Anda di halaman 1dari 25

Pelayanan Keperawatan Prima

PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien
. Pelayanan prima, sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau
masyarakat, maka diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk
memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi
profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu
yang utama yaitu : tangibles, re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy.

B.     RUMUSAN MASALAH
         Apa pengertian pelayanan keperawatan prima ?
         Apa Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima ?
         Bagaimana Kualitas pelayanan keperawatan ?
         Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima ?

C.     TUJUAN
         Mengetahui pengertian pelayanan keperawatan prima
         Mengetahui Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima
         Mengetahui Kualitas pelayanan keperawatan
         Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan prima

BAB II
ISI
PELAYANAN KEPERAWATAN PRIMA
A.    Pengertian Pelayanan Keperawatan Prima
Pelayanan umum (Kep.Men.Pan.No.81 tahun 1993) adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, didaerah dan BUMN/D dalam
bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pelayanan keperawtan prima
adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat
meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit (Ginting, 2006). Pelayanan prima merupakan
elemen utama rumah sakit dan unit-unit kesehatan agar bisa bertahan diera globalisasi. Adapun
pelayanan kepada masyarakat.tentunya telah ada suatu ketetapan tatalaksananya. Prosedur dan
kewenangan sehingga penerima pelayanan puas dengan apa yang telah diterimanya.
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan
agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional,
dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar
dalam setiap transaksi.
Pelayanan prima pada dasarnya ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memiliki lima dimensi mutu
yang utama yaitu : tangibles, re;iability, responsiveness, assurance, dan empathy. Disadari
ataupun tidak, penampilan (tangibles) dari rumah sakit merupakan poin
pertama yang ditilik ketika pasien pertama kali mengetahui keberadaannya.
Masalah kesesuain janji (reliability), pelayanan yang tepat (responsiveness), dan
jaminan pelayanan (assurance) merupakan masalah yang sangat peka dan
sering menimbulkan konflik. Dalam proses ini faktor perhatian (empathy)
terhadap pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit (Fahriadi,2007) .
Untuk dapat memberikan pelayanan yang prima, sebuah rumah sakit harus memiliki sumber
daya manusia dengan kualitas baik. Pelayanan dirumah sakit merupakan bentuk pelayananyang
diberikan oleh suatu tim tenaga kesehatan, seperti Dokter, Perawat dan Bidan. Tim keperawatan
merupakan anggota tim garda depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam
secara terus menerus. Bentuk pelayanan dan asuhan keperawatan seyogianya diberikan oleh
perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan
profesi keperawatan. Sehubungan dengan hal tersebut, tenaga keperawatan harus dipersiapkan
dan ditingkatkan secara teratur, terencana, dan berkesinambungan (Aisyah, 2008).

B.     Faktor-faktor pelayanan keperawatan prima


Dalam pengembangan budaya pelayanan keperawatan prima, Gultom (2006)
mengembangkan pelayanan keperawatan priama dengan menyelaraskan faktor-faktor. Ability
(kemampuan), Attitude (sikap), Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action
(tindakan), Accountability (tanggung jawab).
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang mutlak diperlukan untuk
menunjang program layanan prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang
ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, membina hubungan
dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat harus mempunayai pengetahuan dan wawasan luas, terlebih lagi pada saat ini
ketika perawat dituntut untuk menjadi seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang
dimaksud bukan hanya sebatas bidang keperawatan, tapi menyeluruh. Pengetahuan yang luas
dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional.
Sedangkan menurut Utama (1999), keterampilan merupakan kemampuan untuk melakukan
sesuatu yang baik dan benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat
memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan benarnya perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan mengacu pada dasar pendidikannya dan standar
keperawatan. Akan tetapi, keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari tingginya
pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam melakukan pelayanan keperawatan juga
sangat berpengaruh (Zulkifli, 1999).

2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika menghadapi pasien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang
lembut,sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap sebagai
media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran, kepercayaan dan niat baik. Adapun
sikap-sikap dalam pelayanan prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif,
penuh kesabarab dan tidak mengada-ada, dan tepat waktu.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut harus dimiliki oleh seorang
perawat karena sikaf perawat juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat
yang baik dan ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat dalah penampilan, baik berupa fisik maupun nonfisik yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan seseorang merupakn
salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian
dan berhias menunjukkan kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan cita diri dan profesional
yang positif. Penampilan fisik perawat dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan
atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra bagaimana
seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan
kemampuan perawat tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya
terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra pasien.

4. Perhatian ( Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang berkaitan dengan perhatian
akan kebutuhan dan keinginan pasien maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang
diberikan perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi orang lain,
adalah sangat berguna untuk mempercepat proses penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh
pasien terjadi bukan hanya kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan
pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan oleh perawat kepada
pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan
sembuhnya kejiwaan maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan
layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari
teori keperawatan serta penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat terampil dalam memberikan tindakan
keperawatan, maka secara otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang
diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang terampil dapat menimbulkan rasa
aman dan nyaman bagi pasien saat melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai
dengan standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang diberikan juga
berkualitas.

6. Tanggung jawab (Accountability)


Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada pasien sebagai wujud
kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien.
Perawat merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan
pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga maupun masyarakat, oleh karena itu dalam
memberikan asuhan keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku sesuai
dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat maka perawat harus memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu
sendiri., yaitu : perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat
membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung
martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan
pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang
kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.      Mengutamakan pelanggan
2.      Sistem yang efektif
3.      melayani dengan hati nurani
4.      perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan

C.    Kualitas Pelayanan Keperawatan


Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang berhubungan dengan kegiatan yang
dipantau atau diatur dalam pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen.
Penelitian terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirumah sakit tidak semudah menentukan
kualitas barang pada industri manufaktur. Pada industri manufaktur, kualitas barang yang
dihasilkan ditentukan oleh standar baku dan harga. Bila kualitas dibawah standar atau bila
harganya diatas standar untuk barang tertentu maka konsumen tidak akan mau membelinya.
Sedangkan pada bidang kesehatan, konsumen atau pasien berada pada posisi yang tidak mampu
menilai secara pasti kualitas pelayanan yang diterimanya. Bidang keperawatan, tujuan kualitas
pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang
dihasilakan sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursalam, 2002). Untuk memenuhi
kebutuhan pasien tersebut maka yang paling bertanggung jawab adalah perawat. Kualitas
pelayanan keperawatan dinilai dari berbagai pelayanan itu, baik bagi perorangan maupun
populasi.
Penilaian kualitas pelayanan keperawatan, terdapat tahap-tahap yang harus dijalani.
Menurut Nursalam(2002), tahap pertama dalam proses ini adalah penyusunan standar atau
kriteria. Adalah sesuatu yang mustahil apabila mengukur sesuatu tanpa adanya suatu standar
yang baku. Tidak hanya harus ada standar, tetapi pemimpin juga harus tanggap dan melihat
bahwa perawat mengetahui dan mengerti standar yang telah ditentukan tersebut, karena standar
bervariasi operasionalnya dalam setiap institusi dan perawat harus melaksanakan tugasnya sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang
sesuai dengan kriteria. Informasi-informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
Tahap tiga adalah identifikasi sumber informasi. Pemimpin harus yakin terhadap sumber
informasi yang didapatkan. Dalam melakukan pengawasan kualitas pelayanan keperawatan,
pemimpin dapat menemukan banyak informasi dari pasien sendiri yang merupakan sumber yang
sangat membantu. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Semua
informasi yang telah didapat dari pasien, dapat diadikan sebagai pengukuran kualitas pelayanan
keperawatan. Tahapan terakhir yaitu evaluasi ulang. Jika semua asuhan keperawatan dilakukan
sesuai dengan standar yang berlaku, maka evvaluasi ulang tidak perlu dilakukan. Evaluasi ulang
hanya akan dikerjakan apabila banyak kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar yang
berlaku. Penelitian standar asuhan keperawatan, maka tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah menetapkan standar keperawatan. Standar keperawatan yang telah terbentuk akan
membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang konsisten, kontiniu, dan
bermutu. Standar keperawatan juga dapat melindungi pasien dari tindakan yang salah yang
dilakukan oleh perawat.
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Prima
Menurut Nursalam (2002) keberhasilan pelaksanaan kegiatan menjamin kualitas
pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh berbagai factor yakni :
1. Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia.
Dimana pengetahuan manusia umumnya diperoleh diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmojo, 2003). Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap
responden tentang isi materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan tenaga perawat
kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan kegiatan penilai,
memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien (Nurachmah, 2001).
Adapun tujuan dari penilaian mutu pelayanan keperawatan adalah untuk meningkatkan
asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen, menghasilkan keuntungan atau pendapat
institusi, mempertahankan eksistensi institusi, meningkatkan kepuasan kerja sumber daya yang
ada, meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan serta menjalankan kegiatan sesuai
aturan atau standar yang berlaku. Pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu dan dapat dicapai
jika pelaksanaan asuhan keperawatan dipersiapkan sebagai suatu kehormatan yang dimiliki
perawat dalam mempertahankan haknya untuk memberikan asuhan yang manusiawi, aman, serta
sesuai dengan standar dan etik profesi perawat yang berkesinambungan dan terdiri dari kegiatan
pengkajian, perencanaan, implementasi rencana, dan evaluasi tindakan yang diberikan
(Nuracmah,2001). Pengetahuan perawat tentang penilaian mutu pelayanan keperawatan tidak
terrlepas dari standar praktik keperawatan yang telah ditetapkan oleh PPNI (2000) yang mengacu
dalam tahapan proses keperawatan yakni : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

2. Faktor beban kerja


Bekera adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Dan
aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001). Beban kerja merupakan suatu
kondisi atau keadaan yang memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu
aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam
pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai berpengaruh besar pada
pencapaian mutu pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya
pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas (Swansburg, 2000).
Tujuan utama menyusun rencana pembagian tugas adalah untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya. Pembagian tugas terdiri dari tiga aspek yaitu :
pengembangan tugas, keterlibatan dalam tugas, dan rotasi tugas (Nursalam, 2000). Dalam upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah dengan cara menjaga kesinambungan
antara beban kera perawat dan jumlah tenaga perawat yang tersedia.
3. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima (Nursalam, 2000).
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur utama bagi perawat
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a.       Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan
untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo,
2003). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan
makin baik pengetahuan yang dimiliki sehingga menggunakan komunikasi
terapeutik secara efektif akan dapat dilakukannya.

b.      Lama bekerja
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin
lama seseorang bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga
akan makin baik cara berkomunikasinya (Alimul, 2003)

c.       Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan
Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan diantaranya tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

d.      Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan
efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang
percaya terhadap komunikator. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut
seperti terbuka, percaya, empati, menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar
yang baik. Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.

e.       Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan
melalui komunikasi terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis
yang baik untuk menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis
seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan
oleh pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi
terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangan
dan perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap
komunikasi serta memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan profesional yang memiliki
mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan
keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka diperlukan persyaratan
agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk memiliki kualitas kompetensi yang profesional,
dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar
dalam setiap transaksi.

B.     SARAN
Perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan optimum, perawat
membantu meningkatkan autonomi pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung
martabat kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat menjaga kerahasiaan
pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat, dan perawat bekera dalam lingkungan yang
kompeten, etik, dan aman (CAN,2001).
Prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan:
1.      Mengutamakan pelanggan
2.      Sistem yang efektif
3.      melayani dengan hati nurani
4.      perbaikan berkelanjutan pemberdayaan pelanggan
DAFTAR PUSTAKA

www.ilmukeperawatan.info/askep/makalah-pelayanan-prima-polri
http://sumberpencarianartikel.com/analisa-tingkat-kepuasan-pasien-pada-pelayanan-
keperawatan-prima/
http://www.ilmukeperawatan.info/askep/makalah-yang-berhubungan-dg-pelayanan-prima

SISTEM RUJUKAN
SISTEM RUJUKAN

A.      PENGERTIAN

1.    Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik

atas suatu kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal

maupun harizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau

dan rasional (Depkes RI, 1991)

2.    Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang

memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal

balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan

masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih

kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional (Hatmoko, 2000)

B.       TUJUAN RUJUKAN
Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan

antara lain :

1.      Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-

baiknya

2.      Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap

fasilitasnya

3.      Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge

& skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan

daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan

umum dan khusus, antara lain :

1.      Umum

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung

kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah

kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna.

2.      Khusus

a.    Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.

b.   Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif

secara berhasil guna dan berdaya guna.

C.       JENIS RUJUKAN

Menurut Hatmoko (2000) jenis rujukan secara konseptual menyangkut

hal-hal sebagai berikut :

1)      Rujukan medik, meliputi


a.       Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

operatif dan lain-lain.

b.      Pengiriman bahan (specimen) unutuk pemeriksaan laboratorium yang

lebih lengkap.

c.       Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli

untuk mutu pelayanan pengobatan

2)      Rujukan kesehatan

Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat

yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :

a.    Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar

biasa atau terjangkitnya penyakit menular

b.    Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah

c.    Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan

kerancunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal

d.   Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah

kekurangan air bersih bagi masyarakat umum

e.    Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain

D.      PERSIAPAN RUJUKAN

     Mempersiapkan rujukan ke rumah sakit dengan melakukan

BAKSOKUDa yaitu:

B: Bidan Harus siap antar ibu ke rumah sakit;

A: Alat-alat yang akan di bawa saat perjalanan rujukan;

K: Kendaraan yang akan mengantar ibu ke Rumah Sakit;

S: Surat rujukan disertakan;

O: Obat-obat seperti oksitosin ampul, cairan infuse;


K: Keluarga harus diberitahu dan mendampingi ibu saat dirujuk;

U:Uang untuk pembiayaan di rumah sakit.

Da: Darah untuk tranfusi

E.       KEGIATAN RUJUKAN

1.      Rujukan dan pelayanan kebidanan

Kegiatan ini antara lain berupa :

a.       Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang

lebih lengkap

b.      Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan dan nifas

c.       Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-

kasus ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan

spesialis

d.      Pengiriman bahan laboratorium

e.       Bila penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,

kembalikan dan kirimkan lagi kepada unit semula, bilamana perlu disertai

dengan keterangan yang lengkap (surat balasan)

2.      Rujukan kesehatan yang meliputi permintaan bantuan atas :

a.       Kejadian luar biasa atau terjangkitnya penyakit menular

b.      Terjadinya kelaparan dalam masyarakat

c.       Terjadinya keracunan masal

d.      Masalah lain yang menyangkut kesehatan masyarakat umum

3.      Rujukan informasi medis

Kegiatan ini antara lain berupa :

a.       Membahas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan

advis rehabilitas kepada unit yang mengirim


b.      Menjalin kerjasama sistem pelaporan data-data medis umumnya dan

data-data parameter pelayanan kebidanan khususnya terutama

mengenai kematian maternal dan perinatal. Hal ini sangat berguna untuk

memperoleh angka-angka secara regional dan nasional.

4.      Pelimpahan pengetahuan dan ketrampilan

Kegiatan ini antara lain berupa :

a.       Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan

pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita,

diskusi kasus, dan demonstrasi

b.      Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih

lengkap atau Rumah sakit pendidikan. Juga dengan mengundang tenaga

medis dan paramedis dalam kegiatankegiatan ilmiah yang

diselenggarakan tingkat propinsi atau institusi pendidikan 

5.      Pusat Rujukan Antara (Puskesmas dengan 10 tempat tidur)

a.       Pengertian

Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong

penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun

perawatan sementara dengan 10 tempat tidur

b.      Kriteria

         Puskesmas terletak kurang lebih dari 20 km dari rumah sakit

         Puskesmas mudah dicapai dengan kendaran bermotor dari puskesmas

sekitarnya

         Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang

memadai
         Jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari rata-rata.

         Puskesmas masih mempunyai tanah kososng seluas 20mx30m

         Penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk di kelilingnya minimal

rata-rata 20.000/Puskesmas

         Pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang

memadai 

c.       Fungsi

Merupakan “Pusat Rujukan Antara” melayani penderita gawat darurat

sebelum dapat dibawa ke rumah sakit

d.      Kegiatan

1)   Melakukan tindakan opertaif terbatas terhadap penderita gawat darurat

antara lain :

         Kecelakaan lalu lintas

         Persalinan dengan penyulit

         penyakit lain yang mendadak dan gawat

2)   Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi

penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatan 3 hari

atau maksimal 7 hari

3)   Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman

penderita lebih lanjut ke Rumah sakit

4)   Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi dan

persalinan dengan penyulit

5)   Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita untuk

keluarga berencana

e.       Ruangan tambahan
Bangunan tambahan seluas 246m diatas tanah seluas 600m2 terdiri dari

         Ruang rawat tinggal untuk 10 tempat tidur

         Ruangan operasi

         Ruangan persalinan

         Kamar perawatan jaga

         Ruangan post operatif

         Kamar linen

         Kamar cuci

         Dapur

f.       Peralatan medis

         Peralat operasi terbatas

         Peealatan obstetri patologis

         Peralatan resusitasi

         Peralatan vasektomi dan tubektomi

         10 tempat tidur lengkap dengan peralatan perawatan

g.      Tenaga

         Dokter kedua di puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di

Rumah Sakit 6 bulan dalam bidang : obstetri, gynekologi, pediatri dan

interne

         2 orang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang

perawatn bedah, kebidanan, pediatri dan penyakit dalam

         3 orang perawat kesehatan/ perawat/ bidan yang diberi tugas secara

bergilir

         1 orang prakarya kesehatan


h.      Alat komunikasi

         Telepon atau radio komunikasi jarak sedang

         1 buah ambulance

F.        ALUR RUJUKAN

Dalam rangka pelaksanaan rujukan diperhatikan hal-hal yang

menyangkut tingkat kegawatan penderita, waktu dan jarak tempuh sarana

yang dibutuhkan serta tingkat kemampuan tempat rujukan.

Dalam kaitan ini alur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat

dilaksanakan sebagai berikut :

1.    Dari kader

Kader dapat langsung merujuk ke :

a.       Puskesmas pembantu atau pondok bersalin atau bidan di desa

b.      Puskesmas atau puskesmas denga rawat inap

c.       Rumah sakit pemerintah atau swasta

2.    Dari posyandu

Dari posyandu dapat langsung merujuk ke :

a.       Puskesmas pembantu atau

b.      Pondok bersalin atau bidan desa atau puskesmas atau puskesmas

dengan rawat inap atau rumah sakit pemerintah yang terdekat

3.    Dari puskesmas pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit

swata

4.    Dari pondok bersalin

Dapat langsung ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit swasta
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :

1.    Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi

(geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah penderita dapat

pertolongan yang cepat dan tepat

2.    Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat

dilaksanakan sesuai dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki

fasilitas pelayanan

Unutuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel Alur rujukan

G.      MEKANISME

1.      Menentukan kegawatdaruratan penderita

a.    Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh

keluarga/ kader/ dukun bayi, maka segera dirujuk kefasilitas pelayanan

kesehatan terdekat, oleh karena mereka belum tentu dapat menetapkan

tingkat kegawatdaruratan.

b.    Pada tingkat Bidan di desa

Puskesmas pembantu dan puskesmas tenaga kesehatan yang

ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat

menentukan tingkat kegawatandaruratan kasus yang ditemui. Sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan

kasus yang boleh ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.

2.      Menentukan tempat tujuan rujukan


Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan

yang mempunyai kewenangan dan terdekat. Termasuk fasilitas

pelayanan swata dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan

penderita.

3.      Pemberian informasi kepada penderita dan keluarganya

Penderita dan keluarganya perlu diberi informasi tentang perlunya

penderita segera dirujuk untuk mendapat pertolongan fasilitas pelayanan

kesehatan yang lebih mampu

4.      Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

Melalui telepon atau radio komunikasi disampaikan kepada tempat

rujukan yang tujuannya untuk :

a.       Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk

b.      meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan

selama dalam dalam perjalanan ke tempat tujuan

c.       Meminta petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

5.      Persiapan penderita

a.       Sebelum dikirim, keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih

dahulu. Keadaan umum perlu dipertahankan selama dalam perjalanan.

Untuk itu obat-obatan yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan

umum perlu disertakan pada waktu pasien diangkut.

b.      Surat rujukan perlu disiapkan dengan format rujukan


c.       Dalam hal penderita gawat darurat maka seorang perawat/ bidan perlu

mendampingi penderita dalam perjalanan untuk menjaga keadaan umum

penderita

6.      Pengiriman penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/

sarana transportasi untuk mengangkut penderita 

7.      Tindak lanjut penderita

a.       Untuk penderita yang telah dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut,

dilakukan tindakan dengan sarana yang diberikan

b.      Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka

dilakukan kunjungan rumah

H.      UPAYA PENINGKATAN MUTU RUJUKAN

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :

1.      Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan

puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2.      Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan

tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di

lokasi strategis

3.      Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan

4.      Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk

kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi

5.      Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan

medik maupun rujukan kesehatan

6.      Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang

pelayanan kesehatan
Sistem Rujukan
Posted by: putrikusumawardhani on: April 8, 2010
 In: Askeb Komunitas
 

 Tinggalkan sebuah Komentar


SISTEM RUJUKAN
1. A. PENDAHULUAN
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat
dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi
dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian
ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada
pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang
melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika
bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan
bayi.
1. B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM
Diharapakan mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di
rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan.
1. C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS
1. Dapat memahami definisi system rujukan
2. Dapat memahami tujuan system rujukan
3. Dapat memahami jenis – jenis rujukan
4. Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan
5. Dapat memahami jalur rujukan
6. Dapat memahami mekanisme rujukan
1. D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI
1. 1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan
kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
1. 2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka
penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
kesehatan secara terpadu
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan
demikian dapat menurunkan AKI dan AKB
1. 3. Jenis Rujukan
1. Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu
menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
1. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen
ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
1. 4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
1. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
1. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
1. 5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan
1. 6. Persia
pan
rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat “BAKSOKU” yang
dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set,
tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia
dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat
rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan,
uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
1. 7. Keuntungan system rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan
dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien
dan keluarga
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas
daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya
masing – masing
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
1. 8. Mekanisme rujukan
1. Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui.
Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
1. Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
1. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi tentang
perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu
2. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
3. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum
ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan
si=esuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan.
1. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi
yang tersedia untuk mengangkut penderita.
1. Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah.
RUJUKAN KEBIDANAN
System rujukan dalam mekanisme pelayanan obtetrik adalah suatu pelimpahan tanggung
jawab timbale-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertical
maupun horizontal.
Rujukan vertical maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang
telah lengkap.
Indikasi perujukan ibu yaitu :
1. Riwayat seksio sesaria
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
11. TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
12. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
13. Presentasi bukan belakang kepala
14. Kehamilan gemeli
15. Presentasi majemuk
16. Tali pusat menumbung
17. Syok
1. E. RINGKASAN
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat
menurunkan AKI dan AKB.
Jenis system rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal – hal
yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU”
Rujukan

Pengertian : Pasien rujukan adalah yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau


fasilitas khusus yang tidak tersedia di RS.
Pasien pindah rawat adalah pasien yang dikirim ke rumah sakit lain
karena permintaan pasien atau Keluarga, atau karena tempat rawat inap
di RS penuh
Indikasi :
1. Pengobatan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa
dilakukan di RS
2. Fasilitas, baik peralatan maupun tenaga professional (ahli) yang
tidak dimiliki atau peralatan yang dimiliki sedang dalam keadaan rusak
3. Ruang rawat inap penuh
4. Atas permintaan pasien dan atau  Keluarga untuk pindah rawat di
rumah sakit yang dituju
Tujuan :
1. Mengirim pasien yang dirujuk atau pindah rawat ke rumah sakit
lain secara cepat, cermat dan aman bagi pasien
2. Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit lain
Kebijakan :
Pelayanan pasien rujukan ke luar RS dilakukan dalam kerjasama tim sesuai
standard dan menjaga citra RS.
Petugas :
 Dokter jaga UGD
  Perawat UGD

 Supir ambulance UGD


Peralatan :
Ambulance + alat penunjang hidup yang diperlukan
Prosedur
1.  Pasien yang akan di rujuk / pindah rawat inap harus dalam
keadaan stabil
2. Atas salah satu atau lebih indikasi tersebut diatas, dokter UGD
yang memeriksa mengintruksikan untuk merujuk pasien ke RS lain
3. Dokter menulis dalam buku Rekam Medik pasien bahwa pasien 
dirujuk ke RS lain disertai dengan alasan rujukan
4.  Dokter dan atau perawat memberitahu dan menjelaskan ke RS
lain beserta alas an pasien dirujuk
5.  Dokter membuat surat rujukan
6.   Lengkapi persiapan pasien untuk dipindahkan, bila perlu
ambulance lengkap dengan peralatan penunjang hidup dan peralatan
lainnya, obat dan bahan yang diperlukan sesuai kebutuhan kondisi dan
kasus pasien
7. Kalau memungkinkan, dokter atau perawat dapat menghubungi
dokter atau perawat di RS rujukan melalui telepon untuk penyampaian
informasi dan untuk mempersiapkan pasien
8. Pasien gawat ( dalam keadaan stabil) harus ditemani oleh dokter
dan atau perawat yang telah menguasai dan mampu melakukan teknik-
teknik life saving serta bertanggung jawab dalam melakukan observasi
dan pemantauan kegawatdaruratan pasien sampai ke RS rujukan
9.  Petugas yang mengantar melakukan serah terima pasien kepada
petugas pada RS rujukan 

Anda mungkin juga menyukai