Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga
hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan
pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau
hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada
kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman
dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
atau negara.
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
1. Negara dengan negara
2. Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan
negara satu sama lain.

B. Tujuan
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional
yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-
masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan
suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat.
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan
Hukum Tata Negara (constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara
(federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki
berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini
merupakan suatu tertib hukum subordinasi.

1
BAB II
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTENASIONAL

A. Pengertian Sistem Hukum Intenasional


Sistem hukum internasional adalah satu kesatuan hukum yang berlaku dan wajib
dipatuhi oleh seluruh warga di dunia atau setiap negara. Sistem hukum internasional
juga merupakan aturan-aturan yang telah diciptakan oleh Negara-negara anggota 
yang melintasi batas-batas Negara.
Pengertian hukum internasional secara umum merupakan bagian hukum yang
mengatur aktifitas entitas dalam skala internasional hanya diartikan sebagai prilaku
dan hubungan antar Negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional
yang semakin kompleks pengertian ini mulai meluas sehingga hukum internasional
juga mengurusi struktur dan prilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu,
perusahaan multinasional dan individu.
Namun disamping itu, para ahli mengemukakan pendapatnya, beberapa ahli
tersebut antara lain :
1.    J.G Starke
Hukum internasional adalah sekumpulan hukum-hukum yang sebagian besar
terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antar Negara.
2.    Wirjono Prodjodikoro
 Hukum internasional adalah hukum yang mengatur perhubungan hukum antar
berbagai bangsa di berbagai Negara.
3.    Mochtar Kusuma Atmaja
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara antara:
- Negara dengan Negara
- Negara dan subyek hukum lain

B. Asal Mula Hukum Internasional


Hukum internasional sudah dikenal oleh bangsa romawi sejak tahun 89 SM.
Mereka mengenal dengan nama ius civile (hukum sipil) dan ius gentium (hukum antar

2
bangsa). Ius civile merupakan hukum internasional yang berlaku bagi warga romawi
dimanapun mereka berada. Ius gentium yang kemudian berkembang menjadi ius inter
gentium ialah hukum yang merupakan bagian dari hukum romawi yang diterapkan
bagi orang asing, yaitu yang bukan orang romawi.
Kemudian hukum ini berkembang menjadi volkernrecht (bahasa jerman), dan law
of nations atau international law (bahasa inggris). Pengertian volkernrecht dan ius
gentium sebenarnya tidak sama karena dalam hukum romawi istilah ius gentium
memiliki arti ;
a. Hukum yang mengatur antaradua orang warga kota roma dan orang-orang
asing.
b. Hukum yang diturunkan dari tata tertib alam yang mengatur masyarakat segala
bangsa, yaitu hukum alam yang menjadi dasar perkembangan hukum di eropa
pada abad ke 15-19.
Seiring dengan perkembangan yang ada, pemahaman tentang hukum internasional
dapat dibedakan menjadi  2 hal, yaitu:
a.     Hukum perdata internasional
Hukum perdata internasional merupakan hukum yang mengatur hubungan
hukum-hukum antar warga Negara suatu Negara dan warga Negara dari Negara lain.
b.    Hukum publik internasional
Hukum public internasional adalah hukum yang mengatur antara Negara satu
dengan Negara yang lain dalam hubungan internasional (hukum antarnegara).
Hukum perdata internasional berbeda dengan hukum publik internasional dalam
segi sifat hukum atau persoalan yang diaturnya. Hukum perdata internasional adalah
seluruh keadaan dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi
batas Negara yang melintasi batas Negara atau hubungan yang mengatur hubungan
hukum perdata. Sedangkan hukum publik internasional adalah keseluruhan kaidah dan
asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara
yang bukan bersifat perdata.
Hukum internasional yang kita kenal sekarang ini merupakan hasil dari
diadakannya konfersi wina tahun 1969 yang diikuti oleh pakar hukum dunia. Hasil

3
konferensi tersebut menyepakati sebuah naskah hukum internasional baik yang
menyangkut hukum publik ataupun hukum perdata.

C. Asas-Asas Hukum Internasional


 Dalam menjalin hubungan antar bangsa, ada beberapa asas yang harus
diperhatikan oleh setiap negara.
a. Asas Teritorial
Didasarkan pada kekuasaan negara atas daerahnya. Intinya, negara melaksanakan
hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayah negaranya.
b. Asas Kebangsaan
Didasarkan atas kekuasaan negara untuk warga negaranya. Intinya, setiap warga
negara dimanapun dia berada tetap mnedapatka perlakuan hukum dari negaranya
sendiri meskipun seddang berada di negara asing.
c. Asas kepentingan umum
Didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
dalam kehidupan masyarakat. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu
negara.
Ketiga asas ini sangat penting untuk diperhatikan, apabila tidak diperhatikan
dengan baik maka akan timbul ketidak-sesuaian hukum dalam menjalankan hubungan
internasional.

D. Sumber Hukum Internasional


Menurut Mochtar Kusumaatmaja dalam buku “Hukum Internasional Humaniter”,
sumber hukum internasional dapat dibedakan mennjadi sumber hukum dalam arti
material dan sumber hukum dalam arti formal.
a. Dalam Arti Material
Hukum internasional tidak dapat dipaksakan seperti hukum nasional. Pada
dasarnya masyarakat negara-negara atau masyarakat bangsa-bangsa yang anggotanya
didasarkan pada kesukarelaaan dan kesadaran, sedangkan kekuasaan tertinggi tetap
berada di negara masing-masing. 

4
Meski demikian, ada sebagian besar negara anggota masyarakat  yang mentaati
kaidah-kaidah hukum internasional. Mengenai hal ini ada dua aliran yang memiliki
pendapat berbeda.
1. Aliran naturalis
Bersandar pada hak asasi dan hak alamiah. Menurut teori ini, hukum internasional
adalah hukum alam sehingga kedudukannya dianggap lebih tinggi dari pada hukum
nasional. Pencetus teori ini adalah Grotius (Hugo De Groot) dan kemudian
disempurnakan oleh Emmerich Vattel, ahli hukum dan diplomat Swiss.
2. Aliran positivisme
Mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan bersama dari
negara-negara ditambah dengan asas pacta sunt servanda yang dianut oleh mazhab
Wina dengan pelopornya yaitu Hans Kelsen. Menurut Hans Kelsen pacta sunt
servanda merupakan kaidah dasar pasal  26 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian
(Viena Convention of The Law of treatis) tahun 1969.

b. Dalam Arti Formal


Menurut Brierly, sumber hukum internasional dalam arti formal merupakan
sumber hukum paling utama dan memiliki otoritas tertinggi dan otentik yang dapat
dipergunakan oleh Mahkamah Internasional di dalam memutuskan suatu sengketa
internasional. Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional Permanen tertanggal 16
Desember 1920 dapat dipakai oleh Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan
persoalan Internasional.
Sumber-sumber hukum internasional sesuai dengan yang tercantum di dalam
Piagam Mahkamah Internasional pasal 38 adalah sebagai berikut :
1. Perjanjian Internasional (Traktat=Teraty)
2. Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktik umum
dan diterima sebagai hukum
3. Asas-asas umum hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa beradab
4. Keputusan-keputusan hakim dan ajaran-ajaran para ahli hukum internasional
dari berbagai negara sebagai alat tambahan untuk menentukan hukum, dan
Pendapat-pendapat para ahli hukum yang terkemuka

5
E. Subjek Hukum Internasional
Pihak-pihak yang dapat disebut sebagai subyek hukun internasional adalah sebagi
berikut :
a. Negara
Merupakan subyek hukum internasional dalam arti klasik, artinya bahwa lahirnya
hukum internasional negara sudah diakui sebagi subyek hukum internasional.
b. Takhta Suci
Subyek hukum yang merupakan peninggalan sejarah sejak zaman dahulu ketika
paus bukan hanya merupakan kepala gereja Roma tetapi juga memiliki kekuasaan
duniawi.
c. Palang Merah Internasional
Merupakan salah satu subyek hukum internasional dan hal ini diperkuat dengan
adanya perjanjian, kemudian diperkuat oleh beberapa konvensi Palang Merah
(konvensi Jenewa) tentang perlindungan korban perang.
d. Organisasi Internasional
Merupakan subyek hukum yang mempunyai hak-hak dan kewajiban yang
ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional.
e. Orang Perseorangan
Dalam arti yang terbatas orang perseorangan dapat dianggap sebagai subyek
hukum internasional.
f. Pemberontakan dan Pihak dalam Sengketa
Menurut hukum perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak
sebagai pihak yang bersengketa dalam beberapa hal tertentu.

F. Hubungan Hukum Internasional Dengan Hukum Nasional


Adanya hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional ternyata
menarik para ahli hukum untuk menganalisis lebih jauh. Terdapat 2 aliran yang coba
memberikan gambaran bagaimana keterkaitan antara hukum internasional dengan
hukum nasional. Kedua aliran itu adalah :

6
a. Aliran monisme
Tokoh nya ialah Hanz kelsen dan george scelle. Menurut aliran ini hukum
nasional dan internasional merupakan satu kesatuan. Hal ini disebabkan  :
1.  Walaupun kedua sistem hukum tersebut mempunyai istilah yang berbeda,
tetapi subjek hukumnya tetap sama, yaitu individu yang terdapat dalam suatu negara.
2.   Sama-sama meiliki kekuatan hukum yang mengikat
b.   Aliran Dualisme
Tokohnya adalah Triepel dan anzilotti aliran ini beranggapan bahwa hukum
internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem terpisah yang berbeda satu
sama lain. Menurut aliran ini perbedaan kedua hukum tersebut disebabakan oleh :
1.      Perbedaan sumber hukum
2.      Perbedaan mengenai subjek
3.      Perbedaan mengenai kekuatan hukum

G. Proses Ratifikasi Hukum Internasional Menjadi Hukum Nasional


1.   Proses ratifikasi hukum internasional menurut UU no 24 tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional menimbang :
a.   Bahwa dalam rangka mencapai tujuan Negara Republik Indonesia
sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial, Pemerintah Negara Republik Indonesia, sebagai bagian dari
masyarakat internasional, melakukan hubungan dan kerja sama internasional yang
diwujudkan dalam perjanjian internasional;
b.   Bahwa ketentuan mengenai pembuatan dan pengesahan perjanjian
internasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sangat ringkas,
sehingga perlu dijabarkan lebih lanjut dalam suatu peraturan perundang-undangan;
c.    Bahwa Surat Presiden Republik Indonesia No. 2826/HK/1960 tanggal 22
Agustus 1960 tentang "Pembuatan Perjanjian-Perjanjian dengan Negara Lain" yang

7
selama ini digunakan sebagai pedoman untuk membuat dan mengesahkan perjanjian
internasional sudah tidak sesuai lagi dengan semangat reformasi;
d.   Bahwa pembuatan dan pengesahan perjanjian internasional antara Pemerintah
Republik Indonesia dan pemerintah negara-negara lain, organisasi internasional, dan
subjek hukum internasional lain adalah suatu perbuatan hukum yang sangat penting
karena mengikat negara pada bidang-bidang tertentu, dan oleh sebab itu pembuatan
dan pengesahan suatu perjanjian internasional harus dilakukan dengan dasar-dasar
yang jelas dan kuat, dengan menggunakan instrumen peraturan perundang-undangan
yang jelas pula,
e.   Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Huruf a, b, c
dan d perlu dibentuk Undang-undang tentang Perjanjian Internasional.
Pasal 5 :
1)  Lembaga negara dan lembaga pemerintah, baik departemen maupun
nondepartemen, di tingkat pusat dan daerah, yang mempunyai rencana untuk membuat
perjanjian internasional, terlebih dahulu melakukan konsultasi dan koordinasi
mengenai rencana tersebut dengan Menteri.
2)  Pemerintah Republik Indonesia dalam mempersiapkan pembuatan perjanjian
internasional, terlebih dahulu harus menetapkan posisi Pemerintah Republik Indonesia
yang dituangkan dalam suatu pedoman delegasi Republik Indonesia.
3)  Pedoman delegasi Republik Indonesia, yang perlu mendapat persetujuan
Menteri, memuat hal-hal sebagai berikut :
a)   Latar belakang permasalahan;
b)   Analisis permasalahan ditinjau dari aspek politis dan yuridis serta aspek lain
yang dapat mempengaruhi kepentingan nasional Indonesia;
c)   Aposisi Indonesia, saran, dan penyesuaian yang dapat dilakukan untuk
mencapai kesepakatan.
4)  Perundingan rancangan suatu perjanjian internasional dilakukan oleh Delegasi
Republik Indonesia yang dipimpin oleh Menteri atau pejabat lain sesuai dengan materi
perjanjian dan lingkup kewenangan masing-masing.

8
2.   Proses ratifikasi perjanjian internasional menurut pasal 11 UUD 1945 
a)   Pengertian Ratifikasi
Ratifikasi merupakan suatu cara yang sudah melembaga dalam kegiatan hukum
(perjanjian) internasional. Hal ini menunbuhkan keyakinan pada lembaga-lambaga
perwakilan-perwakilan rakyat bahwa wakil yang menandatangani suatu perjanjian
tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan umum.
b)   Proses Ratifikasi
Ratifikasi merupakan proses pengesahan. Berikut adalah contoh proses ratifikasi
hukum (perjanjian internasional) menjadi hukum nasional :
 Persetujuan Indonesia-Belanda mengenai penyerahan Irian Barat yang
ditandatangani di New York
 Januari 1962) disebut Agreement.
  Perjanjian Indonesia-Australia mengenai garis batas wilayah antara
Indonesia dengan Papua Guinea yang ditandatangani di Jakarta 12 Februari
1973 dalam bentuk agreement.
 Persetujuan garis batas landas kontinen antara Indonesia-Singapura 25 Mei
1973

3.      Proses ratifikasi menurut UUD 1945


Pasal 11 UUD 1945 menyatakan bahwa “Presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain”. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kerja sama antara eksekutif
(Presiden) dan legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat), harus diperhatikan hal-hal
berikut :
1)  Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2)   Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang dapat
menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan
undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

9
3)  Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-
undang

H. Peradilan Internasional
Peradilan Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang
merupakan salah satu organ perlengkapan PBB yang berkedudukan di Denhaag
(Belanda).
Para angota nya terdiri atas ahli hukum terkemuka, yakni 15 orang hakim yang
dipilih dari 15 negara berdasarkan kecakapannya dalam hukum. Masa jabatan mereka
9 tahun, sedangkan tugasnya antara lain selain memberi nasehat tentang persoalan
hukum kepada majelis umum dan dewan keamanan, juga memeriksa perselisihan atau
sengketa antara negara-negara anggota PBB yang diserahkan kepada mahkamah
internasional.
Mahkamah internasional dalam mengadili suatu perkara berpedoman pada
perjanjian-perjanjian internasional ( traktat-traktat dan kebiasaan- kebiasaan
internasional ) sebagai sumber-sumber hukum. Keputusan Mahkamah Internasional
merupakan keputusan terakhir walaupun dapat diminta banding. Disamping
pengadilan mahkamah internasional, terdapat juga pengadilan arbitrase internasionl.
Arbitrase internasional hanya untuk perselisihan hukum, dan keputusan para arbitet
tidak perlu berdasarkan peraturan hukum.
Dalam hukum internasional dikenal juga istilah adjudikation, yaitu suatu tehnik
hukum untuk meyelesaikan persengketaan internasional dengan menyerahkan
keputusan kepada peradilan. Adjudikasi berbeda dengan arbitrase karena adjudikasi
mencangkup proses kelembagaan. Yang dilakukan oleh lembaga peradialan tetap
semntara arbitrase dilakukan melalui prosedur ade hoc. Lembaga peradilan
internasional pertama yang berkaitan dengan adjudikasi adalah permanent court of
internasional justice ( PCJI ) yang berfungsi sebagai bagian dari sistem LBB mulai
tahun 1920 hingga 1946. PCJI dilanjutkan dengan kehadiran internasional court of
justice (ICJ), suatu organ pokok PBB.

10
I. Mahkamah Internasional
MI adalah organ utama lembaga kehakiman PBB, yang kedudukan di Den Haag,
Belanda. Mahakamah ini didirikan pada tahun 1945 berdasarkan piagam PBB,  dan
mulai berfungsi sejak tahun 1946 sebagai pengganti MIP. Fungsi utama MI adalah
untuk menjelaskan kasus-kasus persengkataan intersional yang subjeknya adalah
negara. Statuta adalah hukum-hukum yang terkandung.
a)     Komposisi Mahkamah Internasional (MI)
Pasal 9 Statuta MI menjelaskan, komposisi MI terdiri dari 15 hakim. Ke-15
calon hakim tersebut direkrut dari warga negara anggota yang dinilai cakap dibidang
hukum internasional, untuk memilih anggota mahkamah dilakukan pemungutan suara
secara independen oleh majelis MU dan Dewan Keamanan (DK). Biasanya 5 hakim
MI berasal dari anggota tetap DK PBB, tugasnya untuk memeriksa dan memutuskan
perkara yang disidangkan baik yang bersifat sengketa maupun yang bersifat nasihat.

Mahkamah Internasional terdiri dari 15 hakim, dua merangkap ketua dan wakil
ketua, masa jabatan 9 tahun. Anggotanya direkrut dari warga Negara anggota yang
dinilai cakap di bidang hukum internasional. Lima berasal dari Negara anggota tetap
Dewan Keamanan PBB seperti Cina, Rusia, Amerika serikat, Inggris dan Prancis.

b)     Fungsi utama Mahkamah Internasional (MI)


Fungsi Mahkamah Internasional: Adalah menyelesaikan kasus-kasus
persengketaan internasional yang subyeknya adalah Negara. Ada 3 kategori Negara,
yaitu:
         Negara anggota PBB, otomatis dapat mengajukan kasusnya ke Mahkamah
Internasional.
         Negara bukan anggota PBB yang menjadi wilayah kerja Mahkamah
intyernasional. Dan yang bukan wilayah kerja Mahkamah Internasional boleh
mengajukan kasusnya ke Mahkamah internasional dengan syarat yang ditentukan
dewan keamanan PBB.
         Negara bukan wilayah kerja (statute) Mahkamah internasional, harus
membuat deklarasi untuk tunduk pada ketentuan Mahjkamah internasional dan
Piagam PBB.

11
c) Yurisdiksi Mahkamah Internasional
Yuridikasi Mahkamah Internasional : Adalah kewenangan yang dimilki oleh
Mahkamah Internasional yang bersumber pada hokum internasional untuk meentukan
dan menegakkan sebuah aturan hukum. Kewenangan atau Yuridiksi ini meliputi:
         Memutuskan perkara-perkara pertikaian (Contentious Case).
         Memberikan opini-opini yang bersifat nasehat (Advisory Opinion).
         Yuridikasi menjadi dasar Mahkamah internasional dalam menyelesaikan
sengketa Internasional. Beberapa kemungkinan Cara penerimaan Yuridikasi sbb :
         Perjanjian khusus, dalam mhal ini para pihak yang bersengketa perjanjian
khusus yang berisi subyek sengketa dan pihak yang bersengketa. Contoh kasus
Indonesia degan Malaysia mengenai Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan.
         Penundukan diri dalam perjanjian internasional, Para pihak yang sengketa
menundukkandiri pada perjanjian internasional diantara mereka, bila terjadi sengketa
diantara para peserta perjanjian.
         Pernyataan penundukan diri Negara peserta statute Mahkamah internasional,
mereka tunduk pada Mahkamah internasional, tanpa perlu membuat perjanjiankhusus.
         Keputusan Mahkamah internasional Mengenai yuriduksinya, bila terjadi
sengketa mengenai yuridikasi Mahkamah Internasional maka sengketa tersebut
diselesaikan dengan keputusan Mahkamah Internasional sendiri.
         Penafsiran Putusan, dilakukan jika dimainta oleh salah satu atau pihak yang
bersengketa. Penapsiran dilakukan dalambentuk perjanjian pihak bersengketa.
         Perbaikan putusan, adanya permintaan dari pihak yang bersengketa karena
adanya fakta baru (novum) yang belum duiketahui oleh Mahkamah Internasional.

J. Peradilan-Peradilan Lainnya di Bawah Kerangka Perserikatan Bangsa-


bangsa

a. Mahkamah Pidana Internasional (The International Criminal Court, ICC)


MPI adalah Mahkamah Pidana Internasional yang berdiri permanen berdasarkan
traktat multilateral, yang mewujudkan supremasi hukum internasional yang

12
memastikan bahwa pelaku kejahatan berat internasional di pidana. MPI disahkan pada
tanggal 1 Juli 2002, dan dibentuk berdasarkan Statuta Roma yang lahir terlebih dahulu
pada tanggal 17 Juli 1998. Tiga tahun kemudian, yaitu tanggal 1 Juli 2005 Statuta MPI
telah diterima dan diratifikasi oleh 99 negara. Sama seperti MI, MPI berkedudukan di
Den Haag, Belanda.
b. Yurisdiksi MPI
Yurisdiksi atau kewenangan yang dimiliki oleh MPI untuk menegakkan aturan
hukum internasional adalah memutus perkara terbatas terhadap perilaku kejahatan
berat oleh warga negara dari negara yang telah meratifikasi statuta mahkamah.
Pasal 5-8 statuta mahkamah menentukan 4 (empat) jenis kejahatan berat, yaitu
sebagai berikut:
a)      Kejahatan genosida (the crime of genocide), yaitu tindakan jahat yang berupaya
untuk memusnahkan keseluruhan atau sebagian dari suatu bangsa, etnik, ras ataupun
kelompok keagamaan tertentu.
b)      Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity), yaitu tindakan
penyerangan yang luas atau sistematis terhadap populasi penduduk sipil tertentu.
c)      Kejahatan perang (war crimes), yaitu
         Tindakan berkenaan dengan kejahatan perang, khususnya apabila dilakukan
sebagai bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu
pelaksanaan secara besar-besaran dari kejahatan tersebut.
         Semua tindakan terhadap manusia atau hak miliknya yang bertentangan
dengan konvesi jenewa.
         Kejahatan serius yang melanggar hukum konflik bersenjata internasional 
(misal menyerang objek-objek sipil , bukan objek militer, membombardir secara
membabi-buta suatu desa atau penghuni bangunan-bangunan tertentu yang bukan
objek  militer).
d)     Kejahatan agresi (the crime of aggression), yaitu tindakan kejahatan yang
berkaitan dengan ancaman terhadap perdamaian. 

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, hubungan internasional merupakan aturan-aturan yang telah di ciptakan
bersama negara-negara anggota yang melintasi batas-batas negara. Peradilan
Internasional dilaksanakan oleh Mahkamah Internasional yang merupakan salah satu
organ perlengkapan PBB. Sumber Hukum Internasional adalah sumber-sumber yang
digunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah-masalah
hubungan internasional. Sumber hukum internasional dibedakan menjadi sumber
hukum dalam arti materil dan formal. Dalam arti materil, adalah sumber hukum
internasional yang membahas dasar berlakunya hukum suatu negara. Sedangkan
sumber hukum formal, adalah sumber dari mana untuk mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa sistem hukum dan peradilan internasional itu sangat diperlukan oleh suatu
negara untuk tetap mempertahankan eksistensi dan kemakmuran suatu negara.

B. Saran
Seharusnya kita dapat menghargai dan ikut mengerti tentang masalah sengketa
internasional dengan cara memenuhi dan mematuhi kewajiban perjanjian
internasional.

14
Daftar Pustaka

http://cariinfoterlengkap101.blogspot.com/2015/03/ sistem-peradilan-
internasional.html/diakses 01 Maret 2020
http://warnet-mc.blogspot.com/2011/10/-sistem-hukum-peradilan_21.html,/diakses 01
Maret 2020
http://cariinfoterlengkap101.blogspot.com/2015/03/ sistem-peradilan-
internasional.html/,/diakses 01 Maret 2020

15

Anda mungkin juga menyukai