Anda di halaman 1dari 73

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH BRISK WALKING EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN

TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS PEJERUKTAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan UAS Pada Mata Kuliah

Riset Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan

Mataram Jurusan Keperawatan Politekni Kesehatan Kemenkes Mataram

Tahun Akademik 2021/2022

Oleh :

AULIA HAMYATUL FITRI


NIM. P07120421005A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan UAS Pada Mata Kuliah

Riset Keperawatan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan

Mataram Jurusan Keperawatan Politekni Kesehatan Kemenkes Mataram

Tahun Akademik 2021/2022

Mataram, Desember 2021

Mahasiswa,

AULIA HAMYATUL FITRI


NIM. P07120421005A

i
Mengesahkan,

Dosen Pengajar,

MOH. ARIP, S.Kp.,M.Kes

NIP. 196706071989031003

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas rahmat, taufik, hidayah, sehingga penulisan

Proposal Skripsi yang berjudul “Pengaruh Brisk Walking Exercise

Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruktahun 2021” dapat terselesaikan

tepat pada waktunya. Penulisan Proposal Skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

ii
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengajar bapak MOH. ARIP,

S.Kp.,M.Kes dan seterusnya.

Semoga tugas proposal ini ada manfaatnya bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya

Mataram, Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................

iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.....................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................6
C. Tujuan Penelitian...........................................................................6
D. Hipotesis........................................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................9


A. Landasan Teoritis..........................................................................9
1. Konsep Tekanan Darah..........................................................9
2. Konsep Hipertensi.................................................................19
3. Konsep Briks alking Exercise...............................................34
B. Kerangka konseptual..................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN............................................................41

A. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................41


B. Rancangan Penelitian.................................................................41
C. Populasi dan Sampel..................................................................42
1. Populasi................................................................................42
2. Sampel..................................................................................42
a. Besar Sampel...................................................................43
b. Kriteria Sampel.................................................................44
c. Sampling...........................................................................45
D. Variabel Penelitian......................................................................45
E. Definisi Operasional....................................................................46
F. Instrumen Penelitian...................................................................47
G. Alur Penelitian.............................................................................49

iv
H. Data Yang Dikumpulkan..............................................................50
I. Cara Pengumpulan Data.............................................................50
J. Cara Pengolahan Data................................................................51
K. Analisa Data................................................................................53
L. Etika Penelitian...........................................................................53

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................55

LAMPIRAN................................................................................................

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Tekanan Darah Normal Rata-Rata...........................................14

v
Tabel.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH.........................23
Tabel.3 Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA & JNC VII, 2014...............23
Tabel.4 Kategori Tekanan Darah Menurut Kemenkes RI......................23
Tabel.5 Definisi Operasional..................................................................46

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Kerangka Konseptual...........................................................40

vi
Gambar.2 Bentuk Rancangan ..............................................................42
Gambar.3 Spigmomanometer...............................................................47
Gambar.4 Stetoskop..............................................................................47
Gambar.5 Alat Tulis...............................................................................48
Gambar.6 Alat Pengumpulan Data (Kuosioner)....................................48
Gambar.7 Alur Penelitian.......................................................................49

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskular)

merupakan masalah kesehatan utama di Negara maju maupun Negara

berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia

setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit jantung

dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang banyak disandang

masyarakat. Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering

tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap

hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat

penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi seperti stroke, infark

miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak), dan kejang pada

wanita preeklamsi. (P2PTM Kemenkes RI, 2018). Hipertensi

merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling banyak

disandang masyarakat (Kemenkes RI, 2019).

1
1

Organisasi kesehatan dunia (World Healt Organization/WHO)

mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar

22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebuat,

hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian

terhadap tekanan darah yang dimiliki. Wilayah Afrika memiliki

prevalensi Hipertensi sebesar 27%. Asia tenggara berada di posisi ke-

3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total penduduk.

WHO juga memperkirakan 1 diantara 5 orang perempuan di seluruh

dunia memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih besar diantara kelompok

laki-laki, yaitu 1 diantar 4. (Pusdatin Kemkes, 2019).

Berdasarkan hasil Riskesdas terbaru tahun 2018, prevalensi

kejadian hipertensi sebesar 34.1%. Angka ini meningkat cukup tinggi

dibandingkan hasil RISKESDAS tahun 2013. Dan dari riset yang

terbaru pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang cukup

signifikan menjadi 13.2% pada usia 18-24 tahun, 20,1% di usia 25-34

tahun, dan 31,6% pada kelompok usia 25-44 tahun.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 juga menunjukkan bahwa

penderita hipertensi di Indonesia berdasarkan kelompok usia 45-54

tahun sebanyak 45,3%, usia 55-64 tahun sebanyak 55,2%, usia 65-74

tahun sebanyak 63,2% dan pada usia ≥ 75 tahun sebanyak 69,5%.

Berdasarkan data-data yang diperoleh menunjukkan prevalensi

hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama jenis penyakit

kronis tidak menular yang dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu

sebesar 26,5%. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi


2

NTB (2017), dari 2.981.909 penduduk usia 18 tahun ke atas,

sebanyak 100.114 jiwa (24,90%) mengalami hipertensi.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) tahun 2018 menunjukkan penyakit yang menempati peringkat

kedua terbanyak di Provinsi NTB adalah hipertensi. Tercatat penderita

hipertensi yang berusia ≥18 tahun di Provinsi NTB sebanyak 358.110

jiwa dan mendapatkan pelayanan sebesar 56.107 jiwa (15,7%).

Data kunjungan hipertensi se-Puskesmas di Kota Mataram

tahun 2018 bahwa Puskesmas Pejeruk menempati peringkat keenam

terbanyak dengan jumlah kasus 462 jiwa. Di sisi lain hipertensi

menempati peringkat kedua dari 10 penyakit tertinggi di Puskesmas

Pejeruk (Profil Puskesmas Pejeruk, 2018).

Penyakit Hipertensi berdampak timbulnya penyakit lain yaitu

stroke, serangan jantung, dan gagal jantung. Hipertensi tidak hanya

beresiko tinggi terkena penyakit jantung, tetapi juga beresiko

menderita penyakit lain seperti saraf, ginjal, dan pembuluh darah.

Semakin tinggi tekanan darah maka semakin besar resikonya.

Pengendalian hipertensi dengan perubahan perilaku anatara lain

menghindari asap rokok, diet yang sehat, rajin aktifitas fisik dan tidak

mengkonsumsi alkohol. [ CITATION sit20 \l 1057 ]

Terdapat dua pengobatan untuk menurunkan Hipertensi yatu,

Farmakologi dan Non-farmakologi. Terapi farmakologi merupakan

terapi menggunakan obat atau senyawa yang dapat mempengaruhi

tekanan darah pasien. Terapi non farmakologi adalah pengobatan


3

tanpa obat dan bisa dilakukan melalui pola makan dengan diet

seimbang, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi alkohol,

mengendalikan stress, terapi herbal, terapi pijat senam yoga, dan

olahraga atau aktifitas fisik yang bersiat aerobik seperti jogging,

bersepeda, renang, jalan kaki atau brisk walking (dalimartha, 2008

dalam [ CITATION Ayu17 \l 1057 ].

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat

Puskesmas Pejeruk diperoleh informasi bahwa tidak ada bentuk

penanganan lain yang diberikan pada pasien hipertensi selain

pemberian obat penurunan anti hipertensi. Sementara itu,

penanganan hipertensi yang dilakukan hanya dengan pemberian

obat-obatan penurun tekanan darah masih belum cukup untuk

membantu penderita hipertensi dalam mengendalikan tekanan darah

yang meningkat, sehingga perlu penanganan lain seperti senam

ataupun aktivitas fisik lainnya untuk membantu penderita hipertensi

dalam mengendalikan atau mengontrol tekanan darah yang

meningkat.

Menurut the American College of Sports Medicine, olahraga

atau aktifitas fisik dengan intensitas sedang, seperti berjalan cepat

dapat menurunkan mortalitas penderita gangguan kardiovaskular

seperti hipertensi. (Niederhoffer KG, 2009 dalam [ CITATION Son20 \l

1057 ]

Brisk Walking Exercise sebagai salah satu bentuk latihan

aerobik merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien


4

hipertensi dengan menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-30

menit dengan rerata kecepatan 4-6 km/jam. Kelebihannya adalah

latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas maksimal

denyut jantung, merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen dan

peningkatan oksigen jaringan. Latihan ini juga dapat mengurangi

pembentukan plak melalui peningkatan penggunaan lemak dan

peningkatan penggunaan glukosa (Kowalski, 2010). Brisk Walking

Exercise/ jalan cepat berdampak pada penurunan risiko mortalitas

dan morbiditas pasien hipertensi melalui mekanisme pembakaran

kalori, mempertahankan berat badan, membantu tubuh rileks dan

peningkatan senyawa beta endorphin yang dapat menurunkan stres

serta tingkat keamanan penerapan Brisk Walking Exercise pada

semua tingkat umur penderita hipertensi (Kowalski, 2010 dalam

[ CITATION Ari18 \l 1057 ]

Menurut Ganong dan Price (2003) Brisk Walking Exercise

bekerja melalui penurunan resistensi perifer. Pada saat otot

berkontraksi melalui aktifitas fisik akan terjadi peningkatan aliran

darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik. Adanya

dilatasi sfinter prekapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan

pembukaan 10 - 100 kali lipat pada kapiler. Dilatasi pembuluh juga

akan mengakibatkan penurunan jarak antara darah dan sel aktif serta

jarak tempuh difusi O2 serta zat metabolik sangat berkurang yang

dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah,

oksigen serta nutrisi dalam sel [ CITATION Ani18 \l 1057 ].


5

Hal terseut didukung oleh penelitian yang berjudul “Penurunan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking

Exercise” yang dilakukan di Kudus, didapatkan hasil rata-rata teanan

darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukannya teknik

brisk walking exercise menunjukkan adanya perubahan yang

signfikan. Dalam jurnal lain yang berjudul “The Effect Of Alking

Exercise On The Bloodpreasure in The Eldry With in Mulyoharjo

Community Health Center Pemalang” juga disebutkan bahawa brisk

walking exercise berpengaru secara signifikan terhadap tekanan

darah, yaitu pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan briks

walking exercise tekanan darah rata-rata 152/95 mmHg, dan setelah

dilakukan brisk walking exercise tekanan darah rata-rata

147/93mmHg [ CITATION sit20 \l 1057 ].

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Brisk Walking Exercise Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Pejeruk tahun 2021“

B. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas yang rumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh Brisk Walking

Exercise terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Pejeruk ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
6

Untuk mengetahui pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Pejeruk.

2. Tujuan Khusus

a. Mengindentifikasi hasil tekanan darah pada penderita hipertensi

sebelum dilakukan Brisk Walking Exercise di wilayah kerja

Puskesmas Pejeruk.

b. Mengindentifikasi hasil tekanan darah pada penderita hipertensi

sesudah dilakukan Brisk Walking Exercise di wilayah kerja

Puskesmas Pejeruk.

c. Menganalisa pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Pejeruk.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Hipotesis nol (Ho) : tidak ada pengaruh Brisk alking Exercise terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Pejeruk.

Hipotesis alternatif (Ha) : ada pengaruh pengaruh Brisk alking Exercise

terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Pejeruk.


7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pasien

Dapat dijadikan salah satu solusi yang dapat digunakan dalam

mengurangi tekanan darah pada penderita hipertensi dengan

melakukan Brisk Walking Exercise dan sebagai terapi

komplementer yang mudah untuk dilakukan secara mandiri.

2. Bagi institusi kesehatan/Puskesmas

Menjadi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai

bahan pertimbangan dalam memberikan terapi komplementer pada

pasien dengan Hipertensi.

3. Bagi institusi Pendidikan

Sebagai pedoman dalam penelitian yang akan dilakukan dan

hasilnya nanti diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pustaka dalam pengembangan ilmu pengetahuan guna

meningkatkan mutu pendidikan selanjutnya.

4. Peneliti lainnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu data awal untuk

penelitian lebih lanjut.


8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Konsep Tekanan Darah

a. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah (TD) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh

darah pada dinding pembuluh darah, dan biasanya berkenaan

dengan tekanan di dalam arteri saat ventrikel kiri memompa

daerah ke aorta. Tekanan dihasilkan saat menemui tahanan

(Brooker, 2009).

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding

arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh

(Palmer, 2007). Sedangkan menurut Sheps (2005), tekanan

darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat

darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam

arteri agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal

biasanya 120/80 (Smeltzer Bare, 2001) dan diukur dalam

satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah

terhadap pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah.

Peningkatan tekanan darah disebabkan peningkatan volume

darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan

volume darah akan menurunkan tekanan darah (Ronny, 2010).

1
1

Tekanan darah merupakan salah satu parameter

hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan

pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi

hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu

keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat

mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan

(Muttaqin, 2012).

b. Fisiologi Tekanan Darah

Tekanan darah menggambarkan interelasidari curah jantung,

tekanan vaskuler perifer, volume darah, viskositas darah dan

elastisitas arteri. Pengetahuan perawat tentang variabel

hemodinamik membantu dalam pengkajian perubahan tekanan

darah (Potter & Perry, 2006).

1) Curah Jantung

Curah jantung seseorang adalah jumlah volume darah

yang dipompa oleh ventrikel kiri jantung selama 1 menit.

Saat dipompakan, darah membawa oksigen dan nutrisi

untuk sel tubuh dan membawa sampah metabolisme seperti

karbon dioksida. Jika curah jantung meningkat, darah yang

dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak sehingga

menyebabkan tekanan darah naik. Curah jantung dapat

meningkat sebagai akibat dari peningkatan frekuensi

jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung, atau

peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung


2

dapat terjadi lebih cepat daripada perubahan kontraktilitas

otot atau volume darah. Peningkatan frekuensi jantung tanpa

perubahan kontraktilitas atau volume darah, mengakibatkan

penurunan tekanan darah.

2) Tahanan Perifer

Sirkulasi darah melalui jalur arteri, arteriol, kapiler, venula

dan vena. Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang

berkontraksi atau relaks untuk mengubah ukuran lumen.

Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur aliran

darah bagi kebutuhan jaringan lokal. Tekanan darah perifer

adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh

tonus otot vaskuler dan diameter pembuluh darah. Semakin

kecil lumen pembuluh darah, semakin besar tahanan

vesikular terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan,

tekanan darah arteri juga naik. Pada dilatasi pembuluh darah

dan tahanan turun, maka tekanan darah juga turun.

3) Volume Darah

Volume sirkulasi darah dalam system vaskuler

mempengaruhi tekanan darah. Pada kebanyakan orang

dewasa, volume sirkulasi darahnya adalah 500 ml.

Normalnya volume darah tetap konstan. Bagaimanapun juga

volume meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi

lebih besar. Bila sirkulasi darah menurun seperti pada kasus

hemoragi atau dehidrasi, tekanan darah akan menurun.


3

4) Viskositas

Viskositas darah adalah ukuran resistensi dari darah

mengalir. Viskositas atau kekentalan sebenarnya merupakan

gaya gesekan internal antara molekul-molekul dan partikel-

partikel yang menyusun suatu fluida dalam pembuluh darah

yang berbentuk silinder. Kekentalan atau viskositas darah

mempengaruhi kemudahan aliran darah melewati pembuluh

yang kecil. Hematokrit atau persentase sel darah merah

dalam darah menentukan viskositas darah. Apabila

hematokrit meningkat dan aliran darah lambat, maka

tekanan darah arteri naik. Jantung harus berkontraksi kuat

lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati system

sirkulasi.

5) Elastisitas

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah

berdistensi. Jika tekanan dalam arteri meningkat, diameter

dinding pembuluh meningkat untuk mengakomodasi

perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri untuk

mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah.

Bagaimanapun juga pada penyakit tertentu seperti

arteriosklerosis, dinding pembuluh darah kehilangan

elastisitasnya dan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak

dapat meregang dengan baik. Dengan menurunnya

elastisitas terhadap tahanan yang lebih besar pada aliran


4

darah, akibatnya bila ventrikel kiri menginjeki volume

secukupnya, pembuluh tidak lagi memberi tekanan. Malahan

volume darah yang diberikan melewati dinding arteri yang

kaku dan tekanan sistemik meningkat. Kenaikan tekanan

darah sistolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik

sebagai akibat dari penurunan elastisitas arteri.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh

banyak faktor secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada

pengukuran tekanan darah yang dapat secara adekuat

menunjukkan tekanan darah pasien. Meskipun dalam keadaan

kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu

denyut ke denyut lainnya. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi tekanan darah diantaranya adalah usia, ras,

jenis kelamin, stress, medikasi, variasi diurnal, olahraga dan

hormonal (Sudoyo et al, 2006).

1) Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang

kehidupan, tingkat tekanan darah darah anak-anak atau

remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau

usia. Pada dewasa cenderung meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Tekanan darah sistolik lansia akan

meningkat sehubungan dengan penurunan elastisitas

pembuluh darah.
5

Tabel 1. Tekanan Darah Normal Rata-Rata


Usia Tekanan Darah (mmHg)

Bayi baru lahir (3000 gr) 40 (rerata)


1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
6 tahun 105/65
10-13 tahun 110/65
14-17 tahun 120/75
Dewasa 120/80
Lansia 140/90
(sumber : Potter & Perry, 2006)

2) Ras

Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang

Afrika Amerika lebih tinggi dari pada orang Eropa Amerika.

Kematian yang dihubungkan dengan hipertensi juga lebih

banyak pada orang Afrika Amerika. Kecenderungan populasi

ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan dengan genetic

dan lingkungan.

3) Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari

tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah

pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah

lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria pada usia

tersebut.

4) Stress

Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan

stimulasi simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah

jantung, dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi


6

simpatik meningkatkan tekanan darah. Stress adalah segala

situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan

seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan

5) Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi tekanan darah. Selama pengkajian

tekanan darah, perawat menanyakan apakah klien

menerima medikasi antihipertensi yang menurunkan tekanan

darah. Golongan medikasi lain yang mempengaruhi tekanan

darah adalah analgetik narkotik.

6) Variasi Diurnal

Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa tekanan

darah mencapai puncak tertinggi pada pagi hari (mid

morning), puncak kedua pada sore hari, menurun pada

malam hari, paling rendah pada waktu tidur sampai jam 3-4

pagi. Kemudian tekanan darah naik perlahan sampai bangun

pagi dimana tekanan darah naik secara cepat. Tekanan

darah dapat bervariasi sampai 40 mmHg dalam 24 jam.

Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.

7) Olahraga

Berdasarkan penelitian Pujiati dan Yuliana (2014), ada

hubungan antara olahraga dengan kestabilan tekanan darah

pada pasien hipertensi. Pada penelitian lain yang dilakukan

oleh Fernando Dimeo dkk di Brasil (2012), yang menyatakan


7

bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah sistolik sebesar 6±12 mmHg dan diastolik 3±7 mmHg

pada penderita hipertensi yang resisten.

8) Hormon

Mengenai hubungan tekanan darah dan hormon

memang ada, terutama berhubungan dengan kerja kelenjar

tiroid, ptuitari dan adrenal. Pada kondisi hiperplasia atau

adanya tumor pada kedua kelenjar ini, penderita biasanya

mengalami hipertensi.

d. Alat ukur dan cara mengukur tekanan darah

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung

maupun tidak langsung. Metode langsung menggunakan insersi

kateter arteri dan metode tidak langsung paling umum

menggunakan sphigmomanometer dan stetoskop (Potter and

Perry, 2005).

Sphigmomanometer adalah alat pengukur tekanan darah

yang terdiri dari manometer tekanan, manset oklusif yang

menutup kantung karet yang dapat mengembang dan balon

tekanan yang memiliki katup pelepas untuk menggembungkan

manset. Terdapat beberapa jenis sphigmomanometer yaitu

manometer aneroid dan manometer air raksa. Manometer air

raksa lebih akurat dibandingkan manometer aneroid karena

tidak perlu melakukan pengulangan kalibrasi, tetapi kerugian


8

dari manometer air raksa yaitu berpotensi terhadap pecah dan

keluarnya air raksa yang dapat mengancam kesehatan.

Selain jenis shigmomanometer diatas terdapat juga alat

tekanan darah atau tensimeter digital yang dapat digunakan

untuk mengukur tekanan darah. Cara penggunaannya cukup

mudah dan praktis karena cukup menaruh manset di lengan

pasien kemudian memprogram alat tersebut dan munculah hasil

dari pengukuran tekanan darah. Namun kekurangan tensimeter

digital yang termasuk golongan alat elektronik ini biasanya lebih

sensitive terhadap gangguan dari luar dan rentan terhadap

kesalahan karena menggunakan baterai agar dapat digunakan

(Potter and Perry, 2005).

Adapun prosedur pengukuran tekanan darah adalah sebagai

berikut (Kusyati, 2013) :

1) Dekatkan peralatan ke tempat tidur klien.

2) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya.

3) Cuci tangan.

4) Atur posisi klien, baik duduk ataupun berbaring dengan

dan sangga lengan klien setinggi jantung dengan telapak

tangan menghadap ke atas.

5) Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.

6) Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas

denyut arteri brakialis.

7) Pastikan spigmomanometer sejajar sejajar dengan mata,


9

Dan anda berdiri kurang dari satu meter dari

spigmomanometer.

8) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30

mmHg di atas titik arteri brakialis tidak teraba lagi, kemudian

perlahan buka katup pada manset. Perhatikan titik ketika

denyut kembali teraba (sistolik palpasi).

9) Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 3 menit.

10)Pasang stetoskop di telinga anda.

11) Palpasi kembali arteri brakialis dan letakkan diafragma

stetoskop di atasnya.

12)Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat.

13)Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik

sistolik palpasi klien.

14)Buka katup secara perlahan hingga memungkinkan raksa

turun rata-rata 2-3 mmHg per detik.

15)Perhatikan titik pada spigmomanometer ketika denyut

terdengar pertama kali.

16)Lanjut membuka katup secara perlahan dan perhatikan titik

ketika denyut tidak terdengar lagi.

17)Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.

18)Jika prosedur diulang, tunggu hingga 30 detik.

19)Buka manset dan lipat serta simpan dengan baik.

20)Tutup lengan atas, bantu klien memperoleh posisi yang

diinginkan.
10

21)Bersihkan bagian telinga dan diafragma stetoskop dengan

kapas alcohol.

22)Cuci tangan.

23)Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan.

2. Konsep Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat diartikan suatu keadaan terjadi peningkatan

tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada

beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan

satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah

secara abnormal (Wijaya & Putri, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang

mengkibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan

angka kematian (mortilitas), tekanan darah 140/90 mmHg

didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu

fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa

oleh jantung, dan fase diastolic 90 menunjukkan fase darah

yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014)

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi

persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg

dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner &

Suddarth, 2013).
11

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih

dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara

nilai tersebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut

diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas

tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari

130/85 mmHg. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal

dan tekanan darah tinggi tidak jelas, sehingga klasifikasi

hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah

yang mengakibatkan peningkatan resiko jantung dan pembuluh

darah (CBN, 2006) dalam (Triyanto, 2014).

Hipertensi diderita oleh 15% hingga 20% orang dewasa di


Amerika Serikat. Resiko hipertensi semakin besar seiring
peningkatan usia lebih tinggi pada populasi kulit hitam
dibandingkan kulit putih serta pada individu berpendidikan lebih
rendah dan memiliki pendapatan yang lebih kecil. Kaum pria
memiliki insiden hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda dan
awal usia pertengahan. Sesudah usia tersebut, kaum wanita
mempunyai insiden yang lebih tinggi (Kowalak, 2016).
b. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, dikenal dua jenis hipertensi, yaitu

hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi

primer (esensial) tidak diketahui penyebabnya dan mencakup

95% kasus hipertensi. Yogiantoro dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa hipertensi esensial merupakan penyakit


12

multifaktorial yang timbul akibat interaksi beberapa faktor resiko,

meliputi :

1) Pola hidup seperti merokok, asupan garam berlebih,

obesitas, aktivitas fisik, dan stress.

2) Faktor genetik dan usia.

3) Sistem saraf simpatis : tonus simpatis dan variasi diurnal

4) Ketidakseimbangan antara modulator vasokontriksi dan

vasodilatasi.

5) Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam

sistem renin, angiotensin, dan aldeosterone.

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan

hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10%

dari kasus-kasus hipertensi. Hampir semua hipertensi sekunder

berhubungan dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi

ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,

hiperaldsteronisme primer, sindroma cushing, feokromositoma,

dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya

hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan

penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga

golongan, yaitu hipertensi diastolik, hipertensi sistolik, dan

hipertensi campuran. Hipertensi diastolik yaitu peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik.


13

Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.

Hipertensi sistolik yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa

diikuti peningkatan tekanan diastoik. Biasanya ditemukan pada

usia lanjut. Hipertensi campuran yaitu peningkatan tekanan

darah pada sistolik dan juga diastolik.

Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya

dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi benigna dan hipertensi

maligna. Hipertensi benigna adalah keadaan hipertensi yang

tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat

penderita check up. Sedangkan hipertensi maligna adalah

keadaan hipertensi yang membahayakan, biasanya disertai

keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-

organ seperti otak, jantung dan ginjal.

Di Indonesia sendiri berdasarkan consensus yang

dihasilkan pada pertemuan ilmiah pertama Perhimpunan

Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum

dapat membuat klasifikasi sendiri untuk orang indonesia. Hal ini

dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berkala

nasional sangat jarang (sutomo, 2009).

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health

Organization - International Society of Hypertension), dan ESH-

ESC (European Society of Hypertension - European Society of

Cardiology), 2014.
14

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH

Tekanan darah Tekanan darah

Klasifikasi Tekanan sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)


WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-
Darah
ESC
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 140-159 90-99 90-99

(ringan)
Cabang : perbatasan 140-149 - 90-94 -
Hipertensi kelas 2 160-179 160-179 100-109 100-

(sedang) 109
Hipertensi kelas 3 ≥180 ≥180 ≥110 ≥110

(berat)

Menurut American Heart Association, dan Joint National


Comitte VIII (AHA & JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu
:
Tabel 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut AHA & JNC VIII, 2014

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥160 ≥100
Hipertensi krisis >180 >110
(Bope & Kellerman, 2017)

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2016) :

Tabel 4. Kategori Tekanan Darah menurut KEMENKES RI

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
15

Hipertensi derajat 3 >180 >110

(Depkes, 2016)

c. Etiologi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab

terjadinya, hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

1) Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi

dewasa antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak

memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga

kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer,

2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014).

Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa

dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor

genetik mungkin berperan penting untuk pengembangan

hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi yang

cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-

tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu,

dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa

bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya


16

perubahan pada curah jantung (Ignatavicius, Workman, &

Rebar, 2017).

d. Patofisiologi

Pembuluh darah mengalami fase kontriksi dan relaksasi

dimana mekanisme ini dikontrol dimulai dari jaras saraf simpatis

yang berada di pusat vasomotor medulla spinalis. Jaras saraf

simpatis dari medulla spinalis kemudian berlanjut ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis menuju

ganglia simpatis di toraks dan abdomen (Price & Wilson, 2005).

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui simaptis ke ganglia simaptis.

Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang

merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah.

Pelepasan noreprinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh

darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriksi (Brunner & Suddarth, 2013).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya

hipertensi, teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):

1) Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh

darah arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.


17

2) Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang

abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat

mengakibatkan peningkatan retensi perifer.

3) Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh

disfungsi renal atau hormonal.

4) Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor

genetik yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.

5) Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk

angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan

meningkatkan volume darah.

Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung

dan tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita

hipertensi adalah normal. Adanya kelainan terutama pada

peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer

disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus

otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah

dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu

adanya perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah

arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi

hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan

hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak

mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat

diperjelas dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

e. Faktor Resiko
18

Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang

perawatan penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan

darah seseorang tersebut dalam keadaan normal, hal itu tidak

menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar mengalami

hipertensi kembali. Lakukan terus kontrol dengan dokter dan

menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan

terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko,

diantaranya yaitu :

1) Tidak dapat diubah

a) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam

keluarga pada orangtua atau saudara memiliki

tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi

lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah

tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik

dibandingkan kembar tidak identik. Selain itu pada

sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen

yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

b) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin

bertambahnya usia semakin besar pula resiko untuk

menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga

berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.

2) Dapat diubah
19

a) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium)

dapat menyebabkan tubuh menahan cairan yang

meningkatkan tekanan darah.

b) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam

darah menyebabkan timbunan kolesterol pada

dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah

menyempit, pada akhirnya akan mengakibatkan

tekanan darah menjadi tinggi.

c) Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan

tekanan darah. Setiap cangkir kopi mengandung 75-

200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan

tekanan darah 5-10 mmHg.

d) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga

pembuluh darah. Ini akan menyebabkan tekanan

darah meningkat.

e) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30%

berat badan ideal, memiliki peluang lebih besar

terkena hipertensi.

f) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak

dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.

Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah

tinggi namun tidak dianjurkan olahraga berat.

g) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti

cemas, yang cenderung meningkatkan tekanan darah


20

untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka

tekanan darah akan kembali normal.

h) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat

merangsang pelepasan katekolamin, katekolamin

yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas

miokardial, peningkatan denyut jantung, serta

menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian

meningkatkan tekanan darah.

Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang

dewasa, tapi anak anak juga berisiko terjadinya hipertensi.

Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh

masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian

anak-anak bahwa kebiasaan gaya hidup yang buruk,

seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga,

berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi, 2014).

f. Manifestasi klinis hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi sebagian besar tidak tampak

atau tanpa peringatan. Pada kasus hipertensi berat gejala yang

dialami seperti : sakit kepala, kelelahan, nausea, vomiting,

ansietas, keringat berlebih, tremor otot, nyeri dada, pandangan

kabur, serta kesulitan tidur (Udjianti, 2013). Penderita hipertensi

pada umumnya kurang menyadari akan tanda dan gejala

hipertensi karena gejala hipertensi menyerupai gejala dari

penyakit lain. Gejala yang sering muncul yaitu sakit kepala,


21

epitaksis, tinnitus, dan pusing. Sakit kepala saat bangun tidur,

nokturia, mata kabur dan depresi adalah gejala yang akan

meningkat seiring meningkatnya tekanan darah (Brunner &

Suddarth, 2013).

Menurut Ardiansyah (2012) sebagian manifestasi klinis

timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-

tahun dengan gejala berupa nyeri kepala saat terjaga,

terkadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan

darah interkranium ; penglihatan kabur karena terjadi kerusakan

pada retina sebagai dampak dari hipertensi; ayunan langkah

yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf

pusat; nokturi (sering berkemih di malam hari) karena adanya

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus; dan

edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.

g. Penatalaksanaan

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah

mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya

komplikasi. Secara umum pengobatan hipertensi dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu tanpa obat-obatan

(nonfarmakologi) dan dengan obat-obatan (farmakologi).

1) Non Farmakologi

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam

rangka pengendalian faktor risiko, yaitu :


22

a) Turunkan berat badan pada obesitas.

b) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali

mendapat HCT).

c) Hentikan konsumsi alkohol.

d) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

e) Pola makan yang sehat.

f) Istirahat cukup dan hindari stress.

g) Olahraga / aktivitas fisik.

h) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan

buah) diet hipertensi.

2) Farmakologi

Obat-obatan farmakologi yang digunakan pada

hipertensi adalah:

a) Diuretik, contoh : furosemide, triamferena,

spironolacton.

b) Beta blockers, contoh : metaprolol, atenolol, trimolol.

c) ACE-inhibitor, contoh : lisinopril, captopril, quinapril.

d) Alpha-blockers, contoh : prazosin, terazosin.

e) Angiotensin reseptor antagonis, contoh : losartan.

f) Vasodilator-direct, contoh : minixidil, mitralazine.

g) Antagonis kalsium, contoh : ditiazem, aamlodipine,

nifedipine.

h) False-neurotransmiter, contoh : clodine, metildopa,

guanabens.
23

Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi

dengan pengobatan non medikamentosa selama 2-4

minggu.

h. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit hipertensi

sebagai berikut :

1) Stroke, dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh

selain otak yang terpajan tekanan tinggi.

2) Infark miokard, dapat terjadi apabila arteri koroner yang

aterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang

menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.

3) Gagal ginjal, dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler glumerulus ginjal.

4) Ensefalopati (Kerusakan Otak), dapat terjadi terutama

pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat

dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan

ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan


24

saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

5) Kejang, dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang

lahir mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan

akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian

dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses persalinan.

i. Pencegahan

Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas

dua bagian, yaitu :

1) Pencegahan primer

Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di

atas rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada anamnesis

keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi

garam yang berlebihan dianjurkan untuk :

a) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk

menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia,

diabetes mellitus, dan sebagainya.

b) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan

konsumsi rendah garam.

d) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat

badan.

2) Pencegahan sekunder.
25

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah

diketahui menderita hipertensi karena faktor tertentu,

tindakan yang bisa dilakukan berupa :

a) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik

dengan obat maupun tindakan-tindakan seperti

pencegahan primer.

b) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat

terkontrol secara normal atau stabil mungkin.

c) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain

harus dikontrol.

d) Batasi aktivitas.

3. Konsep Brisk Walking Exercise

a. Definisi Brisk Walking Exercise

Brisk Walking Exercise merupakan salah satu jenis latihan

yang direkomendasikan oleh American Heart Association (AHA)

dan American College of Sport Medicine dengan frekuensi 3-5

kali dalam seminggu selama 30 menit. Latihan ini sangat

bermanfaat untuk menurunkan mortalitas penderita gangguan

kardiovaskuler termasuk hipertensi. Latihan yang tidak tepat,di

sisi lain terlalu kuat dan berlebihan malah dapat meningkatkan

resiko penurunan kemampuan curah jantung pada pasien

hipertensi (Kokkinos, 2008).

Brisk walking exercise sebagai salah satu bentuk latihan

aerobik merupakan bentuk latihan aktivitas sedang pada pasien


26

hipertensi dengan menggunakan tehnik jalan cepat selama 20-

30 menit dengan rerata kecepatan 4-6 km/jam. Kelebihannya

adalah latihan ini cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas

maksimal denyut jantung, merangsang kontraksi otot,

pemecahan glikogen dan peningkatan oksigen jaringan. Latihan

ini juga dapat mengurangi pembentukan plak melalui

peningkatan penggunaan lemak dan peningkatan penggunaan

glukosa (Kowalski, 2010).

Brisk walking exercise/jalan cepat berdampak pada

penurunan risiko mortalitas dan morbiditas pasien hipertensi

melalui mekanisme pembakaran kalori, mempertahankan berat

badan, membantu tubuh rileks dan peningkatan senyawa beta

endorphin yang dapat menurunkan stres serta tingkat

keamanan penerapan brisk walking exercise pada semua

tingkat umur penderita hipertensi (Kowalski, 2010).

Brisk walking adalah berlatih aerobik yang dinamis dan

ritmis yang menggunakan otot-otot besar sehingga memberikan

manfaat beragam dan efek samping minimal (Silverthorn 2004).

Menurut penelitian Ling-Ling dkk, (2010) di Taiwan

menunjukkan bahwa dengan olahraga berjalan kaki dapat

memberikan efek yang baik dalam penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi. Menurut penelitian Chan, dkk (2016) di

Hongkong menunjukkan bahwa dengan olahraga berjalan cepat


27

dapat mengurangi faktor resiko terjadinya penyakit

kardiovaskular.

b. Manfaat Brisk Walking Exercise

Adapun beberapa manfaat melakukan Brisk Walking

Exercise sebagai berikut :

1) Meningkatkan kapasitas maksimal denyut jantung,

merangsang kontraksi otot, pemecahan glikogen dan

peningkatan oksigen jaringan.

2) Dapat mengurangi pembentukan plak melalui peningkatan

penggunaan lemak dan peningkatan penggunaan glukosa.

3) Dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol baik HDL

meningkat, dan darah tidak saling lengket, sehingga resiko

penggumpalan darah yang berpotensi menyumbat darah

menjadi berkurang.

4) Dapat meningkatkan kekuatan otot, kelenturan persendian

dan kelincahan gerak. (Cooper 1994 dalam Nadesul 2006).

c. Tekhnik Melakukan Brisk Walking Excercise

Waktu pelaksanaan brisk walking yang disarankan sekitar

20-30 menit, namun jika belum mampu mencapai waktu

tersebut bisa dilakukan secara bertahap. Brisk walking

dilakukan minimal 3 kali seminggu. Efek brisk walking dapat

dilihat dalam seminggu latihan. Dalam olahraga jalan cepat

(brisk walking).Terdapat teknik dasar yang perlu diterapkan,

yaitu :
28

1) Postur berjalan

a) Berdiri tegak, jangan membungkukkan bahu atau

pungung anda.

b) Jangan mencondongkan badan ke depan atau ke

belakang.

c) Jaga pandangan mata anda ke depan.

d) Kepala dan dagu lurus ke depan sehingga tidak

membuat otot leher dan punggung jadi tegang.

e) Angkat bahu ke atas dan turunkan, lakukan gerakan ini

sesekali sambi berjalan.

2) Gerakan lengan tangan

a) Tekuk lengan tangan anda membentuk sudut 90 derajat

(siku-siku) dan kepal kedua tangan.

b) Gerakkan satu lengan ke arah depan berlawanan

dengan kaki, tangan kanan dengan kaki kiri bergerak

maju.

c) Gerakkan tangan anda maju dan mundur, kepalan

tangan harus sejajar dengan dada.

d) Saat lengan tangan bergerak maju dan mundur,

pertahankan lengan terus menempel di sisi tubuh.

e) Jangan membawa apapun di tangan anda saat latihan

jalan cepat.

3) Cara melangkahkan kaki


29

a) Saat melangkahkan kaki, pastikan tumit lebih dulu

menyentuh tanah.

b) Beri dorongan kuat pada ujung kaki anda.

c) Pastikan gerakan pinggul saat anda melangkahkan kaki

tidak mengubah posisi tubuh anda.

d) Ambil lngkah cukup lebar, tapi jangan sampai terlalu

lebar yang bisa menyebabkan cedera. Melangkah

terlalu sempit juga membuat anda cepat lelah.

Selain itu ada beberapa tips untuk menjaga keselamaan

saat melakukan Brisk Waking Exercise, sebelum memulai Brisk

Walking Exercise, pastikan anda mengikuti semua tips berikut

ini :

1) Pastikan anda memilih jalanan yang rata

Jalanan yang anda pilih untuk tempat latihan sangat

penting dalam pelaksanaan Brisk Walking Exercise, jika

anda melakukan Brisk Walking Exercise di luar ruangan,

pastikan jalanan atau trotoar tidak retak dan berlubang,

anda juga harus menghindari jalur yang tidak rata.

2) Pilih perlengkapan yang tepat

Hal terpenting yang perlu anda ketahui adalah anda

harus memilih alas kaki yang tepat, anda membutuhkan

sepatu yang memiliki penyangga lengkung yang tepat, sol

tebal dan fleksibel yang akan melindungi kaki dan

menyerap guncangan serta tumit yang kokoh.


30

3) Perlu pemanasan

Untuk pemanasan, berjalanlah perlahan selama

sekitar 5-10 menit, bisa juga melakukan bentuk

pemanasan lainnya, dengan cara ini anda akan

menghangatkan otot dan tubuh anda siap untuk

berolahraga.

4) Jangan lupa pendinginan

Pendinginan adalah prosedur sederhana yang perlu

anda lakukan untuk meredakan ketegangan pada otot,

lakukan saja 5-10 menit jalan lambat setelah anda berjalan

cepat.

5) Lakukan beberapa peregangan

Setelah melakukan pendinginan, regangkan otot anda

dengan lembut. Beberapa dari kita lebih suka melakukan

peregangan sebelum berolahraga, anda juga bisa

melakukannya dengan melakukan pemanasana terlebih

dahulu, lalu lakukan gerakan peregangan itu.

d. Kontra Indikasi Brisk walking

Kontraindikasi melakukan aktivitas fisik dan atau Brisk

walking pada individu hipertensi sama dengan perlatihan

jasmani secara umum adalah sebagai berikut: Angina,

hipertensi yang tidak terkontrol ( TDS = 160 mmHg dan TDD

=100 mmHg ), aritmia ventrikel yang tidak terkendali, gagal

jantung kongestif akut, stenosis aorta berat, blok AV derajat 3,


31

miokarditis akut, perikarditis, endokarditis, penyakit metabolik

yang tidak terkontrol, kardiomiopati hipertrofi, kelainan

musculoskeletal (Williams & Wilkins 2006).

Penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi

B. Kerangka Konseptual

Brisk Walking

Exercise

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

Tidak dapat dikendalikan : Dapat dikendalikan :


1. Keturunan 1. Obesitas
2. Usia 2. Kolesterol
3. Kafein
4. Kurang olahraga/aktivitas
5. Konsumsi alkohol
6. Pola makan sehat

Keterangan :

: Diteliti
32

: Tidak Diteliti

Gambar 1 : kerangka konsep pengaruh Brisk Walking Exercise

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gunugsari.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah meneliti pengaruh Brisk Walking

Exercise terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pejeruk, yang ber alamat

di Jl. Pinang Raya No.1B, Pejeruk, Kec. Ampenan, Kota Mataram

Nusa Tenggara Barat.

2. Waktu Penelitiian

Penyusunan proposal di mulai bulan Desember 2021 sampai

dengan dan akan dilaksanakan pada bulan januari 2022.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre eksperimental

(tidak ada variabel control dan sampel tidak dipilih secara random)

dengan rancangan One Group Pretest-Posttest.

Rancangan One Group Pretest-Posttest terdiri dari tiga langkah,

yaitu memberikan sebuah pretest yang mengukur variabel dependen,

melakukan perlakuan eksperimen X pada subyek, dan memberikan

sebuah posttest kembali untuk mengukur variabel dependen.

Perubahan yang diakibatkan oleh pemberian perlakuan eksperimen

kemudian dievaluasi dengan membandingkan skor pretest dan

posttest (Ary, 2010).

1
Bentuk rancangan One Group Pretest-Posttest adalah sebagai

berikut :

2
1

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Gambar 2 : Bentuk rancangan One Group Pretest-Posttest pada

desain penelitian pre eksperimental (Notoatmodjo,

2012).

Keterangan :
O1 : Variabel dependen sebelum diberikan perlakuan X.
X : Perlakuan atau intervensi yang diberikan.
O2 : Variabel dependen setelah diberikan perlakuan X.

C. Popuasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2015). Populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2015). Jumlah pederita hipertensi yang berusia ≥18 – 45 tahun

pada bulan januari 2020 hingga bulan Desember 2020 sebanyak

606 populasi, sedangkan jumlah penderita hipertensi pada bulan

september 2020 sebanyak 50 orang.

2. Sampel
2

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Menurut Nursalam

(2015), sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling.

a. Besar Sampel

Menurut Cohen (2007), besarnya ukuran sampel tergantung

dari jenis penelitian dan tekhnik pengambilan sampel. Pada

penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum yaitu 15

subyek. Perhitungan besar sampel ditentukan berdasarkan

tujuan analisa data penelitian (Dharma, 2011). Besar sampel

adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel

(Nursalam, 2016). Besar sampel pada penelitian ini

berdasarkan rumus menurut Lynch (1974) sebagai berikut :

n= N.z2.p (1 - p)
Nd2 + z2 (1 - p)

Keterangan :
n = banyaknya sampel
N = Jumlah populasi
z = nilai variabel normal (1,96) yang mengacu pada derajat
kepercayaan 95%
p = perkiraan proporsi terbesar yang mungkin (0,50)
d = sampling error dalam penelitian ini ditentukan (0,10)

Dengan menggunakan rumus diatas maka perhitungan

besar sampel pada penelitian ini sebagai berikut :

n= N.z2.p (1 - p)
Nd2 + z2 (1 - p)
3

n= 50(1,96)2.0,50 (1 – 0,50)
50(0,10)2 + (1,96)2.0,50 (1 – 0,50)
n= 50 (3,8416) x (0,25)
50 (0,01) + (3,8416) x 0,25
n= 192,08 x 0,25
0,5 x 0,9604
n= 48,02 = 30
1,4604
b. Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini dibedakan menjadi :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan

akan diteliti (Nursalam, 2015). Kriteria inklusi

dalampenelitian ini adalah :

a) Pasien yang terdiagnosis hipertensi.

b) Pasien hipertensi dengan TDS : <160 mmHg dan TDD :

<100 mmHg.

c) Pasien hipertensi yang berumur 18-45 tahun.

d) Pasien hipertensi yang minum obat (hipertensi terkontrol)

e) Pasien hipertensi yang belum pernah melakukan latihan

Brisk Walking Exercise.

f) Pasien yang bersedia menjadi objek penelitian.

2) Kriteria eksklusi

Kriteria ekskusi adalah menghilang atau mengeluarkan

subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan studi karena


4

berbagai sebab (Nursalam, 2015). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :

a) Pasien yang tidak bersedia menjadi sampel dalam

penelitian.

b) Pasien hipertensi dengan TDS : >160 mmHg dan TDD :

>100 mmHg.

c) Pasien hipertensi yang berumur >45 tahun.

c. Tekhnik Pengambilan Sampel (Sampling)

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dan

populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah

teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari

populasi (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah “Purposive

Sampling”. Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri.biasanya peneliti

sudah melakukan studi pendahuluan, sehingga telah diketahui

karakteristik populasi yang akan diteliti. Tekhnik ini sangat cocok

tertama guna mengetahui berapa besarnya sampel minimal

suatu penelitian. Purposive Sampling adalah suatu metode

pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud dan

tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2011).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen atau merupakan variabel sebab.


5

Sedangkan variabel terikat atau dependen adalah variabel akibat, tak

bebas, dan tergantung atau dipengaruhi oleh variabel independen

(Notoatmodjo, 2012). Yang menjadi variabel independen dalam

penelitian ini adalah Brisk Walking Exercise.

2. Variabel Terikat (Dependen) Variabel dependen merupakan

variabel yang diobservasi atau diukur. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah perubahan tekanan darah pada penderita

Hipertensi di Puskesmas Pejeruk.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan

berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian

(Nursalam, 2015).

Tabel 5 : Definisi Operasional Pengaruh Pengaruh Brisk Walking

Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk

tahun 2021

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil ukur

/Sub Operasional Data

Variabel
Indepen Brisk Walking Dilakukan Prosedur

dent: Exercise dengan Brisk


6

Brisk merupakan salah frekuensi 3 Walking

Walking satu bentuk kali dalam Exercise

Exercis latihan aerobik seminggu

e dan merupakan dengan

bentuk latihan jangka

aktivitas sedang waktu 20-

pada pasien 30 menit.

hipertensi dengan

menggunakan

tehnik jalan cepat

yang dilakukan 3

kali satu minggu

selama 20-30

menit.
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur

/Sub Operasional Data

Variabel
Depend Tekanan darah Dilakukan Spigmoman Ordinal a. Pre

ent: adalah hasil sebelum ometer hipertensi :

Tekanan pengukuran dan (tensimeter) 120-

darah kemampuan sesudah 139/80-89

darah yang melakukan mmHg.

dipompa jantung Brisk b. Hipertensi

melalui dinding Walking stage 1 :

pembuluh darah Exercise. 140-

arteri ke seluruh 159/90-99

tubuh yang terdiri mmHg.

dari tekanan c. Hipertensi


7

darah sistolik dan stage 2 :

diastolic. ≥160/≥100

mmHg.

F. Instrumen Penelitian

1. Spigmomanometer

Gambar 3 : spigmomanometer (tensimeter)

2. Stetoskop

Gambar 4 : stetoskop

3. Alat tulis

Gambar 5 : alat tulis

4. kuesioner
8

Gambar 6 : alat pengumpulan data (kuesioner)

G. Alur Penelitian

Populasi
Tekhnik pengambilan sampel
(Purposive Sampling)

Intervensi Brisk Walking Exercise


9

Sampel

Pengukuran
Tekanan darah
(pretest)

Lakukan latihan Brisk


Walking Exercise
selama 3 kali dalam
satu minggu selama 30
menit

Pengukuran Tekanan Darah


(posttest)

Pengumpulan data

Pengolahan Data

Analisa Data
10

Gambar 7 : Alur penelitian Pengaruh Pengaruh Brisk Walking

Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pejeruk tahun 2021

H. Data Yang Dikumpulkan

1. Data Primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer adalah data yang secara

langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan

maupun organisasi sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan

yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden.

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah :

a. Data tentang pasien penderita hipertensi meliputi : nama, usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama mengalami

hipertensi, riwayat hipertensi.

b. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi sebelum

melakukan Brisk Walking Exercise.

c. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi sesudah

melakukan Brisk Walking Exercise.

2. Data Sekunder
11

Menurut Riwidikdo (2012), data sekunder adalah data yang

dikumpulkan oleh peneliti dari pihak kedua atau pihak lain. Data

sekunder penelitian ini yaitu gambaran umum tempat penelitian,

yaitu Puskesmas Gunungsari.

I. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Data tentang pasien penderita hipertensi meliputi : nama, usia,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama mengalami

hipertensi, riwayat hipertensi.

b. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi sebelum

melakukan Brisk Walking Exercise, diperoleh dengan

pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter.

c. Data tentang tekanan darah pasien hipertensi sesudah

melakukan Brisk Walking Exercise, diperoleh dengan

pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data tentang profil

puskesmas sebagai tempat penelitian (Puskesmas Pejeruk) yang

didapat melalui penelusuran di Puskesmas Pejeruk dan observasi

oleh peneliti.

J. Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok

data mentah sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan


12

(Setiadi, 2007). Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini

adalah :

1. Data Primer

a. Data karakteristik responden

Data karakteristik responden meliputi nama, usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama mengalami hipertensi

dan riwayat hipertensi, diolah secara deskriptif dan disajikan

dalam tabel distribusi, frekuensi. Usia akan dikategorikan

sesuai dengan tingkat perkembangan menurut Depkes (2009)

yaitu, masa lansia awal 45 – 55 tahun, lansia akhir 56 – 65

tahun, dan masa manula >65 tahun.

Jenjang Pendidikan akan menurut pasal 1(8) UU No.20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang terdiri

dari :

1) Pendidikan Dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD), Madrasah

Ibtidaiyah (MI) sederajat, Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan sederajat.

2) Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan sederajat.

3) Pendidikan tinggi mencakup program Diploma, Sarjana,

Magister, Doctor, dan Spesialis.

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak

bekerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), bekerja adalah

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan


13

maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan, sedangkan tidak bekerja adalah penduduk

usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah atau

mengurus rumah tangga.

Lama mengalami hipertensi dibagi menjadi 3 yaitu, durasi

pendek (1 – 5 tahun), durasi sedang (5 – 10 tahun), dan durasi

panjang (>10 tahun). Distribusi responden berdasarkan riwayat

hipertensi dibagi menjadi dua yaitu, ada riwayat dan tidak ada

riwayat.

2. Data Sekunder

Data gambaran umum Puskesmas Pejeruk disajikan dalam

bentuk deskriptif.

K. Analisa Data

Data pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi dianalisis secara inferensial

dengan statistik non parametrik dengan uji Wilcoxon Match Test.

Menurut Sugiyono (2015), statistik non parametrik digunakan untuk

menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas

berdistribusi, sedangkan uji Wilcoxon Match Test digunakan untuk

menguji signifikansi komparatif dua sampel yang berkolerasi bila

datanya berbentuk ordinal.

Data tekanan darah responden sebelum dan sesudah intervensi

Brisk Walking Exercise dianalisa menggunakan uji Wilcoxon Match

Test dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Bila α <0,05, maka H 0


14

ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh Brisk Walking Exercise

terhadap Perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunungsari pada tahun 2021..

L. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam artian

hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini, peneliti mendapat

pengantatar dari kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

Kemudian dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan

permohonan ijin kepada kepala Puskesmas Gunungsari untuk

mendapatkan persetujuan, baru melakukan penelitian dengan

menekankan kepada masalah etik yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti, tujuannya adalah agar responden menggetahui maksud dan

tujuan peneliti serta dampak yang diteliti, maka harus

menandatangani persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati keputusan

responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

akan mencantumkan mana responden pada lembar pengumpulan


15

data (kuesioner), yang diisi oleh responden pada lembar tersebut

hanya nomor kode ataupu inisial namanya.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

sebagai hasil penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, dkk;(2014); Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian

hipertensi;Riau:Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran.

Corwin;(2009); Brisk Walking terhadap hipertensi.

Depkes RI, 2007. Sistem Kesehatan Nasional: Jakarta.

Dharma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Penerbit CV.Trans

Info Media: Jakarta.

Junaidi;(2011); Regulasi Tekanan Darah pada penderita Hipertensi;

Surabaya: e-journal.unair.ac.id

1
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Tersedia dalam

http://kemenkes.kemenkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f

00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Masda Efendi. 2018. Efektifitas Brisk Walking Excercise Dan Stretching

Active Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi: Padang.

Muhadi. 2016. Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Devisi Kardiologi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Penerbit Salemba Medika:

Jakarta.

Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika.

2
Palmer, Anna. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Perry, Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.

Penerbit EGC: Jakatra.

Pipit Puji Rahayu. 2019. Pengaruh Brisk Walking Exercise Dan Handgrip

Exercise Terhadap Daya Tahan Kardiorespirasi Pada Penderita

Hipertensi: Surakarta.

Sukarmin, E.N; (2013).Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

melalui Brisk Walking ; Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol 16, 33-

39.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi penderita

hipertensi secara terpadu. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta.

3
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Penerbit Sunda Kelapa: Jakarta.

Rosmaini, Hasibuan,. 2018. Penurunan tekanan darah pada pasin

hipertensi melalui brisk walking exercise, Jurnal Keperawatan

Indonesia volume 16, hal 33-39.

Sukarmin, Nurrachmah, E.,Gayatri, D.2013. Penurunan Tekanan Darah

Pada Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking Exercise .

Mei,C.H.,Ners, P.S.,Kedokteran ,F.,& Tanjungpura, U. (2017). Naskah

Publikasi efktifitas brisk walking exercise terhadap perubahan

tekanan darah pada kelompok resiko puskesmas kecamatan

Pontianak kota.

4
Masda Efendi. 2018. Efektifitas Brisk Walking Excercise Dan Stretching

Active Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi: Padang.

Anda mungkin juga menyukai