Anda di halaman 1dari 12

INTISARI: Latar Belakang: Kualitas pelayanan kesehatan pada suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh

pelayanan keperawatan. Perawat dalam memberikan pelayanan diharapkan senantiasa terampil, ramah,
lembut,jujur serta mempunyai tanggung jawab moral sebagai penerapan sikap profesional perawat.
Banyaknya keluhan pasien terhadap sikap perawat di pelayanan rumah sakit, dimana perawat
dikeluhkan kurang responsif dan kurang antisipatif terhadap kebutuhan pasien serta terkadang bersikap
kasar. Hal ini menunjukkan bahwa sikap profesional perawat selayaknya terus dibina dalam
melaksanakan praktik keperawatan.Pembinaan sikap diperlukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan keprofesionalan perawat dalam memberikan pelayanan.Pembinaan dapat dilakukan
dengan berbagai metode seperti preceptor,coaching, mentoring atau konseling.Tujuan: memberikan
gambaran proses perencanaan, pelaksanaan,evaluasi pembinaan sikap profesional perawat dalam
pelayanan keperawatan serta faktor yang berpengaruh di dalamnya.Metode: Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan deskriptif eksploratif. Pengumpulan data
dilakukan melalui metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.Pengambilan kepada 7
orang manajer, 12 orang perawat dan 8 orang pasien dengan mengunakan metode purposive sampling.
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif melalui data reduction, data display dan conclusion
drawing/verification.Hasil: Perencanaan pembinaan sikap tidak dilakukan dan hanya ada dalam
pemikiran saja belum pada tatanan aplikasi. Pelaksanaan pembinaan dilakukan apabila ditemui ada
permasalahan yang dilakukan perawat (bersifat insidentil) dan belum ada standar baku prosedur
pembinaan etika, umumnya pembinaan yang dilakukan hanya dalam bentuk teguran lisan. Dalam
evaluasi pembinaan tidak ada ditetapkan indikator yang baku, hal yang menjadi indikator keberhasilan
pembinaan adalah tidak adanya komplain dari pasien, peningkatan kinerja, hasil kerja yang baik, tidak
mengulang kesalahan yang sama, mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik. Adapun faktor
yang teridentifikasi berpengaruh terhadap proses pembinaan meliputi faktor lingkungan kerja,
kelengkapan fasilitas, motivasi internal dari staf perawat, kesiapan manajer untuk membina, dan
dukungan dari manajemen rumah sakit,serta kesejahteraan karyawan.Kesimpulan: Pembinaan sikap
professional perlu dilakukan secara proaktif/anticipatif dan berkelanjutan yang melingkupi proses
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pembinaan perlu memperhatikan factor yang berperan,
terutama factor manager, perawat dan organisasi rumah sakit

PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien
. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau
masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk
memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu
yang utama yaitu : tangibles, re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy.

B. RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian pelayanan keperawatan prima ?
 Apa Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ?
 Bagaimana Kualitas pelayanan keperawatan ?
 Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ?

C. TUJUAN
 Mengetahui pengertian pelayanan keperawatan prima
 Mengetahui Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
 Mengetahui Kualitas pelayanan keperawatan
 Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima

BAB II
ISI
PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA
A. Pengertian Pelayanan Keperawatan Prima
Pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun 1993) adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, didaerah dan BUMN/D dalam
bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima
adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat
meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit (Ginting, 2006). Pelayanan prima merupakan
elemen utama rumah sakit dan unit-unit kesehatan agar bisa bertahan diera globalisasi. Adapun
pelayanan kepada masyarakat.tentunya telah ada suatu ketetapan tatalaksananya. Prosedur dan
kewenangan sehingga penerima pelayanan puas dengan apa yang telah diterimanya.
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan
agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional,
dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar
dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu
yang utama yaitu : tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Disadari
ataupun tidak, penampilan (tangibles) dari rumah sakit merupakan poin pertama yang
ditilik ketika pasien pertama kali mengetahui keberadaannya. Masalah kesesuain janji
(reliability), pelayanan yang tepat (responsiveness), dan jaminan pelayanan (assurance)
merupakan masalah yang sangat peka dan sering menimbulkan konflik. Dalam proses ini
faktor perhatian (empathy) terhadap pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit
(Fahriadi,2007). Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima, sebuah rumah sakit harus
memiliki sumber daya manusia dengan kualitas baik. Pelayanan dirumah sakit merupakan bentuk
pelayananyang diberikan oleh suatu tim tenaga kesehatan, seperti Dokter, Perawat dan Bidan.
Tim keperawatan merupakan anggota tim garda depan yang menghadapi masalah kesehatan
pasien selama 24 jam secara terus menerus. Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan
seyogianya diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang
sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga
keperawatan harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan
berkesinambungan (Aisyah, 2008).

B. Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima


Dalam pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom (2006)
mengembangkan pelayanan keperawatan priama dengan menyelaraskan faktor-faktor. Ability
(kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action
(tindakan), Accountability (tanggung jawab).
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk
menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang
ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan
dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat harus mempunayai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini
ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang
dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas
dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.
Sedangkan menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat
memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan benarnya perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada dasar pendidikannya dan standar
keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari tingginya
pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga
sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999).

2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai
media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun
sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif,
penuh kesabarab dan tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh seorang
perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat
yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakn
salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian
dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional
yang positif. Penampilan fisik perawat dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan
atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan
kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya
terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra pasien.

4. Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian
akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang
diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi orang lain,
adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh
pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan
pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada
pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan
sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan
layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari
teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan
keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang
diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa
aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai
dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga
berkualitas.

6. Tanggung jawab (Accountability)


Tanggung jawab adalah suatu sika keberpihakan kepada pasien sebagai wujud kepedulian
untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien. Perawat
merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan pasien, baik
itu klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan
asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai dengan etika
keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka
perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu sendiri., yaitu
: perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat membantu
meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat
kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan pasien,
beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten,
etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1. Mengutamakan pelanggan
2. Sistem yang efektif
3. melayani dengan hati nurani
4. perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

C. Kualitas Pelayanan Keperawatan


Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang
dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Penelitian terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit tidak semudah menentukan
kualitas barang pada industri manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang
dihasilkan ditentukan oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila
harganya diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen tidak akan mau membelinya.
Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau pasien berada pada posisi yang tidak mampu
menilai secara pasti kualitas pelayanan yang diterimanya. Bidang keperawatan, tujuan kualitas
pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilakan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk memenuhi
kebutuhan pasien tersebut maka yang paling bertanggung jawab adalah perawat. Kualitas
pelayanan keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu, baik bagi perorangan maupun
populasi.
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus dijalani.
Menurut Nursalam(2002), tahap pertama dalam proses ini adalah penyusunan standar atau
kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar
yang baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi pemimpin juga harus tanggap dan melihat
bahwa perawat mengetahui dan mengerti standar yang telah ditentukan tersebut, karena standar
bervariasi operasionalnya dalam setiap institusi dan perawat harus melaksanakan tugasnya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang
sesuai dengan kriteria. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin terhadap sumber
informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan kualitas pelayanan keperawatan,
pemimpin dapat menemukan banyak informasi dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang
sangat membantu. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua
informasi yang telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika semua asuhan keperawatan dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku, maka evvaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang
hanya akan dikerjakan apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang
berlaku. Penelitian standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah menetapkan standar keperawatan. Standar keperawatan yang telah terbentuk akan
membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang konsisten, kontiniu, dan
bermutu. Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien dari tindakan yang salah yang
dilakukan oleh perawat.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima
Menurut Nursalam (2002) keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin kualitas
pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh berbagai factor yakni :
1. Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia.
Dimana pengetahuan manusia umumnya diperoleh diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmojo, 2003). Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap
responden tentang isi materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan tenaga perawat
kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan kegiatan penilai,
memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien (Nurachmah, 2001).
Adapun tujuan dari penilaian mutu pelayanan keperawatan adalah untuk meningkatkan
asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen, menghasilkan keuntungan atau pendapat
institusi, mempertahankan eksistensi institusi, meningkatkan kepuasan kerja sumber daya yang
ada, meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan serta menjalankan kegiatan sesuai
aturan atau standar yang berlaku. Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai
jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki
perawat dalam mempertahankan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta
sesuai dengan standar dan etik profesi perawat yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan
pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan yang diberikan
(Nuracmah,2001). Pengetahuan perawat tentang penilaian mutu pelayanan keperawatan tidak
terrlepas dari standar praktik keperawatan yang telah ditetapkan oleh PPNI (2000) yang mengacu
dalam tahapan proses keperawatan yakni : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

2. Faktor beban kerja


Bekera adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Dan
aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001). Beban kerja merupakan suatu
kondisi atau keadaan yang memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu
aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam
pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai berpengaruh besar pada
pencapaian mutu pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya
pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas (Swansburg, 2000).
Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas adalah untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya. Pembagian tugas terdiri dari tiga aspek yaitu :
pengembangan tugas, keterlibatan dalam tugas, dan rotasi tugas (Nursalam, 2000). Dalam upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan cara menjaga kesinambungan
antara beban kera perawat dan jumlah tenaga perawat yang tersedia.

3. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima (Nursalam, 2000).
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur utama bagi perawat
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a. Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo, 2003). Makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi dan makin baik pengetahuan yang dimiliki
sehingga menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif akan dapat dilakukannya.

b. Lama bekerja
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin lama seseorang
bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan makin baik cara
berkomunikasinya (Alimul, 2003)

c. Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang dilakukan seseorang
terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo,
2003). Menurut Bloom dan Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan
diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

d. Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau
tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator.
Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai,
rendah diri dan menjadi pendengar yang baik. Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang
terapeutik.

e. Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan melalui komunikasi
terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis yang baik untuk menjadikan
komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh
rangsangan emosi yang disebabkan oleh pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan
komunikasi terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangan
dan perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap komunikasi serta
memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan
agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional,
dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar
dalam setiap transaksi.

B. SARAN
Perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat
membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung
martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan
pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang
kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1. Mengutamakan pelanggan
2. Sistem yang efektif
3. melayani dengan hati nurani
4. perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

* Selamatkan Pasien
* Selamatkan Dokter
* Selamatkan RS
* Selamatkan Owner
DAFTAR PUSTAKA

www.ilmukeperawatan.info/askep/makalah-pelayanan-prima-polri
http://sumberpencarianartikel.com/analisa-tingkat-kepuasan-pasien-pada-pelayanan-
keperawatan-prima/
http://www.ilmukeperawatan.info/askep/makalah-yang-berhubungan-dg-pelayanan-prima

2.6 Sikap perawat dalam merawat pasien

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukan sikap profesional kepada
seluruh pasien yang di rawat.Beberapa sikap professional tersebut antara lain:

1. sikap pemberi kasih sayang terhadap pasien yang dirawatnya.


2. sikap perhatian terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
3. sikap pemberi rasa aman terhadap pasien.
4. sikap ramah terhadap semua orang terutama pasien.
5. Sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan murah senyum.
6. Sikap dapat dipercaya.
7. Percaya diri.
8. Memandirikan pasien agar tidak tergantung oleh perawat.
9. Sikap menghindari ucapan kasar yang dapat menyinggung perasaan pasien.
10. Sikap penuh pengertian dan pengapdian.
11. Sikap kooperatif atau mudah diajak bekerjasama dengan pasien atau tenaga medis lain.
12. Sikap yang dapat membatu mengatasi masalah pasien dan keleguarnya.

Anda mungkin juga menyukai