Anda di halaman 1dari 11

RESUME

BUKU PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL

Mochtar Kusumaatmaja
Etty R. Agoes

Oleh :

LUSITA NENGSIH LUMBAN GAOL


7773220023

Dosen Pengajar
Dr. DANIAL, S.H. M.H.
HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK LANJUTAN

PROGRAM STUDY MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
PENGANTAR HUKUM INTERNASIONAL

A. Pendahuluan

Buku ini ditulis oleh Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes. Mochtar

Kusumaatmadja adalah guru besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Beliau

merupakan ahli bidang hukum internasional, definisinya tentang hukum yang berbunyi

“Hukum adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan

masyarakat, termasuk didalamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu kedalam

kenyataan”. Selain menjadi akademisi beliau juga menjadi diplomat Indonesia, beliau pernah

menjabat sebagai Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan Menteri Luar Negeri

dari tahun 1978 sampai 1988. Beliau adalah Wakil Indonesia pada siding PBB mengenai

Hukum Laut, Jenewa dan New York, ini berperan banyak dalam konsep Wawasan Nusantara

terutama dalam menetapkan batas laut territorial, batas darat, batas landas kontinen Indonesia.

Beliau berperan banyak dalam perundingan internasional, terutama mengenai batas darat dan

batas laut territorial. Pada tahun 1958-1961, dia telah mewakili Indonesia pada Konferensi

Hukum Laut, Jenewa, Colombo, dan Tokyo.

Sistematika buku ini terbagi dalam 8 (delapan) bab. Pada Bab I dibahas mengenai

pengertian, batasan, dan istilah hukum internasional yang terbagi menjadi sub bab yaitu 1.

Hukum internasional: pengertian dan batasan, 2. Istilah hukum internasional, 3. Bentuk

perwujudan khusus hukum internasional: hukum internasional regional dan hukum

internasional khusus (special), 4. Hukum internasional dan hukum dunia (world law).

Bab II dibahas mengenai masyarakat dan hukum internasional yang terbagi menjadi 3

sub bab yaitu 1. Adanya masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis hukum

internasional, 2. Kedaulatan negara: hakikat dan fungsinya dalam masyarakat internasional, 3.

Masyarakat internasional dalam peralihan ( transition ). Pada Bab III dibahas mengenai

sejarah hukum internasional dan perkembangannya. Pada Bab IV dibahas mengenai hakikat

dan dasar berlakunya hukum internasional. Pada Bab V dibahas mengenai hubungan antara
hukum internasional dan hukum nasional yang terbagi menjadi sub bab yaitu 1. Tempat

hukum internasional dalam tata hukum secara keseluruhan, 2. Primat hukum internasional

menurut praktik internasional, 3. Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional

menurut hukum positif beberapa negara. Pada Bab VI dibahas mengenai subyek hukum

internasional yang terbagi menjadi 6 sub bab yaitu 1. Negara, 2. Takhta suci, 3. Palang merah

internasional, 4. Organisasi internasional, 5. Orang perorangan, 6. Pemberontak dan pihak

dalam sengketa. Pada Bab VII dibahas mengenai sumber hukum internasional yang dibagi

menjadi sub bab yaitu 1. Perjanjian internasional, 2. Kebiasaan internasional, 3. Prinsip

hukum umum, 4 sumber hukum tambahan. Pada Bab VIII membahas mengenai wilayah

negara dalam hukum internasional yang terbagi menjadi 5 sub bab yaitu 1. Wilayah dan

yurisdiksi negara di laut, 2. Penyelesaian sengketa, 3 persetujuan implementasi bab XI

Konvensi Hukum Laut 1982, 4. Persetujuan tentang Konservasi dan pengelolaan jenis-jenis

ikanyang terdapat di dua ZEE dan yang ber migrasi jauh dan 5. Ruang udara dan ruang

angkasa.

B. Ringkasan BukU

Pengertian, Batasan dan Istilah Hukum Internasional

Hukum Internasional ialah hukum internasional publik, yang harus kita bedakan dari

hukum perdata internasional. Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan

asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi negara. Hukum Internasional

Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan

yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat

perdata. Persamaannya, ialah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang

melintasi batas negara (internasional). Perbedaannya, terletak dalam sifat hukum hubungan

atau persoalan diaturnya (objeknya). Yang jelas ialah bahwa hubungan atau persoalan

internasional demikian bukan merupakan persoalan perdata, sehingga bukan pula merupakan

hubungan atau persoalan yang diatur hukum perdata internasional.


Selain menggunakan istilah Hukum Internasional, orang juga mempergunakan

istilah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antarnegara untuk lapangan

hukum yang sedang dibicarakan. Istilah hukum internasional ini tidak mengandung keberatan,

karena perkataan internasional walaupun menurut asal katanya searti dengan antarbangsa

sudah lazim dipakai orang untuk segala hal atau peristiwa yang melintasi batas wilayah suatu

Negara. Hukum Bangsa-Bangsa akan dipergunakan untuk menunjukan pada kebiasaan atau

aturan (hukum) yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu, ketika hubungan

demikian baik karena jarangnya maupun karena sifat hubungannya, belum dapat dikatakan

merupakan hubungan antara anggota suatu masyarakat bangsa-bangsa. Hukum

antarbangsa atauHukum Antarnegara akan digunakan untuk menunjuk pada kompleks kaidah

dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara-

negara yang kita kenal sejak munculnya negara dalam bentuknya yang modern sebagai negara

nasional.

Bentuk perwujudan khusus Hukum Internasional (Hukum Internasional Regional dan hukum

Internasional khusus (special)) dapat dikatakan bahwa disamping hukum internasional yang

berlaku umum (general) terdapat pula hukum internasional regional, yang terbatas daerah

lingkungan berlakunya, seperti apa yang lazim dinamakan hukum internasional amerika atau

hukum internasional amerika latin.

Adanya berbagai lembaga hukum internasional regional demikian disebabkan oleh

keadaan yang khusus terdapat dibagian dunia itu. Walaupun menyimpang, hukum

internasional regional itu tidak usah bertentangan dengan hukum internasional yang berlaku

umum. Bahkan ada kalanya suatu lembaga atau konsep hukum yang mula-mula timbul dan

tumbuh sebagai suatu konsep atau lembaga hukum internasional regional, kemudian diterima

sebagai bagian dari Hukum Internasional Umum.

Dengan demikian Hukum Internasional Regional dapat memberikan sumbangan berharga

kepada hukum internasional yang benar-benar universal. Bentuk perwujudan lain dari hukum
internasional khusus, selain hukum internasional regional, kita jumpai dalam bentuk

kompleks kaidah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu saja, seperti konvensi

Eropa mengenai hak-hak asasi manusia.

Beberapa bentuk hukum internasional khusus yang telah diterangkan diatas

merupakan pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integrasi yang

berbeda-beda dari bagian masyarakat internasional yang berlainan. Karena itu, ketentuan

hukum internasional regional dan hukum internasional khusus ini, walaupun dapat dibedakan

dari hukum internasional umum karena memiliki ciri-ciri yang khas, merupakan bagian yang

tak dapat dipisahkan dari hukum internasional umum.

Masyarakat dan Hukum Internasional. Adanya suatu masyarakat internasional karena

masyarakat internasional berlainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan bersama

dari negara-negara yang merdeka dan sederajat, unsur pertama yang harus dibuktikan ialah

adanya sejumlah negara didunia ini.

Adanya hubungan yang tetap dan terus-menerus demikian, juga merupakan kenyataan

yang tidak dapat dibantah lagi. Saling membutuhkan antar bangsa-bangsa diberbagai lapangan

kehidupan yang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus-menerus antara

bangsa-bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur

hubungan demikian. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional

ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap

hubungan yang teratur. Hubungan antara orang atau kelompok orang yang tergabung dalam

ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang berlainan itu dapat merupakan hubungan tak

langsung atau resmi yang dilakukan oleh para pejabat Negara yang mengadakan berbagai

perundingan atas nama Negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian

antar negara.

Pertama, negara sebagai kesatuan politik teritorial yang terutama didasarkan atas

kebangsaan telah menjadi kenyataan. Dalam tahap pertama pertumbuhan masyarakat


internasional, yaitu sesudah terjadinya perjanjian Westphalia, kekuasaan riil dalam negara

masih berada dalam tangan Raja. Setelah terjadinya Revolusi Perancis dan berbagai

pergolakan yang terjadi di Eropa yang mengakibatkan berpindahnya kekuasaan dari tangan

raja ketangan rakyat dibanyak negara, negara kebangsaan telah benar-benar jadi negara

nasional dalam arti yang sebenar-benarnya dan bukan lagi kerajaan dengan wajah baru.

Kedua, ialah diadakannya berbagai konferensi internasional yang dimaksudkan sebagai

sebagai konferensi untuk mengadakan perjanjian internasional yang bersifat umum dan

meletakkan kaidah hukum yang berlaku secara universal.

Ketiga, dibentuknya Mahkamah Internasional Arbitrase Permanen yang merupakan

suatu kejadian penting dalam mewujudkan suatu masyarakat internasional. Dengan

dibentuknya Mahkamah Arbitrase Permanen ini dihidupkan kembali suatu lembaga

penyelesaian pertikaian antara bangsa-bangsa yang telah merupakan suatu lembaga yang

ampuh dalam masyarakat bangsa-bangsa pada abad pertengahan.

Hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional. Mengenai hal ini telah banyak

dikemukakan banyak teori, teori yang tertua ialah Teori Hukum Alam. Ajaran hukum alam

mempunyai pengaruh yang besar atas hukum internasional sejak permulaan pertumbuhannya.

Ajaran ini yang mula-mula mempunyai ciri keagamaan yang kuat, untuk pertama kalinya

dilepaskan sari hubungannya dengan keagamaan itu oleh Hugo Grotius. Hukum alam

diartikan sebagai hukum ideal yang didasarkan atas hakikat manusia sebagai makhluk yang

berakal atau kesatuan kaidah yang diilhamkan alam pada akal manusia. Menurut penganut

ajaran hukum alam ini, hukum internasional itu mengikat karena hukum internasional itu

tidak lain daripada hukum alam yang diterapkan pada kehidupan masyarakat bangsa-bangsa.

Aliran lain mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional itu atas kehendak

negara itu sendiri untuk tunduk pada hukum internasional. Menurut mereka, pada dasarnya

negara yang merupakan sumber segala hukum dan hukum internasional itu mengikat karena

negara itu atas kemauan sendiri mau tunduk pada hukum internasional. Aliran ini yang
menyandarkan teori mereka pada falsafah Hegel yang dahulu mempunyai pengaruh yang luas

di Jerman.

Dengan perkataan lain, persetujuan negara untuk tunduk pada hukum internasional

menghendaki adanya suatu hukum atau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu

dan berlaku lepas dari kehendak negara. Bukan kehendak negara melainkan suatu norma

hukumlah yang merupakan dasar terakhir kekuatan mengikat hukum internasional.

Hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional itu seperti juga banyak

persoalan lain, jawaban yang dapat diberikan terhadap persoalan hubungan antara hukum

internasional dan hukum nasional banyak bergantung darimana kita memandang persoalan itu

atau dengan perkataan lain bergantung dari sudut pandang si pembahas.

Erat hubungannya dengan apa yang diterangkan tadi ialah persoalan hubungan hirarki antara

kedua perangkat hukum itu. Menurut paham dualism ini yang bersumber pada teori bahwa

daya ikat hukum internasional bersumber pada kemauan negara, hukum internasional dan

hukum nasional merupakan dua sistem atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang

lainnya.

Paham monisme didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum yang mengatur

hidup manusia. Akibat pandangan monism ini ialah bahwa antara dua perangkat ketententuan

hukum ini mungkin ada hubungan hirarki. Ada pihak yang menganggap bahwa dalam

hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional yang utama adalah hukum

nasional. Paham ini adalah paham monism dengan primat hukum nasional. Paham yang lain

berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional yang

utama ialah hukum internasional. Pandangan ini disebut dengan paham monsme dengan

primat internasional.

Menurut teori monism kedua-duanya mungkin. Pandangan yang melihat kesatuan antara

hukum nasional dan hukum internasional dengan primat nasional ini pada hakikatnya
menganggap bahwa hukum internasional itu bersumber pada hukum nasional. Karena tidak

ada satu organisasi diatas negara-negara yang mengatur kehidupan negara-negara didunia ini

Subjek Hukum Internasional, yaitu:

1. Negara,

2. Takhta suci (vatikan),

3. Palang Merah Internasional,

4. Organisasi Internasional

5. Orang perorangan (individu),

6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa (belligerent),

C. Isi

Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan dalam memberi kuliah hukum

internasional yang terasa dewasa ini. Terutama di fakultas-fakultas hukum yang dirasakan

kebutuhan akan suatu buku pengantar yang sederhana dalam bidang hukum internasional,

tetapi cukup memberikan pengertian dasar yang diperlukan bagi suatu studi sendiri

selanjutnya, juga diinginkan agar buku pengantar itu selain menunjukkan suatu cara

pendekatan yang konsepsional, juga menampakkan pandangan Indonesia sebagai negara yang

baru merdeka dan sedang berkembang terhadap hukum internasional.

Para rekan, terutama kalangan pengajar hukum internasional di fakultas-fakultas

hukum yang paling merasakan adanya kebutuhan tersebut di atas, telah mendesak penulis

untuk menulis sebuah buku pengantar yang dimaksudkan.

Buku ini yang telah berkembang dan merupakan suatu percobaan untuk memenuhi kebutuhan

ilmu pengantar hukum internasional. Dikatakan perobaan karena kesibukan pekerjaan sehari

hari-hari membatasi kemampuan penulis untuk mempersiapkan suatu naskah yang dapat

memenuhi kebutuhan dan harapan yang diuraikan diatas secara sungguh-sungguh.

Buku ini memakai cara pendekatan terhadap hukum internasional yang penulis

pergunakan juga dibidang hukum lainnya dan terhadap masalah hukum pada umumnya, yang
tidak semata-mata melihat hukum sebagai suatu perangkat kaidan dan asas-asas melainkan

memepertautkannya dengan lembaga-lembaga (institusions) dan proses-proses yang

mewujudkan kaidah-kaidah tersebut dalam kenyataan. Cara pendekatan demikian demikian

dengan sendirinya selain mengkaji kaidah hukum secara analitis memperhatikan pula segi-

segi sosiologis, politik dan budaya dari persoalan.

Pandangan Indonesia terhadap masalah hukum internasional diperoleh penulis karena

kurang ledih dua puluh tahun sudah bernasib baik mendapat kesempatan (turut)

memperjuangkan kepentingan Indonesia yang menyangkut bidang hukum ini.

Karena hal-hal diatas, buku Pengantar Hukum Internasional ini agak lain dari pada buku-buku

serupa dalam bahasa asing atau saduran-saduran yang hingga kini masih dipakai dalam

pegajaran hukum internasional di Indonesia.

Buku yang terbit ini membahasa pengertian dasar dan maslah-masalah pokok yang

diperlukan sebagai suatu pengantar (umum) dalam bidang hukum internasional. Berbeda

dengan penerbitan pertama kedalam penerbitan baru ini ditambahkan satu bab baru mengenai

wilayah negara. Oleh karena kebutuhan yang mendesak tersebut bab tambahah ini masih jauh

dari sempurna. Bagian mengenai hukum Udara dan ruang angkasa misalnya masih belum

disertakan pada saat ini, sedangkan bagian mengenai hukum laut dicantumkan hanya garis-

garis besarnya saja.

Untuk menciptakan Negara yang memiliki kesejahteraan, kedamaian dan terciptanya

tatanan sosial yang baik pastilah membutuhkan hukum dalam pelaksanaannya. Hukum itu

memberikan batasan-batasan agar subyek hukum itu tidak keluar dari aturan hukum yang

berlaku.

Berbicara tentang hukum tak lepas dari pemegang hak dan kewajiban yaitu subyek

hukum. Seperti halnya hukum nasional, hukum internasional pun mengenal individu dan

badan hukum sebagai subyek hukum. Namun semakin bertambahnya zaman banyak muncul

subyek hukum internasional seperti Negara, Organisasi Internasional, Palang Merah


Internasional, Vatikan, Individu, NGO, Perusahaan transnasional atau multinasional.

Munculnya organisasi-organisasi dan pribadi-pribadi hukum internasional yang secara aktif

terlibat dalam hubungan internasional menjadikan hubungan itu mulai ada pergeseran maka

dibutuhkan suatu kaidah dan prinsip hukum internasional untuk mengatur hubungan antar

organisasi internasional itu sendiri. Selanjutnya ketika ada permasalahan dari subyek hukum

yaitu Negara dalam hal kekuasaan wilayah, maka aturan internasionallah yang menjadi

penengah penyelesaian seperti dalam konverensi hukum laut di Jenewa yang sudah

diratifikasi oleh banyak Negara di dunia. Dalam hal batas wilayah, suatu Negara harus

berpedoman pada aturan yang ada dalam ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif).

D. Penutup

Permasalahan-permasalahan yang muncul mengenai hukum internasional tidak akan

pernah berhenti sampai sini saja. Pembahasan hukum internasional dalam buku ini masih

dapat dijadikan sebagai sebuah bahan bacaan dan sebuah wawasan bagi pembaca karena

masih sesuai sesuai dengan perkembangan zaman sekarang ini. Selain itu adanya pendahuluan

pada setiap bab sebagai pengantar awal materi memberikan nuansa penasaran bagi pembaca

untuk terus memperdalam dan menggali lebih dalam tentang hukum internasional itu sendiri.

Kemudian penjelasan dalam bab satu ke bab lainnya berhubungan sehinga pembaca tidak

salah dalam penafsirannya. Perlu diketahui pula bahwa buku karangan Mochtar

Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes ini juga mempunyai kekurangan seperti dalam pemilihan

kata dan gaya bahasanya yang tidak sesuai dengan kamus besar Indonesia dan EYD karena

masih banyak yang menggunakan kata-kata yang sudah tidak sesuai untuk digunakan dalam

menyusun kalimat.
Gambar buku:

Anda mungkin juga menyukai