Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP PENJAMINAN MUTU


KELOMPOK 1
AGENG MIRAHAYU SUGIARTHA
AQILA FIDIA HAYA
DENI YULISTIAWAN
I GUSTI AYU PUTU CANDRA WULANDARI
IRDANIATI
RIAN ZULKARNAIN
SITI HADIJAH
SUCI VALENTIA RANZANI
TAUFAN INDRA PANDI
WAHYU APNI SASWIDI
WIWIN APRIANI
Konsep Penjaminan Mutu

 Penjamin mutu adalah proses penetapan dan


pemenuhan standar mutu pengelolaan secara
konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen,
produsen, dan pihak lain yang berkepentingan
memperoleh kepuasan. Penjaminan mutu pelayanan
kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan
standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara
konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders
memperoleh kepuasan. ( Suryadi, 2009).
Definisi Mutu Pelayanan Keperawatan

 Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh
profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam mempertahankan
keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien (Suarli dan
Bahtiar, 2012).
 Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional yang
mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance,
responsiveness, dan empathy) (Bauk et al, 2013).
Tujuan Penjaminan Kualitas/Mutu

 Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan


berkesinambungan melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan
inovasi.
 Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas
atau bantuan lain dari lembaga yang kuat dan dapat dipercaya.
 Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara
konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai
dengan standar pesaing.
 Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki.
Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
 Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria. Dimaksudkan agar
asuhan keperawatan lebih terstruktur dan terencana berdasarkan standar
kriteria masing-masing perawat.
 Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria.
Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses asuhan
keperawatan dan sebagai pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
 Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi
yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan berkesinambungan.
Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien itu sendiri.
 Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat dapat
menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satupersatu.
 Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk
meminimkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan
tidakan keperawatan. Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus
direncanakan secara optimal oleh perawat.
Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan terdiri atas


beberapa faktor yaitu:
 Komunakasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication),
biasanya komunikasi dari mulut ke mulut sering dilakukan oleh
masyarakat awam yang telah mendapatkan perawatan dari sebuah instansi.
 Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-masing pasien
bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan juga harus menyesuaikan
berdasarkan kebutuhan pribadi pasien.
 Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan cenderung
menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah mereka alami.
 Komunikasi eksternal (company’s external communication), sebagai
pemberi mutu pelayanan keperawatan juga dapat melakukan promosi
sehingga pasien akan mempercayai penuh terhadap mutu pelayanan
keperawatan di instansi tersebut.
Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) suatu pelayanan keperawatan harus memiliki mutu yang
baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:
 Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
 Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam menyelesaikan
prioritas perencanaan pasien.
 Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
 Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien.
 Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri.
 Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat.
 Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan

 Audit Struktur (Input)


Struktur merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan.
 Proses (Process)
Pendekatan ini merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke
dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
profesional oleh tenaga kesehatan dalam hal ini perawat dan interaksinya
dengan pasien (Wijono 2000).
 Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap
pasien. Adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif
maupun negatif.
Upaya Peningkatan Mutu
 Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan berebagai cara yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
 Mengembangkan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit
 ISO 9001:2000 yaitu standar internasional untuk sistem manajeman
kualitas yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian proses pelayanan
keperawatan
 Memperbaharui keilmuan untuk menjamin tindakan medis dan
tindakan keperawatan didukung oleh bukti ilmiah yang mutakhir
 Good corporate governance
 Clinical governance
 Mengembangkan aliansi dengan rumah sakit di dalam ataupun luar
negeri
 Melakukan evaluasi terhadap strategi pembiayaan
 Orientasi ada pada pelayanan (Nursalam, 2014).
Standar Mutu Pelayanan Keperawatan

 Standar Pelayanan Minimal


Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi
untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu. Standar persyaratan minimal terdiri dari :
a) Standar Masukan (stuktur)
 Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu terdiri dari :
 Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;

 Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;

 Jumlah dana (modal);


b) Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan
yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terdiri dari :
 Garis-garis besar kebijakan (policy);

 Pola organisasi (organization);

 Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap

pelaksana pelayanan kesehatan;


c)Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,
terdiri dari :
 Tindakan medis;

 Tindakan non medis


Kepuasan Pelanggan
 Pengertian Kepuasan
Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan tetapi meliputi juga pada nilai objektifnya dan
dilandasi pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikologi,
dan pengaruh lingkungan (Sabarguna dan Rubaya, 2011).
 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
 Sikap dan pendekatan perawat dengan pasien yaitu dimana perawat

yang berada di suatu instansi Rumah Sakit tertentu di tuntut untuk


bersikap ramah kepada pasien, sehingga mempengaruhi kepuasan
pasien.
 Pengetahuan dari perawat, yaitu pasien mendapatkan informasi aktual

dan mudah dipahami oleh pasien dari keadaan real pasien.


 Prosedur administrasi, yaitu pasien merasakan kemudahan dalam

pelayanan administrasi Rumah sakit dimana alurnya tidak berbelitbelit.


 Fasilitas yang disediakan oleh Rumah sakit, meliputi peralatan
dan kebersihan lingkungan dan ruangan dimana pasien di rawat.
 Keterampilan keperawatan, dalam memberikan asuhan kepada
pasien, perawat harus terampil dan cekatan. Sehingga pasien
yang mendapatkan pelayanan keperawatan merasakan puas
dengan kinerja keterampilan perawat
 Indikator Kepuasan Pasien
 Responsiveness (ketanggapan),

 Reability (kehandalan),

 Assurance (jaminan)

 Emphaty (empati)

 Tangible (bukti langsung)


 Faktor Ketidakpuasan Pasien
 Pasien merasa mutu pelayanan keperawatan tidak sesuai

yang diharapkan.
 Pelayanan selama proses penikmatan jasa tidak dirasakan

oleh pasien.
 Perilaku personil yang kurang memuaskan.

 Dari segi lingkungan dan kondisi fisik juga mempengaruhi

pasien tidak merasakan puas.


 Biaya yang terlalu tinggi juga sangat mempengaruhi.
 Manfaat Feedback Kepuasan Pasien
 Untuk mengetahui, tidak menebak atau mengira-ngira,
tingkatan kepuasan pasien terhadap mutu pelyanana
keperawatan. Sehingga diperlukan evaluasi dalam
meningkatkan kinerja keperawatan dari hasil penelaian
pasien.
 Memonitor kepuasan sepanjang waktu, dan memberikan
peluang untuk memperbaiki apabila terjadi penurunan
kepuasan pasien dalam semua tindakan keperawatan.
 Mengidentifikasi aspek masalah dalam keperawatan dalam
meningkatkan kepuasan pasien, sehingga untuk
kedepannya menjadi semangat tersendiri dalam
pemenuhan kebutuhan pasien.
 Mempersempit aspek yang paling berpengaruh terhadap
kepuasan pasien dan mengetahui aspek yang tidak
memuaskan, sehingga dapat dilakukan perbaikan.
 Meningkatkan pertanggung jawaban perawat terhadap kepuasan
pasien, keluarga dan diri sendiri pada perawat. Sehingga
tercapainya pelayanan mutu keperawatan yang optimal.
 Mengukur hasil inovasi dan perubahan yang dilakukan, apakah
pasien dapat merasakan kepuasan setelah diadakan perbaikan.
Perubahan dilakukan bertahap sampai tingkat kepuasan pasien
menjadi baik dan tidak adanya keluhan yang didapatkan pasien.
Sistem Audit Mutu
 Definisi Sistem Audit Keperawatan
Audit keperawatan adalah salah satu bidang dalam jaminan
mutu pelayanan kesehatan, karena merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengukur dan meningkatkan kualitas perawatan.
 Dasar Hukum
 UU no 29 tahun 2004 praktik kedokteran
 Kep.Men.Kes 496/Menkes/SK/IV/2005 ttg Pedoman
Audit medis dan keperawatan di RS
 Tujuan Audit Mutu (Kepmenkes 496/2005)
Terkait peningkatan mutu dan standarisasi dengan tujuan :
 TIU: Tercapainya pelayanan prima di RS
 Tujuan Khusus :
 Evaluasi mutu pelayanan

 Mengidentifikasi pelaksanaan standar pelayanan

 Melakukan perbaikan pelayanan sesuai kebutuhan

pasien & standar pelayanan


 Tujuan Audit Keperawatan
 Mengevaluasi yankep yg diberikan
 Pencapaian kualitas keperawatan yg diharapkan mudah
dilaksanakan
 Merangsang pencapaian yg lebih baik
 Fokus thd pelayanan yg diberikan bukan pada pemberi
pelayanan
 Kontribusi untuk penelitian
 Manfaat Audit Mutu
 Sudut keselamatan pasien : Nakes berusaha memenuhi standar
profesi, SOP, kebutuhan pasien, mutu yankes terjaga, pasien
selamat.
 Sudut Hukum : -Mengurangi medical eror, tuntutan pasien
berkurang
Persiapan Pelaksanaan Audit Keperawatan di RS
 Direktur RS menetapkan tim pelakasaan audit keperawatan berserta
uraian tugasnya
 Tim pelaksana dapat merupakan tim / panitia yg dibentuk dibawah
komite keperawatan
 Komite keperawatan :
 Sub komite (panitia) peningkatan mutu keperawatan
 Sub komite (panitia) Audit keperawatan
 Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu / organisasi
profesi terkait untuk melakukan analisa hasil audit keperawatan &
memberikan rekomendasi khusus
 RS menyusun pedoman audit keperawatan RS, SOP, Clinical pathway
& kriteria jenis kasus/ penyakit yg akan dilakukan audit
 RS Membudayakan PDCA
 RS Membuat ketentuan bahwa setiap perawat wajib membuat &
melengkapi rekam keperawatan tepat waktu
 RS Melakukan sosialisasi kepada seluruh perawat yg memberikan

pelayanan keperawatan ttg rencana pelaksanaan audit keperawatan


Persyaratan Audit Keperawatan di RS
 Penuh tg. Jawab dg tujuan meningkatkan mutu pelayanan, bukan

menyalahkan, / menghakimi
 Obyektif, independen , memperhatikan aspek kerahasiaan pasien &

Wajib menyimpan rahasia keperawatan


 Analisa hasil audit keperawatan dilakukan oleh klompok staf

keperawatan terkait yg mepunyai kompetensi, pengetahuan,


keterampilan sesuai bidang pelayanan atau kasus yg diaudit
 Publikasi hasil audit memperhatikan aspek kerahasiaan pasien & citra

RS di Masyarakat
Metode Audit Keperawatan
 Retrospectiv review
 The concurent review
Langkah Proses Audit
 Identifikasi masalah
 Menetapkan kriteria dan standar
 Pengumpulan data
 Membandingkan hasil pengumpulan data dg standar
 Melakukan perbaikan
 Tindakan korektif
 Rencana Re-audit
Perhitungan BOR, LOS, TOI, BTO, GDR dan
NDR

Bed occupation ratio (BOR)


Bed Occupancy Ratio (BOR) merupakan angka yang menunjukkan
prosentase penggunaan TT (tempat tidur) di unit rawat inap (bangsal)
(Sudra, 2010).
Length of stay (LOS)

Lama dirawat (LD) adalah jumlah hari kalender di mana pasien


mendapatkan perawat rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai
pasien rawat inap (admisi) hingga keluar dari rumah sakit (discharge)
(Sudra, 2010).
Turn over interval (TOI)

Angka Turn Over Interval (TOI) menunjukkan rata-rata jumlah hari


sebuah TT tidak ditempati untuk perawatan pasien.
Bed turn over (BTO)
Angka Bed Turn Over (BTO) menunjukkan rerata jumlah pasien yang
menggunakan setiap TT dalam periode tertentu.
 Gross Death Rate (GDR)

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar
(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
Net Death Rate (NDR)
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai