Anda di halaman 1dari 7

NAMA : LINDA INTANIA

NIM : 1810104032
MK : HUKUM INTERNASIONAL
PRODI/RUANG : HUKUM EKONOMI SYARIAH/ 16 (18171)
DOSEN PENGAMPU : Dr. RR Rina Antasari, S.H., M.Hum

SOAL
1. Jelaskan ruang lingkup Hukum Internasional dari sudut subjek Hukum Internasional dan asas
Hukum Internasional ?
2. Jelaskan secara lengkap hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional? Beri
contoh dalam tindakan.
3. Buk Tina adalah seorang tenaga kerja indonesia yang bekerja di Negara Asing. Pada suatu
ketika Buk Tina terlibat perkelahian besar dengan teman sejawat yang sama warga negara
Indonesia. Dengan perkelahian tersebut menimbulkan juga kerugian kerusakan beberapa alat
kantor. Pertanyaan : Hukum manakah yang dapat diberlakukan dalam penyelesaian kasus
tersebut diatas. Beri penjelasan dengan argument yang kuat.
JAWAB
1. Hukum Internasional ada dua pengertian yaitu :
a. Dalam lingkup Perdata : maka pengertiannya adalah hukum yang mengatur dari hukum
negara lain dalam hubungan internasional.
b. Dalam lingkup Hukum Publik : disebut juga hukum antar negara yakni hukum yang
mengatur hubungan antar negara satu dan negara lain dalam hubungan hukum
internasional.
Perkembangan Hukum Internasional antara lain di Italia pada abad 16-18M dengan adanya
city-state semakin mengemuka dengan adanya perjanjian Westphalia tahun 1648 yang
melahirkan konsep negara modern, tokohnya antara lain : Hugo Grotius,dan lain- lain.
Sumber hukum internasional yaitu: a) traktat ( international convention ); b) kebiasaan-
kebiasaan internasional ( international customary law)yang diakui sebagai hukum; c) asas
hukum umum (general principles of law ) yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab ( civilized
nations ); d) Yurisprudensi Internasional ; e) Dokrin.
Dasar berlakunya Hukum Internasional:
1) asas pacta sunt servanda: asas bahwa setiap perjanjian yang disepakati para pihak harus
ditaati dengan itikad baik,
2) asas primat hukum internasional: bahwa hukum internasional berderajat lebih tinggi
daripada hukum nasional.
Subyek Hukum Internasional:
1) Negara yang berdaulat dan merdeka;
2) Gabungan negara-negara misalnya schengen ( di Jerman ) tempat perjanjian negara-
negara Uni Eropa.
3) Organisasi-organisasi negara misalnya PBB
4) Tahta suci (holy see- vatican)
5) Manusia sebagai subyek hukum internasional
Isi Hukum Internasional dalam Waktu terdiri atas hukum dalam masa damai dan masa
peperangan/ konflik bersenjata ( humanitarian law )
Lingkup Hukum Internasional:
1) Aturan tentang batas-batas negara
2) Aturan tentang organisasi-organisasi yang bertindak sebagai wakil-wakil negara misalnya
kepala negara,duta,konsul,dsb.
3) Aturan tentang terjadinya,bekerjanya dan hapusnya traktat.
4) Aturan tentang akibat-akibat perbuatan yang melanggar hukum internasional.
5) Aturan tentang kepentingan bersama dalam lapangan ekonomi,sosial,budaya,politik,dsb.
6) Aturan tentang cara-cara memecahkan persoalan.
Asas-asas Hukum Internasional
1) Asas Teritorial
Merupakan asas yang berdasar pada kekuasaan suatu negara atas daerah atau
wilayahnya.suatu negara bisa melaksanakan hukum bagi setiap orang ataupun barang yang
berada diwilayahnya. Tetapi untuk setiap orang atau barang yang berada diwilayahnya akan
diberlakukan hukum asing atau hukum penuh skala internasional.
2) Asas Kebangsaan
Merupakan asas diberlakukan oleh negara untuk setiap warga negaranya.Artinya bagi setiap
warga negara,dimanapun keberadaannya seperti di negara asing,akan tetap mendapatkan
perlakuan hukum yang berlaku di negara asalnya.
3) Asas Kepentingan Umum
Merupakan asas yang didasarkan pada kewenangan negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan masyarakat,dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan
semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum ,jadi hukum tersebut
tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
4) Pacta Sunt Servanda
Asas hukum yang meyatakan bahwa setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para
pihak yang melakukan perjanjian. Ini terdapat pada pasal 26 konvensi WINA tahun 1969.
5) Equality Right
Yaitu negara yang memiliki hubungan atau yang saling mengadakan hubungan itu memiliki
kedudukan yang sama dibawah hukum.
2. Hubungan Hukum Nasional dan Hukum Internasional di bagi menjadi dua,yaitu :
1) Aliran dualisme
Aliran dualisme pernah sangat berpengaruh di Jerman dan Italia. Pemuka-pemuka aliran-
aliran ini yang paling utama ialah Triepel, seorang pemuka aliran positivisme dari Italia yang
menulis buku “cosio dirrito internazinale” (1923). Menurut paham dualisme ini yang bersumber
pada teori bahwa daya ikat hukum intermasional bersumberkan pada kemauan negara, maka
hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistim atau perangkat hukum yang
terpisah satu dari yang lainnya. Hal itu disebabkan karena : (1) kedua perangkat hukum tersebut
yakni hukum nasional dan hukum internasional mempunyai sumber-sumber yang berlainan,
hukum nasional bersumberkan pada kemauan negara sedangkan hukum internasional
berdasarkan pada kemauan bersama dari masyarakat negara, (2) kedua perangkat hukum itu
berlainan subyek hukumnya. Subyek hukum dari pada hukum nasional adalah orang perorangan
baik didalam apa yang dinamakan hukum perdata maupun hukum publik, sedangkan subyek dari
pada hukum internansional adalah negara, (3) sebagai tata hukum, hukum internasional dan
hukum nasional menampakkan pula perbedaan didalam strukturnya. Lembaga-lembaga yang
diperlukan untuk melaksanakan hukum didalam kenyataanya seperti mahkamah dan organ-organ
eksekutif hanya ada didalam bentuk yang sempurna dalam lingkungan hukum nasional. Alasan
lain yang digunakan sebagai argumentasi yang didasarkan atas kenyataan bahwa daya laku atau
keabsahan kaedah-kaedah hukum nasional tidak terpengaruh oleh bertentangannya dengan
hukum internasional. Dengan kata lain ketentuan-ketentuan hukum nasional berlaku efektif
sekalipun bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum internasional. Akan tetapi Alasan-
alasan tersebut mempunyai kelemahan, hal ini dikembalikan pada kelemahan teori dasar
dualisme itu sendiri yang menyebutkan bahwa sumber segala hukum adalah kemauan negara.
Karena sumber hukum nasional itu sukar dikembalikan kepada kemauan negara. Hukum
menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja ada dan berlaku karena dibutuhkan oleh kehidupan
manusia yang beradab. Tanpa hukum kehidupan yang teratur tidak mungkin. Hal yang sama
berlaku pula bagi masyarakat internasionalAlasan yang didasarkan atas berlainnanya subyek
hukum dari pada hukum nasional dan hukum internasional juga kurang meyakinkan. Kebenaran
argumentasi kaum dualis ini dibantah oleh kenyataan bahwa didalam suatu lingkungan hukum,
katakanlah hukum nasionalpun dapat saja terjadi bahwa subyek hukum itu berlain-lainan.
Karenanya didalam hukum nasional ada pembagian antara hukum perdata dan hukum publik.
Sebaliknya tidak pula benar untuk mengatakan bahwa subyek hukum internasional adalah negara
karena perkembngan ahir-akhir ini menunjukkan bahwa individu atau orang peroranganpun bisa
menjadi subyek hukum internasional. Argument kaum dualis yang didasarkan atas berbedanya
struktur hukum nasional dan hukum internasional juga kurang tepat karena disini letak perbedaan
tidaklah bersumber pada perbedaan yang hakiki atau azazi (prinsipiil) melainkan perbedaan yang
gradual. Dengan perkataan lain apa yang dinamakan perbedaan strukturil itu hanya merupakan
bentuk perwujudan atau gejala saja dari pada taraf integrasi yang berlainan dari pada masyarakat
nasional dan internasional. Sebagai bentuk masyarakat, masyarakat nasional telah mencapai taraf
perkembangan yang lebih tinggi. Dengan sendirinya bentuk-bentuk organisasinya pun lebih
berkembang dan sempurna bentuknya.
Keberatan terbesar terhadap teori dualisme adalah pemisahan mutlak antara hukum nasional
dengan hukum internasional tidak dapat menerangkan dengan cara memuaskan kenyataan bahwa
dalam praktek sering sekali hukum nasional itu tunduk pada atau sesuai dengan hukum
internasional. Kenyataan bahwa adakalanya hukum nasional bertentangan dengan hukum
internasional, bukan merupakan bukti dari pada perbedaan strukturil seperti dikatakan kaum
dualis, melainkan hanya bukti dari pada kurang efektinya hukum internasional.
2) Aliran monisme
Dalam pemikiran ini hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua bagian dari
satu kesatuan yang lebih besar yaitu hukum yang mengatur kehidupan manusia. Akibat dari pada
pandangan monisme ini adalah bahwa antara antara dua perangkat ketentuan hukum ini mungkin
ada hubungan hierarki. Persoalan hierarki antara hukum nasional dan hukum internasional inilah
yang melahirkan beberapa sudut pandangan yang berbeda dalam aliran monisme mengenai
masalah hukum manakah yang utama dalam hubungan antara hukum nasional dengan hukum
internasional ini.
Ada fihak yang menganggap bahwa hubungan antara hukum nasional dan hukum
internasional yang utama adalah hukum nasional. Faham ini adalah faham minisme dengan
primat hukum nasional. Faham yang lain berpendapat bahwa dalam hubungan antara hukum
nasional dengan hukum internasional yang utama adalah hukum internasioanal. Pandangan ini
disebut faham monisme dengan primat hukum internasional. Menurut teori monisme kedua-
duanya mungkin.
Didalam pandangan monisme dengan pandangan nasional maka hukum internasional itu
tidak lain dari pada merupakan lanjutan dari pada hukum nasional belaka, atau tidak lain dari
pada hukum nasional untuk urusan-urusan luar negri, atau auszeres staatrecht. Aliran ini pernah
kuat di Jerman dengan adanya apa yang dinamakan dengan madzhab bonn, (antara lain max
menzel). Pandangan yang melihat kesatuan antara hukum nasional dan hukum internasional
dengan primat hukum nasional ini pada hakikatnya menganggap bahwa hukum internasional itu
bersumberkan pada hukum nasional.
Contohnya adalah hukum kebiasaan yang tumbuh dari praktik negara-negara. Karena HI
berasal atau bersumber dari HN maka HN kedudukannya lebih tinggi dari HI sehingga bila ada
konflik HN lah yang diutamakan. Meskipun aliran ini mengandung kebenaran fakta bahwa
memang banyak aturan HI berasal dari praktik negara-negara, tetapi bila aliran ini diikuti akan
berbahaya bagi pelaksanaan hubungan internasional. Untuk apa ada HI apabila setiap konflik HN
yang diutamakan? Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aliran monisme primat HN tidak
mengakui eksistensi HI. Bisa diduga, akan terjadi anarki dimana-mana bila aliran ini diikuti.[9]
Alasan utama dari pada anggapan ini adalah : (1) bahwa tidak ada organisasi diatas negara-
negara yang mengatur kehidupan negara-negara didunia ini; (2) dasar dari pada hukum
internasional yang mengatur hubungan internasional adalah terletak didalam wewenang negara
untuk mengadakan perjanjian-perjanjian internasional, jadi wewenang konstitusionil.
Faham monisme dengan primat hukum nasional ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu :
1) Faham ini terlalu memandang hukum itu sebagai hukum yang tertulis semata-mata
sehingga sebagai hukum internasional dianggap hanya hukum yang bersumberkan
perjanjian internasional, suatu hal yang sebagaimana diketahui tidak benar.
2) Pada hakekatnya pendirian dari pada faham kaum monisme dengan primat hukum
nasional ini merupakan penyangkalan dari pada adanya hukum internasional yang
mengikat negara-negara. Sebabnya adalah apabila terikatnya negara-negara kepada
hukum internasional digantungkan kepada hukum nasional, hal ini sama dengan
menggantungkan berlakunya hukum internasional itu kemauan negara itu sendiri.
keterikatan itu dapat ditiadakan apabila negara mengatakan tidak ingin lagi terikat pada
hukum internasional. Dalam hal ini faham penganut monisme dengan primat hukum
nasional tidak jauh berbeda dalam kesimpulan-kesimpulannya dari faham atau aliran
dualisme.
3. Menurut pendapat saya,terhadap kasus diatas Buk Tina dan teman sejawatnya yang
merupakan warga negara indonesia sebagai Subjek Hukum (pelaku perkelahian),tempat
terjadinya suatu perbuatan hukum yaitu di negara asing yang menimbulkan kerusakan alat
kantor tempat mereka bekerja.jadi dapat di simpulkan bahwa kasus Buk Tina dan Teman
Sejawatnya dapat berlakukan sesuai dengan asas kebangsaan,dimana menurut asas
kebangsaan, Undang-undang Pidana suatu negara tetap dapat diberlakukan terhadap warga
negaranya dimanapun mereka itu berada, bahkan juga seandainya mereka itu berada di luar
negeri. Asas kebangsaan ini dianut oleh Undang-undang pidana kita, dimana terdapat dalam
Pasal 5 KUHP yang berbunyi :
1) Ketentuan-ketentuan pidana menurut Undang-undang Indonesia itu dapat diberlakukan
terhadap Warga Negara Indonesia yang di luar negara Indonesia telah bersalah:
a. Melakukan salah satu kejahatan seperti yang dirumuskan dalam Bab-bab ke-I dan ke-
II Buku ke-II dan dalam Pasal 160,161,240,279,450 dan Pasal 451 KUHP;
b. Melakukan suatu tindak pidana yang oleh ketentuan-ketentuan pidana menurut
Undang-undang Indonesia telah dianggap sebagai suatu kejahatan, dan oleh undang-
undang negara dimana tindak pidana tersebut dilakukan, diancam dengan hukuman.
Dari rumusan Pasal 5 KUHP diatas dapat kita ketahui bahwa undang-undang pidana
Indonesia dapat diberlakukan terhadap Warga Negara yang melakukan tindak pidana diluar
negeri,jadi untuk kasus Buk Tina dan teman sejawatnya bisa dihukum negara asalnya yaitu
indonesia sesuai dengan asas kebangsaan dan Pasal-pasal yang terdapat di KUHP Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai