Anda di halaman 1dari 23

MODUL

Keperawatan Bencana

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
DAMPAK BURUK BENCANA
Dosen Pengampu : Dina Camelia,S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep.
Penyusun :
1. Amalia Dita Lestari
2. Hawana Halimatus Sakdiah
3. Sri Defi Utari

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BAHRUL ULUM


TAMBAK BERAS JOMBANG
2022
Nama Kelompok : 1. Amalia Dita Lestari (20191420146004)
2. Hawana Halimatus Sakdiah (20191420146006)
3. Sri Defi Utari (20191420146015)
Nama Mata Kuliah : Keperawatan Bencana
Program Studi : S1 Keperawatan
Semester : VII (tujuh)
Dosen : Dina Camelia,S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 2


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas modul Keperawatan Bencana ini
dengan lancar tanpa hambatan. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu
Dina Camelia,S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep. selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan
Bencana.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis dengan terbuka menerima kritik dan saran untuk mengembangkan penulis ke
depannya. Akhir kata penulis berharap modul ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis doakan semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Jombang, 30 September 2022

Penulis

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 3


VISI DAN MISI
STIKES BAHRUL ULUM

Visi STIKES Bahrul Ulum


Menjadi pusat pendidikan tenaga Kesehatan yang professional dan mengintegrasikan
nilai Islam serta memiliki wawasan global.

Misi STIKES Bahrul Ulum


Berkeyakinan penuh bahwa visi tersebut akan menempatkan lembaga pendidikan ke arah
pengembangan yang lebih baik, yaitu :
a. Menempatkan STIKES Bahrul Ulum sebagai partner pemerintah dalam
pembangunan kesehatan dan pendidikan tenaga Kesehatan
b. Membentuk professional SDM kesehatan yang beriman dan bertakwa
c. Menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memenuhi kebutuhan pasar dan
mampu menciptakan lapangan kerja
d. Memberikan pelayanan pendidikan kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan
perkembangan teknologi
e. Meningkatkan kerjasama dengan institusi pendidikan lainnya dalam membantu
kerjasama pengembangan ilmu Kesehatan
f. Mengembangkan ilmu kesehatan untuk kepentingan pembangunan melalui kegiatan
penelitian

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 4


VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG

Visi
Menghasilkan lulusan sarjana Keperawatan dan Profesi Ners yang kompeten,
berakhlakul karimah dan unggul dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah pada tahun
2023.

Misi
a. Terselenggaranya program Pendidikan Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners yang
professional, khususnya di bidang Keperawatan Medikal Bedah.
b. Menyelenggarakan proses belajar mengajar sesuai kurikulum KKNI dengan
menerapkan nilai-nilai kepesantrenan.
c. Mengembangkan penelitian pada bidang asuhan keperawatan yang bermanfaat bagi
masyarakat.
d. Mengembangkan Ilmu Keperawatan melalui kegiatan pengabdian masyarakat.
e. Menjalin kerjasama dengan pihak yang berkepentingan baik dalam tingkat regional
maupun nasional.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 5


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 3


VISI DAN MISI STIKES BAHRUL ULUM ............................................................... 4
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG ....................................................................... 5
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 7
Latar Belakang .......................................................................................................... 7
BAB II MATERI ......................................................................................................... 8
Materi Pokok A Persiapan dan Mitigasi Bencana ...................................................... 8
Materi Pokok B Pemberdayaan Masyarakat............................................................. 10
Materi Pokok C Pendidikan dan Kesiapsiagaan ....................................................... 12
Materi Pokok D Evidence Based Practice pada Keperawatan Bencana .................... 16
Materi Pokok E Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan dan
Penanggulangan Dampak Buruk Bencana ............................................................... 17
Referensi Bacaan dan Daftar Pustaka/Bahan bacaan buku ....................................... 23

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 6


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bencana merupakan anugerah dan berkah yang harus dihadapi oleh manusia
terutama yang hidup di bumi ini. Kedatangan bencana secara tiba-tiba tidak dapat
dihindari tetapi harus dihadapi. Manusia tidak perlu takut pada bencana, tetapi manusia
harus dapat menghadapi bencana. Indonesia merupakan Negara yang rawan bencana
bahkan dikenal sebagai Laboratorium Bencana Alam. Masyarakat yang tinggal di
kawasan rawan bencana akan berusaha untuk siap menghadapi bencana, mengantisipasi
bencana, dan beradaptasi dengan bencana, dikenal sebagai upaya mitigasi bencana.
Mitigasi bencana dapat meningkatkan kesadaran dan bimbingan kepada masyarakat
terkait dengan penanggulangan bencana sejak dini atau sedini mungkin.
Terlalu banyak mengeksploitasi sumberdaya alam dapat merusak lingkungan dan
terjadi bencana. Upaya memperkecil risiko bencana dapat dilakukan dengan merubah
perilaku manusia, meningkatkan kesadaran dan kepedulian untuk melestarikan
lingkungan. Merubah perilaku manusia dapat dilakukan dengan merubah pola pikir dan
membiasakan diri sejak dini untuk selalu peduli pada lingkungan dan sadar bencana.
Melalui pendidikan kebencanaan diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan
kebencanaan, merubah sikap dan perilaku untuk selalu sadar bencana.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dengan berbasis pada
budaya. Pendidikan atau pengetahuan memainkan peranan penting dalam masyarakat.
Pola pikir seseorang harus dirubah untuk mewujudkan budaya keselamatan, melalui
kebiasaan, kesiapsiagaan, dan kearifan lokal pencegahan bencana. Melalui reformasi
pendidikan kebencanaan, akan dapat mengubah pola pikir manusia Indonesia, untuk
selalu sadar dan peduli bencana. Mendahulukan keselamatan dari bencana dengan cara
selalu sosialisasi kesiapsiagaan bencana, melakukan simulasi bencana, maupun
mempraktikan berbagai upaya pencegahan bencana.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 7


BAB II
MATERI

Materi Pokok A
Persiapan dan Mitigasi Bencana

A. Persiapan dan Mitigasi Bencana

Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-


pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk
cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang
mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang
lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk
menggabungkan penilaian bahaya di dalam suatu perencanaan (Coburn, et al. 1994).
Terdapat dua (2) bentuk mitigasi, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non
struktural. Mitigasi struktural dilakukan untuk memperkuat bangunan dan
infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan,
desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun
membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-
lain. Mitigasi non struktural berupa penyusunan peraturan, pengelolaan tata ruang,
pelatihan perencanaan tata ruang wilayah, serta upaya memberdayakan masyarakat
dan pemerintah daerah.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 8


Informasi mengenai bencana adalah salah satu informasi penting bagi
masyarakat, khususnya di Indonesia, di mana di beberapa wilayah memiliki potensi
bencana. Berdasarkan pada Undang-undang nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Beberapa jenis bencana adalah bencana alam, bencana non alam,
dan bencana sosial. Sementara, mitigasi adalah upaya untuk mengurangi resiko
bencana, dapat melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bahaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah
satu upaya untuk mengurangi resiko bencana dan dampak bencana adalah dengan
meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalammenghadapi bahaya.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 9


Materi Pokok B
Pemberdayaan Masyarakat

B. Pemberdayaan Masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana


biasanya akan menjadi terkatung-katung tidak jelas akibat memburuknya keadaan
pasca bencana, akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki sehingga banyak
di antara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang
bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi
bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan
yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan
mampu membangun kehidupannya ke depan lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan Tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu adanya
beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat, di antaranya adalah, perawat
harus memiliki skill keperawatan yang baik, perawat harus memiliki jiwa dan sikap
kepedulian, perawat harus memahami manajemen siaga bencana. Adapun peran
perawat dalam manajemen siaga bencana adalah sebagai berikut :
a. Peran perawat dalam fase pre-impact
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga Kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 10


2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.
3) Perawat terlibat dalam program Promosi Kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.
b. Peran perawat dalam fase impact
1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan maksud
memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk
jangka waktu 30 bulan pertama.
c. Peran perawat dalam fase post impact
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, psikologi
korban.
2) Stress psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD).
3) Tim Kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju
keadaan sehat dan aman.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 11


Materi Pokok C
Pendidikan dan Kesiapsiagaan

C. Pendidikan dan Kesiapsiagaan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk


mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo,
2012).
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis
dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa Kesehatan
adalah keadaan sempurna, baik fisik maupun mental dan tidak hanya bebas dari
penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam
bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan
untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu,
kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan Kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2012).

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 12


Pendidikan bencana merupakan proses pembelajaran melalui penyediaan
informasi, pengetahuan, dan kewaspadaan terhadap peserta didik guna membentuk
kesiapan bencana di level individu dan komunitas. Melalui pendidikan bencana,
peserta didik didorong untuk mengetahui resiko bencana, mengumpulkan informasi
terkait mitigasi bencana, dan menerapkannya pada situasi bencana (Shiwaku et al,
2007).

Aplikasi bencana yang secara sederhana dapat diterapkan dalam kehidupan


sehari-hari meliputi melakukan simulasi bencana di keluarga, menolong korban
bencana, memiliki perlengkapan darurat (disaster kit), mengetahui tempat
berlindung saat bencana, dan mengetahui fasilitas tanggap darurat yang tersedia di
instansi terkait (Kapucu, 2008).

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 13


Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepatguna dan berdaya guna. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak negatif
dari bencana. Kesiapsiagaan bencana merupakan proses dari penilaian,
perencanaan dan pelatihan untuk mempersiapkan sebuah rencana tindakan yang
terkoordinasi denganbaik (Undang-Undang No.24 Tahun 2007).

Pan American Health Organization (PAHO, 2006), menyebutkan


penanganan pelayanan kesehatan untuk korban cedera dalam jumlah besar
diperlukan segera setelah terjadinya bencana. Oleh karena itu dibutuhkan kesiagaan
untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan dalam beberapa jam pertama.
Banyaknya korban jiwa yang tidak tertolong karena minimnya sumber daya lokal,
termasuk transportasi yang tidak dimobilisasi segera. Pelaksanaan tugas penanganan
kesehatan akibat bencana di lingkungan Dinas Kesehatan dikoordinasi oleh unit yang
ditunjuk oleh unit yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Kesehatan dengan surat
keputusan (Depkes RI, 2007).

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 14


Pendidikan dan pelatihan kebencanaan merupakan salah satu upaya
penanggulangan bencana pada tahap kesiapsiagaan bencana (Renstra BNPB 2010-
2014). Pelatihan kebencanaan sangat diperlukan baik untuk petugas maupun untuk
masyarakat yang bakal terkena bencana (Soehatman, 2010).

Pelatihan yang diperlukan berkaitan dengan penanggulangan bencana,


misalnya :
a. Pelatihan mengenai manajemen resiko bencana, diharapkan petugas memiliki
wawasan mengenai manajemen bencana termasuk perundang-undangannya
sehingga mampu mengembangkannya di lingkungan masing-masing, mampu
menyusun dan menilai suatu analisa risiko bencana.
b. Pelatihan mengenai penanganan suatu bencana menurut jenisnya, misalnya
bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, bencana industri, atau bencana
sosial.
c. Teknik melakukan pertolongan pertama seperti resque atau penyelamatan
lainnya.
d. Teknik bantuan medis (P3K) dan bantuan medis lainnya.
e. Pelatihan mengenai prosedur penanggulangan bencana yang meliputi mitigasi
bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi.
f. Pelatihan mengenai sistem informasi dan komunikasi bencana
g. Pelatihan manajemen logistik bencana

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 15


Materi Pokok D
Evidence Based Practice pada Keperawatan Bencana

D. Evidence Based Practice pada Keperawatan Bencana

Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan


kualitas praktik keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, Almaskari
(2017). Evidence adalah kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Ada dua bukti
yang dihasilkan oleh evidence yaitu bukti eksternal dan internal. Evidence-Based
Practice in Nursing adalah penggunaan bukti ekternal dan bukti internal (clinical
expertise), serta manfaat dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan
keputusan di pelayanan kesehatan, Chang, Jones, & Russell (2013). Hal ini menuntut
perawat untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan yang berbasis bukti empiris
atau dikenal dengan Evidance Based Nursing Practice (EBNP).

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 16


Materi Pokok E
Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Dampak
Buruk Bencana

E. Aplikasi Pendidikan Kesehatan Dalam Pencegahan dan Penanggulangan


Dampak Buruk Bencana

Pendidikan bencana untuk semua kalangan termasuk anak-anak adalah suatu


keharusan, karena anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian
bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada
saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru
yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai
dampak bencana.
Beberapa media yang dapat digunakan untuk melakukan pendidikan
kebencanaan meliputi : poster, brosur, buku panduan, komik, alat permainan
(konvensional atau elektronik), lembar balik, video, maupun berbagai alat peraga
edukasi kebencanaan. Berikut ini disajikan beberapa gambar media edukasi
kebencanaan yang dapat digunakan (Puspitawati, dkk., 2017).
1. Konsep Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB)
Mekanisme penerapan SPAB di sekolah-sekolah rawan bencana dilakukan
menggunakan skema sebagai berikut.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 17


2. Poster SPAB
Poster berisi gambar dan tulisan yang singkat, jelas, padat, dan langsung tepat
sasaran serta mudah dimengerti. Poster juga dirancang agar dapat dibaca orang
yang sedang bergerak (berkendara atau berjalan kaki) dan menarik perhatian.
Ukuran konvensional dari poster adalah kertas ukuran A3 sampai dengan A0.
Di lingkungan sekolah, poster dapat digunakan sebagai sarana agar peserta
didik mengenali jenis-jenis bencana, tanda-tanda kejadian bencana, bagaimana
cara melakukan evakuasi, dll. Contoh poster sebagai berikut.

3. Komik edukasi
Merupakan salah satu jenis komik yang kini sedang berkembang di
masyarakat. Salah satu keunikan jenis komik ini adalah selain memiliki konten
cerita dan narasi komik pada umumnya, komik edukasi juga memiliki konten
edukasi dan informasi terkait subjek pelajaran yang disampaikannya, sehingga
cocok digunakan untuk media pembelajaran. Cerita bergambar merupakan

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 18


media yang tepat untuk anak bermain sambil belajar. Ketika anak melihat
gambar, anak dilatih bermain motorik halusnya untuk berimajinasi. Komik
biasanya memiliki tokoh cerita yang menyampaikan pesan dan informasi sesuai
dengan alur cerita yang ada di dalam komik. Contoh komik kebencanaan
disajikan sebagai berikut.

4. Brosur
Merupakan media komunikasi dalam ukuran kertas A4 atau A5 yang
dapat dilipat menjadi 3 atau 4 dan memiliki susunan headline, gambar dan
informasi. Di dalamnya berisi informasi tentang konsep sekolah aman.
Contohnya adalah brosur Sekolah aman yang komprehensif produk dari
gabungan 12 lembaga di Indonesia. Media ini mudah didistribusikan tapi
jangkauannya terbatas dan ditujukan untuk khalayak umum.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 19


5. Buku panduan
Dalam buku panduan berisi tentang cara mengembangkan SMAB di suatu
sekolah. Buku ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu manual dan penjelasannya.
Dalam manualnya berisi dua bagian modul dan yang kedua panduan untuk
fasilitatornya. Judul 3 buku, yaitu : 1) Modul manual Ayo Siaga Bencana, 2)
Panduan fasilitator Ayo Siaga Bencana, 3) Pengurangan risiko berbasis remaja.

6. Lembar balik
Merupakan bahan pembelajaran yang dapat digunakan oleh tenaga pendidik
dalam sosialisasi dan implementasi kegiatan SPAB.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 20


7. Video
Video adalah media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara
dalam waktu bersamaan. BNPB memiliki kanal Youtube yang berisikan video-
video terkait pendidikan kebencanaan. Video untuk KIE dapat dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu : video dokumenter, video animasi atau kartun, film.
8. Alat permainan
Untuk mempermudah belajar tentang kesiapsiagaan bencana, adaptasi
perubahan iklim dan materi terkait SPAB, dikembangkanlah sejumlah
permainan, baik permainan manual konvensional, maupun permainan
elektronik. Alat bermain tersebut diantaranya : Alat Permainan (Konvensional,
Elektronik). Contohnya : Ular tangga Siaga Bencana, Kartu Bergambar
Sekolah/Madrasah Aman Bencana, Kartu Bergambar Berukuran, Kuartet
Sekolah/Madrasah Aman Bencana, Board Game/ Papan Permainan PRB dan
Api, Monopoli Sekolah/Madrasah Aman Bencana, Domino Sekolah/Madrasah
Aman Bencana dan PRB, Permainan kartu domino yang dimodifikasi muatan
sekolah aman bencana dan kesiapsiagaan bencana, dan Puzzle
Sekolah/Madrasah Aman Bencana.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 21


9. Alat peraga
Digunakan untuk membantu anak untuk belajar mengenai bencana. Alat
peraga yang ada saat ini adalah alat peraga gunung api. Terbuat dari tanah liat,
dibuat menyerupai gunung api berkawah, dengan kelengkapannya berupa soda
kue dan air yang diberikan pewarna merah. Contoh alat peraga sebagai berikut.

Untuk memulai pendidikan siaga bencana di sekolah, idealnya setiap sekolah


melakukan serangkaian proses kegiatan sebagai berikut :
1. Mengikuti pelatihan atau pembekalan tentang penanggulangan bencana dan
pengurangan risiko bencana,
2. Mengenali risiko bencana di sekitar lokasi sekolah
3. Merencanakan integrasi kurikulum ke dalam Rencana Belajar Tahunan,
Bulanan, Mingguan dan Harian dan pemantauan hasil belajar dengan cara:
mengintegrasikan materi PRB ke dalam bahan belajar; mengintegrasikan
materi PRB ke dalam mata pelajaran pokok dan muatan 20endi;
mengintegrasikan materi PRB ke dalam program pengembangan diri,
4. Menyelenggarakan mata pelajaran Pendidikan PRB Memadukan 20endidikan
kesiagaan bencana ke dalam kebijakan sekolah.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 22


Referensi Bacaan dan Daftar Pustaka/Bahan bacaan buku :

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nursyabani., Putera. E. P., & Kusdarini. (2020). Mitigasi Bencana Dalam Peningkatan
Kewaspadaan Terhadap Ancaman Gempa Bumi di Universitas Andalas. Jurnal
Ilmu Administrasi Negara (AsIAN). Vol.08, No,02. 81-90

Setyowati, Dewi Liesnoor. 2017. Pendidikan Kebencanaan (Bencana Banjir, Longsor,


Gempa dan Tsunami). Buku Referensi, Semarang: CV Sanggar Krida Aditama.

Setyowati, DL., Mohamad Amin, Tri Marhaeni PA., Ishartiwi. 2017. Community
Efforts For Adaptation And Anticipate To Flood Tide (ROB) In Bedono Village,
District Sayung Demak, Central Java, Indonesia. Man In India: 97(5):241-252.

Setyowati, DL., Nana Karida Tri Martuti., Satya Budi Nugraha. 2016. Pendidikan
Bencana Banjir (Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi Banjir di Kali
Beringin Indonesia dan Sungai Uthapao Thailand). Semarang: CV Sanggar
Krida Aditama.

Susanti. E., & Anggara. I. P. (2020). Analisis Mitigasi Penanggulangan Bencana di


Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah
Wahana Bhakti Praja. Vol.10, No.2. 324-332

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB

BNPB. 2017. Buku Saku: Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana.

BNPB. (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Nomor 2 Tahun 2012. Jakarta: Badan
Nasional Penanggulangan Bencana.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 145/MENKES/SK/1/2007 Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana. (2007). Jakarta.

STIKES BAHRUL ULUM JOMBANG 23

Anda mungkin juga menyukai