Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

INDIKATOR MUTU KEPERAWATAN


PERIODE JANUARI-JUNI
TAHUN 2020

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA


Jl. Moh. Kahfi No. 27A. Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
Tlp. (021) 22708072, 78882476 Fax: (021) 22708071
Email: rsukecjagakarsa@gmail.com
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan, disamping berfungsi

memberi pelayanan tetapi juga melakukan pendidikan dan penelitian. Dalam

menjalankan fungsi yang kompleks ini rumah sakit memerlukan sumber daya

yang handal dan professional dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan

kepakaran bekerja secara kolaborasi dan terpadu untuk mencapai pelayanan yang

bermutu.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan rumah sakit,

tulang punggung dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena

pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam dan

berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut

keperawatan mempunyai kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan

terlaksananya program-program yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap individu dan

masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, perawat sebagai pemberi

pelayanan perlu mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan

bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa peningkatan mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting, yang dapat diukur

dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi input, proses dan out put/ out

come.
B. TUJUAN PELAPORAN MUTU PELAYANAN KEPERAWAN

1. Tujuan Umum :

Terpantaunya praktik pelayanan keperawatan yang bermutu sesuai dengan


standar yang ditetapkan.

2. Tujuan Khusus :

a. Rumah Sakit (Internal)

1) Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan mutu pelayanan

keperawatan pasien di rumah sakit .

2) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar

masalah

3) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien

agar dapat mencegah kejadian yang sama dikemudian hari.

b. KKP-RS (Eksternal)

1) Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien

(KTD dan KNC)

2) Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

keselamatan pasien bagi rumah sakit lain.

3) Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk

rumah sakit di Indonesia.

C. DEFINISI

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem


pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas
praktik keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang
mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan
mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia
mempergunakan metode statistik untuk mencatat hubungan ”patient outcomes”
dengan kondisi lingkungan (Dossey, 2005; Nightingale, 1859/1946). Beberapa
tahun kemudian pengukuran terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus
berkembang. Pada tahun 1970, ANA (American Nurses Association) melakukan
diseminasi secara luas model penjaminan mutu terdiri dari komponen quality
assurance (Rantz, 1995) dan mengenalkan model ”Donabedian’ structure,
process and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan metode
komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan.

Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan Keselamatan Pasien dan Inisiatif


Kualitas (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh
ANA untuk menilai hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA,
1996a, 1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu telah diidentifikasi,
akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator sensitif keperawatan yang
dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003)
yaitu:

a. Berdasarkan uraian singkat di atas, sebenarnya perhatian terhadap mutu


pelayanan keperawatan sudah lama dimulai dan diterapkan di sarana
pelayanan keseahatan.
Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai berikut,
mutu adalah:

 Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)


 Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
 Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang
dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
 Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
 Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)
b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di
keperawatan melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:
 Caring” yang merupakan fokus/inti dari keperawatan
 Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari
waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan
standar profesional.
 Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar operasional
 Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang
kompetitif
 Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh
keperawatan.

Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat unik
dan dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta
konsep-konsep yang tercakup dalam praktik keperawatan.

Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus
menjadi perhatian utama pada setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien,
praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu digambarkan dengan
asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja perawat,
serta profit digambarkan dengan pembiayaan keperawatan.

Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam bentuk hasil
dari asuhan keperawatan.

D. INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN

A. Pengertian
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan.

Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.


Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator status nutrisi bayi
tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).

Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu


kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan
(Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk
mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk


mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa indikator


klinik keperawatan adalah suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas pelayanan keperawatan dan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
B. Karakteristik
Karakteristik dari suatu indikator adalah:

1. Sahih (valid)
2. Dapat dipercaya (reliable)
3. Peka (sensitive)
4. Spesifik (specific)
5. Berhubungan (relevan)
C. Jenis Indikator
Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan keperawatan
klinik sebagai berikut:

1. Keselamatan pasien (patient safety)


Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan
cidera akibat restrain.

2. Keterbatasan Perawatan Diri


Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit
kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.

Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan


perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk makan,
mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan perawata diri
dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan
tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.

3. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayananan keperawatan yang diharapkan.

4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Cemas yang masih ada
setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang diukur menjadi indikator
klinik.

5. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.

6. Pengetahuan
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai

pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk

kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat

lainnya. Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat dipindahkan

kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home,

hospice, home care atau tempat – tempat lain diluar rumah sakit
BAB II

LAPORAN KEGIATAN TIM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA TAHUN 2020

Rumah sakit memiliki Komite keperawatan yang diantaranya adalah Sub Komite

Mutu Keperawatan yaitu organisasi nonStruktural dan bertanggung jawab

melaksanakan tugas salah satunya adalah melapor kepada Direktur Rumah Sakit

secara langsung. Sub Komite mutu keperawatan melaksanakan tugas salah

satunya adalah melakukan pencatatan, pelaporan Insiden, analisis insiden

terhadap mutu pelayanan keperawatan dan mengembangkan solusi untuk

meningkatkan keselamatan pasien.

GRAFIK BERDAS A KA N JUMLA H L A P ORA N IN S IDEN


KES EL AMA TAN P AS IEN RS UD JA GA KA RS A

36 74 41

T A HU N 2 0 1 8
( J U N - DE C) T A HU N 2 01 9
( J AN - DE C) T A HU N 2 02 0
(JAN-JUN)

Dari gambaran grafik diatas dapat dilihat jumlah laporan insiden keselamatan

pasien di RSUD Jagakarsa selama kurang lebih 3 tahun, angka pelaporan

tertinggi terjadi di tahun 2018 yaitu 74 laporan, oleh karena di tahun 2020 ini
pelaporan baru memasuki satu semester yaitu januar-Juni 2020 yaitu sebanyak 41

laporan.
Mutu Pelayanan Keperawatan

4 pt
se
3
ly
2 ju
ay jan
1 m
ar feb
0 m mar
sie
n
uh jan apr
jat in at
pa tra e) may
si n s ob ar
ka sie re n c june
tifi pa ria ot
al
en be , t july
id
pe
m ial agust
n ars
ha p sept
sala sien
ke pa
al,
im
in
m
n
asie
p
r i(
di
an
r sih
be
ke
GRAFIK BERDASARKAN DAMPAK KLINIS (SEVERITY) PERIODE JAN-
JUNI 2020 RSUD JAGAKARSA
12

8
6
5
4
3
1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JAN FEB MAR APR MAY JUN

insignificant (tdk cidera) minor (cedera ringan) moderat (cedera sedang)


mayor (cedera berat) kataskopik

Dari grafik diats dapat dilihat dampak insiden yang paling banyak terjadi adalah

katagori 1 (tidak signifikan/ tidak ada cidera) yaitu sebanyak 38 dampak yang

dilaporkan, dan satu insiden berdampak minor yang dilaporkan, sedangkan

terdapat dua insiden berdampak moderate (yaitu terjadi cedera yang

memperpanjang proses perawatan). dilihat dari dampak yang terjadi, satu

insiden yang harus dilakukan pembuatan RCA, oleh karena setelah dilakukan

grading, masuk kedalam katagori kuning (masuk kedalam pembuatan RCA).

E. BERDASARKAN TINGKAT PROBABILITAS


11

9 9
8

sangat jarang jarang terjadi (>2- Mungkin terjadi sering terjadi sangat sering
sekali (>5thn/kali) <5th/kali) (1-<2th/kali) (bbrp kali/tahun) terjadi (tiap
minggu/bulan)

Dari grafik di atas untuk insiden jika di kelompokan berdasarkan tingkat

probabilitasnya yaitu insiden dengan katagori “sering terjadi (beberapa kali/

tahun) yaitu sebanyak 11 insiden. sedangkan insiden yang “sangat sering

terjadi (tiap minggu/ tiap bulan) ada sebanyak 4 insiden. namun dari 4 insiden

yang sangat sering terjadi ini (tiap minggu/ tiap bulan) ini tidak menyebabkan

cedera terhadap pasien, karena masih dapat dicegah, tetapi harus diperbaiki

permasalahannya agar tidak sering terjadi.

F. BERDASARKAN GRADING
GRAFIK BERDASARKAN MATRIKS GRADING RESIKO PERIODE JAN -
JUNI 2020 RSUD JAGAKARSA
12

6
5
4 4
3
2
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JAN FEB MAR APRIL MEI JUN

Biru (Rendah) HIJAU (Moderat) Kuning (tinggi) Merah (ekstream)

GRAFIK BERDASARKAN MATRIKS GRADING RESIKO SEMESTER 1


TAHUN 2020 RSUD JAGAKARSA

27

13

1 0

Biru (Rendah) HIJAU (Moderat) Kuning (tinggi) Merah (ekstream)

Berdasarkan grafik diatas, pengelompokan insiden berdasarkan grading yang

dilakukan di tahun 2020 ini, grading terbanyak yaitu grading biru dengan

jumlah 27 insiden yang terlaporkan, untuk insiden hijau sebanyak 13 insiden

yang terlaporkan, sedangkan untuk insiden kuning sebanyak 1 insiden yang

terlaporkan dan merah tidak ada insiden yang terlaporkan. Dikarenakan

terdapat grading kuning, maka insiden tersebut harus dibuatkan RCA.

G. JENIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN


GRAFIK BERDASARKAN JENIS KEJADIAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE JAN-JUNI
2020 RSUD JAGAKARSA
20

10

3
1 1 1 1 1 1 1 1

p) en an
a at y B3 ek an at an t is
se as
i ar ob ra
p h ch ak ob ak eb
i
re as te ba e d n d
t ( ip pr si
s
y bl ti n ri a tin pl
ba as do la l im ou st be n si
o ik na g de n /d po m a fe
k
la
h if ra an
a i pe ap in
sa nt sa ur kk ks ek si
de a ta ef n er
i ny
k l e t ru ta p
la
h
ik pe in ba ng
sa ba la
h la
h l am ra
sa sa er ku
ng ke
t
ra
Ku

JUMLAH
2018 2019 2020
N JENIS INSIDEN   (Jun - Dec) (Jan – Jun) (Jan-Jun)

O
1 Pasien jatuh 0 0 0
2 Salah identifikasi 3 5 10
3 Infeksi jarum infus (plebitis) 1 0 1
4 Salah pemberian obat dan dosis 3 4 1
5 Keterlambatan pelaporan nilai kritis 1 0 0
6 Keterlambatan pemberian obat 0 0 2
7 Kerusakan gedung 1 0 0
8 Gangguan instalasi listrik dan gas 1 0 0
medik
9 Salah penulisan resep obat 13 50 20
10 Kurang baik nya sarana prasarana 7 7 3
11 Kesling 2 0 0
12 Batal operasi 2 1 0
13 Efek post tindakan 1 0 1
14 Salah pembacaan hasil penunjang 1 3 0
15 Double tindakan 0 0 0
16 Sikap petugas 0 2 0
17 Diskrepansi 0 1 0
18 Kesalahan peletakan B3 0 0 1
19 salah intruksi/ double chek 0 0 1
20 Kurang persiapan tindakan 0 0 1
Dari table diatas dapat disimpulkan insiden yang terbanyak terjadi di tahun 2020 ini

adalah insiden kesalahan penulisan resep obat yaitu sebanyak 20 insiden yang

dilaporkan , dan begitupun di tahun 2019 insiden terbanyak yang terlaporkan adalah

kesalahan penulisan resep obat, yaitu sebanyak 50 insiden pelaporan. Dalam hal ini

Tim Keselamatan Pasien akan bekerja sama dengan bagian Mutu Rumah Sakit dalam

hal peningkatan mutu pencegahan kesalahan penulisan resep obat bekerja sama

dengan Bagian farmasi dimana untuk dua tahun berturut-turut insiden kesalahan

penulisan resep ini selalu terjadi.


BAB III

PENUTUP

Dengan diterapkkannya keselamatan pasien rumah sakit laporan insiden keselamatan

pasien sangatlah penting. Budaya keselamatan pasien “no blaming reporting” penting

untuk diterapkan agar laporan yang dibuat bisa meningkat dan rumah sakit dapat

melakukan tindakan untuk dapat mencegah terjadinnya insiden yang dapat

mengancam eksistensi rumah sakit. Diperlukan peran managemen rumah sakit,

supervise dari tim keselamatan pasien RS dan kesadaran yang tinggi dari seluruh

civitas hospital RSUD Jagakarsa. serta motivasi yang tinggi agar program

keselamatan pasien dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai