Anda di halaman 1dari 6

Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

PERTEMUAN 16
HUKUM INTERNASIONAL

A. TUJUAN PERKULIAHAN
Setelah menyelesaikan pertemuan ke-16 Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan
menjelaskan Hukum Internasional

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Hukum Internasional


Pada dasarnya yang dimaksud dengan hukum internasional dalam pembahasan ini
adalah hukum internasional publik, karena dalam penerapannya hukum internasional terbagi
menjadi dua yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional. Hukum
internasional publik adalah semua hukum dan prinsip yang mengatur hubungan atau hal-hal
yang melintasi batas negara yang tidak bersifat perdata. Istilah hukum internasional kebantakan
hanya digunakan dalam arti “Hukum Internasional Publik”. “Dimana selain itupun hukum
internasional public itu bertugas mengatur hubungan hukum yang terjadi antar Negara dan
organisasi antar Negara dalam kaitannta dengan ketentraman hidup bernegara. Akan tetapi
hubungan hukum yang terjadi antara seseorang dan orang lain yang berlainan warga
negaranya dalam ebuah negra yang berkenaan dengan keperdataan, seolah-olah tidak menjadi
tanggung jawab dari aturan hukum terjadiinya peristiwa hukum keperdataan itu 1 Sedangkan
hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur
hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum
perdata yang berbeda”2. Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai
definisi dari hukum internasional, antara lain yang dikemukakan oleh Grotius dalam bukunya De
Jure Belli ac Pacis (Perihal Perang dan Damai). Menurutnya “hukum dan hubungan
internasional didasarkan pada kemauan bebas dan persetujuan beberapa atau semua negara.
Ini ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang menyatakan diri di dalamnya ”.
Sedang menurut Akehurst : “hukum internasional adalah sistem hukum yang di bentuk dari
hubungan antara negara-negara” Definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar
hukum terkenal di masa lalu, termasuk Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai
satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya.

Salah satu definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh ahli hukum
internasional adalah definisi yang dibuat oleh Charles Cheny Hyde : “hukum internasional
dapat diidefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-

1
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia (Edisi Revisi), Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005, hal. 213.
2
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum – Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup
Berlakunya Ilmu Hukum (Buku 1), P.T. Alumni, Bandung, 1999.

Pengantar Hukum Indonesia 1


Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu
juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta
yang juga mencakup :

a. Organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan


lainnya, hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-
fungsi lembaga atau antara organisasi internasional dengan negara atau negara-
negara ; dan hubungan antara organisasi internasional dengan individu atau
individu-individu ;

b. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan


subyek-subyek hukum bukan negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan
kewajiban-kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara tersebut
bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional”3.

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja mengartikan


“hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara
dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek hukum
bukan negara satu sama lain”.4 Berdasarkan definisi di atas, secara sekilas diperoleh
gambaran tentang ruang lingkup dan substansi hukum internasional, yang meliputi unsur-
unsur subjek atau aktor, hubungan hukum antara subjek atau aktor, serta hal atau objek
yang tercakup di dalamnya. regulasi, serta prinsip dan aturan atau regulasi hukum. Adapun
mengenai mata pelajaran hukum, ternyata negara bukan lagi satu-satunya subyek hukum
internasional, sebagaimana pandangan yang berlaku di kalangan ulama sebelumnya.

2. Sejarah dan Perkembangan Hukum Internasional


Padahal, hukum internasional sudah lama dikenal, yakni di Roma kuno. Bangsa Romawi
Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu Ius Ceville dan Ius Gentium, Ius Ceville adalah hukum
nasional yang diterapkan pada masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan
Ius gentium adalah hukum yang diterapkan pada orang asing, yang bukan warga negara
Romawi. Menurut para naturalis, asas-asas hukum dalam semua sistem hukum tidak berasal
dari buatan manusia, tetapi bersumber dari asas-asas yang bersifat universal, abadi dan dapat
ditemukan akal sehat. Hukum harus dicari, bukan dibuat. Para naturalis mendasarkan prinsip-
prinsipnya atas dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran Tuhan. Tokoh terkenal dari
kelompok ini adalah Hugo de Groot atau Grotius, Francisco de Vittoria, Francisco Suarez dan
Alberico Gentillis. Sedangkan menurut kelompok positivis, hukum yang mengatur hubungan
antar negara adalah prinsip yang dibuat oleh negara dan atas kemauannya sendiri. Dasar
hukum internasional adalah kesepakatan bersama antar negara sebagaimana diatur dalam

3
Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: CV. Mandar Maju, 2003. Hal. 4.
4
Op Cit, Mochtar Kusumaatmadja, hal 2.

Pengantar Hukum Indonesia 2


Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

perjanjian dan kebiasaan internasional. Sebagaimana dikemukakan oleh Jean-Jacques


Rousseau dalam bukunya Du Contract Social, La loi c'est l'expression de la Volonte Generale,
bahwa hukum adalah pernyataan kehendak kolektif.
Tokoh lain yang menganut aliran Positivis ini, “antara lain Cornelius van Bynkershoek,
Prof. Ricard Zouche dan Emerich de Vattel. Pada abad XIX, hukum internasional berkembang
dengan cepat, karena adanya faktor-faktor penunjang, antara lain : (1) Setelah Kongres Wina
1815, negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip-prinsip hukum
internasional dalam hubungannya satu sama lain, (2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian
(law-making treaties) di bidang perang, netralitas, peradilan dan arbitrase, (3). Berkembangnya
perundingan-perundingan multilateral yang juga melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baru.
Di abad XX, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena
dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: (1). Banyaknya negara-negara baru yang lahir
sebagai akibat dekolonisasi dan meningkatnya hubungan antar negara, (2). Kemajuan pesat
teknologi dan ilmu pengetahuan yang mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru
yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang, (3). Banyaknya perjanjian-
perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat global, (4).
Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan
berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang”.5
3. Asas-Asas Hukum Internasional

Asas-asas yang berlaku dalam hukum internasional, adalah :

a. Asas Teritorial, Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan
semua barang yang berada dalam wilayahnya.
b. Asas Kebangsaan, menurut asas ini setap warganegara dimanapun dia berada, tetap
mendapat perlakuan hukum dari nearanya. asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial,
artinya hukum negara tetap berlaku bagi seorang warganegara walaupun ia berada di
negara lain.
c. Asa Kepentingan Umum, menurut asas ini negara dapat menyesuaikan diri dengan
dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan
umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

Selain dalam penerapan subjek yang terdapat di dalam Hukum Internasional yang dijadikan
sebagai acuan dalam proses penerapan dari keberlangsungan hukum terdiri dari :

a. Negara
b. Individu
c. Tahta Suci / vatican
d. Palang Merah Internasional

5
Ibid, 7.

Pengantar Hukum Indonesia 3


Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

e. Organisasi Internasional

Sebagian Ahli mengatakan bahwa pemberontak pun termasuk bagian dari subjek hukum
internasional. Adapun sumber Hukum Internasional yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar berlakunya hukum
suatu negara.
b. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Di dalam pasal 38 Piagam mahkamah Internasional, sumber hukum formal terdiri dari lima
bagian yaitu:

a. Perjanjian Internasional, (traktat/Treaty);


b. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan diterima
sebagai hukum;
c. Asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab;
d. Yurisprudency, yaitu keputusan hakim hukum internasional yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap;
e. Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum internasional.

2. Penyebab Terjadinya Sengketa dan Penyelesaian Hukum Internasional


Permasalahan yang terjadi dalam hubungan internasional memiliki kompleksitifitas yang
sangat rumit dimana perlu adanya suatu pendekatan yang memiliki kestabilan antara satu
Negara dengan Negara lain. Hukum Internasional adalah sebuah aturan yang harus
disepakati bersama dalam sebuah peninjauan dan kajian yang mendalam dimana tidak
adanya keterbukaan yang sifatnya dinamis jika tidak ditentukan suatu perjanjian dan
pengimplementasian yang ideal. Adapun contoh dari sebab-seba terjadinya proses
permasalahan sengketa internasional ialah:

a. Sengketa terjadi karena masalah Politik


Hal ini terjadi karena adanya perang dingin antara blok barat (liberal membentuk pakta
pertahanan NATO) di bawah pimpinan Amerika Serikat dan blok Timur (komunis yang
membentuk pakta pertahanan Warsawa) di bawah pimpinan Uni Soviet / Rusia. Kedua
blok tersebut telah memperluas pengaruh ideologis dan ekonominya di berbagai negara
sehingga banyak negara yang menjadi korban. Misalnya Korea terbagi menjadi dua
yaitu Korea Utara yang berideologi komunis dan Korea Selatan dengan liberalisme
b. Karena batas wilayah
Hal ini terjadi karena tidak adanya batas yang jelas antara satu negara dengan negara
lainnya, sehingga setiap negara akan mengklaim wilayah perbatasan tertentu. Contoh:
Tahun 1976 Indonesia dan Malaysia juga memperebutkan sipadan dan ligitan dan

Pengantar Hukum Indonesia 4


Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

diputuskan oleh MI pada tahun 2003 dimenangkan oleh Malaysia, perbatasan kasmir
diperebutkan oleh India dan Pakistan.

Penyelesaian sengketa internasional dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara damai, yaitu arbitrase. Arbitrase biasanya dilakukan dengan mengajukan sengketa kepada
orang-orang tertentu (arbiter) yang dipilih secara bebas oleh berbagai pihak untuk diputuskan
tanpa terlalu terikat oleh prosedur hukum. Penyelesaian yudisial adalah penyelesaian yang
dihasilkan melalui pengadilan internasional yang dibentuk dengan benar dengan menerapkan
prinsip-prinsip hukum. Contoh Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Denhag
Belanda. Negosiasi (negosiasi), manfaat, mediasi dan konsiliasi. Juga dapat melakukan
penyelesaian melalui dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Adapun cara lain yaitu
dengan kekerasan atau kekerasan yang terdiri dari aksi bersenjata perang dan non perang,
retortion yaitu istilah teknis untuk pembalasan oleh suatu negara terhadap negara lain karena
diperlakukan tidak semestinya. Actions of Retaliation (Repraisal) yaitu suatu cara yang
digunakan suatu negara untuk memperoleh kompensasi dari negara lain dengan melakukan
tindakan kemalasan. Blokade dan / atau intervensi damai. Selain itu, peran International Court
of Justice (MI) adalah salah satu perlengkapan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
berbasis di Denhag (Belanda). MI memiliki 15 hakim yang dipilih dari 15 negara dengan masa
jabatan 9 tahun. Selain memberikan pertimbangan hukum kepada Sidang Umum PBB dan
Dewan Keamanan PBB, MI juga bertugas memeriksa dan menyelesaikan sengketa yang
diajukan kepadanya. dalam mengadili kasus MI harus berpedoman pada traktat dan bea cukai
internasional. Prosedur Penyelesaian Kasus HAM Internasional dimana penyelesaian kasus
pelanggaran HAM oleh pengadilan internasional dapat dilakukan melalui prosedur seperti
korban pelanggaran HAM yang dapat mengajukan pengaduan ke Komisioner Tinggi HAM PBB
atau melalui lembaga HAM internasional lainnya serta pengaduan ditindaklanjuti dengan
penyidikan dan penyidikan atau dengan bukti hasil penyidikan dan penyidikan. Proses tersebut
berlanjut di tahap peradilan, dan jika terbukti, hakim MI akan menjatuhkan sanksi..

Kesimpulan

Hukum internasional adalah hukum negara, hukum internasional atau hukum antar
negara. Hukum negara digunakan untuk menunjukkan adat istiadat dan aturan hukum yang
berlaku dalam hubungan antara raja-raja kuno. Hukum internasional atau hukum negara
mengacu pada aturan dan prinsip kompleks yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat, bangsa atau negara. Hukum internasional publik berbeda dengan hukum privat
internasional. Keseluruhan aturan hukum privat internasional dan prinsip hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata antar aktor dari setiap subjek hukum untuk hukum perdata (nasional) yang berbeda.
Sedangkan hukum internasional adalah keseluruhan aturan dan prinsip hukum yang mengatur
hubungan atau masalah yang melintasi batas negara (hubungan internasional) tidak perdata.
Persamaannya adalah mengatur hubungan atau masalah yang melintasi batas nasional
(internasional). Perbedaannya terletak pada sifat hukum atau subjek (objek).

Pengantar Hukum Indonesia 5


Universitas Pamulang Ilmu Hukum S-1

C. UJI PEMAHAMAN MATERI


1. Bagaimana mengenai pengertian Hukum Internasional?
2. Bagaimana mengenai Ruang Lingkup Hukum Internasional?

D. DAFTAR PUSTAKA

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global. Bandung: PT. Alumni,2003
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum – Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup
Berlakunya Ilmu Hukum (Buku 1), P.T. Alumni, Bandung, 1999.
Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: CV. Mandar Maju, 2003.
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia (Edisi Revisi), Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2005.

Pengantar Hukum Indonesia 6

Anda mungkin juga menyukai