Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PENDIDIKAN DAN


KESIAPSIAGAAN, DAN EVIDENCE BASE PRACTICE

Dosen pengampu :

Alkhusari, S. Kep, Ners. M. Kes., M. Kep

Disusun oleh : Kelompok 6

1. Agung Sisen Miliyanto (18220002)


2. Dora Miranti (18220007)

YAYASAN KADER BANGSA

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan tepat waktu dengan judul “ MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PENDIDIKAN DAN
KESIAPSIAGAAN, DAN EVIDENCE BASE PRACTICE ” guna pemenuhan
tugas mata kuliah keperawatan bencana.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini.


Penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan penulisan baik disengaja
maupun tidak. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB 1 PENFAHULUAN ......................................................................

Latar belakang .........................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORI ..................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan bencana bertujuan untuk memastikan bahwa perawat


mampu untuk mengidentifikasi, mengadvokasi dan merawat dampak dari
semua fase bencana termasuk didalamnya adalah berpartisipasi aktif dalam
perencanaan dan kesiapsiagaan bencana. Perawat harus mempunyai
ketrampilan teknis dan pengetahui tentang epidemiologi, fisiologi,
farmakologi, struktur budaya dan social serta masalah psikososial sehingga
dapat membantu dalam kesiapsiagaan bencana dan selama bencana sampai
dengan tahap pemulihan (ICN,2009). Perawat bersama dengan dokter
merupakan ujung tombak kesehatan pada saat bencana terjadi selama dalam
kondisi kritis dan gawat darurat (Zarea, dkk.,2014). Perawat dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat
kegawat daruratan maupun berkelanjutan seperti perawatan neonatal,
pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat mengidentifikasi penyakit dan
imunisasi serta intervensi pada saat kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana
(Savage & Kub, 2009).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat merupakan orang terdampak dan
penolong pertama (first responder) dalam situasi krisis kesehatan secara
mandiri. Beberapa kegiatan yang merupakan bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat adalah membentuk desa siaga bencana/ desa tangguh bencana,
RW/ RT siaga bencana, forum masyarakat siaga bencana, sekolah siaga
bencana dan sebagainya. Program tersebut dapat diinisiasi oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah berkolaborasi dengan dinas - dinas dan
LSM terkait. Dalam artikel berikut dijelaskan bahwa untuk membangun
masyarakat yang tahan bencana, pertama - tama mereka harus diberdayakan
sehingga anggota masyarakat dapat mengatasi dampak buruk dari bahaya
alam. Hal tersebut merupakan pendekatan yang paling efektif untuk mencapai
keberlanjutan dalam menangani risiko bencana alam. Pemberdayaan
masyarakat untuk manajemen risiko bencana menuntut partisipasi mereka
dalam penilaian risiko, perencanaan mitigasi, pengembangan kapasitas,
partisipasi dalam implementasi dan pengembangan sistem untuk pemantauan
dengan memastikan kepentingan mereka.

B. Pendidikan dan kesiapsiagaan


Pendidikan memainkan peran penting dalam membangun kesadaran manusia.
Manusia Indonesia perlu sadar bahwasanya mereka hidup di wilayah cincin
api (ring of fire). Wilayah yang sangat mungkin terkena gempa dan tersapu
tsunami. Oleh karena itu, mempersiapkan diri untuk menghadapi itu menjadi
sebuah keniscayaan. Melalui pendidikan, masyarakat akan mampu memahami
bahwasanya bencana ialah sahabat manusia. Oleh karena itu, kita
membutuhkan seperangkat alat kesadaran. Alat kesadaran itu dipupuk dari
ruang dialog bernama pendidikan. Pendidikan siaga bencana dimulai
pemahaman secara komprehensif bahwa Indonesia berada di sesar aktif
gempa. Keberadaan gunung yang berjejer rapi pun menjadi anugerah
sekaligus dapat menimbulkan bencana. Sesar aktif plus gunung berapi itu
perlu dipahami guru dan siswa. Siswa perlu mendapatkan pemahaman bahwa
suatu waktu bencana bisa datang tanpa kabar berita. Saat alam bawah sadar
sudah terbangun, kesiapan menghadapi bencana akan tumbuh. Siswa akan
teteg (kuat, teguh), saat bencana hadir. Mereka tidak akan mudah panik.
Namun, mereka telah paham dan tahu apa yang harus dilakukan saat gempa
terjadi. Selanjutnya ialah membekali keterampilan teknis menghadapi
bencana.
Di Jepang, misalnya, siswa dilatih untuk setiap saat siap menghadapi gempa.
Siswa di Jepang setiap hari membawa bantal ke sekolah. Bantal itu digunakan
untuk melindungi kepala dari reruntuhan gedung. Siswa di Jepang juga sudah
dilatih bagaimana mereka harus menyelamatkan diri saat terjadi gempa.
Berlindung di bawah meja, misalnya, telah menjadi pilihan utama saat gempa
terjadi. Mereka pun dilatih untuk berlindung di sisi-sisi gedung jika tidak
mendapatkan tempat perlindungan yang sekiranya aman. Teknis-teknis ini
perlu latihan. Latihan siaga bencana dilakukan setiap saat. Jika
memungkinkan seminggu bisa disimulasi dua kali. Simulasi ini penting agar
mereka benar-benar tahu dan sigap menghadapi bencana. Simulasi itu pun
perlu didukung struktur bangunan di sekolah yang ramah terhadap gempa.
Sekolah perlu ada petunjuk pintu keluar darurat dan titik kumpul jika terjadi
gempa. Struktur bangunan tahan gempa dan ramah lingkungan perlu menjadi
budaya di sekolah. Pasalnya, dari sinilah siswa akan belajar. Mereka akan
mengamati sekeliling dan menjadi persepsi.
C. Evidence base practice pada keperawatan bencana

Evidence-Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung


pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”. Practice in Nursing adalah
penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat
dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan
kesehatan.

Contoh :

Layanan di RSUD kota Mataram, Lombok, dilakukan di tenda karena gedung yang
rusak. (Foto: Nurhadi/VOA)

Anda mungkin juga menyukai