Anda di halaman 1dari 10

Disusun Oleh:

Yogi Firmansyah
Kelas:
XI IPS

SMA NEGERI 2 NATAR


TP: 2015/2016

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Hukum Internasional


Dalam menjalin hubungan internasional, setiap negara dibatasi oleh hukum yang
mengatur kepentingan suatu negara dengan negara lain. Hukum tersebut adalah hukum
internasional. Hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hukum publik
internasional dan hukum privat internasional.
o Menurut Para Ahli :
1. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan negara,
negara dan subjek hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan negara yang
satu dengan yang lain.
2. J.G Strke
Mendefinisikan hukum internasional sebagai sekumpulan hukum ( Body of Law )
yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam
hubungan negara-negara satu sama lain.
3. Ivan A. Shearer
Hukum internasional adalah sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar
mengatur prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara (
subjek hukum internasional ) dan hubungannya satu sama lain, yang meliputi :
a.

Aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan fungsi-fungsi instusi atau


organisasi-organisasi, hubungan antara instusi dan organisasi-organisasi tersebut,
serta hubungan antara instusi dan organisasi-organisasi tersebut dengan negara dan
individu-individu.

b. Aturan-aturan hukum tertentu yang berhubungan dengan individu-individu yang


menjadi perhatian komunitas internasional selain entitas negara.

o Jadi, Hukum Internasional adalah merupakan hukum yang mengatur hubungan


hukum antara negara dan negara,negara dan subjek hukum lain bukan negara, atau
subjek hukum bukan negara satu sama lain.

2. Asas Hukum Internasional


Hukum internasional haruslah memperhatikan asas-asas berikut :
a.

Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atau wilayahnya. Menurut asas ini,
negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di
wilayahnya. Jadi, terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah
tersebut, berlaku hukum asing ( internasional ) sepenuhnya.

b. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas
ini, setiap warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan
hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial. Artinya,
hukum negara tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya, walaupun ia berada di
negara asing.
c.

Asas Kepentingan Umum


Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut asas ini, negara dapat
menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan
kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

d. Asas Persamaan Derajat


Hubungan antara bangsa hendaknya didasarkan pada asas bahwa negara yang
berhubungan adalah negara yang berdaulat. Secara formal memang negara-negara di

dunia sudah lama derajatnya, tetapi secara faktual dan substansi masih terjadi
ketidaksamaan derajat, khususnya dalam bidang ekonomi.
e.

Asas Keterbukaan
Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan
adanya ketersediaan masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan
dilandasi rasa keadilan. Sehingga masing-masing pihak mengetahui secara jelas
manfaat, hak, serta kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.

f.

Ne Bis In Idem
Maksud dari asas tersebut yaitu :
1. Tidak seorang pun dapat diadili sehubungan dengan perbuatan kejahatan
yang untuk itu uang bersangkutan telah diputus bersalah atau dibebaskan.
2. Tidak seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk kejahatan dimana
orang tersebut telah dihukum atau dibebaskan oleh pengadilan pidana
Internasional.
3. Tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan disuatu negara
mengenai suatu perbuatan yang dilarang berdasarkan Pasal 6, Pasal 7, dan
Pasal 8 boleh diadili berkenaan dengan perbuatan yang sama.

g. Pacta Sunt Servanda


Merupakan asas yang dikenal dalam perjamjian Internasional. Asas ini menjadi
kekuatan Hukum dan Moral bagi semua negara yang mengikatkan diri dalam
perjanjian Internasional.
h. Jus Cogent
Dalam perjanjian Internasional dikenal asas Jus Congents. Maksudnya ialah bahwa
perjanjian Internasional dapat batal demi hukum jika ada pembentukannya
bertentangan dengan suatu kaidah dasar dari hukum Internasional Umum (Pasal 53
Konvensi Wina 1969).
i.

Inviolability dan Immunity

Dalam hukum diplomatik dan Konsuler dikenal asas Inviolability dan Immunity.
Dalam Pedoman tertib Diplomatik dan Prootokoler , Involability merupakan
terjemahan dari istilah Inviolable yang artinya seorang pejabat diplomatik tidak
dapat ditangkap atau ditahan oleh alat perlengkapan Negara penerima dan
sebaiknya negara penerima berkewajiban mengambil langkah-langkah demi
mencegah serangan atas kehormatan dan kekebalan dari pribadi penjabat diplomatik
yang bersangkutan.

3. Konsep Dasar Hukum Internasional


Hukum internasional dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Hukum Publik Internasional , adalah kumpulan peraturan hukum yang
mengatur hubungan antarnegara merdeka dan berdaulat. Hukum publik
internasional disebut juga hukum antarnegara atau hukum internasional.
b. Hukum Privat ( Perdata ) Internasional , adalah ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan hukum antar seseorang dan orang lain yang berlainan warga
negaranya dalam sebuah negara yang berkenaan dengan keperdataan. Hukum
privat ( perdata ) internasional disebut juga dengan istilah hukum antar bangsa.

4. Sumber-Sumber Hukum Internasional


Menurut

Mochtar

Kusumaatmadja dalam Hukum

Internasional

Humaniter ( 1980 ), sumber hukum internasional dibedakan atas sumber hukum


dalam arti formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber hukum
internasional formal diatur dalam Piagam PBB. Sumber hukum internasional
material membahas tentang dasar berlakunya hukum suatu negara.

Sumber hukum material


Terdiri dari dua aliran berikut :
1. Aliran Naturalis. Aliran ini bersandar pada Hak Asasi atau hak-hak alamiah yang
bersumber pada hukum Tuhan, sehingga menempati posisi lebih tinggi dari hukum
nasional ( Grotius ).
2. Aliran Positivisme. Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada
persetujuan bersama negara-negara ditambah dengan asas pacta sunt servada (Hans
Kelsen)

Sumber hukum formal


Sumber Hukum Internasional dalam arti Formal merupakan sumber Hukum
Internasional yang paling Utama dan memiliki Otoritas tertinggi serta otentik yang
dapat dipergunakan oleh Mahkamah Internasional di dalam memutuskan suatu
sengketa internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Statuta
Mahkamah Internasional, yaitu sebagai berikut :
1. Perjanjian Internasional ( Traktat )
Perjanjian internasional adalah suatu ikatan hukum yang terjadi berdasarkan
kata sepakat antar negara-negara sebagai anggota Organisasi bangsa-bangsa dengan
tujuan melaksanakan hukum tertentu yang mempunyai akibat hukum tertentu.
Konvensi-konvensi atau perjanjian internasional merupakan sumber utama hukum
internasional. Konvensi tersebut dapat berbentuk Bilateral maupun Multilateral.
Konvensi-konvensi

Internasional

yang

merupakan

sumber

utama

hukum

Internasional adalah konvensi yang berbentuk Law Making Treaties adalah


perjanjian-perjanjian Internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan ketentuan
yang berlaku secara umum, yaitu sebagai berikut :
a. Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang dan
penyelesaian sengketa secara damai.
b. General treaty for the renunciation of war, 27 Agustus 1928.
c. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
d. Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan
Hubungan Konsuler 1963.
e. Konvensi PBB tentang hukum laut, 1982.

2. Hukum Kebiasaan Internasional


Hukum kebiasaan berasal dari prakti Negara-negara melalui sikap dan
tindakan yang diambilnya terhadap suatu persoalan. Terbentuknya suatu hukum
kebiasaan didasari oleh Praktik yang sama, dijalankan secara konstan tanpa adanya
pihak yang menentang serta diikuti oleh banyak negara.
3. Prinsip-prinsip Hukum Umum
Prinsip-prinsip hukum umum yang dimaksud adalah dasar-dasar sistem
hukum pada umumnya,yang berasal dari asas hukum Romawi. Menurut Sri
Setianingsih Suwardi, S.H., fungsi prinsip-prinsip hukum umum ini terdiri atas tiga
hal berikut :
1. Sebagai pelengkap hukum kebiasaan dan perjanjian internasional.
2. Sebagai penafsiran perjanjian internasional dan hukum kebiasaan.
3. Sebagai pembatas perjanjian internasional dan hukum kebiasaan.
4. Yurisprudensi dan Anggapan-anggapan Para Ahli Hukum Internasional
Yurisprudensi Internasional ( Judicial Decisions ) dan anggapan-anggapan
para ahli hukum internasional hanya digunakan untuk membuktikan dipakai
tidaknya kaidah hukum internasional berdasarkan sumber hukum primer, seperti
perjanjian internasional, kebiasaan internasional, dan prinsip-prinsip hukum umum
dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Oleh karena itu, apabila terjadi
perselisihan internasional, banyak yang segan menyelesaikan masalahnya melalui
pengadilan internasional. Mahkamah internasional tidak berwenang memaksa
negara yang berselisih untuk membawa masalahnya ke hadapan pengadilan
internasional.
Anggapan-anggapan para ahli hukum internasional memilliki peranan penting
sebagai sumber hukum. Maksudnya, walaupun anggapan-anggapan itu tidak
menimbulkan hukum, tetapi dapat menjadi penting jika secara langsung dapat
menyelesaikan suatu masalah hukum internasional.
Sumber umum hukum internasional, yaitu :

Sumber hukum internasional dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Kebiasaan internasional.
Traktat ( Treaty ) : Perjanjian Internasional.
Asas hukum umum yang diakui bagi Negara-negara yang beradab.
Doktrin : Ajaran Para Ahli terkemuka.
Yuris Prudensi : keputusan hakim terdahulu yang dijadikan sebagai dasar
Hukum Pengambilan Keputusan Hakim.

5.Subjek-subjek Hukum Internasional


Berikut ini subjek-subjek hukum internasional :
a. Negara
Negara yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah negara yang
merdeka, berdaulat, dan bukan merupakan bagian dari negara lain. Negara yang
berdaulat artinya negara tersebut mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh
atau mempunyai kekuasaan penuh terhadap warga negara dalam lingkungan
kewenangan negara itu.
b. Tahta Suci ( Vatikan )
Tahta Suci ( Heilige Stoel ) adalah Gereja Khatolik Roma yang diwakili oleh Paus di
Vatikan. Walaupun Vatikan bukan merupakan negara seperti pada umumnya, Tahta
Suci mempunyai kedudukan sama dengan sebuah negara sebagai subjek hukum
internasional.

c.

Palang Merah Internasional


Kedudukan Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum internasional
diperkuat dengan adanya beberapa perjanjian. Di antaranya, Konvensi Jenewa
tentang perlindungan korban perang.

d. Organisasi Internasional
Dalam pergaulan internasional yang menyangkut hubungan antarnegara, banyak
sekali organisasi yang diadakan ( dibentuk ) oleh negara-negara itu. Menurut
perkembangannya, organisasi internasional yang berdiri tahun 1815 dinyatakan
menjadi lembaga hukum internasional sejak Kongres Wina.
e.

Orang Perseorangan ( Individu )


Manusia sebagai individu dianggap sebagai subjek hukum internasional jika dalam
tindakan atau kegiatan yang dilakukannya memperoleh penilaian positif atau negatif
sesuai kehendak damai kehidupan masyarakat dunia. Individu juga dapat
mengajukan perkara kepada Mahkamah Arbitrase Internasional.

f.

Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa


Pemberontak dan pihak dalam sengketa dianggap sebagai salah satu subjek hukum
internasional karena merekan memiliki hak yang sama untuk :
1.) Menentukan nasibnya sendiri ;
2.) Memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri ;
3.) Menguasai sumber kekayaan alam di wilayah yang didudukinya.
Contohnya : Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) yang melakukan perundingan dengan
Pemerintahan Indonesia di Swedia.

6. Lembaga Peradilan Internasional


a. Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan
bernegara di dunia ini. Sebagai alat perlengkapan PBB, Mahkamah Internasional
beranggotakan 15 orang hakim yang dapat dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan
Keamanan. Masa jabatan para hakim Mahkamah Internasional adalah 9 tahun
dengan ketentuan dapat dipilih kembali.
Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag ( Belanda ). Sebagai
pengadilan

internasional,

Mahkamah

Internasional

bertugas

menyelesaikan

perselisihan internasional negara-negara anggota PBB karena semua anggota PBB


adalah ipsofacto Piagam Mahkamah Internasional menurut pasal 93 ayat 1 Piagam
PBB. Ayat 2 menyatakan bahwa negara yang bukan anggota PBB boleh menjadi
peserta dari Piagam Internasional sesuai syarat-syarat yang ditetapkan oleh Majelis
Umum atas anjuran Dewan Keamanan . Berdasarkan ketentuan ini, Mahkamah
Internasional dapat mengadili negara-negara bukan anggota PBB yang berselisih.
Mahkamah Internasional mengadili masalah yang berkenaan dengan perselisihan
kepentingan dan kepentingan hukum.
b. Pengadilan Internasional
Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap negara
anggota PBB tidak diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi
ke pengadilan, kecuali bagi negara-negara yang telah menandatangai optional
clause. Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 36 ayat 2 Piagam Mahkamah
Internasional, yang menyatakan bahwa negara-negara peserta Piagam Mahkamah
Internasional dapat menerangkan bahwa mereka mengakui kekuasaan Mahkamakh
Internasional sebagai kekuasaan yang mengikat berdasar hukum dan dapat tidak
mengikat berdasarkan perjanjian istimewa.
Dalam hal ini, hubungan internasional mengenai proses perkara
didasarkan surat gugatan. Optional clause menunjukkan suatu langkah penting
menuju

suatu

pengadilan

internasional

yang

bersifat

wajib,

walaupun

penandatanganan negara-negara anggota hanya mengenai penyelesaian perselisihan


hukum saja.

Anda mungkin juga menyukai