PENDAHULUAN
2. Misi
3. Nilai
4. Motto
BAB II
TUJUAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
BAB III
PENGERTIAN DAN ISTILAH
3
4) Outcome adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan
dari konsumen tersebut.
h. Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang diwujudkan dalam kegiatan asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
i. SPO Pelayanan Kedokteran merupakan panduan bagi seluruh tenaga
kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. SPO
disusun dalam bentuk Panduan Praktek Klinis (PPK)/Clinical Practice
Guidlines yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway),
algoritme, protokol, prosedur atau standing order. Acuan yang digunakan
adalah Permenkes 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
j. Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien
berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang
berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangkauan waktu
tertentu selama di Puskesmas (Firmanda D.,2008)
k. Indikator, Kriteria dan Standar
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek
yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta
standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Puskesmas.
Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan
suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk
bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga
spesifik.
Kriteria adalah spesifikasi dari indikator.
Standar adalah:
1) Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung
jawab untuk mempertahankan tingkat kinerja atau kondisi tersebut.
2) Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang
sangat baik.
3) Suatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai
atau mutu.
6
a) Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.l dari
WHO Patient Safety).
b) Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
BAB IV
METODE PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS
8
3. Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia
di Puskesmas, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
4. Menciptakan budaya mutu di Puskesmas, termasuk di dalamnya
menyusun program mutu dengan melakukan analisis pemecahan masalah
dan melakukan perbaikan dengan pendekatan PDCA cycle.
5. Menumbuhkan semangat untuk secara aktif melaporkan setiap insiden
yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, karena
mengandung bahan pelajaran yang penting.
Puskesmas dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Tanpa mengukur
hasil kinerja, Puskesmas tidak dapat mengetahui apakah input dan proses
yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator Puskesmas
disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu secara nyata dan
dikumpulkan oleh seluruh unit kerja.
9
Machinery Maintenance Manpower
10
Action Plan
Bagaimana Apa yang akan
memperbaiki dilakukan?
proses Bagaimana
selanjutnya? melakukannya?
Check Do
Apakah Lakukan
semuanya sesuai sebagaimana
dengan yang yang telah
direncanakan? direncanakan
PLAN:
Identifikasi masalah
Analisis masalah
Rencana tindak lanjut
ACTION: DO:
Jika hasil memuaskan, Implementasi secara
masukkan solusi
perubahan pada SOP PDCA Cycle Memastikan kegiatan
dan latih unit terkait telah dijalankan
untuk menguasainya. sesuai rencana
CHECK:
Evaluasi hasil dan
tingkat
pencapaiannya
11
Action
(1) Menentukan
Plan
tujuan
(4) Menyelenggarakan
(5) Memeriksa akibat pendidikan dan
pelaksanaan pelatihan
(6) Melaksanakan
pekerjaan
Check Do
13
BAB V
METODE PROGRAM KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS
14
Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
Standar:
Puskesmas menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:
Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari Puskesmas.
3.1 Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
3.2 Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer
dan tindak lanjut lainnya.
3.3 Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.
15
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
Kriteria:
5.1 Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
5.2 Terdapat program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
5.3 Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan
pasien.
5.4 Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5.5 Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
analisis akar masalah “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss) dan “Kejadian
Sentinel” pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6 Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif
untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf
dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.
5.7 Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan
antar disiplin.
5.8 Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
5.9 Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan
implementasinya.
16
2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
6.1 Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2 Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang
jelas tentang pelaporan insiden.
6.3 Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
18
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan sembilan langkah-langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut.
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko Puskesmas.
19
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali pertahun
melakukan Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis
insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
20
BAB VI
Riviu
dan Riviu
3. Analisis risiko
4. Pengelolaan risiko
Pemantauan dan
5. Evaluasi
Komunikasi dan
Pemantauan
Langkah-langkah manajemen risiko juga dapat digambarkan dalam skema
Komunikasi
sebagai berikut.
Penetapan Konteks
Asesmen Risiko
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Perlakuan Risiko
21
akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan identifikasi apabila
ditemukan permasalahn dalam pemenuhan indikator mutu dan manajerial
serta pengelolaan insiden.
Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun
dan dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis). Proses yang dpilih adalah proses dengan risiko tinggi.
22
BAB VII
KEBIJAKAN
23