BAB I
PENDAHULUA
N
Pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu dan aman merupakan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat pengguna rumah sakit. Pelayanan kesehatan seperti itu telah
menjadi fokus perhatian pemerintah yang dituangkan dalam kewajiban rumah sakit dan
hak pasien (UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit). Pada Pasal 29 UU tersebut
disebutkan bahwa rumah sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit dan pada Pasal 32 disebutkan bahwa pasien
berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di rumah sakit.
Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang
berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam
perkembangan masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya
disorot dari aspek klinis medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan
aspek pemberian pelayanannya , karena muara dari pelayanan rumah sakit adalah
pelayanan jasa.
Menurut Donabedian dalam Utarini 2011, Konsep mutu pelayanan kesehatan telah
lama dipelajari. Sejak tahun 1966 Avedis Donabedian mengembangkan suatu kerangka
evaluasi mutu pelayanan, yang terdiri dari struktur, proses dan outcome. Struktur adalah
kondisi yang harus dipenuhi sebagai prasyarat untuk menyediakan pelayanan. Proses
merupakan berbagai aktivitas dan prosedur yang dilakukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan, sedangkan outcome menunjukkan hasil dari suatu upaya, baik di tingkat
individu ataupun populasi. Struktur yang memadai diperlukan untuk melakukan proses
pelayanan yang ideal, agar menghasilkan outcome yang optimal. Dengan pemahaman ini,
mutu bukanlah suatu ketidaksengajaan. Pendekatan lain untuk menunjukkan pentingnya
mutu pelayanan kesehatan adalah dengan mencermati karakteristik pelayanan yang
buruk.
2
BAB II
LATAR BELAKANG
2. SASARAN
Sasaran kegiatan yaitu unit pelayanan dan unit penunjang di rumah sakit.
c. Rincian Kegiatan
Secara rinci Kegiatan Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan sebagai
berikut :
b) Area Manajemen
No Kode Judul Indikator PIC
1 2 3 4
1 IAM 1 Angka ketidaktersediaan obat Diabetes Mellitus Kepala Instalasi
di rumah sakit Farmasi
2 IAM 2 Angka Ketidaktepatan Waktu Pengiriman Kepala Urusan
Laporan Bulanan ke Dinas Kesehatan dan Informasi
Kesdam Kesehatan (Kaur
Infokes)
3 IAM 3 Pengadaan Barang Beracun Berbahaya (B-3) Kepala Instalasi
yang tidak dilengkapi Material Safety Data Farmasi / Ketua
Sheet (MSDS) Manajemen
Risiko
4 IAM 4 Angka Ketidaksesuaian pemanfatan alat USG Kaur Infokes
dalam penegakan diagnosis pasien yang
dilaksanakan di Poliklinik Kandungan
5 IAM 5 Kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah Ketua Komite
Mutu dan
sakit
Keselamatan
Pasien (KMKP)
6 IAM 6 Kepuasan Pegawai Kepala Urusan
Personalia (Kaur
Pers)
7 IAM 7 Tren 10 Besar Diagnose Penyakit Kepala Urusan
Informasi
Kesehatan (Kaur
Infokes)
8 IAM 8 Angka ketidaktepatan waktu penyusunan Kabinayanmasum
laporan keuangan
1 2 3 4
4 IMN 4 Waktu Tunggu Operasi Elektif
5 IMN 5 Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis
6 IMN 6 Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium Kepala Unit
Laboratorium
7 IMN 7 Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional Kepala Instalasi
(FORNAS) Farmasi
8 IMN 8 Kepatuhan Cuci Tangan Komite PPI
9 IMN 9 Kepatuhan Upaya Pencegahan Resiko Cedera Kepala Instalasi
Rawat Inap
Akibat Pasien jatuh
10 IMN 10 Kepatuhan Terhadap Clinical Pathway Ketua Komite
Medik
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Indikator mutu adalah ukuran mutu dan keselamatan rumah sakit yang
digambarkan dari data yang dikumpulkan.
Analisa :
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Angka Ketidak Lengkapan Pengisian
Asessmen Awal Medis Rawat Inap Diiisi 1 X 24 Jam Pada Pasien Diabetes Mellitus
Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono Tw II Tahun 2020, masih belum sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Untuk itu dilakukan analisa menggunakan fishbone .
Akar masalah yang mempengaruhi Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Asessmen Awal
Medis Rawat Inap Diiisi 1 X 24 Jam Pada Pasien Diabetes Mellitus yaitu :
1) Man (SDM)
Waktu untuk melengkapi asessmen tidak cukup (sibuk)
2) Machine (Kebijakan)
Tidak ada sangsi untuk tenaga medis (dokter) yang tidak mengisi lengkap
asessmen awal medis
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO pengisian lembar asessmen awal medis
(Pengisian Rekam Medis)
b) Pelaksanaan pengisian masih belum sesuai SPO
4) Material (Alat)
Formulir analisis kuantitatif yang digunakan masih belum mencakup
komponen dasar analisis pengisian Asessmen Awal Medis
5) Money (Pendanaan)
Keterbatasan biaya dalam melakukan evaluasi kelengkapan.
12
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0% 0% 0%
Analisa data :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kejadian kesalahan penyampaian hasil
laboratorium pada pasien diabetes mellitus di rawat inap Rumah Sakit Tingkat III
Rs Tk III Dr R soeharsono Triwulan II Tahun 2020, sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan yaitu 0%.
13
Analisa data :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Angka Ketidaklengkapan Surgical
Checklist Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Ruang Operasi Rumah Sakit Tingkat III
Rs Tk III Dr R soeharsono Triwulan II Tahun 2020, sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Pada bulan Mei tidak muncul dalam grafik dikarenakan pada
bulan Mei tidak terdapat pasien dengan diagnosa DM di Ruang Operasi.
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
10.00% APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0% 0% 0%
Analisa data :
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kejadian pemberian obat
bagi pasien diabetes mellitus diluar formularium pada Triwulan II tahun 2020 di
Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono.
1.50%
1.17%
1.00%
0.78%
0.50%
0.00%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 0.78% 1.17% 2.34%
STANDAR 0% 0% 0%
Analisa Data :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka ketidaklengkapan penulisan
resep bagi pasien diabetes mellitus di rawat inap, belum sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone
17
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Angka ketidaklengkapan asesmen pra
anestesi pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R
soeharsono Triwulan II Tahun 2020, sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pada bulan Mei tidak muncul dalam grafik dikarenakan pada bulan Mei tidak
terdapat pasien dengan diagnosa DM yang dilakukan tindakan Operasi.
tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.
Pentingnya pengisian RM maka harus dianalisis dan dicek kembali oleh
petugas Rekam Medis setelah pasien memperoleh pelayanan.
Petugas meneliti kelengkapan isi formulir rekam medis dan bila menemukan
masih ada data yang belum lengkap harus dikembalikan ke unit pencatat data
(ruangan) untuk dilengkapi.
Dari hasil pengamatan selama 3 bulan kami menemukan data sebagai
berikut :
Analisa data :
ANGKA KETIDAKLENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIK 24 JAM SETELAH SELESAI
PELAYANAN RAWAT INAP PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
RUMAH SAKIT TINGKAT III RS TK III DR R SOEHARSONO TW II TAHUN 2020
40.00%
35.00%
30.00%
34.38%
25.00%
20.00%
15.00%
17.24% 10.00%
16.22%
5.00%
0.00%
Tidak ada sangsi untuk tenaga medis (PPA) yang tidak mengisi
lengkap berkas Rekam Medis
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO pengisian berkas Rekam Medis
b) Pelaksanaan pengisian masih belum sesuai SPO
4) Material (Alat)
a) Tidak tersedianya buku juknis pengisian rekam medis di
ruangan nurse station dan ruang poliklinik
b) Formulir analisis kuantitatif yang digunakan masih belum
mencakup komponen dasar analisis pengisian berkas Rekam Medis
5) Money (Pendanaan)
Keterbatasan biaya penggandaan buku juknis pengisian rekam medis.
Analisi data :
1) Angka kejadian IDO
Pada Triwulan II tahun 2020 di Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R
soeharsono tidak ada angka kejadian IDO.
Keselamatan pasien merupakan isu yang menjadi perhatian dunia
karena globalisasi teknologi informasi, pengetahuan masyarakat tentang
pelayanan kesehatan dan isu keselamatan pasien yang pesat. Salah satu
indikator keselamatan pasien yang berhubungan dengan tindakan medis
adalah infeksi daerah operasi (IDO) yang merupakan komplikasi utama yang
dialami oleh pasien rawat inap dan menjadi salah satu indikator keselamatan
pasien (Rivai, Koentjoro & Utarini, 2013).
Infeksi daerah Operasi (IDO) merupakan infeksi yang terjadi dalam 30
hari sesudah dilakukan operasi. IDO merupakan salah satu bentuk dari 13
jenis infeksi nosokomial (Horan TC, Andrus M and Dudeck MA, 2008 dalam
Eustachius Hagni Wardoyo dll, 2011). Faktor-faktor risiko IDO terbagi atas
dua faktor utama: Faktor pasien dan Faktor operasi. Faktor pasien meliputi
Status nutrisi, Diabetes tidak terkontrol, Merokok/mengunyah tembakau
(nginang), Obesitas, Infeksi yang terjadi sebelum operasi di tempat selain
lokasi operasi, Kolonisasi mikroorganisme, Imunodefisiensi dan Lama tinggal
22
2) ISK
Pada Triwulan II tahun 2020 di Rumah sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R
soeharsono tidak ada angka kejadian Infeksi saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus
dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
disebabkan oleh Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada
anak perempuan dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih (Corwin, 2007).
Angka kejadian infeksi nosokomial yang dilaporkan WHO (2002), pada
empat region yaitu Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifi k
Barat berturut-turut adalah 7,7%, 11,8%, 10%, dan 9% dengan rata-rata
kejadian 8,7%. Berdasarkan surveilans yang dilakukan Depkes RI (2004),
23
kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh
pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainita, 2002).
Dengan meningkatnya pengetahuan dan ekonomi masyarakat
menyebabkan makin meningkat pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kefarmasian. Aspek terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan
penggunaan obat, ini harus termasuk perencanaan untuk menjamin ketersediaan,
keamanan dan keefektifan penggunaan obat (hamid, 2005). Mengingat besarnya
kontribusi instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan dan juga merupakan
instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di RS, maka perbekalan
barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung
jawab. Kekosongan obat tertentu dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat
yang tidak akurat dan tidak rasional, agar hal-hal tersebut tidak terjadi maka
pengelolaan obat perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan dimana
dalam pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, penyimpanan serta
pencatatan dan pelaporan yang baik.
Menurut Permenkes no. 917/Menkes/Per/X/1993, Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
Terjaminnya ketersediaan obat di Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R
soeharsono akan menjaga citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga
sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk pengadaan obat.
Ketidaktersediaan obat dapat terjadi karena perhitungan kebutuhan obat yang tidak
akurat dan tidak rasional, guna menghindari hal tersebut tidak terjadi maka
pengelolaan obat perlu dilakukan sesuai yang ditetapkan dan diharapkan dimana
dalam pengelolaan harus memperhatikan penerimaan, penyimpanan serta
pencatatan dan pelaporan yang baik.
Dari data yang terkumpul selama 3 bulan terlihat sebagai berikut :
26
Analisa data :
Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa angka ketidaktersediaan obat dm
Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono Triwulan II Tahun 2020, sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 0%.
Analisa Data :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ketidak tepatan waktu pengiriman laporan ke
dinas kesehatan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 0%.
Analisa Data :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa angka ketidaklengkapan msds (material
safety data sheet) pada pengadaan barang beracun berbahaya (b3) sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan yaitu 0%.
Analisa Data :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketidaksesuaian pemanfaatan USG dipoliklinik
kandungan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 0%.
KEPUASAN PASIEN
TRIWULAN II TAHUN 2020
81.00%
80.00%
79.00%
78.00%
77.00%
76.00%
75.00%
74.00%
73.00%
72.00% APRIL MEI JUNI
KEPUSAN PASIEN 75.31% 75.76% 77.05%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
Analisa data :
Kepuasan pasien pada Triwulan II tahun 2020 masih belum sesuai standar
yang ditetapkan tetapi ada peningkatan perbaikan. Hal ini dapat dilihat pada bulan
April capaian kepuasan pasien sebesar 75,31,65%. Bulan Mei capaian kepuasan
pasien naik menjadi 75,76%, dan pada bulan Juni meningkat menjadi 77,05%.
Kepuasan Pasien berdasarkan Variabel :
1) Kepuasan Pasien Untuk Sarana Dan Prasarana
KEPUASAN PASIEN UNTUK SARANA DAN PRASARANA
TRIWULAN II TAHUN 2020
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%
BERSIH AMAN ATURA KETERS PEMELI KEAMA
N EDIAAN HARAA NAN
BEBAS LISTRIK N PRASA
ROKOK DAN PRASA RANA
AIR RANA
APRIL 75.46% 75.73% 75.53% 75.20% 71.73% 76.80%
MEI 75.85% 76.17% 72.67% 76.43% 72.67% 77.01%
JUNI 76.06% 77.70% 74.42% 77.98% 74.97% 77.43%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
32
80.00%
79.00%
78.00%
77.00%
76.00%
75.00%
74.00%
73.00%
72.00%
71.00%
KETERSEDIAAN PEMELIHARAA KEAMANAN
ALKES N ALKES ALKES
APRIL 75.62% 74.25% 74.80%
MEI 75.69% 74.82% 75.11%
JUNI 76.15% 76.42% 76.96%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
KECEPATAN PERILAKU PENJELASA
PELAYANA PEGAWAI N OBAT
N (RAMAH,
SOPAN)
APRIL 74.52% 74.80% 75.07%
MEI 75.40% 75.40% 75.40%
JUNI 75.60% 76.15% 76.15%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
33
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
KECEPATAN KEMUDAHAN KENYAMANAN
PENDAFTARAN PENDAFTARAN RUANG
PENDAFTARAN
APRIL 72.87% 76.72% 72.60%
MEI 73.09% 77.41% 73.38%
JUNI 76.13% 78.05% 74.25%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%
PERILAKU KEHADIRAN KETRAMPILAN
DOKTER TEPAT WAKTU
APRIL 77.27% 70.95% 77.82%
MEI 77.41% 71.37% 78.27%
JUNI 77.78% 73.97% 79.14%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
34
80.00%
79.50%
79.00%
78.50%
78.00%
77.50%
77.00%
76.50%
76.00%
PERILAKU KEHADIRAN KETRAMPILAN
PERAWAT TEPAT WAKTU
APRIL 78.10% 77.55% 78.10%
MEI 78.56% 78.27% 78.56%
JUNI 78.87% 78.60% 78.87%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
80.00%
79.00%
78.00%
77.00%
76.00%
75.00%
74.00%
73.00%
72.00%
PERILAKU PL KEHADIRAN KETRAMPILAN
TEPAT WAKTU
APRIL 75.62% 75.05% 77.55%
MEI 75.97% 75.40% 77.70%
JUNI 77.78% 76.96% 78.60%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00%
35
80.00%
78.00%
76.00%
74.00%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%
WAKTU KEMUDA KENYAM KECEPAT KETEPAT KEAMAN
TUNGGU HAN ANAN AN AN AN
PENYAM RUANG PELAYAN PELAYAN PELAYAN
PAIAN TUNGGU AN AN AN
KELUHA
N
APRIL 74.97% 77.19% 73.59% 77.19% 71.38% 76.08%
MEI 75.85% 77.59% 73.83% 77.59% 71.51% 76.43%
JUNI 79.35% 78.80% 77.16% 77.70% 76.34% 77.70%
STANDAR 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00% 80.00%
f. Kepuasan Pegawai
Kepuasan kerja karyawan adalah terpenuhi atau tidaknya keinginan mereka
terhadap pekerjaan. Apabila dalam lingkungan kerja seorang karyawan tidak
mendapatkan apa yang diharapkan diantaranya peluang promosi yang adil,
pendapatan yang baik, rekan kerja dan atasan yang menyenangkan serta
kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri maka dapat dipastikan kinerja karyawan
akan buruk (Timmreck, 2001).
Kepuasan pegawai adalah pernyataan puas oleh pegawai terhadap elemen
“Keseluruhan kondisi lingkungan kerja” yang ditetapkan rumah sakit, sebagai
berikut :
1) Puas : Apabila 60% - 100% responden menyatakan sangat setuju
dan setuju.
2) Tidak Puas : Apabila 60% - 100% responden menyatakan kurang
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Pegawai yang dimaksud adalah pegawai yang telah bekerja minimal 1
tahun, tidak sedang cuti, dan secara aktif masih bekerja di Rumah Sakit Tk.
III Rs Tk III Dr R soeharsono.
36
KEPUASAN PEGAWAI
RUMAH SAKIT TINGKAT III RS TK III DR R
SOEHARSONO TAHUN 2020
90.00%
90.00%
89.95%
89.90%
89.85% 89.82%
89.80%
89.75%
89.70%
Tahun 2020 STANDAR
Analisa data :
Kepuasan pegawai tahun 2020 masih belum sesuai standar yang
ditetapkan tetapi ada peningkatan perbaikan. Hal ini dapat dilihat pada hasil
capaian yaitu 89,83%.
Kepuasan Pegawai berdasarkan Variabel :
1) Pandangan mengenai pekerjaan sekarang
PANDANGAN MENGENAI PEKERJAAN SEKARANG
95.87%
96.00% 95.10%
95.00%
94.00%
93.00% 92.00% 91.48%
92.00% 91.22%
91.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
90.00%
89.00%
88.00%
87.00%
LOYALITAS TUGAS YG TUGAS DISIPILIN KERJA
TERSELESA SESUAI KERJA EFEKTIF
IKAN PENDIDIK EFISIEN
AN
Tahun 2020 95.87% 95.10% 91.22% 92.00% 91.48%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
37
90.44% 90.70%
91.00% 90.00%90.00%90.00%90.00% 90.00%
89.67%
90.00% 89.15%
89.00%
88.00%86.83%
87.00%
86.00%
85.00%
84.00%
KOMUNI SALING KEWAJIB MASALA LINGKUN
KASI TERBUKA AN LEBIH H GAN
TERBUKA DAN PENTING DIKOMU KERJA
KERJA DARI HAK NIKASIKA HARMON
SAMA N DGN IS DAN
BAIK KONDUSI
F
Tahun 2020 86.83% 89.67% 89.15% 90.44% 90.70%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
93.00% 92.25%
92.00%
91.00% 90.00% 90.00% 90.00%90.00%90.00%
90.00% 88.89%
89.00% 88.12%
88.00% 87.34%
87.00% 86.05%
86.00%
85.00%
84.00%
83.00%
82.00%
ATASAN MELIBAT TERTARIK PENGHAR BERLAKU
SBG KAN DIRI MEMPER GAAN ADIL
REKAN JK ADA HATIKAN ATASAN
KERJA MASALAH BAWAHA
N
Tahun 2020 92.25% 86.05% 88.12% 87.34% 88.89%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
38
90.19%
90.50% 90.00% 89.93% 90.00% 90.00%
90.00% 89.41%
89.50%
89.00%
88.50%
88.00% 87.60%
87.50%
87.00%
86.50%
86.00%
KESEMPATA PENINGKAT DUKUNGAN GILIRAN
N SAMA AN ATASAN YANG SAMA
KEMAMPUA
N
Tahun 2020 90.19% 89.93% 89.41% 87.60%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
92.00% 90.70%
90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
90.00% 89.41%
88.00% 86.57%
86.00%
84.00% 82.43%
82.00%
80.00%
78.00%
PENDAPATA TERGOLONG ADA KENAIKAN
N SDH CUKUP KENAIKAN GAJI
SESUAI GAJI KEWAJIBAN
DITEKAN
Tahun 2020 82.43% 89.41% 90.70% 86.57%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
39
93.50% 93.12%
92.87%
93.00% 92.61%
92.50%
92.00%
91.50%
91.00%
90.50% 90.00% 90.00% 90.00%
90.00%
89.50%
89.00%
88.50%
88.00%
PUNYA MANAJEMEN BILA TERJADI
PANDUAN BERTANGGU KECELAKAAN
NGJAWAB TAHU YG HRS
DILAKUKAN
Tahun 2020 92.61% 92.87% 93.12%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00%
93.00% 92.25%
92.00%
90.44%90.70%
91.00% 89.93%90.00%90.00%90.00%
90.00%
88.89%
89.00%
88.00%
87.00%
KENAIKA MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH
N GAJI URUS MENGUR MENGUR MENGUR
BERKALA KENAIKA US CUTI US IJIN US
OTOMAT N TUNJAN
IS PANGKA GAN
T
Tahun 2020 92.25% 89.93% 90.44% 90.70% 88.89%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00% 90.00% 90.00%
40
88.00%
87.00%
85.70%
86.00%
85.00%
84.00%
83.00%
RUANGAN, KEBERSIHA FASILITAS
SUHU, N KERJA
PENERANG KERAPIAHA CUKUP
AN CUKUP N CUKUP
Tahun 2020 88.52% 88.77% 85.70%
STANDAR 90.00% 90.00% 90.00%
Analisa data :
Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka keterlambatan waktu
penyusunan laporan keuangan Triwulan II tahun 2020 sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan yaitu 0%.
Analisa data :
Dari data diatas dapat dilihat bahwa angka ketidakpatuhan petugas rawat
inap memakai APD Triwulan II tahun 2020 masih belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan yaitu 0%.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone untuk
mengetahui faktor penyebab ketidakpatuhan petugas rawat inap memakai APD.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) Petugas belum paham tentang pemakaian APD
b) Petugas mengabaikan SPO pemakaian APD
2) Machine (Kebijakan)
a) Sosialisasi SPO pemakaian APD jarang dilakukan
b) Kurangnya motivasi dari kepala ruangan
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO pemakaian APD
b) Pelaksanaan pemakaian APD masih belum sesuai SPO
4) Material (Alat)
a) Ketersediaan APD tidak lengkap di ruang nurse station
5) Money (Pendanaan)
a) Keterbatasan biaya dalam penyediaan APD
b) Keterbatasan biaya dalam melakukan pelatihan K3RS dan PPI
dasar bagi seluruh staf.
Analisa data :
Berdasarkan pemantauan indikator ini angka ketidakpatuhan perawat
melaksanakan verifikasi identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan atau
prosedur, pada Triwulan II tahun 2020 sudah sesuai standar yang telah ditentukan
yaitu 0%.
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima informasi dapat
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.
Intruksi verbal via telepon diluar jam kerja yang dimaksud disini merupakan
salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan instruksi
kepada perawat oleh dokter melalui telepon yang dilakukan setelah pukul 14.00
WIB (diluar jam kerja). Komunikasi verbal via telepon diluar jam kerja merupakan
tindakan yang sering dilakukan dalam pelayanan di rumah sakit, kegiatan ini
memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kesalahan instruksi yang diterima, sehingga
tindakan dapat membahayakan pasien.
Dari pengumpulan data, kami menemukan sbb :
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0% 0% 0%
Analisa data :
Dari data yang didapatkan pada bulan April s/d Juni, angka ketidakpatuhan
pelaksanaan prosedur instruksi verbal via telepon diluar jam kerja yang di readback
dan ditandatangani dalam waktu 24 jam sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan yaitu 0%.
APRILMEIJUNI
CAPAIAN0%0%0%
STANDAR0%0%0%
Analisa data :
Dari data yang didapatkan pada bulan April s/d Juni, angka ketidakpatuhan
pemberian label obat high alert oleh farmasi di gudang obat farmasi sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan yaitu 0%.
sisi (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level
(tulang belakang). Istilah no marking, no operation digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan pembedahan. Pada pembedahan yang bersifat elektif, site marking
harus dilakukan oleh dokter operator di ruang rawat ataupun poliklinik.
Dari pengambilan data diperoleh hasil sebagai berikut :
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00% 0.00% 0.00% 0.00%
0.00% APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0.00% 0.00% 0.00%
Analisa data :
Dari data yang didapatkan pada bulan April s/d Juni, angka ketidakpatuhan
pelaksanaan sitemarking sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan
yaitu 0%.
3.50%
3.00%
2.50%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak melakukan kontak terpapar kontak
dengan tindakan dengan cairan dengan
pasien aseptis pasien tubuh lingkungan
pasie pasien
APRIL 0.31% 3.13% 0.00% 0.00% 3.13%
MEI 0.31% 3.13% 0.00% 0.00% 3.13%
JUNI 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2) Perawat / Bidan
ANGKA KETIDAKPATUHAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN OLEH PERAWAT/BIDAN DI
RUANGAN RAWAT INAP TRIWULAN II TAHUN 2020
6.00%
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak melakukan kontak terpapar kontak
dengan tindakan dengan cairan dengan
pasien aseptis pasien tubuh lingkungan
pasie pasien
APRIL 3.21% 5.18% 1.79% 0.18% 2.32%
MEI 1.96% 3.75% 0.89% 0.00% 1.61%
JUNI 1.07% 2.68% 1.43% 0.00% 1.07%
STANDAR 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
49
0.90%
0.80%
0.70%
0.60%
0.50%
0.40%
0.30%
0.20%
0.10% 0.00%
Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak kontak terpapar kontak
dengan dengan cairan tubuh dengan
pasien pasien pasie lingkungan
pasien
APRIL 0.83% 0.00% 0.00% 0.83%
MEI 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
JUNI 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
STANDAR 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Analisa data :
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa angka ketidakpatuhan pelaksanaan
cuci tangan oleh Dokter, Perawat/Bidan dan Petugas kesehatan lain di
ruangan rawat inap Triwulan II tahun 2020 belum sesuai dengan standar
yang ditetapkan yaitu 0%.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone
untuk mengetahui faktor penyebab ketidakpatuhan pelaksanaan cuci tangan
oleh Dokter, Perawat/Bidan dan Petugas kesehatan lain di ruangan rawat
inap.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) Petugas belum paham tentang Hand Hygiene
b) Petugas lupa melakukan Hand Hygiene
c) Beban kerja tinggi
d) Tidak ada reward dan punishment
2) Machine (Kebijakan)
a) Ada SPO Hand Hygiene tapi belum di sosialisasikan
b) Ada panduan Hand Hygiene tapi belum disosialisasikan
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO cuci tangan
b) Pelaksanaan cuci tangan masih belum sesuai SPO
c) Kurangnya motivasi dari IPCLN
50
4) Material (Alat)
a) Ketersediaan fasilitas cuci tangan kurang
b) Tidak ada poster cuci tangan sebagai pengingat
5) Money (Pendanaan)
a) Keterbatasan biaya dalam penyediaan fasilitas cuci tangan
b) Keterbatasan biaya dalam melakukan pelatihan PPI dasar bagi
seluruh staf (cuci tangan).
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
APRIL MEI JUNI
ANGKA PENCAPAIAN 0% 0% 0%
STANDAR 0% 0% 0%
Analisa data :
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa angka ketidakpatuhan perawat
melakukan assesmen ulang pada pasien resiko jatuh Triwulan II tahun 2020 sudah
sesuai standar yaitu 0%.
100%100%100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Analisa data :
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa angka kepatuhan identifikasi pasien
Triwulan II tahun 2020 sudah sesuai standar yaitu 100%.
yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber
daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar (Kepmenkes, 2009)
Dari data yang di dapat selama tiga bulan yaitu :
100%
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 100% 100% 100%
STANDAR 100% 100% 100%
Analisa data :
Waktu tanggap pelayanan igd (Emergency Respon Time) Triwulan II tahun
2020 sudah sesuai standar yaitu 100%. Dari hal tersebut dapat di simpulkan
bahwa pelayanan di IGD sudah sesuai dengan standar yaitu ≤5 menit pasien
sudah dilakukan pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang
paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien
yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya.
pasien dibeberapa rumah sakit, seringkali masalah waktu menunggu pelayanan ini
kurang mendapatkan perhatian oleh pihak manajemen rumah sakit. Suatu rumah
sakit mengabaikan lama waktu tunggu dalam pelayanan kesehatannya maka
secara totalitas kualitas pelayanan rumah sakit dianggap tidak professional dan
dapat menurunkan kepuasan pasien sekaligus keluarga pasien. Setiap rumah sakit
pada dasarnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pasien
sebagai pelanggan .Peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama
dalam sebuah manajemen rumah sakit, salah satu dimensi mutu pelayanan
kesehatan adalah akses terhadap pelayanan yang ditandai dengan waktu tunggu
pasien yang cepat (Buhang, 2007). Menurut Tjiptono (2007), mengidentifikasikan
lima dimensi kualitas mutu pelayanan, antara lain tangible (berwujud), reliability
(keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan/keyakinan),
emphaty (kesediaan untuk perduli). Waktu tunggu pelayanan adalah waktu yang
digunakan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulai tempat
pendaftaran sampai masuk keruang pemeriksaan dokter. Berdasarkan Kepmenkes
RI No.129/Menkes/SK/IV/2008 pada pelayanan rawat jalan untuk indikator waktu
tunggu pelayanan dirawat jalan yaitu ≤60 menit dimulai dari pasien mendaftar
sampai diterima/dilayani oleh dokter spesialis.
Dari data yang di dapat selama tiga bulan yaitu :
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
0.00%
10.00% APRIL MEI JUNI
Kategori waktu Tungg ˂
39.17% 40.83% 41.67%
60 menit
Kategori waktu Tungg ˃
60.83% 59.17% 58.33%
60 Menit
STANDAR STANDAR 100% 100% 100%
Analisa Data :
Dari grafik diatas masih terlihat bahwa waktu tunggu rawat jalan di Rumah
Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono Triwulan II tahun 2020 masih belum
sesuai standar yang
55
ditetapkan. Pada bulan April Waktu tunggu Rawat Jalan ˂ 60 menit masih 39,17%.
Bulan Mei 40,83% dan bulan Juni 41,67%.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone untuk
mengetahui penyebab waktu tunggu rawat jalan yang belum mencapai standar ˂
60 menit.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) Kedisiplinan jadwal datang dokter
b) Perawat belum konfirmasi
c) Petugas pendaftaran lama input data
d) Kurangnya petugas di loket pendaftaran
e) Petugas distribusi lama mengantar file
2) Machine (Kebijakan)
a) Sosialisasi SPO pendaftaran pasien belum optimal
b) Tidak ada regulasi jadwal datang dokter
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO pendaftaran pasien
b) Tidak adanya ketetapan jam dokter datang
c) Kurangnya koordinasi antara petugas pendaftaran dengan
perawat poliklinik
4) Material (Alat)
a) Gangguan internet di loket pendaftaran
b) Terjadi komputer hang (kerusakan)
c) Terjadi gangguan pengeras suara
d) Terjadi data pasien ganda
5) Money (Pendanaan)
a) Keterbatasan biaya dalam penyediaan sarana dan prasarana
100%100%100% 100%
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN 100% 100% 100%
STANDAR 100% 100% 100%
Analisa Data :
Dari grafik diatas terlihat bahwa waktu tunggu operasi elektif di
Rumah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono sudah sesuai dengan
standar yang di tetapkan yaitu 100%.
Di Ruimah Sakit Tingkat III Rs Tk III Dr R soeharsono, waktu tunggu operasi
elektif ≤ 2 hari sudah sesuai standar dikarenakan operator tidak pernah
terlambat, pemasangan instrumentasi prabedah sudah sesuai SPO, Ruang
perawatan yang selalu siap, dan penanganan konsultasi anestesi yang tepat
dan cepat.
100.00%
95.00%
100% 100% 100%
90.00%
85.00%
80.00%
84.56% 84.42% 84.82%
75.00%
Analisa data :
Dari Grafik diatas dapat di simpulkan bahwa kepatuhan jam visite dokter
spesialis Triwulan II tahun 2020 masih jauh dari standar yang ditetapkan.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone untuk
mengetahui penyebab ketidakpatuhan jam visite dokter spesialis.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) Kedisiplinan jadwal datang dokter
b) Perawat tidak konfirmasi
2) Machine (Kebijakan)
a) SPO jadwal jam visite dokter spesialis belum tersosialisasikan
b) Tidak ada regulasi jadwal datang dokter
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi SPO jam visite dokter
b) Tidak adanya ketetapan jam dokter visite
c) Kurangnya koordinasi antara dokter spesialis dengan perawat
rawat inap
4) Material (Alat)
a) Terjadi gangguan jalur komunikaksi
5) Money (Pendanaan)
a) Keterbatasan biaya dalam penyediaan sarana komunikasi
pasien (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2011). Standar dari Depkes RI
bahwa pelaporan nilai kritis harus segera dilaporkan dan dilaporkannya kurang dari
100%100%100% 100%
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL MEI JUNI
CAPAIAN
100% 100% 100%
STANDAR
100% 100% 100%
Analisa Data :
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa waktu lapor hasil tes kritis laboratorium
sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 100%, dalam waktu ≤ 30
Menit.
g. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (FORNAS)
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu
59
rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sah dan
juga kebutuhan pasien di rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan
landasan kebijakan manajemen rumah sakit dan menjadi prinsip penting yang
harus diperhatikan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), (Aditama,2007).
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit
dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan
Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional (Republik Indonesia, 2014).
Dari hasil pengambilan data di instalasi farmasi, didapatkan hasil sebagai berikut :
KEPATUHAN PENGGUNAAN
FORMULARIUM
100.00% TRIWULAN II TAHUN 2020
95.00% 94.76%
93.25%
90.00%
85.00%
80.00%
75.00%
70.00%
Analisa data :
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan fornas belum konsinten.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone untuk
mengetahui penyebab ketidakkonsistennya penggunaan formularium nasional.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) Komitmen dokter masih kurang
60
2) Machine (Kebijakan)
a) Buku Formularium kurang di sosialisasikan
b) Rumah sakit belum menemukan sistem kontrol yang sesuai
untuk mengawasi jalannya pelaksanaan sistem formularium
c) Rumah sakit belum punya kebijakan yang menjamin
ketersediaan obat yang terdapat di dalam buku formularium rumah
sakit
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurang efektifnya sistem sosialisasi terkait dengan keberadaan
formularium rumah sakit
b) Kurangnya pelatihan kepada pihak instalasi farmasi RSE terkait
dengan metode pengendalian persediaan farmasi yang sesuai
c) Kurangnya keterlibatan dan juga supervisi direksi serta Komite
Medik sebagai bentuk pengendalian manajemen terhadap
formularium
4) Material (Alat)
a) HIS (Hightech Information System) di instalasi farmasi belum
berjalan dengan baik dan efisien
b) Ada ketidakseragaman antara stok dengan data pada sistem
5) Money (Pendanaan)
a) Keterbatasan biaya dalam mencetak buku formularium seukuran
saku dengan format yang menarik dan mudah dibaca.
1) Dokter
100.00%
99.50%
99.00%
98.50%
98.00%
97.50%
97.00%
96.50%
96.00%
95.50%
95.00%
Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak melakuka kontak terpapar kontak
dengan n tindakan dengan cairan dengan
pasien aseptis pasien tubuh lingkunga
pasie n pasien
APRIL 99.69% 96.87% 100.00% 100.00% 96.87%
MEI 99.69% 96.87% 100.00% 100.00% 96.87%
JUNI 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
STANDAR 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
2) Tenaga Medis
100.00%
99.00%
98.00%
97.00%
96.00%
95.00%
94.00%
93.00%
92.00%
Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak melakuka kontak terpapar kontak
dengan n tindakan dengan cairan dengan
pasien aseptis pasien tubuh lingkunga
pasie n pasien
APRIL 96.79% 94.82% 98.21% 99.82% 97.68%
MEI 98.04% 96.25% 99.11% 100.00% 98.39%
JUNI 98.93% 97.32% 98.57% 100.00% 98.93%
STANDAR 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
62
3) Tenaga lainnya
KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAGA LAINNYA TRIWULAN II TAHUN 2020
100.00%
99.80%
99.60%
99.40%
99.20%
99.00%
98.80%
98.60%
Sebelum Sebelum Setelah Setelah
kontak melakukan terpapar kontak
dengan tindakan cairan tubuh dengan
pasien aseptis pasie lingkungan
pasien
APRIL 99.17% 100.00% 100.00% 99.17%
MEI 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
JUNI 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
STANDAR 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
100%
80%
100% 100% 100%
60%
40%
20%
0%
Analisa Data :
Dari grafik di atas terlihat bahwa kepatuhan upaya pencegahan resiko
cedera akibat pasien jatuh sudah dilaksanakan dan sudah sesuai dengan standar
yang ditetapkan yaitu 100%.
100.00%
95.00%
90.00%
85.00%
80.00%
75.00%
LOS ≤ 5 hari Terdapat Pemakaian
pemeriksaan obat sesuai CP
Penunjang
Capaian 97.33% 85.67% 100.00%
Standar 100% 100% 100%
Analis Data :
Dari grafik di atas terlihat bahwa kepatuhan terhadap Clinical pathway masih
belum sesuai dengan standar. Yang masih banyak belum sesuai adalah tentang
pemeriksaan penunjang.
Oleh sebab itu dilakukan analisa dengan menggunakan Fishbone untuk
mengetahui penyebab ketidakpatuhan terhadap Clinical Pathway.
Analisa Fishbone :
1) Man (SDM)
a) PPA tidak disiplin mengikuti CP
2) Machine (Kebijakan)
a) Panduan CP tidak tersosialisasikan
b) Kebutuhan asuransi untuk pemeriksaan penunjang
3) Methode (Pelaksanaan)
a) Kurangnya sosialisasi kepada DPJP agar melakukan perawatan
medis sesuai CP
b) Kurangnya koordinasi antara PPA
4) Material (Alat)
a) Form CP tidak tersedia di BRM
65
risiko berupa ekstrim (merah), Tinggi (kuning), Rendah (hijau), dan dibuktikan
dengan data, dan tindak lanjut atas respon time komplain tersebut sesuai dengan
kategorisasi/grading/dampak risiko.
Dari hasil pengumpulan data selama 3 bulan kami menemukan hasil sbb :
KECEPATAN RESPON TERHADAP KOMPLAIN TRIWULAN II TAHUN 2020
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Analisa Data :
Dari grafik di atas terlihat bahwa kecepatan respon terhadap kompalin sudah
sesuai dengan standar. Dikarenakan apabila terjadi komplain di unit atau ruangan,
petugas pengaduan pelayanan langsung memverifikasi dan menyelesaikan
komplain tersebut sesuai dengan grading masalah yang sudah ditetapkan.
67
BAB IV
PELAPORAN DAN EVALUASI
8. Kegiatan Pelaporan.
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan untuk pemantauan indikator tersebut adalah
:
a. Pencatatan setiap indikator klinis, indikator manajemen dan indikator
keselamatan pasien dan indikator mutu nasional dilakukan oleh perawat / petugas
di setiap unit pelayanan yang terkait dengan indikator klinis masing - masing,
(untuk pementauan dan pelaporan insiden keselamatan pasien pelaksanaannya di
tangani khusus oleh tim keselamatan pasien rumah sakit).
b. Indikator – indikator tersebut dicatat setiap harinya, kemudian direkapitulasi
dan divalidasi oleh Kepala Ruangan atau Kepala Unit Pelayanan masing- masing;
c. Ketua sub komite Mutu bertanggungjawab mengkoordinasi pengumpulan
data indikator yang telah dicatat dan direkapitulasi oleh setiap unit pelayanan dan
dilakukan analisa pada awal bulan selanjutnya.
d. Setiap 3 bulan sekali dilakukan analisa menyeluruh untuk dibuat
rekomendasi kepada Kepala Rumah Sakit tingkat III Rs soeharsono, menyangkut
langkah - langkah untuk menjamin mutu pelayanan.
9. Evaluasi
a. Pelaporan dan Evaluasi indikator Mutu Klinis, Manajemen serta keselamatan
pasien adalah untuk menilai mutu pelayanan Rumah Sakit Tk III Rs
soeharsono
b. Dalam pelaksanaannya agar data tercatat dengan baik maka setiap ruang
disediakan formulir yang tersimpan di hard disk.
c. Pelaksanaan kegiatan saat ini sudah di laksanakan oleh pengumpul data
yang ada di masing – masing ruangan dan divalidasi oleh Kepala Ruangan.
d. Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh :
1) Petugas pencatat adalah penanggung jawab pada unit pelayanan
yang sudah ditunjuk
2) Pada akhir bulan penanggung jawab pada unit rawat inap &
kebidanan menyerahkan hasil Formulir Sensus Harian kepada Kepala
Bagian Unit yang kemudian diteruskan ke sub komite mutu.
3) Data dikumpulkan oleh petugas ruangan yang telah ditunjuk
4) Data direkapitulasi dan divalidasi oleh Kepala Ruangan.
5) Hasil rekapitulasi kemudian dilaporkan kepada sub komite mutu.
68
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama, Tjandara. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:UIPress
2. Azwar, Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
3. Corwin, E.J. (2009). Patofisiologi: Buku saku (Nike budhi subekti, penerjemah).
Jakarta: EGC
4. Darmawan Iyan. 2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Plebitis. Diakses dari
https://yunusstikes.wordpress.com pada tanggal 5 April 2020
5. Guwandi, J. 2006. Informed consent& Informed Refusal. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
6. Hamid, T.B.J. Elemen Pelayanan Minimum Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat
Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depertemen Kesehatan RI, diambil
dari http:// www.yanfar.go.id. Tanggal 10 Juni 2005.
7. Horan TC, Andrus M and Dudeck MA. CDC/NHSN surveillance defi nition of health-
care associated infection and criteria for specifi c types of infection in the acute care
setting. Am. J. Infect. Control. 2008;36:309-32.
8. Jahan, F, 2011, Dengue Fever (DF) in Pakistan, Asia Pacific Family Medicine
Volume 10 no.1, sumber http://www.apfmj.com/info/instructions/
9. Jarvis WR. Investigating Endemic and Epidemic Healthcare-Associated Infections.
In: William R. Javis (Editor). Bennet’s & Brachman’s Hospital Infections 5th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2007
10. Kepmenkes No. 119/Menkes/SK/II/2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
11. Konsil Kedokteran Indonesia, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, (Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia, 2006),
12. Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan
Pengendalian, Jilid 2 Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga,Jakarta.
13. Marwoto, A, Hari Kusnato, danDwi Handono. 2007. Analisis Kinerja Perawat dalam
PengendalianInfeksi Nosokomial di Ruang IRNA 1 RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
14. Muhadir, A, 2014, Indonesia Masih Endemis Demam Berdarah, sumber
http://www.tempo.co/read/news/2013/07/26/173500085/ Kemenkes-Indonesia-Masih-
Endemis-Demam-Berdarah
15. Permenkes No : 269/Menkes/Per/III/2008. Rekam Medis
16. Permenkes No. 363/Menkes/Per/IV/1998. Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan
pada sarana Pelayanan Kesehatan
71
17. Putri, RA, Yunie Armiyati, dan Mamat Supriyono. 2011. Faktor-faktor yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada pasien Rawat Inap Usia 20
tahun ke Atas dengan Kateter Menetap di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan, vol. 1, no. 1, hal. 1–2.
18. Rivai, Koentjoro & Utarini, Determinan Infeksi Luka Operasi Pascabedah Sesar,
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 5, Juni 2013.
19. Rijadi, Chanzul. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Sisa
Makanan Pasien Rawat Inap, http://www.fkm-undip.or.id. Diakses Mei 2014.
20. Rijanto, A. (2009). Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja . Yogyakarta: Maha
Medika.
21. Riyanto, Dwi Agung. (2016). Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan
perawat dalam penggunaan alat pelindung diri di Rumah sakit Sari Asih Serang Propinsi
Banten, diambil dari http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/
22. Suma'mur. (2009). Alat Pelindung Diri. Jakarta: Sugeng Seto.
23. Timmreck, Thomas, C. 2001. California State University San Bernardino, California,
Managing, Motivation and Developing Job Satisfaction in The Health Care Work
Environment. The Health Care Manager; Juni 2001
24. World Health Organization. 2002. Prevention of Hospital-Acquired Infections, A
practical guide, 2nd Edition, Department of Communicable Disease Surveillance and
Response.
25. WHO (2008) Manual implementationl surgery safety checklist(first edition) Diakses
pada 27 April 2020 melalui
http://www.who.int/patientsafety/safesurgery/tools_resources/SSSL_Manual_finalJun08.p
df
26. Wijono, D. M. S., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga
University Press, Banjarmasin.
27. Wilson, Rick. Hospital Food as Treatment di dalam Food and Healing Conference,
Queen Elizabeth Centre, Westminster. Tuesday 21st Jan 2003.
28. Yusmainita. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bagian I, diambil dari
http:// www.tempo.co.id/medika/arsip/011002/top- 1.htm. Tanggal 30 Juni 2005.