Anda di halaman 1dari 6

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL

1. PENGERTIAN HUKUM INTERNASIONAL

2. Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum
internasional publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua,
yaitu: hukum internasional publik dan hukum perdata internasional.

3. Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata.

4. Sedangkan hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum
yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata yang berbeda. (Kusumaatmadja, 1999; 1)

Asas Hukum Internasional

a. Asas Teritorial

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atau wilayahnya. Menurut asas ini, negara
melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi,
terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah tersebut, berlaku hukum
asing ( internasional ) sepenuhnya.

b. Asas Kebangsaan

Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini, setiap
warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan hukum dari
negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial. Artinya, hukum negara tersebut
tetap berlaku bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing.

c. Asas Kepentingan Umum

Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan
dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut asas ini, negara dapat menyesuaikan diri dengan
semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak
terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

d. Asas Persamaan Derajat

Hubungan antara bangsa hendaknya didasarkan pada asas bahwa negara yang berhubungan
adalah negara yang berdaulat. Secara formal memang negara-negara di dunia sudah lama
derajatnya, tetapi secara faktual dan substansi masih terjadi ketidaksamaan derajat,
khususnya dalam bidang ekonomi.
e. Asas Keterbukaan

Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan adanya
ketersediaan masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan dilandasi rasa
keadilan. Sehingga masing-masing pihak mengetahui secara jelas manfaat, hak, serta
kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.

SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Pada dasarnya sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti materiil
dan sumber hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber
hukum yang membahas materi dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum itu
sendiri.

Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau wujud
nyata dari hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan
berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur suatu
masalah tertentu.

Sumber hukum internasional dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu sebagai berikut :

1. Kebiasaan internasional.

2. Traktat ( Treaty ) : Perjanjian Internasional.

3. Asas hukum umum yang diakui bagi Negara-negara yang beradab.

4. Doktrin : Ajaran Para Ahli terkemuka.

5. Yuris Prudensi : keputusan hakim terdahulu yang dijadikan sebagai dasar Hukum
Pengambilan Keputusan Hakim.

  SUBYEK HUKUM INTERNASIONAL

Subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional, adalah:

a. Negara

Negara yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah negara yang merdeka,
berdaulat, dan bukan merupakan bagian dari negara lain. Negara yang berdaulat artinya
negara tersebut mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh atau mempunyai
kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara itu. 

b. Tahta Suci ( Vatikan )

Tahta Suci ( Heilige Stoel ) adalah Gereja Khatolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan.
Walaupun Vatikan bukan merupakan negara seperti pada umumnya, Tahta Suci mempunyai
kedudukan sama dengan sebuah negara sebagai subjek hukum internasional.

c. Palang Merah Internasional

Kedudukan Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum internasional diperkuat


dengan adanya beberapa perjanjian. Di antaranya, Konvensi Jenewa tentang perlindungan
korban perang.

d. Organisasi Internasional
Dalam pergaulan internasional yang menyangkut hubungan antarnegara, banyak sekali
organisasi yang diadakan ( dibentuk ) oleh negara-negara itu. Menurut perkembangannya,
organisasi internasional yang berdiri tahun 1815 dinyatakan menjadi lembaga hukum
internasional sejak Kongres Wina. 

e. Orang Perseorangan ( Individu )

Manusia sebagai individu dianggap sebagai subjek hukum internasional jika dalam tindakan
atau kegiatan yang dilakukannya memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai kehendak
damai kehidupan masyarakat dunia. Individu juga dapat mengajukan perkara kepada
Mahkamah Arbitrase Internasional.

f. Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa

Pemberontak dan pihak dalam sengketa dianggap sebagai salah satu subjek hukum
internasional karena merekan memiliki hak yang sama untuk :

1.) Menentukan nasibnya sendiri ;

2.) Memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri ;

3.) Menguasai sumber kekayaan alam di wilayah yang didudukinya.

 Contohnya : Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) yang melakukan perundingan dengan


Pemerintahan Indonesia di Swedia. 

g. Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan hubungan
internasional.. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional mengadakan
hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-
hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur
substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri.

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN HUKUM NASIONAL

Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara hukum internasional
dan hukum nasional, yaitu: teori Dualisme dan teori Monisme.

Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua sistem
hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional
merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas
atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam lingkungan hukum nasional
memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya,
maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.

Menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu
sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari hukum
nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum nasional
kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum nasional tunduk
dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan Tsani, 1990; 26)
SISTEM PERADILAN INTERNASIONAL

Lembaga Peradilan Internasional 

a. Mahkamah Internasional

Mahkamah internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan


bernegara di dunia ini. Sebagai alat perlengkapan PBB, Mahkamah Internasional
beranggotakan 15 orang hakim yang dapat dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan
Keamanan. Masa jabatan para hakim Mahkamah Internasional adalah 9 tahun dengan
ketentuan dapat dipilih kembali.

Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag ( Belanda ). Sebagai


pengadilan internasional, Mahkamah Internasional bertugas menyelesaikan perselisihan
internasional negara-negara anggota PBB  

b. Pengadilan Internasional

Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap negara anggota PBB tidak


diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi ke pengadilan, kecuali bagi
negara-negara yang telah menandatangai optional clause.

Dalam hal ini, hubungan internasional mengenai proses perkara didasarkan surat
gugatan. Optional clause menunjukkan suatu langkah penting menuju suatu pengadilan
internasional yang bersifat wajib, walaupun penandatanganan negara-negara anggota hanya
mengenai penyelesaian perselisihan hukum saja.

PENYEBAB DAN PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI.

a. Penyebab Sengketa

Sengketa internasional (internasional dispute) adalah perselisihan yang terjadi antara negara
dengan Negara.

Sebab terjadi sengketa antara lain:

1) salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian internasional,

2) perbedaan penafsiranmengenai isi perjanjian internasional,

3) perebutan sumber-sumber ekonomi,

4) perebutan pengaruh ekonomi, politik, ataupun keamanan regional dan internasional,

5) adanya intervensi terhadap kedaulatan negara lain,

6) penghinaan terhadap harga diri bangsa

b. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.

1. Arbitrase Internasional

Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan


sengketa internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para pihak, yang
memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan
hukum.
2. Peyelesaian Yudisial

Penyelsaian Yudisial adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui suatu


pengadilan internasional.

3. Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan

Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan merupakan penyelesain


sengketa yang kurang formal dibandingkan dengan arbitrasi dan penyelesaian yudisial, yang
dalam pelaksanaanya tergantung pihak yang bersengketa atau dengan pihak ketiga.

4. Penyelesaian dibawah Naungan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Anggota PBB harus berusaha menyelesaikan sengketa-sengketa melalui cara-cara damai dan
menghindarkan ancaman perang atau penggunaan kekerasan.tanggung jawab penting
beralih ketangan Dewan keamanan dan majlis umum. MU memiliki wewenang
merekomendasikan tindakan-tindakan untuk penyelesaian damai.

b. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai.

1. Arbitrase Internasional

Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan


sengketa internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para pihak, yang
memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan
hukum.

2. Peyelesaian Yudisial

Penyelsaian Yudisial adalah suatu penyelesaian sengketa internasional melalui suatu


pengadilan internasional.

3. Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan

Negosiasi, Jasa-jasa Baik, Mediasi, konsiliasi, dan Penyelidikan merupakan penyelesain


sengketa yang kurang formal dibandingkan dengan arbitrasi dan penyelesaian yudisial, yang
dalam pelaksanaanya tergantung pihak yang bersengketa atau dengan pihak ketiga.

4. Penyelesaian dibawah Naungan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Anggota PBB harus berusaha menyelesaikan sengketa-sengketa melalui cara-cara damai dan
menghindarkan ancaman perang atau penggunaan kekerasan.tanggung jawab penting
beralih ketangan Dewan keamanan dan majlis umum. MU memiliki wewenang
merekomendasikan tindakan-tindakan untuk penyelesaian damai.

c. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Paksa atau Kekerasan

1. Perang

Perang adalah penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan kekerasan senjata


dengan tujuan untuk mengalahkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak ada alternatif
lain kecuali memenuhi syarat-syarat penyelesaian yang diajukan oleh pihak pemenang.

2. Tindakan bersenjata bukan perang


Jenis penyelesaian sengketa ini juga menggunakan kekerasan senjata, akan tetapi, masih di
bawah kategori perang. Biasanya disebut perang pendek atau tindakan kekerasan terbatas.
Tindakan ini dimaksudkan agar para pihak yang bersengketa mau menyelesaikan sengketa
mereka secara damai (self help)

3. Retorsi

Retorsi juga diartikan sebagai tindakan pembalasan yang dilakukan oleh suatu negara
terhadap negara lain oleh karena negara yang kena retorsi telah melakukan tindakan tidak
sopan dan tidak adil.

4. Reprisal

Reprisal adalah upaya paksa untuk memperoleh jaminan ganti rugi, akan tetapi terbatas
pada penahanan orang dan benda.

d. PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MI

Mekanisme persidangan (proses beracara ) MI ;

a. Mekanisme Normal

1. Penyerahan Perjanjian Khusus (Notification of special agreement) atau Aplikasi


(Application)

2. Pembelaan tertulis (Written Pleadings)

3. Presentasi Pembelaan (Oral Pleadings)

4. Keputusan (Judgement)

b. Mekanisme Khusus

1. Keberatersebut. 

2. Ketidak hadiran salah satu pihak

3. Keputusan Selasa beracara bersama

4. Intervensi

Anda mungkin juga menyukai