Anda di halaman 1dari 7

RESUME DAN LAPORAN PERKULIAHAN PERTEMUAN 1 - 10

MATA KULIAH HUKUM INTERNASIONAL


Dosen Pengampu : Dr. Dede Kania, S.H.I, M.H

Nama : Alhaya Nur’azizah


NIM : 1203030013
Kelas : 5A
Prodi/Jurusan : Hukum Tata Negara

Sejarah dan Pengertian Hukum Internasional


Istilah Hukum Internasional dalam pembahasannya meliputi ruang public yang mana
dapat dibedakan dari prospek hukum perdata internasional yang memiliki arti atas
keseluruhan asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan perdata antar lintas batas
negara. Selanjutnya dan hukum internasional dikenal dengan istilah Hukum
Internasional Publik yang memiliki arti keseluruhan asas serta kaidah yang mengatur
persoalan lintas batas negara yang bukan bersifat perdata.
Menurut Prof Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H hukum internasional merupakan
keseluruhan antara kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau bersoalan yang
melintasi Batasan negara dengan negara lain dan negara dengan subjek hukum lain yang
bukan negara atau subjek huum yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Selain istilah hukum internasional ada juga yang mempergunakan istilah hukum
bangsa-bangsa, hukum antarnegara untuk ruang lingkup itu sendiri. Hukum bangsa-
bangsa dipergunakan untuk menunjukan aturan serta kebiasaan hukum yang berlaku
pada masa kerajaan. Sedangkan istilah hukum antarnegara dipergunakan untuk
menujukan adanya kompleks asas serta kaidah yang mengatur anatara masyarakat dan
negaranya sejak masa modern yang dikenal sebagai negara nasional (nation state)

PERTEMUAN 1
Sumber Hukum Internasional (sumber : Perjanjian internasional dan dan
mahkamah konstitusi indeonesia dalam ruang perdebatan, indra wijaya, : media nusa
creative malang 2015, hal 57)
Dalam kajian ilmu hukum khusunya hukum internasional istilah “sumber
hukum” atau “source of law” masih dinggap sebagai istilah yang ambigu. Istilah
“sumber” itu sendiri yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris “source”.
Mengacu pada makna harfiah tersebut pembahasan mengenai sumber hukum tidak lain
membahas mengenai tempat lahir atau asal muasal terbentuknya hukum. Pada
umumnya sumber hukum internasional merujuk pada Pasal 38 Statuta Mahkamah
Internasional. Diantaranya adalah perjanjian internasional, hukum kebiasaan
internasional, prinsip-prinsip hukum umum, putusan pengadilan, dan pendapat para
sarjana.
Perjanjian internasional adalah suatu persetujuan yang dibuat antar negara
dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, entah berwujud intsrumen
tunggal atau dua atau lebih dan apapun sebutannya. Perjanjian internasional: sumber
hukum utama atau primer dari hukum internasional, baik berbentuk: law making treaty
(perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan hukum internasional yang berlaku
umum) misalnya: Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik - treaty contract
(perjanjian internasional yang menetapkan ketentuan hukum kebiasaan internasional
yang berlaku bagi dua pihak atau lebih dan membuatnya berlaku khusus bagi pihak-
pihak tersebut).
Kebiasaan internasional menurut brownlie adalah praktik-praktik umum yang
di praktikan dalam hubungan internasional tetapi tidak merefleksikan kewajiban
hukum. Sedangkan menurut akehurts’s, bahwa kebiasaan untuk menjadi hukum
kebiasaan harus memenuhi 2 unsur, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur
objektif adalah adanya suatu praktik umum dan unsur subjektif adalah diterima sebagai
hukum dan mengikat.
Keputusan pengadilan dan doktrin dapat dgunakan untuk memperkuat atau
membuktikan tentang kaidah hukum internasional yang didasarkan pada sumber utama
diatas, yaitu perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan asas hukum umum.
Keputusan pengadilan walau dinyatakan dalam pasal 38 sebagai alat tambahan dalam
kenyataanya hanya mengikat para pihak yang telah memberikan persetujuannya.
Putusan pengadilan yang di maksud dalam pasal 38 ayat (1) sub (d).

PERTEMUAN 2
Subjek – Subjek Hukum Intermasional
Subjek hukum adalah semua entitas yang dimiliki dan dapat melaksanakan hak dan
kewajiban yang diatur menurut hukum internasional.
Subjek hukum internasional :
1. Negara
Menurut konvensi montevideo 1949, mengenai hak dan kewajiban negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum
internasional :
1) Penduduk yang tetap
2) Wilayah tertentu
3) Pemerintahan
4) Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
2. Tahta suci vatikan
Di akui sebagai subjek hukum internasional berdasrkan traktat lateran tanggal
11 Februari 1929 antara pemerintah italia dan tahta suci vatikan atas penyerahan
sebidang tanah di Roma.
3. Palang merah internasional
4. Organisasi internasional
5. Orang perorangan (individu)
6. Pemberontak dan pihak dalam sengketa.
PERTEMUAN 3
Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Hukum Internasional merupakan bagian dari hukum pada umumnya. diantaranya
yang paling penting ialah ketentuan hukum yang mengatur kehidupan manusia dalam
lingkungan kebangsaannya masing-masing yang dikenal dengan Hukum Nasional.
Teori monoisme : didasarkan atas pemikiran kesatuan dari seluruh hukum yang
mengatur hidup manusia. Dari pemahaman teori ini hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua bagian dari satu kesatuan yang lebih besar yaitu hukum yang
mengatur kehidupan manusia.
Teori dualisme : Aliran ini menganggap bahwa hukum nasional dan hukum
internasional adalah dua sistem hukum yang berbeda.
PERBEDAAN SISTEM HI DAN HN MENURUT ALIRAN DUALISME
Indikator Hukum Nasional Hukum Internasional
Subjek Hukum Individu Negara
Sumber Hukum Kehendak negara masing- Kehendak bersama negara
masing
Prinsip Dasar Prinsip dasar/norma dasar Perjanjian mengikat
dari konstitusi negara.

PERTEMUAN 4
Negara sebagai Subjek Hukum Internasional
Menurut plato munculnya negara karena adanya hubungan timbal balik dan saling
membutuhkan antara sesama manusia. Plato juga mengatakan bahwa, negara ideal
menganut prinsip mementingkan kebajikan (virtue). Kebajikan menurut Plato adalah
pengetahuan. Apapun yang dilakukan atas nama negara haruslah dimaksudkan untuk
mencapai kebajikan itu. Lahirnya Negara dilatarbelakangi oleh konsep nature and
nurture ( sifat alami dan kehidupan/ pengalaman manusia.
Syarat – syarat negara dalam hukum internasional :
1) Penduduk yang tetap
2) Wilayah tertentu
3) Pemerintahan
4) Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Definisi pengakuan negara (Recognation)
Huala Adolf mengatakan bahwa pengakuan merupakan suatu tindakan politis suatu
negara baru sebagai subjek HI yang melahirkan akibat hukum tertentu.
PERTEMUAN 5
Kedaulatan Teritorial
Kedaulatan Teritorial meliputi :
1) Wilayah daratan
Bagian wilayah yang kering dari sungai dan danau. Wilayah daratan dapat
merupakan daratan awal suatu negara atau wilayah tambahan negara tersebut.
2) Wilayah laut
Lautan teritorial, perairan pedalaman, zona tambahan, landasan kontinen, zona
ekonomi eksklusif, laut lepas, dan dasar laut samudera.
3) Wilayah udara
4) Wilayah luar angkasa
Terdapat prinsip yang berlaku atas ruang angkasa yang dijabarkan dalam traktat
luar angkasa. Dasar hukum tersebut ditanda tangani pada tanggal 27 Januari
1967 dan berlaku sejak oktober 1967.
Pengaturan wilayah negara untuk Indonesia sendiri diatur dalam UU No. 43 Tahun
2008, dan juga menetapkan bahwa wilayah negara Indonesia itu meliputi darat,
perairan, dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara diatasnya, termasuk
sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.
PERTEMUAN 6
Yurisdiksi Negara Dalam Hukum Internasional
1. Istilah dan pengertian Yurisdiksi dalam Hukum Internasional
Kata yurisdiksi berasal dari kata yurisdictio. Yuris berarti kepunyaan hukum atau
kepunyaan menurut hukum. Adapun dictio berarti ucapan, sabda atau sebutan.
Menurut Shaw, yurisdiksi adalah kompetensi atau kekuasaan hukum negara
terhadap orang, benda dan peristiwa hukum. Yurisdiksi merupakan refleksi dari
prinsip dasar kedaulatan negara, persamaan derajat negara dan prinsip non
intervensi.
2. Macam – macam yursidiksi negara
1) Berdasarkan objeknya
- Yurisdiksi personal
- Yurisdiksi kebendaan
- Yurisdiksi kriminal
- Yurisdiksi perdata
- Yurisdiksi eksklusif
2) Berdasarkan ruang atau tempat
- Yurisdiksi teritorial
- Yurisdiksi quasi teritorial
- Yurisdiksi ekstra teritorial
- Yurisdiksi universal
- Yurisdiksi eksklusif
3. Prinsip yurisdiksi dalam hukum internasional
1) Prinsip yurisdiksi teritorial
2) Prinsip teritorial objektif
3) Prinsip teritorial subjektif
4) Prinsip nasional aktif
5) Prinsip nasionalitas pasif
6) Prinsip universal
7) Prinsip perlindungan
PERTEMUAN 7
Tanggung Jawab Negara Dalam Hukum Internasional
Hukum Internasional klasik
Pendapat mengenai negara dalam pertanggung jawabannya terhadap masalah-
masalah internasional sudah diperdebatkan sejak lama seperti contohnya 2 ahli yang
meperdebatkan ini yaitu, Dionisio Anzilloti dan Roberto Ago keduanya adalah pakar
hukum dari Italia.
Perkembangan Hukum Tanggung Jawab
PBB akhirnya berhasil mengeluarkan The basel Convetion on the control of
Transboundary Movement of Hazardous Wastes and Their disposal. Konvensi ini
menyatakan tanggung jawab negara bukan hanya sebatas di teritorialnya saja.
Menghasilkan perjanjian internasional antara masyarakat Eropa yang merlarang
ekspor limbah berbahaya antara negara-negara dari kedua benua.
Pembatasan :
1) Pertanggung Jawaban Negara Timbul dalam hal negara itu merugikan negara
lain.
2) Pertanggung Jawaban Negara dibatasi pada pertanggungjawaban atas
perbuatan yang melanggar hukum internasional.

PERTEMUAN 8
Hukum Humaniter
Hukum humaniter sebagai cabang hukum internasional publik. Hukum humaniter
dapat diartikan sebagai aturan-aturan internasional yang dibentuk oleh perjanjian
internasional atau kebiasaan, yang secara spesifik diharapkan untuk mengatasi
problem-problem kemanusiaan yang muncul secara langsung dari sengketa-sengketa
bersenjata internasional maupun non internasional.
Subjek hukum humaniter yaitu berupa pemilik hak-hak dan kewajiban dalam hukum
humaniter internasional apakah yang terdapat dalam konvensi jenewa. Untuk
melindungi personil militer yang tidak ikut mengambil bagian dalam pertempuran dan
orang -orang yang tidak terlibat dalam peperangan.
Asas – asas hukum humaniter :
a. Asas kepentingan militer (millitery necessinty)
b. Asas perikemanusiaan (humanity)
c. Asas kesatriaan (chivaly)
PERTEMUAN 9
Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
Sumber hukum internasional sebagaimana tercantum dalam pasal 38 ayat (1) piagam
mahkamah internasional terdiri dari 3 sumber utama dan sumber tambahan seperti :
a. Hukum perjanjian internasional
Dibuat oleh anggota masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara,
baik yang bersifat umum maupun khusus, membentuk aturan yang secara tegas
diakui oleh masyarakat.
b. Hukum kebiasaan internasional
c. Prinsip hukum umum
d. Putusan hakim
e. Ajaran para ahli hukum internasional.
PERTEMUAN 10
Penyelesaian Sengketa Dalam Hukum Internasional
Menurut Mahkamah Internasional, Sengketa Internasional merupakan situasi ketika
dua negara memiliki pandangan yang bertentangan mengenai dilaksanakan atau
tidak nya kewajibankewajiban yang terdapat dalam perjanjian. Sengketa
Internasional terjadi apabila perselisihan tersebut melibatkan pemerintah, Lembaga
juristic person (badan hukum) atau individu.
Macam – macam Sengketa :
- Sengketa Hukum (legal or judicial disputes) adalah sengketa dimana suatu
negara mendasarkan sengketa atau tuntutan atas ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hokum
Internasional.
- Sengketa Politik (political or nonjusticiable disputes) adalah sengketa ketika
suatu negara mendasarkan tuntutan tidak atas pertimbangan yuridiksi
melainkan atas dasar politik atau kepentingan lainnya. Sengketa yang tidak
bersifat hokum ini penyelesaiannya dilakukan secara politik.
Penyelesaian sengketa secara hukum PBB :
PBB memiliki fungsi menghimpun negara untuk bersama-sama menciptakan dan
mendorong penyelesaian sengketa Internasional terutama untuk negaranegara
anggotanya. Landasan PBB untuk memelihara perdamaian dan keamanan
Internasional salah satunya untuk menyelesaikan sengketa secara damai. Dalam
Piagam PBB pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa untuk memelihara perdamaian dan
keamanan Internasional dengan mengadakan tindakan-tindakan bersama secara
efektif untuk mencegah dan melenyapkan ancaman-ancaman terhadap pelanggaran-
pelanggaran perdamaian; dan akan menyelesaikan dengan jalan damai serta sesuai
dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum Internasional, mencari penyesuaian atau
penyelesaian pertikaian-pertikaian Internasional atau keadaan-keadaan yang dapat
mengganggu perdamaian.
Penyelesaian Sengketa secara Damai :
Jalur Politik (Diplomatik) : Negosiasi, Jasa-Jasa Baik (Good Offices), Mediasi,
Pencarian fakta (Fact Finding / Enquiry), Konsiliasi (conliation).
Jalur Hukum : Arbitrase, dan Pengadilan

Anda mungkin juga menyukai