Anda di halaman 1dari 15

DI

OLEH :
KELOMPOK : 5

ZURRATUN MAHMUDAH
NUR AKMALIA
SYIFAUL AZQIA
CUT RAUZATUL JANNAH
RISAH SALSABILA
SITI MAISARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah
sakit. Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam
kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan
pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan demikian
pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-menerus dan
berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat juga seiring
dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013).
Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan
fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan
adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola
keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun sumber dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien baik
kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)
Perubahan yang terjadi dalam pelayanan kesehatan membuat perubahan
terjadi pada keperawatan. Perubahan ini terjadi akibat keragaman budaya,
populasi yang semakin menua, tehnologi dan pelayanan, serta terpenuhinya
informasi kualitas pelayanan kesehatan (Wakefield, 2003 dalam Huber 2006).
Perubahan telah dan akan terus mengganggu system pemberian pelayanan
kesehatan. Perubahan dirasakan sebagai bentuk kesempatan dan tantangan.
Perawat harus mampu mengantiispasi dan mengamati trend karena cepat atau
lambat akan berdampak pada praktik keperawatan (Huber 2006)
Pelanggan merupakan penentu keberadaan suatu perusahaan, hal ini
menurut perawat untuk mampu mengikuti semua perubahan yang terjadi didalam
suatu organisasi. Perawat melakukannya dengan cara meningkatkan kualitas
pelayanan dan dan asuhan keperawatan yang diberikan, tujuannya untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan rumah sakit, dan
efisiensi dalam pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan (Swansburg, 1999).
American Nurse Association (ANA) menetapkan sepuluh standar
mutu yang digunakan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di rumah sakit. Sepuluh standar mutu tersebut adalah : 1)
angka infeksi nosokomial, 2) angka pasien jatuh, 3) kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan, 4) kepuasan pasien terhadap pengelolaan
nyeri/kenyamanan, 5) kepuasan pasien terhadap Pendidikan kesehatan, 6)
kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan, 7) upaya mempertahankan
integritas kulit, 8) tingkat kepuasan perawat, 9) kombinasi kerja perawat
professional dan non professional, 10) total jumlah perawat perpasien
( Wojner, 2001). Salah satu cara meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit sesuai standar ANA tersebut adalah dengan memenuhi kepuasan
pasien terhadap asuhan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan inovasi penggunaan metode
hourly nursing rounding terhadap peningkatan kepuasan pasien pada pelayanan
rawat inap
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya perbedaan harapan dan kenyataan pasien rawat inap pada
dimensi interaksi terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit
b. Diketahuinya efektifitas program hourly nursing rounding dalam
peningkatan kepuasan pasien rawat inap.
Bagi perkembangan keilmuan, inovasi penerapan metode ini dapat
digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain dalam mengembangkan
penelitian terkait penerapan hourly nursing rounding dan kepuasan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mutu dalam Keperawatan


1. Definisi Mutu
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan
oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pasien dalam
mempertahankan keadaan dari segi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).
Mutu pelayanan keperawatan adalah asuhan keperawatan professional yang
mengacu pada 5 dimensi kualitas pelayanan yaitu, (reability, tangibles, assurance,
responsiveness, dan empathy) (Bauk et al, 2013).
Mutu pelayanan keperawatan merupakan suatu pelayanan yang
menggambarkan produk dari pelayanan keperawatan itu sendiri yang meliputi
secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pada individu sakit maupun yang
sehat dan dilakukan sesuai standar keperawatan (Asmuji, 2012).
Berdasarkan pernyataan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa
pelayanan keperawatan merupakan kegiatan atau upaya pelayanan yang dapat
dilakukan secara mandiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara holistik.
2. Tujuan Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursamalam cit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan
keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertamaadalah penyusunan standar atau kriteria. Di maksudkan
agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan terencana berdasarkan
standar kriteria masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan
kriteria. Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam
proses asuhan keperawatan dansebagai pengukuran kualitas
pelayanankeperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih
informasi yang akurat diharuskan penyeleksian yang ketat dan
berkesinambungan. Beberapa informasi juga didapatkan dari pasien
itusendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data. Perawat
dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu-
persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk
meminim kan kekeliruan dalam pengambilan keputusan padaasuhan
dan tidakan keperawatan.
3. Faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan
terdiri atas beberapa faktor yaitu:
a. Komunakasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication),
biasanya komunikasi dari mulut ke mulut sering dilakukan oleh
masyarakat awam yang telah mendapatkan perawatan dari sebuah
instansi. Yang nantinya akan menyebarkan berita positif apabila
mereka mendapatkan perlakuan yang baik selama di rawat atau
menyampaikan berita negatif tentang mutu pelayanan keperawatan
berdasarkan pengalaman yang tidak mengenakkan.
b. Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-masing
pasien bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan juga harus
menyesuaikan berdasarkan kebutuhan pribadipasien.
c. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan
cenderung menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang pernah
mereka alami. Didalam mutu pelayanan keperawatan yang baik akan
memberikan pengalaman yang baik kepada setiap pasien, namun
sebaliknya jika seseorang pernah mengalami hal kurang baik terhadap
mutu pelayanan keperawatan maka akan melekat sampai dia
mendapatkan perawatan kembali di suatuinstansi.
d. Komunikasi eksternal (company’s external communication), sebagai
pemberi mutu pelayanan keperawatan juga dapat melakukan promosi
sehingga pasien akan mempercayai penuh terhadap mutu pelayanan
keperawatan di instansi tersebut.
4. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud
apabila didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi.
Setiap profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan
pelayanan yang optimal kepada semua pasien.
Suatu pelayanan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam
pemenuhan kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari pelayanan yang baik
tersebut maka akan menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua
pasien. Dan akan tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-
tingginya.
Mutu pelayanan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan
kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan
di masyarakat. Dikarenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan
jumlah terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan
keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).

B. Kepuasan
Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan tetapi meliputi juga pada nilai objektifnya dan dilandasi pada
pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikologi, dan pengaruh lingkungan
(Sabarguna dan Rubaya, 2011).
Pengguna jasa pelayanan keperawatan akan memberikan suatu penilaian
terhadap produk atau jasa pelayanan yang diterimanya dan bertindak atas dasar
kepuasaannya. Apakah pasien puas atau tidak, tergantung kepada penampilan jasa
pelayanan yang ditawarkan dalam hubungannya dan harapannya (Wijono, 2008).
Kepuasan pelayanan keperawatan terbentuk dari penilaian pelanggan
terhadap mutu, kinerja hasil (luaran klinis), dengan manfaat yang diperoleh dari
produk atau pelayanan yang diterima. Dengan demikian, kepuasan terjadi karena
penilaian terhadap manfaat serta kenikmatan yang diperoleh lebih dari apa yang
dibutuhkan atau diharapkan (Koentjoro, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien dapat terwujud dari pelayanan
kesehatan keperawatan yang baik. Kualitas atau mutu pelayanan dapat dinilai
secara tindakan ataupun sikap anggota tim medis dalam memberikan asuhan
kepada semua pasien. Pasien akan mengganggap suatu instasi itu baik jika mereka
merasakan kepuasan dari hal rohani dan badani.
Kepuasan pasien yang lainnya juga didapatkan dari perbincangan antar
pasien yang menyebarluaskan tentang pelayanan keperawatan disuatu instasi yang
baik dan memuaskan. Maka akan menimbulkan pandangan positif masyarakat
kepada instansi dan tim medis tersebut.

C. Faktor Ketidak puasan Pasien


Menurut Nursalam (2011) faktor yang mempengaruhi seseorang tidak
merasakan puas terhadap suatu layanan keperawatan adalah:
1. Pasien merasa mutu pelayanan keperawatan tidak sesuai yang diharapkan.
Pasien akan cenderung menilai lebih teliti kepada setiap tindakan
keperawatan, karena perawat menjadi tim medis yang paling sering
ditemui oleh pasien.
2. Pelayanan selama proses penikmatan jasa tidak dirasakan oleh pasien.
Pasien merasa tidak puas terhadap mutu yang dilakukan oleh keperawatan
itu sendiri.
3. Perilaku personil yang kurang memuaskan. Pasien menganggap asuhan
yang diberikan oleh perawat tidak sesuai harapan. Dilihat dari bagaimana
prilaku keseharian perawat terhadap perawatan kepada pasien.
4. Dari segi lingkungan dan kondisi fisik juga mempengaruhi pasien tidak
merasakan puas. Pasien cenderung pasrah dan tidak ingin memikirkan
diluar masalah internal dari pasien.
5. Biaya yang terlalu tinggi juga sangat mempengaruhi. Pasien dari kalangan
menengah ke bawah akan merasakan puas dari kriteria biaya yang
terjangkau.
Ketidakpuasan pasien menurut Oroh dkk (2014) dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik dari pasien tersebut. Bagaimana seorang pasien
membedakan antara pelayanan perawat satu dengan yang lainnya. Karakteristik
tersebut berupa dari segi umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, suku
bangsa, agama, dan pekerjaan dari pasien itusendiri.

E. Hourly Nursing Rounding


Meade et al, (2006) mengatakan bahwa hourly nursing rounding dapat
meningkatkan mutu kualitas interaksi antara perawat dan pasien. Interaksi
dilakukan oleh perawat rutin setiap 1 jam atau 2 jam akan membantu mengatur
alur kerja perawat dalam memenuhui kebutuhan pasien dalam hal 4 P ; 1) Pain,
2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of personal items. Hal ini memungkinkan
peningkatan produktifitas perawat dan lebih proaktif dalam mengantisipasi dan
melayani pasien bukan reaktif terhadap permintaan pasien
Literatur yang menuliskan tentang hourly nursing rounding salah satunya
dinyatakan oleh Castledine et al (2016) menerbitkan sebuah artikel awal
menyoroti kebangkitan hourly nursing rounding pada pasien untuk
mempromosikan kenyamanan dan kualitas asuhan keperawatan dasar. Hasil
menunjukkan penurunan panggilan pasien, penurunan pasien jatuh, dan
meningkatkan kepuasan pasien di ruang perawatan
Peneliti menyimpulkan bahwa hourly nursing rounding adalah metode
interaksi perawat dengan pasien yang dilakukan secara regular setiap 1 jam atau 2
jam dan terencana untuk menggali kebutuhan dasar pasien yang terdiri 4 P ; 1)
Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4) Proximity of personal items untuk menurunkan
angka panggilan pasien, mengurangi kejadian jatuh, mengurangi terjadinya skin
ulcer dan meningkatkan kepuasan pasien.
American Nursing Association (1995, dalam Gass, 1999)
menyatakan bahwa proses keperawatan meliputi lima langkah :
Pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Proses keperawatan secara umum merupakan pendekatan kepada
klien secara individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Perawat
dapat mengumpulkan data secara relevan dalam pengkajian pasien
dengan menggunakan kemampuan komunikasi dan ilmu yang
dimiliki.
Tujuan Hourly Nursing Rounding
Castledine et al (2016) menerbitkan sebuah artikel awal menyoroti
kebangkitan hourly nursing rounding pada pasien untuk
mempromosikan kenyamanan dan kualitas asuhan keperawatan
dasar. Hasil menunjukkan penurunan panggilan pasien, penurunan
pasien jatuh, dan meningkatkan kepuasan pasien di ruang
perawatan.
Fitzsimons et al ( 2011) menyampaikan hourly nursing
rounding, dapat meningkatkan caring perawat dan menumbuhkan
budaya interaksi yang positif antara perawat dan pasien setaip jam
bekerja. Sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu
menciptakan budaya perubahan tersebut.
Meade et.al (2006) Lima dari enam studi (83 persen) yang
secara khusus meneliti penggunaan bel panggilan dinyatakan
berkurang, dilaporkan bahwa perawat dipanggil antara 12 dan 15
kali sehari untuk menanggapi kebutuhan tidak mendesak, seperti
toilet, posisi atau nyeri. Dengan melakukan hourly nursing
rounding perawat dapat mengantisipasi kebutuhan tersebut.
Kalman (2008) menyatakan bahwa hourly nursing rounding dapat
mengurangi tingkat jatuh di tujuh dari sembilan studi yang
dievaluasi
Tujuan dari hourly nursing rounding untuk mengurangi
kecemasan pasien, keluarga dan kecemasan penunggu pasien,
untuk memastikan keselamatan pasien dan meningkatkan
pengalaman perawatan mereka serta meningkatkan kepuasan
pasien dalam dimensi responsiveness
Elemen Hourly Nursing Rounding
Menurut Marie Hutchings (2013) dalam artikel nya “Caring
around the clock’: a new approach to intentional rounding”
menjelaskan bahwa metode yang dilakukan saat melakukan hourly
nursing rounding adalah dengan menggunakan beberapa elemen :
a. Dilakukan setiap jam atau setiap 2 jam
b. Menggunakan daftar pertanyaan dan checklist dalam
berinteraksi dengan pasien
c. Pada malam hari (pasien tidur) tidak dilakukan
d. Dibuat pelatihan tentang cara berkomunikasi dengan pasien
untuk menggali pertanyaan yang akan disampaikan
e. Penggunaan 4P Protokol 1) Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4)
Proximity of personal items

F. Inovasi Keperawatan
Berdasarkan dari literatur dan jurnal – jurnal yang didapatkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan dan dalam rangka
meningkatkan kepuasan pasien maka salah satu upaya adalah dilakukan inovasi
penerapan Nursing Hourly Rounding. Dalam penerapan hourly rounding ini
beberapa hal yang dilakukan perawat adalah sebagai berikut :
1. Perawat akan melakukan rounde keliling ke pasien setiap 1 – 2 jam
a. Pasien merasa diperhatikan, carring dan responsive perawat juga
dirasakan oleh pasien karena perawat senantiasa berada disisi pasien
dan memperhatikan kebutuhan pasien.
b. Sebelum pasien memanggil perawat melalui nursing call pearawat
sudah memenuhi kebutuhan yang diperlukan pasien.
c. Pasien merasa puas
2. Menggunakan daftar pertanyaan dan checklist dalam berinteraksi dengan
pasien, Penggunaan 4P Protokol 1) Pain, 2) Positioning, 3) Potty, 4)
Proximity of personal items
a. Perawat memantau secara rutin tentang nyeri hal ini meminimalkan
pasien dengan keluhan nyeri sehingga pasien terbebas rasa nyeri
b. Perawat memantau posisi pasien setiap satu sampai dua jam hal ini
sangat penting bagi pasien dengan perawatan lama untuk mencegah
terjadinya decubitus akibat skin prseure.
c. Perawat memantau kebutuhan eliminasi pasien, hal ini sangat
membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi pasien selain
itu dalam pemantauan kebutuhan cairan pasien. Hal meminimalkan
pasien menggunakan nurse call untuk memanggil pasien dalam
membantu kebutuhan elimanasi (BAK, BAB)
d. Perawat mendekatkan benda – benda yang dibutuhkan oleh pasien,
seperti kaca mata, remote AC, remote TV, minum, koran, handphone
dll, hal ini mencegah terjadinya pasien jatuh karena pemantauan ketat
dilakukan oleh perawat.
3. Pada malam hari (pasien tidur) tidak dilakukan
4. Dibuat pelatihan tentang cara berkomunikasi dengan pasien untuk
menggali peranyaan yang akan disampaikan

Metode Penggunaan Formulir Hourly Rounding

TOOL HOURLY ROUNDING COMPETENCY


CHECKLIST
Tujuan:
Tool ini menyediakan daftar kompetensi yang mendokumentasikan demonstrasi hourly rounding
kompetensi dan perilaku.
Daftar kompetensi ini dapat disesuaikan untuk setiap unit.
Target: Semua staf yang terlibat dalam hourly rounding

HOURLY ROUNDING COMPETENCY CHECKLIST


Tanggal :
Nama :
Departemen :
Commen
Evaluator Self Asses Evaluator t
Ya Tidak Ya Tidak
PERKENALAN
Ketuk pintu sebelum masuk, minta izin,
berikan salam hangat
Perkenalkan diri dan sampaikan peran
anda dalam perawatan saat itu
Gunakan kontak mata yang baik
JELASKAN PELAKSANAAN HOURLY ROUNDING
Jelaskan tujuan hourly rounding
(kunjungan awal)
Gunakan kata-kata kunci perawatan
"sangat baik".
Jelaskan jadwal keliling setiap jam antara
pukul 06.00 - 22.00 & setiap dua jam
antara pukul 22.00 - 06.00.
UPDATE PADA DAFTAR PERAWATAN PASIEN
Tempatkan nama di papan tulis (diruang
perawatan pasien) atau didaftar
perencanaan pasien
Perbarui rencana perawatan / tujuan
perawatan untuk pasien
MEMANTAU PAIN, POSITION, POTTY
Bagaimana rasa sakit Anda?
Apakah Anda nyaman?
Apakah Anda perlu ke kamar mandi?
PENILAIAN LINGKUNGAN
Dekatkan peralatan yang diperlukan
dalam jangkauan (meja, bel panggilan,
telepon, air minum, Handphone)
TUGAS JADWAL PERFORM
Perencanaan tidakan dan pengobatan
(kolaborasi)
Perencanaan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan pasien
Mengelola obat yang dijadwalkan
CLOSING
Kami akan kembali lagi dalam waktu
sekitar satu jam
Adakah hal lain yang bisa saya saya
bantu lagi ?
Mendokumentasikan tindakan hourly
rounding pada berkas rekam medis
pasien

Berikan Kartu Selamat Datang untuk memperkenalkan hourly rounding ke semua pasien (pasien baru dan
transfer)
Kami melakukan keliling setiap jam pada pasien kami untuk memastikan bahwa Anda menerima
perawatan "Sangat Baik".
Kami berkeliling setiap jam antara pukul 06.00 - 22.00 & setiap dua jam antara pukul 22.00 - 06.00.
Kami tidak akan membangunkan Anda jika Anda tidur kecuali kami perlu.
Jika selama dalam perawatan, Anda merasa tidak menerima perawatan "Sangat Baik", silakan beri tahu
kami segera sehingga kami dapat mengatasi masalah Anda.

G. Kendala penerapan inovasi penggunaan formulir hourly rounding


Tentunya dalam penerapan perubahan atau inovasi yang dilakukan
mengalami beberapa kendala. Adapun kendala – kendala tersebut adalah :
1. Kemampuan komunikasi dari petugas dalam menyampaikan
serangkaian kegiatan yang akan dilakukan.
2. Kekurangan tenaga sehingga tidak bisa konsisten melakukan ronde
setiap jam atau 2 jam.
3. Karakteristik beberapa pasien yang membutuhkan privacy dan jam
istirahat tertentu sehingga tidak bisa dilakukan intervensi ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Inovasi dalam dunia keperawatan tentunya sangat banyak sekali dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Salah satunya adalah
penggunaan metode hourly ronding yang dilakukan oleh perawat dalam upaya
meningkatkan mutu keperawatan dan meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi
penggunaan bel pasien memanggil perawat, mengurangi pasien jatuh, mengurangi
decubitus

B. Saran
Dalam melakukan perubahan harus dilakukan persiapan yang baik dari sisi
jumlah tenaga yang mencukupi serta memperhatikan kemampuan petugas serta
karakteristik pasien yang akan dilakukan intervensi, supaya dapat mendukung
upaya perubahan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Brosey Lisa A. (2015). Effectiveness of structured hourly nurse rounding on


patient satisfaction and clinical outcomes. J nurs care qual. Vol.30,no
2,pp. 153-159

Kizzilay,E.P.,& Leahy,M.J. (2000). Foundation of nurshing practice: A nursing


process approach. Philadelphia: W.B.Saunders Company

Kociss,D.,& Miksch,C. (2007). Patient rounding: A prescription for satisfaction.


19 januari,2020.http://www.getwellnetwork.com/pdfs/inova520F)%20Outcomes
%20Story.pdf

Kotler,P.(2003). Manajement pemasaran (edisi ke sebelas). Jakarta : PT Indeks


Kelompok Gramedia

Kozier,et all. 2004 Foundamental of nursing: concepts, process, and practice.


(7th.ed) New Jersey: Pearson prentice hall

Krowinski,J.W.,& Steiber,R.S.(1999). Measuring and managing patient


satisfaction. New York: American hospital publishing Inc

Notoadmojo, S., (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Nursalam, (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Edisi ke 2. Jakarta: Salemba medika

Sabarguna,B.S. (2006). Aplikasi customer relationship management untuk rumah


sakit. Jakarta: Sagungseto

Siagian,P.S. (2008). Management sumber daya manusia. (cetakan ke delapan).


Jakarta: Bumi aksara

Supranto,J. (2006). Pengukuran tingkat kepuasan pelangan untuk menaikan


pangsapasar. Jakarta: Rineka Cipta

Negarandeh Reza,et all (2014). Impact of regular nursing round on patient


satisfaction with nurshing care: Asian nurshing research 8(282-285)

Rondinelli June,et all (2012). Hourly rounding implementation: the journal of


nurshing administration.California: Wolters Kluwer health

Anda mungkin juga menyukai