Mochtar Kusumaatmaja
Etty R. Agoes
Oleh :
Dosen Pengajar
Dr. DANIAL, S.H. M.H.
HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK LANJUTAN
A. Pendahuluan
Buku ini ditulis oleh Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Mochtar
merupakan ahli bidang hukum internasional, definisinya tentang hukum yang berbunyi
masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu kedalam
kenyataan”. Selain menjadi akademisi beliau juga menjadi diplomat Indonesia, beliau pernah
menjabat sebagai Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri
dari tahun 1978 sampai 1988. Beliau adalah Wakil Indonesia pada siding PBB mengenai
Hukum Laut, Jenewa dan New York, ini berperan banyak dalam konsep Wawasan Nusantara
terutama dalam menetapkan batas laut territorial, batas darat, batas landas kontinen Indonesia.
Beliau berperan banyak dalam perundingan internasional, terutama mengenai batas darat dan
batas laut territorial. Pada tahun 1958-1961, dia telah mewakili Indonesia pada Konferensi
Sistematika buku ini terbagi dalam 8 (delapan) bab. Pada Bab I dibahas mengenai
pengertian, batasan, dan istilah hukum internasional yang terbagi menjadi sub bab yaitu 1.
internasional khusus (special), 4. Hukum internasional dan hukum dunia (world law).
Bab II dibahas mengenai masyarakat dan hukum internasional yang terbagi menjadi 3
sub bab yaitu 1. Adanya masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis hukum
Masyarakat internasional dalam peralihan ( transition ). Pada Bab III dibahas mengenai
sejarah hukum internasional dan perkembangannya. Pada Bab IV dibahas mengenai hakikat
dan dasar berlakunya hukum internasional. Pada Bab V dibahas mengenai hubungan antara
hukum internasional dan hukum nasional yang terbagi menjadi sub bab yaitu 1. Tempat
hukum internasional dalam tata hukum secara keseluruhan, 2. Primat hukum internasional
menurut praktik internasional, 3. Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional
menurut hukum positif beberapa negara. Pada Bab VI dibahas mengenai subyek hukum
internasional yang terbagi menjadi 6 sub bab yaitu 1. Negara, 2. Takhta suci, 3. Palang merah
dalam sengketa. Pada Bab VII dibahas mengenai sumber hukum internasional yang dibagi
hukum umum, 4 sumber hukum tambahan. Pada Bab VIII membahas mengenai wilayah
negara dalam hukum internasional yang terbagi menjadi 5 sub bab yaitu 1. Wilayah dan
Konvensi Hukum Laut 1982, 4. Persetujuan tentang Konservasi dan pengelolaan jenis-jenis
ikanyang terdapat di dua ZEE dan yang ber migrasi jauh dan 5. Ruang udara dan ruang
angkasa.
B. Ringkasan BukU
Hukum Internasional ialah hukum internasional publik, yang harus kita bedakan dari
asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi negara. Hukum Internasional
Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan
atau persoalan diaturnya (objeknya). Yang jelas ialah bahwa hubungan atau persoalan
internasional demikian bukan merupakan persoalan perdata, sehingga bukan pula merupakan
hukum yang sedang dibicarakan. Istilah hukum internasional ini tidak mengandung keberatan,
karena perkataan internasional walaupun menurut asal katanya searti dengan antarbangsa
sudah lazim dipakai orang untuk segala hal atau peristiwa yang melintasi batas wilayah suatu
aturan (hukum) yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu, ketika hubungan
demikian baik karena jarangnya maupun karena sifat hubungannya, belum dapat dikatakan
dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara-
negara yang kita kenal sejak munculnya negara dalam bentuknya yang modern sebagai negara
nasional.
Bentuk perwujudan khusus Hukum Internasional (Hukum Internasional Regional dan hukum
Internasional khusus (special)) dapat dikatakan bahwa disamping hukum internasional yang
berlaku umum (general) terdapat pula hukum internasional regional, yang terbatas daerah
lingkungan berlakunya, seperti apa yang lazim dinamakan hukum internasional amerika atau
keadaan yang khusus terdapat dibagian dunia itu. Walaupun menyimpang, hukum
internasional regional itu tidak usah bertentangan dengan hukum internasional yang berlaku
umum. Bahkan ada kalanya suatu lembaga atau konsep hukum yang mula-mula timbul dan
tumbuh sebagai suatu konsep atau lembaga hukum internasional regional, kemudian diterima
kepada hukum internasional yang benar-benar universal. Bentuk perwujudan lain dari hukum
internasional khusus, selain hukum internasional regional, kita jumpai dalam bentuk
kompleks kaidah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu saja, seperti konvensi
merupakan pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integrasi yang
berbeda-beda dari bagian masyarakat internasional yang berlainan. Karena itu, ketentuan
hukum internasional regional dan hukum internasional khusus ini, walaupun dapat dibedakan
dari hukum internasional umum karena memiliki ciri-ciri yang khas, merupakan bagian yang
masyarakat internasional berlainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan bersama
dari negara-negara yang merdeka dan sederajat, unsur pertama yang harus dibuktikan ialah
Adanya hubungan yang tetap dan terus-menerus demikian, juga merupakan kenyataan
yang tidak dapat dibantah lagi. Saling membutuhkan antar bangsa-bangsa diberbagai lapangan
kehidupan yang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus-menerus antara
ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap
hubungan yang teratur. Hubungan antara orang atau kelompok orang yang tergabung dalam
ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang berlainan itu dapat merupakan hubungan tak
langsung atau resmi yang dilakukan oleh para pejabat Negara yang mengadakan berbagai
perundingan atas nama Negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian
antar negara.
Pertama, negara sebagai kesatuan politik teritorial yang terutama didasarkan atas
masih berada dalam tangan Raja. Setelah terjadinya Revolusi Perancis dan berbagai
pergolakan yang terjadi di Eropa yang mengakibatkan berpindahnya kekuasaan dari tangan
raja ketangan rakyat dibanyak negara, negara kebangsaan telah benar-benar jadi negara
nasional dalam arti yang sebenar-benarnya dan bukan lagi kerajaan dengan wajah baru.
sebagai konferensi untuk mengadakan perjanjian internasional yang bersifat umum dan
penyelesaian pertikaian antara bangsa-bangsa yang telah merupakan suatu lembaga yang
Hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional. Mengenai hal ini telah banyak
dikemukakan banyak teori, teori yang tertua ialah Teori Hukum Alam. Ajaran hukum alam
mempunyai pengaruh yang besar atas hukum internasional sejak permulaan pertumbuhannya.
Ajaran ini yang mula-mula mempunyai ciri keagamaan yang kuat, untuk pertama kalinya
dilepaskan sari hubungannya dengan keagamaan itu oleh Hugo Grotius. Hukum alam
diartikan sebagai hukum ideal yang didasarkan atas hakikat manusia sebagai makhluk yang
berakal atau kesatuan kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia. Menurut penganut
ajaran hukum alam ini, hukum internasional itu mengikat karena hukum internasional itu
tidak lain daripada hukum alam yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa.
Aliran lain mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas kehendak
negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Menurut mereka, pada dasarnya
negara yang merupakan sumber segala hukum dan hukum internasional itu mengikat karena
negara itu atas kemauan sendiri mau tunduk pada hukum internasional. Aliran ini yang
menyandarkan teori mereka pada falsafah Hegel yang dahulu mempunyai pengaruh yang luas
di Jerman.
Dengan perkataan lain, persetujuan negara untuk tunduk pada hukum internasional
menghendaki adanya suatu hukum atau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu
dan berlaku lepas dari kehendak negara. Bukan kehendak negara melainkan suatu norma
Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional itu seperti juga banyak
persoalan lain, jawaban yang dapat diberikan terhadap persoalan hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional banyak bergantung darimana kita memandang persoalan itu
Erat hubungannya dengan apa yang diterangkan tadi ialah persoalan hubungan hirarki antara
kedua perangkat hukum itu. Menurut paham dualism ini yang bersumber pada teori bahwa
daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan negara, hukum internasional dan
hukum nasional merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang
lainnya.
Paham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum yang mengatur
hidup manusia. Akibat pandangan monism ini ialah bahwa antara dua perangkat ketententuan
hukum ini mungkin ada hubungan hirarki. Ada pihak yang menganggap bahwa dalam
hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional yang utama adalah hukum
nasional. Paham ini adalah paham monism dengan primat hukum nasional. Paham yang lain
berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional yang
utama ialah hukum internasional. Pandangan ini disebut dengan paham monsme dengan
primat internasional.
Menurut teori monism kedua-duanya mungkin. Pandangan yang melihat kesatuan antara
hukum nasional dan hukum internasional dengan primat nasional ini pada hakikatnya
menganggap bahwa hukum internasional itu bersumber pada hukum nasional. Karena tidak
ada satu organisasi diatas negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara didunia ini
1. Negara,
4. Organisasi Internasional
C. Isi
Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dalam memberi kuliah hukum
internasional yang terasa dewasa ini. Terutama di fakultas-fakultas hukum yang dirasakan
kebutuhan akan suatu buku pengantar yang sederhana dalam bidang hukum internasional,
tetapi cukup memberikan pengertian dasar yang diperlukan bagi suatu studi sendiri
selanjutnya, juga diinginkan agar buku pengantar itu selain menunjukkan suatu cara
pendekatan yang konsepsional, juga menampakkan pandangan Indonesia sebagai negara yang
hukum yang paling merasakan adanya kebutuhan tersebut di atas, telah mendesak penulis
Buku ini yang telah berkembang dan merupakan suatu percobaan untuk memenuhi kebutuhan
ilmu pengantar hukum internasional. Dikatakan perobaan karena kesibukan pekerjaan sehari
hari-hari membatasi kemampuan penulis untuk mempersiapkan suatu naskah yang dapat
Buku ini memakai cara pendekatan terhadap hukum internasional yang penulis
pergunakan juga dibidang hukum lainnya dan terhadap masalah hukum pada umumnya, yang
tidak semata-mata melihat hukum sebagai suatu perangkat kaidan dan asas-asas melainkan
dengan sendirinya selain mengkaji kaidah hukum secara analitis memperhatikan pula segi-
kurang ledih dua puluh tahun sudah bernasib baik mendapat kesempatan (turut)
Karena hal-hal diatas, buku Pengantar Hukum Internasional ini agak lain dari pada buku-buku
serupa dalam bahasa asing atau saduran-saduran yang hingga kini masih dipakai dalam
Buku yang terbit ini membahasa pengertian dasar dan maslah-masalah pokok yang
diperlukan sebagai suatu pengantar (umum) dalam bidang hukum internasional. Berbeda
dengan penerbitan pertama kedalam penerbitan baru ini ditambahkan satu bab baru mengenai
wilayah negara. Oleh karena kebutuhan yang mendesak tersebut bab tambahah ini masih jauh
dari sempurna. Bagian mengenai hukum Udara dan ruang angkasa misalnya masih belum
disertakan pada saat ini, sedangkan bagian mengenai hukum laut dicantumkan hanya garis-
tatanan sosial yang baik pastilah membutuhkan hukum dalam pelaksanaannya. Hukum itu
memberikan batasan-batasan agar subyek hukum itu tidak keluar dari aturan hukum yang
berlaku.
Berbicara tentang hukum tak lepas dari pemegang hak dan kewajiban yaitu subyek
hukum. Seperti halnya hukum nasional, hukum internasional pun mengenal individu dan
badan hukum sebagai subyek hukum. Namun semakin bertambahnya zaman banyak muncul
terlibat dalam hubungan internasional menjadikan hubungan itu mulai ada pergeseran maka
dibutuhkan suatu kaidah dan prinsip hukum internasional untuk mengatur hubungan antar
organisasi internasional itu sendiri. Selanjutnya ketika ada permasalahan dari subyek hukum
yaitu Negara dalam hal kekuasaan wilayah, maka aturan internasionallah yang menjadi
penengah penyelesaian seperti dalam konverensi hukum laut di Jenewa yang sudah
diratifikasi oleh banyak Negara di dunia. Dalam hal batas wilayah, suatu Negara harus
berpedoman pada aturan yang ada dalam ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif).
D. Penutup
pernah berhenti sampai sini saja. Pembahasan hukum internasional dalam buku ini masih
dapat dijadikan sebagai sebuah bahan bacaan dan sebuah wawasan bagi pembaca karena
masih sesuai sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini. Selain itu adanya pendahuluan
pada setiap bab sebagai pengantar awal materi memberikan nuansa penasaran bagi pembaca
untuk terus memperdalam dan menggali lebih dalam tentang hukum internasional itu sendiri.
Kemudian penjelasan dalam bab satu ke bab lainnya berhubungan sehinga pembaca tidak
salah dalam penafsirannya. Perlu diketahui pula bahwa buku karangan Mochtar
Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes ini juga mempunyai kekurangan seperti dalam pemilihan
kata dan gaya bahasanya yang tidak sesuai dengan kamus besar Indonesia dan EYD karena
masih banyak yang menggunakan kata-kata yang sudah tidak sesuai untuk digunakan dalam
menyusun kalimat.
Gambar buku: