibutuhkan di tingkat keluarga dan
desa/kelurahan.

D Titik Kumpul dan Jalur Evakuasi [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang tidak memiliki
titik kumpul aman dan jalur [Makin rendahnya pemahaman
evakuasi yang bagus dan memadai, penduduk dan tidak tersedianya
termasuk rambu-rambunya dan titik kumpul dan jalur evakuasi
masyarakatnya tidak paham akan yang dimaksud, nilai bobot makin
hal tersebut walaupun sudah tinggi]
memiliki salah satu di antaranya.
Nilai Maksimum: 5

E Sekolahan di Desa [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang di dalam
wilayahnya ada sekolahan yang [Makin kuatnya koneksi antara
belum terkoneksi upaya desa dan sekolahan, nilai bobot
kesiapsiagaan bencana makin tinggi]
desa/kelurahan dan pengurangan
Nilai Maksimum: 5
risiko bencana secara efektif.

F Rencana Pengurangan Risiko [Keterangan hasil secara


(Mitigasi) Bencana komprehensif]
Desa/kelurahan yang tidak/belum [Tidak ada - nilai bobot: 1;
memiliki rencana pengurangan risiko pernah ada - nilai bobot: 2, ada
bencana (mitigasi) yang efektif. dan berlangsung - nilai bobot: 3]

G Peralatan terkait Tanggap Darurat [Keterangan hasil secara


komprehensif, list peralatan]
Menilai kesiapan desa dalam upaya
TDB khususnya peralatan TDB yang

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 85


Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

dimiliki oleh desa dan diketahui [Makin banyak dan berguna


oleh masyarakatnya. peralatan terkait TDB yang
dimiliki dan diketahui oleh
masyarakat, nilai bobot makin
tinggi]
Nilai Maksimum: 5

H APBDes untuk Kebencanaan [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang belum
memaksimalkan anggaran [Tidak ada - nilai bobot 2; Dalam
pembangunannya ataupun tidak proses - nilai bobot 3, Sudah ada
sama sekali untuk upaya - nilai bobot 4]
kesiapsiagaan bencana dan
Nilai Maksimum: 4
pengurangan risiko, termasuk upaya
lingkungan hidup.

Total Bobot Ancaman 0

3 Kondisi Umum

A Jumlah Penduduk [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dan umur. [Makin banyaknya jumlah
penduduk, nilai bobot makin
tinggi]
Nilai Maksimum: 4

B Tingkat Kepadatan Pemukiman [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang memiliki
pemukiman penduduk yang padat [Makin padatnya pemukiman
yang akan berdampak besar akibat rentan, nilai bobot makin tinggi]
bencana dan memiliki risiko tinggi.
Nilai Maksimum: 5

C Penduduk Miskin [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang memiliki
banyak penduduk termasuk kategori [Makin banyaknya penduduk
miskin. miskin, nilai bobot makin tinggi]
Nilai Maksimum: 5

86 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

D Infrastruktur Umum Rentan [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang memiliki
infrastruktur (fasilitas publik) yang [Makin banyaknya infrastruktur
rentan jika terjadi bencana di lokasi rentan, nilai bobot
(tertentu) ataupun desa dengan makin tinggi]
minimnya infrastruktur yang
Nilai Maksimum: 5
mendukung masyarakat.(contoh;
faskes terbatas, fasum terbatas dll)

E Akses ke Desa [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan yang memiliki
kelemahan akses akibat faktor alam [Makin sulitnya akses bantuan ke
maupun dampak bencana untuk desa, nilai bobot makin tinggi]
upaya tanggap darurat dan
Nilai Maksimum: 5
distribusi bantuan (lebih
diutamakan), termasuk jarak
tempuh yang jauh dan sulit
dijangkau.

F Air Bersih dan Sanitasi [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa/kelurahan dengan kondisi air
bersih dan sanitasi yang [Makin sulit akses ke air bersih
memprihatinkan (seperti sumber air dan sanitasi, nilai bobot makin
terbatas dan akses sulit) serta tinggi]
rentan terhadap ancaman bencana
Nilai Maksimum: 5
dan wabah penyakit.

G Tingkat Pendidikan [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat secara umum yang [Makin rendahnya tingkat
dapat menjadi kendala secara umum pendidikan masyarakat, nilai
dan demografi. bobot makin tinggi]

H Potensi Penyakit atau Bencana [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Tingginya potensi terdampak
penyakit atau bencana yang timbul [Makin tingginya dampak
setelah kejadian bencana karena penyakit berdasarkan catatan
terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan desa dan sulitnya
maupun tenaga kesehatan yang akses ke faskes, nilai bobot
terbatas. makin tinggi]

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 87


Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

Nilai Maksimum: 5

I Mata Pencaharian [Keterangan hasil secara


komprehensif, jenis mata
Desa/kelurahan yang memiliki
pencaharian utama desa]
penduduk dengan mata pencaharian
tergolong terbatas/tidak stabil dan [Makin banyak penduduk dengan
sangat bergantung kondisi (cuaca, kesulitan mata
musiman, akses, dll) seperti petani, pencaharian/terbatas, nilai
nelayan, pedagang kecil dan lain- bobot makin tinggi]
lain.
Nilai Maksimum: 4

Sumber daya alam apa yang tersedia [Keterangan hasil secara


di wilayah Anda yang dapat komprehensif, jenis sumber daya
dijadikan sumber pengembangan desa]
dan pendapatan bagi masyarakat
[jawaban akan berkontribusi ke
dan desa (contoh: pertanian,
poin (i) mata pencaharian]
perkebunan, wisata gunung, wisata
pantai)

J Gotong Royong dan Sosial Budaya [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Tingkat partisipasi masyarakat
dalam budaya gotong royong [Makin sering dan tingginya
termasuk untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, nilai
budaya pendidikan bencana dan bobot makin tinggi]
kesiapsiagaan keluarga agar orang-
Nilai Maksimum 5
orang rentan dilindungi dari bahaya
di sekolah dan desa/kelurahan serta
tingkat regional dengan
memperkuat koordinasi dan jejaring
dengan pemangku kepentingan
lokal.

Apakah masyarakat di desa Anda [Pandangan umum, keterangan


memiliki kecenderungan/keinginan hasil secara komprehensif]
yang mudah untuk dimobilisasi [Jawaban akan berpengaruh
terkait gerakan terhadap poin (j) gotong royong
sosial/kemanusiaan/kesiapsiagaan? dan sosial budaya, di atas]

Apakah kelompok masyarakat (mis. [Pandangan umum, keterangan


PKK, Karang Taruna, pengajian dll) hasil secara komprehensif]
di desa Anda tergolong aktif?

88 | BUKU PANDUAN
Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

[Jawaban akan berpengaruh


terhadap poin (j) gotong royong
dan sosial budaya, di atas]

Apakah menurut pendapat Anda, [Pandangan umum, keterangan


LSM/mitra lainnya membangun hasil secara komprehensif]
ketangguhan masyarakat
[Jawaban akan berpengaruh
pemerintah (mis. Tagana, Destana,
terhadap poin (j) gotong royong
Katana, Pokdarwis, Kampung Iklim
dan sosial budaya, di atas]
dll) yang ada di desa Anda
berkemauan untuk turut terlibat
dalam membangun ketangguhan
masyarakat Pengurangan Risiko
Bencana dan terbuka terhadap
perubahan?

K BUMDes [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Desa memiliki BUMDes aktif yang
berjalan baik hingga saat ini. [Makin berhasilnya BUMDes
tersebut untuk menghasilkan dan
menguntungkan, nilai bobot
makin tinggi]
Nilai Maksimum: 5

Total Bobot Kondisi Umum 0

4 Komitmen

A Komitmen Pemerintah Desa [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Pemerintah desa berkomitmen
tinggi berdasarkan kriteria yang [Makin tinggi komitmen
disebutkan dalam dokumen kriteria perangkat desa/pemerintah
pemilihan desa pada poin 3 desa, nilai bobot makin tinggi]
Nilai Maksimum: 5

Periode Kepala Desa [Keterangan hasil secara


komprehensif dan jangka waktu]
Informasi terkait rentang waktu
tugas kepala (… tahun sampai … [Jawaban akan berpengaruh
tahun) terhadap poin (a) komitmen
pemerintah desa, di atas]

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 89


Penjelasan Hasil
[Penjabaran jawaban
No. Parameter berdasarkan wawancara, data Bobot
sekunder, analisis langsung, dan
kajian data berupa nilai murni
dan persentase, dll]

B Komitmen Masyarakat [Keterangan hasil secara


komprehensif]
Masyarakat desa berkomitmen tinggi
berdasarkan kriteria yang [Makin tinggi komitmen
disebutkan dalam dokumen kriteria masyarakat, nilai bobot makin
pemilihan desa pada poin 3 tinggi]
Nilai Maksimum: 5

Total Bobot Komitmen 0

Grand Total Bobot 0,00

Nilai Rata-rata Bobot [Kategori Bobot] 0,00

Bobot Prioritas
4,1-5,0 ---- Sangat Tinggi
3,1-4,0 ---- Tinggi
2,1-3,0 ---- Sedang
1,1-2,0 ---- Rendah
0,1-1,0 ---- Sangat Rendah

90 | BUKU PANDUAN
Lampiran E. Ringkasan Alat yang Sering Digunakan dalam EVCA

No. Alat/Tool Keterangan

1. Menelaah/review data Ini penting untuk mengetahui informasi tentang


sekunder masyarakat masyarakat di mana Anda akan berada. Hasil
(kualitatif dan kuantitatif) review dalam bentuk laporan tertulis, dokumen, maupun
data dari pemerintah maupun lembaga lain. Proses ini
paling tidak membantu untuk mendapatkan informasi atau
gambaran umum dasar sebelum melakukan kajian
lanjutan yang lebih mendalam. Contoh: peta risiko,
informasi terkait perubahan iklim, perubahan penggunaan
lahan, peta daerah aliran sungai, rencana infrastruktur,
dll. Pengumpulan dan pengkajian data sekunder juga
dapat berfungsi dalam proses triangulasi data atau survei
baseline.

Wawancara semiterstruktur adalah bentuk wawancara


2. Wawancara semiterstruktur
yang mengacu pada beberapa pertanyaan sebagai
(kualitatif) panduan. Pertanyaan bersifat terbuka, dengan tujuan
merangsang diskusi informal tentang topik yang diberikan.
Teknik wawancara ini bisa digunakan baik untuk memberi
informasi (seperti meningkatkan kesadaran PRB) maupun
menerima informasi (seperti mencari tahu bagaimana
pengetahuan orang tentang PRB). Dalam VCA, metode ini
dapat digunakan untuk :
a. Mendapat informasi lebih mendalam terkait masalah,
nilai dan sikap, berdasarkan informasi yang didapat
sebelumnya.
b. Mengumpulkan informasi tambahan dengan
menggunakan alat lain seperti kalender musim, profil
sejarah, dll.
c. Memberikan fleksibilitas yang tidak didapat
sebelumnya dalam proses lain seperti survei baseline.
d. Mendiskusikan isu-isu sensitif ketika pewawancara
bukan bagian dari masyarakat.
Ini merupakan upaya mendapatkan informasi secara
3. Diskusi kelompok terpumpun
terstruktur, fokus, dan terarah dengan target yang berasal
(FGD) (kualitatif) dari kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan
khusus mengenai tema yang disampaikan. Metode ini dapat
digunakan untuk:
a. Mengidentifikasi masalah dan solusi terkait risiko di
masyarakat.
b. Memahami bagaimana kelompok masyarakat tertentu
memahami risiko dan cara mengatasi risiko tersebut.
c. Melakukan diskusi terkait topik tertentu seperti
partisipasi gender, penyandang disabilitas, dan
kesiapsiagaan bencana.
d. Mengukur dampak kegiatan, atau program terkait
pendidikan kebencanaan terhadap kesadaran
masyarakat.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 91


No. Alat/Tool Keterangan

4. Observasi/pengamatan Pengamatan langsung adalah proses mengamati aspek


langsung (kualitatif) fisik, orang, fenomena dan relasi/pola interaksi di
masyarakat. Proses ini berguna untuk membantu tim VCA
dalam memahami konteks di mana informasi tersebut
berada & terkumpul. Proses ini dapat dilakukan secara
individu maupun bersama anggota masyarakat. Semua
anggota tim VCA harus terus-menerus mencatat apa yang
mereka amati dan temukan. Sangat penting untuk
mencatat sedetail mungkin dan menggambarkan keadaan
dan konteks yang mengarah pada pengamatan tertentu.
Ini akan memungkinkan orang lain untuk menilai
reliabilitas dari informasi yang didapat. Saat melakukan
pengamatan langsung, penting untuk memastikan bahwa
informasi yang diperoleh dan dipahami sesuai dengan hasil
pengamatan, untuk menghindari salah tafsir dan
memastikan bahwa analisis sesuai dengan konteks.

5. Pemetaan/peta dasar/spot Pemetaan adalah suatu upaya untuk memvisualisasikan


map (kualitatif) sumber daya, bahaya, keterpaparan risiko, dan
kerentanan dalam masyarakat. Peta dasar dapat dibuat
oleh masyarakat untuk menunjukkan lokasi berisiko dan
bahaya, seperti daerah rawan banjir. Selain itu, peta
dasar juga digunakan untuk menunjukkan dan memahami
kapasitas dan kerentanan yang dimiliki masyarakat dalam
hal sumber daya dan di mana letak sumber daya tersebut,
seperti sekolah, fasilitas kesehatan, dll. Peta juga dapat
digunakan untuk menganalisis keterhubungan dan pola
risiko di masyarakat dengan cara melakukan tumpang
susun (2) peta bahaya, infrastruktur, distribusi layanan
dan sumber daya lainnya. Selain itu, peta juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko di
luar batas administratif wilayah dan keterhubungannya
dengan wilayah lain, seperti pengelolaan DAS di wilayah
hulu, atau pembangunan infrastruktur yang memiliki
potensi positif/negatif terhadap masyarakat yang
dikaji. Peta juga berguna untuk merangsang diskusi
bersama masyarakat dalam sebuah FGD terkait dengan
tema yang ditentukan serta mendukung proses analisis
potensi masalah, kendala dan solusinya.

6. Riwayat transek (kualitatif) Proses ini melibatkan perwakilan masyarakat yang


dilakukan dengan cara berjalan bersama menelusuri
wilayah desa untuk melakukan pengamatan dan
mendiskusikan temuan-temuan di lapangan. Proses ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi dan keadaan
lingkungan mulai dari aspek fisik seperti topografi wilayah
dan lahan, karakter masyarakat, dan sumber daya yang
tersedia untuk dapat memahami relasi timbal balik
berdasarkan tata ruang. Metode ini sebaiknya dilakukan

92 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan

di awal proses kajian untuk mendapatkan informasi


terkait isu dan kapasitas, serta memberikan tampilan
menyeluruh secara singkat terkait kondisi dan situasi
masyarakat yang nantinya akan diselidiki lebih lanjut
dalam proses wawancara atau FGD. Selain itu, metode ini
juga melengkapi dan memverifikasi informasi yang
didapat dari proses pemetaan. Proses ini juga dapat
dilakukan di fase evaluasi program kegiatan untuk
memverifikasi perubahan yang terjadi di masyarakat. Rute
perjalanan untuk penelusuran dapat ditentukan dengan
menggambar garis jalur pada peta dasar desa.

7. Kalender musim (bencana Proses ini melibatkan perwakilan masyarakat untuk


dan gangguan kesehatan melihat dan mengenali permasalahan, dan fenomena yang
masyarakat) & kegiatan muncul sesuai pergantian musim, dengan menggunakan
masyarakat (kualitatif) tabel nama bulan dari Januari sampai Desember.
Masyarakat diminta untuk mengidentifikasi pola bahaya
yang dirasakan dan kegiatan setiap bulan di sepanjang
tahun, seperti musim penghujan di mana sering terjadi
angin topan, banjir, longsor, kemarau, dan ancaman
penyakit yang sering terjadi, serta kegiatan yang dapat
berkaitan dengan musim tersebut. Sebagai
contoh, musim panen identik dengan musim pernikahan,
dan masa paceklik adalah musim migrasi tenaga kerja.
Selain itu, tabel juga dapat diisi dengan informasi beban
kerja dan pembagian kerja antara pria dan wanita dalam
musim tanam, hari libur nasional, dan acara publik, yang
bisa membantu dalam proses analisis keterhubungan
antara kegiatan dan tingkat risiko di masyarakat. Dengan
alat kalender musim, kita juga dapat mengidentifikasi
waktu terbaik untuk pelaksanaan program di
masyarakat.

8. Profil sejarah/riwayat Metode ini melibatkan anggota perwakilan masyarakat


kejadian bencana (kualitatif) untuk berdiskusi dan menyepakati riwayat atau sejarah
yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat dapat melihat dan mendiskusikan
perubahan pola bahaya, iklim, dan cuaca, lalu
membandingkannya dengan data sekunder, maupun
perubahan lanskap. Informasi tersebut dicatat dan
divisualisasikan berdasarkan peristiwa dan perkembangan
penting selama beberapa dekade terakhir. Oleh sebab itu,
penting untuk bisa menghadirkan tokoh dari anggota
warga yang mengetahui kejadian-kejadian di masa
lampau. Melalui proses ini masyarakat juga bisa melihat
tren dari hal yang kemungkinan akan terus berubah di
masa depan, membawa topik diskusi baru terkait risiko
seperti perubahan iklim. Urbanisasi dan degradasi
lingkungan dapat memengaruhi kehidupan masyarakat,

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 93


No. Alat/Tool Keterangan

serta menjadi awal diskusi terkait potensi kegiatan


program ke depan.

9. Analisis mata pencaharian & Proses ini bertujuan mendapatkan informasi dan analisis
analisis strategi penyelesaian dari masyarakat terkait dengan mata pencaharian utama,
(kualitatif) sumber daya yang dimiliki yang mendukung untuk
memperoleh pendapatan, aset yang dimiliki, kapasitas,
dan kerentanan yang berkaitan dengan mata pencaharian.
Selain itu, proses ini juga akan mengetahui kemampuan
masyarakat pada saat terjadi kejadian bencana yang
memengaruhi pendapatan dan mata pencahariannya.

10. Diagram Venn (kualitatif) Diagram Venn dirancang untuk mengumpulkan data sosial
kelembagaan baik pemerintah dan nonpemerintah untuk
menunjukkan hubungan dan persepsi masyarakat dengan
berbagai lembaga di wilayah tertentu dan hubungan
antarlembaga di wilayah tersebut. Proses ini dapat
menguji dan memperjelas kesamaan dan perbedaan
antara lembaga/organisasi (termasuk kapasitas, prioritas,
visi dan misi), jejaring kemitraan, orang, dan masalah,
serta pola pengambilan keputusan dalam suatu
desa/kelurahan. Alat ini juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah dalam masyarakat dan
solusinya. Diagram Venn juga dapat digunakan untuk
membantu mengidentifikasi organisasi atau jejaring yang
dapat terlibat dalam pelaksanaan rencana aksi
pengurangan risiko bencana ke depan.

11. Kalender sumber penghasilan Penggunaan kalender sumber penghasilan bertujuan untuk
(kualitatif) mengetahui secara umum kondisi masyarakat dari
perspektif waktu - kapan masyarakat biasanya
mendapatkan pendapatan atau penghasilan. Sebagai
contoh, pada saat menjual hasil panen, saat mendapatkan
tunjangan hari raya, saat mendapatkan subsidi bantuan
sosial dari pemerintah, dan lain sebagainya.

12. Jadwal rutin harian Merupakan upaya untuk mendokumentasikan berbagai


kegiatan/aktivitas rutin sepanjang minggu yang dilakukan
oleh masyarakat setiap harinya, dari pagi hingga malam
hari. Alat ini dapat memperlihatkan perbedaan pembagian
tugas berdasarkan jenis kelamin, usia, mata pencaharian
sehingga dapat menghasilkan pola mobilitas masyarakat.
Informasi yang didapat berguna untuk mengetahui kapan
waktu terbaik untuk penjadwalan kegiatan.

13. Ranking Adalah alat yang digunakan untuk menggali persepsi


masyarakat, memahami kriteria dan pilihan masyarakat
dalam menilai, mengukur dan memprioritaskan masalah.

94 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan

14. Pohon masalah Proses mengidentifikasi masalah dalam bentuk gambar di


mana gambar ini menunjukkan sebuah proses, atau rantai
kegiatan, atau kejadian.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 95


Selain alat di atas, PMI juga memiliki beberapa alat tambahan yang mungkin dapat
digunakan sesuai dengan konteks kebutuhan kajian. Di antaranya adalah:

No. Alat/Tool Keterangan

1. Penilaian kerentanan Pada proses ini informasi yang didapat adalah kerentanan
berbasis lingkungan/rumah yang memengaruhi atau akan mendorong timbulnya
tangga/keluarga (kualitatif) sebuah risiko di lingkungan, rumah tangga/keluarga.
Proses dapat dilakukan secara FGD yang mengundang
wakil masyarakat atau dengan observasi langsung untuk
melihat kondisi fisik yang dikategorikan rentan.

2. Kajian penanganan masalah Merupakan alat yang digunakan dengan tujuan menggali
lingkungan dan sosial data dan informasi mengenai pemahaman dan
berbasis gender kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi
permasalahan lingkungan dan sosial berbasis gender.

3. Kajian penanganan masalah Merupakan proses untuk mengetahui data dan informasi
ekonomi berbasis gender tentang pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam
upaya mengatasi permasalahan krisis ekonomi berbasis
gender. Proses ini dilakukan karena pria dan wanita
memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam
masyarakat.

4. Kajian penanganan masalah Tujuan dari proses ini adalah untuk menggali data dan
penyakit dan bencana informasi tentang pemahaman dan kemampuan
berbasis gender masyarakat dalam mengatasi permasalahan penyakit dan
bencana berbasis gender.

5. Analisis kerentanan internal Merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan data dan
dan eksternal informasi dari masyarakat untuk memahami sebab-sebab
dan/atau kondisi-kondisi yang menyebabkan masyarakat
tidak mampu menghadapi ancaman atau risiko bencana.

6. Ranking kekayaan dan Adalah alat untuk mengumpulkan data sosial yang
kesejahteraan mengklasifikasikan kepala keluarga (KK) ke dalam
beberapa kategori berdasarkan kriteria atau tingkat
kesejahteraan yang dibuat sendiri oleh masyarakat. Dalam
proses ini masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan
kategori sesuai dengan persepsi mereka tentang tingkat
kesejahteraan.

7. Analisis kecenderungan dan


perubahan

8. Analisis jejaring sosial dan Alat ini membantu mengukur persepsi orang tentang
kelembagaan (kualitatif) peran dan pentingnya berbagai organisasi dalam
komunitas. Ini dapat merangsang diskusi yang mengarah
pada identifikasi peran setiap organisasi bukan hanya
pada saat bencana, tetapi juga dalam kaitannya dengan
kesiapsiagaan bencana dan kegiatan mitigasi.

96 | BUKU PANDUAN
No. Alat/Tool Keterangan

9. Penilaian kapasitas organisasi Membuat daftar organisasi-organisasi utama yang ada di


masyarakat (kualitatif) masyarakat, seperti organisasi keagamaan, sekolah,
lembaga keuangan atau asuransi, rumah sakit, dan dinas
terkait di lingkungan pemerintah daerah. Daftar ini dapat
membantu mengidentifikasi berbagai jenis dukungan yang
tersedia bagi masyarakat pada saat kondisi kedaruratan
atau bencana. Informasi ini juga dapat digunakan secara
bertahap untuk membangun gambaran kapasitas lokal
ketika memetakan kapasitas.

MEMBANGUN MASYARAKAT AMAN DAN TANGGUH BENCANA (MANTAB) | 97


98 | BUKU PANDUAN
Markas Pusat Palang Merah Indonesia
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 96, Jakarta 12790 – Indonesia
Telepon: +62 21 7992325 | Fax: +62 21 7995188
Email: pmi@pmi.or.id | Website: www.pmi.or.id

Anda mungkin juga menyukai