DEFINISI
Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas praktik keperawatan dimulai sejak era Florence
Nightingale (tokoh perawat) yang mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan
kesehatan dan mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia mempergunakan
metode statistik untuk mencatat hubungan ”patient outcomes” dengan kondisi lingkungan (Dossey, 2005;
Nightingale, 1859/1946). Beberapa tahun kemudian pengukuran terhadap kualitas pelayanan kesehatan
terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA (American Nurses Association) melakukan diseminasi secara
luas model penjaminan mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz, 1995) dan mengenalkan
model ”Donabedian’ structure, process and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan
metode komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan. Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan
Keselamatan.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan, disamping berfungsi memberi pelayanan tetapi
juga melakukan pendidikan dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi yang kompleks ini rumah sakit
memerlukan sumber daya yang handal dan professional dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
kepakaran bekerja secara kolaborasi dan terpadu untuk mencapai pelayanan yang bermutu. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam
menentukan mutu pelayanan rumah sakit, tulang punggung dalam mencapai tujuan pembangunan
kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam dan berada
dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut keperawatan mempunyai
kontribusi yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya program-program yang telah ditetapkan
oleh Menteri kesehatan.
Pasien dan Inisiatif Kualitas (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh ANA untuk
menilai hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA, 1996a, 1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai
indikator mutu telah diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator sensitif keperawatan yang
dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003) yaitu: a. Berdasarkan uraian singkat
di atas, sebenarnya perhatian terhadap mutu pelayanan keperawatan sudah lama dimulai dan diterapkan di sarana
pelayanan keseahatan. Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai berikut, mutu adalah:
Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Jay Heizer &
Barry Render, 2001: 171)
b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di keperawatan melalui pernyataan
sebagai berikut, mutu adalah:
Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus
dicapai sesuai dengan standar profesional.
Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat unik dan dipengaruhi oleh sejumlah
aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsepkonsep yang tercakup dalam praktik keperawatan.
Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus menjadi perhatian utama pada
setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien, praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu digambarkan
dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan
dengan pembiayaan keperawatan. Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam bentuk hasil
dari asuhan keperawatan.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pengertian
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan.
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada
umumnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993). Indikator juga
mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk
mengukur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk
mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah
ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak terhadap pelayanan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa
indikator klinik keperawatan adalah suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan
keperawatan dan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
B. Karakteristik
Karakteristik dari suatu indikator adalah: 1. Sahih (valid) 2. Dapat dipercaya (reliable) 3. Peka (sensitive) 4.
Spesifik (specific) 5. Berhubungan (relevan)
C. Jenis Indikator
Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut :
1. Keselamatan pasien (patient safety) Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian
obat dan cidera akibat restrain.
2. Keterbatasan Perawatan Diri Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan
dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Keterbatasan
perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri
untuk makan, mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan perawata diri dibagi menjadi
keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada
asuhan keperawatan.
3. Kepuasan pasien Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila
terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayananan keperawatan yang diharapkan.
4. Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang
dirasakan sebagai ancaman. Cemas yang masih ada setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang diukur
menjadi indikator klinik.
5. Kenyamanan Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. 6. Pengetahuan
6. Pengetahuan
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi
kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya.
Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas
rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat-tempat lain diluar rumah sakit.
Ruang lingkup pedoman indikator mutu pelayanan keperawatan klinik di sarana kesehatan meliputi:
konsep mutu, indikator klinik, indikator klinik mutu pelayanan keperawatan yang terdiri dari: keselamatan
pasien (dekubitus, kesalahan pemberian obat, pasien jatuh, cidera pengikatan), keterbatasan perawatan
diri, kepuasan pasien, kenyamanan (nyeri), kecemasan, dan pengetahuan serta cara pengukurannya.
BAB III
TATA LAKSANA
Uraian indikator mutu keperawatan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bintan
Judul Angka kegagalan pengambilan sampling analisa gas darah (AGD)
Tujuan Tergambarnya keterampilan perawat dalam memberikan pelayana
keperawatan
Definisi Operasional Kegagalan pengambilan sampling AGD adalah kegagalan dalam melakukan
samling AGD lebih 3 kali penusukan.
Frekwensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numenator Jumlah pasien dalam bulan februari untuk kegagalan pengambilan
sampling AGD
Denominator Jumlah keseluruhan pasien yang dilakukan pengambilan samplimg AGD
Sumber data Survey, rekam medis dan formulir mutu ICU
Standar 10 %
Penanggung jawab Komite keperawatan
pengumpulan data
Frekwensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisi 3 bulan
Numerator Jumlah kesalahan pemberian obat (salah pasien, salah
waktu, salah pemberian, salah dosis, salah obat dan salah
dokumentasi)
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diberikan obat
Sumber data Survey, rekam medis dan formulir mutu rawat inap
Standar 0%
Penanggung jawab Komite keperawatan
pengumpulan data